3. KATA PENGANTAR
Sesuai Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugas
pengawasan dilingkungan Deplu.
Dengan semangat benah diri, dapat diaktualisasikan
Penyusunan Himpunan Peraturan Keuangan dan Non Keuangan,
dimaksudkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakan
tugas tersebut.
Semoga bermanfaat, tingkatkan profesionalisme kerja
pengawasan yang berkualitas, konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Jakarta, 30 April 2007
INSPEKTUR JENDERAL
DIENNE H. MOEHARIO
KATA PENGANTAR iii
5. DAFTAR ISI
BIDANG PERLENGKAPAN UMUM
HAL
Kata Pengantar ............................................................ ii
Daftar Isi .................................................................... v
XIX. BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA
1. Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 1994,
9 Desember 1994 tentang Rumah Negara ........... 3
2. Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 2005,
20 Juli 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang
Rumah Negara ................................................... 17
3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/BU/
X/81/01, 22 Oktober 1981 tentang Rumah
Dinas Departemen Luar Negeri ............................ 31
4. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 19A/BA/
III/87/01, 13 Maret 1987 Tentang Penghunian
Rumah-Rumah Dinas .......................................... 39
5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 097/BU/
XII/88/01, 8 Desember 1988 Tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Luar Negeri
No. 19A/BU/III/87/01 Tentang Penghunian
Rumah-Rumah Dinas .......................................... 44
6. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 092/PL/
V/2001/01, 22 Mei 2001 Tentang Perubahan
Atas Keputusan Menteri Luar Negeri No. 112/PL/
VIII/98/01 Tentang Penentuan Status
Rumah-Rumah Negeri di Lingkungan Departemen
Luar Negeri ......................................................... 49
DAFTAR ISI v
6. 7. Surat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No. HK. 02-03-DM/80, 19 Februari 2001
tentang Ralat Surat Keputusan Menteri Luar
Negeri No. 112/PL/VIII/98/01 Tentang
Penentuan Status Rumah-Rumah Negeri di
Lingkungan Departemen Luar Negeri .................... 53
8. Surat Edaran Sekjen No. 110/PL/II/2001/02
tentang Penarikan Kembali Usulan Alis Status
Rumah Negara Golongan II menjadi
Golongan III ....................................................... 54
XX. PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003,
3 November 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 57
2. Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004,
5 Agustus 2004 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 110
3. Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2005,
20 April 2005 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 115
4. Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2005,
15 November 2005 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 121
5. Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006,
20 Maret 2006 Tentang Perubahan Keempat
Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
vi DAFTAR ISI
7. Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 135
6. Peraturan Presiden RI No. 79 Tahun 2006,
8 September 2006 Tentang Perubahan Kelima
Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 167
7. Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2006,
6 Oktober 2006 Tentang Perubahan Keenam
Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ......................................................... 177
8. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 121/PI/VII/
2000/01, 23 Agustus 2000 tentang Petunjuk
Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
Departemen Luar Negeri ..................................... 186
XXI. PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN
BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA
1. Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006,
14 Maret 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah ................................................... 209
2. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 016/A/PI/
XII/2004, 31 Desember 2004 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan
Inventarisasi Barang-Barang Milik/Kekayaan
Negara Di Lingkungan Deplu dan Perwakilan RI
di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 298
3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 18/
KMK.018/1999 Tentang Klasifikasi Dan Kodefikasi
Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara
(Buku Tersendiri) ................................................ 302
4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 01/KM.12/
2001, 18 Mei 2001 Tentang Pedoman Kapitalisasi
DAFTAR ISI vii
8. Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem
Akuntansi Pemerintah .......................................... 305
5. Instruksi Menlu No. 032/OR/IV/85/02, 9 April 1985
Tentang Pedoman Pelaksanaan Trade-In
Kendaraan Dinas Perwakilan RI Di Luar Negeri ...... 315
6. Buku Pedoman Biro Perlengkapan, Februari 1997
Tentang Pedoman Pengelolaan Kendaraan Dinas
Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 318
7. Surat Edaran Sekjen No. 0154/PI/VI/91/14,
11 Juni 1991 Tentang Berita Acara Serah Terima
(BAST) Barang Inventaris Wisma ........................ 350
XXII. PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATAN
BARANG / MILIK KEKAYAAN NEGARA
1. Keputusan Presiden RI No. 5 Tahun 1983
Tentang Penghapusan Penyediaan Kendaraan
Dinas Perorangan ................................................ 355
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/
1994, 20 September 1994 Tentang Tata Cara
Penghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/
Kekayaan Negara (Buku Tersendiri) ..................... 359
3. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 144
Tahun 2002, 27 Agustus 2002 Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Inventaris Milik Negara di Lingkungan
Departemen/Lembaga ........................................ 362
4. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 187/MK.2/
2003, 23 September Tentang Penghapusan
Kendaraan .......................................................... 366
5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 04/A/PI/V/
2004/01, 18 Mei 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan
viii DAFTAR ISI
9. Barang Milik/Kekayaan Negara Pada Deplu dan
Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 369
XXIII. LAIN – LAIN
1. Instruksi Menlu No. 021/OR/III/85/02,
2 Maret 1985 Tentang Larangan Bagi Perwakilan
RI di Luar Negeri Membeli Barang-Barang
Milik Pribadi ......................................................... 375
XXIV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN
1. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005,
31 Januari 2005 Tentang Kedudukan Tugas dan
Fungsi Wewenang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Negara Republik Indonesia ............... 379
2. Peraturan Presiden RI No. 62 Tahun 2005,
14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005
Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia .............................................. 430
3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005,
31 Januari 2005 Tentang Unit Organisasi Dan
Tugas Eselon I Kementerian Negara
Republik Indonesia .............................................. 444
4. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2005,
7 Februari 2005 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 Tentang
Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik Indonesia ................................... 491
5. Peraturan Presiden RI No. 63 Tahun 2005,
14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005
Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I
Kementerian Negara Republik Indonesia ............... 494
DAFTAR ISI ix
10. 6. Peraturan Presiden RI No. 66 Tahun 2006,
8 Juni 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas
Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005
Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
Kementerian Negara RI ....................................... 501
7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.02/A/
OT/VIII/2005/01 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Luar Negeri
(Buku Tersendiri). ............................................... 506
8. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/
OT/I/2006/01 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Luar Negeri ......................................................... 508
XXV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN RI
1. Undang-Undang RI No. 37 Tahun 1999 Tentang
Hubungan Luar Negeri ......................................... 517
2. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2000,
23 Agustus 2000 Tentang Perjanjian
Internasional....................................................... 546
3. Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 2003,
31 Desember 2003 Tentang Organisasi
Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 569
4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 06/A/
OT/VI/2004/01 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Perwakilan RI Di Luar Negeri
(Buku Tersendiri) ................................................ 585
5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 09/
OR/I/91/01, 4 Januari 1991 Tentang Pedoman
Umum Pengangkatan dan Tata Kerja Konsul
Kehormatan ....................................................... 624
x DAFTAR ISI
11. 6. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 012/
OR/III/88/01, 4 Maret 1988 Tentang Penugasan
Khusus Kepala Perwakilan RI Di Luar Negeri
Untuk Peningkatan Kegiatan Promosi Investasi ..... 638
7. SKB Menlu Dan Menteri Muda Urusan Peningkatan
Produksi Dalam Koordinasi Penanaman Modal
No. SKB.042/INV/V/85/01 Dan No. 12/SK/1985,
25 Mei 1985 Tentang Penugasan Khusus Kepala
Perwakilan RI Di Luar Negeri Untuk Peningkatan
Kegiatan Promosi Investasi .................................. 640
XXVI. PELAPORAN
1. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 101/
BU/I/80/01, 15 Januari 1980 Tentang Pedoman
Pembuatan dan Penyampaian Laporan Perwakilan
RI di Luar Negeri ................................................. 653
2. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 016/
OR/III/88/02, 15 Maret 1988 Tentang
Pedoman Pembuatan dan Penyampaian Laporan
Perwakilan RI di Luar Negeri ................................. 667
3. Faks. Sekjen NO. BB-0474/DEPLU/II/04,
20 Februari 2003 Tentang Laporan Analisa
Tahunan ............................................................. 670
4. Faks. Sekjen No. BB-0363/DEPLU/II/05,
4 Februari 2005 Tentang Penyusunan Laporan
Analisa Tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri........ 673
5. Nota Dinas No. 0025/OT/II/2005/18/02
Tentang Penyusunan Laporan Analisis Tahunan
Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 675
6. Instruksi Menlu No. SK. 041/OR/V/88/02,
04 Mei 1988 Tentang Memorandum Akhir Tugas
Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 677
DAFTAR ISI xi
12. 7. Surat Sekjen No. 097/OR/III/02, 20 Maret 1985
Tentang BentuK Serah Terima Jabatan ................ 680
8. Kawat Sekjen No. 791282, 1 April 1976
Tentang Memorandum Pengakhiran Jabatan
Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri ...................... 683
9. Nota Edaran No. 1457/KEPEG/1979,
6 Oktober 1979 Tentang :
Tata Cara Pelaksanaan Tetap :
a. Memorandum Serah Terima
b. De-Briefing Pegawai Yang Kembali
c. Makalah / Paper Bagi Pegawai Yang Akan
Ditempatkan .................................................. 686
XXVII. SAKIP
1. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999,
15 Juni 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah ............................................ 691
2. Keputusan LAN No. 239/IX/6/8/2003 Tentang
Perbaikan Pedoman Penyusunan LAKIP
(Buku Tersendiri) ................................................ 699
3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/135/M.PAN/
9/2004, 15 September 2004 Tentang Pedoman
Umum Evaluasi LAKIP (Buku Tersendiri) ............... 703
4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/
OT/2002/02, 31 Desember 2002 Tentang
Pedoman umum Implementasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen
Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri ........ 707
5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 05/A/
OT/IV/2004/02, 30 April 2004 Tentang Perubahan
Atas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri RI
No. SK. 03/A/OT/XII/2002/02 Tentang Pedoman
Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar
xii DAFTAR ISI
13. Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri
(Buku Tersendiri) ................................................ 711
XXVIII. PENGAWASAN MELEKAT
1. Instruksi Presiden RI No. 15 Tahun 1983,
4 Oktober 1983 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengawasan .................................... 717
2. Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1989,
20 Maret 1989 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan Melekat (Buku Tersendiri) ................. 731
3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/46/M.PAN/4/
2004, 26 April 2004 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan
(Buku Tersendiri) ................................................ 734
4. Keputusan Menteri PAN No. Kep/118/M.PAN/8/
2004, 31 Agustus 2004 Tentang Pedoman
Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat
Bagi Instansi Pemerintah (Buku Tersendiri) ........... 737
5. Keputusan Menteri PAN No. 25/KEP/M.PAN/4/
2002, 25 April 2002 Tentang Pedoman
Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara
(Buku Tersendiri) ................................................ 740
6. Kawat Irjen No. 050831, 16 Februari 2005
Tentang Penghentian Pungutan Tidak Syah/Resmi
Berkaitan Dengan Pelayanan Keimigrasian dan
Kekonsuleran ...................................................... 744
XXIX. PEMBERANTASAN KKN
1. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 1999,
19 Mei 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme .......................................................... 747
DAFTAR ISI xiii
14. 2. Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999,
16 Agustus 1999 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi ......................................... 770
3. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001,
21 Nopember 2001 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .... 786
XXX. KEIMIGRASIAN / KEKONSULERAN
1. UU No. 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan
Konvensi WNA Tentang Hubungan Diplomatik
dan Konsuler....................................................... 811
2. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2005,
10 Juni 2005 Tentang Pemeriksaan Penerimaan
Negara Bukan Pajak ............................................ 818
3. Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2003
Tentang bebas Visa Kunjungan Singkat ................ 838
4. Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2003
Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
Nomor 18 Tahun 2003 Tentang bebas Visa
Kunjungan Singkat .............................................. 842
5. SK. Menlu No. SK. 089/PK/V/95/01, 23 Mei 1995
Tentang Pemberian, Perubahan Isi dan Pencabutan
Paspor Diplomatik, Paspor Dinas dan Surat
Perjalanan Laksana Paspor Dinas RI ..................... 846
6. PL-2006/073002 Tentang Penggunaan Visa Stiker . 852
7. Dirpenlugri No. PL-6342/120890, 12 Agustus 1990
Tentang Permohonan Visa Kunjungan Jurnalistik/
Shooting Film ...................................................... 853
xiv DAFTAR ISI
15. XXXI. KEARSIPAN
1. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1971 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan ................. 857
2. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979
Tentang Penyusutan Arsip ................................... 868
3. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/OT/
I/2005/02, 27 Januari 2005 Tentang Pedoman
Tata Kearsipan Departemen Luar Negeri Dan
Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 875
4. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 03/A/OT/
I/2006 Tentang Perubahan Atas Lampiran
SK. 01/A/OT/I/2005/02 Tentang Pedoman Tata
Kearsipan Departemen Luar Negeri dan
Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 879
5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 02/
A/OT/II/2004/02, 16 Februari 2004 Tentang
Pedoman Tata Naskah Dinas Departemen Luar
Negeri dan Perwakilan RI Di Luar Negeri
(Buku Tersendiri) ................................................ 903
6. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 04/A/OT/
I/2006/02 Tentang Perubahan Atas Lampiran
SK. 02/A/OT/II/2004/02 Tentang Pedoman Tata
Naskah Dinas Departemen Luar Negeri dan
Perwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ...... 907
7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/
OT/V/2004/01, 14 Mei 2004 Tentang Pedoman
Teknis Penyusutan dan Jadual Retensi Arsip
Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI
di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 917
8. Nota Dinas BADP No. 0002/OT/I/2006/17,
6 Januari 2006 Tentang Kode Penomoran Surat-
Surat Dinas Di Lingkungan Deplu .......................... 921
DAFTAR ISI xv
16. 9. Dirpenlugri KR No. 913477, 12 September 1990
Tentang Bulletin / Terbitan Perwakilan ................... 926
10. Dirpenlugri KR No. 903589, 12 September 1990
Tentang Data-Data Penerangan Setempat ........... 928
11. Dirpenlugri No. 914664, 13 September 1991
Tentang Klipping Pers .......................................... 930
XXX. LAIN – LAIN
1. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001,
6 Agustus 2001 Tentang Yayasan ........................ 933
2. Kep. Bersama Menlu dan Mendikbud
No. SKB-191/81/01 dan No. 051/U/1981 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Indonesia
di Luar Negeri ..................................................... 959
3. SK. Bersama Menlu dan Memperindag
No. SKB 016/OR/VII/82/01 dan No. 246/KPB/
VII/82/01, 29 Juli 1982 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pusat Promosi Perdagangan
Indonesia Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ......... 971
4. KEP Bersama Menlu dan Mendikbud No. SKB-062/
OR/VI/86/01 dan No. 0419A/V/1986, 18 Juli 1986
Tentang Penyerahan Museum Konferensi Asia
Afrika dan Pusat Penelitian Serta Pengkajian
Masalah Asia Afrika dan Negara-Negara
Berkembang dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan ke Departemen Lurah Negeri ............ 979
5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 094/PK/
XI/85/02, 20 Nopember 1985 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Dan Tertib Kawat Mengawat
Pada Perwakilan .................................................. 983
6. Surat Menlu No. 2522/76/06, 1 April 1976
Tentang Pedoman Umum Pengamanan
Perwakilan RI di Luar Negeri ................................. 993
xvi DAFTAR ISI
17. 7. Dirjen Bina Bantuan Sosial Departemen Sosial
No. 489/UM/BBS/ 1986, 7 Januari 1986 Tentang
Prosedur Penggantian Biaya Pemulangan
WNI Yang Terlantar di Luar Negeri ....................... 995
8. Dirhubsosbud No. 910324, 31 Januari 1991
Tentang Perutusan Kesenian Indonesia Yang
Berangkat Ke Luar Negeri .................................... 998
DAFTAR ISI xvii
21. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG
RUMAH NEGARA
Presiden Republik Indonesia
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, perlu
pengaturan mengenai pengadaan,
penghunian, pengelolaan dan pengalihan
status dan hak atas rumah yang dikuasai
Negara;
b. bahwa sehubungan dengan hak tersebut,
dipandang perlu mengatur rumah yang
dikuasai Negara dengan Peraturan
Pemerintah;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 72 Tahun 1957
tentang Penetapan Undang-undang Darurat
Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan
Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri
sebagai Undang-undang (Lembaran Negara
Tahun 1957 Nomor 158);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 3
22. (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);
5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun (Lembaran Negara
Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan lembaran
Negara Nomor 3318);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469);
7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3501);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA TENTANG RUMAH NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat
dan/atau Pegawai Negeri;
2. Pegawai Negeri adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian;
3. Pejabat adalah pejabat negara atau pejabat pemerintah yang
diangkat untuk menduduki jabatan tertentu;
4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang
pekerjaan umum;
4 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
23. 5. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang
dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat
jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta
hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan
masih memegang jabatan tertentu tersebut;
6. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang
mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri
dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan
kepada Negara;
7. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak
termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada
penghuninya;
Pasal 2
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengadaan,
penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas Rumah
Negara.
BAB II
TUJUAN
Pasal 3
Pengaturan Rumah Negara bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
pengadan, penghunian, pengelolaan, dan pengalihan status dan
hak atas Rumah negara.
BAB III
PENGADAAN
Pasal 4
(1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara
pembangunan, pembelian, tukar menukar, tukar bangun
atau hibah.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 5
24. (2) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 5
(1) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 diselenggarakan berdasarkan tipe dan kelas bangunan,
pangkat dan golongan Pegawai Negeri pada suatu lokasi tertentu
di atas tanah yang sudah jelas status haknya.
(2) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan keuangan negara.
(3) Pelaksanaan pembangunan Rumah Negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian,
tukar menukar, tukar bangun atau hibah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dapat dilakukan secara langsung dengan
masyarakat atau badan usaha.
(2) Pengadaan Rumah Negara dengan cara tukar menukar atau
tukar bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
dengan Keputusan Presiden.
BAB IV
PENGHUNIAN
Pasal 7
Penghunian Rumah Negara hanya dapat diberikan kepada Pejabat
atau Pegawai Negeri.
(1) Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak
guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak pengelolaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Penyelenggaraan pembangunan yang membangun rumah susun
di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib
menyelesaikan status hak guna bangunan di atas hak pengelolaan
6 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
25. tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebelum menjual satuan rumah susun yang
bersangkutan.
(3) Penyelenggaraan pembangunan wajib memisahkan rumah susun
atas satuan dan bagian bersama dalam bentuk gambar dan
uraian yang disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memberi
kejelasan atas :
a. batas satuan yang dapat dipergunakan secara terpisah untuk
perseorangan;
b. batas dan uraian atas bagian bersama dan benda-bersama
yang menjadi haknya masing-masing satuan;
c. batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yang
menjadi haknya masing-masing satuan.
Pasal 8
(1) Untuk dapat menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 harus memiliki Surat Izin Penghunian.
(2) Surat Izin Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diberikan oleh Pejabat yang berwenang pada instansi yang
bersangkutan.
(3) Pemilik Surat Izin Penghunian wajib menempati Rumah Negara
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
sejak Surat Izin Penghunian diterima.
(4) Pelaksanaan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 9
(1) Suami dan istri yang masing-masing berstatus Pegawai Negeri,
hanya dapat menghuni satu Rumah Negara.
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) hanya dapat diberikan apabila suami dan istri tersebut
bertugas dan bertempat tinggal di daerah yang berlainan.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 7
26. Pasal 10
(1) Penghuni Rumah Negara wajib :
a. membayar sewa rumah;
b. memelihara rumah dan memanfaatkan rumah sesuai dengan
fungsinya.
(2) Penghuni Rumah Negara dilarang;
a. menyerahkan sebagian atau seluruh rumah kepada pihak
lain;
b. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah;
c. menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
BAB V
PENGELOLAAN
Bagian Pertama
Umum
Pasal 11
Pengelolaan Rumah Negara merupakan kegiatan yang meliputi
penetapan status, pendaftaran dan penghapusan.
(1) Pemerintah memberikan kemudahan bagi golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah untuk memperoleh dan memiliki
satuan rumah susun.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Penetapan Status
Pasal 12
(1) Untuk menentukan golongan Rumah Negara dilakukan
penetapan status Rumah Negara sebagai Rumah Negara
8 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
27. Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah Negara
Golongan III.
(2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara
Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan.
(3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
(4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan Keputusan Presiden.
Bagian Ketiga
Pendaftaran
Pasal 13
(1) Setiap Rumah Negara Wajib didaftarkan.
(2) Pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan kepada
Menteri.
(3) Tata cara pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Bagian Keempat
Penghapusan
Pasal 14
(1) Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain
karena :
a. tidak layak huni;
b. terkena rencana tata ruang;
c. terkena bencana;
d. dialihkan haknya kepada penghuni.
(2) Penghapusan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 9
28. BAB VI
PENGALIHAN STATUS DAN HAK ATAS RUMAH NEGARA
Bagian Pertama
Pengalihan Status
Pasal 15
(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya hanya Rumah
Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III.
(2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya menjadi
Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi kebutuhan Rumah
Jabatan.
(3) Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya
menjadi Rumah Negara Golongan III adalah :
a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/
asrama sipil dan ABRI;
b. Rumah Negara Golongan II yang mempunyai fungsi secara
langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu
kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai
penelitian.
(4) Apabila Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan
statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) berdiri diatas tanah pihak lain, pimpinan
instansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu mendapat izin
dari pemegang hak atas tanah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden
Bagian Kedua
Pengalihan Hak
Pasal 16
(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah
Negara Golongan III.
10 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
29. (2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya dapat dialihkan
haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni.
(3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) yang berada dalam sengketa tidak dapat dialihkan haknya.
(4) Suami istri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni
Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),
pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat diberikan kepada salah satu dari suami dan istri yang
bersangkutan.
Pasal 17
(1) Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan
permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri :
a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/
membeli rumah dari Negara berdasar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Pensiunan Pegawai Negeri :
a. menerima pensiun dari Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/
membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Janda/ Duda Pegawai Negeri :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara,
yang :
1) almarhum, suaminya/istrinya sekurang-kurangnya
mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada
Negara, atau
2) masa kerja almarhum suaminya/istrinya ditambah
dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 11
30. menjadi janda/ duda berjumlah sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) tahun;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Janda/Duda Pahlawan, yang suaminya/istrinya dinyatakan
sebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
jalan/ cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Pejabat Negara atau Janda/Duda Pejabat Negara :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Apabila penghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan permohonan
pengalihan hak atas Rumah Negara dapat diajukan oleh anak
sah dari penghuni yang bersangkutan.
Pasal 18
Pengalihan hak atas Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 dilakukan dengan cara sewa beli.
Pasal 19
(1) Penghuni Rumah Negara yang telah dialihkan haknya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dibebaskan dari
12 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
31. kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a.
(2) Penghunian atas Rumah Negara yang sudah dialihkan haknya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diserahkan
sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain oleh penghuni.
Bagian Ketiga
Penetapan Harga Rumah Beserta Harga Tanah
Pasal 20
(1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman pada
nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah yang
bersangkutan pada waktu penafsiran dikurangi penyusutan
menurut umur bangunan.
(2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai Jual
Obyek Pajak pada waktu penaksiran.
(3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak beserta
harga tanahnya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga
taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk
Menteri.
Pasal 21
Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50% (lima puluh perseratus)
dari harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia.
Bagian Keempat
Cara Pembayaran
Pasal 22
(1) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dilaksanakan secara angsuran.
(2) Apabila rumah yang dialihkan haknya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) terkena rencana tata ruang pembayaran dapat
dilakukan secara tunai.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 13
32. (3) Pembayaran angsuran pertama ditetapkan paling sedikit 5%
(lima perseratus) dari harga rumah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 dan dibayar penuh pada saat perjanjian sewa beli
ditandatangani sedang sisanya diangsur dalam jangka waktu
paling cepat 5 (lima) tahun dan paling lambat 20 (dua puluh)
tahun.
(4) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke
Rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah yang ditunjuk.
Bagian Kelima
Penyerahan Hak Milik Rumah dan Pelepasan
Hak Atas Tanah
Pasal 23
(1) Penghuni yang telah membayar luas harga rumah beserta harga
tanahnya, memperoleh :
a. penyerahan hak milik rumah; dan
b. pelepasan hak atas tanah.
(2) Penghuni yang telah membayar lunas harga rumah hanya
memperoleh penyerahan hak milik rumah.
(3) Penghuni yang telah memperoleh penyerahan hak milik rumah
dan pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) wajib mengajukan permohonan atas tanah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
PEMBINAAN
Pasal 24
(1) Pembinaan terhadap Rumah Negara golongan I dan Rumah
Negara Golongan II dilakukan oleh pimpinan instansi yang
bersangkutan dan pembinaan terhadap Rumah Negara
Golongan III dilakukan oleh Menteri.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
berdasarkan pedoman, kriteria dan standar teknis yang
ditetapkan oleh Menteri.
14 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
33. BAB VIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 25
Setiap penyimpangan penghunian Rumah negara dapat dikenakan
sanksi berupa pencabutan Surat Izin Penghunian.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Terhitung sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala
peraturan pelaksanaan di bidang Rumah Negara yang telah ada
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Pemerintah ini atau belum diganti atau diubah berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.
(2) Semua peristilahan rumah negeri atau rumah dinas yang termuat
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah ini dibaca Rumah Negara.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini maka Burgerlijke
Woning Regeling (BWR) Staatsblad 1934 Nomor 147 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1949 Nomor
338 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentang
Pelaksanaan Penjualan Rumah negara, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 28
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 15
34. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 9 Desember 1994
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 9 Desember 1994
MENTERI NEGARA
SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
16 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
35. PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2005
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG
RUMAH NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pengadaan,
penghunian, pengelolaan, pengalihan status
dan pengalihan hak rumah yang dikuasai
Negara yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang
Rumah Negara sebagai pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman
sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan saat ini;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut
perlu mengubah Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah
Negara.
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957
tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 17
36. Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan
Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri
sebagai Undang-Undang (Lembaran Republik
Indonesia Tahun 1957 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 870);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3469).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH
NEGARA.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3573) diubah sebagai berikut :
1. Di antara ayat (2) dan ayat (3), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 12
disisipkan 2 ayat yakni ayat (2a) dan ayat (3a) sehingga Pasal
12 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 12
(1) Untuk menentukan golongan rumah negara dilakukan
penetapan status rumah negara sebagai Rumah Negara
Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah
Negara Golongan III;
(2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah
Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan;
18 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
37. (2a) Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumah
negara yang berada dibawah kewenangannya menjadi
Rumah Negara Golongan I atau Rumah Negara
Golongan II;
(3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
Menteri;
(3a) Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsung
melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor
instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan
udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitian
ditetapkan menjadi Rumah Negara Golongan I;
(4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
2. Ketentuan Pasal 15 ayat (3) diubah dan di antara ayat (3) dan
ayat (4), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 15 disisipkan 2 ayat yakni
ayat (3a) dan ayat (4a) sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 15
(1) Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya hanya
Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara
Golongan III;
(2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya
menjadi Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi
kebutuhan Rumah Jabatan;
(3) Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/
asrama sipil dan ABRI tidak dapat dialihkan statusnya
menjadi Rumah Negara Golongan III;
(3a) Rumah Negara Golongan I yang golongannya tidak sesuai
lagi karena adanya perubahan organisasi atau sudah tidak
memenuhi fungsi yang ditetapkan semula, dapat diubah
status golongannya menjadi Rumah Negara Golongan II
setelah mendapat pertimbangan Menteri;
(4) Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan statusnya
menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) yang berdiri di atas tanah pihak
lain, hanya dapat dialihkan status golongannya dari
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 19
38. golongan II menjadi golongan III setelah mendapat izin
dari pemegang hak atas tanah;
(4a) Pengalihan status rumah negara yang berbentuk rumah
susun dari golongan II menjadi golongan III dilakukan
untuk satu blok rumah susun yang status tanahnya sudah
ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (3a),
(4), dan (4a) diatur dengan Peraturan Presiden.
3. Di antara ayat ( 4) dan ayat ( 5) Pasal 16 disisipkan 1 (satu)
ayat yakni ayat (4a) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 16
(1) Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah
Negara Golongan III;
(2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya
dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan
penghuni;
(3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat
dialihkan haknya;
(4) Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untuk
menghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu
dari suami dan isteri yang bersangkutan;
(4a) Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telah
memperoleh rumah dan/atau tanah dari, negara, tidak
dapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak atas
rumah negara;
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumah
negara tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Presiden.
20 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
39. 4. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) angka 1 huruf c, angka 2 huruf c,
angka 3 huruf c, angka 4 huruf c, angka 5 huruf c diubah dan
setelah ayat (2) ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3)
sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 17
(1) Penghuni Rumah Negara Golongan III yang dapat
mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pegawai negeri :
a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pensiunan pegawai negeri :
a. menerima pensiun dari Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Janda/duda pegawai negeri :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara, yang :
1) almarhum suaminya/isterinya sekurang-
kurangnya mempunyai masa kerja 10
(sepuluh) tahun pada Negara, atau
2) masa kerja almarhum suaminya/isterinya
ditambah dengan jangka waktu sejak yang
bersangkutan menjadi janda/duda berjumlah
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 21
40. 4. Janda/duda pahlawan, yang suaminya/isterinya
dinyatakan sebagai pahlawan berdasarkan peraturan
perundang- undangan yang berlaku :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Pejabat negara, janda/duda pejabat negara :
a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara;
b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Apabila penghuni rumah negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan
permohonan pengalihan hak atas rumah negara dapat
diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan;
(3) Apabila pegawai/penghuni yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meninggal dan
tidak mempunyai anak sah, maka rumah negara kembali
ke Negara.
5. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 19
(1) Penghuni rumah negara yang dalam proses sewa beli
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dibebaskan dari
kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a;
(2) Penghunian atas rumah negara yang dalam proses sewa
beli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diserahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain
oleh penghuni setelah mendapat izin Menteri.
22 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
41. 6. Ketentuan Pasal 20 ayat (3) diubah dan ditambah 1 (satu)
ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 20
(1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman
pada nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah
yang bersangkutan pada waktu penaksiran dikurangi
penyusutan menurut umur bangunan.
(2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai
Jual Obyek Pajak pada waktu penaksiran.
(3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak
beserta tanahnya dan rumah susun beserta tanahnya
ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga taksiran dan
penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk Menteri
(3a) Penetapan harga rumah negara yang berbentuk rumah
susun dan ganti rugi atas tanahnya ditetapkan
berpedoman pada Nilai Perbandingan Proporsional (NPP)
terhadap harga taksiran tanah dan bangunan;
7. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 21
(1) Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50 % ( lima
puluh perseratus) dari harga taksiran dan penilaian yang
dilakukan oleh panitia berdasarkan standar tipe dan kelas
bangunan serta pangkat dan golongan pegawai negeri;
(2) Harga Rumah Negara Golongan III yang tidak sesuai
dengan standar tipe dan kelas bangunan, pangkat dan
golongan pegawai negeri diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 23
42. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2005
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
Selaku
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
AD INTERIM,
ttd
YUSRIL IHZA MAHENDRA
24 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
43. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2005 NOMOR 64
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 2005
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 40 TAHUN 1994
TENTANG
RUMAH NEGARA
I. UMUM
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah
Negara mengatur mengenai pengadaan, penghunian,
pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah negara
sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman.
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur mengenai
pemberian fasilitas berupa rumah bagi pegawai negeri dan
pejabat negara selama yang bersangkutan masih berstatus
sebagai pegawai negeri, pejabat pemerintah atau pejabat
negara. Pengelolaan, pengalihan status dan hak atas rumah
yang dikuasai oleh negara berdasarkan peraturan pemerintah
tersebut ternyata belum berjalan sebagaimana mestinya,
beberapa permasalahan masih muncul antara penghuni dan
instansi diakibatkan belum lengkapnya aturan pengelolaannya,
sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penyempurnaan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994.
Dalam melaksanakan kesinambungan pemenuhan kebutuhan
rumah negara terhadap pegawai negeri maka pelaksanaan atas
Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penjualan
Rumah Negeri kepada pegawai negeri harus memperhatikan
statistik rumah negara yang ada pada departemen/lembaga.
Sehubungan dengan hal tersebut penjualan rumah negara harus
dilakukan secara selektif dan hasil penjualan rumah negara
digunakan untuk membangun kembali rumah baru bagi pegawai
negeri.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 25
44. II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pimpinan instansi yang
bersangkutan adalah Menteri, Ketua Lembaga Tertinggi
dan Tinggi Negara, Ketua Lembaga Departemen/
Non Departemen yang setingkat dengan Menteri.
Ayat (2a)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (3a)
Rumah negara yang mempunyai fungsi secara
langsung melayani atau terletak dalam lingkungan
suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan
tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan
laboratorium/balai penelitian yang sudah ditetapkan
menjadi golongan II sebelum adanya Peraturan
Pemerintah ini harus ditetapkan menjadi Rumah
Negara Golongan I.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Angka 2
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
26 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
45. Ayat (3a)
a. Yang dimaksud perubahan organisasi termasuk
penggabungan atau perubahan organisasi instansi/
departemen.
b. Yang dimaksud sudah tidak memenuhi fungsi
semula adalah rumah jabatan yang tidak lagi
menunjang pelaksanaan tugas jabatan seperti
rumah jabatan struktural, penjaga pintu kereta
api, pintu air, sekolah, puskesmas, dan balai yang
tidak berfungsi lagi.
c. Yang dimaksud Rumah Negara Golongan II,
termasuk yang berfungsi sebagai mess/asrama.
Ayat (4)
Izin dari pemegang hak atas tanah tidak otomatis
merupakan persetujuan pelepasan hak atas tanah
tersebut. Ayat (4a)
Pengalihan status rumah negara dalam bentuk rumah
susun harus dilakukan sekaligus dalam satu blok, hal
ini dimaksudkan agar mempermudah dalam
menghitung nilai perbandingan proporsional yang akan
menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
besarnya nilai sewa beli yang harus dibayar.
Yang dimaksud dengan status tanahnya sudah
ditetapkan adalah :
a. Status hak atas tanahnya sudah ditetapkan sesuai
ketentuan perundang-undangan, seperti sertifikat
hak pakai;
b. Dalam hal tanah tersebut belum bersertifikat, maka
harus dibuat surat pernyataan kepemilikan tanah
yang ditetapkan oleh instansi dan tercatat dalam
inventarisasi barang milik negara.
Ayat (5)
Cukup Jelas
Angka 3
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 27
46. Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pengalihan hak atas rumah
tanpa tanah adalah rumah milik instansi yang
bersangkutan sedangkan tanah milik pihak ketiga
dalam hal ini, pengalihan haknya mengacu Pasal 15
ayat (4) beserta penjelasannya.
Ayat (3)
Sengketa yang dimaksud misalnya :
a. Sengketa penghunian;
b. Sengketa mengenai batas tanah;
c. Kesalahan administrasi dan atau teknis pada saat
pengusulan pengalihan hak dari instansi yang
bersangkutan.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (4a)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Angka 4
Pasal 17
Ayat (1)
Angka 1
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Yang dimaksud belum pernah membeli atau
memperoleh fasilitas rumah/atau tanah dari negara
adalah berdasarkan antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 3 Prp Tahun 1960 jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 223 Tahun 1961
tentang Penguasaan Benda-benda Tetap Milik
Perseorangan Warga Negara Belanda;
28 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
47. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 4355);
3. Peraturan Presidium Kabinet R.I. Nomor 2/Prk/
1965 tentang Penjualan Rumah-rumah Milik
Perusahaan Negara;
4. Peraturan Presidium Kabinet Dwikora R.I. Nomor
5/Prk/1965 tentang Penegasan Status Rumah/
Tanah Kepunyaan Badan Hukum Yang
Ditinggalkan Direksi/ Pengurusnya;
5. Peraturan perundangan lainnya sepanjang mengenai
rumah negara yang masih berlaku dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Pernerintah ini.
Angka 2
Cukup Jelas.
Angka 3
Cukup Jelas
Angka 4
Cukup Jelas
Angka 5
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan anak sah adalah anak
kandung dan/atau anak angkat dari hasil adopsi,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Angka 5
Pasal 19
Cukup Jelas
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 29
48. Angka 6
Pasal 20
Cukup Jelas
Angka 7
Pasal 21
Ayat (1)
Standar tipe dan kelas bangunan serta pangkat dan
golongan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal II
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4515
30 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
49. KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Nomor : 3278/BU/X/81/01
Tentang
RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : 1. Bahwa dengan dibangunnya perumahan dinas
golongan I Golongan II maka perlu ditetapkan
ketentuan-ketentuan yang baru.
2. Ketentuan-ketentuan yang lama mengenai
rumah dinas Departemen Luar Negeri
sudah tidak sesuai lagi.
Mengingat : 1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974;
2. Peraturan Pemerintah R.I. No. 30 Tahun
1980;
3. Keputusan Presiden R.I. No. 44 Tahun 1974;
4. Keputusan Presiden R.I. No. 45 Tahun 1974;
5. Gurgerlijke Woningregeling Staatsblad 1934 No.
147 menyangkut perubahan dan
tambahannya;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik 119/KPSTS/1973.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 31
50. MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KETENTUAN–KETENTUAN TENTANG RUMAH
DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud
dengan :
(1) Rumah dinas golongan I ialah rumah yang disediakan bagi mereka
yang Memegang jabatan penting tertentu yang karena sifat
jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut.
(2) Pemegang jabatan penting tertentu adalah mereka yang
menduduki jabatan-jabatan eselon I, II, III, dan IV, sedang
pejabat sementara tidak termasuk dalam pengertian ini.
(3) Rumah Dinas, golongan II ialah rumah dinas yang khusus
disediakan untuk para pegawai dalam lingkungan Departemen
Luar Negeri.
(4) Hak huni adalah hak yang diperoleh setiap Pejabat beserta
keluarganya untuk mendiami rumah dinas Departemen Luar
Negeri selama masa jabatan tertentu.
BAB II
RUMAH DINAS GOLONGAN I
Pasal 2
Tata Cara Penunjukan Penghunian
(1) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal atau Pejabat yang
dikuasakan untuk itu.
(2) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi,
maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan
berbagai faktor seperti :
32 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
51. a. memegang jabatan tertentu
b. belum memiliki rumah sendiri
c. kepentingan dinas
d. urutan permohonan
Pasal 3
Kewajiban Penghuni
Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :
(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.
(2) Memelihara rumah sebaik-baiknya dan mengganti kerugian atau
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya
atau orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya.
(3) Mengosongkan atau menyerahkan rumah kembali dalam
keadaan baik, jika penghuni yang bersangkutan hendak pindah
atau karena sebab-sebab lain hari meninggalkan rumah tersebut.
(4) Setiap penghuni wajib menandatangani Surat Perjanjian yang
berfungsi sebagai sangsi hukum bagi yang melanggar ketentuan
yang telah ditentukan.
Pasal 4
Larangan Penghuni dilarang
(1) Merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunan
dengan sifat bagaimanapun tanpa izin menteri Luar Negeri atau
Pejabat yang dikuasakan untuk itu.
(2) Menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama, mempersewakan
kepada pihak ketiga, sebagian atau seluruh rumah untuk dihuni
atau untuk kepentingan lain.
(3) Mempergunakan rumah untuk keperluan lain selain daripada
tempat tinggal.
Pasal 5
Tata Usaha Persewaan
Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara
pemotongan langsung dari gaji atau dengan cara penagihan langsung
dari yang bersangkutan.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 33
52. Pasal 6
Sanksi
(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar
larangan yang diatur dalam pasal 3 pasal 4 diatas, dapat dicabut
hak huninya.
(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum
mengosongkan rumah tersebut, dapat diambil tindakan
pengamanan termasuk tindakan yuridis administratif yang
dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.
Pasal 7
Berakhirnya Hak Huni
(1) Berakhirnya hak huni atas rumah dinas golongan ini :
a. Habis masa jabatan
b. Pencabutan
c. Permintaan sendiri
d. Meninggal dunia
(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan
mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sejak berakhinya hak huni.
(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan
tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya
6 (enam) bulan sejak meninggalnya.
Pasal 8
Ketentuan Lain
(1) Biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya dibebankan
kepada penghuni.
(2) Biaya pemakaian telepon sepanjang untuk kepentingan dinas,
dapat dibayar oleh dinas sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh
Sekretaris Jenderal.
34 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
53. BAB III
RUMAH DINAS GOLONGAN II
Pasal 10
Penyediaan rumah dinas golongan ini dimaksudkan untuk :
(1) Memperlancar pelaksanaan tugas.
(2) Merangsang ikatan kerja.
(3) Menunjang kesejahteraan pegawai agar dapat meningkatkan
prestasi kerja.
Pasal 11
Tata cara Penunjukan Penghunian
(1) Surat Izin penghunian dan pencabutan penghunian dikeluarkan
oleh Menteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal atau Pejabat
yang dikuasakan untuk itu.
(2) Penghunian hanya berlaku selama pegawai tersebut masih
berstatus dan bekerja aktif sebagai pegawai dalam lingkungan
Departemen Luar Negeri.
(3) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang
disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.
(4) Permohonan yang disampaikan tersebut harus memenuhi syarat-
syarat :
a. Pegawai Departemen Luar Negeri (Calon pegawai tidak
dibenarkan didalam hal ini).
b. Belum pernah mendapatkan fasilitas perumahan dinas atau
fasilitas perumnas.
c. Belum mempunyai rumah sendiri.
(5) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi
maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan :
a. Masa kerja
b. Susunan keluarga
c. Tugas pekerjaan
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 35
54. Pasal 12
Kewajiban Penghuni
Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :
(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam Surat
Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.
(2) Semua biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya
dibebankan kepada penghuni.
(3) Memelihara rumah sebaik-baiknya.
(4) Mengganti atau memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
disebabkan olehnya atau orang-orang yang dibawah tanggung
jawabnya.
(5) Mengosongkan dan menyerahkan rumah kembali dalam keadaan
baik.
Pasal 13
Larangan
Penghuni dilarang :
(1) Tidak diizinkan merubah bentuk, menambah atau mengurangi
bangunan dengan sifat bagaimanapun tanpa izin pimpinan
Departemen Luar Negeri yang berwenang.
(2) Tidak diizinkan menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama,
mempersewakan kepada pihak lain sebagian atau seluruh rumah
untuk dihuni atau untuk kepentingan lain.
(3) Tidak diizinkan mempergunakan rumah untuk kepentingan lain
daripada tempat tinggal bagi yang bersangkutan dengan
keluarganya.
Pasal 14
Tata Usaha Persewaan
Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara
pemotongan langsung dari gaji atau menagih langsung dari yang
bersangkutan.
36 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
55. Pasal 15
Sanksi
(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar
larangan yang diatur dalam pasal 12 dan 13, dapat dicabut hak
huninya.
(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum
mengosongkan rumah tersebut dapat diambil tindakan
pengamanan, termasuk tindakan yuridis administratif yang
dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.
Pasal 16
Berakhirnya Hak Huni
(1) Berakhirnya hak huni rumah dinas golongan ini karena :
a. Pencabutan
b. Berhenti sebagai Pegawai Departemen Luar Negeri
c. Pensiun
d. Permintaan sendiri
e. Meninggal dunia
(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan
mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sejak berakhirnya hak huni.
(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan
tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya
6 (enam) bulan sejak meninggalnya.
Pasal 17
Pemeliharaan
Pemeliharaan rumah dinas golongan ini ditanggung oleh dinas sesuai
dengan anggaran yang disediakan.
Pasal 18
Ketentuan lain
(1) Bagi penghuni yang melalaikan ketentuan ditetapkan di atas
dapat dicabut hak huninya tersebut.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 37
56. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh
Sekretaris Jenderal.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
(1) Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan
sebelumnya yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap
tidak berlaku lagi.
(2) Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan catatan
akan diubah seperlunya jika kemudian ternyata terdapat
kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 22 Oktober 1981
MENTERI LUAR NEGERI,
ttd
PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA
SALINAN
Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Para Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Deplu
2. Para Kepala Perwakilan Rl di Luar Negeri
3. Arsip.
38 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
57. SURAT KEPUTUSAN
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.19A/BU/III/87/01
TENTANG
PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN
LUAR NEGERI
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : 1. Bahwa dengan selesainya pembangunan
rumah-rumah dinas Departemen Luar Negeri
yang baru, maka ketentuan-ketentuan yang
lama mengenai penghuniannya sudah tidak
sesuai lagi karena tidak tersedianya anggaran
untuk pemeliharaan dan perbaikan rumah-
rumah dinas tersebut.
2. Bahwa oleh karena itu untuk rumah-rumah
dinas Departemen Luar Negeri tersebut perlu
ditetapkan ketentuan baru tentang
penghuniannya untuk terpeliharanya dengan
baik serta menghindarkan kehancuran
rumah-rumah dinas tersebut.
Mengingat : 1. Burgelijke Woningregeling Staatblad 1934 No.
147 sebagaimana telah dirubah dan
ditambah terakhir dengan Lembaran Negara
No. 386 Tahun 1949
2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974
3. SK Menteri Luar Negeri no. 3278/BU/X81/
02 tentang Rumah Dinas Departemen Luar
Negeri tanggal 22 Oktober 1981.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 39
58. MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS
DEPARTEMEN LUAR NEGERI.
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pengertian
Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud
dengan :
1) Rumah dinas Departemen Luar Negeri ialah Rumah Negeri
Departemen Luar Negeri yang terletak dikomplek Lebak Bulus
(9 unit), Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok
Aren (golongan I dan II 76 unit dan 74 unit), Jurangmangu/
Cipadu (306 unit), dan yang khusus disediakan untuk pegawai-
pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri.
2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen
Luar Negeri yang ditunjuk Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
Luar negeri untuk menghuni rumah dinas Departemen Luar
Negeri.
Pasal 2
Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Penghunian rumah dinas Departemen Luar Negeri hanya
didasarkan atas surat penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri Luar Negeri.
2) Para penghuni diwajibkan menandatangani surat penunjukan
sebagai pernyataan bersedia untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan tentang kewajiban penghuni dan larangan seperti
tersebut dalam pasal 4 dan pasal 5 dan dikenakan sanksi seperti
tersebut dalam pasal 7 apabila ternyata melanggar seperti
tersebut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan ini.
40 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
59. Pasal 3
Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Rumah dinas dikomplek Departemen Luar Negeri Lebak Bulus,
Cipulir, Cidodol dan Pondok Aren (28 unit) diperuntukan bagi
pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan IV PGPNS.
Rumah-rumah dinas yang terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok
Aren (175 unit) diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen
Luar Negeri golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang
terletak di Jurang mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan
76 dan 74 unit) Pondok Aren (masing-masing diperuntukkan
bagi pegawai negeri Departemen luar Negeri golongan I dan II
PGPNS.
2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan :
a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,
kecuali bagi penghuni yang penunjukkannya didasarkan untuk
kepentingan dinas.
b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas
membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Kewajiban Penghuni
1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas dan
pajak serta retribusi lainnya.
3) Memelihara rumah dinas sebaik-baiknya dan memperbaiki atau
mengganti kerusakan-kerusakan yang terjadi.
Pasal 5
Hak-hak Penghuni
1) Pegawai beserta isteri dan anak-anaknya mempunyai hak huni
selama hak huninya tidak dicabut, meskipun penghuni yang
bersangkutan ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri.
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 41
60. 2) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri
hanya memperoleh 50% (lima puluh persen) dari tunjangan
sewa rumah di luar negeri sesuai peraturan yang berlaku.
3) Penghuni yang ditempatkan sebagai kepala/Wakil Kepala
Perwakilan Rl di luar negeri, tetap memperoleh hak/fasilitas rumah
dinas di luar negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pasal 6
Larangan
1) Penghuni dilarang/tidak diijinkan merubah bentuk, menambah
atau mengurangi bangunan rumah dinas.
2) Penghuni dilarang/tidak diijinkan mengalihkan hak huninya atau
menyewakan kepada orang lain, baik sebagian atau seluruh
rumah dinasnya, untuk dihuni atau untuk kepentingan yang lain.
3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk
kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggai bagi yang
bersangkutan dengan keluarganya.
Pasal 7
Sanksi
Penghuni yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang kewajiban
penghuni dan larangan yang ditetapkan dalam pasal 4 dan pasal 6
Surat Keputusan ini, akan dicabut hak huninya.
Pasal 8
Ketentutan Lain
Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 9
Ketentuan Penutup
Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan
sebelumnya tentang penghunian rumah dinas Departemen Luar
Negeri yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap tidak
berlaku lagi.
42 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
61. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatan
akan dirubah seperlunya jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 13 maret 1987
MENTERI LUAR NEGERI
ttd
PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA
SALINAN
Surat Keputusan ini dikirimkan kepada Yth. :
1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri
2. Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri
3. Arsip
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 43
62. SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR SK.097/BU/XII/88/01
TENTANG
PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19A/BU/III/87/01
TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG PENGHUNIAN
RUMAH-RUMAH DINAS
DEPARTEMEN LUAR NEGERI
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri No.
19A/BU/III/87/01 tanggal 13 Maret 1987
tentang Penghunian Rumah-Rumah Dinas
Departemen Luar Negeri belum disesuaikan
dengan ketentuan Undang-undang No. 12
tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan dan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No. 417/1 (PTS/1985
tanggal 10 September 1985 tentang
Penetapan Sewa Rumah Negeri;
b. bahwa dianggap perlu untuk menyempurna-
kan Keputusan Menteri Luar Negeri tersebut
diatas.
44 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
63. Mengingat : 1. Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan;
2. Keputusan Presiden RI No. 29 Tahun 1984
tentang Pelaksanaan Anggaran dan Belanja
Negara;
3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/
BU/X/81/02 tanggal 22 Oktober 1981
tentang Rumah Dinas Departemen Luar
Negeri;
4. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
RI No. 417/11/PTS/1985 tanggal 10
September 1985 tentang Sewa Untuk Rumah
Negeri.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN
MENTERI LUAR NEGERI NOMOR 19A/BU/III/
87/01 TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG
PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS
DEPARTEMEN LUAR NEGERI.
Pasal 1
Pengertian
Yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar Negeri ini dengan :
(1) Rumah Dinas Departemen Luar Negeri adalah Rumah Negeri
Departemen Luar Negeri yang terletak di Lebak Bulus (9 unit),
Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok Aren
(golongan IV 28 unit, golongan III 175 unit, golongan II 74
unit, golongan I 76 unit), Jurangmangu/Cipadu (306 unit) dan
rumah-rumah lain yang khusus disediakan untuk pegawai negeri
dalam lingkungan Departemen Luar Negeri.
(2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen
Luar Negeri yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal atas nama
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 45
64. Menteri Luar Negeri untuk menghuni Rumah Dinas Departemen
Luar Negeri.
Pasal 2
Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
(1) Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri didasarkan
atas Surat Penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
Luar Negeri.
(2) Penghuni diwajibkan menandatangani Surat Penunjukan sebagai
pernyataan bersedia mematuhi ketentuan tentang kewajiban
dan lamagan seperti tersebut dalam pasal 4 dan dikenakan sanksi
seperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 7 Surat Keputusan ini.
Pasal 3
Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Rumah dinas dikomplek Lebak Bulus, Cipulir, Cidodol dan Pondok
Aren (28 unit) diperuntukan bagi pegawai negeri Departemen
Luar Negeri golongan IV PGPNS. Rumah-rumah dinas yang
terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok Aren (175 unit)
diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri
golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang terletak di Jurang
mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan 76 dan 74 unit)
Pondok Aren masing-masing diperuntukkan bagi pegawai negeri
Departemen Luar Negeri golongan I dan II PGPNS.
2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyataran :
a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,
ditentukan lain untuk kepentingan dinas.
b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas
membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Hak dan Kewajiban Penghuni
1) Membayar sewa rumah tiap bulan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
46 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
65. 2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas, Pajak
Bumi dan Bangunan, pajak-pajak lain serta retribusi/iuran lainnya
(keamanan, dan kebersihan).
3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk
kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggal bersama
keluarganya.
Pasal 6
1) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan R.I. di luar negeri
diwajibkan membayar sewa rumah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di dalam negeri.
2) Apabila penghuni yang bersangkutan kembali dari Perwakilan
R.I. di luar negeri, maka kepada mereka diberikan tunjangan
pemondokan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan yang
berlaku.
Pasal 7
Sanksi
Penghuni yang tidak mematuhi kewajiban dan melanggar larangan
seperti yang ditetapkan dalam pasal 4 dan 5 Surat Keputusan ini,
hak huninya akan dicabut.
Pasal 8
Ketentuan Lain
Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
lebih lanjut dengan Surat Keputusan tersendiri.
Pasal 9
Ketentuan Penutup
1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka keputusan sebelumnya
tentang Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri yang
tidak sesuai, dianggap tidak berlaku lagi.
2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Nopember 1988,
dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 47
66. didalam Keputusan ini maka akan diadakan perubahan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Desember 1988
MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
ttd
ALI ALATAS, SH
SALINAN
Surat Keputusan ini Disampaikan kepada
1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri
2. Para Kepala Perwakilan R.I. di Luar Negeri
3. Arsip.
48 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
67. MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : SK.092/PL/V/2001/01
TENTANG
PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR
NEGERI NOMOR : SK. 112/PL/VIII/98/01 TENTANG
PENGERTIAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DI
LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI
MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pencantuman beberapa peraturan
perundang-undangan sebagai dasar hukum
dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b. bahwa rumah-rumah negara di lingkungan
Departemen Luar Negeri yang terletak di
Komplek Departemen Luar Negeri Jagakarsa
Jakarta Selatan 8 Unit, Cidodol Jakarta
Selatan 7 unit, Cipulir Tangerang 5 unit,
Pondok Aren Tangerang 1 unit, telah
ditetapkannya statusnya sebagai rumah
Jabatan/Rumah Negara Golongan I untuk
Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar
Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Luar
Negeri Nomor : RP/SK/050/92/01;
c. bahwa 24 (dua puluh empat) unit rumah
negara di lingkungan Departemen Luar Negeri
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 49
68. yang terletak di Komplek Departemen Luar
Negeri Arinda Permai Estate Pondok Aren
Tangerang, telah ditetapkan statusnya
sebagai Rumah Jabatan/Rumah Negara
Golongan I untuk Pejabat Eselon III
Departemen Luar Negeri dalam Surat
Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/
SK.044/93/01;
d. bahwa perubahan status Rumah Jabatan/
Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah
Negeri Golongan II/Rumah Negara Golongan
II sebagaimana ditetapkan dalam Surat
Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :
SK.112/PL/VIII/98/01, tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
dan d perlu menetapkan Keputusan Menteri
Luar Negeri tentang Perubahan atas Surat
Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :
SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan
status rumah-rumah negeri di lingkungan
Departemen Luar Negeri;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994
tentang Rumah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/
Penetapan Status Rumah Negeri
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
1982;
3. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
Nomor : KP/SK/050/92/01 tentang Rumah
Jabatan untuk Eselon I dan Eselon II
Departemen Luar Negeri RI;
4. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
Nomor : KP/SK.044/93/01 tentang Rumah
Jabatan Eselon III Departemen Luar
Negeri RI.
50 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
69. MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN
MENTERI LUAR NEGERI NOMOR : SK.112/PL/
VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS
RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN LUAR NEGERI.
Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan Status Rumah-
rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri diubah menjadi
sebagai berikut :
1. Dasar Hukum, berbunyi sebagai berikut :
“Mengingat : a. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994
tentang Rumah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/
Penetapan Status Rumah Negeri
sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 81 Tahun 1982".
2. Judul, berbunyi sebagai berikut :
“Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN
MENTERI LUAR NEGERI NOMOR SK.112/PL/
VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS
RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN
DEPARTEMEN LUAR NEGERI”.
3. Diktum Pertama, berbunyi sebagai berikut :
“KESATU : Menetapkan status rumah-rumah negara di
lingkungan Departemen Luar Negeri yang terletak
di Kreo Tangerang 114 unit, Cipadu Jaya –
Jurangmangu Timur Tangerang 306 unit,
Komplek Deplu 74 Pondok Karya Tangerang 74
unit, dan Pondok Aren Tangerang 279 unit
sebagai Rumah Negara Golongan II.”
BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 51
70. Pasal 2
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 22 Mei 2001
MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
ttd
Drs. ALWI SHIHAB
Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada :
1. Yth. Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Yth. Saudara Menteri Pemukiman dan Pengembangan Prasarana
Wilayah RT;
3. Yth. Saudara Menteri Keuangan RI;
4. Yth. Seluruh Unit Eselon I dan II Departemen Luar Negeri;
5. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Jabatan Eselon I, II,
dan III Departemen Luar Negeri.
6. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Instansi/Rumah Negara
Golongan II Departemen Luar Negeri.
52 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA