4. A. Pengertian Tauhid
Kata Tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata
Wahhada, yuwahhidu. Secara etimologis, tauhid berarti
keesaan, maksudnya keyakinan bahwa Allah SWT adalah
Esa, Tunggal atau satu. Mentauhidkan berarti mengakui
keesaan Allah.
Secara etimologis tauhid adalah ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap padaNya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang
sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya. Juga
membahas Rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka.
Pokok pembahasan ilmu tauhid adalah wujud Allah SWT
dan hal-hal yang berkaitan dengan-Nya. Karena itu aspek
penting dalam ilmu tauhid adalah keyakinan akan adanya
Allah yang Maha Sempurna, Maha Kuasa, dan memiliki sifat
maha sempurnaan lainnya.
5. Tauhid tak hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh
seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik
dan benar. Apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan
dihayati dengan baik dan benar, kesadaran seseorang akan
tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul
dengan sendirinya. Keesaan Allah mencakup 4 macam yakkni
:
1) Keesaan Dzat
Keesaan dzat mengandung pengertian bahwa Allah SWT
tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian, karena bila
dzat yang maha kuasa itu terdiri dari 2 unsur atau lebih berarti
dia membutuhkan unsur/ bagian. Dzat Allah pasti tidak terdiri
dari unsur/ bagian betapapun kecilnya, karena jika demikian
Dia tidak lagi menjadi Tuhan . Al quran menegaskan dalam
(QS. Fathir:15)
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-
6. 2. Keesaan Sifat
Keesaan sifat-Nya berarti Allah memiliki sifat yang tidak
sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat
makhluk, walaupun dari segi bahasa kata yang digunakan
untuk menunjuk sifat tersebut sama.
Sebagai contoh , kata Rahim merupakan sifat Allah, tetapi
juga digunakan untuk menunjuk rahmat atau kasih sayang
makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih
sayang Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya .
3. Keesaan Perbuatan
Keesaan ini mengandung arti segala sesuatu yang berada
di alam ini, baik sistem maupun sebab wujudnya
, kesemuaannya adalah hasil perbuatan Allah semata. Keesaan
perbuatan-Nya dikaitkan dengan hukum atau takdir dari
sunnatullah yang ditetapkan-Nya. Dalam mewujudkannya Dia
tidak membutuhkan apapun. Sebagaimana firmannya (Qs. Ya
Sin : 82)
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.
7. 4. Keesaan dalam beribadah kepada-Nya
Mengesakan Allah dalam beribadah, menurut manusia untuk
melaksanakan segala sesuatu karena demi Allah , baik dalam
bentuk ibadah mahdah , maupun lainnya. Alhasil keesaan Allah
dalam beribadah kepadanya adalah dengan melaksanakan apa
yang tergambar dalam Firman-Nya (Qs. Al An’am: 162)
162. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, (QS. 6:162)
Apabila seseorang telah menganut akidah tauhid dalam
pengertian yang sebenarnya maka akan lahir pada dirinya berbagai
aktivitas, yang kesemuanya merupakan ibadah kepada Allah , baik
ibadah pengertiannya yang sempit maupun pengertiannya yang
luas