SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  22
Studi Komparasi Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education
(RME) dan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) melalui Penerapan
Teori Belajar Modelling dan Observational Learning Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas VII pada Materi Pokok Himpunan Di MTs NU Al
Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011

   1. Latar Belakang Masalah

       Aktivitas pelaksanaan pendidikan formal, tercermin salah satunya dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan dalam bentuk yang paling
sederhana selalu melibatkan peserta didik dan pendidik. Dalam proses pembelajaran kedua
belah pihak akan saling berkomunikasi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah
satu kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam dalam proses pembelajaran adalah
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
       Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik dan
abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Karakteristik yang dimiliki matematika inilah yang
menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan menjadi salah satu mata
pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika
membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, pendidik dan instansi
pendidikan yang terkait. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan peserta didik yang berfikir konkret dibawa kepada konsep matematika yang
bersifat abstrak tersebut.
       Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual
dalam pembelajaran. Pada usia 11 atau 12 tahun ke atas anak berada pada tahap operasi
formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kogniti. Pada
tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, logika remaja mulai berkembang dan
digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.1 Peserta didik kelas VII umumnya
usia mereka 12-13 tahun, seperti yang dikemukakan oleh Piaget bahwa pada usia ini anak
mulai berpikir abstrak. Walaupun pada usia ini anak sudah bisa berpikir abstrak tapi tahap ini
adalah tahap awal anak berpikir abstrak sehingga belum sepenuhnya anak bisa berpikir
abstrak.
    Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pembelajaran yang dimulai dengan
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran matematika
selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Peserta didik
mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, peserta didik kurang menghayati atau
memahami konsep-konsep matematika sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
   Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari dan
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah model pembelajaran Realistic
Mathematics Education (RME). RME merupakan model pembelajaran matematika di sekolah
yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik. Peserta didik harus di
beri kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pelajaran
matematika. Dengan demikian, RME menekankan pada ketrampilan process of doing
mathematics,berdiskusi, berkolaborasi, beragumentasi, dan mencari simpulan dengan teman
sekelas. Model pembelajaran RME dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang
dilaksanakan agar kompetensi dasar dapat dicapai dengan cepat melalui proses belajar
mandiri dan informal.2 Model pembelajaran ini akan membantu peserta didik yang belum
sepenuhnya bisa berpikir abstrak.
Proses pembelajaran matematika di MTs NU Al Hidayah Kudus masih menggunakan metode
ekspositori, pendidik hanya menerangkan materi kemudian memberikan soal latihan, dan
tidak ada evaluasi setiap akhir pembelajaran. Dari sini tentu peserta didik yang kurang
memahami materi dibiarkan saja tanpa ada penjelasan kembali dari pendidik. Dalam materi
himpunan, peserta didik agak sulit memahami materi himpunan khususnya penyajiannya
dalam diagram Venn. Tidak ada alat peraga yang mendukung dan penjelasan pendidik yang
terbatas itu diantara alasannya. Bahkan sebagian nilai peserta didik pada satu kelas dalam
materi ini di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada 17 peserta didik dari 38 peserta
didik yang nilainya di bawah KKM, sehingga dalam nilai rapor setelah mereka melakukan
remidi nilainya hanya mencapai KKM yaitu 60.
       Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, berbagi
adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi peserta didik.3 Peneliti merasa tertarik untuk membandingkan hasil belajar jika
menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS. Di satu sisi model
pembelajaran RME membantu peserta didik untuk mengkontekstualkan materi yang abstrak,
dan hasil wawancara dengan pendidik kelas VII MTs NU Al Hidayah menunjukkan bahwa
peserta didik terbiasa individual dalam mengerjakan soal. Sehingga dengan adanya model
pembelajaran TPS akan melatih peserta didik untuk saling berbagi sehingga peserta didik
yang kurang memahami materi bisa terbantu.
       Himpunan adalah salah satu materi pokok yang diajarkan di kelas VII Semester II.
Materi ini sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti himpunan peserta didik
kelas VII A MTs NU Al Hidayah Kudus, mencari banyaknya peserta didik yang gemar
matematika dengan diagram Venn. Oleh karena itu, materi himpunan cocok jika
menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran RME. Materi himpunan pun cocok
jika menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran TPS.
     Dalam belajar peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu
sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih
menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini hal-hal yang
tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara
mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana
menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori sehingga rencana
pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.4
       Teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura (Modelling dan Observational
Learning) menyatakan bahwa belajar pada diri individu tidak dibentuk oleh konsekuensi atas
perilaku yang ditampilkan, namun belajar secara langsung dari model. Menurut Bandura dan
Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru
suatu model atau contoh atau teladan.5 Teori ini juga masih memandang pentingnya
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment.6 Dengan adanya reward dan
punishment peserta didik akan semakin memperhatikan penjelasan dari pendidik dan lebih
semangat dalam belajar. Dari dua model pembelajaran di atas peniliti ingin membandingkan
model mana yang lebih baik digunakan melaui penerapan teori belajar Modelling dan
Observational Learning terhadap hasil belajar peserta didik.

   2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

   1. Adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model
       pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational
       Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di
       MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011?
   2. Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan model pembelajaran
       RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan
Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok
                    Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011?

               3. Penegasan Istilah

                    Untuk memudahkan dalam penelaahan isi laporan penelitian ini, perlu
           dijelaskan ruang lingkup yang diteliti serta beberapa batasan istilah sebagai
           berikut :

               1. Studi Komparasi

                    Studi komparasi adalah studi yang bertujuan membandingkan dua
           fenomena atau lebih.7 Atau dengan kata lain studi komparasi adalah penelitian yang bertujuan
           untuk membandingkan sesuatu dengan hal lain tetapi masih dalam satu sudut pandang.
           Dalam penelitian ini komparasi bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik
           yang diajarkan dengan model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling
           dan Observational Learning, dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar
           Modelling dan Observational Learning kelas VII pada materi pokok Himpunan Tahun
           Pelajaran 2010/2011 di MTs NU Al Hidayah. Komparasi dalam penelitian ini akan dilakukan
           dengan menggunakan uji t (uji kesamaan rata-rata).

               2. Model Pembelajaran RME

RME terdiri dari tiga kata yaitu realistic artinya realitas, kenyataan. Mathematics adalah suatu ilmu yang
           mempelajari hal-hal abstrak berupa angka-angka dan geometri. Education artinya pendidikan.
           Jadi realistic mathematic education adalah suatu model pembelajaran atau pendidikan
           matematika yang bertolak dari konsep yang realistis/realitas atau dapat dikenali oleh peserta
           didik.

               3. Model Pembelajaran TPS

       TPS terdiri dari tiga kata yaitu think artinya berpikir. Pair artinya berpasangan. Share artinya
           berbagi. Jadi Think Pair Share suatu cara diskusi kelas yang memberi peserta didik lebih
           banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

               4. Teori Belajar Modelling dan Observational Learning
Teori Belajar Modelling yang dimaksud adalah pemodelan atau dalam kata lain pembelajaran
ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Observational Learning
artinya belajar melalui pengamatan. Jadi teori belajar Modelling dan Obervational Learning
adalah belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model).

   5. Materi Pokok Himpunan

Himpunan merupakan materi pokok peserta didik kelas VII SMP/ MTs semester genap
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

   4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

   1. Tujuan Penelitian

       Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

   1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan
       model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan
       Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok
       Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011.
   2. Untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan
       model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori
       belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester
       II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran
       2010/2011.

   2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

   1. Bagi Pendidik

   1. Pendidik mendapatkan inovasi pembelajaran.
   2. Pendidik dapat meningkatkan kreativitas dalam pengembangan materi.
   3. Pendidik juga memperoleh suatu variasi pembelajaran terhadap materi Matematika,
       salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
       kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
4. Membantu pendidik berkembang secara profesional.

2. Bagi Peserta Didik

      1. Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik
          dapat menangkap pengetahuannya.
      2. Meningkatkan motivasi dan daya tarik peseta didik terhadap pelajaran
          matematika.
      3. Menumbuhkan kemampuan kerjasama dan ketrampilan berpikir peserta didik.
      4. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran matematika.

3. Bagi Penulis

1. Sebagai referensi bagi peneliti untuk melaksanakan pembelajaran matematika ketika
   terjun ke lapangan, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat menumbuhkan
   suasana yang menyenangkan.
2. Peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih pembelajaran yang
   tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan
   dan pengalaman.
3. Peneliti akan mempunyai dasar-dasar kemampuan mengajar dan memperoleh
   pemecahan masalah dalam penelitian sehingga diperoleh suatu model pembelajaran
   yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

4. Bagi Lembaga Pendidikan

             1. Memberikan sumbangan positif tentang salah satu cara untuk
                  meningkatkan hasil belajar matematika.
             2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah untuk berkembang
                  karena adanya peningkatan /kemajuan pada diri pendidik dan
                  pendidikan di sekolah tersebut.
             3. Penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
                  alternatif model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai
                  bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
                  matematika di sekolah.

5. Penelitian yang Relevan
1. Dalam skripsi Laeliyatul Marzuqoh mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri
             Walisongo Semarang yang berjudul Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic
             Mathematic Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan
             Sudut Semester II Kelas VII MTs Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008.
             Menyimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang diperoleh melalui model
             pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) lebih efektif dibandingkan
             dengan pendekatan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada materi Garis
             dan Sudut kelas VII tahun ajaran 2007/2008.8
         2. Dalam skripsi Rohmat Afendi mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri
             Walisongo Semarang yang berjudul Penerapan Model RME (Realistic Mathematic
             Education) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok
             Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal
             Tahun Pelajaran 2009/2010. Menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian tindakan
             kelas, maka pembelajaran RME dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
             mata pelajaran Matematika khususnya materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.9
         3. Dalam skripsi Sukoco mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang berjudul
             Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk
             Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin
             Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu
             Variabel. Menyimpulkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai adalah 6,5 dengan
             ketutasan belajar 89%.10
         4. Dalam skripsi Isti Rahmayani mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang
             berjudul Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan
             Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta
             didik Kelas VII SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi
             Pokok Pecahan. Menyimpulkan bahwa bahwa pembelajaran matematika dengan
             menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih

      efektif dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori.11
G. Uraian Materi

         1. Mengenal Himpunan

         1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang dapat didefinisikan dengan tepat dan jelas. Suatu
     himpunan di beri nama dengan huruf kapital, sedang anggotanya ditulis dalam tanda dua
     kurung kurawal.
  Contoh: A = {hewan pemakan daging}

         2. Menyatakan suatu himpunan

     Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:

         1. Dengan kata-kata
         2. Dengan notasi pembentuk himpunan
         3. Dengan mendaftar anggotanya

     Contoh: Misalkan B adalah himpunan huruf vokal, maka B dapat dinyatakan dalam beberapa
     cara, yaitu:

         1. dengan kata-kata

     B = { huruf vokal}

         2. dengan notasi pembentuk himpunan

B = { | x adalah huruf vokal} dibaca sebagai berikut: B adalah himpunan x sedemikian sehingga x
     adalah huruf vokal.

         3. dengan mendaftar anggota-anggotanya

     B = {a, i, u, e, o}

         3. Himpunan Kosong

Suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong dan diberi lambang
     atau { }.

         4. Himpunan Semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota (elemen) yang dibicarakan.
      Himpunan semesta dinyatakan dengan S atau U (Universum). Istilah lain untuk himpunan
      semesta adalah semesta pembicaraan.
   Contoh: himpunan semesta untuk {0, 2, 4, 6, 8} dapat berupa {bilangan genap} atau {bilangan
      genap kurang dari 10} atau {bilangan cacah}.

           2. Diagram Venn

      Untuk menyatakan himpunan serta hubungan antara himpunan dapat ditunjukkan dengan
      menggunakan diagram Venn. Diagram untuk suatu himpunan dinyatakan dengan daerah
      lengkungan tertutup, sedangkan untuk himpunan semesta dengan persegi panjang. Anggota
      suatu himpunan dinyatakan dengan noktah di dalam daerah lengkungan tertutup itu.
      Contoh: diketahui himpunan-himpunan K = {1, 2, 3, 4, 5} L = {4, 5, 6, 7, 9} dengan
      himpunan semesta S = {1, 2, 3, .....,10}. Gambarlah diagram Venn- nya
      Jawab:
      S .8 .10

           3. Operasi Himpunan

                                                              1. Irisan dua himpunan

Jika pada operasi bilangan kita mengenal lambang operasi yaitu +, - , , maka pada himpunan pun
      dikenal operasi antara dua himpunan. Diantaranya adalah operasi “irisan” yang dilambangkan
      dengan “
           Contoh:
      S
      Jika A = {2, 3, 5, 7} dan B = {1, 3, 5, 6} maka A B = {3,5}.

                                                              2. Gabungan

          Andaikan diketahui himpunan-himpunan P dan Q. Gabungan P dan Q ditulis P Q,
      didefinisikan sebagai himpunan semua objek yang merupakan anggota P dan Q.
      Contoh: A = {1, 2, 3, 4} B = {2, 3, 5}. Tentukan A B.
      Jawab: A B = {1, 2, 3, 4, 5}. Diagram Venn-nya adalah: 12
           S
3. Selisih dua himpunan

      Selisih dua himpunan A terhadap B, yaitu suatu himpunan yang anggotanya himpunan
A dan tidak merupakan anggota himpunan B, ditulis: A – B = { A dan x B}.

                                                      4. Komplemen suatu himpunan

Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotanya selain anggota himpunan
A, tetapi masih merupakan anggota himpunan S, ditulis:
Ac = A’ = {x A dan x S}.13

   8. Kerangka Berpikir

Materi himpunan, khususnya mengenai penyajian diagram Venn di MTs NU Al Hidayah
masih sulit dipahami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan oleh belum tersedianya alat
peraga sebagai pendukung pembelajaran sehingga berakibat penjelasan pendidik tidak
maksimal. Pembelajaran juga hanya menggunakan metode ekspositori sehingga peserta didik
yang kurang memahami materi semakin jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut data yang penulis terima, ada 17 dari 38 peserta didik pada satu kelas dalam materi
ini yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Materi himpunan ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya himpunan peserta
didik yang gemar dengan pelajaran matematika. Pendekatan yang bisa digunakan untuk lebih
mengkontekstualkan materi adalah model pembelajaran RME. Model pembelajaran ini akan
mengajarkan peserta didik untuk lebih berfikir nyata, sehingga akan membantu peserta didik
dalam memahami materi.
Pada saat proses pembelajaran berlangsung saat pendidik memberikan latihan soal kepada
peserta didik, biasanya mereka memecahkannya sendiri sehingga yang kurang bisa
memahami materi akan semakin kesulitan dalam memecahkan soal. Pendekatan yang bisa
digunakan dalam masalah ini adalah model pembelajaran TPS. Model pembelajaran ini
melatih peserta didik untuk saling berbagi dalam memecahkan masalah, sehingga peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi akan terbantu. Materi himpunan
juga cocok dengan menggunakan model pembelajaran TPS.
Diantara teori belajar adalah teori belajar yang dikemukakan Albert Bandura Modelling dan
Observational Learning. Teori belajar ini masih memandang adanya reward dan punishment.
Dalam pembelajaran saat pendidik menjelaskan materi tentu tidak semua peserta didik
memperhatikan penjelasan dari pendidik. Dengan penerapan teori ini peserta didik yang
             mendapatkan reward akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar, dan peserta didik yang
             lain akan termotivasi juga untuk lebih memperhatikan penjelasan dari pendidik sehingga
             tidak mendapatkan punishment. Dan dengan penerapan teori ini pada dua model
             pembelajaran diatas akan semakin menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan
             tujuan pembelajaran akan tercapai.
         Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hasil belajar yang mana lebih baik antara peserta didik
             yang diberikan dengan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui
             penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Untuk itu peneliti membagi
             dua kelas eksperimen. Sebelum memberikan perlakuan sampel terlebih dahulu diberikan pre-
             test untuk mengetahui kemampuan dasarnya.
                    Selanjutnya sampel diberikan perlakuan kelas eksperimen I diberikan model
             pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.
             Dan kelas eksperimen II diberikan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar
             Modelling dan Observational Learning. Setelah berakhir perlakuan subjek diberikan post test
             (tes akhir). Untuk mengetahui hasil akhir dilakukan perhitungan statistik dan bantuan
             software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Dari perhitungan statistik dan
             bantuan SPSS diperoleh kesimpulan hipotesis diterima atau ditolak.

                8. Hipotesis Penelitian

        Pengertian dari hipotesis ini bisa juga dikatakan sebagai asumsi atau dugaan sementara yang harus
             diuji lebih lanjut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ho : Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di MTs
             NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model
             pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling
             dan Observational Learning.”
Hi : Tidak Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di
             MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model
             pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling
             dan Observational Learning.

                8. Metodologi Penelitian
Secara harfiah metode berarti cara atau jalan yang harus ditempuh. Sedang menurut istilah
             sehubungan dengan penulisan ilmiah, maka metode berarti cara kerja untuk dapat memahami
             objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 14

                1. Variabel Penelitian

                Variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian.15 Adapun variabel
             dalam penelitian ini adalah:

                                                                       1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar
             Modelling dan Observational Learning (eksperimen I) dan model pembelajaran TPS melalui
             penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning (eksperimen II).

                                                                       2. Variabel terikat

             Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

                2. Populasi dan Sampel

                Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs NU Al Hidayah
             Tahun Pelajaran 2010/2011. Sesuai dengan permasalan penelitian ini maka sampel yang
             dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dimana pada kelas
             eksperimen I akan diterapkan Model Pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar
             Modelling dan Observational Learning sedangkan pada kelas eksperimen II diterapkan
             Model Pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational
             Learning.
              Agar terdapat sampel yang resentatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi dilakukan
             langkah-langkah sebagai berikut:

                1. Mengambil nilai ulangan matematika pada materi sebelumnya.
                2. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari nilai matematika untuk masing
                    kelas populasi.
                3. Melakukan uji homogenitas varians populasi. Uji homogenitas dilakukan untuk
                    menguji apakah populasi mempunyai varians yang sama.
Menentukan derajat kebebasan (dk) setiap sumber variansi, terdiri dari rata-rata dengan dk
=1, antar kelompok dengan dk = (k-1), dalam kelompok dengan dk = dan untuk total dk = .16
Apabila populasinya bersifat homogen dan rata-ratanya sama, maka dapat dilakukan teknik
random sampling. Cara pengambilannya teknik kombinasi dari 3 kelas yang disusun,
kemudian diambil secara acak satu pasang kelas sampel eksperimen I dan eksperimen II
dilakukan dengan pengundian.

   3. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini berkaitan dengan penerapan teori belajar Modelling dan
Observational Learning pada model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS.
     Dalam proses pembelajaran penerapan teori belajar Modelling dan Observational
Learning pada model pembelajaran RME langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

   1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar
       himpunan dalam diagram venn (perhatian).
   2. Pendidik memberikan soal realistik yang berhubungan dengan materi.
   3. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
   4. Peserta didik mengerjakan soal yang telah diberikan.
   5. Melakukan presentasi kelompok dengan perwakilan satu orang tiap kelompoknya.
   6. Pendidik bersama peserta didik menarik kesimpulan.
   7. Pendidik menunjukkan langkah yang tepat dalam mengerjakan soal.
   8. Pendidik membubarkan kelompok.
   9. Pendidik mencontohkan soal tentang materi.
   10. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah
       dicontohkan (retensi).
   11. Peserta didik mengerjakan LKS (reproduksi).
   12. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan.
   13. Pendidik memberikan PR.
   14. Pendidik memberi motivasi peserta didik untuk mempelajari kembali materi.

       Sedangkan penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada
model pembelajaran TPS langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

   1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar
       himpunan dalam diagram Venn (perhatian).
   2. Pendidik menjelaskan materi.
3. Pendidik mencontohkan soal tentang materi.
   4. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah
       dicontohkan (retensi).
   5. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok.
   6. Pendidik memberikan tugas kelompok.
   7. Beri kesempatan individu dalam kelompok mencoba mencoba memikirkan
       penyelesaian tugas tersebut kira-kira 5 menit.
   8. Lanjutkan dengan kerja berpasangan (pair) dalam kelompoknya (reproduksi).
   9. Lakukan presentasi kelompok.
   10. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan.
   11. Pendidik memberikan PR.
   12. Pendidik memberikan motivasi untuk mempelajari kembali materi yang telah
       diajarkan (motivasi).

   4. Teknik Pengumpulan Data

       Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan metode:

           1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena
yang dijadikan sasaran pengamatan.17 Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah untuk
memperoleh data tentang situasi dan proses pembelajaran di MTs NU Al Hidayah Kudus.

           2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.18
Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang prestasi belajar Matematika
dalam rapor.

           3. Metode Tes

Untuk mengukur data atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan
tes. Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan
pencapaian atau prestasi.19 Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa post test.
5. Teknik Analisis Data

      Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisis
       data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap
       sebagai berikut:

                  1. Analisis Data Awal

    Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan terlebih dahulu keabsahan
       sampel. Cara yang digunakan dengan uji normalitas dan uji homogenitas:
      (1) Uji Normalitas
               Uji normalitas adalah untuk menguji apakah data berasal dari populasi berada di
       bawah distribusi normal atau tidak. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data
       tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode statistik
       yang digunakan. Jika data berdistribusi normal dapat digunakan metode statistik parametrik,
       sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan metode nonparametrik.
       Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat.
       Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas
               Ho = data berdistribusi normal
               H1 = data tidak berdistribusi normal
       Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:

           1. Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi.

Menentukan banyaknya kelas interval k dengan rumus:20
       k = 1+ 3,3 log n
       n = banyaknya objek penelitian
       interval

           2. Menghitung rata- rata21

           3. Menghitung variansi dengan rumus:22

           4. Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas X dengan rumus:23
5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Oi) dengan cara mengalikan besarnya ukuran
                   sampel dengan peluang atau luas daerah dibawah kurva normal untuk interval yang
                   bersangkutan.
               6. Menghitung statistik Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

           Keterangan:
           X2 = Chi-Kuadrat
           Oi = Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
           Ei = Frekuensi yang diharapkan
           k = Banyaknya kelas interval
           Kriteria pengujian jika   hitung   ≤   tabel   dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf signifikan
           5% maka akan berdistribusi normal.24
           Disamping perhitungan di atas untuk mengetahui data berdistribusi normal akan dibantu
           dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang sama.

                                        2. Uji Homogenitas

  Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama
           atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut.
H0 :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama.
Ha :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama.
                     Untuk uji homogenitas ini digunakan uji Bartlett, dengan rumus:

               1. menentukan variansi gabungan dari semua sampel

       (b) menentukan harga satuan B
                    (c) menentukan statistika
            Dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikasi maka kriteria pengujiannya adalah
           jika berarti Ho diterima, dan dalam hal lainnya Ho ditolak.25
           Disamping perhitungan di atas, uji homogenitas juga akan dibantu dengan software SPSS.
           Dengan hipotesis yang sama, dan dasar pengambilan keputusannya yaitu:
           H0 diterima jika nilai Sig. > 0.05
           Ho ditolak jika nilai Sig. < 0.05.26

                       2. Analisis Intrumen
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data berupa
              lembaran tes hasil belajar. Materi tes soal berupa soal uraian yang terdapat pada materi pokok
              himpunan. Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa tes objektif yang memenuhi kriteria
              validitas, tingkat kesukaran, dan beda, dan reliabilitas. Tes yang dilakukan dalam penelitian
              yaitu tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah berakhirnya rangkaian pembelajaran pada kedua
              kelas sampel.

                                  1. Validitas tes

                     Penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu penguji validitas yang dilakukan dengan
              membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang digunakan. Validitas
              empiris dapat diketahui dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis
              dengan menggunakan korelasi product moment, rumus yang digunakan adalah:
                                  Keterangan:

                  = koefisien korelasi tiap item

               = banyaknya subyek uji coba

                  = jumlah skor item

                  = jumlah skor total

                     = jumlah kuadrat skor item

                                  = jumlah kuadrat skor total

                     = jumlah perkalian skor item dan skor total

ga menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi mengandung
              tiga makna yaitu:

                  1. Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang
                     koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka di belakang koma, maka
                     dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y, angkanya terlalu kecil,
                     lalu angkanya diabaikan.

              Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai
              variabel Y. Arah dari korelasi ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks. Jika
              tandanya (), maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (), maka arah korelasinya
              negatif.
Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan tidaknya, atau mantap
    tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya.27
        Koefisien korelasi bergerak antara rentangan 1 sampai dengan +1. Angka korelasi 1
    menunjukkan hubungan negatif yang mutlak, dan +1 menunjukkan hubungan positif yang
    mutlak. Jika menunjukkan angka 0 maka koefisien menunjukkan tidak ada hubungan.28
    Setelah diperoleh nilai selanjutnya dibandingkan dengan hasil r pada tabel product moment
    dengan taraf signifikan 5 %. Butir soal dikatakan valid jika

                       2. Reliabilitas soal

Reliabiltas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
    alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan
    mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
    tepat. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian adalah rumus
    Alpha, yaitu:
              Keterangan:
              : reliabilitas instrumen
              k : banyaknya butir pertanyaan atau soal
              : jumlah varians tiap-tiap butir
              : varians total
    Dengan rumus varians dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan varians dari item soal,
    rumus varians yaitu:
              Keterangan:
              Xi : Skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir.
              N : Jumlah peserta tes.
    Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien realibilitas tes ( pada umumnya
    digunakan patokan:

       1. Apabila sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji
           realibilitasnya dinyatakan telah memiliki realibilitas tinggi.
       2. Apabila lebih kecil dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji realibilitasnya
           dinyatakan belum memiliki realibilitas tinggi.29

                       3. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang baik
              adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat
              kesukaran soal bentuk uraian, digunakan rumus sebagai berikut.
                         Tingkat Kesukaran
                         dimana,
                         Mean
       Pada penelitian ini untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran digunakan tolak ukur sebagai
              berikut.
                         0,00 – 0,30 soal tergolong sukar.
                         0,31 – 0,70 soal tergolong sedang.
                   0,71 – 1,00 soal tergolong mudah. 30

                                    4. Daya Pembeda

              Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang
              berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Untuk perhitungan
              kelompok tes dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Untuk
              menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t,
              yaitu:31
                 t=
                  Keterangan:
                   MH = rata-rata dari kelompok atas
                   ML = rata-rata dari kelompok bawah
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
ni = 27 % x N (jumlah peserta tes kelas atas atau bawah)
                  N = jumlah peserta tes
                    Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel, dk = (–1)+ ( – 1) dan = 5% jika thitung >
              ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan.

                          3. Analisis Data Akhir
                                    1. Uji Normalitas

              Uji normalitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji normalitas pada
              analisis data awal.
2. Uji Homogenitas

   Uji homogenitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji homogenitas
   pada analisis data awal

                         3. Uji Hipotesis

   Jika kedua sampel normal dan homogen maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Uji t
   yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan
   untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua keadaan atau dua
   kelas sampel yaitu peserta didik yang diberikan model pembelajaran RME dan model
   pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.
   Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:

                                1. Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu:

                     :
   :

                                2. Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak.
                                3. Menentukan taraf signifikan yaitu α = 5%.

Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila , di mana diperoleh dari daftar distribusi Student
   dengan peluang dan dk =

                                4. Menentukan statistik hitung menggunakan rumus:

   dengan
                     Keterangan:
          = rata-rata data kelas eksperimen
          = rata-rata data kelas kontrol
          n1 = banyaknya data kelas eksperimen
          n2 = banyaknya data kelas kontrol
          s2 = simpangan baku gabungan
Menarik kesimpulan yaitu jika , maka kedua kelas mempunyai rata-rata sama.32
        Uji hipotesis ini juga akan dibantu dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang
   sama. Dan dasar pengambilan keputusannya yaitu:
8. SISTEMATIKA PENULISAN

   Sistematika penulisan tentang isi skripsi ini terdiri dari masing-masing bab yang saling berurutan
         dalam penyusunan skripsi. Dan disini penulis membagi penulisan skripsi menjadi lima bab,
         yaitu:
Bab I: Pendahuluan, bab ini membahas gambaran secara global mengenai seluruh isi dari skripsi ini
         yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
Bab II: Landasan teori, bab ini berisi landasan teori yang berkaitan dengan skripsi, yaitu hakikat
         belajar, hasil belajar, model pembelajaran RME, model pembelajaran TPS, teori belajar
         Modelling dan Observational Learnig, dan materi pokok Himpunan.
Bab III: Metodologi penelitian, terdiri dari waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi
         dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian dan
         pembahasannya dalam diskripsi.
Bab V: Penutup, berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup sebagai akhir dalam penulisan skripsi.
                  1 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm.88
                  2 Amin Suyitno, Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I, (Handout Dipergunakan untuk
         perkulihan Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, 2006), hlm.36-37.
                  3Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: PRESTASI
         PUSTAKA, 2007), hlm.61
                  4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
         hlm.135
                  5Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RINEKA
         CIPTA,2003), Cet. 4, hlm.21.
                  6http://aanchoto.com/2010/07/teori-teori-belajar-1/, 09 November 2010, 14:32.
                  7 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta : PT
         Rineka Cipta, 2006), hlm. 268
                  8Laeliyatul Marzuqoh, Skripsi (Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic Mathematic
         Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan Sudut Semester II Kelas VII MTs
         Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008), IAIN Walisongo Semarang.
                  9Rohmat Afendi, Skripsi (Penerapan Model RME (Realistic Mathematic Education) untuk
         Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas
         IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010), IAIN Walisongo Semarang
                  10Sukoco, Skripsi ( Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk
         Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin Pekalongan Tahun Pelajaran
         2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu Variabe)l, Universitas Negeri Semarang.
                  11Isti Rahmayani, Skripsi (Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan
         Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik KelasVII SMP
         Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Pecahan), Universitas Negeri Semarang.
                  12Damiri dkk, Matematika SMP Kelas VII, (Pemerintah Kabupaten Kudus,2004), hlm.109-129
                  13Anwar, Konsep Jitu Matematika SMP untuk Kelas 1, 2, dan 3, (Jakarta: WahyuMedia, 2008), hlm.
         85-86
                14 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat,( Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 7
                15Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.116
                  16 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Transito, 2005), hlm. 302-305.
                  17Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 76
                18 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 231
                19 Ibid, hlm.223
                  20Sudjana, op.cit, hlm.47
21 Ibid, hlm. 67
         22 Ibid, hlm. 95
         23 Ibid, hlm.99
         24 Ibid, hlm.273
         25 Ibid, hlm. 263
         26 Agung Handayanto, Pemrograman Komputer 2 (Olah Data Statistik dengan SPSS), (Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm.33.
         27Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 170-171
         28Suharsimi Arikunto , Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),Ed.2, Cet.2., hlm.161-162
29Anas Sudjiono, op.cit, hlm.207-209
         30 Suharsimi Arikunto,op.cit, hlm.207-210
         31Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), hlm.141
         32 Sudjana, op.cit, hlm.239

Contenu connexe

Tendances

7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsisiskaningsih
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-smFppi Unila
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...Fppi Unila
 
Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Zem Chudhienk
 
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Deszure Esp
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalMas Becak
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiCha Aisyah
 

Tendances (20)

Proposal penilitian
Proposal penilitianProposal penilitian
Proposal penilitian
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Power point skripsi
Power point skripsiPower point skripsi
Power point skripsi
 
5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm5117 11181-1-sm
5117 11181-1-sm
 
Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)Bab i (edit inty)
Bab i (edit inty)
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...
 
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
2 upaya meningkatkan pemahaman konsep dan disposisi matematis menggunakan mod...
 
Pembelajaran inovatif ms
Pembelajaran inovatif msPembelajaran inovatif ms
Pembelajaran inovatif ms
 
Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)Realistic mathematics education (rme)
Realistic mathematics education (rme)
 
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
Realistik Mathematics Education (Pembelajaran Realistik)
 
Proposal untuk pps
Proposal untuk ppsProposal untuk pps
Proposal untuk pps
 
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasionalResume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
Resume problematika pendidikan matematika 1dari jurnal internasional
 
Seminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitianSeminar Usul penelitian
Seminar Usul penelitian
 
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisInstrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis
 
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
Proposal Penelitian (Pendidikan Matematika)
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisiUnimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
Unimed undergraduate-22276-bab 1 repisi
 
1 st, Try
1 st, Try1 st, Try
1 st, Try
 

Similaire à Studi Komparasi Model Pembelajaran RME dan TPS

Similaire à Studi Komparasi Model Pembelajaran RME dan TPS (20)

Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSIProposal SKRIPSI
Proposal SKRIPSI
 
Matematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesiaMatematika realistik indonesia
Matematika realistik indonesia
 
Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)
 
1
11
1
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
Nht 4
Nht 4Nht 4
Nht 4
 
Model pengajaran langsung
Model pengajaran langsungModel pengajaran langsung
Model pengajaran langsung
 
Bab i ii ptk
Bab i ii ptkBab i ii ptk
Bab i ii ptk
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
A410050066
A410050066A410050066
A410050066
 
DL X STAD.pdf
DL X STAD.pdfDL X STAD.pdf
DL X STAD.pdf
 
Problem Based Learning
Problem Based Learning Problem Based Learning
Problem Based Learning
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri Apa,mengapa,bagaimana pmri
Apa,mengapa,bagaimana pmri
 
Pemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmriPemahaman konsep dengan pmri
Pemahaman konsep dengan pmri
 
Kelompok 4_Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya (1).pptx
Kelompok 4_Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya (1).pptxKelompok 4_Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya (1).pptx
Kelompok 4_Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajarannya (1).pptx
 
laporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih meranginlaporan Ptk destri saragih merangin
laporan Ptk destri saragih merangin
 

Studi Komparasi Model Pembelajaran RME dan TPS

  • 1. Studi Komparasi Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) dan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) melalui Penerapan Teori Belajar Modelling dan Observational Learning Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Pokok Himpunan Di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 1. