2. Pendahuluan
Gagal nafas yang merupakan kegawatan
medis
Merupakan stadium akhir dari penyakit paru
kronis.
Dapat disebabkan karena suatu kondisi yang
parah, atau penyakit paru-paru mendadak
misalnya pada ARDS.
Hampir setiap kondisi yang mempengaruhi
pernafasan atau paru-paru dapat memicu
terjadinya gagal nafas.
10. Gagal Napas :
Gangguan pertukaran gas
Hipoksemia atau hiperkarbia atau
keduanya
11. Pengertian
Gagal nafas adalah ketidakmampuan
sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi (Susan Martin T,
1997)
12. Pengertian
Gagal nafas terjadi bila pertukaran O2
terhadap CO2 dalam paru-paru tidak dapat
memenuhi laju komsumsi O2 dan
pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tekanan O2 kurang
dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan CO2 lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
13. Definisi
Berdasarkan hasil Analisa Gas Darah :
• PaCO2 > 45 mmHg dan PaO2 < 60
mmHg
• Rule of Fifty :
PaCO2 > 50 mmHg dan PaO2 < 50
mmHg Pada udara kamar, permukaan
laut, dan keadaan istirahat.
14. Klasifikasi
Gagal Napas Tipe I
Hipoksemia dengan hiperkapnea
Kegagalan Oksigenasi
Gagal Napas Tipe II
Hipoksemia dengan hiperkapnea
Kegagalan Ventilasi
15. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua yaitu :
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum
awitan penyakit timbul.
Gagal nafas kronik adalah gagal nafas yang
terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan
penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara).
16. Patofisiologi
Pasien mengalami toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap.
Setelah gagal nafas akut biasanya
paru-paru kembali kekeadaan asalnya.
Pada gagal nafas kronik struktur paru
alami kerusakan yang ireversibel.
17. Patofisiologi
Penyebab gagal nafas yang terpenting
adalah ventilasi akibat :
Obstruksi jalan nafas atas
Gangguan pusat pernafasan di batang otak (pons
dan medulla) sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal (hipoventilasi)
Pada kasus pasien dengan anestesi, cedera
kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, dan obat-obat depresan SSP
dapat menekan pusat pernafasan.
Hipoventilasi menyebabkan hipoksemia dan
hiperkapnia
25. Kegagalan Ventilasi
• Penyakit paru :
Asma bronkial, bronkitis kronis,
emfisema (PPOK)
dead space
Ventilasi meningkat PaCO2
meningkat walaupun VE normal atau
meningkat
29. Kegagalan Oksigenasi
• Mekanisme penyebab ditentukan oleh :
PaCO2 hiperkarbia
Efek O2 < pada PaO2 hipoksemia
Jika PaCO2 meningkat hipoventilasi
30. Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
System syaraf : Batang otak, Medula
Spinalis dan Syaraf
Trauma Kepala;
Poliomelitis
Fraktur servikal (C1-C6)
Over dosis obat (yg menekan / mendepresi
SSP : narkotika, analgesik narkotik (morphin,
petidhin), anti agitasi anti konvulsi (diazepam,
luminal, valium, phenobarbital, phenotizain
dll)
31. Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
Sistem otot primer, -diafragma sekunder-
pernafasan
Miastenia Gravis
Guillain Barer Syndrom
Sistem rangka :Thorak
Flail Chest
Kifoskoliosis
32. Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
Sistem Pernafasan : Jalan nafas,
Alveoli, Sirkulasi paru
Obstruksi; edema laring; bronchitis; asma;
Empisema; Penumonia; fibrosis, Emboli
paru
Sistem Kardiovaskuler :
Gagal jantung kongestif; kelebihan beban
cairan; bedah jantung; infark miokard.
33. Penyebab gagal nafas
berdasar sistem tubuh
System gastrointestinal : Aspirasi
Sistem hematologi : DIC
Sistem genitourinaria : Gagal ginjal
34. Tanda dan gejala
Gagal nafas total
Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat
didengar/dirasakan.
Pada gerakan nafas spontan terlihat
retraksi supra klavikula dan sela iga serta
tidak ada pengembangan dada pada
inspirasi
Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha
memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
Terdengar suara nafas tambahan gurgling,
snoring, Growing dan wheezing.
Terdapat retraksi dada
35. Tanda dan Gejala
Hiperkapnia (PCO2 meningkat) yaitu
penurunan kesadaran, Pernafasan
cepat dan dalam
Gejala Hipoksemia (PO2 menurun)
yaitu takikardia, gelisah, berkeringat
atau sianosis
Gangguan fungsi otak dan jantung
Aritmia jantung
36. GEJALA KLINIS GAGAL NAFAS AKUT
HIPERKAPNE pO2 ↑:
o Pusing
o Sakit kepala
o Keringat >>
o Takikardi, hipertensi
o Apnea
o Work of Breathing↑↑,
nafas pendek
o Stridor, wheezing
o Gerakan
paradoksikal dinding
dada – abdomen
o Air – entry ↓↓
HIPOKSEMIA :
o Sianosis
o Bingung, agitasi,
sulit tidur
o Nafas pendek
o Keringat >>
o Takikardi,
hipertensi, disritmia
37. Diagnosis
• Anamnesa : riwayat penyakit
• Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan umum, vital sign
Paru, kardiovaskuler, neurologis
• Laboratorium :
Analisa Gas Darah : hipoksemia dan
hiperkarbia
Faal Paru : Spirometri
EKG
• Radiologis : X-foto toraks
38. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan
gagal nafas akut adalah :
Membuat oksigenasi arteri adekuat,
dengan meningkatkan perfusi jaringan
Meniadakan penyebab dasar dari gagal
nafas tersebut
39. Penatalaksanaan
• Terapi suportif :
Pertahankan Oksigenasi dan Ventilasi
• Oksigenasi pada Kegagalan Ventilasi :
Cara sederhana dengan flow rendah
Sasaran PaO2 50 – 60 mmHg
Cara pemberian:
Nasal kanula
Masker (venturi mask, Face Mask NRB,
RB)
42. Ventilator Mekanik
Diberikan jika membutuhkan bantuan dalam
usaha pernafasannya.
Alat ini sangat berguna pada pasien yang
tidak mampu bernafas secara adekuat.
Pipa plastic yang dimasukan lewat
mulut/hidung (endotrace tube) atau melalui
trachea (tracheastomy tubeI) disambungkan
dengan mesin yang memaksa udara masuk
ke dalam paru.
Sedangkan ekhalasi terjadi secara passive
karena elastistas paru-paru.
43. Ventilator Mekanik
Jika paru-paru tidak berfungsi dengan baik, oksigen
tambahan dapat diberikan melalui ventilator.
Pada orang yang tidak membutuhkan dukungan
pernafasan secara penuh, masker dapat digunakan
untuk memberikan tekanan positif, sehingga
membantu meringankan usaha seseorang saat
bernafas dan mencegah kelelahan otot-otot
pernafasaan.
Hampir setengah dari pederita gagal nafas
menggunakan teknik ini (bi-level positive air way
pressure atau CPAP) untuk menghindari kebutuhan
intubasi trachea.
44. Ventilator Mekanik
Penggunaan bi-level positive airway
pressure pada malam hari dapat
membantu pasien dengan gagal nafas
karena kelemahan otot pernafasan.
Otot-otot pernafasan dapat berfungsi
lebih efektive pada siang hari.
45. INTUBASI
APNOE
GAGAL NAFAS AKUT ( PaO2 < 50 mmHg dengan
FiO2 > 0.5 dan PaO2 > 55 mmHg )
Untuk memberikan O2 ( dengan PEEP, FiO2 > 0.5 )
Untuk kontrol Ventilasi ( kerja pernafasan ↓, kontrol
PCO2, pemberian obat pelumpuh otot )
Fungsi dinding dada inadekuat ( SGB, Poliomielitis )
Obstruksi jalan nafas bagian atas
52. Pola nafas tidak efektif b.d.
penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal (PaO2 80 - 100
mmHg, PCO2 35 – 45 mmHg)
53. Pola nafas tidak efektif b.d.
penurunan ekspansi paru
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas
pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran setiap
jam
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2
50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi
dan humidifier sesuai dengan pesanan
54. Pola nafas tidak efektif b.d.
penurunan ekspansi paru
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai
indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2
atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat
untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan untuk batuk dan napas
dalam, bantu pasien untuk mebebat dada
selama batuk
55. Pola nafas tidak efektif b.d.
penurunan ekspansi paru
• Instruksikan pasien untuk melakukan
pernapasan diafpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO
> 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat
dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak
dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih,
atau pasien memperlihatkan keletihan atau
depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk
diatasi.
56. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan
pasien dapat mempertahankan pertukaran
gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk
usia yang diperkirakan
57. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan
hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran
setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat
kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji
adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau
penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai
indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
58. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder
terhadap hipoventilasi
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas
setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian,
perhatikan peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan :
bronkodilator, antibiotik, steroid.
• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan
penurunan kebutuhan oksigen.