Makalah ini membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan sosial seperti perbedaan kepentingan, prasangka, diskriminasi, dan sikap etnosentris. Selain itu juga membahas gejala yang menimbulkan pertentangan sosial seperti ketidakpahaman, bertentangananya norma, dan melemahnya sanksi sosial. Terakhir membahas tentang berbagai pertentangan dan ketegangan yang terjadi dalam masyarakat.
1. PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
MAKALAH INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH “IAD/IBD/ISD”
DOSEN PENGAMPU SITTI SYAHAR INAYAH, M.Sip
DISUSUN OLEH:
JUMRAN
NURUL HIKMAH
SAPUTRA NUR
AHMAD TAMIM ZAINULLAH
JURUSAN DAKWAH
PROGRAM STUDI MANAGEMENT DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
2011
2. KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan karunianya kami dapat
menyelesaikan tugas yang berjudul “Pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi masyarakat” ini dengan
baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “IAD/IBD/ISD” dalam makalah ini akan membahas
hal-hal yang menyangkut tentang faktor-faktor terjadinya pertentangan-pertentangan sosial, konflik dalam
masyarakat serta integrasi masyarakat.
Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari kami maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan perjuangan kami terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman kelompok yang telah sama-sama
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada ibu sitti syahar inayah sebagai dosen mata kuliah yang telah
memberikan materi “IAD/IBD/ISD”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu kami
sangat berharap dapat menerima kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah.
Semoga makalah ini memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan bermanfaat kepada semuanya
Samarinda, 9 Oktober 2011
3. BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pertentangan atau konflik sosial jika ditinjau secara psikhologis dapat dikatakan sebagai refleksi dari kondisi
psikhis manusia dalam kerangka interaksi sosialnya. Struktur energi psikhis manusia yang terdiri dari id, ego,
dan super ego merupakan proses dinamik individu. Dalam proses tersebut sering terjadi pertentangan antara
kebutuhan dan keinginan ego dengan norma-norma yang dipegang oleh super ego. Ego sebagai lembaga yang
bekerja untuk mencapai tujuan berada pada garis persimpaangan antara keinginan untuk secepatnya tercapai
dengan kekuatan super ego yang selalu mempertimbangkan norma dan nilai dalam usaha mencapai tujuan ego.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering
dihubungkannya, misalnya kebencian dan permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil
yaitu individu, sampai kepada lingkup yang luas, yaitu masyarakat.
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan hidup individu
itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas, dan sebaliknya
kegagalan dalam memenuhi kepentingan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial (psikologis). Oleh karena individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis didalalm aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-perbedaan
tersebut secara garis besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan sosial sebagai
komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu dalalm hal kepentingannya meskipun dengan
lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan
individu dalam hal kepentingan meskipun pembawaannya sama.
4. Disinilah tercermin adanya perbedaan kepentingan antara berbagai kelompok sesuai dengan kelompok sosial
yang ada dalam masyarakat, maka akan tampak lagi adanya konflik diantara mereka yang disebabkan karena
cara pandang mereka yang berbeda tentang satu masalah.
Perbedaan kepentingan karena cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu masalah akan menimbulkan
suatu kesalahpahaman dan pertentangan-pertentangan sosial dalam individu maupun dalam kehidupan
masyarakat. Perbedaan tersebut tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik, tetapi ada beberapa fase
yaitu, fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman (akibat pertentangan antara harapan dengan
standar normatif) yang menyebabkan sulitnya atau tidak dapatnya satu kelompok sosial menyesuaikan diri
dengan norma (ideologi), kedua, fase disintegrasi (konflik) yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk
seperti timbulnya emosi massa yang meluap, protes, aksi mogok, pemberontakan dan lain-lain.
Orang Indonesia merupakan pendukung lebih dari satu sistem kebudayaan, sebagai contoh seorang Sunda
dalam berkomunikasi dengan sukunya mempergunakan system kebudayaan Sunda. Disamping itu seorang
Sunda ada yang beragama islam. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, orang Sunda itu juga memakai system
kebudayaan Nasional. Dalam hal ini masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia seteah merdeka
yaitumasalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk itu. Masyarakat majemuk itu tetap pada
kemajemukan masing-masing. Mereka dapat hidup serasi, bardampingan, seperti tulisan yang terdapat dalam
lambang Bhineka Tunggal Ika yang berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan.
Integrasi sosial (integrasi masyarakat) dapat diartikan adanya kerjasama dari seliruh anggota masyarakat,
mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan berupa adanya consensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini
terjadi akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara
keseluruhan.
Kuatnya integrasi akan menjadi salah satu ukuran timbul atau tidaknya pemberontakan-pemberontakan di
daerah. Demikian pula dominasi kekuatan ditingkat Nasional oleh suatu bangsa akan menimbulkan konflik
kekuatan antara suku-suku bangsa.
5. B.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah
1. “Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan pertentangan-pertentangan sosial ?”
2. “Bagaimana cara terwujudnya integrasi masyarakat ?”.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A.Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas, dan
sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan ini akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya
maupun bagi lingkungannya.
Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam diri individu yaitu kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial (psikologis). Oleh karena individu mengandung arti
bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis didalalm aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-perbedaan
tersebut secara garis besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan sosial sebagai
komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu dalalm hal kepentingannya meskipun dengan
lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan
individu dalam hal kepentingan meskipun pembawaannya sama.
Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa :
1. Kepentingan kepentingan untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
5. Kepentingan individuuntuk dibutuhkan oleh orang lain.
6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudkan didalam kelompoknya.
7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Perbedaan kepentingan itu tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal
beberapa fase yaitu :
7. 1. Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman (akibat pertentangan antara harapan dengan
standar normatif) yang menyebabkan sulitnya atau tidak dapatnya satu kelompok sosial menyesuaikan
diri dengan norma (ideologi).
2. Fase disintegrasi (konflik) yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya
emosi massa yang meluap, protes, aksi mogok, pemberontakan dan lain-lain.
Tahapan pertama disintegrasi menurut (Walter T. Martin) yaitu sebagai berikut :
1. Ketidakpahaman anggota kelompok tentang tujuan sosial yang hendak dicapai yang semula menjadi
pegangan kelompok.
2. Norma-norma sosial tidak membantu anggota masyarakat lagi dalam mencapai tujuan yang telah
disepakatinya.
3. Norma-norma dalam kelompok dan yang dihayati oleh kelompok bertentangan satu sama lain.
4. Sangsi sudah menjadi lemah bahkan sangsi tidak dilaksanakan dengan konsekuen lagi.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
B. Gejala-Gejala Yang Menimbulkan Pertentangan Sosial
Secara sistematis gejala-gejala perilaku sosial yang menyebabkan timbulnya konflik antar kelompok sosial
terdiri dari :
1. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu bentuk sikap sosial yang dapat terjadi antara satu orang dengan orang lain
dan dapat pula berlaku antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Prasangka dapat berorientasi kepada
hal yang positif, tetapi umumnya dalam studi sosiologi diarahkan kepada sikap negatif. Prasangka sebagian
besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan pengalaman sendiri), karena
merupakan hasil peniruan atau pemindahan langsung pola orang lain, atai dipindahkan dari milieu dimana
orang menetap.
8. Prasangka merupakan kecendrungan yang tidak tampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan yang
realistis. Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi
yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplikasi (terlalu menyedehanakan) terhadap
suatu realita.
2. Diskriminasi
Diskriminasi timbul karena pandangan-pandangan stereotif yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh
keuntungan-keuntungan tertentu yang umumnya berorientasi politik dan ekonomi. Konsepsi diskriminasi
dikatakan sebagai tindakan negatif yang bercorak menghambat-hambat, merugikan perkembangannya, bahkan
mengancam kehidupan orang-orang hanya oleh karena kebetulan termasuk golongan yang diprasangkai.
3. Ethosentris
Sikap ethosentris adalah kecendrungan untuk menilai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Kecendrungan
bahwa satu kelompok etnis tertentu merasa bahwa kebudayaan kelompoknyalah yang menempati urutan
tangga teratas, sebagai kebudayaan yang utama. Sedangkan kebudayaan etnis lain dianggap sesuatu yang tidak
logis, aneh, bertentangan dengan kehendak alam, dan seterusnya.
C.Pertentangan-Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa di
bayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Konflik mempunyai
potensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia.
Dasar komplik berbeda-beda. Dalam hal ini terdapat 3 element dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi
konflik, yaitu:
Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat didalam konflik.
9. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan,
masalah-malsalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan.Terdapatnya interaksi di antara bagian-
bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering di
hubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan paling
kecil yaitu individu, sampai kepada lingkup yang luas, yaitu masyarakat.
Pada taraf didalam dari seorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidak pastian, atau emosi-
emosi dan dorongan-dorongan yang antagonistik didalam diri seseorang.
Pada taraf kelompok, konflik-konflik di timbulkan dari konflik-konflik yang terjadi didalam diri individu,
dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma,
motivasi-motivasi meraka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat-minat mereka.
Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan diantara nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berada. Perbedaan-perbedaan
dalam tujuan, nilai, dan norma, serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-
sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dangan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan
lain.
D. Golongan-Golongan Yang Berbeda Dan Integrasi Sosial
1.Masyarakat Majemuk Dan Nasion Indonesia
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk, yaitu suatu masyarakat negara yang terdiri
dari berbagai suku bangsa atau golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional, yaitu berwujud
Negara Indonesia.
2.Terwujudnya Integrasi Sosial
Integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas
terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-
masing. Integrasi adalah suatu persatuan antara suatu individu atau
10. kelompok dengan individu atau kelompok yang lainnya. Integrasi masyarakat sangat diperlukan untuk
mencegah timbulnya pertentangan-pertentangan sosial antara masyarakat khususnya di Indonesia. Integrasi
sebagai suatu proses membutuhkan waktu yang relatif cukup lama karena pada prinsipnya integrasi merupakan
bentuk penunjukan sikap terhadap suatu keadaan. Dengan demikian maka integrasi adalah proses mental dalam
pembentukan atau penentuan sikap, dimana seseorang akan mengikuti tahapan aspek-aspek sikap yaitu :
a.Aspek Kognitif, yaitu sikap yang berhubungan dengan gejala mengenal alam fikiran.
b. Aspek afektif, yaitu terwujudnya proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu yang ditujukan
kepada objek tertentu.
c. Aspek konatif, (psychomotor) yang berwujud kecendrungan untuk berbuat sesuatu terhadap objek.
Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu :
a. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
b. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-
persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja
sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara
keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam
masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak
sistem yang tidak saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan
integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi prasangka tersebut. Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan
yaitu adalah :
a. masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) diantara sebagian besar
anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).
11. b. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai
kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan
sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
12. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Konflik
mempunyai potensi untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi
manusia. Konflik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara individu dengan individu atau kelompok
yang satu dengan kelompok yang lainnya. Selain itu secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam
diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial (psikologis). Oleh
karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis didalalm aspek-aspek
pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal
kepentingannya. Perbedaan-perbedaan tersebut secara garis besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
pembawaan dan lingkungan sosial sebagai komponen utama bagi terbentuknya keunikan individu dalalm hal
kepentingannya meskipun dengan lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan
memungkinkan timbulnya perbedaan individu dalam hal kepentingan meskipun pembawaannya sama.
Faktor yang menyebabkan terjadinya pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi masyarakat adalah
prasangka, diskriminasi dan ethosentris yang masing-masing dapat menyebabkan terjadinya berbagai konflik
diberbagai kalangan. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial. Kebutuhan merupakan suatu
awal dari tingkah laku Individu. Individu itu sendiri bertingkah laku karena adanya motivasi untuk memenuhi
kepentingan dan kebutuhannya.
13. B.Saran
Pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi masyaraka tidak akan terjadi jika masing-masing individu
atau kelompok tertentu menyadari bahwa perbedaan bukan merupakan sesuatu yang harus didebatkan
melainkan untuk dijadikan suatu ciri khas yang melambangkan integrasi kuat yang akan membimbing pada satu
tujuan bersama.
14. DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Abu Ahmadi. 1980. Dosen Ilmu Sosial Dasar Universitas padjajaran, Bandung
Drs. H. Hartono. September 1990. Ilmu Sosial Dasar
Drs. Arnicum Aziz. September 1990. Ilmu Sosial Dasar
IR. M. Munadar Soelaeman. Mei 1986.