4. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi. (R/: Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses).
5. Pantau intake dan output. (R/: Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti).
6. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium. (R/: Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa).
7. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitive dengan pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan antara lain higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vakinasi.. (R/: Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui).
24. Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. (R/: Menurunkan kebutuhan metabolic).
25. Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan. (R/: Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi).
26. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan. Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet. (R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien).
27. Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. (R/: Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut).
31. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. (R/: Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri).
32. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen. (R/: Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping).
33. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan air setelah defekasi dan berikan perawatan kulit. (R/: Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi).
34. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi. (R/: Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis). Berikan obat Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
35. Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal. (R/: Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya).
36. Dx. 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
47. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. (R/: Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah).
48. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama. (R/: Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian).
49. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. (R/: Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan).
50. Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
51. Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
53. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya. (R/: Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya).
54. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari. (R/: Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien).
55. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. (R/: Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan).
56. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. (R/: Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya).
57. Dx. 6 : Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru.
58. Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan.
60. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan. (R/: Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan).
61. Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin. (R/: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress).