2. م اك ننسخك منك آيةك أك َوك ننسه اك نأتك بخيرك منه اك أ ك َوك مثله اك أ ك َلمك تعلمك أ ك َنك اللهك علىك
َ ك َ ك َ ك َ أ ْ َهِ أ ْ ك َ م ٍ أ ْ نُ َهِ ك َ ك َ أ ْ َهِ َهِ ك َ أ ْ م ٍ هّ أ ْ ك َ أ ْ َهِ أ ْ َهِ ك َ ك َ أ ْ ك َ أ ْ ك َ أ ْ هّ هّ ك َ ك َ ك َ ك
ٌ ِنُ هّ ك َ أ ْ م ٍ ك َ َه
كلك شيءك قدير
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami
jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang
lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya.
Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Baqoroh 106)
َ هاذاك كت ابن اك ينطقك عليكمك ب الحقك إَهِن اك كن اك نستنسخك م اك كنتمك تعملنونك
ُنُ أ ْ نُ أ ْ ك َ أ ْ ك َ ن ُٰ َهِ نُ ك َ أ ْ َهِ نُ ك َ ك َ أ ْ نُ أ ْ َهِ أ ْ ك َ ِّ اَّ نُ اَّ ك َ أ ْ ك َ أ ْ َهِ ن
Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan
terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah
menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan. (Al-
Jatsiyah 29)
3. An-Nasakh ialah membatalkan pengamalan
dengan sesuatu hukum syara’ dengan dalil yang
datang kemudian dari padanya.
Tidak ada nasakh pada masa setelah Rasulullah
saw wafat.
Nasikh (dalil yang menghapus hukum yang telah
ada)
Mansukh (hukum yang dibatalkan, dihapuskan,
atau dipindahkan)
4. Hukum yang dinasakh harus hukum syara’ (ketentuan Allah sunnah
Rasulullah)
Hukum dalil yang mansukh sudah berlaku sebelum digantikan dengan
hukum nasikh atau dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab
syar’i yang datang lebih kemudian dari khitab yang hukumnya
mansukh.
Antara dua dalil nasikh dan mansukh atau antara dalil yang I dan dalil
II ada pertentangan, sehingga tidak dapat dikompromikan. Contoh :
antara ketentuan dalil I ayat 12 al-Mujadilah yang menghapuskan
orang bersedekah dulu sebelum menghadap Rasul, dengan
ketentuan dalil II dari ayat 13 al-Mujadilah yang membebaskan
kewajiban bersedekah.
Kitab yang mansukh hukumnya tidak terikat (dibatasi) dengan waktu
tertentu. Contoh : maka maafkanlah dan biarkanlah mereka sampai
Allah mendatangkan perintah-Nya (al-Baqarah 109)
5. Ayat yang mengandung hukum pokok yang tidak
bisa berubah dengan sebab berubahnya situasi
kondisi manusia. seperti : ayat yang berkaitan
dengan ibadah, akidah, keadilan dan amanah.
Ayat yang secara tektual menunjukkan
ketentuan hukumnya berlaku sepanjang masa.
Ayat yang berisi berita yang tidak mengandung
perintah larangan seperti kabar tentang umat-
umat terdahulu.
6. 1. Nasakh tilawah dan hukum.
Contoh : penghapusan ayat yang mengharamkan nikah dengan saudara sepersusuan
karena bersama-sama menetek kepada seorang ibu dengan sepuluh susuan, yang di-
na s a kh dan diganti dengan lima kali susuan.
2. Nasakh hukum, tilawahnya tetap.
Tulisan dan bacaan ayatnya masih tetap ada dan masih boleh dibaca, tetapi isi hukum
ajarannya sudah di-na s a kh, sehingga sudah tidak boleh diamalkan lagi.
Contoh: al-baqoroh 240
Ayat ini istri-istri yang dicerai harus beridah selama 1 th, kemudian Allah menasakh
hukum ayat tersebut, Sehingga keharusan idah 1 th sudah tidak berlaku lagi, sekalipun
lafal nash ayatnya masih tetap ada dan boleh dibaca. Lalu diganti dengan al-baqoroh:
234
3. Nasakh tilawah, hukumnya tetap.
Tulisan ayatnya sudah dihapus, tetapi hukum isinya masih tetap berlaku dan harus
diamalkan. Hadis dari Umar bin Khaththab dan Ubayi bin Ka’ab
كان فيما انزل من القران الشيخ و الشيخة اذا زنيا فارجموهما البتة نكال من ا
…O ra ng tua la ki-la ki d a n o ra ng tua p e re m p ua n ka la u ke d ua ny a be rz ina , m a ka ra ja m la h
(d ihukum le m p a r ba tu s a m p a i m a ti) s e ka lig us s e ba g a i ba la s a n d a ri A h
lla
7. a. Al-qur’an menasakhkan Al-qur’an.
Contoh: QS al-anfal: 65 yang dinasakhkan oleh ayat berikutnya
66.
b. Al-qur’an menasakhkan As-sunah.
Contoh: Perbuatan nabi dan para sahabat menghadap Baitul
Maqdis dalam shalat dinasakhkan oleh ayat QS: al-baqoroh: 144
c. As-sunnah menasakhkan As-sunnah.
Contoh: “aku telah melarangmu menziarahi kubur, maka
(sekarang) ziarahilah.
d. As-sunnah menasakhkan Al-qur’an (imam Syafi’i menolak).
Contoh: QS al-baqoroh: 180 dinasakhkan dengan hadits
mutawatir “ketahuilah, tidak ada wasiat untuk ahli waris”
8. Naskh sarih, yaitu ayat yang secara tegas menghapuskan hukum
yang terdapat pada ayat terdahulu. Misal : Surat al-Anfal : 65-66.
Naskh Dimni, yaitu apabila ada ketentuan hukum ayat-ayat
terdahulu tidak bisa dikompromikan dengan ketentuan hukum
ayat yang datang kemudian dan ia me-nasakh ayat terdahulu. Misal,
ayat tentang kewajiban wasiat kepada ahli waris yang dianggap
mansukh oleh ayat waris.
Naskh Kull, yaitu me-nasakh hukum yang datang sebelumnya secara
keseluruhan. Misal, ketentuan idah 4 bulan 10 hari (al-Baqarah :
234).
Naskh Juz’i, yaitu me-naskh hukum yang mencakup seluruh
individu dengan hukum yang mencakup sebagian individu, atau
me-nasakh hukum yang bersifat mutlak dengan hukum yang
bersifat muqayyad (terbatas), misal, an-Nuur : 4 dengan ayat 6.
9. Hukum Tuhan maupun hukum manusia pada dasarnya mewajibkan
kemaslahatan manusia. Kemaslahatan kadang-kadang berubah
dengan berubahnya keadaan. Diantara hikmahnya:
a. Selalu menjaga kemaslahatan hamba agar kebutuhan mereka
senantiasa terpelihara dalam suasana keadaan dan di sepanjang
zaman.
b. Untuk menjaga agar perkembagan hukum Islam selalu relevan
dengan semua situasi dan kondisi umat yang mengamalkan, mulai
dari yang sederhana sampai ke tingkat yang sempurna.
c. Untuk menguji orang mukallaf, apakah dengan adanya perubahan
dan penggantian-penggantian dari naskh itu mereka tetap taat,
setia mengamalkan hukum-hukum Tuhan, atau dengan begitu lalu
mereka ingkar dan membangkang?