1. BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagai umat islam, kita harus menegtahui secara mendalam tentang Al-
qur’an. Untuk menghadapi berbagai goncangan yang dari luar, karena orang-
orang non muslim ingin menghancurkan umat islam. Diantaranya dengan cara
menjeke-jelek el-qur’an. Mereke mengatakan bahwa al-qur’an adalah syair yang
dibuat oleh Nabi Muhammad.
Maka dari i itu kita sebagai umat islam harus mempelajari secara mendalam
ilmu tentang al-qur’an, diantaranya Ijaz Al-qur’an. Karena dalam materi ini
menjelaskan tentang kemu’jizatan al-qur’an untuk meleumpuhkan/melemahkan
kaum kafir yang menjelek-jelekkan al-qur’an.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terjadinya Ijaz al-qur’an?
2. Apa pengertian I’jaz Al-qr’an?
3. Ada Berapakah Mu’jizat itu?
4. Ada berapakah mu’jizat al-qur’an itu?
5. Apakah fungsi dan Manfaat i’jaz alq-ur’an?
1
2. BAB II
I’jaz Al-qur’an
2.1 Sejarah Terjadinya I’jaz Al-qur’an
Dalam sejarah, I’jaz Al-qur’an terjadi sejak zaman Nabi Muhammad Saw.
banyak sekali orang yang meragukan eksistensi al-Qur’an sebagai firman Allah.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa al-Qur’an adalah syair, al-Qur’an adalah
sihir dan lain sebagainya. Maka dari itu, al-Qur’an mengeluarkan tantangan
kepada orang-orang tersebut. Tantangan yang pertama kali dilontarkan adalah:
نَ قنيِنيدِنيصداَ ناواُوكداَ نْ ك إِني هِني لِنيثْ كمِني ثٍ دثيِنيحَ بِني تاواُوأْ كنيَ لْ كفَ نَ ناوُومِني ؤْ ك ثيُو لَ لْ ك بَ هُو لَ اوَّل قَ تَ نَ لاوُوقاوُوثيَ مْ ك أَ
Artinya: Ataukah mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) membuat-buatnya”.
Sebenarnya mereka tidak beriman. Maka hendaklah mereka mendatangkan
kalimat yang sepeti Al Qur’an itu, jika mereka orang-orang yang benar.
Kenyataannya tantangan tersebut tidak bisa mereka penuhi. Namun mereka
beralasan bahwa mereka tidak mengetahui sejarah umat terdahulu, maka wajar
kalau mereka tidak bisa membuat yang sepadan dengan al-Qur’an. Selanjutnya,
karena tantangan tersebut tidak mampu dipenuhi, maka Allah meringankan
tantangan tersebut dengan firman-Nya:
نَ قنيِنيدِنيصداَ مْ ك تُونْ ككُو نْ ك إِني للَّلِني ا نِني دنوُو نْ ك مِني مْ ك تُوعْ ك طَ تَ سْ ك ا نِني مَ عاواُو دْ ك نواَ تٍ ثيداَ رَ تَ فْ ك مُو هِني لِنيثْ كمِني رٍ اوَ سُو رِني شْ ك عَ بِني تاواُوأْ كفَ لْ ك قُو هُوراَ تَ فْ كا نَ لاوُوقاوُوثيَ مْ ك أَ
Artinya: Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al
Qur’an itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surah-
surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar”.
2
3. Namun kenyataannya tantangan yang kedua ini juga gagal dilayani dengan
alasan yang sama, yaitu tidak mengetahui sejarah umat terdahulu yang digunakan
sebagai isi dari sepuluh surah tersebut. Maka Allah meringankan tantangannya
dengan firman-Nya.
نَ قنيِنيدِنيصداَ مْ ك تُونْ ككُو نْ ك إِني للَّلِني ا نِني دنوُو نْ ك مِني مْ ك تُوعْ ك طَ تَ سْ ك ا نِني مَ عاواُو دْ ك نواَ هِني لِنيثْ كمِني ةٍ رَ ساوُو بِني تاواُوأْ كفَ لْ ك قُو هُوراَ تَ فْ كا نَ لاوُوقاوُوثيَ مْ ك أَ
Artinya: Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya.”
Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan
sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil
(untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
Ketiga tantangan tersebut terlontarkan ketika Nabi masih berada di Makkah,
masih ditambah tantangan yang keempat yang dikemukakan ketika Nabi sudah
berhijrah ke Madinah, yang terabadikan dalam firman Allah sebagai berikut:
مْ ك تتُونْ ككُو نْ ك إِني للتَّلِني ا نِني دنوُو نْ ك متِني مْ ك كُوءَ داَ هَ شتُو عتاواُو دْ ك نواَ هِني لتِنيثْ كمِني نْ ك متِني ةٍ رَ ستاوُو بِني تاواُوأْ كفتَ نداَ دِنيبتْ كعَ لت ىَ عَ نداَ لْ كزَّل نَ مداَّل مِني بٍ ثيْ كرَ ف يِني مْ ك تُونْ ككُو نْ ك إِنينوَ
نَ قنيِنيدِنيصداَ
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.
Ayat ini sebenarnya redaksinya mirip dengan ayat yang ada dalam surah
Yunus. Namun ayat dalam surah al-Baqarah ini di dalamnya terdapat min yang
menurut para pakar menunjukkan arti “kurang lebih”. Akan tetapi tantangan
tersebut belum juga terjawab, bahkan sampai sekarang tantangan tersebut masih
berlaku dan juga belum ada jawaban atau balasan, karena hal itu tidak mungkin
dilakukan oleh seorang manusia.
3
4. Pada zaman Nabi Muhammad pernah ada yang mengaku mendapat wahyu dan
membuat syair yang menandingi al-Qur’an, namun juga tidak berhasil. Ia adalah
Musailamah al-Kadzdzab. Syair yang ia buat adalah sebagai berikut:
.بقلنيل ربندا خلق من نومداذاك ,اثنيل نوذنب ,طاوثيل خرطاوم له ,مداالفنيل نومداادرك ,الفنيل الفنيل,مدا
Artinya: Gajah, Apa itu gajah?, Tahukah engkau apa gajah, Ia mempunyai belalai
yang panjang, dan ekor yang mantab. Itu bukanlah bagian dari ciptaan Tuhan kita
yang kecil.
Kalimat di atas jika dilihat sekilas, nampaknya dari segi bahasanya teratur.
Namun itu hanya berlaku bagi orang yang tidak berilmu, karena setiap orang yang
berilmu pasti tahu bahwa kata wa ma adraka itu dipakai untuk menunjukkan
sesuatu yang agung dan besar pengaruhnya, bukan dipakai untuk menunjukkan
gajah. Apalagi dari segi arti dan makna yang tersurat di dalamnya. Apabila dilihat
dari segi makna, maka kalimat di atas hanyalah nyanyian atau lagu anak kecil
yang berjudul gajah. Maka dari itu, pada zaman dahulu tantangan untuk membuat
yang seperti al-Qur’an belum ada jawaban dan tantangan tersebut tetap eksis dan
berlanjut hingga masa sekarang ini.
Pada zaman sekarang atau era modern, tuduhan yang serupa muncul kembali
dan itu terlontar dari kaum orientalist. Orientalist melontarkan tuduhan bahwa al-
Qur’an bukan wahyu Tuhan dan merupakan karangan Muhammad. Di samping
itu, ia juga mengatakan bahwa al-Qur’an merupakan percampuran unsur-unsur
perjanjian lama, perjanjian baru, dan sumber-sumber lainnya termasuk pengaruh
agama Yahudi. Itu semua merupakan tuduhan klasik yang sejak zaman Nabi
Muhammad sudah pernah terlontarkan. Sebenarnya orang yang mengetahui
sejarah Islam dengan rentetannya, ia akan tersenyum lebar menanggapi tuduhan
tersebut.
4
5. 2.2 Pengertian I’jaz Al-qur’an
Menurut bahasa I’jaz adalah isim mashdar dari ﻤﻋﺟﺰﺍ-ﺍﻋﺟﺍﺰﺍ-ﻴﻋﺟﺰ-ﺃﻋﺟﺰ
(‘ajaza
yu’jizu-i’jazan ). yang mempunyai arti “ketidak berdayaan atau keluputan”.
Makna Lainnya adalah “membuat tidak mampu”, seperti dalam contoh a’jaza
akhoohu “dia telah membuat saudaranya tidak mamp” manakala dia telah
menetapkan ketidakmampuan saudaranya itu dalam suatu hal. Kata i’jaz juga
berarti “terwujudnya ketidakmampuan”, seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku
mendapati Zaid tidak mampu”.
i'jāz atau yang sering disebut juga (mukjizat atau kemukjizatan), secara istilah
(terminologi) memiliki arti:
ﺍلﻤعجﺰةﺃمر :خارقللعادةمقرونبالتحدىسالمﻋنﺍلﻤعرضة
Artinya: Mukjizat adalah sesuatu peristiwa yang (sangat) luar biasa, yang disertai
tantangan dan selamat (terbebas) dari perlawanan.
Dengan definisi seperti ini, maka dapat dirumuskan bahwa “mukjizat” adalah
suatu keluarbiasaan yang terjadi pada diri seorang yang mengaku sebagai nabi
atau rasul untuk membuktikan kebenaran misinya, yang disertai unsur tantangan
dan tidak dapat dilawan atau ditantang.
2.3 Macam-macam Mu’jizat
Secara umum mu’jizat itu di bagi menjadi dua klasifikasi:
a. Indrawi(hissiyah)
Mu’jizat yang tampak dan dapat di tangkap oleh panca indera, seperti tongkat
nabi musa yang dapat berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan, mu’jizat
nabi nuh membuat perahu yang sangat besar dalam waktu yang cepat dan singkat
dan masih banyak yang lainnya.
b. Rasional(aqliyah)
Mu’jizat yang hanya dapat di pahami oleh akal pikiran(rasional) seperti al-
qur’an sebagai mukjizat nabi muhammad atas umatnya yaitu dari segi keindahan
5
6. sastranya tidak ada seorangpun yang dapat menandinginya karena itulah mu’jizat
al-qur’an ini bisa abadi sampai hari kiamat.
2.4 Macam-macam Mu’jizat Al-qur’an
Selain Sebagai mukjizat yang terbesar yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Al-qur’an pun memiliki mu’jizat sendiri, yaitu:
a. Segi bahasa dan susunan redaksinya
Dari segi Bahasa al-Qur’an sungguh mampu membuat orang terpesona serta
singkat, padat, dan akurat. Seperti contoh berikut ini:
) قاً ارًْق غَر تِ ﻋاَر زِ ناَّوﺍلَر1) طاً ا شًْق نَر تِ طاَر شِ ناَّوﺍلَر (2) حاً ا بًْقسَر تِ حاَر بِ ساَّ وﺍلَر (3) قاً ابًْقسسسَر تِ قاَربِ ساَّ فالَر (4) رﺍً ا سسمًْق ﺃَر تِ رﺍَر بِّردَرسسﻤَُد لًْقفاَر (
5(
Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan
(malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut, dan (malaikat-
malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, dan (malaikat-malaikat) yang
mendahului dengan kencang, dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan
(dunia). (Q.S.al-Nazi’at: 1-5)
Keindahan komposisi bahasa Arab yang berbeda dengan komposisi sastra
manapun. gaya bahasa yang digunakan unik dan berbeda dengan gaya bahasa
Arab biasa. Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya al-
Quran telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun
yang ada didunia ini, baik sebelum dan seudah mereka dalam bidang kefashihan
bahasa (balaghah).
Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa
dan seni sastra, karena sebab itulah al-Quran menantang mereka. Padahal mereka
memiliki kemampuan bahasa yang tidak bias dicapai orang lain seperti kemahiran
dalam berpuaisi, syi’ir atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam
sastra yang tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka
tetap dalam ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan al-Quran.
6
7. b. Segi isyarat ilmiah
Al-Qur’an bukan merupakan kitab atau buku ilmiah, namun al-Qur’an mampu
memberikan isyarat ilmiah sebelum manusia menyadari kebenarannya. Contohnya
mengenai reproduksi manusia yang diterangkan dalam surah al-Mu’minun:
) نٍ طﻴِ نًْق مِ ةٍ لَرلَر سَُد نًْق مِ نَر ساَر نًْقلًْقِ ﺍ ناَرقًْق لَرخَر دًْق قَرلَروَر12) نٍ سسكﻴِ مَر رٍ رﺍَر قَر ف يِ ةً ا فَرطًْق نَُد هَُدناَرلًْقعَر ﺟَر مَّثَُد (13ةً ا سسقَرلَرﻋَر ةَر سسفَرطًْق نُّﺍل ساسنَرقًْق لَرخَر مَّسسثَُد (
نَُد سسَر حًْق ﺃَر سسللََُّد ﺍ كَر رَر ساسبَرتَرفَر رَر سسخَر آَر ساسقً الًْقخَر هَُدناَرأًْقسسشَر نًْقﺃَر مَّثسَُد ساسﻤً ا حًْق لَر مَر ظاَر عِ لًْقﺍ ناَروًْق سَر كَر فَر ماً ا ظاَر ﻋِ ةَر غَر ضًْق ﻤَُد لًْقﺍ ناَرقًْق لَرخَر فَر ةً ا غَر ضًْق مَُد ةَر قَرلَرعَر لًْقﺍ ناَرقًْق لَرخَر فَر
) نَر قﻴِ لِ خاَر لًْقﺍ14(
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Q.S. al-Mu’minun/23:12-14)
Penetapan syari’ah yang sempurna dan melampaui segala hukum ciptaan
manusia. Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi ilmiyah adalah dorongan
serta stimulasi al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya
sendiri dan alam semesta yang mengitarinya. Al-Quran memberikan ruangan
sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya
tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif.
Pada khirnya teori ilmu pengetahuan yang telah lulus uji kebenaran ilmiahnya
akan selalu koheheren dengan al-Quran.
Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-
ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru
terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini.
Diantaranya adalah :
7
8. 1. “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’:
30). Dalam ayat ini terdapat isyarat ilmiah tentang sejarah tata surya dan
asal mulanya yang padu, kemudian terpisah-pisahnya benda-benda langit
(planet-planet), sebagian dari yang lain secara gradual. Begitu juga di
dalamnya terdapat isyarat tentang asal-usul kehidupan yaitu dari air.
2. “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum
kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”
(QS. Al-Hijr: 22) ayat ini meberikan isyarat tentang peran angin dalam
turunnya hujan begitu juga tentang pembuahan serbuk bunga tumbuh-
tumbuhan.
3. “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-
macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,”
(QS. Al-Zalzalah: 6) adanyan pemeliharaan dan pengabadian segala
macam perbuatan manusia di dunia. Dan jika ini dapat dilakukan manusia,
maka pastilah itu jauh lebih mudah bagi Allah
4. “Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) dianatara kepelikan
penciptaan manusia adalah sidik jarinya. Ayat ini menyebtkan kenyataan
ilmiah bahwa tidak ada jari-jari tangan seorang manusia yang bersidik jari
yang sama dengan manusia yang lainnya
c. Segi pemberitaan yang ghaib
Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak berita tentang hal ghaib.
Kapabilitas al-Quran dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang
ghaib seakan menjadi prasyarat utama penopang eksistensinya sebgai kitab
mukjizat. Akan tetapi pemberian informasi akan segala hal yang ghaib tidak
memonopoli seuruh aspek kemukjizatan al-Quran itu sendiri. Diantara contohnya
adalah:
8
9. a. Keghaiban masa lampau. Al-Quran sangat jelas dan fasih seklai dalam
menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang
langsung mengikuti jalannya cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah
tersebut yang tidak terbukti kebenarannya. Diantaranya adalah: Kisah nabi
Musa: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.”
mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?”
Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah
seorang dari orang-orang yang jahil”.(QS. Al-baqarah: 67) Kisah Fir’aun :
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan
dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup
anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun Termasuk orang-
orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qoshosh: 4)
b. Keghaiban masa sekarang. Terbukanya niat busuk orang munafik di masa
rasulullah.Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.
(QS. Al-Baqoroh: 204)
c. Keghaiban masa yang akan datang. Ghulibatir ruum. Fii adnal ‘ardhii
wahum min ba’di ghalibiin sayaghlibun fi bid’i sinin (QS. Ar-Rum 2-4)
dan Kita simak informasi dalam al-Qur’an sebagai berikut:
) الم1) نَ ننوُنوتَ فَْت يُنو لَ مَْت هُنو وَ و انَّامَ آَ لنواُنونوقُنويَ نَْت أَ كنواُنورَ تَْتيُنو نَْت أَ سُنو و انَّاال بَ سَِب حَ أَ (2للَّاُنو ا نَّا مَ لَ عَْت يَ لَ فَ مَْت هَِب لَِببَْتقَ نَْت مَِب نَ ذيَِبلَّاا و انَّاتَ فَ دَْت قَ لَ وَ (
) نَ بيَِبذَِبو اكَ لَْتا نَّا مَ لَ عَْت يَ لَ وَ قنواُنودَ صَ نَ ذيَِبلَّاا3) نَ منوُنو كُنوحَْت يَ و امَ ءَ و اسَ و انَ قنوُنوبَِبسَْت يَ نَْت أَ تَِب و ائَ يَِّئسَّا ال نَ لنوُنومَ عَْت يَ نَ ذيَِبلَّاا بَ سَِب حَ مَْت أَ (4نَْت مَ (
) مُنوليَِبعَ لَْتا عُنو ميَِب سَّا ال نوَ هُنو وَ تٍ هَو لَ َ للَّاَِب ا لَ جَ أَ نَّا إَِبفَ للَّاَِب ا ءَ و اقَ لَِب جنوُنو رَْت يَ نَ و اكَ 5(
9
10. Artinya: Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun
(lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ar-Rum:1-5)
d. Segi petunjuk penetapan hukum syara’
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari
penyebabnya selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya
syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi
kehidupan, yang dibawa al-Quran utnuk mengatur kehidupan amanusia yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Antara lain contohnya :
a. Keadilan. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-
nahl: 90)
b. Mencegah pertumpahan darah. “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu
hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan Barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya. Dan Sesungguhnya telah datang kepada
mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
10
11. c. Pertahanan untuk menghancurkan fitnah dan agresi. “Dan perangilah
mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu
hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang
yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 193).
2.5 Tujuan I’jaz Al-qur’an
Allah menurunkan Al-qur’anitu memeiliki tujuan yaitu sebagai petunjuk bagi
umat islam. Selai itu I’jaz Al-qur’an memiliki tujuan tersendiri, yaitu :
a. Tujuan Pengi’jazan Al-qur’an
untuk melemahkan dan mengalahkan usaha orang-orang yang menentang
seruan para rasul.
Mendorong orang berfikir dan membuka pintu-pintu ilmu pengetahuan
Menyeru dan memanggil untuk memasuki gudang ilmu.
untuk menyempurnakan ajaran-ajaran kitab fardlu
b. Fungsi I’jaz Al-Qur’an
Fungsi I’jaz Al-qur’an ialah berdasarkan pengertian dan kedudukan Al-qur’an
itu sendiri:
Al-qur’an kitab yang universal
Al-qur’an tidak menghususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu seperti
bangsa arab atau kelompok tertentu, seperti kaum muslimin. Akan tetapi, ia
berbicara kepeda seluruh manusia, baik umat islam maupun non islam, termasuk
orang-orang kafir, musyrik, yahudi, nasrani, maupun bani israil. Al-qur’an
menyatu kepada semua penghuni alam tanpa membedakan setatus dan golongan.
11
12. Al-qur’an kitab yang sempurna
Tujuan al-qur’an akan dapat di capai dengan pandangan realistik terhadap
alam dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak serta hukum-hukum
perbuatan.
Al-qur’an kitab yang abadi
Al-qur’an adalah kitab yang abadi sepanjang masa. Suatu perkataan yang
sepenuhnya benar dan sempurna maka tidak mungkin ia terbatas oleh zaman
Al-qur’an mengandung kebenaran
Al-qur’an menjadi bukti kebenran nabi muhammad saw. Bukti kebenaran
tersebut dikemukakan dalam bentuk tantangan yang sifatnya bertahap.
12
13. BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
I’jaz Al-qur’an telah ada sejak masa Rosulullah, karena untuk melemahkan
dan menlumpuhkan celaan orang orang kafir terhadap al-qur’an yang mereka kira
sebuah syair yang dibuat-buat oleh Nabu Muhammad Saw, sebagaimana
pengertian I’jaz itu sendiri.
Bermacam-macam kemu’jizatan yang terdapat dalam al-qur’an. Diantaranya
dari segi Bahasanya, yang indah dan teratur. Menjelaskan sesuatu yang belum
tertjadi. Dam masih banyak lagi mu’jijat lainya.
3.2 Saran
Kami mneyadari bahwasannya kaya tulis kami ini sangat jauh dari sempurna,
maka dari itu kami mohon saran dan komrntanya bagi para pembaca agar karya
tulis yang kami buat akan lebih bagus kedepannya.
Dan kami berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan untuk kami khususnya..
13
14. Daftar Pustaka
Qatthan, Manna’ Khalil, Tarikh al-Tasyri’ al-Islamy: al-Tasyri’ wa al-Fiqh,
Riyadh: Maktabah al-Ma’arif li al-Nashr Wa al-Tauzig, 1996.
Shihab, Quraish, Lentera Al-Qur’an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2008
Ibrahim, Farid Wajdi, Orientalisme dan Sikap Umat Islam, Yogyakarta: Lanarka
Publisher, 2006.
Mufidah, Lukluk Nur, “Al-Qur’an Sebagai Sumber Konsep Pendidikan Islam”,
dalam Ta’allum Jurnal Pendidikan Islam, Vol.29.No.1.
Manna’ Khalil al Qattan, Mabahits fi Ulum al Qur’an
jalal ,Suyuthi, al bin Abdurrahman, al itqan fi ulum al qur’an
http://www.i’jaz-Alqur’an/20/05/2013/wordpress.com
http://www.defenisi_I’jaz_alqur’an.blogspot.com
http://www.artikel_macam_macam_ijaz_alqur’an/22/25/2013.com
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1313
14