SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  1016
Télécharger pour lire hors ligne
HIMPUNAN PERATURAN
 PERLENGKAPAN
     UMUM



       BUKU 3



   INSPEKTORAT JENDERAL
  DEPARTEMEN LUAR NEGERI
         JAKARTA
           2007

                           i
ii
KATA PENGANTAR




     Sesuai Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugas
pengawasan dilingkungan Deplu.

     Dengan semangat benah diri, dapat diaktualisasikan
Penyusunan Himpunan Peraturan Keuangan dan Non Keuangan,
dimaksudkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakan
tugas tersebut.

      Semoga bermanfaat, tingkatkan profesionalisme kerja
pengawasan yang berkualitas, konsisten dan dapat
dipertanggungjawabkan.




                                     Jakarta, 30 April 2007

                                   INSPEKTUR JENDERAL



                                   DIENNE H. MOEHARIO




                                            KATA PENGANTAR    iii
iv   KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
     BIDANG PERLENGKAPAN UMUM

                                                                                   HAL

Kata Pengantar ............................................................          ii

Daftar Isi ....................................................................      v


XIX. BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA

     1.    Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 1994,
           9 Desember 1994 tentang Rumah Negara ...........                         3

     2.    Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 2005,
           20 Juli 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan
           Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang
           Rumah Negara ...................................................         17

     3.    Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/BU/
           X/81/01, 22 Oktober 1981 tentang Rumah
           Dinas Departemen Luar Negeri ............................                31

     4.    Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 19A/BA/
           III/87/01, 13 Maret 1987 Tentang Penghunian
           Rumah-Rumah Dinas ..........................................             39

     5.    Keputusan Menteri Luar Negeri No. 097/BU/
           XII/88/01, 8 Desember 1988 Tentang
           Penyempurnaan Keputusan Menteri Luar Negeri
           No. 19A/BU/III/87/01 Tentang Penghunian
           Rumah-Rumah Dinas ..........................................             44

     6.    Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 092/PL/
           V/2001/01, 22 Mei 2001 Tentang Perubahan
           Atas Keputusan Menteri Luar Negeri No. 112/PL/
           VIII/98/01 Tentang Penentuan Status
           Rumah-Rumah Negeri di Lingkungan Departemen
           Luar Negeri .........................................................    49

                                                                     DAFTAR ISI       v
7.   Surat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
           No. HK. 02-03-DM/80, 19 Februari 2001
           tentang Ralat Surat Keputusan Menteri Luar
           Negeri No. 112/PL/VIII/98/01 Tentang
           Penentuan Status Rumah-Rumah Negeri di
           Lingkungan Departemen Luar Negeri ....................                 53

      8.   Surat Edaran Sekjen No. 110/PL/II/2001/02
           tentang Penarikan Kembali Usulan Alis Status
           Rumah Negara Golongan II menjadi
           Golongan III .......................................................    54


XX.        PENGADAAN BARANG DAN JASA

      1.   Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003,
           3 November 2003 tentang Pedoman
           Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
           Pemerintah .........................................................   57

      2.   Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004,
           5 Agustus 2004 Tentang Perubahan Atas
           Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
           Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
           Pemerintah .........................................................   110

      3.   Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2005,
           20 April 2005 tentang Perubahan Kedua Atas
           Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
           Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
           Pemerintah .........................................................   115

      4.   Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2005,
           15 November 2005 Tentang Perubahan Ketiga
           Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
           Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
           Pemerintah .........................................................   121

      5.   Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006,
           20 Maret 2006 Tentang Perubahan Keempat
           Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang



vi     DAFTAR ISI
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
        Pemerintah .........................................................   135

   6.   Peraturan Presiden RI No. 79 Tahun 2006,
        8 September 2006 Tentang Perubahan Kelima
        Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
        Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
        Pemerintah .........................................................   167

   7.   Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2006,
        6 Oktober 2006 Tentang Perubahan Keenam
        Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang
        Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
        Pemerintah .........................................................   177

   8.   Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 121/PI/VII/
        2000/01, 23 Agustus 2000 tentang Petunjuk
        Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
        Departemen Luar Negeri .....................................           186


XXI.    PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN
        BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA

   1.   Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006,
        14 Maret 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik
        Negara/Daerah ...................................................      209

   2.   Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 016/A/PI/
        XII/2004, 31 Desember 2004 Tentang
        Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan
        Inventarisasi Barang-Barang Milik/Kekayaan
        Negara Di Lingkungan Deplu dan Perwakilan RI
        di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ...........................           298

   3.   Keputusan Menteri Keuangan RI No. 18/
        KMK.018/1999 Tentang Klasifikasi Dan Kodefikasi
        Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara
        (Buku Tersendiri) ................................................     302

   4.   Keputusan Menteri Keuangan RI No. 01/KM.12/
        2001, 18 Mei 2001 Tentang Pedoman Kapitalisasi


                                                                 DAFTAR ISI      vii
Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem
            Akuntansi Pemerintah ..........................................        305

       5.   Instruksi Menlu No. 032/OR/IV/85/02, 9 April 1985
            Tentang Pedoman Pelaksanaan Trade-In
            Kendaraan Dinas Perwakilan RI Di Luar Negeri ......                    315

       6.   Buku Pedoman Biro Perlengkapan, Februari 1997
            Tentang Pedoman Pengelolaan Kendaraan Dinas
            Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................             318

       7.   Surat Edaran Sekjen No. 0154/PI/VI/91/14,
            11 Juni 1991 Tentang Berita Acara Serah Terima
            (BAST) Barang Inventaris Wisma ........................                350


XXII.       PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATAN
            BARANG / MILIK KEKAYAAN NEGARA

       1.   Keputusan Presiden RI No. 5 Tahun 1983
            Tentang Penghapusan Penyediaan Kendaraan
            Dinas Perorangan ................................................      355

       2.   Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/
            1994, 20 September 1994 Tentang Tata Cara
            Penghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/
            Kekayaan Negara (Buku Tersendiri) .....................                359

       3.   SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 144
            Tahun 2002, 27 Agustus 2002 Tentang Petunjuk
            Teknis Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
            Barang Inventaris Milik Negara di Lingkungan
            Departemen/Lembaga ........................................            362

       4.   SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 187/MK.2/
            2003, 23 September Tentang Penghapusan
            Kendaraan ..........................................................   366

       5.   Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 04/A/PI/V/
            2004/01, 18 Mei 2004 Tentang Petunjuk
            Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan



viii    DAFTAR ISI
Barang Milik/Kekayaan Negara Pada Deplu dan
        Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) .......                    369


XXIII. LAIN – LAIN

   1.   Instruksi Menlu No. 021/OR/III/85/02,
        2 Maret 1985 Tentang Larangan Bagi Perwakilan
        RI di Luar Negeri Membeli Barang-Barang
        Milik Pribadi .........................................................   375


XXIV.   TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN

   1.   Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005,
        31 Januari 2005 Tentang Kedudukan Tugas dan
        Fungsi Wewenang Organisasi Dan Tata Kerja
        Kementerian Negara Republik Indonesia ...............                     379

   2.   Peraturan Presiden RI No. 62 Tahun 2005,
        14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Atas
        Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005
        Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
        Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian Negara
        Republik Indonesia ..............................................         430

   3.   Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005,
        31 Januari 2005 Tentang Unit Organisasi Dan
        Tugas Eselon I Kementerian Negara
        Republik Indonesia ..............................................         444

   4.   Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2005,
        7 Februari 2005 Tentang Perubahan Atas
        Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 Tentang
        Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian
        Negara Republik Indonesia ...................................             491

   5.   Peraturan Presiden RI No. 63 Tahun 2005,
        14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Kedua Atas
        Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005
        Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I
        Kementerian Negara Republik Indonesia ...............                     494


                                                                   DAFTAR ISI       ix
6.    Peraturan Presiden RI No. 66 Tahun 2006,
          8 Juni 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas
          Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005
          Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I
          Kementerian Negara RI .......................................           501

    7.    Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.02/A/
          OT/VIII/2005/01 Tentang Organisasi dan Tata
          Kerja Departemen Luar Negeri
          (Buku Tersendiri). ...............................................      506

    8.    Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/
          OT/I/2006/01 Tentang Perubahan Atas Peraturan
          Menteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01
          Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
          Luar Negeri .........................................................   508


XXV.      TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN RI

    1.    Undang-Undang RI No. 37 Tahun 1999 Tentang
          Hubungan Luar Negeri .........................................          517

    2.    Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2000,
          23 Agustus 2000 Tentang Perjanjian
          Internasional.......................................................    546

    3.    Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 2003,
          31 Desember 2003 Tentang Organisasi
          Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................           569

    4.    Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 06/A/
          OT/VI/2004/01 Tentang Organisasi Dan Tata
          Kerja Perwakilan RI Di Luar Negeri
          (Buku Tersendiri) ................................................      585

    5.    Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 09/
          OR/I/91/01, 4 Januari 1991 Tentang Pedoman
          Umum Pengangkatan dan Tata Kerja Konsul
          Kehormatan .......................................................      624




x      DAFTAR ISI
6.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 012/
        OR/III/88/01, 4 Maret 1988 Tentang Penugasan
        Khusus Kepala Perwakilan RI Di Luar Negeri
        Untuk Peningkatan Kegiatan Promosi Investasi .....                      638

   7.   SKB Menlu Dan Menteri Muda Urusan Peningkatan
        Produksi Dalam Koordinasi Penanaman Modal
        No. SKB.042/INV/V/85/01 Dan No. 12/SK/1985,
        25 Mei 1985 Tentang Penugasan Khusus Kepala
        Perwakilan RI Di Luar Negeri Untuk Peningkatan
        Kegiatan Promosi Investasi ..................................           640


XXVI.   PELAPORAN

   1.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 101/
        BU/I/80/01, 15 Januari 1980 Tentang Pedoman
        Pembuatan dan Penyampaian Laporan Perwakilan
        RI di Luar Negeri .................................................     653

   2.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 016/
        OR/III/88/02, 15 Maret 1988 Tentang
        Pedoman Pembuatan dan Penyampaian Laporan
        Perwakilan RI di Luar Negeri .................................          667

   3.   Faks. Sekjen NO. BB-0474/DEPLU/II/04,
        20 Februari 2003 Tentang Laporan Analisa
        Tahunan .............................................................   670

   4.   Faks. Sekjen No. BB-0363/DEPLU/II/05,
        4 Februari 2005 Tentang Penyusunan Laporan
        Analisa Tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri........                    673

   5.   Nota Dinas No. 0025/OT/II/2005/18/02
        Tentang Penyusunan Laporan Analisis Tahunan
        Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................           675

   6.   Instruksi Menlu No. SK. 041/OR/V/88/02,
        04 Mei 1988 Tentang Memorandum Akhir Tugas
        Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................              677




                                                                  DAFTAR ISI      xi
7.   Surat Sekjen No. 097/OR/III/02, 20 Maret 1985
           Tentang BentuK Serah Terima Jabatan ................                 680

      8.   Kawat Sekjen No. 791282, 1 April 1976
           Tentang Memorandum Pengakhiran Jabatan
           Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri ......................           683

      9.   Nota Edaran No. 1457/KEPEG/1979,
           6 Oktober 1979 Tentang :
           Tata Cara Pelaksanaan Tetap :
           a. Memorandum Serah Terima
           b. De-Briefing Pegawai Yang Kembali
           c. Makalah / Paper Bagi Pegawai Yang Akan
              Ditempatkan ..................................................    686


XXVII. SAKIP

      1.   Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999,
           15 Juni 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja
           Instansi Pemerintah ............................................     691

      2.   Keputusan LAN No. 239/IX/6/8/2003 Tentang
           Perbaikan Pedoman Penyusunan LAKIP
           (Buku Tersendiri) ................................................   699

      3.   Keputusan Menteri PAN No. Kep/135/M.PAN/
           9/2004, 15 September 2004 Tentang Pedoman
           Umum Evaluasi LAKIP (Buku Tersendiri) ...............                703

      4.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/
           OT/2002/02, 31 Desember 2002 Tentang
           Pedoman umum Implementasi Sistem Akuntabilitas
           Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen
           Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri ........ 707

      5.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 05/A/
           OT/IV/2004/02, 30 April 2004 Tentang Perubahan
           Atas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri RI
           No. SK. 03/A/OT/XII/2002/02 Tentang Pedoman
           Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
           Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar


xii    DAFTAR ISI
Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri
        (Buku Tersendiri) ................................................     711


XXVIII. PENGAWASAN MELEKAT

   1.   Instruksi Presiden RI No. 15 Tahun 1983,
        4 Oktober 1983 Tentang Pedoman
        Pelaksanaan Pengawasan ....................................            717

   2.   Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1989,
        20 Maret 1989 Tentang Pedoman Pelaksanaan
        Pengawasan Melekat (Buku Tersendiri) .................                 731

   3.   Keputusan Menteri PAN No. Kep/46/M.PAN/4/
        2004, 26 April 2004 Tentang Petunjuk
        Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam
        Penyelenggaraan Pemerintahan
        (Buku Tersendiri) ................................................     734

   4.   Keputusan Menteri PAN No. Kep/118/M.PAN/8/
        2004, 31 Agustus 2004 Tentang Pedoman
        Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat
        Bagi Instansi Pemerintah (Buku Tersendiri) ...........                 737

   5.   Keputusan Menteri PAN No. 25/KEP/M.PAN/4/
        2002, 25 April 2002 Tentang Pedoman
        Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara
        (Buku Tersendiri) ................................................     740

   6.   Kawat Irjen No. 050831, 16 Februari 2005
        Tentang Penghentian Pungutan Tidak Syah/Resmi
        Berkaitan Dengan Pelayanan Keimigrasian dan
        Kekonsuleran ......................................................    744


XXIX.   PEMBERANTASAN KKN

   1.   Undang-Undang RI No. 28 Tahun 1999,
        19 Mei 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
        Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
        Nepotisme ..........................................................   747


                                                                 DAFTAR ISI     xiii
2.   Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999,
           16 Agustus 1999 Tentang Pemberantasan
           Tindak Pidana Korupsi .........................................        770

      3.   Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001,
           21 Nopember 2001 Tentang Perubahan Atas
           Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
           Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ....                       786


XXX.       KEIMIGRASIAN / KEKONSULERAN

      1.   UU No. 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan
           Konvensi WNA Tentang Hubungan Diplomatik
           dan Konsuler.......................................................    811

      2.   Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2005,
           10 Juni 2005 Tentang Pemeriksaan Penerimaan
           Negara Bukan Pajak ............................................        818

      3.   Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2003
           Tentang bebas Visa Kunjungan Singkat ................                  838

      4.   Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2003
           Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
           Nomor 18 Tahun 2003 Tentang bebas Visa
           Kunjungan Singkat ..............................................       842

      5.   SK. Menlu No. SK. 089/PK/V/95/01, 23 Mei 1995
           Tentang Pemberian, Perubahan Isi dan Pencabutan
           Paspor Diplomatik, Paspor Dinas dan Surat
           Perjalanan Laksana Paspor Dinas RI ..................... 846

      6.   PL-2006/073002 Tentang Penggunaan Visa Stiker .                        852

      7.   Dirpenlugri No. PL-6342/120890, 12 Agustus 1990
           Tentang Permohonan Visa Kunjungan Jurnalistik/
           Shooting Film ......................................................   853




xiv    DAFTAR ISI
XXXI.   KEARSIPAN

   1.   Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1971 Tentang
        Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan .................                857

   2.   Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979
        Tentang Penyusutan Arsip ...................................         868

   3.   Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/OT/
        I/2005/02, 27 Januari 2005 Tentang Pedoman
        Tata Kearsipan Departemen Luar Negeri Dan
        Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 875

   4.   Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 03/A/OT/
        I/2006 Tentang Perubahan Atas Lampiran
        SK. 01/A/OT/I/2005/02 Tentang Pedoman Tata
        Kearsipan Departemen Luar Negeri dan
        Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) .......               879

   5.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 02/
        A/OT/II/2004/02, 16 Februari 2004 Tentang
        Pedoman Tata Naskah Dinas Departemen Luar
        Negeri dan Perwakilan RI Di Luar Negeri
        (Buku Tersendiri) ................................................   903

   6.   Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 04/A/OT/
        I/2006/02 Tentang Perubahan Atas Lampiran
        SK. 02/A/OT/II/2004/02 Tentang Pedoman Tata
        Naskah Dinas Departemen Luar Negeri dan
        Perwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ......                907

   7.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/
        OT/V/2004/01, 14 Mei 2004 Tentang Pedoman
        Teknis Penyusutan dan Jadual Retensi Arsip
        Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI
        di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ...........................         917

   8.   Nota Dinas BADP No. 0002/OT/I/2006/17,
        6 Januari 2006 Tentang Kode Penomoran Surat-
        Surat Dinas Di Lingkungan Deplu ..........................           921




                                                               DAFTAR ISI      xv
9.   Dirpenlugri KR No. 913477, 12 September 1990
           Tentang Bulletin / Terbitan Perwakilan ...................             926

      10. Dirpenlugri KR No. 903589, 12 September 1990
          Tentang Data-Data Penerangan Setempat ...........                       928

      11. Dirpenlugri No. 914664, 13 September 1991
          Tentang Klipping Pers ..........................................        930


XXX.       LAIN – LAIN

      1.   Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001,
           6 Agustus 2001 Tentang Yayasan ........................                933

      2.   Kep. Bersama Menlu dan Mendikbud
           No. SKB-191/81/01 dan No. 051/U/1981 Tentang
           Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Indonesia
           di Luar Negeri .....................................................   959

      3.   SK. Bersama Menlu dan Memperindag
           No. SKB 016/OR/VII/82/01 dan No. 246/KPB/
           VII/82/01, 29 Juli 1982 Tentang Organisasi dan
           Tata Kerja Pusat Promosi Perdagangan
           Indonesia Pada Perwakilan RI di Luar Negeri .........                  971

      4.   KEP Bersama Menlu dan Mendikbud No. SKB-062/
           OR/VI/86/01 dan No. 0419A/V/1986, 18 Juli 1986
           Tentang Penyerahan Museum Konferensi Asia
           Afrika dan Pusat Penelitian Serta Pengkajian
           Masalah Asia Afrika dan Negara-Negara
           Berkembang dari Departemen Pendidikan dan
           Kebudayaan ke Departemen Lurah Negeri ............                     979

      5.   Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 094/PK/
           XI/85/02, 20 Nopember 1985 Tentang Tata
           Cara Pelaksanaan Dan Tertib Kawat Mengawat
           Pada Perwakilan .................................................. 983

      6.   Surat Menlu No. 2522/76/06, 1 April 1976
           Tentang Pedoman Umum Pengamanan
           Perwakilan RI di Luar Negeri .................................         993


xvi    DAFTAR ISI
7.   Dirjen Bina Bantuan Sosial Departemen Sosial
     No. 489/UM/BBS/ 1986, 7 Januari 1986 Tentang
     Prosedur Penggantian Biaya Pemulangan
     WNI Yang Terlantar di Luar Negeri .......................       995

8.   Dirhubsosbud No. 910324, 31 Januari 1991
     Tentang Perutusan Kesenian Indonesia Yang
     Berangkat Ke Luar Negeri ....................................   998




                                                        DAFTAR ISI    xvii
xviii
XIX

BARANG MILIK/KEKAYAAN
       NEGARA




                        1
2
PRESIDEN
                      REPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
             NOMOR 40 TAHUN 1994
                         TENTANG
                     RUMAH NEGARA


                Presiden Republik Indonesia



Menimbang   :    a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-
                    undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
                    Perumahan dan Permukiman, perlu
                    pengaturan     mengenai    pengadaan,
                    penghunian, pengelolaan dan pengalihan
                    status dan hak atas rumah yang dikuasai
                    Negara;
                 b. bahwa sehubungan dengan hak tersebut,
                    dipandang perlu mengatur rumah yang
                    dikuasai Negara dengan Peraturan
                    Pemerintah;


Mengingat   :    1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
                 2. Undang-undang Nomor 72 Tahun 1957
                    tentang Penetapan Undang-undang Darurat
                    Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan
                    Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri
                    sebagai Undang-undang (Lembaran Negara
                    Tahun 1957 Nomor 158);
                 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
                    Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
                    (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
                    Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
                 4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
                    tentang Pokok-pokok Kepegawaian


                               BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   3
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,
                      Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041);
                    5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985
                       tentang Rumah Susun (Lembaran Negara
                       Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan lembaran
                       Negara Nomor 3318);
                    6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
                       Perumahan dan Permukiman (Lembaran
                       Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
                       Lembaran Negara Nomor 3469);
                    7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992
                       tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
                       Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran
                       Negara Nomor 3501);


                         MEMUTUSKAN :


Menetapkan      :   PERATURAN     PEMERINTAH   REPUBLIK
                    INDONESIA TENTANG RUMAH NEGARA.


                               BAB I
                       KETENTUAN UMUM


                              Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan
   berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
   pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat
   dan/atau Pegawai Negeri;
2. Pegawai Negeri adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam
   Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
   Kepegawaian;
3. Pejabat adalah pejabat negara atau pejabat pemerintah yang
   diangkat untuk menduduki jabatan tertentu;
4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang
   pekerjaan umum;


4    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
5. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang
   dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat
   jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta
   hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan
   masih memegang jabatan tertentu tersebut;
6. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang
   mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
   instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri
   dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan
   kepada Negara;
7. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak
   termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada
   penghuninya;


                            Pasal 2
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengadaan,
penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas Rumah
Negara.


                             BAB II
                            TUJUAN


                            Pasal 3
Pengaturan Rumah Negara bertujuan untuk mewujudkan ketertiban
pengadan, penghunian, pengelolaan, dan pengalihan status dan
hak atas Rumah negara.


                            BAB III
                         PENGADAAN


                            Pasal 4
(1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara
    pembangunan, pembelian, tukar menukar, tukar bangun
    atau hibah.




                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   5
(2) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud
    dalam ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-
    undangan yang berlaku.


                              Pasal 5
(1) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 4 diselenggarakan berdasarkan tipe dan kelas bangunan,
    pangkat dan golongan Pegawai Negeri pada suatu lokasi tertentu
    di atas tanah yang sudah jelas status haknya.
(2) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
    ayat (1) diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan
    kemampuan keuangan negara.
(3) Pelaksanaan pembangunan Rumah Negara sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
    peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                              Pasal 6
(1) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian,
    tukar menukar, tukar bangun atau hibah sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 4 dapat dilakukan secara langsung dengan
    masyarakat atau badan usaha.
(2) Pengadaan Rumah Negara dengan cara tukar menukar atau
    tukar bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
    dengan Keputusan Presiden.


                              BAB IV
                          PENGHUNIAN

                              Pasal 7
Penghunian Rumah Negara hanya dapat diberikan kepada Pejabat
atau Pegawai Negeri.
(1) Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak
    guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak pengelolaan
    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Penyelenggaraan pembangunan yang membangun rumah susun
    di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib
    menyelesaikan status hak guna bangunan di atas hak pengelolaan

6    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
   berlaku sebelum menjual satuan rumah susun yang
   bersangkutan.
(3) Penyelenggaraan pembangunan wajib memisahkan rumah susun
    atas satuan dan bagian bersama dalam bentuk gambar dan
    uraian yang disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan
    peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memberi
    kejelasan atas :
   a. batas satuan yang dapat dipergunakan secara terpisah untuk
      perseorangan;
   b. batas dan uraian atas bagian bersama dan benda-bersama
      yang menjadi haknya masing-masing satuan;
   c. batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yang
      menjadi haknya masing-masing satuan.


                             Pasal 8
(1) Untuk dapat menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 7 harus memiliki Surat Izin Penghunian.
(2) Surat Izin Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
    diberikan oleh Pejabat yang berwenang pada instansi yang
    bersangkutan.
(3) Pemilik Surat Izin Penghunian wajib menempati Rumah Negara
    selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
    sejak Surat Izin Penghunian diterima.
(4) Pelaksanaan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
    ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri.


                             Pasal 9
(1) Suami dan istri yang masing-masing berstatus Pegawai Negeri,
    hanya dapat menghuni satu Rumah Negara.
(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
    ayat (1) hanya dapat diberikan apabila suami dan istri tersebut
    bertugas dan bertempat tinggal di daerah yang berlainan.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
    dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.




                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   7
Pasal 10
(1) Penghuni Rumah Negara wajib :
    a. membayar sewa rumah;
    b. memelihara rumah dan memanfaatkan rumah sesuai dengan
       fungsinya.
(2) Penghuni Rumah Negara dilarang;
    a. menyerahkan sebagian atau seluruh rumah kepada pihak
       lain;
    b. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah;
    c. menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
    dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.


                               BAB V
                         PENGELOLAAN


                         Bagian Pertama
                             Umum


                             Pasal 11
Pengelolaan Rumah Negara merupakan kegiatan yang meliputi
penetapan status, pendaftaran dan penghapusan.
(1) Pemerintah memberikan kemudahan bagi golongan masyarakat
    yang berpenghasilan rendah untuk memperoleh dan memiliki
    satuan rumah susun.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
    diatur dengan Peraturan Pemerintah.


                         Bagian Kedua
                       Penetapan Status


                             Pasal 12
(1) Untuk menentukan golongan Rumah Negara dilakukan
    penetapan status Rumah Negara sebagai Rumah Negara


8    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah Negara
   Golongan III.
(2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara
    Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
    oleh pimpinan instansi yang bersangkutan.
(3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
(4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1) diatur dengan Keputusan Presiden.


                          Bagian Ketiga
                           Pendaftaran


                             Pasal 13
(1) Setiap Rumah Negara Wajib didaftarkan.
(2) Pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan kepada
    Menteri.
(3) Tata cara pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud
    dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri.


                          Bagian Keempat
                           Penghapusan


                             Pasal 14
(1) Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain
    karena :
   a. tidak layak huni;
   b. terkena rencana tata ruang;
   c. terkena bencana;
   d. dialihkan haknya kepada penghuni.
(2) Penghapusan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
    yang berlaku.




                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   9
BAB VI
     PENGALIHAN STATUS DAN HAK ATAS RUMAH NEGARA


                          Bagian Pertama
                         Pengalihan Status


                               Pasal 15
(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya hanya Rumah
    Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III.
(2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya menjadi
    Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi kebutuhan Rumah
    Jabatan.
(3) Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya
    menjadi Rumah Negara Golongan III adalah :
      a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/
         asrama sipil dan ABRI;
      b. Rumah Negara Golongan II yang mempunyai fungsi secara
         langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu
         kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi,
         pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai
         penelitian.
(4) Apabila Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan
    statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (1) berdiri diatas tanah pihak lain, pimpinan
    instansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu mendapat izin
    dari pemegang hak atas tanah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status sebagaimana
    dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden


                            Bagian Kedua
                           Pengalihan Hak


                               Pasal 16
(1) Rumah Negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah
    Negara Golongan III.




10     BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
(2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya dapat dialihkan
    haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni.
(3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat
    (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat dialihkan haknya.
(4) Suami istri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni
    Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2),
    pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
    dapat diberikan kepada salah satu dari suami dan istri yang
    bersangkutan.


                            Pasal 17
(1)   Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan
      permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat
      sebagai berikut :
      1. Pegawai Negeri :
         a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10
            (sepuluh) tahun;
         b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
         c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/
            membeli rumah dari Negara berdasar peraturan
            perundang-undangan yang berlaku.
      2. Pensiunan Pegawai Negeri :
         a. menerima pensiun dari Negara;
         b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
         c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/
            membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan
            perundang-undangan yang berlaku.
      3. Janda/ Duda Pegawai Negeri :
         a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara,
            yang :
            1) almarhum, suaminya/istrinya sekurang-kurangnya
               mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada
               Negara, atau
            2) masa kerja almarhum suaminya/istrinya ditambah
               dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan


                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   11
menjadi janda/ duda berjumlah sekurang-kurangnya
                 10 (sepuluh) tahun;
         b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
         c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
            jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
            Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
            yang berlaku.
      4. Janda/Duda Pahlawan, yang suaminya/istrinya dinyatakan
         sebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang-
         undangan yang berlaku :
         a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
            Negara;
         b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
         c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
            jalan/ cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
            Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
            yang berlaku.
      5. Pejabat Negara atau Janda/Duda Pejabat Negara :
         a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
            Negara;
         b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
         c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan
            jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari
            Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan
            yang berlaku.
(2)   Apabila penghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
      ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan permohonan
      pengalihan hak atas Rumah Negara dapat diajukan oleh anak
      sah dari penghuni yang bersangkutan.


                              Pasal 18
Pengalihan hak atas Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 dilakukan dengan cara sewa beli.


                              Pasal 19
(1) Penghuni Rumah Negara yang telah dialihkan haknya
    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dibebaskan dari


12    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana dimaksud
    dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a.
(2) Penghunian atas Rumah Negara yang sudah dialihkan haknya
    sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diserahkan
    sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain oleh penghuni.


                     Bagian Ketiga
       Penetapan Harga Rumah Beserta Harga Tanah


                            Pasal 20
(1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman pada
    nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah yang
    bersangkutan pada waktu penafsiran dikurangi penyusutan
    menurut umur bangunan.
(2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai Jual
    Obyek Pajak pada waktu penaksiran.
(3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak beserta
    harga tanahnya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga
    taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk
    Menteri.


                            Pasal 21
Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50% (lima puluh perseratus)
dari harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia.


                        Bagian Keempat
                       Cara Pembayaran


                            Pasal 22
(1) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana
    dimaksud dalam Pasal 21 dilaksanakan secara angsuran.
(2) Apabila rumah yang dialihkan haknya sebagaimana dimaksud
    dalam ayat (1) terkena rencana tata ruang pembayaran dapat
    dilakukan secara tunai.




                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   13
(3) Pembayaran angsuran pertama ditetapkan paling sedikit 5%
    (lima perseratus) dari harga rumah sebagaimana dimaksud dalam
    Pasal 21 dan dibayar penuh pada saat perjanjian sewa beli
    ditandatangani sedang sisanya diangsur dalam jangka waktu
    paling cepat 5 (lima) tahun dan paling lambat 20 (dua puluh)
    tahun.
(4) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke
    Rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah yang ditunjuk.


                     Bagian Kelima
        Penyerahan Hak Milik Rumah dan Pelepasan
                    Hak Atas Tanah


                              Pasal 23
(1) Penghuni yang telah membayar luas harga rumah beserta harga
    tanahnya, memperoleh :
     a. penyerahan hak milik rumah; dan
     b. pelepasan hak atas tanah.
(2) Penghuni yang telah membayar lunas harga rumah hanya
    memperoleh penyerahan hak milik rumah.
(3) Penghuni yang telah memperoleh penyerahan hak milik rumah
    dan pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
    ayat (1) wajib mengajukan permohonan atas tanah sesuai
    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                               BAB VII
                            PEMBINAAN


                              Pasal 24
(1) Pembinaan terhadap Rumah Negara golongan I dan Rumah
    Negara Golongan II dilakukan oleh pimpinan instansi yang
    bersangkutan dan pembinaan terhadap Rumah Negara
    Golongan III dilakukan oleh Menteri.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
    berdasarkan pedoman, kriteria dan standar teknis yang
    ditetapkan oleh Menteri.


14    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
BAB VIII
                    SANKSI ADMINISTRASI


                             Pasal 25
Setiap penyimpangan penghunian Rumah negara dapat dikenakan
sanksi berupa pencabutan Surat Izin Penghunian.


                              BAB IX
                   KETENTUAN PERALIHAN


                             Pasal 26
(1) Terhitung sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala
    peraturan pelaksanaan di bidang Rumah Negara yang telah ada
    tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
    Pemerintah ini atau belum diganti atau diubah berdasarkan
    Peraturan Pemerintah ini.
(2) Semua peristilahan rumah negeri atau rumah dinas yang termuat
    dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
    berlakunya Peraturan Pemerintah ini dibaca Rumah Negara.


                              BAB X
                     KETENTUAN PENUTUP


                             Pasal 27
Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini maka Burgerlijke
Woning Regeling (BWR) Staatsblad 1934 Nomor 147 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1949 Nomor
338 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentang
Pelaksanaan Penjualan Rumah negara, dinyatakan tidak berlaku.


                             Pasal 28
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.




                                   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   15
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.



                            Disahkan di Jakarta
                            Pada tanggal 9 Desember 1994

                            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


                               ttd


                            SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 9 Desember 1994

MENTERI NEGARA
SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA


     ttd


MOERDIONO




16    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
PRESIDEN
                       REPUBLIK INDONESIA

    PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
             NOMOR 31 TAHUN 2005
                          TENTANG
      PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
              NOMOR 40 TAHUN 1994
                          TENTANG
                      RUMAH NEGARA


       DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


            PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA



Menimbang    :   a.   bahwa ketentuan mengenai pengadaan,
                      penghunian, pengelolaan, pengalihan status
                      dan pengalihan hak rumah yang dikuasai
                      Negara yang diatur dengan Peraturan
                      Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang
                      Rumah Negara sebagai pelaksanaan
                      Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
                      tentang Perumahan dan Permukiman
                      sudah tidak sesuai lagi dengan
                      perkembangan saat ini;
                 b.   bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut
                      perlu mengubah Peraturan Pemerintah
                      Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah
                      Negara.


Mengingat    :   1.   Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar
                      Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
                 2.   Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957
                      tentang Penetapan Undang-Undang Darurat


                                BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   17
Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan
                          Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri
                          sebagai Undang-Undang (Lembaran Republik
                          Indonesia Tahun 1957 Nomor 158,
                          Tambahan Lembaran Negara Republik
                          Indonesia Nomor 870);
                     3.   Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
                          tentang Perumahan dan Permukiman
                          (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
                          1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran
                          Negara Republik Indonesia Nomor 3469).


                           MEMUTUSKAN :


Menetapkan       :   PERATURAN    PEMERINTAH    TENTANG
                     PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
                     NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH
                     NEGARA.


                               Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3573) diubah sebagai berikut :
1. Di antara ayat (2) dan ayat (3), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 12
   disisipkan 2 ayat yakni ayat (2a) dan ayat (3a) sehingga Pasal
   12 berbunyi sebagai berikut :


                                Pasal 12
     (1)   Untuk menentukan golongan rumah negara dilakukan
           penetapan status rumah negara sebagai Rumah Negara
           Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah
           Negara Golongan III;
     (2)   Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah
           Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat
           (1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan;




18    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
(2a) Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumah
        negara yang berada dibawah kewenangannya menjadi
        Rumah Negara Golongan I atau Rumah Negara
        Golongan II;
   (3)   Penetapan status Rumah Negara Golongan III
         sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
         Menteri;
   (3a) Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsung
        melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor
        instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan
        udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitian
        ditetapkan menjadi Rumah Negara Golongan I;
   (4)   Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam
         ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.
2. Ketentuan Pasal 15 ayat (3) diubah dan di antara ayat (3) dan
   ayat (4), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 15 disisipkan 2 ayat yakni
   ayat (3a) dan ayat (4a) sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai
   berikut :


                              Pasal 15
   (1)   Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya hanya
         Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara
         Golongan III;
   (2)   Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya
         menjadi Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi
         kebutuhan Rumah Jabatan;
   (3)   Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/
         asrama sipil dan ABRI tidak dapat dialihkan statusnya
         menjadi Rumah Negara Golongan III;
   (3a) Rumah Negara Golongan I yang golongannya tidak sesuai
        lagi karena adanya perubahan organisasi atau sudah tidak
        memenuhi fungsi yang ditetapkan semula, dapat diubah
        status golongannya menjadi Rumah Negara Golongan II
        setelah mendapat pertimbangan Menteri;
   (4)   Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan statusnya
         menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana
         dimaksud dalam ayat (1) yang berdiri di atas tanah pihak
         lain, hanya dapat dialihkan status golongannya dari


                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   19
golongan II menjadi golongan III setelah mendapat izin
           dari pemegang hak atas tanah;
     (4a) Pengalihan status rumah negara yang berbentuk rumah
          susun dari golongan II menjadi golongan III dilakukan
          untuk satu blok rumah susun yang status tanahnya sudah
          ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku;
     (5)   Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status
           sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (3a),
           (4), dan (4a) diatur dengan Peraturan Presiden.


