SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET HASIL PERCOBAAN 
 Data Awal Percobaan 
Berat sampel aspirin: 0,6 g 
Konsentrasi NaOH: 0,1 M 
Volume larutan: 100 ml 
Konsentrasi Na₂S₂O₄: 0,1 M 
Volume larutan yang dititrasi: 10 ml 
 Reaksi Analisis Aspirin 
 Data Pengamatan Analisis Aspirin 
No 
Uraian 
Perc. 1 
Perc. 2 
Perc. 3 
1. 
Volume NaOH penitrasi (ml) 
3,2 
3,3 
3,1 
2. 
Mol NaOH yang ditambahkan (mlo) 
0,00032 
0,00033 
0,00031 
3. 
Mol aspirin yang bereaksi (mol) 
0,00032 
0,00033 
0,00031 
4. 
Mol aspirin dalam sampel (mol) 
0,00032 
0,00033 
0,00031 
5. 
Massa aspirin dalam sampel (gram) 
0,0576 
0,0596 
0,0558 
6. 
Persen aspirin dalam sampel (%) 
9,6 
9,9 
9,3 
Kadar aspirin dalam sampel = 9,6% 
 Reaksi Analisis Kafein 
 Data Pengamatan Analisis Kafein 
No. 
Uraian 
Perc. 1 
Perc. 2 
Perc. 3 
1 
Volume Na₂S₂O₃ penitrasi (ml) 
2,5 
2,0 
0,5 
2 
Mol Na₂S₂O₃ yang ditambahkan (mol) 
0,00025 
0,0002 
0,00005 
3 
Mol I₂ yang direduksi S₂O₃⁻ (mol) 
0,000125 
0,0001 
0,000025 
4 
Mol I₂ yang direduksi kafein (mol) 
0,00187 
0,0019 
0,00197 
5 
Mol kafein dalam sampel (mol) 
0,0199 
0,01995 
0,01998
6 
Massa kafein dalam sampel (gram) 
3,86 
3,87 
3,877 
7 
Persen kafein dalam sampel (%) 
664,45 
645,05 
646,25 
Kadar kafein dalam sampel = 645,32% 
PEMBAHASAN 
Pada percobaan ini akan menentukan besarnya konsentrasi aspirin dan kafein yang terkandung dalam sebutir tablet. 
Sebagai kegiatan pertama yaitu menentukan konsentrasi aspirin, di mana diawali dengan menimbang satu butir tablet aspirin. Kemudian tablet tersebut digerus sampai halus dengan lumpang porselin agar nantinya tablet bisa cepat larut. 
Tablet yang sudah dihaluskan, dimasukan dalam erlemeyer ditambah 25 ml alkohol. Digunakan alkohol karena aspirin bersifat polar, alkohol juga polar sehingga dapat saling melarutkan. Sebagai pelarut tidak digunakanya air dikarenakan dalam air aspirin akan terurai menjadi asam asetat dan asam salisilat yang menyebabkan aspirin tidak stabil. 
Kemudian erlemeyer yang berisi serbuk aspirin dan 25 ml alkohol dikocok kurang lebih selama 5 menit agar aspirin dan alkohol bercampur (menjadi homogen). Setelah dipastikan tercampur, selanjutnya erlemeyer dipanaskan. 
Alat yang digunakan akan lebih aman jika menggunakan kompor listrik atau sejenisnya dan menghindari menggunakan spritus. Hal ini dikarenakan larutan yang akan dipanaskan mengandung unsur alkohol, jadi untuk menghindari adanya kebakaran. Pemanasan itu dilakukan agar memudahkan dan mempercepat reaksi atau untuk mengaktifkan senyawanya, karena senyawa organik agar sukar bereaksi. Hal ini dibuktikan dengan pemanasan maka ikatan COOH terputus menjadi COO- dan H+. Pemanasan ini berlangsung sekiranya sampai larutan mendidih. 
Ketika larutan telah mendidih, kemudian diambil 10 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam larutan diberi 2 tetes indikator PP dan dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Digunakan larutan NaOH karena aspirin bersifat asam sehingga harus dinetralkan dengan basa. Mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada larutan campuran aspirin dan alkohol, akan menunjukkan warna bening. Namun, ketika telah mencapai pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. 
Dalam titrasi terjadi reaksi sebagai berikut ini. 
+ NaOH 
CH3 
O 
C 
O 
COOH 
CH3 
O 
C 
O 
COONa
Apabila telah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali dan di mana perubahan warna menjadi merah muda tersebut tetap bertahan selama kurang lebih satu menit, maka titrasi langsung dihentikan dan volume NaOH yang berkurang kemudian dicatat. Volume yang berkurang ini menandakan banyaknya volume NaOH yang bereaksi dengan larutan campuran aspirin dan alkohol. Apabila terjadi kelebihan NaOH dalam titrasi, maka hasil reaksi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, di mana reaksinya justru akan menjadi seperti berikut ini. 
+ NaOH + COOH Dengan diketahui besarnya volume yang bereaksi, maka dapat dihitung besarnya konsentrasi aspirin dalam sebutir tablet aspirin. Dari hasil percobaan didapat konsetrasi aspirin dalam tablet yakni pada percobaan 1 diperoleh 9,6%, pada percobaan 2 didapat 9,9%, dan pada percobaan 3 didapat 9,3%. Pada hasil percobaan memperlihatkan konsentrasi aspirin berbeda-beda. Pada kegiatan kedua yakni penentuan konsentrasi kafein dalam tablet. Proses awal kegiatan kedua ini hampir sama dengan pada kegiatan pertama. Namun, saat campuran aspirin dan alkohol dimasukkan ke labu takar 100 mL harus didiamkan dahulu selam kurang lebih 10 menit. Setelah itu, ke dalam larutan ditambahkan 5 mL 10%. Penambahan asam sulfat ini akan membuat reaksi berada dalam suasana asam. Pengubahan agar larutan menjadi bersuasana asam karena larutan memiliki kepekatan yang lebih besar, sehingga jika dalam suasana asam maka reaksi akan terjadi dibandingkan saat larutan dalam suasana basa atau netral. Sementara itu, penambahan larutan iodium akan menyebabkan ikatan c=c pada kafein akan mengalami reaksi adisi dengan iodium yang ditambahkan. Kafein memiliki dua ikatan rangkap c=c, sehingga ketika penambahan I2 maka masing-masing ion I akan bereaksi dengan ikatan rangkap c=c tersebut. Reaksi yang terbentuk pada proses adisi I2 terhadap kafein adalah sebagai berikut. 
CH3 
O 
C 
O 
COOH 
ONa 
CH3 
O 
C 
O
Sebelum dititrasi, larutan disaring terlebih dahulu. Penyaringan ini bertujuan agar larutan yang hendak dititrasi merupakan larutan murni di mana tidak terdapat endapan- endapan asing yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya titrasi. 
Pada titrasi digunakan indikator amilum yang berbentuk ion komplek berwarna biru yang berasal dari amilum, reaksi yang terjadi pada indikator amilum adalah sebagai berikut: 
I2 + amilum → I2-amilum. 
Tujuan penggunaan indikator amilum ini dalam proses titrasi natrium thiosulfat dan kafein ini dikarena natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan warna berubah kembali seperti semula setelah tercapainya titik ekivalen pada saat proses titrasi dengan natrium thiosulfat. 
Penggunaan larutan 0,1 M sebagai larutan penitrasi dikarenakan kelebihan iodium pada titrat setelah terjadinya reaksi adisi dan iodium yang teradisi pada kefein dapat diketahui. Iodium merupakan jenis larutan oksidator. Dikarenakn proses titrasi yang akan berlangsung adalah titrasi redoks, sehingga dibutuhkan larutan yang bersifat reduktor, yakni larutan sebagai penitrasi. 
Reaksi yang terjadi saat titrasi redoks adalah sebagai berikut. 
Reduksi 
Oksidasi 
Reaksi 
Adanya transfer elektron membuktikan bahwa titrasi yang berlangsung merupakan reaksi redoks. Dikatakan titrasi redoks iodometrik karena titrasi berdasarkan reaksi redoks antara iodin dengan larutan untuk menentukan kadar iodin. 
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar 
Pada setiap proses titrasi, baik pada titrasi asam basa maupun titrasi redoks dilakukan perulangan sebanyak 3 kali. Perulangan sebanyak 3 kali ini memiliki tujuan untuk memastikan hasil percobaan apabila terjadi kesalahan. Kesalahan yang di maksudkan adalah kesalahan dalam mengukur volume dan kesalahan dalam banyaknya volume larutan standar yang dititrasi. Sehingga dengan adanya perulangan ini dapat meminilasir kesalahan yang dapat terjadi. 
LAMPIRAN 
PERHITUNGAN 
 Analisis Aspirin dalam Sampel
Percobaan 1 
o Volume NaOH = 3,2 ml 
o Konsentrasi NaOH = 0,1M 
o Mol NaOH 
= 0,1 x 3,2 
= 0,32 mmol 
Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga 
o Mol aspirin 
= 0,1 x 3,2 
= 0,32 mmol 
o Mol aspirin dalam sampel 
= 10 x 0,1 x 0,32 
= 0,32 mmol 
o Massa aspirin dalam sampel 
= 0,32 x 180,29 
= 0,0576 gram 
o % aspirin dalam sampel = 9,6% 
Percobaan 2 
o Volume NaOH = 3,3 ml 
o Konsentrasi NaOH = 0,1M 
o Mol NaOH 
= 0,1 x 3,3 
= 0,33 mmol 
Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga 
o Mol aspirin 
= 0,1 x 3,3 
= 0,33 mmol 
o Mol aspirin dalam sampel 
= 10 x 0,1 x 0,33 
= 0,33 mmol 
o Massa aspirin dalam sampel 
= 0,33 x 180,29 
= 0,0594 gram 
o % aspirin dalam sampel = 9,9%
Percobaan 3 
o Volume NaOH = 3,1 ml 
o Konsentrasi NaOH = 0,1M 
o Mol NaOH 
= 0,1 x 3,1 = 0,31 mmol Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga 
o Mol aspirin 
= 0,1 x 3,1 = 0,31 mmol 
o Mol aspirin dalam sampel 
= 10 x 0,1 x 0,31 = 0,31 mmol 
o Massa aspirin dalam sampel 
= 0,31 x 180,29 = 0,0558 gram 
o % aspirin dalam sampel = 9,3% 
jadi, rata-rata % aspirin dalam sampel = 9,6% 
 Analisis Kafein dalam Sampel 
Kafein + I₂ I₂ kafein 
Percobaan 1 
o Volume S₂O₃⁻ = 2,5 ml 
o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M 
o Mol S₂O₃⁻ 
= 2,5 x 0,1 
= 0,25 mmol 
o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ 
= 0,5 x 2,5 x 0,1 
= 0,125 mmol 
o Mol iodium mula-mula 
= 20 x 0,1 
= 2 mmol 
o Mol iodium sisa 
= 0,05 x 0,125 
= 0,00625 mmol
o Mol iodium bereaksi 
= ( 2 – ( 0,05 x 0,125 ) ) 
= 1,99375 mmol 
o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99375 mmol 
o Mol kafein dalam sampel 
= 10 x 1,99375 
= 19,9375 mmol 
o Massa kafein dalam sampel 
= 19,9375 x 194 
= 3,868 gram 
o % kafein dalam sampel = 644,65% 
Percobaan 2 
o Volume S₂O₃⁻ = 2,0 ml 
o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M 
o Mol S₂O₃⁻ 
= 2,0 x 0,1 
= 0,20 mmol 
o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ 
= 0,5 x 2,0 x 0,1 
= 0,1 mmol 
o Mol iodium mula-mula 
= 20 x 0,1 
= 2 mmol 
o Mol iodium sisa 
= 0,05 x 0,125 
= 0,00625 mmol 
o Mol iodium bereaksi 
= ( 2 – ( 0,05 x 0,1 ) ) 
= 1,995 mmol 
o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,995 mmol 
o Mol kafein dalam sampel 
= 10 x 1,995 
= 19,95 mmol 
o Massa kafein dalam sampel 
= 19,95 x 194 
= 3,87 gram 
o % kafein dalam sampel = 645,05% 
Percobaan 3 
o Volume S₂O₃⁻ = 0,5 ml
o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M 
o Mol S₂O₃⁻ 
= 0,5 x 0,1 
= 0,05 mmol 
o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ 
= 0,5 x 0,05 x 0,1 
= 0,025 mmol 
o Mol iodium mula-mula 
= 20 x 0,1 
= 2 mmol 
o Mol iodium sisa 
= 0,05 x 0,025 
= 0,00125 mmol 
o Mol iodium bereaksi 
= ( 2 – ( 0,05 x 0,025 ) ) 
= 1,99875 mmol 
o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99875 mmol 
o Mol kafein dalam sampel 
= 10 x 1,99875 
= 19,9875 mmol 
o Massa kafein dalam sampel 
= 19,9875 x 194 
= 3,878 gram 
o % kafein dalam sampel = 646,26% 
Jadi, rata-rata % kafein dalam sampel = 645,32%.

More Related Content

What's hot

LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
Ridha Faturachmi
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
wd_amaliah
 

What's hot (20)

EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Sintesis aspirin
Sintesis aspirinSintesis aspirin
Sintesis aspirin
 
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptPresentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
 
Analisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaAnalisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamida
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Destilasi uap air(1)
Destilasi uap air(1)Destilasi uap air(1)
Destilasi uap air(1)
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri titrasi pengendapan Argentometri
titrasi pengendapan Argentometri
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum Pemurnian
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Diazotasi
DiazotasiDiazotasi
Diazotasi
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 

Similar to Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Larutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan KonsentrasiLarutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan Konsentrasi
Iwan Setiawan
 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
Imo Priyanto
 
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
Nur Ziah
 

Similar to Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet (20)

Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdaganganLaporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
Laporan praktikum penentuan kadar asam cuka perdagangan
 
Laporan kimia
Laporan kimiaLaporan kimia
Laporan kimia
 
Larutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan KonsentrasiLarutan Dan Konsentrasi
Larutan Dan Konsentrasi
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
Asam cuka
Asam cukaAsam cuka
Asam cuka
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
 
Stoikiometri Reaksi (1).pptx
Stoikiometri Reaksi (1).pptxStoikiometri Reaksi (1).pptx
Stoikiometri Reaksi (1).pptx
 
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
 
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
Kimia Pangan dan Gizi tentang Analisis Karbohidrat secara Kuantitatif dan Kua...
 
Laporan titrasi
Laporan titrasiLaporan titrasi
Laporan titrasi
 
Titrasi Cuka Makan
Titrasi Cuka MakanTitrasi Cuka Makan
Titrasi Cuka Makan
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3
 
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorPenetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK Bogor
 
Bab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutanBab5. konsep larutan
Bab5. konsep larutan
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Praktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
Praktikum Kimia - Penurunan Titik BekuPraktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
Praktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
 
Penetapan Kadar Kalsium dalam Kalsium Karbonat
Penetapan Kadar Kalsium dalam Kalsium KarbonatPenetapan Kadar Kalsium dalam Kalsium Karbonat
Penetapan Kadar Kalsium dalam Kalsium Karbonat
 
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
Penetapan Kadar Kalsium dalam CaCO3 SMAKBO 57 2012
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Herawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasiHerawati laporan praktikum titrasi
Herawati laporan praktikum titrasi
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
qlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

  • 1. ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET HASIL PERCOBAAN  Data Awal Percobaan Berat sampel aspirin: 0,6 g Konsentrasi NaOH: 0,1 M Volume larutan: 100 ml Konsentrasi Na₂S₂O₄: 0,1 M Volume larutan yang dititrasi: 10 ml  Reaksi Analisis Aspirin  Data Pengamatan Analisis Aspirin No Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3 1. Volume NaOH penitrasi (ml) 3,2 3,3 3,1 2. Mol NaOH yang ditambahkan (mlo) 0,00032 0,00033 0,00031 3. Mol aspirin yang bereaksi (mol) 0,00032 0,00033 0,00031 4. Mol aspirin dalam sampel (mol) 0,00032 0,00033 0,00031 5. Massa aspirin dalam sampel (gram) 0,0576 0,0596 0,0558 6. Persen aspirin dalam sampel (%) 9,6 9,9 9,3 Kadar aspirin dalam sampel = 9,6%  Reaksi Analisis Kafein  Data Pengamatan Analisis Kafein No. Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3 1 Volume Na₂S₂O₃ penitrasi (ml) 2,5 2,0 0,5 2 Mol Na₂S₂O₃ yang ditambahkan (mol) 0,00025 0,0002 0,00005 3 Mol I₂ yang direduksi S₂O₃⁻ (mol) 0,000125 0,0001 0,000025 4 Mol I₂ yang direduksi kafein (mol) 0,00187 0,0019 0,00197 5 Mol kafein dalam sampel (mol) 0,0199 0,01995 0,01998
  • 2. 6 Massa kafein dalam sampel (gram) 3,86 3,87 3,877 7 Persen kafein dalam sampel (%) 664,45 645,05 646,25 Kadar kafein dalam sampel = 645,32% PEMBAHASAN Pada percobaan ini akan menentukan besarnya konsentrasi aspirin dan kafein yang terkandung dalam sebutir tablet. Sebagai kegiatan pertama yaitu menentukan konsentrasi aspirin, di mana diawali dengan menimbang satu butir tablet aspirin. Kemudian tablet tersebut digerus sampai halus dengan lumpang porselin agar nantinya tablet bisa cepat larut. Tablet yang sudah dihaluskan, dimasukan dalam erlemeyer ditambah 25 ml alkohol. Digunakan alkohol karena aspirin bersifat polar, alkohol juga polar sehingga dapat saling melarutkan. Sebagai pelarut tidak digunakanya air dikarenakan dalam air aspirin akan terurai menjadi asam asetat dan asam salisilat yang menyebabkan aspirin tidak stabil. Kemudian erlemeyer yang berisi serbuk aspirin dan 25 ml alkohol dikocok kurang lebih selama 5 menit agar aspirin dan alkohol bercampur (menjadi homogen). Setelah dipastikan tercampur, selanjutnya erlemeyer dipanaskan. Alat yang digunakan akan lebih aman jika menggunakan kompor listrik atau sejenisnya dan menghindari menggunakan spritus. Hal ini dikarenakan larutan yang akan dipanaskan mengandung unsur alkohol, jadi untuk menghindari adanya kebakaran. Pemanasan itu dilakukan agar memudahkan dan mempercepat reaksi atau untuk mengaktifkan senyawanya, karena senyawa organik agar sukar bereaksi. Hal ini dibuktikan dengan pemanasan maka ikatan COOH terputus menjadi COO- dan H+. Pemanasan ini berlangsung sekiranya sampai larutan mendidih. Ketika larutan telah mendidih, kemudian diambil 10 ml dan dimasukkan ke erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam larutan diberi 2 tetes indikator PP dan dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Digunakan larutan NaOH karena aspirin bersifat asam sehingga harus dinetralkan dengan basa. Mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada larutan campuran aspirin dan alkohol, akan menunjukkan warna bening. Namun, ketika telah mencapai pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Dalam titrasi terjadi reaksi sebagai berikut ini. + NaOH CH3 O C O COOH CH3 O C O COONa
  • 3. Apabila telah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali dan di mana perubahan warna menjadi merah muda tersebut tetap bertahan selama kurang lebih satu menit, maka titrasi langsung dihentikan dan volume NaOH yang berkurang kemudian dicatat. Volume yang berkurang ini menandakan banyaknya volume NaOH yang bereaksi dengan larutan campuran aspirin dan alkohol. Apabila terjadi kelebihan NaOH dalam titrasi, maka hasil reaksi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, di mana reaksinya justru akan menjadi seperti berikut ini. + NaOH + COOH Dengan diketahui besarnya volume yang bereaksi, maka dapat dihitung besarnya konsentrasi aspirin dalam sebutir tablet aspirin. Dari hasil percobaan didapat konsetrasi aspirin dalam tablet yakni pada percobaan 1 diperoleh 9,6%, pada percobaan 2 didapat 9,9%, dan pada percobaan 3 didapat 9,3%. Pada hasil percobaan memperlihatkan konsentrasi aspirin berbeda-beda. Pada kegiatan kedua yakni penentuan konsentrasi kafein dalam tablet. Proses awal kegiatan kedua ini hampir sama dengan pada kegiatan pertama. Namun, saat campuran aspirin dan alkohol dimasukkan ke labu takar 100 mL harus didiamkan dahulu selam kurang lebih 10 menit. Setelah itu, ke dalam larutan ditambahkan 5 mL 10%. Penambahan asam sulfat ini akan membuat reaksi berada dalam suasana asam. Pengubahan agar larutan menjadi bersuasana asam karena larutan memiliki kepekatan yang lebih besar, sehingga jika dalam suasana asam maka reaksi akan terjadi dibandingkan saat larutan dalam suasana basa atau netral. Sementara itu, penambahan larutan iodium akan menyebabkan ikatan c=c pada kafein akan mengalami reaksi adisi dengan iodium yang ditambahkan. Kafein memiliki dua ikatan rangkap c=c, sehingga ketika penambahan I2 maka masing-masing ion I akan bereaksi dengan ikatan rangkap c=c tersebut. Reaksi yang terbentuk pada proses adisi I2 terhadap kafein adalah sebagai berikut. CH3 O C O COOH ONa CH3 O C O
  • 4. Sebelum dititrasi, larutan disaring terlebih dahulu. Penyaringan ini bertujuan agar larutan yang hendak dititrasi merupakan larutan murni di mana tidak terdapat endapan- endapan asing yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya titrasi. Pada titrasi digunakan indikator amilum yang berbentuk ion komplek berwarna biru yang berasal dari amilum, reaksi yang terjadi pada indikator amilum adalah sebagai berikut: I2 + amilum → I2-amilum. Tujuan penggunaan indikator amilum ini dalam proses titrasi natrium thiosulfat dan kafein ini dikarena natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini menyebabkan warna berubah kembali seperti semula setelah tercapainya titik ekivalen pada saat proses titrasi dengan natrium thiosulfat. Penggunaan larutan 0,1 M sebagai larutan penitrasi dikarenakan kelebihan iodium pada titrat setelah terjadinya reaksi adisi dan iodium yang teradisi pada kefein dapat diketahui. Iodium merupakan jenis larutan oksidator. Dikarenakn proses titrasi yang akan berlangsung adalah titrasi redoks, sehingga dibutuhkan larutan yang bersifat reduktor, yakni larutan sebagai penitrasi. Reaksi yang terjadi saat titrasi redoks adalah sebagai berikut. Reduksi Oksidasi Reaksi Adanya transfer elektron membuktikan bahwa titrasi yang berlangsung merupakan reaksi redoks. Dikatakan titrasi redoks iodometrik karena titrasi berdasarkan reaksi redoks antara iodin dengan larutan untuk menentukan kadar iodin. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar Pada setiap proses titrasi, baik pada titrasi asam basa maupun titrasi redoks dilakukan perulangan sebanyak 3 kali. Perulangan sebanyak 3 kali ini memiliki tujuan untuk memastikan hasil percobaan apabila terjadi kesalahan. Kesalahan yang di maksudkan adalah kesalahan dalam mengukur volume dan kesalahan dalam banyaknya volume larutan standar yang dititrasi. Sehingga dengan adanya perulangan ini dapat meminilasir kesalahan yang dapat terjadi. LAMPIRAN PERHITUNGAN  Analisis Aspirin dalam Sampel
  • 5. Percobaan 1 o Volume NaOH = 3,2 ml o Konsentrasi NaOH = 0,1M o Mol NaOH = 0,1 x 3,2 = 0,32 mmol Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga o Mol aspirin = 0,1 x 3,2 = 0,32 mmol o Mol aspirin dalam sampel = 10 x 0,1 x 0,32 = 0,32 mmol o Massa aspirin dalam sampel = 0,32 x 180,29 = 0,0576 gram o % aspirin dalam sampel = 9,6% Percobaan 2 o Volume NaOH = 3,3 ml o Konsentrasi NaOH = 0,1M o Mol NaOH = 0,1 x 3,3 = 0,33 mmol Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga o Mol aspirin = 0,1 x 3,3 = 0,33 mmol o Mol aspirin dalam sampel = 10 x 0,1 x 0,33 = 0,33 mmol o Massa aspirin dalam sampel = 0,33 x 180,29 = 0,0594 gram o % aspirin dalam sampel = 9,9%
  • 6. Percobaan 3 o Volume NaOH = 3,1 ml o Konsentrasi NaOH = 0,1M o Mol NaOH = 0,1 x 3,1 = 0,31 mmol Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga o Mol aspirin = 0,1 x 3,1 = 0,31 mmol o Mol aspirin dalam sampel = 10 x 0,1 x 0,31 = 0,31 mmol o Massa aspirin dalam sampel = 0,31 x 180,29 = 0,0558 gram o % aspirin dalam sampel = 9,3% jadi, rata-rata % aspirin dalam sampel = 9,6%  Analisis Kafein dalam Sampel Kafein + I₂ I₂ kafein Percobaan 1 o Volume S₂O₃⁻ = 2,5 ml o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M o Mol S₂O₃⁻ = 2,5 x 0,1 = 0,25 mmol o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ = 0,5 x 2,5 x 0,1 = 0,125 mmol o Mol iodium mula-mula = 20 x 0,1 = 2 mmol o Mol iodium sisa = 0,05 x 0,125 = 0,00625 mmol
  • 7. o Mol iodium bereaksi = ( 2 – ( 0,05 x 0,125 ) ) = 1,99375 mmol o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99375 mmol o Mol kafein dalam sampel = 10 x 1,99375 = 19,9375 mmol o Massa kafein dalam sampel = 19,9375 x 194 = 3,868 gram o % kafein dalam sampel = 644,65% Percobaan 2 o Volume S₂O₃⁻ = 2,0 ml o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M o Mol S₂O₃⁻ = 2,0 x 0,1 = 0,20 mmol o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ = 0,5 x 2,0 x 0,1 = 0,1 mmol o Mol iodium mula-mula = 20 x 0,1 = 2 mmol o Mol iodium sisa = 0,05 x 0,125 = 0,00625 mmol o Mol iodium bereaksi = ( 2 – ( 0,05 x 0,1 ) ) = 1,995 mmol o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,995 mmol o Mol kafein dalam sampel = 10 x 1,995 = 19,95 mmol o Massa kafein dalam sampel = 19,95 x 194 = 3,87 gram o % kafein dalam sampel = 645,05% Percobaan 3 o Volume S₂O₃⁻ = 0,5 ml
  • 8. o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M o Mol S₂O₃⁻ = 0,5 x 0,1 = 0,05 mmol o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻ = 0,5 x 0,05 x 0,1 = 0,025 mmol o Mol iodium mula-mula = 20 x 0,1 = 2 mmol o Mol iodium sisa = 0,05 x 0,025 = 0,00125 mmol o Mol iodium bereaksi = ( 2 – ( 0,05 x 0,025 ) ) = 1,99875 mmol o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99875 mmol o Mol kafein dalam sampel = 10 x 1,99875 = 19,9875 mmol o Massa kafein dalam sampel = 19,9875 x 194 = 3,878 gram o % kafein dalam sampel = 646,26% Jadi, rata-rata % kafein dalam sampel = 645,32%.