SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  91
BAGAIMANA DOKTER
  BERFIKIR, BEKERJA
DAN MENAMPILKAN DIRI




   Dr H Tatang Kartawan
           2008


      ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   1
                2006
PENGANTAR
     BEBERAPA PENGERTIAN
• Etika (moral phylosophy) adalah bagian dari
  filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai
  kemanusiaan, yang mempelajari arti istilah
  moral dan teori mengenai perilaku serta
  kebaikan.
• Filsafat (Gr: love of wisdom) adalah cabang
  ilmu yang mencakup Metafisika (hakikat
  kehidupan), Epistemologi (teori ilmu), Logika
  (yang mempelajari inferens yang valid) dan
  Etika (Gr: ethos, adat/kebiasaan, Lat: mores,
  kelakuan lahir seseorang, Indonesia: etika,
  kesusilaan).
                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN           2
                           2006
PENGANTAR
         BEBERAPA PENGERTIAN


• Jadi pengertian Etika dapat dirumuskan
  sebagai Mores of the Community
  (Kesopanan Masyarakat) dan Ethics of the
  People (Ahlak Manusia).
• Etika Kedokteran mencakup Etika Jabatan
  Kedokteran (Medical Ethics) dan Etika
  Asuhan Kedokteran (Ethics of Medical
  Care).
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     3
                        2006
1. Etika (Jabatan) Kedokteran
   Pengertiean etika disini cenderung kearah mores,
 • Mencakup permasalahan mengenai perilaku
    dokter terhadap sejawatnya, pembantunya dan
    orang-orang.
   • Setiap profesi memiliki etikanya sendiri-sendiri,
     contohnya : jurnalis, hakim, jaksa, pengacara,
     dokter, dll.

2. Etika Asuhan Kedokteran
   • Pengertian etika disini cenderung kearah ethos,
     tetapi bagaimanapun juga kedua pengertian
    (mores dan ethos) sangat berkaitan erat sekali.
                     ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN              4
                           2006
• Pengertian Etika berkaitan dengan :
1. Sistem nilai yaitu nilai moral dan norma tuntunan
   orang-orang atau suatu masyarakat yang mengatur
   perilaku mereka.
2. Kode etik, yaitu seperangkat prinsip moral atau nilai.
3. Ilmu tentang kebaikan dan keburukan.

• Pengertian Moral.
   Secara etimologik istilah moral memiliki pengertian
  serupa dengan etika, meskipun mereka berasal dari
  bahasa yang berbeda.

• Pengertian Amoral artinya melawan nilai-nilai moral
  yang berlaku atau melawan norma yang digunakan
  oleh suatu masyarakat.
                   ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                   5
                             2006
MORAL DAN AGAMA
Tak dipungkiri lagi bahwa Agama memiliki hubungan erat
dengan Moral :
• Sehari-hari agama mendorong niat untuk selalu berbuat
  kebajikan atau berperilaku yang bermoral.
• Perilaku yang dianjurkan dan perilaku yang dilarang
  didasarkan pada perintah dan larangan agama.
• Pernyataan “Saya seorang penganut agama dan agama
  saya melarang saya berbuat itu” sering diucapkan.
• Setiap agama mengajarkan ahlak (moral) untuk
  dipergunakan sebagai tuntunan hidup bagi setiap
  penganutnya.
                     ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN               6
                               2006
MORAL DAN AGAMA


• Berhagai agama yang berbeda memiliki doktrin tentang
  moral yang sedikit berbeda, namun secara umum tidak
  signifikan.
• Iman tidak selalu dapat dibuktikan (rasional), tetapi diyakini,
  iman berasal dari Tuhan (Allah).
• Hubungan antara agama dan etika keduanya memberi
  motivasi dan inspirasi agar pengikutnya mematuhi nilai-nilai
  dan norma-norma yang telah diterima/disepakati.



                      ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                  7
                                2006
MORAL DAN HUKUM



• Seperti hubungan antara moral dan agama,
  juga hubungan yang serupa terjadi antara moral
  dan hukum.
• Hukum memerlukan moral.
. Pada zaman RomawiI ada pepatah “Quid leges
  sine moribus” yang berarti “Apalah artinya
  hukum apabila tanpa moralitas”



                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN             8
                          2006
MORAL DAN HUKUM

• Hukum kurang bermakna apabila tidak dijiwai moralitas,
  tanpa moralitas hukum hanyalah nonsense belaka.
• Di sisi lain moral juga memerlukan hukum, moral
  mungkin hanya impian belaka apabila tidak dirumuskan
  dengan tegas dan jelas dan sekaligus dilembagakan
  dalam masyarakat sama seperti hukum.
• Sebagai kosekwensinya hukum dapat mendorong
  moralitas dan dampak sosialnya.
  Menghormati milik orang lain, sebagai contoh, adalah
  satu dari prinsip-prinsip moral terpenting yang nantinya
  mengarah pada jaminan hak atas kekayaan intelektual.


                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                   9
                              2006
PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (1)


• Persamaannya :
            Berisi aturan, petunjuk,
     keharusan dan larangan
                              Ada
  yang tertulis maupun yang
     tidak tertulis
            ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   10
                      2006
PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (2)
        PERBEDAANNYA

                   ETIKA                 HUKUM
                KEDOKTERAN               KEDOKTERAN
Terjadinya      Tradisi yang             Dibuat oleh Negara
                diwariskan dari          atau Institusi
                generasi ke generasi     Kenegaraan
Kepentingan     Kelompok profesi         Publik


Tujuan          Menjaga/memelihara       Melindungi
                martabat dan             masyarakat
                kehormatan
Ciri-ciri       Lebih bersifat statis,   Lebih bersifat
                fleksibel dan            dinamis dan rigid
                himbauan




              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                         11
                        2006
PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM (3)
        PERBEDAANNYA
                     ETIKA     HUKUM
                  KEDOKTERAN KEDOKTERAN
Lama berlakunya   Relatif lebih lama       Relatif berubah lebih
                                           cepat
Sanksi            Sanksi moral             Sanksi hukum
                  Sanksi psikologis        (pidana/perdata)
                  Sanksi sosial            -> Hukum badan
                  Sanksi spiritual         (kurungan, denda)
                  (Sanksi dijatuhkan       -> Ganti rugi
                  oleh Kelompok            -> Administratif (ijin
                  Profesi -> MKEK)         dicabut) => dijatuh-
                                           kan oleh MDTK
Prosedur          Diajukan kepada          Diajukan oleh yang
Pelanggaran       Kelompok Profesi         dirugikan atau oleh
                                           MDTK dan juga MKEK



                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                       12
                            2006
PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN
           DI INDONESIA

    Permasalahan yang berkembang dalam etika
adalah Penyimpangan Etika, yaitu evaluasi yang
didasarkan pada apa yang benar dan apa yang
salah.
   Sebagai konsekwensinya, persepsi ini menjadi
sangat sulit dan kompleks karena persepsi selalu
ditafsirkan berbeda tergantung dari       sudut
pandangnya.


               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        13
                         2006
PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN
              DI INDONESIA

  Mengacu pada “Tantangan Etika Kedokteran di
  Indonesia” (Samil,2001), ada beberapa butir
  perhatian :
• Apa yang termasuk pada Kebaikan dan apa yang
  termasuk pada Keburukan.
• Apa yang termasuk pada Kebijaksanaan dan apa
  yang termasuk pada Kejahatan.
• Apa yang diinginkan dan apa yang tidak.


                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          14
                           2006
• Selanjutnya, ada tiga faktor penyebab yang
  dapat mengembangkan Etika Kedokteran :

 1.   Penelitian.
 2.   Kemajuan Ilmu dan Teknologi Kedokteran.
 3.   Krisis moral yang mendasar  dapat
      merupakan dilema dalam mengambil
      keputusan.


                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        15
                           2006
• Sesungguhnya permasalahan etika tidak berdiri
  sendiri, diantaranya ada permasalahan :

 1.   Hubungan dokter-dokter.
 2.   Hubungan dokter-pasien.
 3.   Produser (pabrik) alat-alat kesehatan.
 4.   Hukum atau Peraturan tentang Kesehatan
      yang sangat ketat yang membuat para
      dokter ragu-ragu untuk bertindak.


                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    16
                           2006
• Menyelamatkan Jiwa adalah perilaku
  etika yang baik, namun kualita hidup
  mana yang harus diselamatkan?
  Hidup yang berkuatitas, sudah tentu,
  membutuhkan biaya tinggi; lalu
  bagaimana selanjutnya?
  Pertimbangan-pertimbangan ini bisa
  membawa para dokter menuju konflik
  diantara mereka sendiri.



            ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       17
                      2006
Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya
 adalah sbb :

• Pluralisme bangsa dengan berbagai karakter
  dan budaya.
• Distribusi Pelayanan Kesehatan yang belum
  merata.
• Kecenderungan penyimpangan etika.
• Penyimpangan dalam informed consent.
• Penyimpangan rekam medik.
• Penyimpangan dalam Penelitian.
                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    18
                          2006
HIPPOCRATES
          (460-377 sM)
• Lahir di Pulau Cos Yunani
• Ayahnya seorang dokter Yunani
• Bapak Ilmu Kedokteran
• Sering bepergian ke pelosok Yunani dan
  Asia Kecil untuk berpraktek dokter dan
  mengajar
• Karyanya Corpus Hippocraticum dan
  Hippocratic Oath
            ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    19
                      2006
HIPPOCRATES (2)
• Corpus Hippocraticum (mungkin bukan karyanya
  sendiri) berupa rangkuman Perpustakaan
  Sekolah Kedokteran Cos
• 60 karya ditulis dunia kedokteran atas namanya
  untuk menghormatinya (abad 2 – 10 M)
• Meliputi Anatomi, Pokok-pokok Klinis,
  Penyakit wanita dan anak, Prognosis,
  Pengobatan dengan Diet dan Obat, Pembedahan
  dan Etika Kedokteran
            ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        20
                      2006
HIPPOCRATES (3)

• Hippocratic Oath merupakan petunjuk
  perilaku dokter sepanjang zaman
• Dipakai dalam penyumpahan dokter di
  seluruh dunia
• Hippocrates oleh Plato disebut sbg
  Asclepiad dari Cos, karena ia
  menggunakan filsafat untuk mempelajari
  Ilmu Kedokteran
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       21
                        2006
HIPPOCRATES (4)

• Tubuh manusia “holistic” sebagai suatu
  organisma
• Penyakit disebabkan sisa makanan yang
  tidak dicerna yg menyebabkan bau
• 5 abad kemudian Seranus (seorang dokter
  Yunani) menulis biografinya, tetapi
  bernada imaginatif
• Wafat 377 sM di Larissa
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    22
                        2006
SUMPAH DOKTER
       THE HIPPOCRATIC OATH               (1)
           (Dorland’s Med.Dict. 1988)
• “I swear by Apollo the Physician, by
  Aesculapius, Hygenia and Panacea, and I take
  to witness all the gods and all the godesses to
  keep according to my ability and my judgement
  the following Oath”
• “To consider dear to me as my parents him who
  taught me this art; to live in common with him
  and if necessary to share my goods with him; to
  look upon his children as my own brother, to
  teach them this art if they so desire without fee
  or written promise ; 
                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          23
                           2006
THE HIPPOCRATIC OATH (2)

 to impart to my sons and the sons of
 the master who taught me and the
 disciples who have enrolled themselves
 and have agreed to the rules of the
 profession, but to these alone, the
 precepts and the instruction, I will
 prescribe regiment for the good of my
 patients according to my ability and my
 judgement and never do harm to anyone”
             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    24
                       2006
THE HIPPOCRATIC OATH (3)
• “To please no one will I prescribe a
  deadly drug, nor give advice which may
  cause his death”
• “Nor will I give a woman a pessary to
  procure abortion, but I will preserve the
  purity of my life and my art”
• “I will not cut for stone, even for patients
  in whom the disease is manifest; I will
  leave this operation to be performed by
  practitioners (specialists in this art)”
               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       25
                         2006
THE HIPPOCRATIC OATH (4)


• “In every house where I come I will enter
  only for the good of my patients, keeping
  myself far from all intentional ill-doing
  and all seduction, and especially from the
  pleasures of love with woman or with
  men, be they free or slaves”


               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      26
                         2006
THE HIPPOCRATIC OATH (5)


• “All that may come to my knowledge in
  the exercise of my profession or outside
  of my profession or in daily commerce
  with men, which ought not to be spread
  abroad, I will keep secret and will never
  reveal”

               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         27
                         2006
HIPPOCRATIC OATH (6)


• “If I keep this Oath faithfully, may I
  enjoy my life and practice my art,
  respected by all men and in all
  times; but if I swerve from it or
  violate it, may the reserve be my
  lot”.
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       28
                        2006
SUMPAH DOKTER
         SUMPAH HIPPOCRATES (1)
     (terjemahan bebas dari MEDhelpNet dan Dorland’s Med.Dict.)

• “Saya bersumpah kepada Apollo, Dewa Kedokteran
  Aesculapius, Hygenia dan Panacea, dengan disaksikan
  oleh para dewa saya akan mengucapkan sumpah yang
  akan selalu saya pertahankan berdasar kekuatan dan
  kecakapan serta keyakinan saya”
• “Saya akan memperlakukan Guru yang mengajarkan
  Seni Kedokteran sebagai orang tua sendiri, hidup
  bersama dan bilamana perlu membagi harta benda saya
  kepadanya, serta memperlakukan anak-anaknya sebagai
  saudara kandung yang akan saya ajari Seni Kedokteran
  bila mereka mengingininya tanpa memungut bayaran
  atau syarat-syarat lain”
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN             29
                               2006
SUMPAH HIPPOCRATES (2)
• “Saya akan memberikan segala pengetahuan
  Seni Kedokteran melalui petunjuk, kuliah dan
  instruksi kepada anak-anak saya dan anak-anak
  Guru saya serta murid-murid lain yang mau
  mengangkat sumpah dan mematuhi hukum-
  hukum Kedokteran”
• “Saya akan mengobati pasien berdasar
  kekuatan, kecakapan dan kepercayaan saya
  demi kebaikan pasien dan saya tidak akan
  pernah berbuat sesuatu yang membahayakan
  siapapun”
                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        30
                          2006
SUMPAH HIPPOCRATES (3)
• “Sayapun tidak akan memberikan obat yang
  mematikan ataupun memberi nasihat yang
  mengakibatkan kematian”
• “Begitu pula saya tidak akan memasang
  pessarium kedalam tubuh wanita yang
  mengakibatkan abortus”
• “Saya akan melindungi kemurnian hidup dan
  Seni Kedokteran”
• “Saya tidak akan membedah pasien yang
  menderita sakit batu, tetapi akan
  menyerahkannya kepada ahli yang biasanya
  menanganinya”
                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        31
                          2006
SUMPAH HIPPOCRATES (4)

• “Saya akan selalu berbuat demi
  kebaikan pasien, dan ketika
  memasuki rumahnya saya akan
  senantiasa menghindarkan diri dari
  perbuatan tidak baik yang disengaja
  termasuk mengganggu laki-laki
  maupun perempuan demi
  kenikmatan cinta, baik mereka
  budak maupun orang bebas”
             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
                       2006
                                        32
SUMPAH HIPPOCRATES (5)


• “Saya akan merahasiakan segala sesuatu
  yang saya ketahui sebagai akibat praktek
  profesi saya atau pekerjaan diluar itu
  atau yang berasal dari perdagangan
  sehari-hari yang patut untuk tidak
  disebar-luaskan keluar”


              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     33
                        2006
SUMPAH HIPPOCRATES (6)


• “Saya akan memperoleh berkah dalam
  kehidupan sehari-hari dan dalam
  menjalankan Seni Kedokteran serta akan
  dihormati selamanya bila saya mematuhi
  Sumpah ini, saya akan mengalami nasib
  yang sebaliknya bila mengingkari dan
  menghianatinya”

             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    34
                       2006
SUMPAH DOKTER
     DECLARATION OF GENEVA (1)
   (Adopted by the General Assembly of the World Medical
     Association at Geneva Swizerland, September 1948)


  At the time of being admitted as a
  member of the Medical Profession :
• “I solemnly pledge myself to consecrate
  my life to the service of humanity”
• “I will give to my teachers the respect
  and gratitude which is their due”
• “I will practice my profession with
  conscience and dignity”
                   ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                  35
                             2006
DECLARATION OF GENEVA 1948 (2)

• “The health of patient will be my first
  consideration”
• “I will respect the secret which are
  confided in me”
• “I will maintain by all the means in my
  power the honor and the noble traditions
  of the medical profession”
• “My colleagues will be my brothers”
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     36
                        2006
DECLARATION OF GENEVA
          1948 (3)

• “I will not permit considerations of
  religion, nationality, race, party politics
  or social standing to intervene between
  my duty and my patient”
• “I will maintain the utmost respect for
  human life from the time of conception”

               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       37
                         2006
DECLARATION OF GENEVA
         1948 (4)

• “Even under threat, I will not use my
  medical knowledge contrary to the laws
  of humanity”
• “I make these promises solemnly, freely
  and upon my honor”


              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        38
                        2006
SUMPAH DOKTER
       DECLARATION OF GENEVA (1)
(Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948)
  (And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968
           and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983
       and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994)




  At the time of being admitted as a
  member of the Medical Profession :
• “I solemnly pledge myself to consecrate
  my life to the service of humanity”

                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                  39
                              2006
SUMPAH DOKTER
       DECLARATION OF GENEVA (2)
(Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948)
  (And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968
           and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983
       and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994)




  “I will give to my teachers the respect
  and gratitude which is their due”
• “I will practice my profession with
  conscience and dignity”

                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                  40
                              2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (3)
• “The health of my patient will be my first
  consideration”
• “I will respect the secret which are
  confided in me, even after the patient
  has died”
• “I will maintain by all the means in my
  power the honor and the noble traditions
  of the medical profession”
• “My colleagues will be my sisters and
  brothers”     ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     41
                     2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (4)


• “I will not permit considerations of age,
  disease or disability, creed, ethnic
  origin, gender, nationality, political
  affiliation, race, sexual orientation or
  social standing to intervene between my
  duty and my patient”



               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         42
                         2006
DECLARATION OF GENEVA 1994 (5)


• “I will maintain the utmost respect for
  the human life from its beginning”
• “Even under threat I will not use my
  medical knowledge contrary to the laws
  of humanity”
• “I make these promises solemnly, freely
  and upon my honor”


              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        43
                        2006
SUMPAH DOKTER
  LAFAL SUMPAH DOKTER
     HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000

  Pada saat saya diterima sebagai anggota
  profesi kedokteran, demi Allah (sesuai
  agama kepercayaan) saya bersumpah/
  berjanji (sesuai kepercayaannya) bahwa:
• “Saya akan membaktikan hidup saya guna
  kepentingan perikemanusiaan”
• “Saya akan menjalankan tugas saya
  dengan cara yang terhormat dan bersusila
  sesuai dengan martabat dokter”
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     44
                        2006
LAFAL SUMPAH DOKTER
  HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (2)
• “Saya akan memelihara dengan sekuat
  tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
  kedokteran”
• “Saya akan merahasiakan segala sesuatu
  yang saya ketahui karena keprofesian
  saya”
• “Saya tidak akan mempergunakan
  pengetahuan kedokteran saya untuk
  sesuatu yang bertentangan dengan
  perikemanusiaan sekalipun diancam”
               ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
                         2006
                                           45
LAFAL SUMPAH DOKTER
 HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (3)


• “Saya akan senantiasa mengutamakan
  kesehatan pasien”
• “Saya akan menjalankan tugas saya
  dengan memperhatikan kepentingan
  masyarakat”
• “Saya akan menjaga, memelihara dan
  menghormati hidup insani mulai dari saat
  pembuahan”
             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     46
                       2006
LAFAL SUMPAH DOKTER
  HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (4)

• “Saya akan berikhtiar dengan sungguh-
  sungguh dan tidak akan terpengaruh oleh
  pertimbangan jenis kelamin, usia,
  keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
  politik atau kedudukan sosial dalam
  menunaikan kewajiban terhadap pasien”
• “Saya akan memberikan kepada Guru-
  guru saya penghormatan dan pernyataan
  terimakasih yang selayaknya”
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN    47
                        2006
LAFAL SUMPAH DOKTER
 HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (5)

• “Saya akan memperlakukan teman
  sejawat saya seperti saudara sekandung”
• “Saya akan mentaati dan mengamalkan
  Kode Etik Kedokteran Indonesia”
• “Saya ikrarkan sumpah ini dengan
  sungguh-sungguh dan dengan
  mempertaruhkan kehormatan diri saya”

             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     48
                       2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
1. Sejarah dan Latar Belakang
2. Basic Principles of Medical Ethics (Stanford,
   1994)
3. Asas Etik Kedokteran (Universal)
4. Falsafah Etik Kedokteran
5. Ethics Quote
6. Sifat dasar seorang dokter yang baik dan
   bijaksana
7. Principles of Medical Ethics (AMA, 2001)
8. Kode Etik Kedokteran Indonesia (MKEK IDI,
   2001)
9. MKEK dan wewenangnya
                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
                            2006
                                              49
SEJARAH SINGKAT
Kode Etik tetua dalam praktik kedokteran dipublikasikan
  bangsa Mesopotamia (Babylonian) sekitar 2500 sM.
Kode Etik Hammurabi mengatur perilaku, misalnya : peraturan
  tentang perilaku yang diharuskan bagi profesi dokter.
Sumpah Hippocrates yang menyatakan tentang perilaku
  dokter diterima oleh semua dokter di dunia.
Sumpah ini berlaku sejak zaman keemasan Yunani Kuno
  sekitar abad ke-5 sM.
Sumpah Hippocrates melindungi hak-hak pasien dan
  membangkitkan perasaan mulia serta suci seorang dokter
  tanpa perlu diberi sanksi atau hukuman.
Kontribusi terbesar terhadap Etika Kedokteran dalam sejarah
  sejak Hippocrates adalah seorang filsuf Inggris bernama
  Thomas Percival yang mempublikasikan Kode Etik
  Kedokteran pada tahun 1803.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN             50
                              2006
Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama dirumuskan dalam
  Musyawarah Kerja Susila Kedokteran di Jakarta tahun1969.
Sumber acuannya berasal dari The International Medical Ethic
  Code (Kode ini kemudian disempurnakan pada tahun 1968
  dalam The 22th Congress of The World Association of
  Doctors).
Kode Etik Kedokteran Indonesia juga mengalami modifikasi
  dalam “Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran Ke-2” di
  Jakarta pada tahun 1983, yang kemudian diangkat oleh
  Pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Menkes RI
  No.434/Menkes/SK/1983 tertanggal 20 Oktober 1983.
Dalam Musyawarah IDI tahun 2000 di Malang diadakan banyak
  perubahan (revisi) beberapa kali, dan pada revisi terakhir
  diterbitkan Kode Etik Kedokteran Indonesia beserta Peraturan
  Pelaksanaannya tahun 2001 oleh MKEK IDI, yang dipakai
  semua dokter di Indonesia sampai sekarang.
                     ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN               51
                               2006
TANTANGAN YANG DIHADAPI
                 ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA
•   Pola pikir manusia selalu berubah dari tahun ke tahun.
•   Kemajuan di bidang Ilmu dan Teknologi untuk meningkatkan
    kualita hidup manusia mempengaruhi perkembangan Ilmu dan
    Profesi Kedokteran.
•   Hal tersebut juga mempengaruhi perkembangan berbagai
    masalah termasuk biaya pelayanan medik yang tinggi.
•   Perubahan dalam Sistem Nilai Sosial yang dianggap biasa
    pada masa-masa lalu menjadi tidak biasa pada saat ini.
•   Masyarakat kini menjadi lebih kritis yang menuntut para dokter
    dan pusat-pusat kesehatan memberikan pelayanan lebih baik,
    disamping adanya suatu kenyataan bahwa dokter masa kini
    dapat dituntut di pengadilan.
                        ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN               52
                                  2006
• Mengantisipasi tuntutan yang tidak diinginkan, profesi
  medis memerlukan petunjuk tentang sikap dan
  perilaku para dokter. Petunjuk inilah yang kemudian
  dikenal sebagai Kode Etik Kedokteran.
• Dalam mengamalkan etika kedokteran setiap dokter
  membutuhkan pendidikan agama termasuk ahlak
  serta moral yang baik dalam berinteraksi dengan
  sesama manusia.
• Yang paling penting tentunya adalah pemahaman
  sepenuhnya tentang kode etik. Melalui tuntunan kode
  etik, diharapkan seorang dokter melaksanakan
  profesinya dengan baik yang pada gilirannya
  kemuliaan    serta    kehormatan      profesi   dapat
  ditegakkan dan dipelihara.

                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                   53
                            2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
               LATAR BELAKANG (1)
•   Abad XXV sM Kode Etik pertama di Babylonia
•   Abad V sM Sumpah Hippopcrates
•   Abad XI M kembali ke Sumpah Hippocrates
•   Nurenberg Code 1948
•   International Code of Medical Ethics :
    -> WMA 3rd London (England) Oct 1949

  -> WMA 22nd Sydney Aug 1968
• KODEKI SK Menkes No 434/1983 Okt 1983
• KODEKI dan Pedoman 2006  Pelaksanaannya MKEK54IDI
                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
KODE ETIK KEDOKTERAN
                  LATAR BELAKANG (2)
     Beberapa Deklarasi untuk menyempurnakan permasalahan
     Etik :
1.   Deklarasi Helsinki (1964) tentang Penelitian dengan Subyek
     Manusia.
2.   Deklarasi Sydney (1968) dan Venice (1983) tentang Kriteria
     Mati dan Penyakit Terminal dikaitkan dengan Transplantasi
     Organ.
3.   Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan.
4.   Deklarasi Munich (1973) tentang Penerapan Teknologi
     Administrasi.
5.   Deklarasi Tokyo (1975) tentang Penggunaan Obat Terlarang.
6.   Deklarasi Brussel (1985) tentang Bayi Tabung.
7.   Deklarasi Madrid (1989) tentang Euthanasia dan Rekayasa
                         ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN              55
     Genetik.                      2006
INTERNATIONAL MEDICAL ETHICS

International ethic code is used as main reference for
  every country.
International ethic code has several times undergone
  completion; the last was in The 22th Congress of
  World Medical Association in Sydney, Australia in
  1968.
In order to add and complete consistent to the advances
  in medical science and technology, World Medical
  Association has made several declarations in Helsinki,
  Sydney, Venice, Oslo, Munich, Tokyo, Brussel and
  Madrid.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         56
                              2006
The Constitution of
    World Health Organization (WHO)
                    1946

In the International Health Conference in New York,
61 representatives of each country signed the
preambule of The Constitution of WHO which then
was established in 1948.
Definition of healthy : a state of complete physical,
mental and social well-being and not merely the
absence of disease or infirmity; and the
acknowledgement of being healthy as one of basic
human rights.


                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN              57
                              2006
Nurenberg Code (1947)

      After Second World War (1945), eventually it
was known that the doctors in Germany undertook
violence in their medical researches on prisoners
(mostly Jewish ethnic).
The World condemned these experiments and the
related doctors were taken into allied court in
Nurenberg. The judiciary elicited The Nur enberg Code
(1947) describing about          ethics of biomedical
research.
In the 10-item document, a number of basic principles
must be kept. The longest description is the first article
containing voluntary agreement of the human subjects
involved in biomedical studies; this principle, in fact, is
frequently violated in practice.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN             58
                              2006
The Geneva Code
      (World Medical Association, 1948)



It was revised in 1968 and 1983.
It has humanitarian target of medical profession as
the reaction to criminal of German medical doctors.
The Geneva Declaration can be viewed as modern
version.



                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          59
                            2006
International Code of
             Medical Ethics 1949

It was revised in 1968 and 1983.
This code of ethic was based on The Geneva
Declaration and codes of ethic from various modern
countries trying to formulate the principles of
medical ethic code that have been most common.
In fact, the national ethic code refers to it.



                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         60
                           2006
The Helsinki Declaration
                (WMA 1964).



It was revised in 1975, 1983, 1989, and 1996.
There are many principles of ethic for biomedical
experiments with human subjects presented in it.




                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        61
                           2006
The Sidney Declaration
        (World Medical Association, 1968)

The understanding of life aid in ICU results in the
traditional understanding about death must be reviewed.
In fact, a patient can rebreath and the blood circulation
may still be running on in his body on the assistance of
very sophysticated technology. Consequently, there a
novel term so-called brain dead.
It is very important to determine the timing of death
appropriately, especially in a patient as an organ donor.
Since the time of the first heart transplantation
happenedin 1967, The 22th General Congress of WMA
in Sydney has been facing the new situation; leading to
establishing electroencephalography as the important
method for detemining the brain death.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          62
                              2006
The Oslo Declaration
   (About therapeutical abortion, WMA, 1970)


In the end of 1960s, some countries has begun to
legislate abortus provocatus, such as Britain with The
Abortion Act (1967), USA did it someyears later (1973).
In anticipating this new situation of medical profession,
WMA with its Statement on Therapeutic Abortion,
without clear suggested definition, permitted medical
doctors to perform therapeutical abortion with regarding
to local medical association commitment.



                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          63
                              2006
The Tokyo Declaration (1975)


This declaration was accepted by The 29th Congress of
WMA in Tokyo. The objective was to present some
guidelines for medical doctors     concerning   non-
humanitarian tortures and other actions that are
unhumanistic and humiliating through arrest and
imprisonment.
This guideline is required because many doctors were
involved in such practices.

                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         64
                            2006
The Belmont Report (1978)

The principles and guidelines of ethic for protecting human subjects
participating in studies (The National Commission for Protecting Human
Subjects from biomedical and behavioral experiments).
It was one of the documents yielded by The National Commission for
Protecting Human Subjects from biomedical and behavioral research
established by USA in 1974.
During its 5-year existence, the reports contained the guidelines of
researches involving fetus, child, prisoner, mental-disabled people, etc.
The final report formulated the principles of general ethic in reseach involving
human subjects.

Beside the concised introduction, this report also consisted of 3 parts :
1. Boundaries between practice and research.
2. Basic ethical principles
3. Applications

                             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN                         65
                                       2006
The Lisbon Declaration on Patient’s Rights
                    (WMA,1981)

This right is related to the state of ill patients who
require health services. USA is the first country which
possesses it, called “A Patient’s Bill of Rights” (1973).
The Lisbon Declaration indeedly provided International
Code of Medical Ethics (1949) that merely talked of the
doctor obligations. This declaration said about the doctor
obligation to patient but on the orher side patients also
have their own rights.




                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN           66
                              2006
The Declaration on Medical Doctor
  Independence and The Profession Freedom
                (WMA, 1986)

This declaration had been approved by The Congress of
WMA in California, USA.
It described and detailed point (b) of The Lisbon
Declaration (1981). Unlike The Lisbon Declaration was
about the patient’s rights, the declaration here
highlightened the independence of medical profession
and medical profession freedom, in order that doctor will
side with patientconcern.
The regulation of health service costs.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          67
                              2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
               PENGERTIAN (1)
• Kode Etik Profesi adalah :
  a. Seperangkat peraturan atau ketentuan
  yang dibuat oleh kelompok profesi.
  b. Bertujuan memberikan arah moral bagi
  anggota profesi.
  c. Menjamin mutu moral profesi di mata
  masyarakat.
• Kode Etik Kedokteran atau Etika Profesi
  diharapkan dapat menjadi tuntunan moral
                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   68
  yang lengkap bagi anggota profesi.
                           2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
                 PENGERTIAN (2)
  Inti Kode Etik Profesi :
1. Materi muatannya mengandung prinsip umum
    aturan profesi berbentuk janji publik  supaya
    publik percaya kepada profesi tersebut dan semua
    materi muatannya merupakan kewajiban si
    pengemban profesi.
2. Sebagian besar prinsip-prinsip tersebut merupakan
    kekhususan dari norma umum masyarakat.
3. Isinya adalah norma fungsional  untuk
    mempertahankan kedudukan terpercaya hubungan
    Dokter-Pasien. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          69
                         2006
KODE ETIK KEDOKTERAN
     PERUBAHAN DARI WAKTU KE WAKTU

    Terjadi karena :
•   Perubahan sosio-kultural masyarakat.
•   Kemajuan Ilmu dan Teknologi
    Kedokteran.
•   Perubahan Hubungan Dokter-Pasien (ada
    pihak ketiga).
•   Kompleksitas masalah kesehatan.
•   Kompleksitas masalah Moral.
                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      70
                          2006
PRINSIP DASAR ETIKA KEDOKTERAN
 (Stanford University Medical Center,
     Committee on Ethics, 1994)

   1.   Preserve life
   2.   Alleviate suffering
   3.   Do no harm
   4.   Tell the truth
   5.   Respect the patient’s autonomy
   6.   Deal justly with patients
             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      71
                       2006
ASAS ETIK KEDOKTERAN (UNIVERSAL)
  ATAU KAIDAH DASAR BIO-ETIKA/MORAL
             (KDB ATAU KDM)
• Asas menghormati otonomi pasien (Principle of
  Respect of the Autonomy).
• Asas perilaku beramal dan berbudi luhur
  (Principle of Beneficence).
• Asas Keadilan (Principle of Justice).
• Asas tidak menyakiti atau merugikan
  (Principle of Non-maleficence, Primum non
  Nocere).
• Asas kejujuran (Principle of Veracity).
• Asas kerahasiaan(Principle of Confidentiality)
                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN         72
                          2006
FALFAFAH ETIK KEDOKTERAN


 • “Only a good person can be a
   good physician”
                  (Rudolf Ramm,
   The Leading Nazi Medical Ethics,
   1942)

          ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   73
                    2006
ETHICS QUOTE (1)

• “An attorney has a constant and perpetual
  rendezvous with ethics”.
  McClure v Donovan (1947)

• “Morality is stronger than tyrants”
  Louis-Antoine-Leon de Saint-Just, French
  revolutionary (1767-1794)

              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      74
                        2006
ETHICS QUOTE (2)

• “Ethics is a code of values which guide our
  choices and actions and determine the purpose
  and course of our lives”
  Ayn Rand, Russian-American novelist and
  philosopher (1905-1982)

• “Morality is simply the attitude we adopt toward
  people whom we personally dislike”
  Oscar Wilde, Anglo-Irish wit and author (1854-
  1900)            ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      75
                        2006
SIFAT DASAR SEORANG DOKTER
        YANG BAIK DAN BIJAKSANA
•   Sifat Ketuhanan          • “Etik sepanjang
•   Kemurnian niat             masa
•   Keluhuran budi             mengutamakan
•   Kerendahan hati            penderita yang
•   Kesungguhan kerja          berobat, demi
•   Integritas ilmiah          keselamatan dan
•   Integritas sosial          kepentingan
•   Kesejawatan                penderita”

                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN          76
                           2006
PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (1)
    (AMERICAN MEDICAL ASSOCIATION, 2001)

1. A physician shall be dedicated to providing
   competent medical care, with compassion
   and respect for human dignity and rights.
2. A physician shall uphold the standards of
   professionalism, be honest in all professional
   interactions, and strive to report physicians
   deficient in character or competence, or
   engaging in fraud or deception, to appropriate
   entities.
                 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      77
                           2006
PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (2)
    (AMERICAN MEDICAL ASSOCIATION, 2001)


3. A physician shall respect the law and also
   recognize a responsibility to seek changes in
   those requirements which are contrary to the
   best interests of the patient.
4. A physician shall respect the rights of patients,
   colleagues, and other health professionals,
   and shall safeguard patient confidences and
   privacy within the constraints of the law.
                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN        78
                            2006
PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (3)

5. A physician shall continue to study, apply, and
   advance scientific knowledge, maintain a
   commitment to medical education, make relevant
   information available to patients, colleagues, and the
   public, obtain consultation, and use the talents of
   other health professionals when indicated.
6. A physician shall, in the provision of appropriate
   patient care, except in emergencies, be free to
   choose whom to serve, with whom to associate, and
   the environment in which to provide medical care.
                    ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN           79
                              2006
PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (4)

7. A physician shall recognize a responsibility to
   participate in activities contributing to the
   improvement of the community and the
   betterment of public health.
8. A physician shall, while caring for a patient,
   regard responsibility to the patient as
   paramount.
9. A physician shall support access to medical
   care for all people.
                  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       80
                            2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
                FUNGSI KODEKI
1. Sebagai kode etik “umum”  Memuat Kaidah
   Dasar Bio-Etika.
2. Sebagai kode etik “Spesialis”  Karena
   spesialistik keilmuannya membawa kadar
   etika tanggung-jawab lebih besar.
3. Memuat etiket sopan santun (antar sejawat).
4. Merupakan acuan untuk disiplin kedokteran
   (setelah verifikasi keterangan saksi ahli) 
   Pedoman memberikan sanksi kepada sesama
                   ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN      81
   anggota profesi.          2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
 CIRI-CIRI TINGGINYA MORALITAS KODEKI


• Berani berbuat sesuai tuntutan profesi
  (Etika Epicurian).
• Sadar akan kewajibannya (Etika Kantian).
• Memiliki idealisme tinggi (Etika
  Aristotelian)
        Secara eksplisit tidak tercantum
          dalam KODEKI.
              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     82
                        2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
          MKEK IDI 2001


          MUKADIMAH


    •   Sejarah Kedokteran
    •   Falfafah
    •   Prinsip-prinsip
    •   Komitmen profesi

          ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   83
                    2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
        KEWAJIBAN UMUM (1)


• Tentang Sumpah Dokter
• Tentang Profesi Dokter
• Perbuatan yang bersifat memuji diri
• Perbuatan yang melemahkan daya tahan
  pasien
• Tentang penemuan baru
• Tentang kebenaran keterangan/pendapat

             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   84
                       2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
           KEWAJIBAN UMUM (2)


•   Tentang pelayanan medis
•   Bersikap jujur
•   Tentang hak-hak
•   Kewajiban melindungi hidup insani
•   Kepentingan masyarakat
•   Kerjasama dengan pihak lain


                ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   85
                          2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

• Bersikap tulus ikhlas
• Kesempatan pasien untuk berhubungan
  dengan keluarga/penasihatnya
• Kerahasiaan pasien
• Tentang Pertolongan darurat.



             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     86
                       2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA


KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT



 • Tentang perlakuan
 • Tidak boleh mengambil alih
   pasien dari teman sejawat


             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN   87
                       2006
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

• Tentang memelihara kesehatan
  diri
• Mengikuti perkembangan Ilmu
  Pengetahuan dan Teknologi
  Kedokteran/Kesehatan

             ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       88
                       2006
WEWENANG MKEK
1. Pertimbangan dan usul pelaksanaan Etika
   Kedokteran.
2. Bimbingan dan Pengawasan Etika
   Kedokteran.
3. Penilaian Pelaksanaan Etika Kedokteran.

   ----------- Pertanggung-jawabannya melalui
               Dewan Pertimbangan kepada
               Muktamar IDI/Muswil IDI/Musda IDI.
                   ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
                             2006
                                              89
TATA-LAKSANA PELAYANAN
   ETIKA KEDOKTERAN

MKEK IDI  Bimbingan

P3EK DepKes  Menjatuhkan
                sanksi etik

MDTK (Nasional)  Menjatuhkan
                    sanksi disiplin
         ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN       90
                   2006
KESIMPULAN


• Dokter berfikir selalu untuk kepentingan
  pasien.
• Dokter bekerja dalam koridor etika, hukum
  dan norma sosio-kultural.
• Dokter berpenampilan profesional, santun
  dan sangat care terhadap pasien.

              ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN     91
                        2006

Contenu connexe

Tendances (20)

Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Regulasi cepat insulin
Regulasi cepat insulinRegulasi cepat insulin
Regulasi cepat insulin
 
Farmakologi
Farmakologi Farmakologi
Farmakologi
 
Uretritis Non Gonore
Uretritis Non GonoreUretritis Non Gonore
Uretritis Non Gonore
 
Pemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatriPemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatri
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskuler
 
Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)Fibro adenoma mamae (fam)
Fibro adenoma mamae (fam)
 
Adaptasi sel
Adaptasi selAdaptasi sel
Adaptasi sel
 
Migrain
MigrainMigrain
Migrain
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemia   Acute limb ischemia
Acute limb ischemia
 
Eritropoiesis
EritropoiesisEritropoiesis
Eritropoiesis
 
sirosis hepatis
sirosis hepatissirosis hepatis
sirosis hepatis
 
Hipotiroid
HipotiroidHipotiroid
Hipotiroid
 
Hormon tiroid
Hormon tiroidHormon tiroid
Hormon tiroid
 
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
Anatomi dan fisiologi sistem endokrin
 
Medula spinalis
Medula spinalisMedula spinalis
Medula spinalis
 
paragonium westermani
paragonium westermaniparagonium westermani
paragonium westermani
 

Similaire à DOKTER BERFIKIR

File PPT Materi Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).ppt
File PPT Materi  Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).pptFile PPT Materi  Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).ppt
File PPT Materi Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).pptAlifAlfiansyah8
 
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfKomunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfwadejack1
 
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdf
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdfKonsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdf
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdfMeraMarhamah
 
Etika_Kedokteran.ppt
Etika_Kedokteran.pptEtika_Kedokteran.ppt
Etika_Kedokteran.pptZackyA3
 
Etika dan hukum kesehatan
Etika dan hukum kesehatanEtika dan hukum kesehatan
Etika dan hukum kesehatanKANDA IZUL
 
Prinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidananPrinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidananaulia rahmah
 
ETIKA BAB 1-2.ppt
ETIKA BAB 1-2.pptETIKA BAB 1-2.ppt
ETIKA BAB 1-2.pptSahwahardja
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baruevi munawir
 
Ppt etika keilmuan dan teknologi
Ppt etika keilmuan dan teknologiPpt etika keilmuan dan teknologi
Ppt etika keilmuan dan teknologiambarwilis
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à DOKTER BERFIKIR (20)

File PPT Materi Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).ppt
File PPT Materi  Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).pptFile PPT Materi  Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).ppt
File PPT Materi Etika Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat (1).ppt
 
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdfKomunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
Komunikasi_ETIKA KEDOKTERAN.pdf
 
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdf
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdfKonsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdf
Konsep Dasar Etika, Hukum, dan Moral - Yuna Yunita.pdf
 
Etika_Kedokteran.ppt
Etika_Kedokteran.pptEtika_Kedokteran.ppt
Etika_Kedokteran.ppt
 
Etika dan hukum kesehatan
Etika dan hukum kesehatanEtika dan hukum kesehatan
Etika dan hukum kesehatan
 
Prinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidananPrinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidanan
 
ETIKA BAB 1-2.ppt
ETIKA BAB 1-2.pptETIKA BAB 1-2.ppt
ETIKA BAB 1-2.ppt
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
ETIKA UMUM
 ETIKA UMUM ETIKA UMUM
ETIKA UMUM
 
ETIKA UMUM
 ETIKA UMUM ETIKA UMUM
ETIKA UMUM
 
Enzim
 Enzim Enzim
Enzim
 
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika  dan kode etik dosen dan bidan baruEtika  dan kode etik dosen dan bidan baru
Etika dan kode etik dosen dan bidan baru
 
Handout etika&hukum yuni
Handout etika&hukum yuniHandout etika&hukum yuni
Handout etika&hukum yuni
 
Ppt etika keilmuan dan teknologi
Ppt etika keilmuan dan teknologiPpt etika keilmuan dan teknologi
Ppt etika keilmuan dan teknologi
 
Etika kedokteran
Etika kedokteranEtika kedokteran
Etika kedokteran
 
ETIKA_ppt_03_ppt.ppt
ETIKA_ppt_03_ppt.pptETIKA_ppt_03_ppt.ppt
ETIKA_ppt_03_ppt.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Materi perkuliahan etika dan hukum kesehatan AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
62500039 kodeki
62500039 kodeki62500039 kodeki
62500039 kodeki
 
Fidelity dkk
Fidelity dkkFidelity dkk
Fidelity dkk
 

DOKTER BERFIKIR

  • 1. BAGAIMANA DOKTER BERFIKIR, BEKERJA DAN MENAMPILKAN DIRI Dr H Tatang Kartawan 2008 ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 1 2006
  • 2. PENGANTAR BEBERAPA PENGERTIAN • Etika (moral phylosophy) adalah bagian dari filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, yang mempelajari arti istilah moral dan teori mengenai perilaku serta kebaikan. • Filsafat (Gr: love of wisdom) adalah cabang ilmu yang mencakup Metafisika (hakikat kehidupan), Epistemologi (teori ilmu), Logika (yang mempelajari inferens yang valid) dan Etika (Gr: ethos, adat/kebiasaan, Lat: mores, kelakuan lahir seseorang, Indonesia: etika, kesusilaan). ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2 2006
  • 3. PENGANTAR BEBERAPA PENGERTIAN • Jadi pengertian Etika dapat dirumuskan sebagai Mores of the Community (Kesopanan Masyarakat) dan Ethics of the People (Ahlak Manusia). • Etika Kedokteran mencakup Etika Jabatan Kedokteran (Medical Ethics) dan Etika Asuhan Kedokteran (Ethics of Medical Care). ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 3 2006
  • 4. 1. Etika (Jabatan) Kedokteran Pengertiean etika disini cenderung kearah mores, • Mencakup permasalahan mengenai perilaku dokter terhadap sejawatnya, pembantunya dan orang-orang. • Setiap profesi memiliki etikanya sendiri-sendiri, contohnya : jurnalis, hakim, jaksa, pengacara, dokter, dll. 2. Etika Asuhan Kedokteran • Pengertian etika disini cenderung kearah ethos, tetapi bagaimanapun juga kedua pengertian (mores dan ethos) sangat berkaitan erat sekali. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 4 2006
  • 5. • Pengertian Etika berkaitan dengan : 1. Sistem nilai yaitu nilai moral dan norma tuntunan orang-orang atau suatu masyarakat yang mengatur perilaku mereka. 2. Kode etik, yaitu seperangkat prinsip moral atau nilai. 3. Ilmu tentang kebaikan dan keburukan. • Pengertian Moral. Secara etimologik istilah moral memiliki pengertian serupa dengan etika, meskipun mereka berasal dari bahasa yang berbeda. • Pengertian Amoral artinya melawan nilai-nilai moral yang berlaku atau melawan norma yang digunakan oleh suatu masyarakat. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 5 2006
  • 6. MORAL DAN AGAMA Tak dipungkiri lagi bahwa Agama memiliki hubungan erat dengan Moral : • Sehari-hari agama mendorong niat untuk selalu berbuat kebajikan atau berperilaku yang bermoral. • Perilaku yang dianjurkan dan perilaku yang dilarang didasarkan pada perintah dan larangan agama. • Pernyataan “Saya seorang penganut agama dan agama saya melarang saya berbuat itu” sering diucapkan. • Setiap agama mengajarkan ahlak (moral) untuk dipergunakan sebagai tuntunan hidup bagi setiap penganutnya. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 6 2006
  • 7. MORAL DAN AGAMA • Berhagai agama yang berbeda memiliki doktrin tentang moral yang sedikit berbeda, namun secara umum tidak signifikan. • Iman tidak selalu dapat dibuktikan (rasional), tetapi diyakini, iman berasal dari Tuhan (Allah). • Hubungan antara agama dan etika keduanya memberi motivasi dan inspirasi agar pengikutnya mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang telah diterima/disepakati. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 7 2006
  • 8. MORAL DAN HUKUM • Seperti hubungan antara moral dan agama, juga hubungan yang serupa terjadi antara moral dan hukum. • Hukum memerlukan moral. . Pada zaman RomawiI ada pepatah “Quid leges sine moribus” yang berarti “Apalah artinya hukum apabila tanpa moralitas” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 8 2006
  • 9. MORAL DAN HUKUM • Hukum kurang bermakna apabila tidak dijiwai moralitas, tanpa moralitas hukum hanyalah nonsense belaka. • Di sisi lain moral juga memerlukan hukum, moral mungkin hanya impian belaka apabila tidak dirumuskan dengan tegas dan jelas dan sekaligus dilembagakan dalam masyarakat sama seperti hukum. • Sebagai kosekwensinya hukum dapat mendorong moralitas dan dampak sosialnya. Menghormati milik orang lain, sebagai contoh, adalah satu dari prinsip-prinsip moral terpenting yang nantinya mengarah pada jaminan hak atas kekayaan intelektual. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 9 2006
  • 10. PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (1) • Persamaannya :  Berisi aturan, petunjuk, keharusan dan larangan  Ada yang tertulis maupun yang tidak tertulis ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 10 2006
  • 11. PERBANDINGAN ETIKA DAN HUKUM (2) PERBEDAANNYA ETIKA HUKUM KEDOKTERAN KEDOKTERAN Terjadinya Tradisi yang Dibuat oleh Negara diwariskan dari atau Institusi generasi ke generasi Kenegaraan Kepentingan Kelompok profesi Publik Tujuan Menjaga/memelihara Melindungi martabat dan masyarakat kehormatan Ciri-ciri Lebih bersifat statis, Lebih bersifat fleksibel dan dinamis dan rigid himbauan ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 11 2006
  • 12. PERBEDAAN ETIKA DAN HUKUM (3) PERBEDAANNYA ETIKA HUKUM KEDOKTERAN KEDOKTERAN Lama berlakunya Relatif lebih lama Relatif berubah lebih cepat Sanksi Sanksi moral Sanksi hukum Sanksi psikologis (pidana/perdata) Sanksi sosial -> Hukum badan Sanksi spiritual (kurungan, denda) (Sanksi dijatuhkan -> Ganti rugi oleh Kelompok -> Administratif (ijin Profesi -> MKEK) dicabut) => dijatuh- kan oleh MDTK Prosedur Diajukan kepada Diajukan oleh yang Pelanggaran Kelompok Profesi dirugikan atau oleh MDTK dan juga MKEK ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 12 2006
  • 13. PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN DI INDONESIA Permasalahan yang berkembang dalam etika adalah Penyimpangan Etika, yaitu evaluasi yang didasarkan pada apa yang benar dan apa yang salah. Sebagai konsekwensinya, persepsi ini menjadi sangat sulit dan kompleks karena persepsi selalu ditafsirkan berbeda tergantung dari sudut pandangnya. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 13 2006
  • 14. PERMASALAHAN ETIKA KEDOKTERAN DI INDONESIA Mengacu pada “Tantangan Etika Kedokteran di Indonesia” (Samil,2001), ada beberapa butir perhatian : • Apa yang termasuk pada Kebaikan dan apa yang termasuk pada Keburukan. • Apa yang termasuk pada Kebijaksanaan dan apa yang termasuk pada Kejahatan. • Apa yang diinginkan dan apa yang tidak. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 14 2006
  • 15. • Selanjutnya, ada tiga faktor penyebab yang dapat mengembangkan Etika Kedokteran : 1. Penelitian. 2. Kemajuan Ilmu dan Teknologi Kedokteran. 3. Krisis moral yang mendasar  dapat merupakan dilema dalam mengambil keputusan. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 15 2006
  • 16. • Sesungguhnya permasalahan etika tidak berdiri sendiri, diantaranya ada permasalahan : 1. Hubungan dokter-dokter. 2. Hubungan dokter-pasien. 3. Produser (pabrik) alat-alat kesehatan. 4. Hukum atau Peraturan tentang Kesehatan yang sangat ketat yang membuat para dokter ragu-ragu untuk bertindak. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 16 2006
  • 17. • Menyelamatkan Jiwa adalah perilaku etika yang baik, namun kualita hidup mana yang harus diselamatkan? Hidup yang berkuatitas, sudah tentu, membutuhkan biaya tinggi; lalu bagaimana selanjutnya? Pertimbangan-pertimbangan ini bisa membawa para dokter menuju konflik diantara mereka sendiri. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 17 2006
  • 18. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sbb : • Pluralisme bangsa dengan berbagai karakter dan budaya. • Distribusi Pelayanan Kesehatan yang belum merata. • Kecenderungan penyimpangan etika. • Penyimpangan dalam informed consent. • Penyimpangan rekam medik. • Penyimpangan dalam Penelitian. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 18 2006
  • 19. HIPPOCRATES (460-377 sM) • Lahir di Pulau Cos Yunani • Ayahnya seorang dokter Yunani • Bapak Ilmu Kedokteran • Sering bepergian ke pelosok Yunani dan Asia Kecil untuk berpraktek dokter dan mengajar • Karyanya Corpus Hippocraticum dan Hippocratic Oath ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 19 2006
  • 20. HIPPOCRATES (2) • Corpus Hippocraticum (mungkin bukan karyanya sendiri) berupa rangkuman Perpustakaan Sekolah Kedokteran Cos • 60 karya ditulis dunia kedokteran atas namanya untuk menghormatinya (abad 2 – 10 M) • Meliputi Anatomi, Pokok-pokok Klinis, Penyakit wanita dan anak, Prognosis, Pengobatan dengan Diet dan Obat, Pembedahan dan Etika Kedokteran ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 20 2006
  • 21. HIPPOCRATES (3) • Hippocratic Oath merupakan petunjuk perilaku dokter sepanjang zaman • Dipakai dalam penyumpahan dokter di seluruh dunia • Hippocrates oleh Plato disebut sbg Asclepiad dari Cos, karena ia menggunakan filsafat untuk mempelajari Ilmu Kedokteran ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 21 2006
  • 22. HIPPOCRATES (4) • Tubuh manusia “holistic” sebagai suatu organisma • Penyakit disebabkan sisa makanan yang tidak dicerna yg menyebabkan bau • 5 abad kemudian Seranus (seorang dokter Yunani) menulis biografinya, tetapi bernada imaginatif • Wafat 377 sM di Larissa ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 22 2006
  • 23. SUMPAH DOKTER THE HIPPOCRATIC OATH (1) (Dorland’s Med.Dict. 1988) • “I swear by Apollo the Physician, by Aesculapius, Hygenia and Panacea, and I take to witness all the gods and all the godesses to keep according to my ability and my judgement the following Oath” • “To consider dear to me as my parents him who taught me this art; to live in common with him and if necessary to share my goods with him; to look upon his children as my own brother, to teach them this art if they so desire without fee or written promise ;  ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 23 2006
  • 24. THE HIPPOCRATIC OATH (2)  to impart to my sons and the sons of the master who taught me and the disciples who have enrolled themselves and have agreed to the rules of the profession, but to these alone, the precepts and the instruction, I will prescribe regiment for the good of my patients according to my ability and my judgement and never do harm to anyone” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 24 2006
  • 25. THE HIPPOCRATIC OATH (3) • “To please no one will I prescribe a deadly drug, nor give advice which may cause his death” • “Nor will I give a woman a pessary to procure abortion, but I will preserve the purity of my life and my art” • “I will not cut for stone, even for patients in whom the disease is manifest; I will leave this operation to be performed by practitioners (specialists in this art)” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 25 2006
  • 26. THE HIPPOCRATIC OATH (4) • “In every house where I come I will enter only for the good of my patients, keeping myself far from all intentional ill-doing and all seduction, and especially from the pleasures of love with woman or with men, be they free or slaves” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 26 2006
  • 27. THE HIPPOCRATIC OATH (5) • “All that may come to my knowledge in the exercise of my profession or outside of my profession or in daily commerce with men, which ought not to be spread abroad, I will keep secret and will never reveal” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 27 2006
  • 28. HIPPOCRATIC OATH (6) • “If I keep this Oath faithfully, may I enjoy my life and practice my art, respected by all men and in all times; but if I swerve from it or violate it, may the reserve be my lot”. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 28 2006
  • 29. SUMPAH DOKTER SUMPAH HIPPOCRATES (1) (terjemahan bebas dari MEDhelpNet dan Dorland’s Med.Dict.) • “Saya bersumpah kepada Apollo, Dewa Kedokteran Aesculapius, Hygenia dan Panacea, dengan disaksikan oleh para dewa saya akan mengucapkan sumpah yang akan selalu saya pertahankan berdasar kekuatan dan kecakapan serta keyakinan saya” • “Saya akan memperlakukan Guru yang mengajarkan Seni Kedokteran sebagai orang tua sendiri, hidup bersama dan bilamana perlu membagi harta benda saya kepadanya, serta memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung yang akan saya ajari Seni Kedokteran bila mereka mengingininya tanpa memungut bayaran atau syarat-syarat lain” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 29 2006
  • 30. SUMPAH HIPPOCRATES (2) • “Saya akan memberikan segala pengetahuan Seni Kedokteran melalui petunjuk, kuliah dan instruksi kepada anak-anak saya dan anak-anak Guru saya serta murid-murid lain yang mau mengangkat sumpah dan mematuhi hukum- hukum Kedokteran” • “Saya akan mengobati pasien berdasar kekuatan, kecakapan dan kepercayaan saya demi kebaikan pasien dan saya tidak akan pernah berbuat sesuatu yang membahayakan siapapun” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 30 2006
  • 31. SUMPAH HIPPOCRATES (3) • “Sayapun tidak akan memberikan obat yang mematikan ataupun memberi nasihat yang mengakibatkan kematian” • “Begitu pula saya tidak akan memasang pessarium kedalam tubuh wanita yang mengakibatkan abortus” • “Saya akan melindungi kemurnian hidup dan Seni Kedokteran” • “Saya tidak akan membedah pasien yang menderita sakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada ahli yang biasanya menanganinya” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 31 2006
  • 32. SUMPAH HIPPOCRATES (4) • “Saya akan selalu berbuat demi kebaikan pasien, dan ketika memasuki rumahnya saya akan senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tidak baik yang disengaja termasuk mengganggu laki-laki maupun perempuan demi kenikmatan cinta, baik mereka budak maupun orang bebas” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2006 32
  • 33. SUMPAH HIPPOCRATES (5) • “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui sebagai akibat praktek profesi saya atau pekerjaan diluar itu atau yang berasal dari perdagangan sehari-hari yang patut untuk tidak disebar-luaskan keluar” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 33 2006
  • 34. SUMPAH HIPPOCRATES (6) • “Saya akan memperoleh berkah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menjalankan Seni Kedokteran serta akan dihormati selamanya bila saya mematuhi Sumpah ini, saya akan mengalami nasib yang sebaliknya bila mengingkari dan menghianatinya” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 34 2006
  • 35. SUMPAH DOKTER DECLARATION OF GENEVA (1) (Adopted by the General Assembly of the World Medical Association at Geneva Swizerland, September 1948) At the time of being admitted as a member of the Medical Profession : • “I solemnly pledge myself to consecrate my life to the service of humanity” • “I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due” • “I will practice my profession with conscience and dignity” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 35 2006
  • 36. DECLARATION OF GENEVA 1948 (2) • “The health of patient will be my first consideration” • “I will respect the secret which are confided in me” • “I will maintain by all the means in my power the honor and the noble traditions of the medical profession” • “My colleagues will be my brothers” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 36 2006
  • 37. DECLARATION OF GENEVA 1948 (3) • “I will not permit considerations of religion, nationality, race, party politics or social standing to intervene between my duty and my patient” • “I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 37 2006
  • 38. DECLARATION OF GENEVA 1948 (4) • “Even under threat, I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanity” • “I make these promises solemnly, freely and upon my honor” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 38 2006
  • 39. SUMPAH DOKTER DECLARATION OF GENEVA (1) (Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948) (And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968 and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983 and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994) At the time of being admitted as a member of the Medical Profession : • “I solemnly pledge myself to consecrate my life to the service of humanity” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 39 2006
  • 40. SUMPAH DOKTER DECLARATION OF GENEVA (2) (Adopted by the 2nd GA of the WMA Geneva Switzerland Sep 1948) (And amended by the 22nd WMA GA Sydney Australia Aug 1968 and the 35th WMA GA Venice Italy Oct 1983 and the 46th WMA GA Stockholm Sweden Sep 1994) “I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due” • “I will practice my profession with conscience and dignity” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 40 2006
  • 41. DECLARATION OF GENEVA 1994 (3) • “The health of my patient will be my first consideration” • “I will respect the secret which are confided in me, even after the patient has died” • “I will maintain by all the means in my power the honor and the noble traditions of the medical profession” • “My colleagues will be my sisters and brothers” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 41 2006
  • 42. DECLARATION OF GENEVA 1994 (4) • “I will not permit considerations of age, disease or disability, creed, ethnic origin, gender, nationality, political affiliation, race, sexual orientation or social standing to intervene between my duty and my patient” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 42 2006
  • 43. DECLARATION OF GENEVA 1994 (5) • “I will maintain the utmost respect for the human life from its beginning” • “Even under threat I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanity” • “I make these promises solemnly, freely and upon my honor” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 43 2006
  • 44. SUMPAH DOKTER LAFAL SUMPAH DOKTER HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 Pada saat saya diterima sebagai anggota profesi kedokteran, demi Allah (sesuai agama kepercayaan) saya bersumpah/ berjanji (sesuai kepercayaannya) bahwa: • “Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan” • “Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat dokter” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 44 2006
  • 45. LAFAL SUMPAH DOKTER HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (2) • “Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran” • “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya” • “Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan sekalipun diancam” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2006 45
  • 46. LAFAL SUMPAH DOKTER HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (3) • “Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien” • “Saya akan menjalankan tugas saya dengan memperhatikan kepentingan masyarakat” • “Saya akan menjaga, memelihara dan menghormati hidup insani mulai dari saat pembuahan” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 46 2006
  • 47. LAFAL SUMPAH DOKTER HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (4) • “Saya akan berikhtiar dengan sungguh- sungguh dan tidak akan terpengaruh oleh pertimbangan jenis kelamin, usia, keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien” • “Saya akan memberikan kepada Guru- guru saya penghormatan dan pernyataan terimakasih yang selayaknya” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 47 2006
  • 48. LAFAL SUMPAH DOKTER HASIL MUKTAMAR IDI XXIV 2000 (5) • “Saya akan memperlakukan teman sejawat saya seperti saudara sekandung” • “Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia” • “Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 48 2006
  • 49. KODE ETIK KEDOKTERAN 1. Sejarah dan Latar Belakang 2. Basic Principles of Medical Ethics (Stanford, 1994) 3. Asas Etik Kedokteran (Universal) 4. Falsafah Etik Kedokteran 5. Ethics Quote 6. Sifat dasar seorang dokter yang baik dan bijaksana 7. Principles of Medical Ethics (AMA, 2001) 8. Kode Etik Kedokteran Indonesia (MKEK IDI, 2001) 9. MKEK dan wewenangnya ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2006 49
  • 50. SEJARAH SINGKAT Kode Etik tetua dalam praktik kedokteran dipublikasikan bangsa Mesopotamia (Babylonian) sekitar 2500 sM. Kode Etik Hammurabi mengatur perilaku, misalnya : peraturan tentang perilaku yang diharuskan bagi profesi dokter. Sumpah Hippocrates yang menyatakan tentang perilaku dokter diterima oleh semua dokter di dunia. Sumpah ini berlaku sejak zaman keemasan Yunani Kuno sekitar abad ke-5 sM. Sumpah Hippocrates melindungi hak-hak pasien dan membangkitkan perasaan mulia serta suci seorang dokter tanpa perlu diberi sanksi atau hukuman. Kontribusi terbesar terhadap Etika Kedokteran dalam sejarah sejak Hippocrates adalah seorang filsuf Inggris bernama Thomas Percival yang mempublikasikan Kode Etik Kedokteran pada tahun 1803. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 50 2006
  • 51. Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama dirumuskan dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran di Jakarta tahun1969. Sumber acuannya berasal dari The International Medical Ethic Code (Kode ini kemudian disempurnakan pada tahun 1968 dalam The 22th Congress of The World Association of Doctors). Kode Etik Kedokteran Indonesia juga mengalami modifikasi dalam “Musyawarah Kerja Nasional Etik Kedokteran Ke-2” di Jakarta pada tahun 1983, yang kemudian diangkat oleh Pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Menkes RI No.434/Menkes/SK/1983 tertanggal 20 Oktober 1983. Dalam Musyawarah IDI tahun 2000 di Malang diadakan banyak perubahan (revisi) beberapa kali, dan pada revisi terakhir diterbitkan Kode Etik Kedokteran Indonesia beserta Peraturan Pelaksanaannya tahun 2001 oleh MKEK IDI, yang dipakai semua dokter di Indonesia sampai sekarang. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 51 2006
  • 52. TANTANGAN YANG DIHADAPI ETIKA KEDOKTERAN INDONESIA • Pola pikir manusia selalu berubah dari tahun ke tahun. • Kemajuan di bidang Ilmu dan Teknologi untuk meningkatkan kualita hidup manusia mempengaruhi perkembangan Ilmu dan Profesi Kedokteran. • Hal tersebut juga mempengaruhi perkembangan berbagai masalah termasuk biaya pelayanan medik yang tinggi. • Perubahan dalam Sistem Nilai Sosial yang dianggap biasa pada masa-masa lalu menjadi tidak biasa pada saat ini. • Masyarakat kini menjadi lebih kritis yang menuntut para dokter dan pusat-pusat kesehatan memberikan pelayanan lebih baik, disamping adanya suatu kenyataan bahwa dokter masa kini dapat dituntut di pengadilan. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 52 2006
  • 53. • Mengantisipasi tuntutan yang tidak diinginkan, profesi medis memerlukan petunjuk tentang sikap dan perilaku para dokter. Petunjuk inilah yang kemudian dikenal sebagai Kode Etik Kedokteran. • Dalam mengamalkan etika kedokteran setiap dokter membutuhkan pendidikan agama termasuk ahlak serta moral yang baik dalam berinteraksi dengan sesama manusia. • Yang paling penting tentunya adalah pemahaman sepenuhnya tentang kode etik. Melalui tuntunan kode etik, diharapkan seorang dokter melaksanakan profesinya dengan baik yang pada gilirannya kemuliaan serta kehormatan profesi dapat ditegakkan dan dipelihara. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 53 2006
  • 54. KODE ETIK KEDOKTERAN LATAR BELAKANG (1) • Abad XXV sM Kode Etik pertama di Babylonia • Abad V sM Sumpah Hippopcrates • Abad XI M kembali ke Sumpah Hippocrates • Nurenberg Code 1948 • International Code of Medical Ethics : -> WMA 3rd London (England) Oct 1949 -> WMA 22nd Sydney Aug 1968 • KODEKI SK Menkes No 434/1983 Okt 1983 • KODEKI dan Pedoman 2006 Pelaksanaannya MKEK54IDI ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN
  • 55. KODE ETIK KEDOKTERAN LATAR BELAKANG (2) Beberapa Deklarasi untuk menyempurnakan permasalahan Etik : 1. Deklarasi Helsinki (1964) tentang Penelitian dengan Subyek Manusia. 2. Deklarasi Sydney (1968) dan Venice (1983) tentang Kriteria Mati dan Penyakit Terminal dikaitkan dengan Transplantasi Organ. 3. Deklarasi Oslo (1970) tentang Pengguguran Kandungan. 4. Deklarasi Munich (1973) tentang Penerapan Teknologi Administrasi. 5. Deklarasi Tokyo (1975) tentang Penggunaan Obat Terlarang. 6. Deklarasi Brussel (1985) tentang Bayi Tabung. 7. Deklarasi Madrid (1989) tentang Euthanasia dan Rekayasa ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 55 Genetik. 2006
  • 56. INTERNATIONAL MEDICAL ETHICS International ethic code is used as main reference for every country. International ethic code has several times undergone completion; the last was in The 22th Congress of World Medical Association in Sydney, Australia in 1968. In order to add and complete consistent to the advances in medical science and technology, World Medical Association has made several declarations in Helsinki, Sydney, Venice, Oslo, Munich, Tokyo, Brussel and Madrid. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 56 2006
  • 57. The Constitution of World Health Organization (WHO) 1946 In the International Health Conference in New York, 61 representatives of each country signed the preambule of The Constitution of WHO which then was established in 1948. Definition of healthy : a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity; and the acknowledgement of being healthy as one of basic human rights. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 57 2006
  • 58. Nurenberg Code (1947) After Second World War (1945), eventually it was known that the doctors in Germany undertook violence in their medical researches on prisoners (mostly Jewish ethnic). The World condemned these experiments and the related doctors were taken into allied court in Nurenberg. The judiciary elicited The Nur enberg Code (1947) describing about ethics of biomedical research. In the 10-item document, a number of basic principles must be kept. The longest description is the first article containing voluntary agreement of the human subjects involved in biomedical studies; this principle, in fact, is frequently violated in practice. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 58 2006
  • 59. The Geneva Code (World Medical Association, 1948) It was revised in 1968 and 1983. It has humanitarian target of medical profession as the reaction to criminal of German medical doctors. The Geneva Declaration can be viewed as modern version. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 59 2006
  • 60. International Code of Medical Ethics 1949 It was revised in 1968 and 1983. This code of ethic was based on The Geneva Declaration and codes of ethic from various modern countries trying to formulate the principles of medical ethic code that have been most common. In fact, the national ethic code refers to it. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 60 2006
  • 61. The Helsinki Declaration (WMA 1964). It was revised in 1975, 1983, 1989, and 1996. There are many principles of ethic for biomedical experiments with human subjects presented in it. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 61 2006
  • 62. The Sidney Declaration (World Medical Association, 1968) The understanding of life aid in ICU results in the traditional understanding about death must be reviewed. In fact, a patient can rebreath and the blood circulation may still be running on in his body on the assistance of very sophysticated technology. Consequently, there a novel term so-called brain dead. It is very important to determine the timing of death appropriately, especially in a patient as an organ donor. Since the time of the first heart transplantation happenedin 1967, The 22th General Congress of WMA in Sydney has been facing the new situation; leading to establishing electroencephalography as the important method for detemining the brain death. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 62 2006
  • 63. The Oslo Declaration (About therapeutical abortion, WMA, 1970) In the end of 1960s, some countries has begun to legislate abortus provocatus, such as Britain with The Abortion Act (1967), USA did it someyears later (1973). In anticipating this new situation of medical profession, WMA with its Statement on Therapeutic Abortion, without clear suggested definition, permitted medical doctors to perform therapeutical abortion with regarding to local medical association commitment. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 63 2006
  • 64. The Tokyo Declaration (1975) This declaration was accepted by The 29th Congress of WMA in Tokyo. The objective was to present some guidelines for medical doctors concerning non- humanitarian tortures and other actions that are unhumanistic and humiliating through arrest and imprisonment. This guideline is required because many doctors were involved in such practices. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 64 2006
  • 65. The Belmont Report (1978) The principles and guidelines of ethic for protecting human subjects participating in studies (The National Commission for Protecting Human Subjects from biomedical and behavioral experiments). It was one of the documents yielded by The National Commission for Protecting Human Subjects from biomedical and behavioral research established by USA in 1974. During its 5-year existence, the reports contained the guidelines of researches involving fetus, child, prisoner, mental-disabled people, etc. The final report formulated the principles of general ethic in reseach involving human subjects. Beside the concised introduction, this report also consisted of 3 parts : 1. Boundaries between practice and research. 2. Basic ethical principles 3. Applications ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 65 2006
  • 66. The Lisbon Declaration on Patient’s Rights (WMA,1981) This right is related to the state of ill patients who require health services. USA is the first country which possesses it, called “A Patient’s Bill of Rights” (1973). The Lisbon Declaration indeedly provided International Code of Medical Ethics (1949) that merely talked of the doctor obligations. This declaration said about the doctor obligation to patient but on the orher side patients also have their own rights. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 66 2006
  • 67. The Declaration on Medical Doctor Independence and The Profession Freedom (WMA, 1986) This declaration had been approved by The Congress of WMA in California, USA. It described and detailed point (b) of The Lisbon Declaration (1981). Unlike The Lisbon Declaration was about the patient’s rights, the declaration here highlightened the independence of medical profession and medical profession freedom, in order that doctor will side with patientconcern. The regulation of health service costs. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 67 2006
  • 68. KODE ETIK KEDOKTERAN PENGERTIAN (1) • Kode Etik Profesi adalah : a. Seperangkat peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh kelompok profesi. b. Bertujuan memberikan arah moral bagi anggota profesi. c. Menjamin mutu moral profesi di mata masyarakat. • Kode Etik Kedokteran atau Etika Profesi diharapkan dapat menjadi tuntunan moral ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 68 yang lengkap bagi anggota profesi. 2006
  • 69. KODE ETIK KEDOKTERAN PENGERTIAN (2) Inti Kode Etik Profesi : 1. Materi muatannya mengandung prinsip umum aturan profesi berbentuk janji publik  supaya publik percaya kepada profesi tersebut dan semua materi muatannya merupakan kewajiban si pengemban profesi. 2. Sebagian besar prinsip-prinsip tersebut merupakan kekhususan dari norma umum masyarakat. 3. Isinya adalah norma fungsional  untuk mempertahankan kedudukan terpercaya hubungan Dokter-Pasien. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 69 2006
  • 70. KODE ETIK KEDOKTERAN PERUBAHAN DARI WAKTU KE WAKTU Terjadi karena : • Perubahan sosio-kultural masyarakat. • Kemajuan Ilmu dan Teknologi Kedokteran. • Perubahan Hubungan Dokter-Pasien (ada pihak ketiga). • Kompleksitas masalah kesehatan. • Kompleksitas masalah Moral. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 70 2006
  • 71. PRINSIP DASAR ETIKA KEDOKTERAN (Stanford University Medical Center, Committee on Ethics, 1994) 1. Preserve life 2. Alleviate suffering 3. Do no harm 4. Tell the truth 5. Respect the patient’s autonomy 6. Deal justly with patients ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 71 2006
  • 72. ASAS ETIK KEDOKTERAN (UNIVERSAL) ATAU KAIDAH DASAR BIO-ETIKA/MORAL (KDB ATAU KDM) • Asas menghormati otonomi pasien (Principle of Respect of the Autonomy). • Asas perilaku beramal dan berbudi luhur (Principle of Beneficence). • Asas Keadilan (Principle of Justice). • Asas tidak menyakiti atau merugikan (Principle of Non-maleficence, Primum non Nocere). • Asas kejujuran (Principle of Veracity). • Asas kerahasiaan(Principle of Confidentiality) ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 72 2006
  • 73. FALFAFAH ETIK KEDOKTERAN • “Only a good person can be a good physician” (Rudolf Ramm, The Leading Nazi Medical Ethics, 1942) ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 73 2006
  • 74. ETHICS QUOTE (1) • “An attorney has a constant and perpetual rendezvous with ethics”. McClure v Donovan (1947) • “Morality is stronger than tyrants” Louis-Antoine-Leon de Saint-Just, French revolutionary (1767-1794) ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 74 2006
  • 75. ETHICS QUOTE (2) • “Ethics is a code of values which guide our choices and actions and determine the purpose and course of our lives” Ayn Rand, Russian-American novelist and philosopher (1905-1982) • “Morality is simply the attitude we adopt toward people whom we personally dislike” Oscar Wilde, Anglo-Irish wit and author (1854- 1900) ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 75 2006
  • 76. SIFAT DASAR SEORANG DOKTER YANG BAIK DAN BIJAKSANA • Sifat Ketuhanan • “Etik sepanjang • Kemurnian niat masa • Keluhuran budi mengutamakan • Kerendahan hati penderita yang • Kesungguhan kerja berobat, demi • Integritas ilmiah keselamatan dan • Integritas sosial kepentingan • Kesejawatan penderita” ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 76 2006
  • 77. PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (1) (AMERICAN MEDICAL ASSOCIATION, 2001) 1. A physician shall be dedicated to providing competent medical care, with compassion and respect for human dignity and rights. 2. A physician shall uphold the standards of professionalism, be honest in all professional interactions, and strive to report physicians deficient in character or competence, or engaging in fraud or deception, to appropriate entities. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 77 2006
  • 78. PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (2) (AMERICAN MEDICAL ASSOCIATION, 2001) 3. A physician shall respect the law and also recognize a responsibility to seek changes in those requirements which are contrary to the best interests of the patient. 4. A physician shall respect the rights of patients, colleagues, and other health professionals, and shall safeguard patient confidences and privacy within the constraints of the law. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 78 2006
  • 79. PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (3) 5. A physician shall continue to study, apply, and advance scientific knowledge, maintain a commitment to medical education, make relevant information available to patients, colleagues, and the public, obtain consultation, and use the talents of other health professionals when indicated. 6. A physician shall, in the provision of appropriate patient care, except in emergencies, be free to choose whom to serve, with whom to associate, and the environment in which to provide medical care. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 79 2006
  • 80. PRINCIPLES OF MEDICAL ETHICS (4) 7. A physician shall recognize a responsibility to participate in activities contributing to the improvement of the community and the betterment of public health. 8. A physician shall, while caring for a patient, regard responsibility to the patient as paramount. 9. A physician shall support access to medical care for all people. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 80 2006
  • 81. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA FUNGSI KODEKI 1. Sebagai kode etik “umum”  Memuat Kaidah Dasar Bio-Etika. 2. Sebagai kode etik “Spesialis”  Karena spesialistik keilmuannya membawa kadar etika tanggung-jawab lebih besar. 3. Memuat etiket sopan santun (antar sejawat). 4. Merupakan acuan untuk disiplin kedokteran (setelah verifikasi keterangan saksi ahli)  Pedoman memberikan sanksi kepada sesama ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 81 anggota profesi. 2006
  • 82. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA CIRI-CIRI TINGGINYA MORALITAS KODEKI • Berani berbuat sesuai tuntutan profesi (Etika Epicurian). • Sadar akan kewajibannya (Etika Kantian). • Memiliki idealisme tinggi (Etika Aristotelian)  Secara eksplisit tidak tercantum dalam KODEKI. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 82 2006
  • 83. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA MKEK IDI 2001 MUKADIMAH • Sejarah Kedokteran • Falfafah • Prinsip-prinsip • Komitmen profesi ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 83 2006
  • 84. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA KEWAJIBAN UMUM (1) • Tentang Sumpah Dokter • Tentang Profesi Dokter • Perbuatan yang bersifat memuji diri • Perbuatan yang melemahkan daya tahan pasien • Tentang penemuan baru • Tentang kebenaran keterangan/pendapat ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 84 2006
  • 85. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA KEWAJIBAN UMUM (2) • Tentang pelayanan medis • Bersikap jujur • Tentang hak-hak • Kewajiban melindungi hidup insani • Kepentingan masyarakat • Kerjasama dengan pihak lain ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 85 2006
  • 86. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN • Bersikap tulus ikhlas • Kesempatan pasien untuk berhubungan dengan keluarga/penasihatnya • Kerahasiaan pasien • Tentang Pertolongan darurat. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 86 2006
  • 87. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT • Tentang perlakuan • Tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 87 2006
  • 88. KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI • Tentang memelihara kesehatan diri • Mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran/Kesehatan ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 88 2006
  • 89. WEWENANG MKEK 1. Pertimbangan dan usul pelaksanaan Etika Kedokteran. 2. Bimbingan dan Pengawasan Etika Kedokteran. 3. Penilaian Pelaksanaan Etika Kedokteran. ----------- Pertanggung-jawabannya melalui Dewan Pertimbangan kepada Muktamar IDI/Muswil IDI/Musda IDI. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 2006 89
  • 90. TATA-LAKSANA PELAYANAN ETIKA KEDOKTERAN MKEK IDI  Bimbingan P3EK DepKes  Menjatuhkan sanksi etik MDTK (Nasional)  Menjatuhkan sanksi disiplin ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 90 2006
  • 91. KESIMPULAN • Dokter berfikir selalu untuk kepentingan pasien. • Dokter bekerja dalam koridor etika, hukum dan norma sosio-kultural. • Dokter berpenampilan profesional, santun dan sangat care terhadap pasien. ETIKA-HUKUM KEDOKTERAN 91 2006