SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  107
1. JUDUL : PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH 
DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH 
TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH DENGAN 
KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI 
VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH DAERAH 
1 
KABUPATEN LOMBOK TIMUR 
2. PENDAHULUAN 
2.1. Latar Belakang 
Lahirnya reformasi di bidang keuangan sektor publik di Indonesia 
membawa perubahan dalam sistem dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Era 
reformasi keuangan saat ini tidak hanya menuntut penggunaan anggaran untuk 
kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pengelolaan yang sesuai dengan undang-undang 
dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi terwujudnya 
pengelolaan pemerintahan yang baik (good goverment governance). Dalam 
mewujudkan good government governance, dibutuhkan transparansi dan 
akuntabilitas keuangan pemerintah pusat maupun daerah. 
Menurut Halim (2004) akuntabilitas keuangan daerah merupakan proses 
pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, 
penatausahaan, pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat terkait 
dengan keberhasilannya dan kegagalan atas pengelolaan keuangan sebagai bahan 
evaluasi tahun berikutnya. Hal ini didasarkan pada teori keagenan dimana 
pemerintah daerah merupakan agen, sehingga masyarakat sebagai principal 
berhak untuk mengetahui pengelolaan keuangan atas penggunaan anggaran oleh
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus mempertanggungjawabkan 
2 
penggunaan uang yang diamanatkan oleh rakyat. 
Menurut Kartika (2013) akuntabilitas keuangan pemerintah daerah 
tercermin dari kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkannya. Laporan 
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan sarana pertanggungjawaban 
atas penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah. Pertanggungjawaban atas 
penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah tersebut memerlukan suatu sistem 
dan prosedur sehingga tercipta laporan pertanggungjwaban berupa laporan 
keuangan pemerintah daerah yang baik dan sesuai dengan standar yang telah 
ditetapkan. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan istilah Sistem Akuntansi 
Keuangan Daerah (SAKD). 
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) ditegaskan 
dalam Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan 
Keuangan Daerah (perubahan kedua dari Permendagri 13/2006). Secara lebih 
khusus sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah dijelaskan pula dalam 
Surat Edaran BAKD Nomor 900/316/BAKD. Pelaksanaan sistem akuntansi 
keuangan daerah (SAKD) yang sesuai dengan peraturan dan standar akuntansi 
pemerintahan akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan 
mewujudkan akuntabilitas keuangan yang sesuai dengan dengan PP No. 
105/2000. Hasil penelitian Widyaningsih, dkk (2011) membuktikan bahwa sistem 
akuntansi keuangan daerah berpengaruh pada kualitas informasi laoporan 
keuangan yang akan berimplikasi pada pencapaian akuntabilitas keuangan daerah.
Selain Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), informasi laporan 
keuangan yang berkualitas juga memerlukan Sistem Pengendalian Intern 
Pemerintah (SPIP) dalam proses penggunaannya. Peraturan tentang SPIP bagi 
pemerintahan pusat/daerah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Unsur-unsur Sistem 
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang wajib diselenggarakan pemerintah 
daerah meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan 
pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern. 
Hasil penelitian Kartika (2013) menyebutkan dengan terciptanya penyelenggaraan 
SPIP yang efektif akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang 
dihasilkan, sehingga berimplikasi terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Selain 
itu, SPIP juga merupakan objek pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK selain 
3 
pemeriksaan atas laporan keuangan. 
Pemeriksaan BPK terkait unsur-unsur pengendalian intern dalam SPIP 
umumnya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok temuan, yaitu: (1) 
kelemahan SPI terkait sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; (2) 
Kelemahan SPI terkait sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan 
belanja; dan (3) Kelemahan SPI terkait struktur pengendalian intern (BPK, 2013). 
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 
(BPKRI) Pemerintah Daerah Lombok Timur memperoleh opini Wajar Dengan 
Pengecualian (WDP). Pemberian opini WDP atas LKPD yang dilakukan BPK 
dikarenakan masih terdapat kelemahan dalam aset tetap. Opini ini tetap tidak 
berubah sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Menurut hasil wawancara
Marsuwandi (Lombokkita, 28 mei 2013) dengan Kepala Dinas PPKA Lombok 
Timur HM Napsi, dijelaskan bahwa permasalahan kurang validnya data-data aset 
yang dimiliki setiap SKPD yang ada di Lombok Timur menyebabkan opini yang 
diberikan BPK masih pada predikat WDP. Terkait dengan sistem akuntansi 
keuangan daerah (SAKD), terkait pada permasalahan pada sistem dan prosedur 
penatausahaan aset yang kurang baik. Permasalahan penatausahaan aset yang 
masih menjadi masalah adalah pengalihan aset yang tidak dilengkapi dnegan 
berita acara pengalihan/perpindahan aset. Permasalahan lainnya, bahwa masih 
banyak terdapat aset-aset milik SKPD yang belum diketahui taksiran nilainnya 
sehingga tentu akan berakibat pada kualitas informasi yang tertera di neraca 
terkait aset belum sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Kendala lain juga terkait 
invertarisasi dan pendataan aset masih memakai data lama dan belum 
diperbaharui sehingga data aset tetap berupa tanah yang dulu kosong saat ini 
4 
sudah ada ditemukan bangunan milik Pemda. 
Sementara itu terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 
(SPIP) seperti yang di muat dalam laporan BPK semester 1 tahun 2013, meliputi: 
Tabel 1. Kelompok Temuan SPIP di Kabupaten Lombok Timur 
No Sub Kelompok Temuan Jumlah 
Kasus 
Kelemahan Sistem Pengendalian Intern 
1 kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan 
pelaporan 
4 
2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan 
anggaran pendapatan dan belanja 
7 
3 Kelemahan struktur pengendalian intern. 3 
Sumber: Ikhtisar Hasil Periksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013
Selain pemeriksaan terhadap SPIP, BPK juga melakukan pemeriksaan 
atas ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Ketidakpatuhan terhadap 
perundang-undagan akan menimbulkan kerugian daerah yang mencerminkan 
bahwa pemerintah dalam melaksanakan amanah sebagai agen masyarakat tidak 
akuntabel. Hasil pemeriksaan BPK di kabupaten lombok timur ditemukan 10 
temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang berakibat pada 
kerugian Negara sebesar 147,47 juta. Temuan BPK tersebut diringkas dalam tabel 
5 
berikut: 
Tabel 2.Kelompok Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Perundang- 
Undangan Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tanun 
2013 
No Kelompok Temuan Jumlah 
Kasus 
Nilai (juta Rp) 
Ketidak patuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang 
mengakibatkan: 
1 Kerugian daerah 1 9,41 
2 Potensi kerugian daerah - - 
3 Kekurangan penerimaan 2 138,06 
4 Admininstrasi 7 - 
5 Ketidakhematan - - 
6 Ketidakefesienan - - 
7 Ketidakefektifan - - 
Jumlah 10 147,47 
Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013 
Terkait dengan adanya temuan atas kelemahan SPI mengenai kelemahan 
sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta terkait pengendalian 
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sudah dapat disimpulkan bahwa 
pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah belum dilaksanakan 
dengan maksimal sesuai permendagri No. 59 tahun 2007. Ketidakpatuhan 
terhadap ketentuan perundang-undangan yang berakibat pada kerugian daerah, 
kekurangan penerimaan dan administrasi, juga merupakan pencerminan bahwa
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di Lombok timur serta akuntabilitas 
6 
keuangan daerahnya belum baik sehingga berakibat pada kerugian Negara. 
Berdasarkan uraian dari berbagai permasalahan di atas, penulis tertarik 
untuk meneliti tentang bagaimana sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas 
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam membuat laporan keuangan 
yang berkualitas dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangan. Oleh karena 
itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Sistem Akuntansi 
Keuangan Daerah Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap 
Akuntabilitas Keuangan Daerah Dengan Kualitas Informasi Laporan 
Keuangan Sebagai Variabel Intervening” 
2.2.Rumusan masalah 
Berdasarkan urain dari latar belakang di atas, maka penelitian ini 
mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 
1. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap 
akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur? 
2. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mempengaruhi 
akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur ? 
3. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian 
Intern Pemerintah mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan di 
Kabupaten Lombok Timur ? 
4. Apakah kualitas informasi laporan keuangan mempengaruhi akuntabilitas 
keuangan di Kabupaten Lombok Timur?
5. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian 
Intern Pemerintah mempengaruhi akuntabilitas keuangan melalui kualitas 
7 
informasi laporan keuangan di Kabupaten Lombok Timur? 
2.3.Tujuan Penelitian 
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan 
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Akuntansi 
Keuangan Daerah (SAKD) dengan undang-undang dan peraturan pemerintah, 
bagaimana kesesuaian penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 
(SPIP) dengan PP No.60/2008, dan menguji pengaruh SAKD dan SPIP tersebut 
pada kualitas informasi laporan keuangan dan akuntabilitas keuangan daerah pada 
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. 
2.4. Manfaat Penelitian 
Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai 
berikut: 
1. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan 
studi program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Universitas 
Mataram. 
2. Secara teoritis, sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan 
peneliti yang diperoleh di bangku kuliah dalam pengaplikasian teori 
dengan kenyataan yang ada di lapangan, dan hasil penelitian ini dapat 
menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya
3. Secara praktik, berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah dan 
impikasi permasalahan yang ada dan kaitan dengan hasil penelitian bahwa 
terdapat pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan 
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas informasi 
laporan keuangan yang akan berakibat akuntabilitas keuangan daerah, 
maka pemerintah Kabupaten Lombok Timur perlu melakukan 
8 
pembenahan. 
3. TINJAUAN PUSTAKA 
3.1. Penelitian Terdahulu. 
Tania (2009) meneliti tentang pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah 
terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah pemerintah Kota Bandung. Hasil 
penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara sistem akuntansi keuangan daerah 
dengan akuntabilitas laporan keuangan daerah dan sisanya dipengaruhi oleh faktor 
lain yang tidak diteliti oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem 
akuntansi keuangan daerah mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas laporan 
keuangan daerah. Penelitian serupa juga dilakukan Febriani (2011) tentang 
pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) Terhadap 
Akuntabilitas Publik, hasil penelitianya bahwa pengaruh yang signifikan antara 
penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas publik. 
Roviyantie (2010) juga meneliti tentang pengaruh sumber daya manusia 
dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan 
keuangan daerah di organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Tasikmalaya. 
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi SDM, dan sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kualitas 
laporan keuangan daerah. Hal serupa dijelaskan oleh Firmansyah (2008) dalam 
penelitianya tentang peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan 
transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah ditemukan bahwa 
dengan adanya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka tercipta 
transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah walaupun masih terdapat 
9 
kekurangan. 
Penelitian terkait lainya, Permadi (2013) meneliti pengaruh sistem 
akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan 
pemerintah daerah ditemukan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan 
pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan 
pemerintah daerah. Senada dengan itu, Pradita (2010) meneliti pengaruh sistem 
akuntansi keuangan daerah (SAKD) terhadap efektifitas pengelolaan keuangan 
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis menemukan bahwa sistem akuntansi 
keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas 
pengelolaan keuangan. 
Terkait dengan penelitian mengenai Sistem Pengendalian Intern 
Pemerintah (SPIP) dan pengaruhnya baik terhadap terhadap kualitas informasi 
laporan keuangan maupun akuntablitas keuangan daerah dilakukan oleh beberapa 
peneliti. Kartika (2013) meneliti pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah 
(SPIP) terhadap kualitas informasi laporan keuangan dam implikasinya terhadap 
akuntabilitas keuangan (penelitian pada realisasi anggaran di pemerintah daerah 
kabupaten wilayah Provinsi Jawa Barat). Hasil penelitian tersebut bahwa sistem
pengendalian intern pemerintah (SPIP) berpengaruh positif terhadap kualitas 
informasi laporan keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas 
informasi laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan. 
Suprayogi (2010) juga meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian intern 
pemerintah terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah Dari hasil 
pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh sistem 
pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap efektivitas pengelolaan keuangan 
daerah. Penelitian serupa oleh Hasanah (2013) meneliti pengaruh sistem 
pengendalian intern dan komptensi aparat terhdap akuntabilitas keuangan 
penanggulangan bencana studi kasus pada penanggulangan bencana Sumatera 
Barat ditemukan bahwa sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat 
10 
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap akuntabilitas keuangan. 
Penelitian berbeda dilakukan setiawan (2012) tentang pengaruh 
akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Terhadap Tingkat 
Korupsi Pemerintah Daerah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa 
akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap 
tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian berbeda juga dilakukan 
Sukmaninggrum dan Harto (2012) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang 
mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada 
pemerintah kabupaten dan kota semarang. Penelitian ini menggunakan 
pengendalian intern sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas 
informasi laporan keuangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kualitas informasi laporan 
11 
keuangan. 
Penelitian yang menggunakan variabel penelitian serupa dengan penelitian 
ini dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2011) meneliti tentang hubungan 
efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern dengan 
kualitas akuntanbilitas keuangan: kualitas informasi laporan keuangan sebagai 
variabel intervening (penelitian pada laporan realisasi anggaran di pemda 
kabupaten/ kota wilayah Propinsi Jawa Barat). Penelitian ini menggunakan 
metode survei dengan periode waktu cross sectional. Sedangkan metode analisis 
data yang digunakan adalah teknik analisis jalur dan pengujian hipotesis 
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa 
terdapat hubungan kausalitas efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan 
sistem pengendalian intern dengan kualitas informasi laporan keuangan daerah 
memiliki tingkat hubungan yang cukup berarti. Begitu juga dengan kualitas 
akuntabilitas keuangan kabupaten/ kota di Jawa Barat termasuk kategori baik. 
3.1.1.Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 
Persamaan penelitian ini dengan penetian terdahulu terletak dari kesamaan 
variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel 
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Sistem Pengendalian Itern 
Pemerintah (SPIP), kualitas informasi laporan keuangan daerah dan akuntabilitas 
keuangan daerah.Namun, penelitian terdahulu tersebut tidak secara bersamaan
meneliti semua variabel yang dipakai dalam penelitian ini kecuali,penelitian 
widyaningsih,dkk (2011) dan penelitian Kartika (2013). Oleh karena itu, 
penelitian ini mengacu pada penelitian tersebut yaitu sama-sama meneliti tentang 
sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern terhadap 
akuntabilitas keuangan daerah dengan kualitas informasi laporan keuangan 
12 
sebagai variabel intervening. 
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas secara garis 
besar terletak pada tempat, waktu. Penelitian sebelumnya kebanyakan meneliti di 
daerah pulau jawa sedangkan penelitian ini meneliti salah satu kabupaten di 
propinsi nusa tenggara barat yaitu Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini lebih 
mengacu pada penelitian Widyaningsih dan kartika namun, perbedaannya 
penelitian sebelumnya yaitu terletak pada waktu dan tempat lokasi penelitian. 
Perbedaan lain juga terletak pada unit observasi dan objek penelitian, penelitian 
sebelumnya hanya meneliti pada laporan realisasi anggaran sehingga sistem 
akuntansi dan pengendelaian itern terbatas pada laporan penerimaan,pengeluaran 
dan pembiayaan semata sedangkan, penelitian ini mencakup semua kegiatan 
sistem akuntansi keuangan dan pengendalian intern pemerintah. Responden yang 
digunakan oleh widyaningsih dan Kartika hanya pada inspektorat saja sedangkan 
penelitian ini, menggunakan seluruh SKPD sebagai responden.
13 
3.2. Tinjauan Teoritis 
3.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 
3.2.1.1.Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 
Menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 yang terdapat pada pasal 232 
mendefinisikan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebagai: 
“Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, 
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka 
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara 
manual atau menggunakan komputer”. 
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan sistem akuntansi 
yang terdiri dari seperangkat kebijakan, standar dan prosedur yang dapat 
menghasilkan laporan yang relevan, andal dan tepat waktu untuk menghasilkan 
informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh pihak intern 
dan ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi. 
Akuntansi keuangan daerah dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari 
suatu sistem akuntansi karena akuntansi keuangan daerah merupakan suatu 
kesatuan akuntansi yang dalam prosesnya melibatkan berbagai pihak dalam 
lingkup satuan kerja baik itu SKPD maupun SKPKD. Sistem akuntansi keuangan 
daerah sudah mencakup semua prosedur dan mekanisme pengelolaan keuangan 
daerah yang berasal dari APBD baik yang pada fungsi akuntansi untuk SKPD 
maupun fungsi akuntansi SKPKD. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dari 
perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban hingga pelaporan terangkum 
dalam suatu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Pada penelitian tentang 
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini lebih difokuskan pada prosedur 
pelaksanaan akuntansi keuangan daerah apakah sudah sesuai alur yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 pada SKPD di 
14 
Kabupaten Lombok Timur. 
3.2.1.2.Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di SKPD 
Pemerintah daerah dalam pelaksanaan sistem akuntansinya melibatkan dua 
sub-sistem akuntansi yaitu akuntansi satuan kerja dan akuntansi PPKD. Laporan 
keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan hasil dari konsolidasi 
dari kedua laporan akuntansi tersebut. Sistem dan prosedur akuntansi di tingkat 
SKPD dijalankan oleh fungsi akuntansi yang disebut pejabat penatausahaan 
keuangan (PPK). PPK-SKPD dalam menjalankan fungsi penatausahaan keuangan 
dibantu oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Bendahara 
penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam melaksakan tugasnya dibantu oleh 
bendahara pembantu. Apabila kondisi geografis suatu pemerintahan daerah 
tersebar luas maka pemerintah menunjuk Bank dan kantor pos sebagai pembantu 
dalam menjalankan proses penerimaan maupun sebagai tempat membayar 
pengeluaran daerah. 
Prosedur dan sistem dari akuntansi keuangan daerah pada Tingkat Satuan 
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari beberapa sub sistem dan prosedur 
menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 Pasal 233 terdiri dari: 
1. Prosedur akuntansi penerimaan kas 
2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas 
3. Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah 
4. Prosedur akuntansi selain kas 
Penjelasaan mengenai prosedur sistem akuntansi keuangan daerah di 
SKPD mengacu pada beberapa sumber sebagai berikut:
1. Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan 
15 
keuangan daerah 
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang 
pedoman pengelolaan keuangan daerah (perubahan ketiga Permendagri 
13/2006). 
3. Surat Edaran Ditjen Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor 
SE.900/316/BAKD tentang Pedoman Sistem dan Prosedur 
Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban 
Keuangan Daerah. 
4. Surat Edaran Ditjen BAKD No.900/743/BAKD tentang Modul 
Akuntansi Pemerintah daerah. 
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 7 tahun 2009 
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten 
Lombok Timur. 
a. Sistem Dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas di SKPD 
Tekait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD telah 
dijelaskan dalam Permendagri No 13 tahun 2006 pasal 241: 
“Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian 
proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan 
keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka 
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara 
manual atau menggunakan aplikasi komputer”. 
Tidak semua kelompok pendapatan daerah dapat dipungut dan diterima 
oleh Penerimaan yang dipungut oleh Bendahara Penerimaan dan diakui sebagai 
pendapatan SKPD terdiri atas: 
1. Kelompok pendapatan asli daerah, yaitu retribusi daerah. 
2. Sebagian dari kelompok lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang 
meliputi: 
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau 
angsuran/cicilan. 
b. Jasa giro (atas dana uang persediaan yang disimpan bendahara pengeluaran 
dalam bentuk giro di bank). 
c. Bunga (atas dana yang disimpan bendahara pengeluaran maupun 
penerimaan). 
d. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari 
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh SKPD. 
e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah
16 
f. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007 pasal 26, 
pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis-jenis pendapatan yang terdiri atas: 
a. Pajak daerah, 
b. Retribusi daerah, 
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, 
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 
Fungsi akuntansi penerimaan di SKPD dijalankan oleh pejabat 
penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD), dimana 
dalam menjalankan fungsi akuntansi ini PPK-SKPD dibantu oleh bendahara 
penerimaan dan pembantu bendahara penerimaan. Bendahara penerimaan dan 
pembantu bendahara penerimaan harus menyampaikan Laporan 
Pertanggungjawaban (LPJ) Administratif atas pengelolaan uang yang menjadi 
tanggung jawabnya kepada pengguna anggaran/kepala SKPD melalui PPK-SKPD. 
Dalam kegiatan pertanggungjwaban ini, PPK-SKPD bertugas untuk 
menerima dan memverivikasi LPJ Administratif tesebutdan menyerahkannya 
kepengguna anggaran. Sedangkan LPJ Fungsional atas pengelolaan uang yang 
menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD selaku BUD. 
Menurut Permendagri No. 13/2006 dan dijelaskan dalam Surat Edaran 
Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor SE.900/316/BAKD sistem dan 
prosedur penerimaan daerah meliputi: 
1. Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan. 
Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan 
daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang mempunyai tugas 
memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan 
pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan 
dalam peraturan perundang-undangan.
Secara administratif, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada 
Pengguna Anggaran atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya namun 
secara fungsional, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada 
PPKD selaku BUD. 
17 
2. Penerimaan Daerah melalui Bendahara Penerimaan Pembantu. 
Bendahara Penerimaan Pembantu dapat ditunjuk dalam keadaan objek 
pendapatan tersebar dan atas pertimbangan geografis, wajib pajak/retribusi 
tidak dapat membayar kewajibannya secara langsung pada badan/lembaga 
keuangan/kantor pos yang terkait 
3. Penerimaan Daerah melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain, 
Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. 
Permendagri 13/2006 pasal 187 mengatur bahwa Penerimaan daerah dapat 
disetor ke rekening kas daerah dengan cara disetor langsung ke bank yang 
ditunjuk. Bank tersebut merupakan bank sehat yang ditunjuk secara resmi 
dengan keputusan kepala daerah. Penyetoran tersebut dapat juga dilakukan 
melalui Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. 
Bank/Lembaga Keuangan tersebut mempertanggungjawabkan uang kas yang 
diterimanya pada Kepala Daerah melalui BUD 
Berdasarkan permendagri 13/2006 dan Surat Edaran Bina Daministrasi 
Keuangan Daerah untuk sistem dan prosedur penerimaan kas melibatkan berbagai 
pihak terkait yang diringkas pada tabel berikut: 
Tabel 2.1 
Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Dan Pihak-Pihak Yang Terlibat 
No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak 
Terkait 
Surat/Dokume 
n yang 
digunakan 
Laporan yang 
dihasilkan 
1 Penerimaan daerah 
melalui bendahara 
penerimaan 
- PPKD 
- Pengguna 
Anggaran 
- PPK-SKPD 
- Bendahara 
penerimaan 
- PPKD selaku 
BUD 
- SKP-Daerah 
- SKR 
- STS 
- Tanda Bukti 
Penerimaan 
- Nota Kredit 
bank 
- Buku Kas 
Umum 
penerimaan 
- Rekapitulasi 
Penerimaan 
Haraian 
- LPJ kepada 
PPK-SKPD
18 
2 Penerimaan daerah 
melalui bendahara 
penerimaan pembantu 
- PPKD 
- Pengguna 
Anggaran 
- Bendahara 
Penerimaan 
Pembantu 
- Bendahara 
penerimaan 
- SKP-Daerah 
- SKR 
- STS 
- Tanda Bukti 
Penerimaan 
- Nota Kredit 
Bank 
- Buku Kas 
Umum 
- Buku Kas 
Penerimaan 
Harian 
Pembantu 
LPJ Kepada 
Bendahara 
Penerimaan 
3 Penerimaan daerah 
melalui bank 
pemerintah yang 
ditunjuk, bank lain, 
badan, lembaga 
keuangan, dan/atau 
kantor pos. 
- PPKD 
- Pengguna 
Anggaran 
- Bank yang 
ditunjuk, Bank 
Lain, Badan, 
Lembaga 
Keuangan, 
dan/atau Kantor 
Pos 
- Bendahara 
penerimaan. 
- SKP-daerah 
- SKR 
- Slip setoran/ 
bukti lain 
- Bukti 
Penerimaan 
lain yang sah 
LPJ kepada 
Kepala daerah 
melalui BUD 
Sumber: Diolah dari Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 
900/316/BAKD 
Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas dapat digambarkan 
melalaui flowchart berikut ini:
1. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Melalui Bendahara 
19 
Penerimaan 
Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan 
Uang 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Bank 
PPKD/Pengguna 
Anggaran 
Uraian WP/Retribusi Bendahara Penerimaan 
STS 
STS 
Uang 
SKP Daerah / 
SKR 
Verifikasi 
1. Pengguna Anggaran 
menyerahkan SKP Daerah/SKR 
kepada Bendahara Penerimaan 
dan Wajib Pajak/Retribusi. 
3. Wajib Pajak/Retribusi 
membayarkan sejumlah uang 
yang tertera dalam SKP Daerah/ 
SKR kepada Bendahara 
Penerimaan. 
4. Bendahara Penerimaan 
memverifikasi kesesuaian 
jumlah uang yang diterimanya 
dengan dokumen SKP Daerah/ 
SKR yang diterimanya dari 
Pengguna Anggaran. 
5. Setelah diverifikasi, Bendahara 
Penerimaan akan menerbitkan 
STS dan Surat Tanda Bukti 
Pembayaran/Bukti Lain yang 
Sah. 
6. Bendahara menyerahkan Tanda 
Bukti Pembayaran/Bukti Lain 
yang Sah kepada Wajib Pajak/ 
Retribusi dan menyerahkan 
uang yang diterimanya tadi 
beserta STS kepada Bank. 
7. Bank membuat Nota Kredit 
dan mengotorisasi STS. Bank 
kemudian menyerahkan kembali 
STS kepada Bendahara 
Penerimaan. Nota Kredit 
disampaikan kepada BUD 
Nota 
Kredit 
Surat Tanda Bukti 
Pembayaran/Bukti 
Lain yang Sah 
STS 
SKP Daerah / 
SKR 
STS 
SKP Daerah / 
SKR 
Surat Tanda Bukti 
Pembayaran/Bukti 
Lain yang Sah 
Uang 
Uang
2. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bendahara 
20 
Penerimaan Pembantu 
Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan Pembantu 
Uang 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
BANK 
PPKD/Pengguna 
Anggaran 
Bendahara Penerimaan 
Pembantu 
Uraian WP/Retribusi 
1. Pengguna Anggaran 
menyerahkan SKP Daerah/SKR 
kepada Wajib Pajak/Retribusi 
dan Bendahara Penerimaan 
Pembantu. 
2. Wajib Pajak/Retribusi 
membayarkan uang kepada 
Bendahara Penerimaan 
Pembantu sejumlah yang 
tertera di SKP Daerah/SKR. 
3. Bendahara Penerimaan 
Pembantu memverifikasi uang 
yang diterimanya dengan SKP 
Daerah/SKR dari Pengguna 
Anggaran. 
4. Jika sesuai maka Bendahara 
Penerimaan Pembantu 
membuat dokumen STS dan 
Surat Tanda Bukti Pembayaran/ 
Bukti Lain yang Sah. 
5. Bendahara Penerimaan 
Pembantu menyerahkan Surat 
Tanda Bukti Pembayaran/Bukti 
Lain yang Sah kepada Wajib 
Pajak/Retribusi dan STS beserta 
uang kepada Bank. 
6. Bank mengotorisasi STS dan 
menerbitkan Nota Kredit. Bank 
mengembalikan STS Bendahara 
Penerimaan Pembantu. Nota 
Kredit disampaikan ke BUD 
SKP Daerah / SKR 
Surat Tanda Bukti 
Pembayaran/Bukti 
Lain yang Sah 
STS 
STS 
SKP Daerah / SKR 
Uang 
STS 
Uang 
Surat Tanda Bukti 
Pembayaran/Bukti 
Lain yang Sah 
Nota 
Kredit 
STS 
Verifikasi 
SKP Daerah / SKR 
Uang
3. Flow Chart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bank 
Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau 
Kantor Pos. 
21 
Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Kas Daerah 
BUD 
PPKD/Pengguna 
Anggaran 
Bendahara 
Penerimaan 
Uraian WP/Retribusi Kas Daerah 
SKP Daerah / 
SKR 
1. Pengguna Anggaran 
menyerahkan SKP Daerah/SKR 
kepada Wajib Pajak/Retribusi 
dan Bendahara Penerimaan. 
2. Wajib Pajak/Retribusi 
membayarkan uang kepada 
Kas Daerah sejumlah yang 
tertera di SKP Daerah/SKR. 
3. Kas Daerah menerbitkan Slip 
Setoran/Bukti Lain yang Sah dan 
Nota Kredit. 
4. Kas Daerah menyerahkan Slip 
Setoran/Bukti Lain yang Sah 
kepada WP/Retribusi dan Nota 
Kredit kepada BUD. 
5. WP/Retribusi menyerahkan Slip 
Setoran/Bukti Lain yang Sah 
kepada Bendahara Penerimaan. 
Uang 
SKP Daerah / 
SKR 
SKP Daerah / 
SKR 
Slip Setoran/ 
Bukti Lain 
yang Sah 
Nota 
Kredit 
Nota 
Kredit 
Slip Setoran/ 
Bukti Lain 
yang Sah 
Uang 
Slip Setoran/ 
Bukti Lain 
yang Sah 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
22 
b. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 sebagai perubahan 
atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman 
Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan prosedur akuntansi pengeluaran 
kas sebagai berikut: 
“Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses 
mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang 
berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan 
APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi 
komputer” 
Menurut Tanjung (2009) penatausahaan belanja/pengeluaran kas dengan 
menggunakan dana APBD pada SKPD melalui dua mekanisme, yaitu: 
1. pembayaran dengan dana APBD dapat dilakukan melalui bendahara 
pengeluaran dengan uang persediaaan yang menggunakan prosedur Surat 
Permintaan Pembayaran Uang Persediaan/Ganti uang Persediaan/Tambah 
Uang Persediaan (SPP-UP/GU/TU), Surat Perinath Membayar Uang 
Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SPM-UP/ 
GU/TU), Surat Perintah Pencairan Dana Uang Persediaan/Ganti Uang 
Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SP2D-UP/GU/TU). 
2. Pembayaran dengan dana APBD dapat juga dilakukan melalui pembayaran 
langsung kepada pihak ketiga dengan mengunakan prosedur SPP-LS, SPM-LS, 
dan SP2D-LS. 
Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 
mekanisme penatausahaan pengeluaran kas, yaitu berdasarkan DPA-SKPD yang 
sudah disahkan oleh PPKD, setiap SKPD menyusun anggaran kas SKPD, 
Anggaran kas masing-masing SKPD menjadi dasar penyusunan anggaran kas 
pemerintah daerah oleh BUD, berdasarkan anggaran kas pemerintah daerah yang 
sudah dibuat, kuasa BUD membuat Surat Penyediaan Dana (SPD). Setelah SPD 
untuk masing-masing SKPD telah dikeluarkan baru bendahara pengeluaran
mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) baik itu SPP-UP/GU/TU/LS. 
Langkah selanjutnya setelah SPP lengkap dan sah yaitu penerbitan Surat Perintah 
Membayar (SPM) oleh kuasa pengguna anggaran (kepala SKPD), kemudian SPM 
diajukan kepada BUD sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana 
(SP2D). Penerbitan SP2D dilakukan setelah BUD meneliti kelengkapad SPM. 
Penerbitan SP2D untuk keperluan UP/GU/TU diserahkan kepada pengguna 
anggaran sedangkan untuk keperluan pembayaran langsung diserahkan langsung 
23 
kepada pihak ketiga oleh BUD. 
Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran UP/GU/TU 
maupun LS melibatkan beberapa pihak terkait dan memerlukan beberapa 
surat/dokumen untuk proses pengeluaran kas serta mebuat surat 
pertanggungjawan Administratif dan Fungsional atas penggunaan dana. 
Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel beriku: 
Tabel 2.2 Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Beserta Pihak-Pihak 
Yang Terlibat. 
No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak 
Terkait 
Surat/Dokumen yang 
digunakan 
Laporan/Do 
kumen 
Yang 
Dihasilkan 
1 Pembuatan Surat 
Penyediaan Dana (SPD) 
- Kuasa BUD 
- PPKD 
- Pengguna 
Anggaran 
- Aggaran Kas 
Pemerintah 
Daerah. 
- DPA-SKPD 
Surat 
penyediaan 
dana (SPD) 
dilampiri 
dengan SPD 
untuk 
belanja 
langsung 
dan tidak 
langsung
24 
2 Pengajuan Surat 
Permintaan Pembayaran 
(SPP) 
- Uang Persediaan (UP). 
- Ganti Uang (GU) 
- Tambah Uang (TU) 
- Langsung (LS) 
- Bendahara 
Pengeluaran 
- PPK_SKPD 
- PPTK 
- Surat Pengantar 
SPP-UP/ 
TU/GU/LS 
- Ringkasan SPP-UP/ 
TU/GU/LS 
- Rincian SPP-UP/ 
TU/GU/LS 
- Salinan SPD 
- Draf surat 
pernyataan 
- Surat keterangan 
untuk SPP-TU 
- Lampiran lain 
yang diperlukan 
- Lampiran SPP-LS 
Surat 
Perintah 
Pembayaran 
(SPP) yang 
diajukan 
kepada 
Pengguna 
Anggaran/K 
uasa 
Pengguna 
Anggaran 
3 Penerbitan Surat Perintah 
Membayar (SPM) 
- SPM-UP 
- SPM-GU 
- SPM-TU 
- SPM-LS 
- PPK-SKPD 
- Pengguna 
Anggaran 
- Register SPM-UP/ 
GU/TU/LS 
- Rgister Surat 
Penolakan 
Penerbitan SPM 
Dokumen 
Surat 
Perintah 
Membayar 
(SPM) yang 
disahkan 
oleh 
Pengguna 
Anggaran 
4 Penerbitan Surat Perintah 
Pencairan Dana (SP2D) 
- Kuasa BUD 
- Pengguana 
Anggaran 
- Bendahara 
Pengeluaran 
SKPKD 
- Register SP2D 
- Surat Penolakan 
SP2D 
- Register Surat 
Penolakan 
Penerbitan SP2D 
- Buku Kas 
Penerimaan dan 
Pengeluaran 
Dokumen 
SP2D untuk 
menjadi 
dasar 
pelaksanaan 
belanja 
masing-masing 
SKPD 
5 Pelaksanaan Belanja 
Untuk Penggunaan Uang 
Persediaan (UP) 
- Pejabat 
Pengelola 
Teknis 
Kegiatan 
(PPTK) 
- Bendahara 
Pengeluaran 
- PPK-SKPD 
- Pengguna 
- Nota Pencairan 
Dana (NPD) 
- Buku Kas Umun 
Pengeluaran 
- Buku Pembantu 
Simpanan/Bank 
- Buku Pembantu 
Pajak 
- Buku Pembantu 
Surat 
Pertanggun 
gjawaban 
(SPJ) 
Bendahara 
Pengeluaran 
kepada 
Pengguna 
Anggaran
25 
Anggaran Panjar 
- Rekapitulasi 
Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
melalui 
PPK-SKPD. 
6 Pembuatan Surat 
Pertanggungjawaban 
(SPJ) Pengeluaran 
- Bendahara 
Pengeluaran 
- PPK-SKPD 
- Pengguna 
Anggaran 
- Surat Pengesahan 
Pertanggungjawab 
an Bendahara 
Pengeluaran (SPJ 
Belanja) 
- Register 
Penerimaan 
Laporan 
Pertanggungjawab 
an Pengeluaran 
- Register 
Pengesahan 
Laporan 
Pertanggungjawab 
an Pengeluaran 
- Register Penolakan 
Laporan 
Pertanggungjawab 
an Pengeluaran 
LPJ 
Bendahara 
Pengeluaran 
kepada 
PA/KPA 
melalui 
PPK-SKPD 
Sumber: Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 900/316/BAKD 
Berdasarkan hasil ringkasan sistem dan prosedur pengeluaran kas beserta 
dokumen dan pihak terkait pada sistem dan prosedur tersebut dapat dibuat 
flowchart sebagai berikut:
1. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Terkait Pembuatan Surat 
26 
Penyediaan Dana (SPD) 
Penyediaan Dana 
Uraian PA/Kuasa PA Kuasa BUD PPKD 
Anggaran Kas 
Pemerintah 
Deerah 
Anggaran Kas 
Pemerintah 
Deerah 
DPA-SKPD DPA-SKPD 
Rancangan 
SPD 
Rancangan 
SPD 
SPD 
Otorisasi 
1. PPKD menyerahkan dokumen Anggaran Kas 
Pemerintah Daerah dan DPA-SKPD kepada 
Kuasa BUD. 
2. Bedasarkan 2 (dua) dokumen tersebut, Kuasa 
BUD menyiapkan Rancangan SPD. 
3. Kuasa BUD menyerahkan Rancangan SPD 
kepada PPKD. 
4. PPKD mengotorisasi Rancangan SPD dan 
menyerahkan SPD kepada Pengguna Anggaran/ 
Kuasa Pengguna Anggaran. 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
2. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pengajuan Surat 
27 
Perintah Pembayaran (SPP) 
a. Flowchart SPP-UP 
Pengajuan SPP-UP 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
Rancangan 
SPM 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Pengguna 
Anggaran 
PPK SKPD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
SPD 
Penelitian 
SPP UP 
SPD 
SPM 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara dan PPK SKPD. 
2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara 
membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, 
yang terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-UP 
-Ringkasan SPP-UP 
-Rincian SPP-UP 
- Salinan SPD 
- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran 
- Lampiran lain (daftar rincian rencana 
penggunaan dana s.d. jenis belanja) 
3. Bendahara menyerahkan SPP-UP beserta 
dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan 
DPA-SKPD. 
5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan 
dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. 
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja 
sejak SPP-UP diterima. 
6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD 
kepada Pengguna Anggaran untuk 
diotorisasi 
7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja 
sejak SPP-UP diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan 
penyempurnaan SPP-UP. Kemudian 
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti 
kembali. 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
DPA 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
SPD 
Tidak 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM
28 
b. Flowchart SPP-GU 
Pengajuan SPP-GU 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
SPJ 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Pengguna 
Anggaran 
PPK SKPD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
SPD 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
SPD 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara dan PPK SKPD. 
2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara 
membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, 
yang terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-GU 
-Ringkasan SPP-GU 
-Rincian SPP-GU 
- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan 
dana SPP-GU sebelumnya 
- Salinan SPD 
- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran 
- Lampiran lain 
3. Bendahara menyerahkan SPP-GU beserta 
dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. SPP GU yang dinyatakan lengkap akan 
dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. 
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja 
sejak SPP-UP diterima. 
6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD 
kepada Pengguna Anggaran untuk 
diotorisasi 
7. Jika SPP-GU dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja 
sejak SPP-GU diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan 
penyempurnaan SPP-GU. Kemudian 
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti 
kembali. 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPD 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
DPA 
Penelitian 
SPP GU 
Tidak 
Lengkap 
Rancangan 
SPM 
SPM 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM
29 
c. Flowchart SPP-TU 
Pengajuan SPP-TU 
Rancangan 
SPM 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Pengguna 
Anggaran 
PPK SKPD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
SPD 
SPJ 
SPD 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara dan PPK SKPD. 
2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara 
membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, 
yang terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-TU 
-Ringkasan SPP-TU 
-Rincian SPP-TU 
- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan 
dana SPP-TUsebelumnya 
- Salinan SPD 
- Surat Keterangan penjelasan keperluan 
pengisian TU 
- Lampiran lain 
3. Bendahara menyerahkan SPP-TU beserta 
dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. SPP-TU yang dinyatakan lengkap akan 
dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. 
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja 
sejak SPP-TU diterima. 
6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD 
kepada Pengguna Anggaran untuk 
diotorisasi 
7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja 
sejak SPP-TU diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan 
penyempurnaan SPP-GU. Kemudian 
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti 
kembali. 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
SPD 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPM 
DPA 
Penelitian 
SPP TU 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
Tidak 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM
30 
d. Flowchart SPP-LS Gaji dan Tunjangan 
Pengajuan SPP-LS Gaji dan Tunjangan 
SPD 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Pengguna 
Anggaran 
PPK SKPD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
DPA 
SPM 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
Rancangan 
SPM 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPD 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Penelitian 
SPP LS Gaji 
SPD 
Tidak 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara dan PPK SKPD. 
2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara 
membuat SPP-LS beserta dokumen lainnya, 
yang terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-LS Gaji 
-Ringkasan SPP-LS Gaji 
-Rincian SPP-LS Gaji 
- Lampiran yang terdiri dari : 
- Pembayaran Gaji Induk 
- Gaji Susulan 
- Kekurangan Gaji 
- Gaji Terusan 
-Dll. 
3. Bendahara menyerahkan SPP-LS Gaji beserta 
dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. SPP-LS Gaji yang dinyatakan lengkap akan 
dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. 
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja 
sejak SPP-TU diterima. 
6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna 
Anggaran untuk diotorisasi 
7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja 
sejak SPP-LS Gaji diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan 
penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian 
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti 
kembali.
PPK SKPD PPKD 
1. PPKD menyerahkan SPD dan Keputusan KDH SPD 
Subsidi, Bunga, Hibah kepada Bendahara 
Pengeluaran SKPKD 
31 
e. Flowchart SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bagi Hasil Dan Pembiayaan 
Pengajuan SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bantuan, Bagi Hasil dan Pembiayaan 
Bendahara Pengeluaran 
SKPKD 
Uraian 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Lengkap 
DPA 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
2. Berdasarkan Kedua dokumen ini, Bendahara 
Pengeluaran SKPKD membuat SPP-LS & 
dokumen lainnya yang terdiri dari : 
- Surat Pengantar SPP-LS 
-Ringkasan SPP-LS 
-Rincian SPP-LS 
- Lampiran yang terdiri dari : 
- Salinan SPD 
- Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD 
terkait. 
- SSP disertai faktur pajak yang 
ditandatangani WP. 
- Dll 
3. Bendahara PengeluaranSKPKD menyerahkan 
SPP-LS beserta dokumen lain kepada PPK 
SKPKD untuk diteliti. 
4. PPK-SKPD meneliti SPP-LS beserta 
dokumenlain berdasar SPD yang diterima dari 
Pengguna Anggaran dan DPA-SKPD. 
5. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap, PPK-SKPKD 
membuat SPM, paling lambat 2 hari 
kerja sejak diterimanya SPP. 
6. PPK-SKPKD menyerahkan SPM kepada PPKD 
untuk diotorisasi. 
7. Jika SPP-LS dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja 
sejak SPP-LS Gaji diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara agar Bendahara melakukan 
penyempurnaan SPP-LS. Kemudian 
diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti 
kembali. 
SPM 
SPD 
Rancangan 
SPM 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Penelitian 
SPP LS Gaji 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Keputusan KDH-Subsidi, 
Bunga, Hibah 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
Keputusan KDH-Subsidi, 
Bunga, Hibah 
SPP-LS dan 
Dokumen Lain 
Tidak Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM
3. Flowchart sistem dan prosedur pengeluaran Kas terkait penerbitan surat 
SPD SPD 
32 
perintah membayar (SPM) 
a. Flowchart SPM-UP 
Pengajuan SPM-UP 
PPK-SKPD 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
Rancangan 
SPM 
Pengguna Anggaran 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
Rancangan 
SPM 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 
2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran 
membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, 
yang terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-UP 
- Ringkasan SPP-UP 
- Rincian SPP-UP 
- Salinan SPD 
- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran 
- Lampiran lain (daftar rincian rencana 
penggunaan dana s.d jenis belanja) 
3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-UP 
beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan 
DPA-SKPD. 
5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan 
dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK-SKPD. 
Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak 
SPP-UP diterima 
6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD 
kepada Pengguna Anggaran untuk 
diotorisasi 
DPA 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-UP dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPM 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPD 
Penelitian 
SPP-UP 
Tidak 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK-SKPD 
akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak 
SPP-UP diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan 
penyempurnaan SPP-UP. Kemudian diserahkan 
kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
33 
b. Flowchart SPM-GU 
Pengajuan SPM-GU 
PPK-SKPD 
SPD 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
Penelitian 
SPP GU 
Rancangan 
SPM 
Pengguna Anggaran 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 
2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran 
membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang 
terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-GU 
- Ringkasan SPP-GU 
- Rincian SPP-GU 
- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana 
SPP-GU sebelumnya 
- Salinan SPD 
- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran 
- Lampiran lain 
3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-GU 
beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. Apabila SPP-GU dinyatakan lengkap maka 
PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling 
lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. 
6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna 
Anggaran untuk diotorisasi 
Rancangan 
SPM 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
SPD 
SPD 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
DPA 
1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPM 
Tidak 
Lengkap 
SPP-GU dan 
Dokumen Lain 
SPJ 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak 
SPP-GU diterima. 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan 
penyempurnaan SPP-GU. Kemudian diserahkan 
kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali. 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
34 
c. Flowchart SPM-TU 
Pengajuan SPM-TU 
7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap , PPK 
SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM . 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak 
SPP-TU diterima. 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
PPK-SKPD 
SPD 
Rancangan 
SPM 
Pengguna Anggaran 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
SPM 
DPA 
SPJ 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 
2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran 
membuat SPP-TU beserta dokumen lainnya, yang 
terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-TU 
- Ringkasan SPP-TU 
- Rincian SPP-TU 
- Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana 
SPP-GU sebelumnya 
- Salinan SPD 
- Surat Pernyataan Pengguna Anggaran 
- Lampiran lain 
3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-TU 
beserta dokumen lain kepada PPK -SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. Apabila SPP-TU dinyatakan lengkap maka 
PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling 
lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. 
6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna 
Anggaran untuk diotorisasi 1 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPD 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
Rancangan 
SPM 
SPD 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
Penelitian 
SPP TU 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPP-TU dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
Tidak 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan 
penyempurnaan SPP-TU. Kemudian diserahkan 
kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali .
SPD SPD 
35 
d. Flow Chart SPM-LS Gaji dan Tunjangan 
Pengajuan SPM-LS Gaji dan Tunjangan 
Tidak 
Lengkap 
6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna 
Anggaran untuk diotorisasi 
7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap , PPK-SKPD 
akan menerbitkan Surat Penolakan SPM . 
Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak 
SPP-LS Gaji diterima. 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
PPK-SKPD 
Penelitian 
SPP- LS 
Rancangan 
SPM 
Pengguna Anggaran 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
Lengkap 
SPP-LS Gaji dan 
Dokumen Lain 
DPA 
SPP-LS Gaji dan 
Dokumen Lain 
1 hari kerja SPM 
sejak SPP 
diterima 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada 
Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 
2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran 
membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang 
terdiri dari: 
- Surat Pengantar SPP-LS Gaji 
- Ringkasan SPP-LS Gaji 
- Rincian SPP-LS Gaji 
- Lampiran yang terdiri dari : 
- Pembayaran Gaji Induk 
- Gaji Susulan 
- Kekurangan Gaji 
- Gaji Terusan 
- Dll 
3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-LS Gaji 
beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 
4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen 
SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD. 
5. Apabila SPP-LS Gaji dinyatakan lengkap maka 
PPK SKPD membuat Rancangan SPM, paling 
lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. 
Rancangan 
SPM 
2 hari kerja 
sejak SPP 
diterima 
SPD 
SPP-LS Gaji dan 
Dokumen Lain 
SPP-LS Gaji dan 
Dokumen Lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
Surat Penolakan 
Penerbitan SPM 
8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan 
kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan 
penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian 
diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti 
kembali.
4. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Penerbitan Surat 
36 
Perintah Pencairan Dana (SP2D) 
a. Flowchart SP2D-UP 
Penerbitan SP2D-UP 
Kuasa BUD Bank 
Pengguna 
Anggaran 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
2 
3 
Tidak Lengkap 
Lengkap 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja 
sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna 
Anggaran 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan 
Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen 
Penatausahaan, yang terdiri dari : 
- Buku Kas Penerimaan 
- Buku Kas Pengeluaran 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D 
kepada 
Bendahara Pengeluaran 
7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument 
Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran 
Perincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa 
BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti. 
SP2D 
SPM 
Nota Debet 
Dokumen 
Penatausahaan 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
SP2D 
SPM 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
1 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SP2D 
Penelitian 
Kelengkapan 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
SP2D 
SP2D 
SP2D 
SP2D 
4 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
SP2D SP2D 
37 
b. Flowchart SP2D-GU 
Penerbitan SP2D-GU 
Bank/Pihak 
Ketiga 
Kuasa BUD 
Pengguna 
Anggaran 
Bendahara Pengeluaran/ 
SKPKD 
Uraian 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D 
yaitu : 
- Surat Pengesahan SPJ Bendahara 
Pengeluaran Periode sebelumnya. 
- Ringkasan pengeluaran perincian objek 
disertai bukti pengeluaran yang sah dan 
kelengkapan. 
- Bukti atas penyetoran PPN/PPh. 
4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna 
Anggaran 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota 
Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, 
yang terdiri dari : 
- Buku Kas Penerimaan 
- Buku Kas Pengeluaran 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada 
Bendahara 
7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument 
Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti. 
SPM SPM 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Penelitian 
Kelengkapan 
SP2D 
Penatausahaan 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
Dokumen 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
Tidak Lengkap 
Lengkap 
SP2D 
SP2D 
Nota Debet 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
Ketiga Kuasa BUD Bendahara Pengeluaran/ 
SKPKD Uraian 
38 
c. Flowchart SP2D-TU 
Penerbitan SP2D-TU 
Pengguna 
Anggaran 
SPP-TU dan 
Dokumen lain 
Bank/Pihak 
Lengkap 
Tidak Lengkap 
SP2D 
SPM 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
SP2D 
SPM 
Dokumen 
Penatausahaan 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
Penelitian 
Kelengkapan 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D 
yaitu : 
- Surat Pernyataan tanggung jawab 
pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna 
Anggaran 
4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna 
Anggaran 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota 
Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, 
yang terdiri dari : 
- Buku Kas Penerimaan 
- Buku Kas Pengeluaran 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada 
Bendahara 
7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument 
Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. 
SP2D 
SP2D 
SPP-TU dan 
Dokumen lain 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
SP2D 
SP2D 
SP2D 
Nota Debet 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
39 
d. Flowchart SP2D-LS Gaji dan Tunjangan 
Penerbitan SP2D-LS Gaji dan Tunjangan 
Kuasa BUD 
Pengguna 
Anggaran 
Bendahara Pengeluaran/ 
SKPKD Uraian 
Tidak Lengkap 
Lengkap 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D 
yaitu : 
- Surat Pernyataan tanggung jawab 
pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna 
Anggaran 
- Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan 
lengkap 
4. SP2D diserahkan kepada Pengguna Anggaran 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota 
Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, 
yang terdiri dari : 
- Buku Kas Penerimaan 
- Buku Kas Pengeluaran 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada 
Bendahara 
7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument 
Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. 
Nota Debet 
SP2D 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SPM 
Penelitian 
Kelengkapan 
Dokumen 
Penatausahaan 
SP2D 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SP2D 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
SPM 
SP2D 
SP2D 
SP2D 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
40 
e. Flowchart SP2D Barang dan Jasa 
Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa 
Bank/Pihak 
Ketiga Kuasa BUD 
Pengguna 
Anggaran 
Bendahara Pengeluaran/ 
SKPKD Uraian 
Lengkap 
SP2D 
SPM 
SP2D 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Penelitian 
Kelengkapan 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SP2D 
SPM 
Dokumen 
Penatausahaan 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D 
yaitu : 
- Surat Pernyataan tanggung jawab 
pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna 
Anggaran. 
- Bukti-Bukti pengeluaran yang sah dan 
lengkap. 
4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Bank dan 
Pengguna Anggaran. 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota 
Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan. 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada 
Bendahara Pengeluaran 
7. Bendahara Pengeluaran mencatat SP2D ke dalam 
Dokumen Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan/Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
Nota Debet 
Tidak Lengkap 
SPS2PD2D 
SP2D 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
Penelitian 
Kelengkapan 
1 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
41 
f. Flowchart SP2D-LS Barang dan Jasa-Non Pihak ketiga 
Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa – Non Pihak Ketiga 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Kuasa BUD 
Pengguna 
Anggaran 
Bendahara Pengeluaran/ 
SKPKD 
Uraian 
Tidak Lengkap 
Lengkap 
SP2D 
SP2D 
Dokumen 
Penatausahaan 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada 
Kuasa BUD 
2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang 
diajukan 
3. Bila SPM dinyatakan lengkap , Kuasa BUD 
menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak 
diterimanya pengajuan SPM 
Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP 2D 
yaitu : 
- Surat Pernyataan tanggung jawab 
pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna 
Anggaran 
- Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan 
lengkap. 
4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Pengguna 
Anggaran 
5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP 2D dan Nota 
Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan. 
6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP 2D kepada 
Bendahara Pengeluran. 
7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument 
Penatausahaan, yang terdiri atas : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
- Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap , Kuasa BUD 
menerbitkan surat penolakan penerbitanSP 2D 
paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima . 
9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan 
kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan 
penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan 
kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali . 
SPM 
Surat Penolakan 
Penerbitan SP2D 
SPM 
SP2D 
Nota Debet 
Dokumen 
Penatausahaan 
2 hari kerja 
sejak SPM 
diterima 
SSP2PD2D 
SP2D
5. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pelaksanaan Belanja 
Uang Uang 
42 
Untuk Penggunaan Uang Persediaan (UP) 
Pelaksanaan Belanja 
PPTK PA/Kuasa PA 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian 
1. PPTK mengajukan nota permintaan dana untuk 
melaksanakan kegiatan kepada Pengguna Anggaran 
atau Kuasa Pengguna Anggaran 
2. Pengguna Anggaran memverifikasi Nota Permintaan 
Dana terhadap kebenaran dan kewajibannya 
3. Pengguna Anggaran membuat memo persetujuan 
atas Nota Permintaan Dana tersebut, dan 
memberikannya kepada bendahara pengeluaran 
4. Bendahara Pengeluaran memberikan uang sesuai 
dengan jumlah yang tercantum dalam memo 
persetujuan 
5. Bendahara Pengeluaran mencatat pengeluaran 
tersebut pada Buku Pembantu Panjar. 
Nota 
Permintaan 
Dana (NPD) 
Nota 
Permintaan 
Dana (NPD) 
Verifikasi 
Memo 
Persetujuan 
Memo 
Persetujuan 
Buku 
Pembantu 
Panjar 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
Verifikasi 
BKU 
Pengeluaran 
Buku 
Pembantu 
Panjar 
43 
Pelaksanaan Belanja (Lanjutan) 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian PPTK PA 
Dokumen 
Belanja 
Dokumen 
Belanja 
Buku Pembantu 
Pengeluaran Per 
Rincian Objek 
Buku 
Pembantu 
Kas Tunai 
Buku 
Pembantu 
Simpanan/ 
Bank 
Buku 
Pembantu 
Pajak 
1. PPTK mengarsip dokumen-dokumen terkait dengan 
pengeluaran belanja lalu menyerahkannya ke Bendahara 
Pengeluaran 
2. Bendahara Pengeluaran memverifikasi dokumen-dokumen 
belanja terhadap kebenaran dan kewajarannya. 
3. Bendahara Pengeluaran mencatat pelaksanaan belanja pada: 
a. Buku Kas Umum Pengeluaran, digunakan untuk 
mencatat transaksi belanja 
b. Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Obyek, 
digunakan untuk mendetailkan item pengeluaran yang 
dil akukan selama satu bulan. 
c. Buku Pembantu Kas Tunai, digunakan untuk mencatat 
saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum 
dibelanjakan dan berada di kas tunai bendahara 
pengeluaran 
d. Buku Pembantu Simpanan/Bank, digunakan untuk 
mencatat saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum 
dibelanjakan dan berada di rekening bendahara 
pengeluaran 
e. Buku Pembantu Panjar, digunakan untuk mencatat 
jumlah yang telah dibelanjakan untuk membayar jasa 
yang telah dilaksanakan pihak ketiga (LS barang dan 
jasa pihak ketiga) 
f. Buku Pembantu Pajak, digunakan untuk mencatat 
pajak PPn yang dibayar pada saat membeli barang, 
atau mencatat PPh yang dipotong pada saat 
pembayaran gaji pegawai negeri
6. Flowchart Sistem Dan Prosedur Terkait Pembuatan Surat 
44 
Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran. 
Pembuatan SPJ 
Kepala SKPD 
Bendahara 
Pengeluaran 
Uraian PPK-SKPD 
Bukti Transaksi UP/ 
GU/TU 
BKU 
Buku Pembantu 
Rekap Pengeluaran 
per Objek 
Buku Pembantu 
Simpanan/Bank 
Buku Pembantu 
Pajak 
Buku Pembantu 
Panjar 
SPJ 
SPJ 
SPJ 
Pengeluaran 
Pengeluaran 
Pengeluaran 
SPJ 
Pengeluaran 
Pembantu 
SPJ 
Pengeluaran 
BUD 
SPJ 
Pengeluaran 
Verifikasi 
SPJ 
Pengeluaran 
SPJ 
Pengeluaran 
Surat 
Pengesahan 
SPJ 
Surat 
Pengesahan 
SPJ 
1. Bendahara Pengeluaran melakukan pencatatan bukti-bukti 
pembelanjaan dana 
2. Dari proses pencatatan ini dihasilkan dokumen 
sebagai berikut : 
- BKU Pengeluaran 
- Buku Rekap Pengeluaran Per Objek 
- Buku Pembantu Simpanan Bank 
- Buku Pembantu Pajak 
- Buku Pembantu Panjar 
3. Berdasarkan lima dokumen tersebut ditambah 
dokumen SPJ Pengeluaran Pembantu, Bendahara 
Pengeluaran membuat SPJ Pengeluaran. 
Dokumen SPJ : 
a. Buku Kas Umum 
b. Ringkasan pengeluaran per rincian objek disertai 
bukti-bukti yang sah 
c. Bukti atas penyetoran PPN/PPh 
d. Register penutupan kas. 
4. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPJ 
Pengeluaran kepada PPK-SKPD. Bendahara 
Pengeluaran juga harus menyerahkan SPJ Pengeluaran 
kepada BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 
5. PPK-SKPD memverifikasi SPJ Pengeluaran 
6. Apabila disetujui, PPK-SKPD menyampaikan SPJ 
Pengeluaran kepada Kepala SKPD paling lambat 
tanggal 10 bulan berikutnya. 
7. Kepala SKPD mengesahkan SPJ Pengeluaran. 
8. Kepala SKPD menyerahkan Surat Pengesahan SPJ 
kepada Bendahara Pengeluaran 
Tgl 10 bln 
berikutnya 
Tgl 10 bln 
berikutnya 
Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
45 
c. Sistem dan Prosedur Akuntansi Aset Tetap/ Barang Milik Daerah 
Menurut permendagri no 13 tahun 2006 pasal 253 prosedur akuntansi Aet 
pada SKPD di definisikan sebagai berikut: 
“Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi 
atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan 
terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD” 
Prosedur akuntansi asset hanya terkait dengan prosedur akuntansi asset 
tetap dan prosedur akuntansi asset lainnya. Sedangkan asset lancer sudah 
mencakup prosedur akuntansi pendapatan,penerimaan dan akuntansi piutang. 
Tapap-tahap prosedur penatausahaan Aset dan Barang Milik Daerah sebagai 
berikut: 
1. Prosedur Akuntansi Aset Tetap di SKPD 
Aet tetap menuut PSAP nomor 07 paragraf 5 adalah aset berwujud yang 
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam 
kegiatan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap seperti; tanah, 
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap 
lainnya; konstruksi dalam pengerjaan. 
Beberapa dokumen yang diperlukan dalam prosedur akuntansi aset tetap di 
SKPD adalah sebagai berikut: 
a. Berita acara penerimaan barang, dan atau 
b. Berita acara serah terima barang, dan atau 
c. Berita acara penyelesaian pekerjaan 
Sedangkan pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur akuntansi aset terap 
adalah: 
a. PPK-SKPD
46 
b. Penyimpan Barang Milik Daerah 
c. Pengurus Barang SKPD 
d. Kuasa BUD 
e. Bendahara Pengeluaran 
Sedangkan beberapa buku yang diperlukan dalam penatausahaan 
akuntansi aset tetap di SKPD adalah sebagai berikut: 
a. Buku jurnal umum 
b. Buku besar 
c. Buku besar pembantu (kalau diperlukan) 
Prosedur akuntansi aset tetap diperlukan untuk menyeragamkan perlakuan 
akuntansi atas transaksi penambahan maupun pengurangan aset tetap. Prosedur 
akuntansi aset tetap yang dilakukan PPK-SKPD dapat diringkas melalui flowchart 
berikut:
47 
Flowchart sistem dan prosedur akuntansi aset tetap di SKPD 
Uraian Kuasa BUD Bendahara 
Pengeluaran 
SKPD 
Penyimpan 
Barang 
Pengurus 
Barang 
PPK-SKPD 
1. Kuasa BUD 
menerbitkan san 
menyampaikan SP2D-LS 
kepada PPK-SKPD 
2. Bendahara pengeluaran 
menyampaikan LPJ-UP 
dan LPJ-TU ke 
Pengguna Anggaran 
melalui PPK-SKPD 
3. Penyimpan barang 
menyampaikan laporan 
atau berita acara 
penerimaan barang ke 
PPK-SKPD 
4. Pengurus barang 
menyampaikan usulan 
penghapusan barang 
milik daerah yang 
rusak atau tidak 
digunakna lagi;LBPS; 
dan LBPT ke PPK-SKPD 
5. PPK-SKPD melakukan 
verivikasi atas SP2D: 
LPJ-UP;LPJ-TU dan 
usulan penghapusan 
BMD, serta melakukan 
rekonsiliasi antara 
catatan set tetap yang 
ada padanya dg LBPS 
dan LBPT 
6. PPK-SKPD 
memerlukan bukti 
memorial kedalam 
buku jurnal umum 
7. Secara periodik, PPK-SKPD 
memposting 
jurnal ke buku besar 
8. PPK-SKPD membuat 
neraca saldo& laporan 
keuangan pad aakhir 
periode tertentu 
SP2D-LS 
LPJ-UP 
LPJ-TU 
BAP 
Barang 
Usulan 
penghap 
usan 
LBPS; 
LBPT 
Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
SP2D-LS, LPJ-UP, 
LPJ-TU, 
BAP, Usulan 
penhapusan,LB 
PS,LBPT 
Verivikasi;r 
ekonsiliasi; 
membuat 
bukti 
memorial 
Bukti 
memorial 
Membuat 
jurnal 
Jurnal 
korolari 
posting 
Buku 
besar 
Membuat 
NS& LK 
NS 
LK
48 
2. Prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD 
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka 
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya yang ada dalam neraca 
SKPD, menurut PP Nomor 8 Tahun 2006, meliputi: 
1) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan. 
2) Tuntutan Ganti Rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan. 
3) Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan). 
4) Aset Tak Berwujud. 
5) Aset Lain-Lain 
Dokumen-dokumen yang dipergunakna dalam penatausahaan akuntansi 
aset lainnya adalah sebagai berikut: 
a. Surat Jual Beli Barang Milik Daerah (BMD), yaitu untuk akun Tagihan 
Penjualan Angsuran. 
b. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM), yaitu untuk akun 
Tuntutan Ganti Rugi. 
c. Berita acara penerimaan barang, dan atau Berita acara serah terima barang, 
dan atau Berita acara penyelesaian pekerjaan, misalnya untuk perolehan aset 
tak berwujud berupa software. 
d. Surat usulan penghapusan BMD yang rusak/tidak digunakan lagi, yaitu untuk 
akun aset lain-lain. 
Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD 
adalah beberpa bagian seperti; kuasa BUD, Bendahara pengeluaran, Bagian 
Keuangan, Pengurus Barang SKPD, PPK-SKPD. Prosedur akuntansi aset lainnya 
merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan agar transaksi-transaksi terkait 
dengan penambahan atau pengurangan aset lainnya dapat dibukukan dan 
dilaporkan di neraca secara seragam. Sistem dan prosedur akuntansi tersebut 
dilaksanakan oleh PPK-SKPD dapat diringkas dalam flowchart berikut:
49 
Flowchart Sistem Dan Prosedur Akuntansi Aset Lainnya di SKPD 
Uraian Kuasa 
BUD 
Bendahara 
Pengeluaran 
SKPD 
Penyimpan 
Barang 
Pengurus 
Barang 
PPK-SKPD 
1. Kuasa BUD 
menerbitkan san 
menyampaikan SP2D-LS 
kepada PPK-SKPD 
2. Bendahara pengeluaran 
menyampaikan LPJ-UP 
dan LPJ-TU ke 
Pengguna Anggaran 
melalui PPK-SKPD 
3. Penyimpan barang 
menyampaikan laporan 
atau berita acara 
penerimaan barang ke 
PPK-SKPD 
4. Pengurus barang 
menyampaikan usulan 
penghapusan barang 
milik daerah yang 
rusak atau tidak 
digunakna lagi;LBPS; 
dan LBPT ke PPK-SKPD 
5. PPK-SKPD melakukan 
verivikasi atas SP2D: 
LPJ-UP;LPJ-TU dan 
usulan penghapusan 
BMD, serta melakukan 
rekonsiliasi antara 
catatan set tetap yang 
ada padanya dg LBPS 
dan LBPT 
6. PPK-SKPD 
memerlukan bukti 
memorial kedalam 
buku jurnal umum 
7. Secara periodik, PPK-SKPD 
memposting 
jurnal ke buku besar 
8. PPK-SKPD membuat 
neraca saldo& laporan 
keuangan pad aakhir 
periode tertentu 
SP2D-LS 
LPJ-UP 
LPJ-TU 
SKTM/ 
srt.jual 
beli 
Usulan 
penghap 
usan 
Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
SP2D-LS, LPJ-UP, 
LPJ-TU, 
SKTM/srt.jual 
beli,Usulan 
penghapusan, 
Verivikasi; 
membuat 
bukti 
memorial 
Bukti 
memorial 
Membuat 
jurnal 
Jurnal 
korolari 
posting 
Buku 
besar 
Membuat 
NS& LK 
NS 
LK
50 
d. Sistem dan Prosedur Akuntansi Selain Kas 
Transaksi selain kas adalah kejadian-kejadian yang memiliki nilai 
ekonomi yang tidak melibatkan kas, namun bisa terjadi sebagai ikutan dari adanya 
transaksi kas. Oleh karena kejadian-kejadian tersebut mempunyai sifat ekonomi, 
maka diperlukan pembukuan ketika kejadian tersebut timbul. Akuntansi selain kas 
terutama bertujuan agar neraca dapat disajikan dengan menggunakan basis akrual. 
Akuntansi selain kas di SKPD biasanya terjadi atas kegiatan meliputi 
pembukuan koreksi kesalahna pencatatan, pembukuan atas transaksi yang bersifat 
akrual pada akhir tahun, penyesuaian terhadap akun dalam rangka menyusun 
laporan keuagan pada akhir tahun, dan jurnal penutup. Prosedur akuntansi non kas 
di SKPD dibuat agar terdapat keseragaman perlakuan akuntansi terhadap 
transaksi-transaksi non kas yang terjadi. Prosedurprosedur akuntansi non kas di 
SKPD meliputi: 
1. Prosedur akuntansi koreksi kesalahan. 
Prosedur akuntansi koreksi kesalahan dimaksudkan untuk membukukan 
tindakan pembetulan akuntansi agar agar pos-pos yang tersaji dalam laporan 
keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Prosedur akuntansi 
koreksi kesalahan dilaksanakan oleh PPK-SKPD, yang meliputi proses-proses 
yang dapat diringkas dalam flow chart berikut:
51 
Flow chart sistem dan prosedur akuntansi koreksi kesalahan di SKPD 
Uraian Kuasa 
BUD 
Bendahara 
Pengeluar 
an SKPD 
Penyimp 
an 
Barang 
Pengurus 
Barang 
PPK-SKPD 
1. Kuasa BUD 
menyampaikan SP2D ke 
PPK-SKPD bahwa 
RKUD telah 
mengembalikan 
kelebihan pendapatan 
yang diterima SKPD 
2. Bendahara pengeluaran 
menyampaikan LPJ-UP 
,LPJ-TU dan SPJ 
administratif ke 
Pengguna Anggaran 
melalui PPK-SKPD 
3. Bendahara Penerimaan 
menyampaikan LPJ 
Administratif ke 
Pengguna Anggaran 
melalui PPk-SKPD 
4. Pengurus barang 
menyampaikan LBPS; 
dan LBPT ke PPK-SKPD 
5. PPK-SKPD melakukan 
verivikasi dan 
identifikasi LPJ 
Administratif; LPJ-UP; 
LPJ-TU, SPJ 
Administratif, LBPS dan 
LBPT terkait dengan 
kemungkinan 
adanyanpenerimaan atas 
pengembalian kelebihan 
belanja atau kekurangan 
pendapatan; pengeluaran 
atas kekurangan belanja 
atau kelebihan menerima 
pendapatan, kemudian 
membuat bukti 
memorialnya 
6. PPK-SKPD 
membukukan bukti 
memorial kedalam buku 
jurnal umum 
7. Secara periodik, PPK-SKPD 
memposting 
jurnal ke buku besar 
8. PPK-SKPD membuat 
neraca saldo& laporan 
keuangan pad aakhir 
periode tertentu 
SP2D-LS 
LPJ-UP 
LPJ-TU 
SKTM/ 
srt.jual 
beli 
Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD 
Usulan 
penghap 
usan 
SP2D-LS, LPJ-UP, 
LPJ-TU, 
SKTM/srt.jual 
beli,Usulan 
penghapusan, 
Verivikasi; 
membuat 
bukti 
memorial 
Bukti 
memorial 
Membuat 
jurnal 
Jurnal 
korolari 
posting 
Buku 
besar 
Membuat 
NS& LK 
NS 
LK
52 
2. Prosedur Akuntansi atas Transaksi yang Bersifat Akrual. 
Prosedur akuntansi atas transaksi yang bersifat akrual dimaksudkan untuk 
membukukan hak (aset) atau kewajiban pada neraca SKPD yang sudah timbul, 
meskipun transaksi pengeluaran atau penerimaan kas belum terjadi. Pembukuan 
transaksi yang bersifat akrual tersebut meliputi pencatatan persediaan, pencatatan 
piutang yang akan diterima pada tahun yang akan dating, pencatatan kewajiban 
yang akan dibayar pada tahun yang akan datang. 
Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan 
data-data yang ada, yang meliputi langkah- langkah berikut: 
a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti bahwa telah timbul hak dan 
kewajiban yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meskipun 
pengeluaran atau penerimaan kas belum terealisasi. Bukti memorial tersebut 
sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi, kode 
akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. 
b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum untuk membukukan 
transaksi-transaksi yang bersifat akrual. 
c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk 
menyusun Laporan Keuangan. Penggunaan kertas kerja ini bukan merupakan 
suatu keharusan, tetapi hanya merupakan alat bantu untuk memudahkan 
proses pembuatan laporan keuangan manual. 
d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di 
kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
e. Memindahkan jurnal transaksi yang bersifat akrual dari jurnal umum ke kolom 
“Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas, 
sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada 
kolom tersendiri di Kertas Kerja. 
g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan 
Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi 
Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD 
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan 
memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi 
Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena 
PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup
3. Prosedur Akuntansi Penyesuaian Terhadap Akun Tertentu dalam Rangka 
53 
Menyusun Laporan Keuangan pada Akhir Tahun. 
Prosedur akuntansi penyesuaian akhir tahun dimaksudkan untuk 
melakukan penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dalam rangka menyusun 
laporan keuangan pada akhir tahun. Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan 
PPK-SKPD berdasarkan data-data yang ada, yang meliputi langkah-langkah 
berikut: 
a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada, yaitu bahwa 
terdapat bagian TPA/TGR yang akan diterima di tahun depan. 
b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal 
penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu). 
c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk 
menyusun Laporan Keuangan. 
d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di 
kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
e. Memindahkan jurnal penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dari jurnal 
umum ke kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas, 
sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada 
kolom tersendiri di Kertas Kerja. 
g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan 
Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi 
Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD 
mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan 
memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja. 
i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi 
Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena 
PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup. 
4. Prosedur Akuntansi Jurnal Penutup 
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal 
menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan 
yang digunakan unutk laporan realisasi anggaran, yaiut pendapatan, belanja, dan 
pembiayaan. Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di neraca menjadi
jumlah yang benar. Prosedur akuntansi jurnal penutup dimaksudkan untuk 
menutup saldo nominal menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Prosedur 
akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan data-data yang ada, 
54 
yang meliputi langkah- langkah berikut: 
a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada. Bukti memorial 
tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi, 
kode akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. 
b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal 
penutup). 
c. Menyusun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (sebelum jurnal penutup). 
d. Memposting jurnal penutup ke dalam buku besar sesuai akun-akun nominal 
yang terkait. 
e. Menyusun neraca setelah jurnal penutup 
3.2.2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 
3.2.2.1.Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 
Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem 
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mendefenisikan sistem pengendalian 
intern sebagai berikut: 
“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan 
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan 
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya 
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan 
pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap 
peraturan perundang-undangan”. 
Sedangkan pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 
menurut PP No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: 
“Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, 
adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di 
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.
Berdasarkan beberapa definisi sistem pengendalian intern di atas maka 
55 
dapat diinterpretasikan beberapa konsep dasar pengendalian intern yaitu: 
1. Pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian 
tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan infrastruktur 
organisasi. 
2. Pengendalian intern berfungsi efektif karena manusia. 
3. Pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk memberi jaminan yang 
mutlak tetapi memberikan jaminan yang memadai karena adanya 
kelemahan inheren. 
4. Pengendalian intern diharapkan dapat mencapai tujuan yang meliputi 
keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan 
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 
Implementasi mengenai sistem pengendalian intern di ruang lingkup 
pemerintahan sebenarnya sudah berjalan cukup lama, hanya saja pemberian istilah 
yang berbeda menimbulkan anggapan bahwa sistem ini baru akan diterapkan 
setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem 
Pengendalian Intern Pemerintah. 
SPIP merupakan suatu sitem pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan 
pemerintah untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, 
transparan dan akuntable. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang 
memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan 
penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, 
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
56 
3.2.2.2.Unsur –Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 
Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan 
Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: 
1. Lingkungan pengendalian 
2. Penilaian risiko 
3. Kegiatan pengendalian 
4. Informasi dan komunikasi 
5. Pemantauan pengendalian intern. 
Penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah 
dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi 
pemerintah. 
1. Lingkungan pengendalian 
Lingkungan pengendalian merupakan pengendalian yang mempengaruhi 
keseluruhan organisasi dan menjadi “atmosfir individu organisasi di dalam 
melakukan aktivitas dan melaksanakan tanggungjawab atas pengendalian yang 
menjadi bagiannya. Dengan kata lain, Lingkungan Pengendalian merupakan 
pondasi dasar yang mendasari suatu sistem pengendalian intern pemerintah. 
Apabila Lingkungan Pengendalian menunjukan kondisi yang baik,maka 
dapat memberi pengaruh yang cukup baik bagi suatu organisasi, namun 
sebaliknya, apabila lingkungan pengendalian jelek, mengindikasikan bahwa 
organisasi tersebut tidak sehat. 
Pimpinan Instansi Pemerintah daerah harus menciptakan dan memelihara 
lingkungan pengendalian yang dapat menimbulkan perilaku positif dan kondusif 
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam lingkungan
kerjanya. Lingkunagn pengendalian telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah 
57 
Nomor 60 tahun 2008 seperti berikut: 
a. Penegakan integritas dan nilai etika 
b. Komitmen terhadap kompetensi 
c. kepemimpinan yang kondusif 
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan 
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat 
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber 
daya manusia. 
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif 
h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait 
2. Penilaian risiko 
Menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern 
Pemerintah (SPIP) penilaian resiko terdiri dari: 
1. Identifikasi resiko 
2. Analisis risiko 
Penilaian resiko terkait dengann aktivitas bagaimana entitas 
mengidentifikasikan dan mengelola resiko sehingga entitas dapat meminimalisasi 
terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui proses penilaian 
resiko ini, maka setiap entitas dapat mengantisipasi setiap kejadian yang dapat 
menghambat pencapaian tujuan organisasi secara optimal. 
Lebih lanjut lagi PP No. 60/2008 menjelaskan dalam rangka penilaian 
risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan: 
1) Tujuan instansi pemerintah 
Tujuan instansi pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, 
terukur, dapat dicapai, realistis dan terikat waktu dan wajib dikomunikasikan 
kepada seluruh pegawai. 
Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah pimpinan instansi pemerintah 
menetapkan: 
a) Strategi operasional yang konsisten, dan 
b) Strategi manajemen terintegrasi dan penilaian risiko
58 
2) Tujuan pada tingkatan kegiatan 
Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan 
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: 
a) Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis instansi pemerintah, 
b) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan 
yang lainnya, 
c) Relevan dengan seluruh kegiatan utama instansi pemerintah, 
d) Mendukung unsur kriteria pengukuran, 
e) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang cukup, dan 
f) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya. 
3) Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan: 
a) Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan instansi pemerintah 
dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, 
b) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari 
faktor eksternal dan faktor internal, dan 
c) Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. 
4) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah 
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan 
instansi pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan 
tingkat risiko yang dapat diterima. 
3. Kegiatan Pengendalian 
Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat 
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah 
untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. 
Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian 
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi 
pemerintah yang bersangkutan. 
Menurut PP 60/2008, Kegiatan pengendalian terdiri atas: 
a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan 
b. Pembinaan sumber daya manusia 
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi 
d. Pengendalian fisik atas asset 
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja 
f. Pemisahan fungsi 
g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting 
h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya 
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya 
k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan 
59 
kejadian penting. 
4. Informasi dan komunikasi 
Informasi dan komunikasi mengandung arti dalam setiap organisasi harus 
mengidentifikasikan seluruh informasi yang dibutuhkan dan dikomunikasikan 
kepada pihak-pihak yang membutuhkan sesuai kewenangannya. Untuk itu 
dibutuhkan suatu sistem informasi yang handal yang dapat memberikan informasi 
terkait operasional, keuangan serta perbandingan informasi dalam organisasi. 
Sistem Informasi harus dapat membantu manajemen dalam menjalankan dan 
mengendalikan operasinya. 
Menurut PP No.60/2008 komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan 
secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan 
Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: 
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi 
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara 
terus menerus. 
5. Pemantauan/monitoring 
Monitoring mengandung makna sebagai suatu proses yang menilai 
kualitas dari kinerja system pengendalian. Hal ini dapat berupa monitoring saat 
kegiatan berjalan (on going), evaluasi terpisah atau kombinasi keduanya. 
Menurut peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang sistem 
pengendalian intern pemerintah (SPIP), pemantauan dapat dilakukan dengan cara 
sebagai berikut:
a. Pemantauan berkelanjutan, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan 
rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait 
dalam pelaksanaan tugas. 
b. Evaluasi tepisah, diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan 
60 
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. 
c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya 
3.2.3. Kualitas Informasi Laporan Keuangan 
3.2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan Daerah 
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstuktur mengenai posisi 
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. 
Tujuan umum laporan keuangan adaslah menyajikan informasi mengenai posisi 
keuangan,realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas 
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan 
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,tujuan 
pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna 
untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akutabilitas entitas 
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan: 
1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, 
kewajiban dan ekuitas dana pemerintah. 
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya 
ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah. 
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan 
sumber daya ekonomi. 
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran.
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai 
61 
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya. 
6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai 
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan 
entitas 
8. pelaporan dalam menandai aktivitasnya. 
3.2.3.2. Komponen –komponen laporan keuangan daerah 
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok 
adalah: 
1. Laporan realiasi anggaran 
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakian sumber daya ekonomi 
yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara 
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pelaporan mencerminkan 
kegiatan keuangan pemerintah ]daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap 
pelaksanaan APBD. Dengan demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan 
pendapatan pemerintah daerah dalam satu periode, belanja, surplus/defisit, 
pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan. 
2. Neraca 
Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas 
ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan
informasi kuangan yang dapat dipercaya mengenai asset, kewajiban dan ekuitas 
62 
dana. 
3. Laporan Arus Kas 
Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan 
setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada 
tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan 
aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran. 
4. Catatan Atas Laporan Keuangan 
Disajikan secara sistematis sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, 
dimana setiap pos dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas, 
harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas 
laporan keuangan. Disamping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan 
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang 
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi 
pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan 
penyajian laporan keuagan secara wajar. 
3.2.3.3. Dimensi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Daerah 
Huang, et al (1999) dalam sukmaninggrum (2012) mendefinisikan 15 
dimensi kualitas informasi yang dikelompokkan menjadi empat kelas : 
1. kualitas intrinsik: akurasi, obyektivitas, believability, dan reputasi, 
2. kualitas aksesibilitas: akses, dan keamanan, 
3. kualitas kontekstual: relevansi, nilai tambah, ketepatan waktu, 
kelengkapan dan jumlah data, dan
4. kualitas representasi: interpretasi, kemudahan pemahaman, 
63 
representasi ringkas, dan perwakilan konsisten. 
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi 
pemerintahan (SAP) menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah 
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi 
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini 
merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah 
dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: 
a. Relevan 
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di 
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu 
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi 
masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa 
lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat 
dihubungkan dengan maksud penggunaannya. 
Informasi yang relevan : 
1) Memiliki manfaat umpan batik (feedback value) 
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi 
ekspektasi mereka di masa lalu. 
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) 
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan 
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. 
3) Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna 
64 
dalam pengambilan keputusan. 
4) Lengkap 
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin yaitu 
mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan 
keputusan. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi utama 
yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar 
kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. 
b. Andal 
Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan 
dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat 
diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya 
tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial 
dapat menyesatkan. 
Informasi yang andal memenuhi karekteristik : 
1) Penyajian jujur 
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya 
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk 
disajikan 
2) Dapat diverifikasi (verifiability) 
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila 
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya 
tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.
65 
3) Netralitas 
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada 
kebutuhan pihak tertentu. 
c. Dapat dibandingkan 
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat 
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan 
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat 
dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat 
dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari 
tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas 
yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila 
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik 
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut 
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. 
d. Dapat dipahami 
Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh 
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan 
batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki 
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas 
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang 
dimaksud.
66 
3.2.4. Akuntabilitas Keuangan Daerah 
3.2.4.1. Pengertian Akuntabilitas 
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan 
accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau 
dalam kata sifat disebut sebagai accountable. 
Menurut abdul Halim (2007 ) akuntabilitas adalah: 
“kewajiban-kewajiban dari induvidu atas penguasa yang dipercayakan untuk 
mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk 
menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban pegawai pemerintahan 
kepada publik yang konsumen layanannya”. 
Menurut Sudarmayanti (2003) seperti yang dikutip oleh Hasanah (2012) 
menyebutkan bahwa Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan 
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan 
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah 
ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara priodik 
secara vertical ataupun horizontal. 
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Pemeritah Tahun 2005 
Akuntabilitas adalah: 
“mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan 
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan 
yang telah ditetapkan secara priodik. Setiap entitas pelaporan mempunyai 
kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai 
dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur”.
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru
Proposal zohri terbaru

Contenu connexe

Tendances

SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)
SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)
SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)Ahmad Abdul Haq
 
Pemantauan pengendalian intern
Pemantauan pengendalian internPemantauan pengendalian intern
Pemantauan pengendalian internAhmad Abdul Haq
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSujatmiko Wibowo
 
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuDeady Rizky Yunanto
 
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaBuku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaKutsiyatinMSi
 
Tambahan jurnal standar
Tambahan jurnal standarTambahan jurnal standar
Tambahan jurnal standarTatang Suwandi
 
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...Nurul Angreliany
 
Slide reviu lk lengkap
Slide reviu lk lengkapSlide reviu lk lengkap
Slide reviu lk lengkapTri Haryati
 
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi TerpisahSutikno Tumingan
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAMahyuni Bjm
 
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti cop...
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti   cop...Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti   cop...
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti cop...Asyim Muhammad
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)boenkredho
 
12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerjaFrenki Lestari
 
Bagan Akun Standar
Bagan Akun StandarBagan Akun Standar
Bagan Akun StandarKPDT
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahSunar Shun Shun
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Yudi Pratama
 

Tendances (20)

SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)
SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)
SOP dan Peraturan SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara)
 
Pemantauan pengendalian intern
Pemantauan pengendalian internPemantauan pengendalian intern
Pemantauan pengendalian intern
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah PusatSistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
 
Bagan Akun Standar
Bagan Akun StandarBagan Akun Standar
Bagan Akun Standar
 
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan TertentuPemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Keuangan Negara - Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
 
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerjaBuku pedoman-cascading-target-kinerja
Buku pedoman-cascading-target-kinerja
 
Tambahan jurnal standar
Tambahan jurnal standarTambahan jurnal standar
Tambahan jurnal standar
 
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...
RA - UPAYA PENINGKATAN KEMATANGAN UKPBJ DENGAN PEMENUHAN BUKTI DUKUNG VARIABE...
 
Slide reviu lk lengkap
Slide reviu lk lengkapSlide reviu lk lengkap
Slide reviu lk lengkap
 
Psap 11
Psap 11Psap 11
Psap 11
 
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
5.2 Pedoman Teknis SPIP Evaluasi Terpisah
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
SAPP
SAPPSAPP
SAPP
 
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti cop...
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti   cop...Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti   cop...
Pedoman akuntansi dan pengelolaan piutang satuan kerja kemenristekdikti cop...
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
 
12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja12 proses audit kinerja
12 proses audit kinerja
 
Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia
Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qiaPerencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia
Perencanaan audit berbasis risiko sertifikasi qia
 
Bagan Akun Standar
Bagan Akun StandarBagan Akun Standar
Bagan Akun Standar
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah
 

En vedette

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...Joy Irman
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjkppnpelaihari
 
Tata Cara Bendahara Pengeluaran
Tata Cara Bendahara PengeluaranTata Cara Bendahara Pengeluaran
Tata Cara Bendahara PengeluaranDeddi Nordiawan
 
SK panjar Mei 2015
SK panjar Mei 2015SK panjar Mei 2015
SK panjar Mei 2015PA_Klaten
 
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2BAPPEDA - PEMKAB. JOMBANG
 
Bab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanBab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanDhita Arum
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan DaerahYakup, Jecko Tamaka
 
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPD
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPDProsedur Akuntansi Pendapatan Di SKPD
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPDFox Broadcasting
 
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012NASuprawoto Sunardjo
 
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Ahmad Abdul Haq
 
Kuesioner pengendalian intern
Kuesioner pengendalian internKuesioner pengendalian intern
Kuesioner pengendalian internmyselv
 

En vedette (20)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan ...
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
 
Tata Cara Bendahara Pengeluaran
Tata Cara Bendahara PengeluaranTata Cara Bendahara Pengeluaran
Tata Cara Bendahara Pengeluaran
 
SK panjar Mei 2015
SK panjar Mei 2015SK panjar Mei 2015
SK panjar Mei 2015
 
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
 
Aplikasi simak bmn
Aplikasi simak bmnAplikasi simak bmn
Aplikasi simak bmn
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Presentation for jauhari2
Presentation for jauhari2Presentation for jauhari2
Presentation for jauhari2
 
Bab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaanBab 17 audit siklus pembiayaan
Bab 17 audit siklus pembiayaan
 
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen  Keuangan DaerahProposal Tesis Manajemen  Keuangan Daerah
Proposal Tesis Manajemen Keuangan Daerah
 
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPD
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPDProsedur Akuntansi Pendapatan Di SKPD
Prosedur Akuntansi Pendapatan Di SKPD
 
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
PRESENTASI SOSIALISASI SPJ - BOS 2012
 
DANA DESA DAN PERIMBANGAN
DANA DESA DAN PERIMBANGANDANA DESA DAN PERIMBANGAN
DANA DESA DAN PERIMBANGAN
 
Juknis keuangan bok 2012
Juknis keuangan bok 2012Juknis keuangan bok 2012
Juknis keuangan bok 2012
 
Modul sop
Modul sopModul sop
Modul sop
 
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
 
Laporan sistem informasi akuntansi pada rumah makan basamo
Laporan   sistem informasi akuntansi pada rumah makan basamoLaporan   sistem informasi akuntansi pada rumah makan basamo
Laporan sistem informasi akuntansi pada rumah makan basamo
 
01 sop pelaporan_bmn
01 sop pelaporan_bmn01 sop pelaporan_bmn
01 sop pelaporan_bmn
 
Kuesioner pengendalian intern
Kuesioner pengendalian internKuesioner pengendalian intern
Kuesioner pengendalian intern
 
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
 

Similaire à Proposal zohri terbaru

219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf
219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf
219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdfAgus arwani
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...MutiaRevelianti
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...MutiaRevelianti
 
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsiapriliantihermawan
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...CaeCaew
 
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pe...
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pe...Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pe...
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pe...Heru Fernandez
 
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...Imam Taufiq HA
 
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdfSalmanLsm
 
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Rahmatia Azzindani
 
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...Herman Sjahruddin
 
Proposal skripsi (Melinda 12160279)
Proposal skripsi (Melinda 12160279)Proposal skripsi (Melinda 12160279)
Proposal skripsi (Melinda 12160279)MelindaPutri16
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahAskam
 
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...Muhammad Rafi Kambara
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daerahaRian Saifulloh
 
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...junaedi666
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalSujatmiko Wibowo
 

Similaire à Proposal zohri terbaru (20)

583 770-1-pb
583 770-1-pb583 770-1-pb
583 770-1-pb
 
219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf
219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf
219421-pengaruh-pemahaman-akuntansi-pemanfaatan.pdf
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
 
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
PENGARUH PEMERIKSAAN BPK RI ATAS KESESUAIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERA...
 
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
03 jom 7(2) 2011 102 116 pujianik analisis peran dan fungsi
 
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
PENGARUH PENERAPAN SAP DAN SPIP TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH...
 
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pe...
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pe...Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman  Evaluasi Penyelenggaraan Pe...
Implementasi PP No. 6 tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pe...
 
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN KUALITAS TEKNOLOGI INFORMASI TERH...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RIFaktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
Faktor faktor yang mempengaruhi opini dislclaimer BPK-RI
 
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
324579-pengaruh-laporan-hasil-pemeriksaan-ketid-797e8569.pdf
 
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
Pengaruh Implementasi SIMDA, Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dan Penerapan...
 
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...
Pengaruh Kompetensi Aparatur Teknik Akuntansi Terhadap Kualitas Laporan Keuan...
 
Proposal skripsi (Melinda 12160279)
Proposal skripsi (Melinda 12160279)Proposal skripsi (Melinda 12160279)
Proposal skripsi (Melinda 12160279)
 
Laporan kinerja instansi pemerintah
Laporan kinerja instansi pemerintahLaporan kinerja instansi pemerintah
Laporan kinerja instansi pemerintah
 
Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan DaerahPengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah
 
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...
Proposal KTTA Tinjauan atas Implementasi Rekonsiliasi dalam Penyusunan Lapora...
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...
Artikel sim PENGARUH PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN SISTEM PENGENDALIAN ...
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internal
 

Proposal zohri terbaru

  • 1. 1. JUDUL : PENGARUH SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN DAERAH DENGAN KUALITAS INFORMASI LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH DAERAH 1 KABUPATEN LOMBOK TIMUR 2. PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Lahirnya reformasi di bidang keuangan sektor publik di Indonesia membawa perubahan dalam sistem dan pengelolaan keuangan negara/daerah. Era reformasi keuangan saat ini tidak hanya menuntut penggunaan anggaran untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pengelolaan yang sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah demi terwujudnya pengelolaan pemerintahan yang baik (good goverment governance). Dalam mewujudkan good government governance, dibutuhkan transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Menurut Halim (2004) akuntabilitas keuangan daerah merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat terkait dengan keberhasilannya dan kegagalan atas pengelolaan keuangan sebagai bahan evaluasi tahun berikutnya. Hal ini didasarkan pada teori keagenan dimana pemerintah daerah merupakan agen, sehingga masyarakat sebagai principal berhak untuk mengetahui pengelolaan keuangan atas penggunaan anggaran oleh
  • 2. pemerintah. Oleh karena itu pemerintah harus mempertanggungjawabkan 2 penggunaan uang yang diamanatkan oleh rakyat. Menurut Kartika (2013) akuntabilitas keuangan pemerintah daerah tercermin dari kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkannya. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan sarana pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah. Pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran oleh pemerintah daerah tersebut memerlukan suatu sistem dan prosedur sehingga tercipta laporan pertanggungjwaban berupa laporan keuangan pemerintah daerah yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem dan prosedur tersebut dikenal dengan istilah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) ditegaskan dalam Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (perubahan kedua dari Permendagri 13/2006). Secara lebih khusus sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah dijelaskan pula dalam Surat Edaran BAKD Nomor 900/316/BAKD. Pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) yang sesuai dengan peraturan dan standar akuntansi pemerintahan akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan dan mewujudkan akuntabilitas keuangan yang sesuai dengan dengan PP No. 105/2000. Hasil penelitian Widyaningsih, dkk (2011) membuktikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh pada kualitas informasi laoporan keuangan yang akan berimplikasi pada pencapaian akuntabilitas keuangan daerah.
  • 3. Selain Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), informasi laporan keuangan yang berkualitas juga memerlukan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam proses penggunaannya. Peraturan tentang SPIP bagi pemerintahan pusat/daerah tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang wajib diselenggarakan pemerintah daerah meliputi lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern. Hasil penelitian Kartika (2013) menyebutkan dengan terciptanya penyelenggaraan SPIP yang efektif akan meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkan, sehingga berimplikasi terhadap akuntabilitas keuangan daerah. Selain itu, SPIP juga merupakan objek pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK selain 3 pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan BPK terkait unsur-unsur pengendalian intern dalam SPIP umumnya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok temuan, yaitu: (1) kelemahan SPI terkait sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan; (2) Kelemahan SPI terkait sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja; dan (3) Kelemahan SPI terkait struktur pengendalian intern (BPK, 2013). Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPKRI) Pemerintah Daerah Lombok Timur memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Pemberian opini WDP atas LKPD yang dilakukan BPK dikarenakan masih terdapat kelemahan dalam aset tetap. Opini ini tetap tidak berubah sejak tahun 2008 hingga tahun 2012. Menurut hasil wawancara
  • 4. Marsuwandi (Lombokkita, 28 mei 2013) dengan Kepala Dinas PPKA Lombok Timur HM Napsi, dijelaskan bahwa permasalahan kurang validnya data-data aset yang dimiliki setiap SKPD yang ada di Lombok Timur menyebabkan opini yang diberikan BPK masih pada predikat WDP. Terkait dengan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD), terkait pada permasalahan pada sistem dan prosedur penatausahaan aset yang kurang baik. Permasalahan penatausahaan aset yang masih menjadi masalah adalah pengalihan aset yang tidak dilengkapi dnegan berita acara pengalihan/perpindahan aset. Permasalahan lainnya, bahwa masih banyak terdapat aset-aset milik SKPD yang belum diketahui taksiran nilainnya sehingga tentu akan berakibat pada kualitas informasi yang tertera di neraca terkait aset belum sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Kendala lain juga terkait invertarisasi dan pendataan aset masih memakai data lama dan belum diperbaharui sehingga data aset tetap berupa tanah yang dulu kosong saat ini 4 sudah ada ditemukan bangunan milik Pemda. Sementara itu terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) seperti yang di muat dalam laporan BPK semester 1 tahun 2013, meliputi: Tabel 1. Kelompok Temuan SPIP di Kabupaten Lombok Timur No Sub Kelompok Temuan Jumlah Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Intern 1 kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan 4 2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja 7 3 Kelemahan struktur pengendalian intern. 3 Sumber: Ikhtisar Hasil Periksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013
  • 5. Selain pemeriksaan terhadap SPIP, BPK juga melakukan pemeriksaan atas ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan. Ketidakpatuhan terhadap perundang-undagan akan menimbulkan kerugian daerah yang mencerminkan bahwa pemerintah dalam melaksanakan amanah sebagai agen masyarakat tidak akuntabel. Hasil pemeriksaan BPK di kabupaten lombok timur ditemukan 10 temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang berakibat pada kerugian Negara sebesar 147,47 juta. Temuan BPK tersebut diringkas dalam tabel 5 berikut: Tabel 2.Kelompok Temuan Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Perundang- Undangan Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tanun 2013 No Kelompok Temuan Jumlah Kasus Nilai (juta Rp) Ketidak patuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan: 1 Kerugian daerah 1 9,41 2 Potensi kerugian daerah - - 3 Kekurangan penerimaan 2 138,06 4 Admininstrasi 7 - 5 Ketidakhematan - - 6 Ketidakefesienan - - 7 Ketidakefektifan - - Jumlah 10 147,47 Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013 Terkait dengan adanya temuan atas kelemahan SPI mengenai kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan serta terkait pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sudah dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah belum dilaksanakan dengan maksimal sesuai permendagri No. 59 tahun 2007. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berakibat pada kerugian daerah, kekurangan penerimaan dan administrasi, juga merupakan pencerminan bahwa
  • 6. penerapan sistem akuntansi keuangan daerah di Lombok timur serta akuntabilitas 6 keuangan daerahnya belum baik sehingga berakibat pada kerugian Negara. Berdasarkan uraian dari berbagai permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang bagaimana sistem akuntansi keuangan daerah dan aktivitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam membuat laporan keuangan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan akuntabilitas keuangan. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Akuntabilitas Keuangan Daerah Dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan Sebagai Variabel Intervening” 2.2.Rumusan masalah Berdasarkan urain dari latar belakang di atas, maka penelitian ini mengangkat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur? 2. Apakah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur ? 3. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan di Kabupaten Lombok Timur ? 4. Apakah kualitas informasi laporan keuangan mempengaruhi akuntabilitas keuangan di Kabupaten Lombok Timur?
  • 7. 5. Apakah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mempengaruhi akuntabilitas keuangan melalui kualitas 7 informasi laporan keuangan di Kabupaten Lombok Timur? 2.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dengan undang-undang dan peraturan pemerintah, bagaimana kesesuaian penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan PP No.60/2008, dan menguji pengaruh SAKD dan SPIP tersebut pada kualitas informasi laporan keuangan dan akuntabilitas keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. 2.4. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Secara akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Mataram. 2. Secara teoritis, sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan peneliti yang diperoleh di bangku kuliah dalam pengaplikasian teori dengan kenyataan yang ada di lapangan, dan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya
  • 8. 3. Secara praktik, berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah dan impikasi permasalahan yang ada dan kaitan dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas informasi laporan keuangan yang akan berakibat akuntabilitas keuangan daerah, maka pemerintah Kabupaten Lombok Timur perlu melakukan 8 pembenahan. 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Penelitian Terdahulu. Tania (2009) meneliti tentang pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah pemerintah Kota Bandung. Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara sistem akuntansi keuangan daerah dengan akuntabilitas laporan keuangan daerah dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah mempunyai pengaruh terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah. Penelitian serupa juga dilakukan Febriani (2011) tentang pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) Terhadap Akuntabilitas Publik, hasil penelitianya bahwa pengaruh yang signifikan antara penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas publik. Roviyantie (2010) juga meneliti tentang pengaruh sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah di organisasi perangkat daerah (OPD) Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompetensi SDM, dan sistem akuntansi
  • 9. keuangan daerah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hal serupa dijelaskan oleh Firmansyah (2008) dalam penelitianya tentang peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan pemerintah daerah ditemukan bahwa dengan adanya penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, maka tercipta transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah walaupun masih terdapat 9 kekurangan. Penelitian terkait lainya, Permadi (2013) meneliti pengaruh sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah ditemukan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Senada dengan itu, Pradita (2010) meneliti pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) terhadap efektifitas pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis menemukan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas pengelolaan keuangan. Terkait dengan penelitian mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan pengaruhnya baik terhadap terhadap kualitas informasi laporan keuangan maupun akuntablitas keuangan daerah dilakukan oleh beberapa peneliti. Kartika (2013) meneliti pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap kualitas informasi laporan keuangan dam implikasinya terhadap akuntabilitas keuangan (penelitian pada realisasi anggaran di pemerintah daerah kabupaten wilayah Provinsi Jawa Barat). Hasil penelitian tersebut bahwa sistem
  • 10. pengendalian intern pemerintah (SPIP) berpengaruh positif terhadap kualitas informasi laporan keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah, kualitas informasi laporan keuangan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas keuangan. Suprayogi (2010) juga meneliti tentang pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah Dari hasil pengolahan data dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) terhadap efektivitas pengelolaan keuangan daerah. Penelitian serupa oleh Hasanah (2013) meneliti pengaruh sistem pengendalian intern dan komptensi aparat terhdap akuntabilitas keuangan penanggulangan bencana studi kasus pada penanggulangan bencana Sumatera Barat ditemukan bahwa sistem pengendalian intern dan kompetensi aparat 10 berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap akuntabilitas keuangan. Penelitian berbeda dilakukan setiawan (2012) tentang pengaruh akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Terhadap Tingkat Korupsi Pemerintah Daerah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa akuntabilitas laporan keuangan pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Penelitian berbeda juga dilakukan Sukmaninggrum dan Harto (2012) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah pada pemerintah kabupaten dan kota semarang. Penelitian ini menggunakan pengendalian intern sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan.Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
  • 11. pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap kualitas informasi laporan 11 keuangan. Penelitian yang menggunakan variabel penelitian serupa dengan penelitian ini dilakukan oleh Widyaningsih, dkk (2011) meneliti tentang hubungan efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan pengendalian intern dengan kualitas akuntanbilitas keuangan: kualitas informasi laporan keuangan sebagai variabel intervening (penelitian pada laporan realisasi anggaran di pemda kabupaten/ kota wilayah Propinsi Jawa Barat). Penelitian ini menggunakan metode survei dengan periode waktu cross sectional. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis jalur dan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan kausalitas efektifitas sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern dengan kualitas informasi laporan keuangan daerah memiliki tingkat hubungan yang cukup berarti. Begitu juga dengan kualitas akuntabilitas keuangan kabupaten/ kota di Jawa Barat termasuk kategori baik. 3.1.1.Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Persamaan penelitian ini dengan penetian terdahulu terletak dari kesamaan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Sistem Pengendalian Itern Pemerintah (SPIP), kualitas informasi laporan keuangan daerah dan akuntabilitas keuangan daerah.Namun, penelitian terdahulu tersebut tidak secara bersamaan
  • 12. meneliti semua variabel yang dipakai dalam penelitian ini kecuali,penelitian widyaningsih,dkk (2011) dan penelitian Kartika (2013). Oleh karena itu, penelitian ini mengacu pada penelitian tersebut yaitu sama-sama meneliti tentang sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas keuangan daerah dengan kualitas informasi laporan keuangan 12 sebagai variabel intervening. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas secara garis besar terletak pada tempat, waktu. Penelitian sebelumnya kebanyakan meneliti di daerah pulau jawa sedangkan penelitian ini meneliti salah satu kabupaten di propinsi nusa tenggara barat yaitu Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini lebih mengacu pada penelitian Widyaningsih dan kartika namun, perbedaannya penelitian sebelumnya yaitu terletak pada waktu dan tempat lokasi penelitian. Perbedaan lain juga terletak pada unit observasi dan objek penelitian, penelitian sebelumnya hanya meneliti pada laporan realisasi anggaran sehingga sistem akuntansi dan pengendelaian itern terbatas pada laporan penerimaan,pengeluaran dan pembiayaan semata sedangkan, penelitian ini mencakup semua kegiatan sistem akuntansi keuangan dan pengendalian intern pemerintah. Responden yang digunakan oleh widyaningsih dan Kartika hanya pada inspektorat saja sedangkan penelitian ini, menggunakan seluruh SKPD sebagai responden.
  • 13. 13 3.2. Tinjauan Teoritis 3.2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 3.2.1.1.Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 yang terdapat pada pasal 232 mendefinisikan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebagai: “Serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan komputer”. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) merupakan sistem akuntansi yang terdiri dari seperangkat kebijakan, standar dan prosedur yang dapat menghasilkan laporan yang relevan, andal dan tepat waktu untuk menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan oleh pihak intern dan ekstern pemerintah daerah untuk mengambil keputusan ekonomi. Akuntansi keuangan daerah dalam pelaksanaannya tidak bisa terlepas dari suatu sistem akuntansi karena akuntansi keuangan daerah merupakan suatu kesatuan akuntansi yang dalam prosesnya melibatkan berbagai pihak dalam lingkup satuan kerja baik itu SKPD maupun SKPKD. Sistem akuntansi keuangan daerah sudah mencakup semua prosedur dan mekanisme pengelolaan keuangan daerah yang berasal dari APBD baik yang pada fungsi akuntansi untuk SKPD maupun fungsi akuntansi SKPKD. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban hingga pelaporan terangkum dalam suatu Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Pada penelitian tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini lebih difokuskan pada prosedur pelaksanaan akuntansi keuangan daerah apakah sudah sesuai alur yang ditetapkan
  • 14. dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 pada SKPD di 14 Kabupaten Lombok Timur. 3.2.1.2.Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah di SKPD Pemerintah daerah dalam pelaksanaan sistem akuntansinya melibatkan dua sub-sistem akuntansi yaitu akuntansi satuan kerja dan akuntansi PPKD. Laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan hasil dari konsolidasi dari kedua laporan akuntansi tersebut. Sistem dan prosedur akuntansi di tingkat SKPD dijalankan oleh fungsi akuntansi yang disebut pejabat penatausahaan keuangan (PPK). PPK-SKPD dalam menjalankan fungsi penatausahaan keuangan dibantu oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam melaksakan tugasnya dibantu oleh bendahara pembantu. Apabila kondisi geografis suatu pemerintahan daerah tersebar luas maka pemerintah menunjuk Bank dan kantor pos sebagai pembantu dalam menjalankan proses penerimaan maupun sebagai tempat membayar pengeluaran daerah. Prosedur dan sistem dari akuntansi keuangan daerah pada Tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari beberapa sub sistem dan prosedur menurut Permendagri No 13 Tahun 2006 Pasal 233 terdiri dari: 1. Prosedur akuntansi penerimaan kas 2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas 3. Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah 4. Prosedur akuntansi selain kas Penjelasaan mengenai prosedur sistem akuntansi keuangan daerah di SKPD mengacu pada beberapa sumber sebagai berikut:
  • 15. 1. Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan 15 keuangan daerah 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah (perubahan ketiga Permendagri 13/2006). 3. Surat Edaran Ditjen Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor SE.900/316/BAKD tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. 4. Surat Edaran Ditjen BAKD No.900/743/BAKD tentang Modul Akuntansi Pemerintah daerah. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 7 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaten Lombok Timur. a. Sistem Dan Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas di SKPD Tekait dengan prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD telah dijelaskan dalam Permendagri No 13 tahun 2006 pasal 241: “Prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer”. Tidak semua kelompok pendapatan daerah dapat dipungut dan diterima oleh Penerimaan yang dipungut oleh Bendahara Penerimaan dan diakui sebagai pendapatan SKPD terdiri atas: 1. Kelompok pendapatan asli daerah, yaitu retribusi daerah. 2. Sebagian dari kelompok lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang meliputi: a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan. b. Jasa giro (atas dana uang persediaan yang disimpan bendahara pengeluaran dalam bentuk giro di bank). c. Bunga (atas dana yang disimpan bendahara pengeluaran maupun penerimaan). d. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh SKPD. e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah
  • 16. 16 f. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007 pasal 26, pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis-jenis pendapatan yang terdiri atas: a. Pajak daerah, b. Retribusi daerah, c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Fungsi akuntansi penerimaan di SKPD dijalankan oleh pejabat penatausahaan keuangan satuan kerja perangkat daerah (PPK-SKPD), dimana dalam menjalankan fungsi akuntansi ini PPK-SKPD dibantu oleh bendahara penerimaan dan pembantu bendahara penerimaan. Bendahara penerimaan dan pembantu bendahara penerimaan harus menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada pengguna anggaran/kepala SKPD melalui PPK-SKPD. Dalam kegiatan pertanggungjwaban ini, PPK-SKPD bertugas untuk menerima dan memverivikasi LPJ Administratif tesebutdan menyerahkannya kepengguna anggaran. Sedangkan LPJ Fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada PPKD selaku BUD. Menurut Permendagri No. 13/2006 dan dijelaskan dalam Surat Edaran Bina Administrasi Keuangan Daerah Nomor SE.900/316/BAKD sistem dan prosedur penerimaan daerah meliputi: 1. Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan. Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
  • 17. Secara administratif, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada Pengguna Anggaran atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya namun secara fungsional, bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada PPKD selaku BUD. 17 2. Penerimaan Daerah melalui Bendahara Penerimaan Pembantu. Bendahara Penerimaan Pembantu dapat ditunjuk dalam keadaan objek pendapatan tersebar dan atas pertimbangan geografis, wajib pajak/retribusi tidak dapat membayar kewajibannya secara langsung pada badan/lembaga keuangan/kantor pos yang terkait 3. Penerimaan Daerah melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. Permendagri 13/2006 pasal 187 mengatur bahwa Penerimaan daerah dapat disetor ke rekening kas daerah dengan cara disetor langsung ke bank yang ditunjuk. Bank tersebut merupakan bank sehat yang ditunjuk secara resmi dengan keputusan kepala daerah. Penyetoran tersebut dapat juga dilakukan melalui Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. Bank/Lembaga Keuangan tersebut mempertanggungjawabkan uang kas yang diterimanya pada Kepala Daerah melalui BUD Berdasarkan permendagri 13/2006 dan Surat Edaran Bina Daministrasi Keuangan Daerah untuk sistem dan prosedur penerimaan kas melibatkan berbagai pihak terkait yang diringkas pada tabel berikut: Tabel 2.1 Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Dan Pihak-Pihak Yang Terlibat No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak Terkait Surat/Dokume n yang digunakan Laporan yang dihasilkan 1 Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan - PPKD - Pengguna Anggaran - PPK-SKPD - Bendahara penerimaan - PPKD selaku BUD - SKP-Daerah - SKR - STS - Tanda Bukti Penerimaan - Nota Kredit bank - Buku Kas Umum penerimaan - Rekapitulasi Penerimaan Haraian - LPJ kepada PPK-SKPD
  • 18. 18 2 Penerimaan daerah melalui bendahara penerimaan pembantu - PPKD - Pengguna Anggaran - Bendahara Penerimaan Pembantu - Bendahara penerimaan - SKP-Daerah - SKR - STS - Tanda Bukti Penerimaan - Nota Kredit Bank - Buku Kas Umum - Buku Kas Penerimaan Harian Pembantu LPJ Kepada Bendahara Penerimaan 3 Penerimaan daerah melalui bank pemerintah yang ditunjuk, bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos. - PPKD - Pengguna Anggaran - Bank yang ditunjuk, Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos - Bendahara penerimaan. - SKP-daerah - SKR - Slip setoran/ bukti lain - Bukti Penerimaan lain yang sah LPJ kepada Kepala daerah melalui BUD Sumber: Diolah dari Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 900/316/BAKD Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas dapat digambarkan melalaui flowchart berikut ini:
  • 19. 1. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas Melalui Bendahara 19 Penerimaan Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan Uang Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Bank PPKD/Pengguna Anggaran Uraian WP/Retribusi Bendahara Penerimaan STS STS Uang SKP Daerah / SKR Verifikasi 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SKP Daerah/SKR kepada Bendahara Penerimaan dan Wajib Pajak/Retribusi. 3. Wajib Pajak/Retribusi membayarkan sejumlah uang yang tertera dalam SKP Daerah/ SKR kepada Bendahara Penerimaan. 4. Bendahara Penerimaan memverifikasi kesesuaian jumlah uang yang diterimanya dengan dokumen SKP Daerah/ SKR yang diterimanya dari Pengguna Anggaran. 5. Setelah diverifikasi, Bendahara Penerimaan akan menerbitkan STS dan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah. 6. Bendahara menyerahkan Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah kepada Wajib Pajak/ Retribusi dan menyerahkan uang yang diterimanya tadi beserta STS kepada Bank. 7. Bank membuat Nota Kredit dan mengotorisasi STS. Bank kemudian menyerahkan kembali STS kepada Bendahara Penerimaan. Nota Kredit disampaikan kepada BUD Nota Kredit Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah STS SKP Daerah / SKR STS SKP Daerah / SKR Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah Uang Uang
  • 20. 2. Flowchart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bendahara 20 Penerimaan Pembantu Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Bendahara Penerimaan Pembantu Uang Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD BANK PPKD/Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan Pembantu Uraian WP/Retribusi 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SKP Daerah/SKR kepada Wajib Pajak/Retribusi dan Bendahara Penerimaan Pembantu. 2. Wajib Pajak/Retribusi membayarkan uang kepada Bendahara Penerimaan Pembantu sejumlah yang tertera di SKP Daerah/SKR. 3. Bendahara Penerimaan Pembantu memverifikasi uang yang diterimanya dengan SKP Daerah/SKR dari Pengguna Anggaran. 4. Jika sesuai maka Bendahara Penerimaan Pembantu membuat dokumen STS dan Surat Tanda Bukti Pembayaran/ Bukti Lain yang Sah. 5. Bendahara Penerimaan Pembantu menyerahkan Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah kepada Wajib Pajak/Retribusi dan STS beserta uang kepada Bank. 6. Bank mengotorisasi STS dan menerbitkan Nota Kredit. Bank mengembalikan STS Bendahara Penerimaan Pembantu. Nota Kredit disampaikan ke BUD SKP Daerah / SKR Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah STS STS SKP Daerah / SKR Uang STS Uang Surat Tanda Bukti Pembayaran/Bukti Lain yang Sah Nota Kredit STS Verifikasi SKP Daerah / SKR Uang
  • 21. 3. Flow Chart Sistem dan Prosedur Penerimaan Daerah Melalui Bank Pemerintah yang ditunjuk, Bank Lain, Badan, Lembaga Keuangan, dan/atau Kantor Pos. 21 Pelaksanaan Pendapatan Daerah – Kas Daerah BUD PPKD/Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan Uraian WP/Retribusi Kas Daerah SKP Daerah / SKR 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SKP Daerah/SKR kepada Wajib Pajak/Retribusi dan Bendahara Penerimaan. 2. Wajib Pajak/Retribusi membayarkan uang kepada Kas Daerah sejumlah yang tertera di SKP Daerah/SKR. 3. Kas Daerah menerbitkan Slip Setoran/Bukti Lain yang Sah dan Nota Kredit. 4. Kas Daerah menyerahkan Slip Setoran/Bukti Lain yang Sah kepada WP/Retribusi dan Nota Kredit kepada BUD. 5. WP/Retribusi menyerahkan Slip Setoran/Bukti Lain yang Sah kepada Bendahara Penerimaan. Uang SKP Daerah / SKR SKP Daerah / SKR Slip Setoran/ Bukti Lain yang Sah Nota Kredit Nota Kredit Slip Setoran/ Bukti Lain yang Sah Uang Slip Setoran/ Bukti Lain yang Sah Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 22. 22 b. Sistem dan Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mendefinisikan prosedur akuntansi pengeluaran kas sebagai berikut: “Prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer” Menurut Tanjung (2009) penatausahaan belanja/pengeluaran kas dengan menggunakan dana APBD pada SKPD melalui dua mekanisme, yaitu: 1. pembayaran dengan dana APBD dapat dilakukan melalui bendahara pengeluaran dengan uang persediaaan yang menggunakan prosedur Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan/Ganti uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SPP-UP/GU/TU), Surat Perinath Membayar Uang Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SPM-UP/ GU/TU), Surat Perintah Pencairan Dana Uang Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambah Uang Persediaan (SP2D-UP/GU/TU). 2. Pembayaran dengan dana APBD dapat juga dilakukan melalui pembayaran langsung kepada pihak ketiga dengan mengunakan prosedur SPP-LS, SPM-LS, dan SP2D-LS. Menurut Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 mekanisme penatausahaan pengeluaran kas, yaitu berdasarkan DPA-SKPD yang sudah disahkan oleh PPKD, setiap SKPD menyusun anggaran kas SKPD, Anggaran kas masing-masing SKPD menjadi dasar penyusunan anggaran kas pemerintah daerah oleh BUD, berdasarkan anggaran kas pemerintah daerah yang sudah dibuat, kuasa BUD membuat Surat Penyediaan Dana (SPD). Setelah SPD untuk masing-masing SKPD telah dikeluarkan baru bendahara pengeluaran
  • 23. mengajukan surat permintaan pembayaran (SPP) baik itu SPP-UP/GU/TU/LS. Langkah selanjutnya setelah SPP lengkap dan sah yaitu penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh kuasa pengguna anggaran (kepala SKPD), kemudian SPM diajukan kepada BUD sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Penerbitan SP2D dilakukan setelah BUD meneliti kelengkapad SPM. Penerbitan SP2D untuk keperluan UP/GU/TU diserahkan kepada pengguna anggaran sedangkan untuk keperluan pembayaran langsung diserahkan langsung 23 kepada pihak ketiga oleh BUD. Sistem dan prosedur pengeluaran daerah melalui pengeluaran UP/GU/TU maupun LS melibatkan beberapa pihak terkait dan memerlukan beberapa surat/dokumen untuk proses pengeluaran kas serta mebuat surat pertanggungjawan Administratif dan Fungsional atas penggunaan dana. Mekanisme pengeluaran kas dapat diringkas pada tabel beriku: Tabel 2.2 Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Beserta Pihak-Pihak Yang Terlibat. No Sistem dan Prosedur Pihak-Pihak Terkait Surat/Dokumen yang digunakan Laporan/Do kumen Yang Dihasilkan 1 Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD) - Kuasa BUD - PPKD - Pengguna Anggaran - Aggaran Kas Pemerintah Daerah. - DPA-SKPD Surat penyediaan dana (SPD) dilampiri dengan SPD untuk belanja langsung dan tidak langsung
  • 24. 24 2 Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) - Uang Persediaan (UP). - Ganti Uang (GU) - Tambah Uang (TU) - Langsung (LS) - Bendahara Pengeluaran - PPK_SKPD - PPTK - Surat Pengantar SPP-UP/ TU/GU/LS - Ringkasan SPP-UP/ TU/GU/LS - Rincian SPP-UP/ TU/GU/LS - Salinan SPD - Draf surat pernyataan - Surat keterangan untuk SPP-TU - Lampiran lain yang diperlukan - Lampiran SPP-LS Surat Perintah Pembayaran (SPP) yang diajukan kepada Pengguna Anggaran/K uasa Pengguna Anggaran 3 Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) - SPM-UP - SPM-GU - SPM-TU - SPM-LS - PPK-SKPD - Pengguna Anggaran - Register SPM-UP/ GU/TU/LS - Rgister Surat Penolakan Penerbitan SPM Dokumen Surat Perintah Membayar (SPM) yang disahkan oleh Pengguna Anggaran 4 Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) - Kuasa BUD - Pengguana Anggaran - Bendahara Pengeluaran SKPKD - Register SP2D - Surat Penolakan SP2D - Register Surat Penolakan Penerbitan SP2D - Buku Kas Penerimaan dan Pengeluaran Dokumen SP2D untuk menjadi dasar pelaksanaan belanja masing-masing SKPD 5 Pelaksanaan Belanja Untuk Penggunaan Uang Persediaan (UP) - Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) - Bendahara Pengeluaran - PPK-SKPD - Pengguna - Nota Pencairan Dana (NPD) - Buku Kas Umun Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan/Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Surat Pertanggun gjawaban (SPJ) Bendahara Pengeluaran kepada Pengguna Anggaran
  • 25. 25 Anggaran Panjar - Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek melalui PPK-SKPD. 6 Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran - Bendahara Pengeluaran - PPK-SKPD - Pengguna Anggaran - Surat Pengesahan Pertanggungjawab an Bendahara Pengeluaran (SPJ Belanja) - Register Penerimaan Laporan Pertanggungjawab an Pengeluaran - Register Pengesahan Laporan Pertanggungjawab an Pengeluaran - Register Penolakan Laporan Pertanggungjawab an Pengeluaran LPJ Bendahara Pengeluaran kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD Sumber: Permendagri No.13/2006 dan SE BAKD No 900/316/BAKD Berdasarkan hasil ringkasan sistem dan prosedur pengeluaran kas beserta dokumen dan pihak terkait pada sistem dan prosedur tersebut dapat dibuat flowchart sebagai berikut:
  • 26. 1. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Terkait Pembuatan Surat 26 Penyediaan Dana (SPD) Penyediaan Dana Uraian PA/Kuasa PA Kuasa BUD PPKD Anggaran Kas Pemerintah Deerah Anggaran Kas Pemerintah Deerah DPA-SKPD DPA-SKPD Rancangan SPD Rancangan SPD SPD Otorisasi 1. PPKD menyerahkan dokumen Anggaran Kas Pemerintah Daerah dan DPA-SKPD kepada Kuasa BUD. 2. Bedasarkan 2 (dua) dokumen tersebut, Kuasa BUD menyiapkan Rancangan SPD. 3. Kuasa BUD menyerahkan Rancangan SPD kepada PPKD. 4. PPKD mengotorisasi Rancangan SPD dan menyerahkan SPD kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran. Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 27. 2. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pengajuan Surat 27 Perintah Pembayaran (SPP) a. Flowchart SPP-UP Pengajuan SPP-UP SPP-UP dan Dokumen Lain Rancangan SPM 1 hari kerja sejak SPP diterima Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap SPD Penelitian SPP UP SPD SPM 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara dan PPK SKPD. 2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-UP -Ringkasan SPP-UP -Rincian SPP-UP - Salinan SPD - Surat Pernyataan Pengguna Anggaran - Lampiran lain (daftar rincian rencana penggunaan dana s.d. jenis belanja) 3. Bendahara menyerahkan SPP-UP beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan DPA-SKPD. 5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-UP diterima. 6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-UP diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara agar Bendahara melakukan penyempurnaan SPP-UP. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. SPP-UP dan Dokumen Lain 2 hari kerja sejak SPP diterima SPP-UP dan Dokumen Lain DPA Surat Penolakan Penerbitan SPM SPP-UP dan Dokumen Lain SPD Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM
  • 28. 28 b. Flowchart SPP-GU Pengajuan SPP-GU SPP-GU dan Dokumen Lain SPJ Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap SPD SPP-GU dan Dokumen Lain SPD 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara dan PPK SKPD. 2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-GU -Ringkasan SPP-GU -Rincian SPP-GU - Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-GU sebelumnya - Salinan SPD - Surat Pernyataan Pengguna Anggaran - Lampiran lain 3. Bendahara menyerahkan SPP-GU beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. SPP GU yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-UP diterima. 6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 7. Jika SPP-GU dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-GU diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara agar Bendahara melakukan penyempurnaan SPP-GU. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. 1 hari kerja sejak SPP diterima SPD SPP-GU dan Dokumen Lain 2 hari kerja sejak SPP diterima DPA Penelitian SPP GU Tidak Lengkap Rancangan SPM SPM Surat Penolakan Penerbitan SPM SPP-GU dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM
  • 29. 29 c. Flowchart SPP-TU Pengajuan SPP-TU Rancangan SPM Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap SPD SPJ SPD SPP-TU dan Dokumen Lain 2 hari kerja sejak SPP diterima 1 hari kerja sejak SPP diterima 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara dan PPK SKPD. 2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara membuat SPP-UP beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-TU -Ringkasan SPP-TU -Rincian SPP-TU - Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-TUsebelumnya - Salinan SPD - Surat Keterangan penjelasan keperluan pengisian TU - Lampiran lain 3. Bendahara menyerahkan SPP-TU beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. SPP-TU yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-TU diterima. 6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-TU diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara agar Bendahara melakukan penyempurnaan SPP-GU. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. SPP-TU dan Dokumen Lain SPP-TU dan Dokumen Lain SPD Surat Penolakan Penerbitan SPM SPM DPA Penelitian SPP TU SPP-TU dan Dokumen Lain Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM
  • 30. 30 d. Flowchart SPP-LS Gaji dan Tunjangan Pengajuan SPP-LS Gaji dan Tunjangan SPD SPP-LS dan Dokumen Lain Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Pengguna Anggaran PPK SKPD Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap DPA SPM 2 hari kerja sejak SPP diterima Rancangan SPM SPP-LS dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM SPD 1 hari kerja sejak SPP diterima SPP-LS dan Dokumen Lain SPP-LS dan Dokumen Lain Penelitian SPP LS Gaji SPD Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara dan PPK SKPD. 2. Berdasarkan SPD dan SPJ, Bendahara membuat SPP-LS beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-LS Gaji -Ringkasan SPP-LS Gaji -Rincian SPP-LS Gaji - Lampiran yang terdiri dari : - Pembayaran Gaji Induk - Gaji Susulan - Kekurangan Gaji - Gaji Terusan -Dll. 3. Bendahara menyerahkan SPP-LS Gaji beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. SPP-LS Gaji yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK SKPD. Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-TU diterima. 6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS Gaji diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara agar Bendahara melakukan penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali.
  • 31. PPK SKPD PPKD 1. PPKD menyerahkan SPD dan Keputusan KDH SPD Subsidi, Bunga, Hibah kepada Bendahara Pengeluaran SKPKD 31 e. Flowchart SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bagi Hasil Dan Pembiayaan Pengajuan SPP-LS Subsidi, Bunga, Hibah, Bantuan, Bagi Hasil dan Pembiayaan Bendahara Pengeluaran SKPKD Uraian Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Lengkap DPA SPP-LS dan Dokumen Lain 2. Berdasarkan Kedua dokumen ini, Bendahara Pengeluaran SKPKD membuat SPP-LS & dokumen lainnya yang terdiri dari : - Surat Pengantar SPP-LS -Ringkasan SPP-LS -Rincian SPP-LS - Lampiran yang terdiri dari : - Salinan SPD - Salinan Surat Rekomendasi dari SKPD terkait. - SSP disertai faktur pajak yang ditandatangani WP. - Dll 3. Bendahara PengeluaranSKPKD menyerahkan SPP-LS beserta dokumen lain kepada PPK SKPKD untuk diteliti. 4. PPK-SKPD meneliti SPP-LS beserta dokumenlain berdasar SPD yang diterima dari Pengguna Anggaran dan DPA-SKPD. 5. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap, PPK-SKPKD membuat SPM, paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya SPP. 6. PPK-SKPKD menyerahkan SPM kepada PPKD untuk diotorisasi. 7. Jika SPP-LS dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS Gaji diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara agar Bendahara melakukan penyempurnaan SPP-LS. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. SPM SPD Rancangan SPM SPP-LS dan Dokumen Lain Penelitian SPP LS Gaji 1 hari kerja sejak SPP diterima SPP-LS dan Dokumen Lain Keputusan KDH-Subsidi, Bunga, Hibah 2 hari kerja sejak SPP diterima Keputusan KDH-Subsidi, Bunga, Hibah SPP-LS dan Dokumen Lain Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM Surat Penolakan Penerbitan SPM
  • 32. 3. Flowchart sistem dan prosedur pengeluaran Kas terkait penerbitan surat SPD SPD 32 perintah membayar (SPM) a. Flowchart SPM-UP Pengajuan SPM-UP PPK-SKPD SPP-UP dan Dokumen Lain Rancangan SPM Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap Rancangan SPM 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-UP - Ringkasan SPP-UP - Rincian SPP-UP - Salinan SPD - Surat Pernyataan Pengguna Anggaran - Lampiran lain (daftar rincian rencana penggunaan dana s.d jenis belanja) 3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-UP beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP dan kesesuaiannya dengan SPD dan DPA-SKPD. 5. SPP UP yang dinyatakan lengkap akan dibuatkan Rancangan SPM oleh PPK-SKPD. Penerbitan SPM paling lambat 2 hari kerja sejak SPP-UP diterima 6. Rancangan SPM ini kemudian diberikan PPK-SKPD kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi DPA SPP-UP dan Dokumen Lain SPP-UP dan Dokumen Lain 2 hari kerja sejak SPP diterima SPP-UP dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM SPM 1 hari kerja sejak SPP diterima SPD Penelitian SPP-UP Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM 7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK-SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-UP diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan penyempurnaan SPP-UP. Kemudian diserahkan kepada PPK SKPD untuk diteliti kembali. Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 33. 33 b. Flowchart SPM-GU Pengajuan SPM-GU PPK-SKPD SPD SPP-GU dan Dokumen Lain Penelitian SPP GU Rancangan SPM Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-GU - Ringkasan SPP-GU - Rincian SPP-GU - Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-GU sebelumnya - Salinan SPD - Surat Pernyataan Pengguna Anggaran - Lampiran lain 3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-GU beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-GU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. Apabila SPP-GU dinyatakan lengkap maka PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. 6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi Rancangan SPM 2 hari kerja sejak SPP diterima SPP-GU dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM SPD SPD SPP-GU dan Dokumen Lain DPA 1 hari kerja sejak SPP diterima SPM Tidak Lengkap SPP-GU dan Dokumen Lain SPJ Surat Penolakan Penerbitan SPM 7. Jika SPP-UP dinyatakan tidak lengkap, PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM. Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-GU diterima. 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan penyempurnaan SPP-GU. Kemudian diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali. Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 34. 34 c. Flowchart SPM-TU Pengajuan SPM-TU 7. Jika SPP-TU dinyatakan tidak lengkap , PPK SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM . Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-TU diterima. Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD PPK-SKPD SPD Rancangan SPM Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap SPM DPA SPJ 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran membuat SPP-TU beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-TU - Ringkasan SPP-TU - Rincian SPP-TU - Surat Pengesahan SPJ atas penggunaan dana SPP-GU sebelumnya - Salinan SPD - Surat Pernyataan Pengguna Anggaran - Lampiran lain 3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-TU beserta dokumen lain kepada PPK -SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-TU berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. Apabila SPP-TU dinyatakan lengkap maka PPK-SKPD membuat Rancangan SPM, paling lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. 6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 1 hari kerja sejak SPP diterima SPD SPP-TU dan Dokumen Lain Rancangan SPM SPD SPP-TU dan Dokumen Lain SPP-TU dan Dokumen Lain Penelitian SPP TU 2 hari kerja sejak SPP diterima SPP-TU dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM Tidak Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SPM 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan penyempurnaan SPP-TU. Kemudian diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali .
  • 35. SPD SPD 35 d. Flow Chart SPM-LS Gaji dan Tunjangan Pengajuan SPM-LS Gaji dan Tunjangan Tidak Lengkap 6. PPK-SKPD menyerahkan SPM kepada Pengguna Anggaran untuk diotorisasi 7. Jika SPP-LS Gaji dinyatakan tidak lengkap , PPK-SKPD akan menerbitkan Surat Penolakan SPM . Penolakan SPM paling lambat 1 hari kerja sejak SPP-LS Gaji diterima. Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD PPK-SKPD Penelitian SPP- LS Rancangan SPM Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Uraian Lengkap SPP-LS Gaji dan Dokumen Lain DPA SPP-LS Gaji dan Dokumen Lain 1 hari kerja SPM sejak SPP diterima 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPD kepada Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. 2. Berdasar SPD dan SPJ, Bendahara Pengeluaran membuat SPP-GU beserta dokumen lainnya, yang terdiri dari: - Surat Pengantar SPP-LS Gaji - Ringkasan SPP-LS Gaji - Rincian SPP-LS Gaji - Lampiran yang terdiri dari : - Pembayaran Gaji Induk - Gaji Susulan - Kekurangan Gaji - Gaji Terusan - Dll 3. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPP-LS Gaji beserta dokumen lain kepada PPK-SKPD. 4. PPK-SKPD meneliti kelengkapan dokumen SPP-LS Gaji berdasar SPD dan DPA-SKPD. 5. Apabila SPP-LS Gaji dinyatakan lengkap maka PPK SKPD membuat Rancangan SPM, paling lambat 2 hari kerja sejak SPP.diterima. Rancangan SPM 2 hari kerja sejak SPP diterima SPD SPP-LS Gaji dan Dokumen Lain SPP-LS Gaji dan Dokumen Lain Surat Penolakan Penerbitan SPM Surat Penolakan Penerbitan SPM 8. Surat Penolakan Penerbitan SPM diberikan kepada Bendahara Pengeluaran agar melakukan penyempurnaan SPP-LS Gaji. Kemudian diserahkan kepada PPK-SKPD untuk diteliti kembali.
  • 36. 4. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Penerbitan Surat 36 Perintah Pencairan Dana (SP2D) a. Flowchart SP2D-UP Penerbitan SP2D-UP Kuasa BUD Bank Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran Uraian 2 3 Tidak Lengkap Lengkap 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM 4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna Anggaran 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, yang terdiri dari : - Buku Kas Penerimaan - Buku Kas Pengeluaran 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada Bendahara Pengeluaran 7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Perincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti. SP2D SPM Nota Debet Dokumen Penatausahaan Surat Penolakan Penerbitan SP2D Dokumen Penatausahaan SP2D SPM 2 hari kerja sejak SPM diterima 1 1 hari kerja sejak SPM diterima SP2D Penelitian Kelengkapan Surat Penolakan Penerbitan SP2D SP2D SP2D SP2D SP2D 4 Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 37. SP2D SP2D 37 b. Flowchart SP2D-GU Penerbitan SP2D-GU Bank/Pihak Ketiga Kuasa BUD Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran/ SKPKD Uraian 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Apabila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D yaitu : - Surat Pengesahan SPJ Bendahara Pengeluaran Periode sebelumnya. - Ringkasan pengeluaran perincian objek disertai bukti pengeluaran yang sah dan kelengkapan. - Bukti atas penyetoran PPN/PPh. 4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna Anggaran 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, yang terdiri dari : - Buku Kas Penerimaan - Buku Kas Pengeluaran 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada Bendahara 7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti. SPM SPM 2 hari kerja sejak SPM diterima Surat Penolakan Penerbitan SP2D Penelitian Kelengkapan SP2D Penatausahaan 1 hari kerja sejak SPM diterima Dokumen Surat Penolakan Penerbitan SP2D SP2D Dokumen Penatausahaan Tidak Lengkap Lengkap SP2D SP2D Nota Debet Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 38. Ketiga Kuasa BUD Bendahara Pengeluaran/ SKPKD Uraian 38 c. Flowchart SP2D-TU Penerbitan SP2D-TU Pengguna Anggaran SPP-TU dan Dokumen lain Bank/Pihak Lengkap Tidak Lengkap SP2D SPM Surat Penolakan Penerbitan SP2D Dokumen Penatausahaan SP2D SPM Dokumen Penatausahaan 2 hari kerja sejak SPM diterima Penelitian Kelengkapan 1 hari kerja sejak SPM diterima 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D yaitu : - Surat Pernyataan tanggung jawab pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran 4. SP2D diserahkan kepada Bank dan Pengguna Anggaran 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, yang terdiri dari : - Buku Kas Penerimaan - Buku Kas Pengeluaran 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada Bendahara 7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. SP2D SP2D SPP-TU dan Dokumen lain Surat Penolakan Penerbitan SP2D SP2D SP2D SP2D Nota Debet Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 39. 39 d. Flowchart SP2D-LS Gaji dan Tunjangan Penerbitan SP2D-LS Gaji dan Tunjangan Kuasa BUD Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran/ SKPKD Uraian Tidak Lengkap Lengkap Surat Penolakan Penerbitan SP2D 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D yaitu : - Surat Pernyataan tanggung jawab pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran - Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap 4. SP2D diserahkan kepada Pengguna Anggaran 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan, yang terdiri dari : - Buku Kas Penerimaan - Buku Kas Pengeluaran 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada Bendahara 7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. Nota Debet SP2D 2 hari kerja sejak SPM diterima SPM Penelitian Kelengkapan Dokumen Penatausahaan SP2D 1 hari kerja sejak SPM diterima SP2D Surat Penolakan Penerbitan SP2D Dokumen Penatausahaan SPM SP2D SP2D SP2D Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 40. 40 e. Flowchart SP2D Barang dan Jasa Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa Bank/Pihak Ketiga Kuasa BUD Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran/ SKPKD Uraian Lengkap SP2D SPM SP2D Surat Penolakan Penerbitan SP2D Penelitian Kelengkapan 2 hari kerja sejak SPM diterima SP2D SPM Dokumen Penatausahaan 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Bila SPM dinyatakan lengkap, Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP2D yaitu : - Surat Pernyataan tanggung jawab pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. - Bukti-Bukti pengeluaran yang sah dan lengkap. 4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Bank dan Pengguna Anggaran. 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan. 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP2D kepada Bendahara Pengeluaran 7. Bendahara Pengeluaran mencatat SP2D ke dalam Dokumen Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan/Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap, Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima. 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali. 1 hari kerja sejak SPM diterima SP2D Dokumen Penatausahaan Surat Penolakan Penerbitan SP2D Nota Debet Tidak Lengkap SPS2PD2D SP2D Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 41. Penelitian Kelengkapan 1 hari kerja sejak SPM diterima 41 f. Flowchart SP2D-LS Barang dan Jasa-Non Pihak ketiga Penerbitan SP2D-LS Barang dan Jasa – Non Pihak Ketiga Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Kuasa BUD Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran/ SKPKD Uraian Tidak Lengkap Lengkap SP2D SP2D Dokumen Penatausahaan Surat Penolakan Penerbitan SP2D 1. Pengguna Anggaran menyerahkan SPM kepada Kuasa BUD 2. Kuasa BUD meneliti kelengkapan SPM yang diajukan 3. Bila SPM dinyatakan lengkap , Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya pengajuan SPM Kelengkapan dokumen untuk penerbitan SP 2D yaitu : - Surat Pernyataan tanggung jawab pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran - Bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap. 4. Kuasa BUD menyerahkan SP2D kepada Pengguna Anggaran 5. Kuasa BUD sendiri harus mencatat SP 2D dan Nota Debet (Dari Bank) pada dokumen Penatausahaan. 6. Pengguna Anggaran menyerahkan SP 2D kepada Bendahara Pengeluran. 7. Bendahara mencatat SP2D pada Dokument Penatausahaan, yang terdiri atas : - BKU Pengeluaran - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar - Buku Rekapitulasi Pengeluaran Per Rincian Objek 8. Apabila SPM dinyatakan tidak lengkap , Kuasa BUD menerbitkan surat penolakan penerbitanSP 2D paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima . 9. Surat penolakan penerbitan SP2D ini diserahkan kepada Pengguna Anggaran agar dilakukan penyempurnaan SPM. Kemudian diserahkan kembali kepada Kuasa BUD untuk diteliti kembali . SPM Surat Penolakan Penerbitan SP2D SPM SP2D Nota Debet Dokumen Penatausahaan 2 hari kerja sejak SPM diterima SSP2PD2D SP2D
  • 42. 5. Flowchart Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Kas Terkait Pelaksanaan Belanja Uang Uang 42 Untuk Penggunaan Uang Persediaan (UP) Pelaksanaan Belanja PPTK PA/Kuasa PA Bendahara Pengeluaran Uraian 1. PPTK mengajukan nota permintaan dana untuk melaksanakan kegiatan kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran 2. Pengguna Anggaran memverifikasi Nota Permintaan Dana terhadap kebenaran dan kewajibannya 3. Pengguna Anggaran membuat memo persetujuan atas Nota Permintaan Dana tersebut, dan memberikannya kepada bendahara pengeluaran 4. Bendahara Pengeluaran memberikan uang sesuai dengan jumlah yang tercantum dalam memo persetujuan 5. Bendahara Pengeluaran mencatat pengeluaran tersebut pada Buku Pembantu Panjar. Nota Permintaan Dana (NPD) Nota Permintaan Dana (NPD) Verifikasi Memo Persetujuan Memo Persetujuan Buku Pembantu Panjar Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 43. Verifikasi BKU Pengeluaran Buku Pembantu Panjar 43 Pelaksanaan Belanja (Lanjutan) Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Bendahara Pengeluaran Uraian PPTK PA Dokumen Belanja Dokumen Belanja Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Objek Buku Pembantu Kas Tunai Buku Pembantu Simpanan/ Bank Buku Pembantu Pajak 1. PPTK mengarsip dokumen-dokumen terkait dengan pengeluaran belanja lalu menyerahkannya ke Bendahara Pengeluaran 2. Bendahara Pengeluaran memverifikasi dokumen-dokumen belanja terhadap kebenaran dan kewajarannya. 3. Bendahara Pengeluaran mencatat pelaksanaan belanja pada: a. Buku Kas Umum Pengeluaran, digunakan untuk mencatat transaksi belanja b. Buku Pembantu Pengeluaran Per Rincian Obyek, digunakan untuk mendetailkan item pengeluaran yang dil akukan selama satu bulan. c. Buku Pembantu Kas Tunai, digunakan untuk mencatat saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum dibelanjakan dan berada di kas tunai bendahara pengeluaran d. Buku Pembantu Simpanan/Bank, digunakan untuk mencatat saldo SP2D yang telah dicairkan dan belum dibelanjakan dan berada di rekening bendahara pengeluaran e. Buku Pembantu Panjar, digunakan untuk mencatat jumlah yang telah dibelanjakan untuk membayar jasa yang telah dilaksanakan pihak ketiga (LS barang dan jasa pihak ketiga) f. Buku Pembantu Pajak, digunakan untuk mencatat pajak PPn yang dibayar pada saat membeli barang, atau mencatat PPh yang dipotong pada saat pembayaran gaji pegawai negeri
  • 44. 6. Flowchart Sistem Dan Prosedur Terkait Pembuatan Surat 44 Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran. Pembuatan SPJ Kepala SKPD Bendahara Pengeluaran Uraian PPK-SKPD Bukti Transaksi UP/ GU/TU BKU Buku Pembantu Rekap Pengeluaran per Objek Buku Pembantu Simpanan/Bank Buku Pembantu Pajak Buku Pembantu Panjar SPJ SPJ SPJ Pengeluaran Pengeluaran Pengeluaran SPJ Pengeluaran Pembantu SPJ Pengeluaran BUD SPJ Pengeluaran Verifikasi SPJ Pengeluaran SPJ Pengeluaran Surat Pengesahan SPJ Surat Pengesahan SPJ 1. Bendahara Pengeluaran melakukan pencatatan bukti-bukti pembelanjaan dana 2. Dari proses pencatatan ini dihasilkan dokumen sebagai berikut : - BKU Pengeluaran - Buku Rekap Pengeluaran Per Objek - Buku Pembantu Simpanan Bank - Buku Pembantu Pajak - Buku Pembantu Panjar 3. Berdasarkan lima dokumen tersebut ditambah dokumen SPJ Pengeluaran Pembantu, Bendahara Pengeluaran membuat SPJ Pengeluaran. Dokumen SPJ : a. Buku Kas Umum b. Ringkasan pengeluaran per rincian objek disertai bukti-bukti yang sah c. Bukti atas penyetoran PPN/PPh d. Register penutupan kas. 4. Bendahara Pengeluaran menyerahkan SPJ Pengeluaran kepada PPK-SKPD. Bendahara Pengeluaran juga harus menyerahkan SPJ Pengeluaran kepada BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 5. PPK-SKPD memverifikasi SPJ Pengeluaran 6. Apabila disetujui, PPK-SKPD menyampaikan SPJ Pengeluaran kepada Kepala SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 7. Kepala SKPD mengesahkan SPJ Pengeluaran. 8. Kepala SKPD menyerahkan Surat Pengesahan SPJ kepada Bendahara Pengeluaran Tgl 10 bln berikutnya Tgl 10 bln berikutnya Sumber : Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD
  • 45. 45 c. Sistem dan Prosedur Akuntansi Aset Tetap/ Barang Milik Daerah Menurut permendagri no 13 tahun 2006 pasal 253 prosedur akuntansi Aet pada SKPD di definisikan sebagai berikut: “Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD” Prosedur akuntansi asset hanya terkait dengan prosedur akuntansi asset tetap dan prosedur akuntansi asset lainnya. Sedangkan asset lancer sudah mencakup prosedur akuntansi pendapatan,penerimaan dan akuntansi piutang. Tapap-tahap prosedur penatausahaan Aset dan Barang Milik Daerah sebagai berikut: 1. Prosedur Akuntansi Aset Tetap di SKPD Aet tetap menuut PSAP nomor 07 paragraf 5 adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap seperti; tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; konstruksi dalam pengerjaan. Beberapa dokumen yang diperlukan dalam prosedur akuntansi aset tetap di SKPD adalah sebagai berikut: a. Berita acara penerimaan barang, dan atau b. Berita acara serah terima barang, dan atau c. Berita acara penyelesaian pekerjaan Sedangkan pihak-pihak yang terlibat dalam prosedur akuntansi aset terap adalah: a. PPK-SKPD
  • 46. 46 b. Penyimpan Barang Milik Daerah c. Pengurus Barang SKPD d. Kuasa BUD e. Bendahara Pengeluaran Sedangkan beberapa buku yang diperlukan dalam penatausahaan akuntansi aset tetap di SKPD adalah sebagai berikut: a. Buku jurnal umum b. Buku besar c. Buku besar pembantu (kalau diperlukan) Prosedur akuntansi aset tetap diperlukan untuk menyeragamkan perlakuan akuntansi atas transaksi penambahan maupun pengurangan aset tetap. Prosedur akuntansi aset tetap yang dilakukan PPK-SKPD dapat diringkas melalui flowchart berikut:
  • 47. 47 Flowchart sistem dan prosedur akuntansi aset tetap di SKPD Uraian Kuasa BUD Bendahara Pengeluaran SKPD Penyimpan Barang Pengurus Barang PPK-SKPD 1. Kuasa BUD menerbitkan san menyampaikan SP2D-LS kepada PPK-SKPD 2. Bendahara pengeluaran menyampaikan LPJ-UP dan LPJ-TU ke Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD 3. Penyimpan barang menyampaikan laporan atau berita acara penerimaan barang ke PPK-SKPD 4. Pengurus barang menyampaikan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak atau tidak digunakna lagi;LBPS; dan LBPT ke PPK-SKPD 5. PPK-SKPD melakukan verivikasi atas SP2D: LPJ-UP;LPJ-TU dan usulan penghapusan BMD, serta melakukan rekonsiliasi antara catatan set tetap yang ada padanya dg LBPS dan LBPT 6. PPK-SKPD memerlukan bukti memorial kedalam buku jurnal umum 7. Secara periodik, PPK-SKPD memposting jurnal ke buku besar 8. PPK-SKPD membuat neraca saldo& laporan keuangan pad aakhir periode tertentu SP2D-LS LPJ-UP LPJ-TU BAP Barang Usulan penghap usan LBPS; LBPT Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD SP2D-LS, LPJ-UP, LPJ-TU, BAP, Usulan penhapusan,LB PS,LBPT Verivikasi;r ekonsiliasi; membuat bukti memorial Bukti memorial Membuat jurnal Jurnal korolari posting Buku besar Membuat NS& LK NS LK
  • 48. 48 2. Prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset lainnya yang ada dalam neraca SKPD, menurut PP Nomor 8 Tahun 2006, meliputi: 1) Tagihan Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan. 2) Tuntutan Ganti Rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan. 3) Aset Kerjasama dengan Fihak Ketiga (Kemitraan). 4) Aset Tak Berwujud. 5) Aset Lain-Lain Dokumen-dokumen yang dipergunakna dalam penatausahaan akuntansi aset lainnya adalah sebagai berikut: a. Surat Jual Beli Barang Milik Daerah (BMD), yaitu untuk akun Tagihan Penjualan Angsuran. b. Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM), yaitu untuk akun Tuntutan Ganti Rugi. c. Berita acara penerimaan barang, dan atau Berita acara serah terima barang, dan atau Berita acara penyelesaian pekerjaan, misalnya untuk perolehan aset tak berwujud berupa software. d. Surat usulan penghapusan BMD yang rusak/tidak digunakan lagi, yaitu untuk akun aset lain-lain. Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur akuntansi aset lainnya di SKPD adalah beberpa bagian seperti; kuasa BUD, Bendahara pengeluaran, Bagian Keuangan, Pengurus Barang SKPD, PPK-SKPD. Prosedur akuntansi aset lainnya merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan agar transaksi-transaksi terkait dengan penambahan atau pengurangan aset lainnya dapat dibukukan dan dilaporkan di neraca secara seragam. Sistem dan prosedur akuntansi tersebut dilaksanakan oleh PPK-SKPD dapat diringkas dalam flowchart berikut:
  • 49. 49 Flowchart Sistem Dan Prosedur Akuntansi Aset Lainnya di SKPD Uraian Kuasa BUD Bendahara Pengeluaran SKPD Penyimpan Barang Pengurus Barang PPK-SKPD 1. Kuasa BUD menerbitkan san menyampaikan SP2D-LS kepada PPK-SKPD 2. Bendahara pengeluaran menyampaikan LPJ-UP dan LPJ-TU ke Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD 3. Penyimpan barang menyampaikan laporan atau berita acara penerimaan barang ke PPK-SKPD 4. Pengurus barang menyampaikan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak atau tidak digunakna lagi;LBPS; dan LBPT ke PPK-SKPD 5. PPK-SKPD melakukan verivikasi atas SP2D: LPJ-UP;LPJ-TU dan usulan penghapusan BMD, serta melakukan rekonsiliasi antara catatan set tetap yang ada padanya dg LBPS dan LBPT 6. PPK-SKPD memerlukan bukti memorial kedalam buku jurnal umum 7. Secara periodik, PPK-SKPD memposting jurnal ke buku besar 8. PPK-SKPD membuat neraca saldo& laporan keuangan pad aakhir periode tertentu SP2D-LS LPJ-UP LPJ-TU SKTM/ srt.jual beli Usulan penghap usan Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD SP2D-LS, LPJ-UP, LPJ-TU, SKTM/srt.jual beli,Usulan penghapusan, Verivikasi; membuat bukti memorial Bukti memorial Membuat jurnal Jurnal korolari posting Buku besar Membuat NS& LK NS LK
  • 50. 50 d. Sistem dan Prosedur Akuntansi Selain Kas Transaksi selain kas adalah kejadian-kejadian yang memiliki nilai ekonomi yang tidak melibatkan kas, namun bisa terjadi sebagai ikutan dari adanya transaksi kas. Oleh karena kejadian-kejadian tersebut mempunyai sifat ekonomi, maka diperlukan pembukuan ketika kejadian tersebut timbul. Akuntansi selain kas terutama bertujuan agar neraca dapat disajikan dengan menggunakan basis akrual. Akuntansi selain kas di SKPD biasanya terjadi atas kegiatan meliputi pembukuan koreksi kesalahna pencatatan, pembukuan atas transaksi yang bersifat akrual pada akhir tahun, penyesuaian terhadap akun dalam rangka menyusun laporan keuagan pada akhir tahun, dan jurnal penutup. Prosedur akuntansi non kas di SKPD dibuat agar terdapat keseragaman perlakuan akuntansi terhadap transaksi-transaksi non kas yang terjadi. Prosedurprosedur akuntansi non kas di SKPD meliputi: 1. Prosedur akuntansi koreksi kesalahan. Prosedur akuntansi koreksi kesalahan dimaksudkan untuk membukukan tindakan pembetulan akuntansi agar agar pos-pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya. Prosedur akuntansi koreksi kesalahan dilaksanakan oleh PPK-SKPD, yang meliputi proses-proses yang dapat diringkas dalam flow chart berikut:
  • 51. 51 Flow chart sistem dan prosedur akuntansi koreksi kesalahan di SKPD Uraian Kuasa BUD Bendahara Pengeluar an SKPD Penyimp an Barang Pengurus Barang PPK-SKPD 1. Kuasa BUD menyampaikan SP2D ke PPK-SKPD bahwa RKUD telah mengembalikan kelebihan pendapatan yang diterima SKPD 2. Bendahara pengeluaran menyampaikan LPJ-UP ,LPJ-TU dan SPJ administratif ke Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD 3. Bendahara Penerimaan menyampaikan LPJ Administratif ke Pengguna Anggaran melalui PPk-SKPD 4. Pengurus barang menyampaikan LBPS; dan LBPT ke PPK-SKPD 5. PPK-SKPD melakukan verivikasi dan identifikasi LPJ Administratif; LPJ-UP; LPJ-TU, SPJ Administratif, LBPS dan LBPT terkait dengan kemungkinan adanyanpenerimaan atas pengembalian kelebihan belanja atau kekurangan pendapatan; pengeluaran atas kekurangan belanja atau kelebihan menerima pendapatan, kemudian membuat bukti memorialnya 6. PPK-SKPD membukukan bukti memorial kedalam buku jurnal umum 7. Secara periodik, PPK-SKPD memposting jurnal ke buku besar 8. PPK-SKPD membuat neraca saldo& laporan keuangan pad aakhir periode tertentu SP2D-LS LPJ-UP LPJ-TU SKTM/ srt.jual beli Sumber: Surat Edaran Ditjen BAKD No. 900/316/BAKD Usulan penghap usan SP2D-LS, LPJ-UP, LPJ-TU, SKTM/srt.jual beli,Usulan penghapusan, Verivikasi; membuat bukti memorial Bukti memorial Membuat jurnal Jurnal korolari posting Buku besar Membuat NS& LK NS LK
  • 52. 52 2. Prosedur Akuntansi atas Transaksi yang Bersifat Akrual. Prosedur akuntansi atas transaksi yang bersifat akrual dimaksudkan untuk membukukan hak (aset) atau kewajiban pada neraca SKPD yang sudah timbul, meskipun transaksi pengeluaran atau penerimaan kas belum terjadi. Pembukuan transaksi yang bersifat akrual tersebut meliputi pencatatan persediaan, pencatatan piutang yang akan diterima pada tahun yang akan dating, pencatatan kewajiban yang akan dibayar pada tahun yang akan datang. Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan data-data yang ada, yang meliputi langkah- langkah berikut: a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti bahwa telah timbul hak dan kewajiban yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meskipun pengeluaran atau penerimaan kas belum terealisasi. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi, kode akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum untuk membukukan transaksi-transaksi yang bersifat akrual. c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk menyusun Laporan Keuangan. Penggunaan kertas kerja ini bukan merupakan suatu keharusan, tetapi hanya merupakan alat bantu untuk memudahkan proses pembuatan laporan keuangan manual. d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja. e. Memindahkan jurnal transaksi yang bersifat akrual dari jurnal umum ke kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas, sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada kolom tersendiri di Kertas Kerja. g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja. h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja. i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup
  • 53. 3. Prosedur Akuntansi Penyesuaian Terhadap Akun Tertentu dalam Rangka 53 Menyusun Laporan Keuangan pada Akhir Tahun. Prosedur akuntansi penyesuaian akhir tahun dimaksudkan untuk melakukan penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dalam rangka menyusun laporan keuangan pada akhir tahun. Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD berdasarkan data-data yang ada, yang meliputi langkah-langkah berikut: a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada, yaitu bahwa terdapat bagian TPA/TGR yang akan diterima di tahun depan. b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu). c. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat bantu untuk menyusun Laporan Keuangan. d. Membuat neraca saldo. Angka-angka neraca saldo tersebut diletakkan di kolom “Neraca Saldo” yang terdapat pada Kertas Kerja. e. Memindahkan jurnal penyesuaian atas saldo akun-akun tertentu dari jurnal umum ke kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja. f. Menyesuaikan neraca saldo dengan memperhitungkan jurnal tersebut di atas, sehingga menjadi ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada kolom tersendiri di Kertas Kerja. g. Mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran dan memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada Kertas Kerja. h. Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom “Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja. i. Menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena PPKSKPD belum membuat Jurnal Penutup. 4. Prosedur Akuntansi Jurnal Penutup Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang digunakan unutk laporan realisasi anggaran, yaiut pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Jurnal penutup akan mempengaruhi nilai SILPA di neraca menjadi
  • 54. jumlah yang benar. Prosedur akuntansi jurnal penutup dimaksudkan untuk menutup saldo nominal menjadi nol (0) pada akhir periode akuntansi. Prosedur akuntansi ini hanya melibatkan PPK-SKPD saja berdasarkan data-data yang ada, 54 yang meliputi langkah- langkah berikut: a. Membuat bukti memorial berdasarkan bukti-bukti yang ada. Bukti memorial tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal transaksi, kode akun, uraian transaksi dan/atau kejadian, dan jumlah rupiah. b. Mencatat bukti memorial ke dalam buku jurnal umum (dalam bentuk jurnal penutup). c. Menyusun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (sebelum jurnal penutup). d. Memposting jurnal penutup ke dalam buku besar sesuai akun-akun nominal yang terkait. e. Menyusun neraca setelah jurnal penutup 3.2.2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 3.2.2.1.Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mendefenisikan sistem pengendalian intern sebagai berikut: “Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. Sedangkan pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menurut PP No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.
  • 55. Berdasarkan beberapa definisi sistem pengendalian intern di atas maka 55 dapat diinterpretasikan beberapa konsep dasar pengendalian intern yaitu: 1. Pengendalian intern adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan infrastruktur organisasi. 2. Pengendalian intern berfungsi efektif karena manusia. 3. Pengendalian intern tidak dimaksudkan untuk memberi jaminan yang mutlak tetapi memberikan jaminan yang memadai karena adanya kelemahan inheren. 4. Pengendalian intern diharapkan dapat mencapai tujuan yang meliputi keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Implementasi mengenai sistem pengendalian intern di ruang lingkup pemerintahan sebenarnya sudah berjalan cukup lama, hanya saja pemberian istilah yang berbeda menimbulkan anggapan bahwa sistem ini baru akan diterapkan setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. SPIP merupakan suatu sitem pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntable. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
  • 56. 56 3.2.2.2.Unsur –Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan pengendalian intern. Penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern pemerintah dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah. 1. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian merupakan pengendalian yang mempengaruhi keseluruhan organisasi dan menjadi “atmosfir individu organisasi di dalam melakukan aktivitas dan melaksanakan tanggungjawab atas pengendalian yang menjadi bagiannya. Dengan kata lain, Lingkungan Pengendalian merupakan pondasi dasar yang mendasari suatu sistem pengendalian intern pemerintah. Apabila Lingkungan Pengendalian menunjukan kondisi yang baik,maka dapat memberi pengaruh yang cukup baik bagi suatu organisasi, namun sebaliknya, apabila lingkungan pengendalian jelek, mengindikasikan bahwa organisasi tersebut tidak sehat. Pimpinan Instansi Pemerintah daerah harus menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang dapat menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam lingkungan
  • 57. kerjanya. Lingkunagn pengendalian telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah 57 Nomor 60 tahun 2008 seperti berikut: a. Penegakan integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. kepemimpinan yang kondusif d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia. g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait 2. Penilaian risiko Menurut PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) penilaian resiko terdiri dari: 1. Identifikasi resiko 2. Analisis risiko Penilaian resiko terkait dengann aktivitas bagaimana entitas mengidentifikasikan dan mengelola resiko sehingga entitas dapat meminimalisasi terjadinya kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui proses penilaian resiko ini, maka setiap entitas dapat mengantisipasi setiap kejadian yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi secara optimal. Lebih lanjut lagi PP No. 60/2008 menjelaskan dalam rangka penilaian risiko, pimpinan instansi pemerintah menetapkan: 1) Tujuan instansi pemerintah Tujuan instansi pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis dan terikat waktu dan wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan instansi pemerintah pimpinan instansi pemerintah menetapkan: a) Strategi operasional yang konsisten, dan b) Strategi manajemen terintegrasi dan penilaian risiko
  • 58. 58 2) Tujuan pada tingkatan kegiatan Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: a) Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis instansi pemerintah, b) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan yang lainnya, c) Relevan dengan seluruh kegiatan utama instansi pemerintah, d) Mendukung unsur kriteria pengukuran, e) Didukung sumber daya instansi pemerintah yang cukup, dan f) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya. 3) Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan: a) Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, b) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal, dan c) Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko. 4) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan instansi pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima. 3. Kegiatan Pengendalian Kegiatan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi risiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian risiko. Pimpinan instansi pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Menurut PP 60/2008, Kegiatan pengendalian terdiri atas: a. Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan b. Pembinaan sumber daya manusia c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi d. Pengendalian fisik atas asset e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja f. Pemisahan fungsi g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
  • 59. i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan 59 kejadian penting. 4. Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi mengandung arti dalam setiap organisasi harus mengidentifikasikan seluruh informasi yang dibutuhkan dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan sesuai kewenangannya. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem informasi yang handal yang dapat memberikan informasi terkait operasional, keuangan serta perbandingan informasi dalam organisasi. Sistem Informasi harus dapat membantu manajemen dalam menjalankan dan mengendalikan operasinya. Menurut PP No.60/2008 komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya: a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus. 5. Pemantauan/monitoring Monitoring mengandung makna sebagai suatu proses yang menilai kualitas dari kinerja system pengendalian. Hal ini dapat berupa monitoring saat kegiatan berjalan (on going), evaluasi terpisah atau kombinasi keduanya. Menurut peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP), pemantauan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  • 60. a. Pemantauan berkelanjutan, diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. b. Evaluasi tepisah, diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan 60 pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya 3.2.3. Kualitas Informasi Laporan Keuangan 3.2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan Daerah Laporan keuangan merupakan laporan yang terstuktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adaslah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukan akutabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah. 2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah. 3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi. 4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggaran.
  • 61. 5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai 61 aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya. 6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. 7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas 8. pelaporan dalam menandai aktivitasnya. 3.2.3.2. Komponen –komponen laporan keuangan daerah Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah: 1. Laporan realiasi anggaran Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah ]daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD. Dengan demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan pendapatan pemerintah daerah dalam satu periode, belanja, surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan. 2. Neraca Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan
  • 62. informasi kuangan yang dapat dipercaya mengenai asset, kewajiban dan ekuitas 62 dana. 3. Laporan Arus Kas Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran. 4. Catatan Atas Laporan Keuangan Disajikan secara sistematis sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, dimana setiap pos dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas, harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan. Disamping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuagan secara wajar. 3.2.3.3. Dimensi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Daerah Huang, et al (1999) dalam sukmaninggrum (2012) mendefinisikan 15 dimensi kualitas informasi yang dikelompokkan menjadi empat kelas : 1. kualitas intrinsik: akurasi, obyektivitas, believability, dan reputasi, 2. kualitas aksesibilitas: akses, dan keamanan, 3. kualitas kontekstual: relevansi, nilai tambah, ketepatan waktu, kelengkapan dan jumlah data, dan
  • 63. 4. kualitas representasi: interpretasi, kemudahan pemahaman, 63 representasi ringkas, dan perwakilan konsisten. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: a. Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan : 1) Memiliki manfaat umpan batik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. 2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. 3) Tepat waktu
  • 64. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna 64 dalam pengambilan keputusan. 4) Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. b. Andal Informasi Dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karekteristik : 1) Penyajian jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan 2) Dapat diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.
  • 65. 65 3) Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. c. Dapat dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. d. Dapat dipahami Informasi yang disajikan Dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
  • 66. 66 3.2.4. Akuntabilitas Keuangan Daerah 3.2.4.1. Pengertian Akuntabilitas Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan accountability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable. Menurut abdul Halim (2007 ) akuntabilitas adalah: “kewajiban-kewajiban dari induvidu atas penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban pegawai pemerintahan kepada publik yang konsumen layanannya”. Menurut Sudarmayanti (2003) seperti yang dikutip oleh Hasanah (2012) menyebutkan bahwa Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara priodik secara vertical ataupun horizontal. Sedangkan menurut Standar Akuntansi Pemeritah Tahun 2005 Akuntabilitas adalah: “mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara priodik. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur”.