3. Di antara ayat ( 4) dan ayat ( 5) Pasal 16 disisipkan 1 (satu)
   ayat yakni ayat (4a) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai
   berikut :


                                Pasal 16
     (1)   Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah
           Negara Golongan III;
     (2)   Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
           dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya
           dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan
           penghuni;
     (3)   Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
           dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat
           dialihkan haknya;
     (4)   Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untuk
           menghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam
           Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud
           dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu
           dari suami dan isteri yang bersangkutan;
     (4a) Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telah
          memperoleh rumah dan/atau tanah dari, negara, tidak
          dapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak atas
          rumah negara;
     (5)   Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumah
           negara tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
           Presiden.




20    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
4. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) angka 1 huruf c, angka 2 huruf c,
   angka 3 huruf c, angka 4 huruf c, angka 5 huruf c diubah dan
   setelah ayat (2) ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3)
   sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut :


                               Pasal 17
   (1)   Penghuni Rumah Negara Golongan III yang dapat
         mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi
         syarat-syarat sebagai berikut :
         1. Pegawai negeri :
            a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10
               (sepuluh) tahun;
            b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
            c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
               rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
               peraturan perundang-undangan yang berlaku.
         2. Pensiunan pegawai negeri :
            a. menerima pensiun dari Negara;
            b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
            c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
               rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
               peraturan perundang-undangan yang berlaku.
         3. Janda/duda pegawai negeri :
            a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
               Negara, yang :
                1) almarhum suaminya/isterinya sekurang-
                   kurangnya mempunyai masa kerja 10
                   (sepuluh) tahun pada Negara, atau
                2) masa kerja almarhum suaminya/isterinya
                   ditambah dengan jangka waktu sejak yang
                   bersangkutan menjadi janda/duda berjumlah
                   sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun;
            b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
            c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
               rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
               peraturan perundang-undangan yang berlaku.


                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   21
4. Janda/duda pahlawan, yang suaminya/isterinya
              dinyatakan sebagai pahlawan berdasarkan peraturan
              perundang- undangan yang berlaku :
              a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
                 Negara;
              b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
              c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
                 rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
                 peraturan perundang-undangan yang berlaku.
           5. Pejabat negara, janda/duda pejabat negara :
              a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
                 Negara;
              b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah;
              c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
                 rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan
                 peraturan perundang-undangan yang berlaku.
     (2)   Apabila penghuni rumah negara sebagaimana dimaksud
           dalam ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan
           permohonan pengalihan hak atas rumah negara dapat
           diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan;
     (3)   Apabila pegawai/penghuni yang bersangkutan
           sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meninggal dan
           tidak mempunyai anak sah, maka rumah negara kembali
           ke Negara.


5. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


                                Pasal 19
     (1)   Penghuni rumah negara yang dalam proses sewa beli
           sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dibebaskan dari
           kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana
           dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a;
     (2)   Penghunian atas rumah negara yang dalam proses sewa
           beli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
           diserahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain
           oleh penghuni setelah mendapat izin Menteri.



22    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
6. Ketentuan Pasal 20 ayat (3) diubah dan ditambah 1 (satu)
   ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai
   berikut :


                              Pasal 20
   (1)   Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman
         pada nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah
         yang bersangkutan pada waktu penaksiran dikurangi
         penyusutan menurut umur bangunan.
   (2)   Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai
         Jual Obyek Pajak pada waktu penaksiran.
   (3)   Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak
         beserta tanahnya dan rumah susun beserta tanahnya
         ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga taksiran dan
         penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk Menteri
   (3a) Penetapan harga rumah negara yang berbentuk rumah
        susun dan ganti rugi atas tanahnya ditetapkan
        berpedoman pada Nilai Perbandingan Proporsional (NPP)
        terhadap harga taksiran tanah dan bangunan;


7. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


                              Pasal 21
   (1)   Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud
         dalam Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50 % ( lima
         puluh perseratus) dari harga taksiran dan penilaian yang
         dilakukan oleh panitia berdasarkan standar tipe dan kelas
         bangunan serta pangkat dan golongan pegawai negeri;
   (2)   Harga Rumah Negara Golongan III yang tidak sesuai
         dengan standar tipe dan kelas bangunan, pangkat dan
         golongan pegawai negeri diatur lebih lanjut dengan
         Peraturan Menteri.


                            Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.




                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   23
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.


                    Ditetapkan di Jakarta
                    Pada tanggal 20 Juli 2005
                    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


                              ttd


                    DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO



Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Juli 2005
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
Selaku
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
AD INTERIM,


           ttd


YUSRIL IHZA MAHENDRA




24   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
             TAHUN 2005 NOMOR 64
                   PENJELASAN ATAS
  PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
           NOMOR 31 TAHUN 2005
                        TENTANG
    PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
            NOMOR 40 TAHUN 1994
                        TENTANG
                     RUMAH NEGARA



I. UMUM
  Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah
  Negara mengatur mengenai pengadaan, penghunian,
  pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah negara
  sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992
  tentang Perumahan dan Permukiman.
  Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur mengenai
  pemberian fasilitas berupa rumah bagi pegawai negeri dan
  pejabat negara selama yang bersangkutan masih berstatus
  sebagai pegawai negeri, pejabat pemerintah atau pejabat
  negara. Pengelolaan, pengalihan status dan hak atas rumah
  yang dikuasai oleh negara berdasarkan peraturan pemerintah
  tersebut ternyata belum berjalan sebagaimana mestinya,
  beberapa permasalahan masih muncul antara penghuni dan
  instansi diakibatkan belum lengkapnya aturan pengelolaannya,
  sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penyempurnaan
  atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994.
  Dalam melaksanakan kesinambungan pemenuhan kebutuhan
  rumah negara terhadap pegawai negeri maka pelaksanaan atas
  Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penjualan
  Rumah Negeri kepada pegawai negeri harus memperhatikan
  statistik rumah negara yang ada pada departemen/lembaga.
  Sehubungan dengan hal tersebut penjualan rumah negara harus
  dilakukan secara selektif dan hasil penjualan rumah negara
  digunakan untuk membangun kembali rumah baru bagi pegawai
  negeri.

                              BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   25
II. PASAL DEMI PASAL


     Pasal I
     Angka 1
     Pasal 12
         Ayat (1)
             Cukup Jelas
         Ayat (2)
             Yang dimaksud dengan pimpinan instansi yang
             bersangkutan adalah Menteri, Ketua Lembaga Tertinggi
             dan Tinggi Negara, Ketua Lembaga Departemen/
             Non Departemen yang setingkat dengan Menteri.
         Ayat (2a)
             Cukup Jelas
         Ayat (3)
             Cukup Jelas
         Ayat (3a)
             Rumah negara yang mempunyai fungsi secara
             langsung melayani atau terletak dalam lingkungan
             suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan
             tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan
             laboratorium/balai penelitian yang sudah ditetapkan
             menjadi golongan II sebelum adanya Peraturan
             Pemerintah ini harus ditetapkan menjadi Rumah
             Negara Golongan I.
         Ayat (4)
             Cukup Jelas.

     Angka 2
     Pasal 15
         Ayat (1)
             Cukup Jelas
         Ayat (2)
             Cukup Jelas
         Ayat (3)
             Cukup Jelas


26   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Ayat (3a)
        a. Yang dimaksud perubahan organisasi termasuk
           penggabungan atau perubahan organisasi instansi/
           departemen.
        b. Yang dimaksud sudah tidak memenuhi fungsi
           semula adalah rumah jabatan yang tidak lagi
           menunjang pelaksanaan tugas jabatan seperti
           rumah jabatan struktural, penjaga pintu kereta
           api, pintu air, sekolah, puskesmas, dan balai yang
           tidak berfungsi lagi.
        c. Yang dimaksud Rumah Negara Golongan II,
           termasuk yang berfungsi sebagai mess/asrama.
    Ayat (4)
        Izin dari pemegang hak atas tanah tidak otomatis
        merupakan persetujuan pelepasan hak atas tanah
        tersebut. Ayat (4a)
        Pengalihan status rumah negara dalam bentuk rumah
        susun harus dilakukan sekaligus dalam satu blok, hal
        ini dimaksudkan agar mempermudah dalam
        menghitung nilai perbandingan proporsional yang akan
        menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
        besarnya nilai sewa beli yang harus dibayar.
        Yang dimaksud dengan status tanahnya sudah
        ditetapkan adalah :
        a. Status hak atas tanahnya sudah ditetapkan sesuai
           ketentuan perundang-undangan, seperti sertifikat
           hak pakai;
        b. Dalam hal tanah tersebut belum bersertifikat, maka
           harus dibuat surat pernyataan kepemilikan tanah
           yang ditetapkan oleh instansi dan tercatat dalam
           inventarisasi barang milik negara.
    Ayat (5)
        Cukup Jelas

Angka 3
Pasal 16
    Ayat (1)
        Cukup Jelas


                            BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   27
Ayat (2)
             Yang dimaksud dengan pengalihan hak atas rumah
             tanpa tanah adalah rumah milik instansi yang
             bersangkutan sedangkan tanah milik pihak ketiga
             dalam hal ini, pengalihan haknya mengacu Pasal 15
             ayat (4) beserta penjelasannya.
         Ayat (3)
             Sengketa yang dimaksud misalnya :
             a. Sengketa penghunian;
             b. Sengketa mengenai batas tanah;
             c. Kesalahan administrasi dan atau teknis pada saat
                pengusulan pengalihan hak dari instansi yang
                bersangkutan.
         Ayat (4)
             Cukup Jelas
         Ayat (4a)
             Cukup Jelas
         Ayat (5)
             Cukup Jelas

     Angka 4
     Pasal 17
         Ayat (1)

     Angka 1
        Huruf a
             Cukup Jelas
        Huruf b
             Cukup Jelas
        Huruf c
             Yang dimaksud belum pernah membeli atau
             memperoleh fasilitas rumah/atau tanah dari negara
             adalah berdasarkan antara lain :
             1. Undang-Undang Nomor 3 Prp Tahun 1960 jo.
                Peraturan Pemerintah Nomor 223 Tahun 1961
                tentang Penguasaan Benda-benda Tetap Milik
                Perseorangan Warga Negara Belanda;

28   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
             Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
             Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
             Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
             Nomor 4355);
          3. Peraturan Presidium Kabinet R.I. Nomor 2/Prk/
             1965 tentang Penjualan Rumah-rumah Milik
             Perusahaan Negara;
          4. Peraturan Presidium Kabinet Dwikora R.I. Nomor
             5/Prk/1965 tentang Penegasan Status Rumah/
             Tanah Kepunyaan Badan Hukum Yang
             Ditinggalkan Direksi/ Pengurusnya;
          5. Peraturan perundangan lainnya sepanjang mengenai
             rumah negara yang masih berlaku dan tidak
             bertentangan dengan Peraturan Pernerintah ini.

Angka 2
   Cukup Jelas.

Angka 3
   Cukup Jelas

Angka 4
   Cukup Jelas

Angka 5
        Cukup Jelas
    Ayat (2)
        Cukup Jelas
    Ayat (3)
        Yang dimaksud dengan anak sah adalah anak
        kandung dan/atau anak angkat dari hasil adopsi,
        sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Angka 5
Pasal 19
    Cukup Jelas


                             BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   29
Angka 6
     Pasal 20
         Cukup Jelas

     Angka 7
     Pasal 21
         Ayat (1)
             Standar tipe dan kelas bangunan serta pangkat dan
             golongan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
             Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis
             Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
         Ayat (2)
             Cukup Jelas.

     Pasal II
         Cukup Jelas



     TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
                     NOMOR 4515




30   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
                 REPUBLIK INDONESIA

                  Nomor : 3278/BU/X/81/01
                             Tentang
   RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI




     MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA




Menimbang     :    1. Bahwa dengan dibangunnya perumahan dinas
                      golongan I Golongan II maka perlu ditetapkan
                      ketentuan-ketentuan yang baru.
                   2. Ketentuan-ketentuan yang lama mengenai
                      rumah dinas Departemen Luar Negeri
                      sudah tidak sesuai lagi.


Mengingat     :    1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974;
                   2. Peraturan Pemerintah R.I. No. 30 Tahun
                      1980;
                   3. Keputusan Presiden R.I. No. 44 Tahun 1974;
                   4. Keputusan Presiden R.I. No. 45 Tahun 1974;
                   5. Gurgerlijke Woningregeling Staatsblad 1934 No.
                      147     menyangkut        perubahan       dan
                      tambahannya;
                   6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
                      Tenaga Listrik 119/KPSTS/1973.


                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   31
MEMUTUSKAN :


Menetapkan      :    KETENTUAN–KETENTUAN TENTANG RUMAH
                     DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI.


                               BAB I
                       KETENTUAN UMUM


                              Pasal 1
                            Pengertian
Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud
dengan :
(1) Rumah dinas golongan I ialah rumah yang disediakan bagi mereka
    yang Memegang jabatan penting tertentu yang karena sifat
    jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut.
(2) Pemegang jabatan penting tertentu adalah mereka yang
    menduduki jabatan-jabatan eselon I, II, III, dan IV, sedang
    pejabat sementara tidak termasuk dalam pengertian ini.
(3) Rumah Dinas, golongan II ialah rumah dinas yang khusus
    disediakan untuk para pegawai dalam lingkungan Departemen
    Luar Negeri.
(4) Hak huni adalah hak yang diperoleh setiap Pejabat beserta
    keluarganya untuk mendiami rumah dinas Departemen Luar
    Negeri selama masa jabatan tertentu.


                              BAB II
                    RUMAH DINAS GOLONGAN I


                              Pasal 2
             Tata Cara Penunjukan Penghunian
(1) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang
    disampaikan kepada Sekretaris Jenderal atau Pejabat yang
    dikuasakan untuk itu.
(2) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi,
    maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan
    berbagai faktor seperti :

32   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
a.   memegang jabatan tertentu
   b.   belum memiliki rumah sendiri
   c.   kepentingan dinas
   d.   urutan permohonan


                             Pasal 3
                      Kewajiban Penghuni
Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :
(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam
    Surat Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.
(2) Memelihara rumah sebaik-baiknya dan mengganti kerugian atau
    memperbaiki kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya
    atau orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya.
(3) Mengosongkan atau menyerahkan rumah kembali dalam
    keadaan baik, jika penghuni yang bersangkutan hendak pindah
    atau karena sebab-sebab lain hari meninggalkan rumah tersebut.
(4) Setiap penghuni wajib menandatangani Surat Perjanjian yang
    berfungsi sebagai sangsi hukum bagi yang melanggar ketentuan
    yang telah ditentukan.


                             Pasal 4
                 Larangan Penghuni dilarang
(1) Merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunan
    dengan sifat bagaimanapun tanpa izin menteri Luar Negeri atau
    Pejabat yang dikuasakan untuk itu.
(2) Menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama, mempersewakan
    kepada pihak ketiga, sebagian atau seluruh rumah untuk dihuni
    atau untuk kepentingan lain.
(3) Mempergunakan rumah untuk keperluan lain selain daripada
    tempat tinggal.


                             Pasal 5
                    Tata Usaha Persewaan
Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara
pemotongan langsung dari gaji atau dengan cara penagihan langsung
dari yang bersangkutan.

                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   33
Pasal 6
                               Sanksi
(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar
    larangan yang diatur dalam pasal 3 pasal 4 diatas, dapat dicabut
    hak huninya.
(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum
    mengosongkan rumah tersebut, dapat diambil tindakan
    pengamanan termasuk tindakan yuridis administratif yang
    dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.


                               Pasal 7
                      Berakhirnya Hak Huni
(1) Berakhirnya hak huni atas rumah dinas golongan ini :
     a. Habis masa jabatan
     b. Pencabutan
     c. Permintaan sendiri
     d. Meninggal dunia
(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan
    mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)
    bulan sejak berakhinya hak huni.
(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan
    tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya
    6 (enam) bulan sejak meninggalnya.


                               Pasal 8
                          Ketentuan Lain
(1) Biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya dibebankan
    kepada penghuni.
(2) Biaya pemakaian telepon sepanjang untuk kepentingan dinas,
    dapat dibayar oleh dinas sesuai dengan ketentuan-ketentuan
    yang ditetapkan.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh
    Sekretaris Jenderal.




34    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
BAB III
                RUMAH DINAS GOLONGAN II


                            Pasal 10
Penyediaan rumah dinas golongan ini dimaksudkan untuk :
(1) Memperlancar pelaksanaan tugas.
(2) Merangsang ikatan kerja.
(3) Menunjang kesejahteraan pegawai agar dapat meningkatkan
    prestasi kerja.


                            Pasal 11
             Tata cara Penunjukan Penghunian
(1) Surat Izin penghunian dan pencabutan penghunian dikeluarkan
    oleh Menteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal atau Pejabat
    yang dikuasakan untuk itu.
(2) Penghunian hanya berlaku selama pegawai tersebut masih
    berstatus dan bekerja aktif sebagai pegawai dalam lingkungan
    Departemen Luar Negeri.
(3) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang
    disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.
(4) Permohonan yang disampaikan tersebut harus memenuhi syarat-
    syarat :
   a. Pegawai Departemen Luar Negeri (Calon pegawai tidak
      dibenarkan didalam hal ini).
   b. Belum pernah mendapatkan fasilitas perumahan dinas atau
      fasilitas perumnas.
   c. Belum mempunyai rumah sendiri.
(5) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi
    maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan :
   a. Masa kerja
   b. Susunan keluarga
   c. Tugas pekerjaan




                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   35
Pasal 12
                       Kewajiban Penghuni
Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban :
(1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam Surat
    Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan.
(2) Semua biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya
    dibebankan kepada penghuni.
(3) Memelihara rumah sebaik-baiknya.
(4) Mengganti atau memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
    disebabkan olehnya atau orang-orang yang dibawah tanggung
    jawabnya.
(5) Mengosongkan dan menyerahkan rumah kembali dalam keadaan
    baik.


                             Pasal 13
                             Larangan
Penghuni dilarang :
(1) Tidak diizinkan merubah bentuk, menambah atau mengurangi
    bangunan dengan sifat bagaimanapun tanpa izin pimpinan
    Departemen Luar Negeri yang berwenang.
(2) Tidak diizinkan menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama,
    mempersewakan kepada pihak lain sebagian atau seluruh rumah
    untuk dihuni atau untuk kepentingan lain.
(3) Tidak diizinkan mempergunakan rumah untuk kepentingan lain
    daripada tempat tinggal bagi yang bersangkutan dengan
    keluarganya.


                             Pasal 14
                      Tata Usaha Persewaan
Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara
pemotongan langsung dari gaji atau menagih langsung dari yang
bersangkutan.




36   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Pasal 15
                             Sanksi
(1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar
    larangan yang diatur dalam pasal 12 dan 13, dapat dicabut hak
    huninya.
(2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum
    mengosongkan rumah tersebut dapat diambil tindakan
    pengamanan, termasuk tindakan yuridis administratif yang
    dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan.


                            Pasal 16
                    Berakhirnya Hak Huni
(1) Berakhirnya hak huni rumah dinas golongan ini karena :
    a. Pencabutan
    b. Berhenti sebagai Pegawai Departemen Luar Negeri
    c. Pensiun
    d. Permintaan sendiri
    e. Meninggal dunia
(2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan
    mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga)
    bulan sejak berakhirnya hak huni.
(3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan
    tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya
    6 (enam) bulan sejak meninggalnya.


                            Pasal 17
                         Pemeliharaan
Pemeliharaan rumah dinas golongan ini ditanggung oleh dinas sesuai
dengan anggaran yang disediakan.


                            Pasal 18
                         Ketentuan lain
(1) Bagi penghuni yang melalaikan ketentuan ditetapkan di atas
    dapat dicabut hak huninya tersebut.



                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   37
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh
    Sekretaris Jenderal.


                              BAB IV
                     KETENTUAN PENUTUP


                             Pasal 19
(1) Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan
    sebelumnya yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap
    tidak berlaku lagi.
(2) Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan catatan
    akan diubah seperlunya jika kemudian ternyata terdapat
    kekeliruan.


                    Ditetapkan di : JAKARTA
                    Pada tanggal : 22 Oktober 1981
                    MENTERI LUAR NEGERI,

                              ttd

                    PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA



SALINAN
Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Para Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Deplu
2. Para Kepala Perwakilan Rl di Luar Negeri
3. Arsip.




38   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
SURAT KEPUTUSAN
     MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

            NOMOR : SK.19A/BU/III/87/01

                         TENTANG

   PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN
                 LUAR NEGERI

     MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA


Menimbang   :   1.   Bahwa dengan selesainya pembangunan
                     rumah-rumah dinas Departemen Luar Negeri
                     yang baru, maka ketentuan-ketentuan yang
                     lama mengenai penghuniannya sudah tidak
                     sesuai lagi karena tidak tersedianya anggaran
                     untuk pemeliharaan dan perbaikan rumah-
                     rumah dinas tersebut.
                2.   Bahwa oleh karena itu untuk rumah-rumah
                     dinas Departemen Luar Negeri tersebut perlu
                     ditetapkan ketentuan baru tentang
                     penghuniannya untuk terpeliharanya dengan
                     baik serta menghindarkan kehancuran
                     rumah-rumah dinas tersebut.


Mengingat   :   1.   Burgelijke Woningregeling Staatblad 1934 No.
                     147 sebagaimana telah dirubah dan
                     ditambah terakhir dengan Lembaran Negara
                     No. 386 Tahun 1949
                2.   Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974
                3.   SK Menteri Luar Negeri no. 3278/BU/X81/
                     02 tentang Rumah Dinas Departemen Luar
                     Negeri tanggal 22 Oktober 1981.


                                BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   39
MEMUTUSKAN


Menetapkan       :   KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
                     PENGHUNIAN    RUMAH-RUMAH       DINAS
                     DEPARTEMEN LUAR NEGERI.


                         Ketentuan Umum


                               Pasal 1
                             Pengertian
Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud
dengan :
1) Rumah dinas Departemen Luar Negeri ialah Rumah Negeri
   Departemen Luar Negeri yang terletak dikomplek Lebak Bulus
   (9 unit), Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok
   Aren (golongan I dan II 76 unit dan 74 unit), Jurangmangu/
   Cipadu (306 unit), dan yang khusus disediakan untuk pegawai-
   pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri.
2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen
   Luar Negeri yang ditunjuk Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
   Luar negeri untuk menghuni rumah dinas Departemen Luar
   Negeri.


                               Pasal 2
            Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Penghunian rumah dinas Departemen Luar Negeri hanya
   didasarkan atas surat penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama
   Menteri Luar Negeri.
2) Para penghuni diwajibkan menandatangani surat penunjukan
   sebagai pernyataan bersedia untuk mematuhi ketentuan-
   ketentuan tentang kewajiban penghuni dan larangan seperti
   tersebut dalam pasal 4 dan pasal 5 dan dikenakan sanksi seperti
   tersebut dalam pasal 7 apabila ternyata melanggar seperti
   tersebut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Surat
   Keputusan ini.




40   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Pasal 3
   Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Rumah dinas dikomplek Departemen Luar Negeri Lebak Bulus,
   Cipulir, Cidodol dan Pondok Aren (28 unit) diperuntukan bagi
   pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan IV PGPNS.
   Rumah-rumah dinas yang terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok
   Aren (175 unit) diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen
   Luar Negeri golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang
   terletak di Jurang mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan
   76 dan 74 unit) Pondok Aren (masing-masing diperuntukkan
   bagi pegawai negeri Departemen luar Negeri golongan I dan II
   PGPNS.
2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan :
   a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,
      kecuali bagi penghuni yang penunjukkannya didasarkan untuk
      kepentingan dinas.
   b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas
      membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan
      perundang-undangan yang berlaku.


                           Pasal 4
                    Kewajiban Penghuni
1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan peraturan yang
   berlaku.
2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas dan
   pajak serta retribusi lainnya.
3) Memelihara rumah dinas sebaik-baiknya dan memperbaiki atau
   mengganti kerusakan-kerusakan yang terjadi.


                           Pasal 5
                     Hak-hak Penghuni
1) Pegawai beserta isteri dan anak-anaknya mempunyai hak huni
   selama hak huninya tidak dicabut, meskipun penghuni yang
   bersangkutan ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri.




                                BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   41
2) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri
   hanya memperoleh 50% (lima puluh persen) dari tunjangan
   sewa rumah di luar negeri sesuai peraturan yang berlaku.
3) Penghuni yang ditempatkan sebagai kepala/Wakil Kepala
   Perwakilan Rl di luar negeri, tetap memperoleh hak/fasilitas rumah
   dinas di luar negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku.


                              Pasal 6
                             Larangan
1) Penghuni dilarang/tidak diijinkan merubah bentuk, menambah
   atau mengurangi bangunan rumah dinas.
2) Penghuni dilarang/tidak diijinkan mengalihkan hak huninya atau
   menyewakan kepada orang lain, baik sebagian atau seluruh
   rumah dinasnya, untuk dihuni atau untuk kepentingan yang lain.
3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk
   kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggai bagi yang
   bersangkutan dengan keluarganya.


                              Pasal 7
                              Sanksi
Penghuni yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang kewajiban
penghuni dan larangan yang ditetapkan dalam pasal 4 dan pasal 6
Surat Keputusan ini, akan dicabut hak huninya.


                              Pasal 8
                         Ketentutan Lain
Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
oleh Sekretaris Jenderal.


                              Pasal 9
                       Ketentuan Penutup
Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan
sebelumnya tentang penghunian rumah dinas Departemen Luar
Negeri yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap tidak
berlaku lagi.



42   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatan
akan dirubah seperlunya jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan.


                    Ditetapkan di : JAKARTA
                    Pada tanggal : 13 maret 1987

                    MENTERI LUAR NEGERI


                              ttd


                    PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA


SALINAN
Surat Keputusan ini dikirimkan kepada Yth. :
1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri
2. Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri
3. Arsip




                                    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   43
SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
               REPUBLIK INDONESIA

               NOMOR SK.097/BU/XII/88/01

                             TENTANG

 PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
   REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19A/BU/III/87/01
   TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG PENGHUNIAN
               RUMAH-RUMAH DINAS
             DEPARTEMEN LUAR NEGERI



     MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA




Menimbang       :   a.   bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri No.
                         19A/BU/III/87/01 tanggal 13 Maret 1987
                         tentang Penghunian Rumah-Rumah Dinas
                         Departemen Luar Negeri belum disesuaikan
                         dengan ketentuan Undang-undang No. 12
                         tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
                         Bangunan dan Surat Keputusan Menteri
                         Pekerjaan Umum No. 417/1 (PTS/1985
                         tanggal 10 September 1985 tentang
                         Penetapan Sewa Rumah Negeri;
                    b.   bahwa dianggap perlu untuk menyempurna-
                         kan Keputusan Menteri Luar Negeri tersebut
                         diatas.




44   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Mengingat       :   1.   Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang
                         Pajak Bumi dan Bangunan;
                    2.   Keputusan Presiden RI No. 29 Tahun 1984
                         tentang Pelaksanaan Anggaran dan Belanja
                         Negara;
                    3.   Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/
                         BU/X/81/02 tanggal 22 Oktober 1981
                         tentang Rumah Dinas Departemen Luar
                         Negeri;
                    4.   Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
                         RI No. 417/11/PTS/1985 tanggal 10
                         September 1985 tentang Sewa Untuk Rumah
                         Negeri.


                          MEMUTUSKAN


Menetapkan      :   SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
                    TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN
                    MENTERI LUAR NEGERI NOMOR 19A/BU/III/
                    87/01 TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG
                    PENGHUNIAN    RUMAH-RUMAH     DINAS
                    DEPARTEMEN LUAR NEGERI.


                              Pasal 1
                            Pengertian
Yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar Negeri ini dengan :
(1) Rumah Dinas Departemen Luar Negeri adalah Rumah Negeri
    Departemen Luar Negeri yang terletak di Lebak Bulus (9 unit),
    Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok Aren
    (golongan IV 28 unit, golongan III 175 unit, golongan II 74
    unit, golongan I 76 unit), Jurangmangu/Cipadu (306 unit) dan
    rumah-rumah lain yang khusus disediakan untuk pegawai negeri
    dalam lingkungan Departemen Luar Negeri.
(2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen
    Luar Negeri yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal atas nama




                                   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   45
Menteri Luar Negeri untuk menghuni Rumah Dinas Departemen
     Luar Negeri.


                               Pasal 2
            Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
(1) Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri didasarkan
    atas Surat Penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri
    Luar Negeri.
(2) Penghuni diwajibkan menandatangani Surat Penunjukan sebagai
    pernyataan bersedia mematuhi ketentuan tentang kewajiban
    dan lamagan seperti tersebut dalam pasal 4 dan dikenakan sanksi
    seperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 7 Surat Keputusan ini.


                               Pasal 3
     Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas
1) Rumah dinas dikomplek Lebak Bulus, Cipulir, Cidodol dan Pondok
   Aren (28 unit) diperuntukan bagi pegawai negeri Departemen
   Luar Negeri golongan IV PGPNS. Rumah-rumah dinas yang
   terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok Aren (175 unit)
   diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri
   golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang terletak di Jurang
   mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan 76 dan 74 unit)
   Pondok Aren masing-masing diperuntukkan bagi pegawai negeri
   Departemen Luar Negeri golongan I dan II PGPNS.
2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyataran :
     a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun,
        ditentukan lain untuk kepentingan dinas.
     b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas
        membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan
        perundang-undangan yang berlaku.


                               Pasal 4
                  Hak dan Kewajiban Penghuni
1) Membayar sewa rumah tiap bulan sesuai dengan peraturan
   yang berlaku.




46    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas, Pajak
   Bumi dan Bangunan, pajak-pajak lain serta retribusi/iuran lainnya
   (keamanan, dan kebersihan).
3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk
   kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggal bersama
   keluarganya.


                             Pasal 6
1) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan R.I. di luar negeri
   diwajibkan membayar sewa rumah sesuai dengan ketentuan
   yang berlaku di dalam negeri.
2) Apabila penghuni yang bersangkutan kembali dari Perwakilan
   R.I. di luar negeri, maka kepada mereka diberikan tunjangan
   pemondokan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan yang
   berlaku.


                             Pasal 7
                              Sanksi
Penghuni yang tidak mematuhi kewajiban dan melanggar larangan
seperti yang ditetapkan dalam pasal 4 dan 5 Surat Keputusan ini,
hak huninya akan dicabut.


                             Pasal 8
                         Ketentuan Lain
Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur
lebih lanjut dengan Surat Keputusan tersendiri.


                             Pasal 9
                      Ketentuan Penutup
1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka keputusan sebelumnya
   tentang Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri yang
   tidak sesuai, dianggap tidak berlaku lagi.
2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Nopember 1988,
   dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan




                                  BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   47
didalam Keputusan ini maka akan diadakan perubahan
     sebagaimana mestinya.

                                     Ditetapkan di Jakarta
                                     Pada tanggal 8 Desember 1988

                                     MENTERI LUAR NEGERI
                                     REPUBLIK INDONESIA


                                       ttd


                                     ALI ALATAS, SH




SALINAN
Surat Keputusan ini Disampaikan kepada
1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri
2. Para Kepala Perwakilan R.I. di Luar Negeri
3. Arsip.




48    BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
MENTERI LUAR NEGERI
                  REPUBLIK INDONESIA

            KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI
                 REPUBLIK INDONESIA
             NOMOR : SK.092/PL/V/2001/01

                          TENTANG

 PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR
  NEGERI NOMOR : SK. 112/PL/VIII/98/01 TENTANG
   PENGERTIAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DI
      LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI


    MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,



Menimbang     :   a. bahwa pencantuman beberapa peraturan
                     perundang-undangan sebagai dasar hukum
                     dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
                     Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tidak sesuai
                     dengan ketentuan yang berlaku;
                  b. bahwa rumah-rumah negara di lingkungan
                     Departemen Luar Negeri yang terletak di
                     Komplek Departemen Luar Negeri Jagakarsa
                     Jakarta Selatan 8 Unit, Cidodol Jakarta
                     Selatan 7 unit, Cipulir Tangerang 5 unit,
                     Pondok Aren Tangerang 1 unit, telah
                     ditetapkannya statusnya sebagai rumah
                     Jabatan/Rumah Negara Golongan I untuk
                     Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar
                     Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Luar
                     Negeri Nomor : RP/SK/050/92/01;
                  c. bahwa 24 (dua puluh empat) unit rumah
                     negara di lingkungan Departemen Luar Negeri

                                BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   49
yang terletak di Komplek Departemen Luar
                       Negeri Arinda Permai Estate Pondok Aren
                       Tangerang, telah ditetapkan statusnya
                       sebagai Rumah Jabatan/Rumah Negara
                       Golongan I untuk Pejabat Eselon III
                       Departemen Luar Negeri dalam Surat
                       Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/
                       SK.044/93/01;
                    d. bahwa perubahan status Rumah Jabatan/
                       Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah
                       Negeri Golongan II/Rumah Negara Golongan
                       II sebagaimana ditetapkan dalam Surat
                       Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :
                       SK.112/PL/VIII/98/01, tidak sesuai dengan
                       ketentuan yang berlaku;
                    e. bahwa berdasarkan pertimbangan
                       sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c,
                       dan d perlu menetapkan Keputusan Menteri
                       Luar Negeri tentang Perubahan atas Surat
                       Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor :
                       SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan
                       status rumah-rumah negeri di lingkungan
                       Departemen Luar Negeri;

Mengingat       :   1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994
                       tentang Rumah Negara (Lembaran Negara
                       Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);
                    2. Keputusan Presiden Republik Indonesia
                       Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/
                       Penetapan Status Rumah Negeri
                       sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
                       Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
                       1982;
                    3. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
                       Nomor : KP/SK/050/92/01 tentang Rumah
                       Jabatan untuk Eselon I dan Eselon II
                       Departemen Luar Negeri RI;
                    4. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
                       Nomor : KP/SK.044/93/01 tentang Rumah
                       Jabatan Eselon III Departemen Luar
                       Negeri RI.

50   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
MEMUTUSKAN

Menetapkan     :   KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
                   PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN
                   MENTERI LUAR NEGERI NOMOR : SK.112/PL/
                   VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS
                   RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN
                   DEPARTEMEN LUAR NEGERI.

                              Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri
Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan Status Rumah-
rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri diubah menjadi
sebagai berikut :
1. Dasar Hukum, berbunyi sebagai berikut :
   “Mengingat : a. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994
                        tentang Rumah Negara (Lembaran Negara
                        Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69);
                   b. Keputusan Presiden Republik Indonesia
                        Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/
                        Penetapan Status Rumah Negeri
                        sebagaimana telah diubah dengan
                        Keputusan Presiden Republik Indonesia
                        Nomor 81 Tahun 1982".
2. Judul, berbunyi sebagai berikut :
   “Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG
                   PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN
                   MENTERI LUAR NEGERI NOMOR SK.112/PL/
                   VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS
                   RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN
                   DEPARTEMEN LUAR NEGERI”.
3. Diktum Pertama, berbunyi sebagai berikut :
   “KESATU : Menetapkan status rumah-rumah negara di
                   lingkungan Departemen Luar Negeri yang terletak
                   di Kreo Tangerang 114 unit, Cipadu Jaya –
                   Jurangmangu Timur Tangerang 306 unit,
                   Komplek Deplu 74 Pondok Karya Tangerang 74
                   unit, dan Pondok Aren Tangerang 279 unit
                   sebagai Rumah Negara Golongan II.”


                                 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA   51
Pasal 2
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

                                     Ditetapkan di Jakarta
                                     Pada tanggal 22 Mei 2001
                                     MENTERI LUAR NEGERI
                                     REPUBLIK INDONESIA

                                                  ttd

                                     Drs. ALWI SHIHAB



Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada :
1. Yth. Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Yth. Saudara Menteri Pemukiman dan Pengembangan Prasarana
         Wilayah RT;
3. Yth. Saudara Menteri Keuangan RI;
4. Yth. Seluruh Unit Eselon I dan II Departemen Luar Negeri;
5. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Jabatan Eselon I, II,
         dan III Departemen Luar Negeri.
6. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Instansi/Rumah Negara
         Golongan II Departemen Luar Negeri.




52   BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum
Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

Contenu connexe

Tendances

BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAAN
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAANBERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAAN
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAANRahmat Navis
 
Berita acara-barang-rusak-berat
Berita acara-barang-rusak-beratBerita acara-barang-rusak-berat
Berita acara-barang-rusak-beratBudi Darma
 
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...GLC
 
Pengantar laporan bulanan
Pengantar laporan bulananPengantar laporan bulanan
Pengantar laporan bulananDamri Se
 
RTL Puskesmas Bogatama.doc
RTL Puskesmas Bogatama.docRTL Puskesmas Bogatama.doc
RTL Puskesmas Bogatama.docOfaAri
 
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013Aji Sahdi Sutisna
 
Surat izin menggunakan tempat
Surat izin menggunakan tempatSurat izin menggunakan tempat
Surat izin menggunakan tempatMuhamad Basuni
 
Berita acara serah terima jabatan kepsek
Berita acara serah terima jabatan kepsekBerita acara serah terima jabatan kepsek
Berita acara serah terima jabatan kepseksmp_yudistira
 
Lamaran inka
Lamaran inkaLamaran inka
Lamaran inkawina97
 
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd pan
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd panProposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd pan
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd panapotek agam farma
 
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...Kacung Abdullah
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaianR Pratama
 
Surat Perintah Perjalanan Dinas
Surat Perintah Perjalanan DinasSurat Perintah Perjalanan Dinas
Surat Perintah Perjalanan DinasAgus Setiawan
 

Tendances (20)

BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAAN
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAANBERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAAN
BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRESTASI PEKERJAAN
 
Berita acara-barang-rusak-berat
Berita acara-barang-rusak-beratBerita acara-barang-rusak-berat
Berita acara-barang-rusak-berat
 
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...
Contoh Surat Perjanjian Kerja Jasa pengamanan Apartemen Terbaru (Beli Perjanj...
 
Surat perintah perjalanan dinas
Surat perintah perjalanan dinasSurat perintah perjalanan dinas
Surat perintah perjalanan dinas
 
Pengantar laporan bulanan
Pengantar laporan bulananPengantar laporan bulanan
Pengantar laporan bulanan
 
RTL Puskesmas Bogatama.doc
RTL Puskesmas Bogatama.docRTL Puskesmas Bogatama.doc
RTL Puskesmas Bogatama.doc
 
Daftar riwayat hidup pns
Daftar riwayat hidup pnsDaftar riwayat hidup pns
Daftar riwayat hidup pns
 
Surat lamaran
Surat lamaranSurat lamaran
Surat lamaran
 
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
Laporan Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran Pilkades Panjalu 2013
 
Sk ydmai pengurus paud
Sk ydmai pengurus paudSk ydmai pengurus paud
Sk ydmai pengurus paud
 
Surat izin menggunakan tempat
Surat izin menggunakan tempatSurat izin menggunakan tempat
Surat izin menggunakan tempat
 
Berita acara serah terima jabatan kepsek
Berita acara serah terima jabatan kepsekBerita acara serah terima jabatan kepsek
Berita acara serah terima jabatan kepsek
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
 
Lamaran inka
Lamaran inkaLamaran inka
Lamaran inka
 
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd pan
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd panProposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd pan
Proposal kegiatan sosialisasi gembok pengaman dpd pan
 
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...
Presentasi Permenperin No. 122 tentang Prosedur dan Meknisme bantuan Mesin/Pe...
 
Surat pengantar
Surat pengantarSurat pengantar
Surat pengantar
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Surat tugas verifikasi 2014
Surat tugas verifikasi 2014Surat tugas verifikasi 2014
Surat tugas verifikasi 2014
 
Surat Perintah Perjalanan Dinas
Surat Perintah Perjalanan DinasSurat Perintah Perjalanan Dinas
Surat Perintah Perjalanan Dinas
 

En vedette

3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...Eksanto Santo
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007Kaka Ited
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...Penataan Ruang
 
Berita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraBerita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraAivan Al Faouzan Siregar
 
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013moliiceman
 
Sk pembentukan tim perencanaan teknis
Sk pembentukan tim perencanaan teknisSk pembentukan tim perencanaan teknis
Sk pembentukan tim perencanaan teknisChristine Roberts
 
Tata CAra Pembuatan Surat Keputusan
Tata CAra Pembuatan Surat KeputusanTata CAra Pembuatan Surat Keputusan
Tata CAra Pembuatan Surat KeputusanFre Marhaban
 

En vedette (12)

Sk penempatan
Sk penempatanSk penempatan
Sk penempatan
 
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
3 skb-nomor--459kmk031999-dan-nomor--kep-264ket091999-tentang-perubahan-atas-...
 
Cpns kementerian luar negeri 2013
Cpns kementerian luar negeri 2013Cpns kementerian luar negeri 2013
Cpns kementerian luar negeri 2013
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.6/2007
 
Sk paud marwahsaji
Sk paud marwahsajiSk paud marwahsaji
Sk paud marwahsaji
 
Surat kuasa pengurusan pembuatan paspor
Surat kuasa pengurusan pembuatan pasporSurat kuasa pengurusan pembuatan paspor
Surat kuasa pengurusan pembuatan paspor
 
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
Permen PU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan ...
 
Berita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negaraBerita acara serah terima barang milik negara
Berita acara serah terima barang milik negara
 
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
SK Tenaga Honor dan Kontrak MS Jantho 2013
 
Sk pembentukan tim perencanaan teknis
Sk pembentukan tim perencanaan teknisSk pembentukan tim perencanaan teknis
Sk pembentukan tim perencanaan teknis
 
Tata CAra Pembuatan Surat Keputusan
Tata CAra Pembuatan Surat KeputusanTata CAra Pembuatan Surat Keputusan
Tata CAra Pembuatan Surat Keputusan
 
CONTOH SK
CONTOH SKCONTOH SK
CONTOH SK
 

Similaire à Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

Buku 2 kepegawaian
Buku 2 kepegawaianBuku 2 kepegawaian
Buku 2 kepegawaianAdi Kuntarto
 
1505205556 aren1gggg
1505205556 aren1gggg1505205556 aren1gggg
1505205556 aren1ggggFaiz Link
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIPerpustakaan MPR RI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGEKPD
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909barita
 
Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009barita
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPenataan Ruang
 
Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909barita
 
Contoh sk-panitia-penghapusan
Contoh sk-panitia-penghapusanContoh sk-panitia-penghapusan
Contoh sk-panitia-penghapusanadho slenge
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPenataan Ruang
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909barita
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909barita
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPenataan Ruang
 
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobileUu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile阳 欧
 

Similaire à Buku 3 perlengkapan dan tugas umum (20)

Buku 1 keuangan
Buku 1 keuanganBuku 1 keuangan
Buku 1 keuangan
 
Buku 2 kepegawaian
Buku 2 kepegawaianBuku 2 kepegawaian
Buku 2 kepegawaian
 
1505205556 aren1gggg
1505205556 aren1gggg1505205556 aren1gggg
1505205556 aren1gggg
 
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RIKatalog Khusus Perpustakaan MPR RI
Katalog Khusus Perpustakaan MPR RI
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNGLaporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
Laporan Akhir EKPD 2010 - Gorontalo - UNG
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
 
Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909Rtrw Kab Final 0909
Rtrw Kab Final 0909
 
Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009Rtrw Prov 2009
Rtrw Prov 2009
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
 
Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909Rtrw Prov Final 0909
Rtrw Prov Final 0909
 
Laporan Kkl Awal
Laporan Kkl AwalLaporan Kkl Awal
Laporan Kkl Awal
 
Contoh sk-panitia-penghapusan
Contoh sk-panitia-penghapusanContoh sk-panitia-penghapusan
Contoh sk-panitia-penghapusan
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
 
Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909Rtrw Kota Final 0909
Rtrw Kota Final 0909
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KotaPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
 
Pdrb lapus kubar 2005 2010
Pdrb lapus kubar 2005 2010Pdrb lapus kubar 2005 2010
Pdrb lapus kubar 2005 2010
 
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ProvinsiPedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
 
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobileUu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile
Uu p ph-001-13-uu pph 2013-00 mobile
 

Plus de Adi Kuntarto

Privileges dan immunities
Privileges dan immunitiesPrivileges dan immunities
Privileges dan immunitiesAdi Kuntarto
 
International humanitarian law
International humanitarian lawInternational humanitarian law
International humanitarian lawAdi Kuntarto
 
Buku diplomasi indonesia 2010
Buku diplomasi indonesia 2010Buku diplomasi indonesia 2010
Buku diplomasi indonesia 2010Adi Kuntarto
 
The good grammar book
The good grammar bookThe good grammar book
The good grammar bookAdi Kuntarto
 
2. uu perjanjian internasional no.24 th.2000
2. uu perjanjian internasional no.24 th.20002. uu perjanjian internasional no.24 th.2000
2. uu perjanjian internasional no.24 th.2000Adi Kuntarto
 
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.19991. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999Adi Kuntarto
 
5. vienna convention on the law of treaties 1969
5. vienna convention on the law of treaties 19695. vienna convention on the law of treaties 1969
5. vienna convention on the law of treaties 1969Adi Kuntarto
 
4. vienna convention on consular relations 1963
4. vienna convention on consular relations 19634. vienna convention on consular relations 1963
4. vienna convention on consular relations 1963Adi Kuntarto
 
3. vienna convention on diplomatic relations 1961
3. vienna convention on diplomatic relations 19613. vienna convention on diplomatic relations 1961
3. vienna convention on diplomatic relations 1961Adi Kuntarto
 
Games for grammar practice
Games for grammar practiceGames for grammar practice
Games for grammar practiceAdi Kuntarto
 
Undang undang hublu 37 tahun 99
Undang undang hublu 37 tahun 99Undang undang hublu 37 tahun 99
Undang undang hublu 37 tahun 99Adi Kuntarto
 
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianUu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianAdi Kuntarto
 
3. kitab undang undang hukum perdata
3. kitab undang undang hukum perdata3. kitab undang undang hukum perdata
3. kitab undang undang hukum perdataAdi Kuntarto
 
2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidanaAdi Kuntarto
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraAdi Kuntarto
 
Pptm 2012 indonesia
Pptm 2012   indonesiaPptm 2012   indonesia
Pptm 2012 indonesiaAdi Kuntarto
 

Plus de Adi Kuntarto (20)

Privileges dan immunities
Privileges dan immunitiesPrivileges dan immunities
Privileges dan immunities
 
Presentasi SAKIP
Presentasi SAKIPPresentasi SAKIP
Presentasi SAKIP
 
Presentasi SAKIP
Presentasi SAKIPPresentasi SAKIP
Presentasi SAKIP
 
International humanitarian law
International humanitarian lawInternational humanitarian law
International humanitarian law
 
Buku diplomasi indonesia 2010
Buku diplomasi indonesia 2010Buku diplomasi indonesia 2010
Buku diplomasi indonesia 2010
 
The good grammar book
The good grammar bookThe good grammar book
The good grammar book
 
2. uu perjanjian internasional no.24 th.2000
2. uu perjanjian internasional no.24 th.20002. uu perjanjian internasional no.24 th.2000
2. uu perjanjian internasional no.24 th.2000
 
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.19991. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999
1. uu hubungan luar negeri no.37 th.1999
 
5. vienna convention on the law of treaties 1969
5. vienna convention on the law of treaties 19695. vienna convention on the law of treaties 1969
5. vienna convention on the law of treaties 1969
 
4. vienna convention on consular relations 1963
4. vienna convention on consular relations 19634. vienna convention on consular relations 1963
4. vienna convention on consular relations 1963
 
3. vienna convention on diplomatic relations 1961
3. vienna convention on diplomatic relations 19613. vienna convention on diplomatic relations 1961
3. vienna convention on diplomatic relations 1961
 
Games for grammar practice
Games for grammar practiceGames for grammar practice
Games for grammar practice
 
5000 toefl words
5000 toefl words5000 toefl words
5000 toefl words
 
Undang undang hublu 37 tahun 99
Undang undang hublu 37 tahun 99Undang undang hublu 37 tahun 99
Undang undang hublu 37 tahun 99
 
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasianUu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
Uu 6 tahun 2011 tentang keimigrasian
 
Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010Pmk 97 tahun 2010
Pmk 97 tahun 2010
 
3. kitab undang undang hukum perdata
3. kitab undang undang hukum perdata3. kitab undang undang hukum perdata
3. kitab undang undang hukum perdata
 
2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
 
Pptm 2012 indonesia
Pptm 2012   indonesiaPptm 2012   indonesia
Pptm 2012 indonesia
 

Buku 3 perlengkapan dan tugas umum

  • 1. HIMPUNAN PERATURAN PERLENGKAPAN UMUM BUKU 3 INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN LUAR NEGERI JAKARTA 2007 i
  • 2. ii
  • 3. KATA PENGANTAR Sesuai Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 02/A/OT/VIII/2005/01 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal melaksanakan tugas pengawasan dilingkungan Deplu. Dengan semangat benah diri, dapat diaktualisasikan Penyusunan Himpunan Peraturan Keuangan dan Non Keuangan, dimaksudkan sebagai dasar rujukan/pedoman untuk melaksanakan tugas tersebut. Semoga bermanfaat, tingkatkan profesionalisme kerja pengawasan yang berkualitas, konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan. Jakarta, 30 April 2007 INSPEKTUR JENDERAL DIENNE H. MOEHARIO KATA PENGANTAR iii
  • 4. iv KATA PENGANTAR
  • 5. DAFTAR ISI BIDANG PERLENGKAPAN UMUM HAL Kata Pengantar ............................................................ ii Daftar Isi .................................................................... v XIX. BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA 1. Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 1994, 9 Desember 1994 tentang Rumah Negara ........... 3 2. Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 2005, 20 Juli 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara ................................................... 17 3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/BU/ X/81/01, 22 Oktober 1981 tentang Rumah Dinas Departemen Luar Negeri ............................ 31 4. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 19A/BA/ III/87/01, 13 Maret 1987 Tentang Penghunian Rumah-Rumah Dinas .......................................... 39 5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 097/BU/ XII/88/01, 8 Desember 1988 Tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Luar Negeri No. 19A/BU/III/87/01 Tentang Penghunian Rumah-Rumah Dinas .......................................... 44 6. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 092/PL/ V/2001/01, 22 Mei 2001 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Luar Negeri No. 112/PL/ VIII/98/01 Tentang Penentuan Status Rumah-Rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri ......................................................... 49 DAFTAR ISI v
  • 6. 7. Surat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. HK. 02-03-DM/80, 19 Februari 2001 tentang Ralat Surat Keputusan Menteri Luar Negeri No. 112/PL/VIII/98/01 Tentang Penentuan Status Rumah-Rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri .................... 53 8. Surat Edaran Sekjen No. 110/PL/II/2001/02 tentang Penarikan Kembali Usulan Alis Status Rumah Negara Golongan II menjadi Golongan III ....................................................... 54 XX. PENGADAAN BARANG DAN JASA 1. Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003, 3 November 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 57 2. Keputusan Presiden RI No. 61 Tahun 2004, 5 Agustus 2004 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 110 3. Peraturan Presiden RI No. 32 Tahun 2005, 20 April 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 115 4. Peraturan Presiden RI No. 70 Tahun 2005, 15 November 2005 Tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 121 5. Peraturan Presiden RI No. 8 Tahun 2006, 20 Maret 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang vi DAFTAR ISI
  • 7. Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 135 6. Peraturan Presiden RI No. 79 Tahun 2006, 8 September 2006 Tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 167 7. Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2006, 6 Oktober 2006 Tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden RI 80/2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ......................................................... 177 8. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 121/PI/VII/ 2000/01, 23 Agustus 2000 tentang Petunjuk Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Departemen Luar Negeri ..................................... 186 XXI. PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK / KEKAYAAN NEGARA 1. Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 2006, 14 Maret 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ................................................... 209 2. Keputusan Menteri Luar Negeri SK. 016/A/PI/ XII/2004, 31 Desember 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan Inventarisasi Barang-Barang Milik/Kekayaan Negara Di Lingkungan Deplu dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 298 3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 18/ KMK.018/1999 Tentang Klasifikasi Dan Kodefikasi Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara (Buku Tersendiri) ................................................ 302 4. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 01/KM.12/ 2001, 18 Mei 2001 Tentang Pedoman Kapitalisasi DAFTAR ISI vii
  • 8. Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah .......................................... 305 5. Instruksi Menlu No. 032/OR/IV/85/02, 9 April 1985 Tentang Pedoman Pelaksanaan Trade-In Kendaraan Dinas Perwakilan RI Di Luar Negeri ...... 315 6. Buku Pedoman Biro Perlengkapan, Februari 1997 Tentang Pedoman Pengelolaan Kendaraan Dinas Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 318 7. Surat Edaran Sekjen No. 0154/PI/VI/91/14, 11 Juni 1991 Tentang Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang Inventaris Wisma ........................ 350 XXII. PENGHAPUSAN DAN PEMANFAATAN BARANG / MILIK KEKAYAAN NEGARA 1. Keputusan Presiden RI No. 5 Tahun 1983 Tentang Penghapusan Penyediaan Kendaraan Dinas Perorangan ................................................ 355 2. Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.01/ 1994, 20 September 1994 Tentang Tata Cara Penghapusan Dan Pemanfaatan Barang Milik/ Kekayaan Negara (Buku Tersendiri) ..................... 359 3. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 144 Tahun 2002, 27 Agustus 2002 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Inventaris Milik Negara di Lingkungan Departemen/Lembaga ........................................ 362 4. SE Direktorat Jenderal Anggaran No. 187/MK.2/ 2003, 23 September Tentang Penghapusan Kendaraan .......................................................... 366 5. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK. 04/A/PI/V/ 2004/01, 18 Mei 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penghapusan dan Pemanfaatan viii DAFTAR ISI
  • 9. Barang Milik/Kekayaan Negara Pada Deplu dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 369 XXIII. LAIN – LAIN 1. Instruksi Menlu No. 021/OR/III/85/02, 2 Maret 1985 Tentang Larangan Bagi Perwakilan RI di Luar Negeri Membeli Barang-Barang Milik Pribadi ......................................................... 375 XXIV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEPARTEMEN 1. Peraturan Presiden RI No. 9 Tahun 2005, 31 Januari 2005 Tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Wewenang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia ............... 379 2. Peraturan Presiden RI No. 62 Tahun 2005, 14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia .............................................. 430 3. Peraturan Presiden RI No. 10 Tahun 2005, 31 Januari 2005 Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia .............................................. 444 4. Peraturan Presiden RI No. 15 Tahun 2005, 7 Februari 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia ................................... 491 5. Peraturan Presiden RI No. 63 Tahun 2005, 14 Oktober 2005 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi Dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia ............... 494 DAFTAR ISI ix
  • 10. 6. Peraturan Presiden RI No. 66 Tahun 2006, 8 Juni 2006 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI ....................................... 501 7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.02/A/ OT/VIII/2005/01 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri (Buku Tersendiri). ............................................... 506 8. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/ OT/I/2006/01 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri ......................................................... 508 XXV. TUGAS POKOK DAN FUNGSI PERWAKILAN RI 1. Undang-Undang RI No. 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri ......................................... 517 2. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2000, 23 Agustus 2000 Tentang Perjanjian Internasional....................................................... 546 3. Keputusan Presiden RI No. 108 Tahun 2003, 31 Desember 2003 Tentang Organisasi Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 569 4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 06/A/ OT/VI/2004/01 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ................................................ 585 5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 09/ OR/I/91/01, 4 Januari 1991 Tentang Pedoman Umum Pengangkatan dan Tata Kerja Konsul Kehormatan ....................................................... 624 x DAFTAR ISI
  • 11. 6. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 012/ OR/III/88/01, 4 Maret 1988 Tentang Penugasan Khusus Kepala Perwakilan RI Di Luar Negeri Untuk Peningkatan Kegiatan Promosi Investasi ..... 638 7. SKB Menlu Dan Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Dalam Koordinasi Penanaman Modal No. SKB.042/INV/V/85/01 Dan No. 12/SK/1985, 25 Mei 1985 Tentang Penugasan Khusus Kepala Perwakilan RI Di Luar Negeri Untuk Peningkatan Kegiatan Promosi Investasi .................................. 640 XXVI. PELAPORAN 1. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 101/ BU/I/80/01, 15 Januari 1980 Tentang Pedoman Pembuatan dan Penyampaian Laporan Perwakilan RI di Luar Negeri ................................................. 653 2. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 016/ OR/III/88/02, 15 Maret 1988 Tentang Pedoman Pembuatan dan Penyampaian Laporan Perwakilan RI di Luar Negeri ................................. 667 3. Faks. Sekjen NO. BB-0474/DEPLU/II/04, 20 Februari 2003 Tentang Laporan Analisa Tahunan ............................................................. 670 4. Faks. Sekjen No. BB-0363/DEPLU/II/05, 4 Februari 2005 Tentang Penyusunan Laporan Analisa Tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri........ 673 5. Nota Dinas No. 0025/OT/II/2005/18/02 Tentang Penyusunan Laporan Analisis Tahunan Perwakilan RI Di Luar Negeri ................................ 675 6. Instruksi Menlu No. SK. 041/OR/V/88/02, 04 Mei 1988 Tentang Memorandum Akhir Tugas Pada Perwakilan RI Di Luar Negeri ........................ 677 DAFTAR ISI xi
  • 12. 7. Surat Sekjen No. 097/OR/III/02, 20 Maret 1985 Tentang BentuK Serah Terima Jabatan ................ 680 8. Kawat Sekjen No. 791282, 1 April 1976 Tentang Memorandum Pengakhiran Jabatan Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri ...................... 683 9. Nota Edaran No. 1457/KEPEG/1979, 6 Oktober 1979 Tentang : Tata Cara Pelaksanaan Tetap : a. Memorandum Serah Terima b. De-Briefing Pegawai Yang Kembali c. Makalah / Paper Bagi Pegawai Yang Akan Ditempatkan .................................................. 686 XXVII. SAKIP 1. Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999, 15 Juni 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ............................................ 691 2. Keputusan LAN No. 239/IX/6/8/2003 Tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan LAKIP (Buku Tersendiri) ................................................ 699 3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/135/M.PAN/ 9/2004, 15 September 2004 Tentang Pedoman Umum Evaluasi LAKIP (Buku Tersendiri) ............... 703 4. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/ OT/2002/02, 31 Desember 2002 Tentang Pedoman umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri ........ 707 5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 05/A/ OT/IV/2004/02, 30 April 2004 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 03/A/OT/XII/2002/02 Tentang Pedoman Umum Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Departemen Luar xii DAFTAR ISI
  • 13. Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ................................................ 711 XXVIII. PENGAWASAN MELEKAT 1. Instruksi Presiden RI No. 15 Tahun 1983, 4 Oktober 1983 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan .................................... 717 2. Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1989, 20 Maret 1989 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat (Buku Tersendiri) ................. 731 3. Keputusan Menteri PAN No. Kep/46/M.PAN/4/ 2004, 26 April 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan (Buku Tersendiri) ................................................ 734 4. Keputusan Menteri PAN No. Kep/118/M.PAN/8/ 2004, 31 Agustus 2004 Tentang Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah (Buku Tersendiri) ........... 737 5. Keputusan Menteri PAN No. 25/KEP/M.PAN/4/ 2002, 25 April 2002 Tentang Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara (Buku Tersendiri) ................................................ 740 6. Kawat Irjen No. 050831, 16 Februari 2005 Tentang Penghentian Pungutan Tidak Syah/Resmi Berkaitan Dengan Pelayanan Keimigrasian dan Kekonsuleran ...................................................... 744 XXIX. PEMBERANTASAN KKN 1. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 1999, 19 Mei 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme .......................................................... 747 DAFTAR ISI xiii
  • 14. 2. Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999, 16 Agustus 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ......................................... 770 3. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001, 21 Nopember 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi .... 786 XXX. KEIMIGRASIAN / KEKONSULERAN 1. UU No. 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan Konvensi WNA Tentang Hubungan Diplomatik dan Konsuler....................................................... 811 2. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2005, 10 Juni 2005 Tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak ............................................ 818 3. Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 2003 Tentang bebas Visa Kunjungan Singkat ................ 838 4. Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2003 Tentang bebas Visa Kunjungan Singkat .............................................. 842 5. SK. Menlu No. SK. 089/PK/V/95/01, 23 Mei 1995 Tentang Pemberian, Perubahan Isi dan Pencabutan Paspor Diplomatik, Paspor Dinas dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Dinas RI ..................... 846 6. PL-2006/073002 Tentang Penggunaan Visa Stiker . 852 7. Dirpenlugri No. PL-6342/120890, 12 Agustus 1990 Tentang Permohonan Visa Kunjungan Jurnalistik/ Shooting Film ...................................................... 853 xiv DAFTAR ISI
  • 15. XXXI. KEARSIPAN 1. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan ................. 857 2. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1979 Tentang Penyusutan Arsip ................................... 868 3. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. SK.01/A/OT/ I/2005/02, 27 Januari 2005 Tentang Pedoman Tata Kearsipan Departemen Luar Negeri Dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 875 4. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 03/A/OT/ I/2006 Tentang Perubahan Atas Lampiran SK. 01/A/OT/I/2005/02 Tentang Pedoman Tata Kearsipan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ....... 879 5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 02/ A/OT/II/2004/02, 16 Februari 2004 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ................................................ 903 6. Peraturan Menteri Luar Negeri RI No. 04/A/OT/ I/2006/02 Tentang Perubahan Atas Lampiran SK. 02/A/OT/II/2004/02 Tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI Di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ...... 907 7. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK.03/A/ OT/V/2004/01, 14 Mei 2004 Tentang Pedoman Teknis Penyusutan dan Jadual Retensi Arsip Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri (Buku Tersendiri) ........................... 917 8. Nota Dinas BADP No. 0002/OT/I/2006/17, 6 Januari 2006 Tentang Kode Penomoran Surat- Surat Dinas Di Lingkungan Deplu .......................... 921 DAFTAR ISI xv
  • 16. 9. Dirpenlugri KR No. 913477, 12 September 1990 Tentang Bulletin / Terbitan Perwakilan ................... 926 10. Dirpenlugri KR No. 903589, 12 September 1990 Tentang Data-Data Penerangan Setempat ........... 928 11. Dirpenlugri No. 914664, 13 September 1991 Tentang Klipping Pers .......................................... 930 XXX. LAIN – LAIN 1. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2001, 6 Agustus 2001 Tentang Yayasan ........................ 933 2. Kep. Bersama Menlu dan Mendikbud No. SKB-191/81/01 dan No. 051/U/1981 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sekolah Indonesia di Luar Negeri ..................................................... 959 3. SK. Bersama Menlu dan Memperindag No. SKB 016/OR/VII/82/01 dan No. 246/KPB/ VII/82/01, 29 Juli 1982 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Promosi Perdagangan Indonesia Pada Perwakilan RI di Luar Negeri ......... 971 4. KEP Bersama Menlu dan Mendikbud No. SKB-062/ OR/VI/86/01 dan No. 0419A/V/1986, 18 Juli 1986 Tentang Penyerahan Museum Konferensi Asia Afrika dan Pusat Penelitian Serta Pengkajian Masalah Asia Afrika dan Negara-Negara Berkembang dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Lurah Negeri ............ 979 5. Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. SK. 094/PK/ XI/85/02, 20 Nopember 1985 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Dan Tertib Kawat Mengawat Pada Perwakilan .................................................. 983 6. Surat Menlu No. 2522/76/06, 1 April 1976 Tentang Pedoman Umum Pengamanan Perwakilan RI di Luar Negeri ................................. 993 xvi DAFTAR ISI
  • 17. 7. Dirjen Bina Bantuan Sosial Departemen Sosial No. 489/UM/BBS/ 1986, 7 Januari 1986 Tentang Prosedur Penggantian Biaya Pemulangan WNI Yang Terlantar di Luar Negeri ....................... 995 8. Dirhubsosbud No. 910324, 31 Januari 1991 Tentang Perutusan Kesenian Indonesia Yang Berangkat Ke Luar Negeri .................................... 998 DAFTAR ISI xvii
  • 18. xviii
  • 20. 2
  • 21. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA Presiden Republik Indonesia Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang- undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perlu pengaturan mengenai pengadaan, penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah yang dikuasai Negara; b. bahwa sehubungan dengan hak tersebut, dipandang perlu mengatur rumah yang dikuasai Negara dengan Peraturan Pemerintah; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 158); 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 3
  • 22. (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 5. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan lembaran Negara Nomor 3318); 6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas Pejabat dan/atau Pegawai Negeri; 2. Pegawai Negeri adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian; 3. Pejabat adalah pejabat negara atau pejabat pemerintah yang diangkat untuk menduduki jabatan tertentu; 4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pekerjaan umum; 4 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 23. 5. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan tertentu tersebut; 6. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara; 7. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk Golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya; Pasal 2 Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengadaan, penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas Rumah Negara. BAB II TUJUAN Pasal 3 Pengaturan Rumah Negara bertujuan untuk mewujudkan ketertiban pengadan, penghunian, pengelolaan, dan pengalihan status dan hak atas Rumah negara. BAB III PENGADAAN Pasal 4 (1) Pengadaan Rumah Negara dapat dilakukan dengan cara pembangunan, pembelian, tukar menukar, tukar bangun atau hibah. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 5
  • 24. (2) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pasal 5 (1) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diselenggarakan berdasarkan tipe dan kelas bangunan, pangkat dan golongan Pegawai Negeri pada suatu lokasi tertentu di atas tanah yang sudah jelas status haknya. (2) Pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan negara. (3) Pelaksanaan pembangunan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 (1) Pelaksanaan pengadaan Rumah Negara dengan cara pembelian, tukar menukar, tukar bangun atau hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat dilakukan secara langsung dengan masyarakat atau badan usaha. (2) Pengadaan Rumah Negara dengan cara tukar menukar atau tukar bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden. BAB IV PENGHUNIAN Pasal 7 Penghunian Rumah Negara hanya dapat diberikan kepada Pejabat atau Pegawai Negeri. (1) Rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah hak milik, hak guna bangunan, hak pakai atas tanah Negara atau hak pengelolaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Penyelenggaraan pembangunan yang membangun rumah susun di atas tanah yang dikuasai dengan hak pengelolaan, wajib menyelesaikan status hak guna bangunan di atas hak pengelolaan 6 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 25. tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum menjual satuan rumah susun yang bersangkutan. (3) Penyelenggaraan pembangunan wajib memisahkan rumah susun atas satuan dan bagian bersama dalam bentuk gambar dan uraian yang disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memberi kejelasan atas : a. batas satuan yang dapat dipergunakan secara terpisah untuk perseorangan; b. batas dan uraian atas bagian bersama dan benda-bersama yang menjadi haknya masing-masing satuan; c. batas dan uraian tanah-bersama dan besarnya bagian yang menjadi haknya masing-masing satuan. Pasal 8 (1) Untuk dapat menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 harus memiliki Surat Izin Penghunian. (2) Surat Izin Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh Pejabat yang berwenang pada instansi yang bersangkutan. (3) Pemilik Surat Izin Penghunian wajib menempati Rumah Negara selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak Surat Izin Penghunian diterima. (4) Pelaksanaan Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 9 (1) Suami dan istri yang masing-masing berstatus Pegawai Negeri, hanya dapat menghuni satu Rumah Negara. (2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan apabila suami dan istri tersebut bertugas dan bertempat tinggal di daerah yang berlainan. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 7
  • 26. Pasal 10 (1) Penghuni Rumah Negara wajib : a. membayar sewa rumah; b. memelihara rumah dan memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya. (2) Penghuni Rumah Negara dilarang; a. menyerahkan sebagian atau seluruh rumah kepada pihak lain; b. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah; c. menggunakan rumah tidak sesuai dengan fungsinya. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB V PENGELOLAAN Bagian Pertama Umum Pasal 11 Pengelolaan Rumah Negara merupakan kegiatan yang meliputi penetapan status, pendaftaran dan penghapusan. (1) Pemerintah memberikan kemudahan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk memperoleh dan memiliki satuan rumah susun. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Kedua Penetapan Status Pasal 12 (1) Untuk menentukan golongan Rumah Negara dilakukan penetapan status Rumah Negara sebagai Rumah Negara 8 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 27. Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah Negara Golongan III. (2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan. (3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri. (4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden. Bagian Ketiga Pendaftaran Pasal 13 (1) Setiap Rumah Negara Wajib didaftarkan. (2) Pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan kepada Menteri. (3) Tata cara pendaftaran Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri. Bagian Keempat Penghapusan Pasal 14 (1) Penghapusan Rumah Negara dapat dilakukan antara lain karena : a. tidak layak huni; b. terkena rencana tata ruang; c. terkena bencana; d. dialihkan haknya kepada penghuni. (2) Penghapusan Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 9
  • 28. BAB VI PENGALIHAN STATUS DAN HAK ATAS RUMAH NEGARA Bagian Pertama Pengalihan Status Pasal 15 (1) Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya hanya Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III. (2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi kebutuhan Rumah Jabatan. (3) Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III adalah : a. Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/ asrama sipil dan ABRI; b. Rumah Negara Golongan II yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitian. (4) Apabila Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdiri diatas tanah pihak lain, pimpinan instansi yang bersangkutan harus terlebih dahulu mendapat izin dari pemegang hak atas tanah. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Presiden Bagian Kedua Pengalihan Hak Pasal 16 (1) Rumah Negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah Negara Golongan III. 10 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 29. (2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni. (3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat dialihkan haknya. (4) Suami istri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu dari suami dan istri yang bersangkutan. Pasal 17 (1) Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Pegawai Negeri : a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/ membeli rumah dari Negara berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pensiunan Pegawai Negeri : a. menerima pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/ membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Janda/ Duda Pegawai Negeri : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara, yang : 1) almarhum, suaminya/istrinya sekurang-kurangnya mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada Negara, atau 2) masa kerja almarhum suaminya/istrinya ditambah dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 11
  • 30. menjadi janda/ duda berjumlah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Janda/Duda Pahlawan, yang suaminya/istrinya dinyatakan sebagai Pahlawan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan jalan/ cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Pejabat Negara atau Janda/Duda Pejabat Negara : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. almarhum suaminya/istrinya belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila penghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan permohonan pengalihan hak atas Rumah Negara dapat diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan. Pasal 18 Pengalihan hak atas Rumah Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 dilakukan dengan cara sewa beli. Pasal 19 (1) Penghuni Rumah Negara yang telah dialihkan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dibebaskan dari 12 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 31. kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a. (2) Penghunian atas Rumah Negara yang sudah dialihkan haknya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat diserahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain oleh penghuni. Bagian Ketiga Penetapan Harga Rumah Beserta Harga Tanah Pasal 20 (1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman pada nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah yang bersangkutan pada waktu penafsiran dikurangi penyusutan menurut umur bangunan. (2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai Jual Obyek Pajak pada waktu penaksiran. (3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak beserta harga tanahnya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk Menteri. Pasal 21 Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia. Bagian Keempat Cara Pembayaran Pasal 22 (1) Pembayaran harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dilaksanakan secara angsuran. (2) Apabila rumah yang dialihkan haknya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terkena rencana tata ruang pembayaran dapat dilakukan secara tunai. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 13
  • 32. (3) Pembayaran angsuran pertama ditetapkan paling sedikit 5% (lima perseratus) dari harga rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan dibayar penuh pada saat perjanjian sewa beli ditandatangani sedang sisanya diangsur dalam jangka waktu paling cepat 5 (lima) tahun dan paling lambat 20 (dua puluh) tahun. (4) Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetor ke Rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah yang ditunjuk. Bagian Kelima Penyerahan Hak Milik Rumah dan Pelepasan Hak Atas Tanah Pasal 23 (1) Penghuni yang telah membayar luas harga rumah beserta harga tanahnya, memperoleh : a. penyerahan hak milik rumah; dan b. pelepasan hak atas tanah. (2) Penghuni yang telah membayar lunas harga rumah hanya memperoleh penyerahan hak milik rumah. (3) Penghuni yang telah memperoleh penyerahan hak milik rumah dan pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib mengajukan permohonan atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PEMBINAAN Pasal 24 (1) Pembinaan terhadap Rumah Negara golongan I dan Rumah Negara Golongan II dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan dan pembinaan terhadap Rumah Negara Golongan III dilakukan oleh Menteri. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan pedoman, kriteria dan standar teknis yang ditetapkan oleh Menteri. 14 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 33. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 25 Setiap penyimpangan penghunian Rumah negara dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan Surat Izin Penghunian. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 (1) Terhitung sejak mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini, segala peraturan pelaksanaan di bidang Rumah Negara yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini atau belum diganti atau diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. (2) Semua peristilahan rumah negeri atau rumah dinas yang termuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dibaca Rumah Negara. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini maka Burgerlijke Woning Regeling (BWR) Staatsblad 1934 Nomor 147 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1949 Nomor 338 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1974 tentang Pelaksanaan Penjualan Rumah negara, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 28 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 15
  • 34. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Pada tanggal 9 Desember 1994 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd SOEHARTO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 9 Desember 1994 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA ttd MOERDIONO 16 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 35. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pengadaan, penghunian, pengelolaan, pengalihan status dan pengalihan hak rumah yang dikuasai Negara yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 17
  • 36. Nomor 19 Tahun 1955 tentang Penjualan Rumah-rumah Negeri kepada Pegawai Negeri sebagai Undang-Undang (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 870); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573) diubah sebagai berikut : 1. Di antara ayat (2) dan ayat (3), ayat (3) dan ayat (4) Pasal 12 disisipkan 2 ayat yakni ayat (2a) dan ayat (3a) sehingga Pasal 12 berbunyi sebagai berikut : Pasal 12 (1) Untuk menentukan golongan rumah negara dilakukan penetapan status rumah negara sebagai Rumah Negara Golongan I, Rumah Negara Golongan II, dan Rumah Negara Golongan III; (2) Penetapan status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan; 18 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 37. (2a) Setiap pimpinan instansi wajib menetapkan status rumah negara yang berada dibawah kewenangannya menjadi Rumah Negara Golongan I atau Rumah Negara Golongan II; (3) Penetapan status Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri; (3a) Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut dan laboratorium/balai penelitian ditetapkan menjadi Rumah Negara Golongan I; (4) Tata cara penetapan status sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden. 2. Ketentuan Pasal 15 ayat (3) diubah dan di antara ayat (3) dan ayat (4), ayat (4) dan ayat (5) Pasal 15 disisipkan 2 ayat yakni ayat (3a) dan ayat (4a) sehingga Pasal 15 berbunyi sebagai berikut : Pasal 15 (1) Rumah negara yang dapat dialihkan statusnya hanya Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III; (2) Rumah Negara Golongan II dapat ditetapkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan I untuk memenuhi kebutuhan Rumah Jabatan; (3) Rumah Negara Golongan II yang berfungsi sebagai mess/ asrama sipil dan ABRI tidak dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III; (3a) Rumah Negara Golongan I yang golongannya tidak sesuai lagi karena adanya perubahan organisasi atau sudah tidak memenuhi fungsi yang ditetapkan semula, dapat diubah status golongannya menjadi Rumah Negara Golongan II setelah mendapat pertimbangan Menteri; (4) Rumah Negara Golongan II yang akan dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berdiri di atas tanah pihak lain, hanya dapat dialihkan status golongannya dari BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 19
  • 38. golongan II menjadi golongan III setelah mendapat izin dari pemegang hak atas tanah; (4a) Pengalihan status rumah negara yang berbentuk rumah susun dari golongan II menjadi golongan III dilakukan untuk satu blok rumah susun yang status tanahnya sudah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan status sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3), (3a), (4), dan (4a) diatur dengan Peraturan Presiden. 3. Di antara ayat ( 4) dan ayat ( 5) Pasal 16 disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (4a) sehingga Pasal 16 berbunyi sebagai berikut : Pasal 16 (1) Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah Rumah Negara Golongan III; (2) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) beserta atau tidak beserta tanahnya hanya dapat dialihkan haknya kepada penghuni atas permohonan penghuni; (3) Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang berada dalam sengketa tidak dapat dialihkan haknya; (4) Suami dan isteri yang masing-masing mendapat izin untuk menghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), pengalihan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diberikan kepada salah satu dari suami dan isteri yang bersangkutan; (4a) Pegawai negeri dan/atau pejabat negara yang telah memperoleh rumah dan/atau tanah dari, negara, tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak atas rumah negara; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihan hak rumah negara tersebut pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden. 20 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 39. 4. Ketentuan Pasal 17 ayat (1) angka 1 huruf c, angka 2 huruf c, angka 3 huruf c, angka 4 huruf c, angka 5 huruf c diubah dan setelah ayat (2) ditambahkan 1 (satu) ayat yakni ayat (3) sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut : Pasal 17 (1) Penghuni Rumah Negara Golongan III yang dapat mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Pegawai negeri : a. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pensiunan pegawai negeri : a. menerima pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Janda/duda pegawai negeri : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara, yang : 1) almarhum suaminya/isterinya sekurang- kurangnya mempunyai masa kerja 10 (sepuluh) tahun pada Negara, atau 2) masa kerja almarhum suaminya/isterinya ditambah dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan menjadi janda/duda berjumlah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 21
  • 40. 4. Janda/duda pahlawan, yang suaminya/isterinya dinyatakan sebagai pahlawan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Pejabat negara, janda/duda pejabat negara : a. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari Negara; b. memiliki Surat Izin Penghunian yang sah; c. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah dan/atau tanah dari Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila penghuni rumah negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meninggal dunia, maka pengajuan permohonan pengalihan hak atas rumah negara dapat diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan; (3) Apabila pegawai/penghuni yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meninggal dan tidak mempunyai anak sah, maka rumah negara kembali ke Negara. 5. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 19 (1) Penghuni rumah negara yang dalam proses sewa beli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dibebaskan dari kewajiban pembayaran sewa rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a; (2) Penghunian atas rumah negara yang dalam proses sewa beli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diserahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain oleh penghuni setelah mendapat izin Menteri. 22 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 41. 6. Ketentuan Pasal 20 ayat (3) diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut : Pasal 20 (1) Taksiran harga Rumah Negara Golongan III berpedoman pada nilai biaya yang digunakan untuk membangun rumah yang bersangkutan pada waktu penaksiran dikurangi penyusutan menurut umur bangunan. (2) Penetapan taksiran harga tanah berpedoman pada Nilai Jual Obyek Pajak pada waktu penaksiran. (3) Harga Rumah Negara Golongan III beserta atau tidak beserta tanahnya dan rumah susun beserta tanahnya ditetapkan oleh Menteri berdasarkan harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia yang dibentuk Menteri (3a) Penetapan harga rumah negara yang berbentuk rumah susun dan ganti rugi atas tanahnya ditetapkan berpedoman pada Nilai Perbandingan Proporsional (NPP) terhadap harga taksiran tanah dan bangunan; 7. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : Pasal 21 (1) Harga Rumah Negara Golongan III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) ditetapkan sebesar 50 % ( lima puluh perseratus) dari harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh panitia berdasarkan standar tipe dan kelas bangunan serta pangkat dan golongan pegawai negeri; (2) Harga Rumah Negara Golongan III yang tidak sesuai dengan standar tipe dan kelas bangunan, pangkat dan golongan pegawai negeri diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pasal II Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 23
  • 42. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 20 Juli 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 20 Juli 2005 MENTERI SEKRETARIS NEGARA Selaku MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA AD INTERIM, ttd YUSRIL IHZA MAHENDRA 24 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 43. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 64 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA I. UMUM Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara mengatur mengenai pengadaan, penghunian, pengelolaan dan pengalihan status dan hak atas rumah negara sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatur mengenai pemberian fasilitas berupa rumah bagi pegawai negeri dan pejabat negara selama yang bersangkutan masih berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat pemerintah atau pejabat negara. Pengelolaan, pengalihan status dan hak atas rumah yang dikuasai oleh negara berdasarkan peraturan pemerintah tersebut ternyata belum berjalan sebagaimana mestinya, beberapa permasalahan masih muncul antara penghuni dan instansi diakibatkan belum lengkapnya aturan pengelolaannya, sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penyempurnaan atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994. Dalam melaksanakan kesinambungan pemenuhan kebutuhan rumah negara terhadap pegawai negeri maka pelaksanaan atas Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Penjualan Rumah Negeri kepada pegawai negeri harus memperhatikan statistik rumah negara yang ada pada departemen/lembaga. Sehubungan dengan hal tersebut penjualan rumah negara harus dilakukan secara selektif dan hasil penjualan rumah negara digunakan untuk membangun kembali rumah baru bagi pegawai negeri. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 25
  • 44. II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 12 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Yang dimaksud dengan pimpinan instansi yang bersangkutan adalah Menteri, Ketua Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Ketua Lembaga Departemen/ Non Departemen yang setingkat dengan Menteri. Ayat (2a) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (3a) Rumah negara yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan laboratorium/balai penelitian yang sudah ditetapkan menjadi golongan II sebelum adanya Peraturan Pemerintah ini harus ditetapkan menjadi Rumah Negara Golongan I. Ayat (4) Cukup Jelas. Angka 2 Pasal 15 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Cukup Jelas 26 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 45. Ayat (3a) a. Yang dimaksud perubahan organisasi termasuk penggabungan atau perubahan organisasi instansi/ departemen. b. Yang dimaksud sudah tidak memenuhi fungsi semula adalah rumah jabatan yang tidak lagi menunjang pelaksanaan tugas jabatan seperti rumah jabatan struktural, penjaga pintu kereta api, pintu air, sekolah, puskesmas, dan balai yang tidak berfungsi lagi. c. Yang dimaksud Rumah Negara Golongan II, termasuk yang berfungsi sebagai mess/asrama. Ayat (4) Izin dari pemegang hak atas tanah tidak otomatis merupakan persetujuan pelepasan hak atas tanah tersebut. Ayat (4a) Pengalihan status rumah negara dalam bentuk rumah susun harus dilakukan sekaligus dalam satu blok, hal ini dimaksudkan agar mempermudah dalam menghitung nilai perbandingan proporsional yang akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya nilai sewa beli yang harus dibayar. Yang dimaksud dengan status tanahnya sudah ditetapkan adalah : a. Status hak atas tanahnya sudah ditetapkan sesuai ketentuan perundang-undangan, seperti sertifikat hak pakai; b. Dalam hal tanah tersebut belum bersertifikat, maka harus dibuat surat pernyataan kepemilikan tanah yang ditetapkan oleh instansi dan tercatat dalam inventarisasi barang milik negara. Ayat (5) Cukup Jelas Angka 3 Pasal 16 Ayat (1) Cukup Jelas BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 27
  • 46. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pengalihan hak atas rumah tanpa tanah adalah rumah milik instansi yang bersangkutan sedangkan tanah milik pihak ketiga dalam hal ini, pengalihan haknya mengacu Pasal 15 ayat (4) beserta penjelasannya. Ayat (3) Sengketa yang dimaksud misalnya : a. Sengketa penghunian; b. Sengketa mengenai batas tanah; c. Kesalahan administrasi dan atau teknis pada saat pengusulan pengalihan hak dari instansi yang bersangkutan. Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (4a) Cukup Jelas Ayat (5) Cukup Jelas Angka 4 Pasal 17 Ayat (1) Angka 1 Huruf a Cukup Jelas Huruf b Cukup Jelas Huruf c Yang dimaksud belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah/atau tanah dari negara adalah berdasarkan antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 3 Prp Tahun 1960 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 223 Tahun 1961 tentang Penguasaan Benda-benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda; 28 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 47. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Peraturan Presidium Kabinet R.I. Nomor 2/Prk/ 1965 tentang Penjualan Rumah-rumah Milik Perusahaan Negara; 4. Peraturan Presidium Kabinet Dwikora R.I. Nomor 5/Prk/1965 tentang Penegasan Status Rumah/ Tanah Kepunyaan Badan Hukum Yang Ditinggalkan Direksi/ Pengurusnya; 5. Peraturan perundangan lainnya sepanjang mengenai rumah negara yang masih berlaku dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pernerintah ini. Angka 2 Cukup Jelas. Angka 3 Cukup Jelas Angka 4 Cukup Jelas Angka 5 Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan anak sah adalah anak kandung dan/atau anak angkat dari hasil adopsi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Angka 5 Pasal 19 Cukup Jelas BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 29
  • 48. Angka 6 Pasal 20 Cukup Jelas Angka 7 Pasal 21 Ayat (1) Standar tipe dan kelas bangunan serta pangkat dan golongan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal II Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4515 30 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 49. KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 3278/BU/X/81/01 Tentang RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa dengan dibangunnya perumahan dinas golongan I Golongan II maka perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan yang baru. 2. Ketentuan-ketentuan yang lama mengenai rumah dinas Departemen Luar Negeri sudah tidak sesuai lagi. Mengingat : 1. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974; 2. Peraturan Pemerintah R.I. No. 30 Tahun 1980; 3. Keputusan Presiden R.I. No. 44 Tahun 1974; 4. Keputusan Presiden R.I. No. 45 Tahun 1974; 5. Gurgerlijke Woningregeling Staatsblad 1934 No. 147 menyangkut perubahan dan tambahannya; 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik 119/KPSTS/1973. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 31
  • 50. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KETENTUAN–KETENTUAN TENTANG RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud dengan : (1) Rumah dinas golongan I ialah rumah yang disediakan bagi mereka yang Memegang jabatan penting tertentu yang karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut. (2) Pemegang jabatan penting tertentu adalah mereka yang menduduki jabatan-jabatan eselon I, II, III, dan IV, sedang pejabat sementara tidak termasuk dalam pengertian ini. (3) Rumah Dinas, golongan II ialah rumah dinas yang khusus disediakan untuk para pegawai dalam lingkungan Departemen Luar Negeri. (4) Hak huni adalah hak yang diperoleh setiap Pejabat beserta keluarganya untuk mendiami rumah dinas Departemen Luar Negeri selama masa jabatan tertentu. BAB II RUMAH DINAS GOLONGAN I Pasal 2 Tata Cara Penunjukan Penghunian (1) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal atau Pejabat yang dikuasakan untuk itu. (2) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi, maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan berbagai faktor seperti : 32 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 51. a. memegang jabatan tertentu b. belum memiliki rumah sendiri c. kepentingan dinas d. urutan permohonan Pasal 3 Kewajiban Penghuni Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban : (1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam Surat Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan. (2) Memelihara rumah sebaik-baiknya dan mengganti kerugian atau memperbaiki kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya atau orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya. (3) Mengosongkan atau menyerahkan rumah kembali dalam keadaan baik, jika penghuni yang bersangkutan hendak pindah atau karena sebab-sebab lain hari meninggalkan rumah tersebut. (4) Setiap penghuni wajib menandatangani Surat Perjanjian yang berfungsi sebagai sangsi hukum bagi yang melanggar ketentuan yang telah ditentukan. Pasal 4 Larangan Penghuni dilarang (1) Merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunan dengan sifat bagaimanapun tanpa izin menteri Luar Negeri atau Pejabat yang dikuasakan untuk itu. (2) Menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama, mempersewakan kepada pihak ketiga, sebagian atau seluruh rumah untuk dihuni atau untuk kepentingan lain. (3) Mempergunakan rumah untuk keperluan lain selain daripada tempat tinggal. Pasal 5 Tata Usaha Persewaan Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara pemotongan langsung dari gaji atau dengan cara penagihan langsung dari yang bersangkutan. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 33
  • 52. Pasal 6 Sanksi (1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar larangan yang diatur dalam pasal 3 pasal 4 diatas, dapat dicabut hak huninya. (2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum mengosongkan rumah tersebut, dapat diambil tindakan pengamanan termasuk tindakan yuridis administratif yang dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan. Pasal 7 Berakhirnya Hak Huni (1) Berakhirnya hak huni atas rumah dinas golongan ini : a. Habis masa jabatan b. Pencabutan c. Permintaan sendiri d. Meninggal dunia (2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak berakhinya hak huni. (3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak meninggalnya. Pasal 8 Ketentuan Lain (1) Biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya dibebankan kepada penghuni. (2) Biaya pemakaian telepon sepanjang untuk kepentingan dinas, dapat dibayar oleh dinas sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan. (3) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh Sekretaris Jenderal. 34 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 53. BAB III RUMAH DINAS GOLONGAN II Pasal 10 Penyediaan rumah dinas golongan ini dimaksudkan untuk : (1) Memperlancar pelaksanaan tugas. (2) Merangsang ikatan kerja. (3) Menunjang kesejahteraan pegawai agar dapat meningkatkan prestasi kerja. Pasal 11 Tata cara Penunjukan Penghunian (1) Surat Izin penghunian dan pencabutan penghunian dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri atau Sekretaris Jenderal atau Pejabat yang dikuasakan untuk itu. (2) Penghunian hanya berlaku selama pegawai tersebut masih berstatus dan bekerja aktif sebagai pegawai dalam lingkungan Departemen Luar Negeri. (3) Penunjukan diberikan berdasarkan permohonan yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal. (4) Permohonan yang disampaikan tersebut harus memenuhi syarat- syarat : a. Pegawai Departemen Luar Negeri (Calon pegawai tidak dibenarkan didalam hal ini). b. Belum pernah mendapatkan fasilitas perumahan dinas atau fasilitas perumnas. c. Belum mempunyai rumah sendiri. (5) Dalam hal persediaan rumah dinas golongan ini belum mencukupi maka prioritas penghunian ditentukan dengan memperhatikan : a. Masa kerja b. Susunan keluarga c. Tugas pekerjaan BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 35
  • 54. Pasal 12 Kewajiban Penghuni Penghuni rumah dinas golongan ini harus mentaati kewajiban : (1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan ketentuan dalam Surat Izin Penghunian dan Surat Keputusan Penunjukan. (2) Semua biaya pemakaian listrik, air, gas dan retribusi lainnya dibebankan kepada penghuni. (3) Memelihara rumah sebaik-baiknya. (4) Mengganti atau memperbaiki kerusakan-kerusakan yang disebabkan olehnya atau orang-orang yang dibawah tanggung jawabnya. (5) Mengosongkan dan menyerahkan rumah kembali dalam keadaan baik. Pasal 13 Larangan Penghuni dilarang : (1) Tidak diizinkan merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunan dengan sifat bagaimanapun tanpa izin pimpinan Departemen Luar Negeri yang berwenang. (2) Tidak diizinkan menunjuk penghuni lain, mengalihkan nama, mempersewakan kepada pihak lain sebagian atau seluruh rumah untuk dihuni atau untuk kepentingan lain. (3) Tidak diizinkan mempergunakan rumah untuk kepentingan lain daripada tempat tinggal bagi yang bersangkutan dengan keluarganya. Pasal 14 Tata Usaha Persewaan Pembayaran uang sewa bulanan dilaksanakan dengan cara pemotongan langsung dari gaji atau menagih langsung dari yang bersangkutan. 36 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 55. Pasal 15 Sanksi (1) Bagi penghuni yang melalaikan kewajiban atau melanggar larangan yang diatur dalam pasal 12 dan 13, dapat dicabut hak huninya. (2) Bagi penghuni yang hak huninya telah habis tetapi belum mengosongkan rumah tersebut dapat diambil tindakan pengamanan, termasuk tindakan yuridis administratif yang dianggap perlu oleh dinas untuk melaksanakan pengosongan. Pasal 16 Berakhirnya Hak Huni (1) Berakhirnya hak huni rumah dinas golongan ini karena : a. Pencabutan b. Berhenti sebagai Pegawai Departemen Luar Negeri c. Pensiun d. Permintaan sendiri e. Meninggal dunia (2) Penghuni yang telah berakhir hak huninya, diharuskan mengosongkan rumah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak berakhirnya hak huni. (3) Bagi penghuni yang meninggal dunia dalam menjalankan tugasnya maka pengosongan rumahnya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak meninggalnya. Pasal 17 Pemeliharaan Pemeliharaan rumah dinas golongan ini ditanggung oleh dinas sesuai dengan anggaran yang disediakan. Pasal 18 Ketentuan lain (1) Bagi penghuni yang melalaikan ketentuan ditetapkan di atas dapat dicabut hak huninya tersebut. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 37
  • 56. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur oleh Sekretaris Jenderal. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 (1) Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan sebelumnya yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap tidak berlaku lagi. (2) Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dengan catatan akan diubah seperlunya jika kemudian ternyata terdapat kekeliruan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 22 Oktober 1981 MENTERI LUAR NEGERI, ttd PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA SALINAN Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Para Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Deplu 2. Para Kepala Perwakilan Rl di Luar Negeri 3. Arsip. 38 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 57. SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.19A/BU/III/87/01 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa dengan selesainya pembangunan rumah-rumah dinas Departemen Luar Negeri yang baru, maka ketentuan-ketentuan yang lama mengenai penghuniannya sudah tidak sesuai lagi karena tidak tersedianya anggaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rumah- rumah dinas tersebut. 2. Bahwa oleh karena itu untuk rumah-rumah dinas Departemen Luar Negeri tersebut perlu ditetapkan ketentuan baru tentang penghuniannya untuk terpeliharanya dengan baik serta menghindarkan kehancuran rumah-rumah dinas tersebut. Mengingat : 1. Burgelijke Woningregeling Staatblad 1934 No. 147 sebagaimana telah dirubah dan ditambah terakhir dengan Lembaran Negara No. 386 Tahun 1949 2. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1974 3. SK Menteri Luar Negeri no. 3278/BU/X81/ 02 tentang Rumah Dinas Departemen Luar Negeri tanggal 22 Oktober 1981. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 39
  • 58. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI. Ketentuan Umum Pasal 1 Pengertian Dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri ini yang dimaksud dengan : 1) Rumah dinas Departemen Luar Negeri ialah Rumah Negeri Departemen Luar Negeri yang terletak dikomplek Lebak Bulus (9 unit), Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok Aren (golongan I dan II 76 unit dan 74 unit), Jurangmangu/ Cipadu (306 unit), dan yang khusus disediakan untuk pegawai- pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri. 2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri yang ditunjuk Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Luar negeri untuk menghuni rumah dinas Departemen Luar Negeri. Pasal 2 Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas 1) Penghunian rumah dinas Departemen Luar Negeri hanya didasarkan atas surat penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Luar Negeri. 2) Para penghuni diwajibkan menandatangani surat penunjukan sebagai pernyataan bersedia untuk mematuhi ketentuan- ketentuan tentang kewajiban penghuni dan larangan seperti tersebut dalam pasal 4 dan pasal 5 dan dikenakan sanksi seperti tersebut dalam pasal 7 apabila ternyata melanggar seperti tersebut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan ini. 40 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 59. Pasal 3 Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas 1) Rumah dinas dikomplek Departemen Luar Negeri Lebak Bulus, Cipulir, Cidodol dan Pondok Aren (28 unit) diperuntukan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan IV PGPNS. Rumah-rumah dinas yang terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok Aren (175 unit) diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang terletak di Jurang mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan 76 dan 74 unit) Pondok Aren (masing-masing diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen luar Negeri golongan I dan II PGPNS. 2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan : a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun, kecuali bagi penghuni yang penunjukkannya didasarkan untuk kepentingan dinas. b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Kewajiban Penghuni 1) Membayar sewa tiap bulan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas dan pajak serta retribusi lainnya. 3) Memelihara rumah dinas sebaik-baiknya dan memperbaiki atau mengganti kerusakan-kerusakan yang terjadi. Pasal 5 Hak-hak Penghuni 1) Pegawai beserta isteri dan anak-anaknya mempunyai hak huni selama hak huninya tidak dicabut, meskipun penghuni yang bersangkutan ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri. BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 41
  • 60. 2) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan Rl di luar negeri hanya memperoleh 50% (lima puluh persen) dari tunjangan sewa rumah di luar negeri sesuai peraturan yang berlaku. 3) Penghuni yang ditempatkan sebagai kepala/Wakil Kepala Perwakilan Rl di luar negeri, tetap memperoleh hak/fasilitas rumah dinas di luar negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pasal 6 Larangan 1) Penghuni dilarang/tidak diijinkan merubah bentuk, menambah atau mengurangi bangunan rumah dinas. 2) Penghuni dilarang/tidak diijinkan mengalihkan hak huninya atau menyewakan kepada orang lain, baik sebagian atau seluruh rumah dinasnya, untuk dihuni atau untuk kepentingan yang lain. 3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggai bagi yang bersangkutan dengan keluarganya. Pasal 7 Sanksi Penghuni yang melanggar ketentuan-ketentuan tentang kewajiban penghuni dan larangan yang ditetapkan dalam pasal 4 dan pasal 6 Surat Keputusan ini, akan dicabut hak huninya. Pasal 8 Ketentutan Lain Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur oleh Sekretaris Jenderal. Pasal 9 Ketentuan Penutup Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan-keputusan sebelumnya tentang penghunian rumah dinas Departemen Luar Negeri yang tidak sesuai dengan keputusan ini dianggap tidak berlaku lagi. 42 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 61. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan catatan akan dirubah seperlunya jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 13 maret 1987 MENTERI LUAR NEGERI ttd PROF. DR. MOCHTAR KUSUMAATMADJA SALINAN Surat Keputusan ini dikirimkan kepada Yth. : 1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri 2. Para Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri 3. Arsip BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 43
  • 62. SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.097/BU/XII/88/01 TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19A/BU/III/87/01 TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Luar Negeri No. 19A/BU/III/87/01 tanggal 13 Maret 1987 tentang Penghunian Rumah-Rumah Dinas Departemen Luar Negeri belum disesuaikan dengan ketentuan Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 417/1 (PTS/1985 tanggal 10 September 1985 tentang Penetapan Sewa Rumah Negeri; b. bahwa dianggap perlu untuk menyempurna- kan Keputusan Menteri Luar Negeri tersebut diatas. 44 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 63. Mengingat : 1. Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan; 2. Keputusan Presiden RI No. 29 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara; 3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. 3278/ BU/X/81/02 tanggal 22 Oktober 1981 tentang Rumah Dinas Departemen Luar Negeri; 4. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 417/11/PTS/1985 tanggal 10 September 1985 tentang Sewa Untuk Rumah Negeri. MEMUTUSKAN Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG PENYEMPURNAAN KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI NOMOR 19A/BU/III/ 87/01 TANGGAL 13 MARET 1987 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH-RUMAH DINAS DEPARTEMEN LUAR NEGERI. Pasal 1 Pengertian Yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Luar Negeri ini dengan : (1) Rumah Dinas Departemen Luar Negeri adalah Rumah Negeri Departemen Luar Negeri yang terletak di Lebak Bulus (9 unit), Cipulir (8 unit), Cidodol (38 unit), Kreo (114 unit), Pondok Aren (golongan IV 28 unit, golongan III 175 unit, golongan II 74 unit, golongan I 76 unit), Jurangmangu/Cipadu (306 unit) dan rumah-rumah lain yang khusus disediakan untuk pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri. (2) Penghuni adalah pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Luar Negeri yang ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal atas nama BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 45
  • 64. Menteri Luar Negeri untuk menghuni Rumah Dinas Departemen Luar Negeri. Pasal 2 Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas (1) Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri didasarkan atas Surat Penunjukan Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Luar Negeri. (2) Penghuni diwajibkan menandatangani Surat Penunjukan sebagai pernyataan bersedia mematuhi ketentuan tentang kewajiban dan lamagan seperti tersebut dalam pasal 4 dan dikenakan sanksi seperti tersebut dalam pasal 5 dan pasal 7 Surat Keputusan ini. Pasal 3 Persyaratan Penunjukan/Penghunian Rumah Dinas 1) Rumah dinas dikomplek Lebak Bulus, Cipulir, Cidodol dan Pondok Aren (28 unit) diperuntukan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan IV PGPNS. Rumah-rumah dinas yang terletak di Kreo (114 unit) dan Pondok Aren (175 unit) diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan III PGPNS. Rumah rumah dinas yang terletak di Jurang mangu/Cipadu, rumah-rumah 306 Unit dan 76 dan 74 unit) Pondok Aren masing-masing diperuntukkan bagi pegawai negeri Departemen Luar Negeri golongan I dan II PGPNS. 2) Pejabat/Pegawai yang ditunjuk harus memenuhi persyataran : a. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun, ditentukan lain untuk kepentingan dinas. b. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh fasilitas membeli rumah dinas atau rumah negeri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 4 Hak dan Kewajiban Penghuni 1) Membayar sewa rumah tiap bulan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 46 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 65. 2) Membayar semua biaya pemakaian/tagihan listrik, air, gas, Pajak Bumi dan Bangunan, pajak-pajak lain serta retribusi/iuran lainnya (keamanan, dan kebersihan). 3) Penghuni dilarang menggunakan rumah dinasnya untuk kepentingan lain kecuali untuk tempat tinggal bersama keluarganya. Pasal 6 1) Penghuni yang ditempatkan pada Perwakilan R.I. di luar negeri diwajibkan membayar sewa rumah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam negeri. 2) Apabila penghuni yang bersangkutan kembali dari Perwakilan R.I. di luar negeri, maka kepada mereka diberikan tunjangan pemondokan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan yang berlaku. Pasal 7 Sanksi Penghuni yang tidak mematuhi kewajiban dan melanggar larangan seperti yang ditetapkan dalam pasal 4 dan 5 Surat Keputusan ini, hak huninya akan dicabut. Pasal 8 Ketentuan Lain Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan tersendiri. Pasal 9 Ketentuan Penutup 1) Dengan berlakunya Keputusan ini, maka keputusan sebelumnya tentang Penghunian Rumah Dinas Departemen Luar Negeri yang tidak sesuai, dianggap tidak berlaku lagi. 2) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Nopember 1988, dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 47
  • 66. didalam Keputusan ini maka akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 8 Desember 1988 MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA ttd ALI ALATAS, SH SALINAN Surat Keputusan ini Disampaikan kepada 1. Para Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri 2. Para Kepala Perwakilan R.I. di Luar Negeri 3. Arsip. 48 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 67. MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK.092/PL/V/2001/01 TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI NOMOR : SK. 112/PL/VIII/98/01 TENTANG PENGERTIAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pencantuman beberapa peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. bahwa rumah-rumah negara di lingkungan Departemen Luar Negeri yang terletak di Komplek Departemen Luar Negeri Jagakarsa Jakarta Selatan 8 Unit, Cidodol Jakarta Selatan 7 unit, Cipulir Tangerang 5 unit, Pondok Aren Tangerang 1 unit, telah ditetapkannya statusnya sebagai rumah Jabatan/Rumah Negara Golongan I untuk Pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : RP/SK/050/92/01; c. bahwa 24 (dua puluh empat) unit rumah negara di lingkungan Departemen Luar Negeri BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 49
  • 68. yang terletak di Komplek Departemen Luar Negeri Arinda Permai Estate Pondok Aren Tangerang, telah ditetapkan statusnya sebagai Rumah Jabatan/Rumah Negara Golongan I untuk Pejabat Eselon III Departemen Luar Negeri dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/ SK.044/93/01; d. bahwa perubahan status Rumah Jabatan/ Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah Negeri Golongan II/Rumah Negara Golongan II sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01, tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d perlu menetapkan Keputusan Menteri Luar Negeri tentang Perubahan atas Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan status rumah-rumah negeri di lingkungan Departemen Luar Negeri; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69); 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/ Penetapan Status Rumah Negeri sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1982; 3. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/SK/050/92/01 tentang Rumah Jabatan untuk Eselon I dan Eselon II Departemen Luar Negeri RI; 4. Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : KP/SK.044/93/01 tentang Rumah Jabatan Eselon III Departemen Luar Negeri RI. 50 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA
  • 69. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI NOMOR : SK.112/PL/ VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI. Pasal 1 Beberapa ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor : SK.112/PL/VIII/98/01 tentang Penentuan Status Rumah- rumah Negeri di Lingkungan Departemen Luar Negeri diubah menjadi sebagai berikut : 1. Dasar Hukum, berbunyi sebagai berikut : “Mengingat : a. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69); b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1974 tentang Perubahan/ Penetapan Status Rumah Negeri sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1982". 2. Judul, berbunyi sebagai berikut : “Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI NOMOR SK.112/PL/ VIII/98/01 TENTANG PENENTUAN STATUS RUMAH-RUMAH NEGERI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN LUAR NEGERI”. 3. Diktum Pertama, berbunyi sebagai berikut : “KESATU : Menetapkan status rumah-rumah negara di lingkungan Departemen Luar Negeri yang terletak di Kreo Tangerang 114 unit, Cipadu Jaya – Jurangmangu Timur Tangerang 306 unit, Komplek Deplu 74 Pondok Karya Tangerang 74 unit, dan Pondok Aren Tangerang 279 unit sebagai Rumah Negara Golongan II.” BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA 51
  • 70. Pasal 2 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 22 Mei 2001 MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA ttd Drs. ALWI SHIHAB Salinan Surat Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Yth. Saudara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Yth. Saudara Menteri Pemukiman dan Pengembangan Prasarana Wilayah RT; 3. Yth. Saudara Menteri Keuangan RI; 4. Yth. Seluruh Unit Eselon I dan II Departemen Luar Negeri; 5. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Jabatan Eselon I, II, dan III Departemen Luar Negeri. 6. Yth. Para Pemegang Hak Huni Rumah Instansi/Rumah Negara Golongan II Departemen Luar Negeri. 52 BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA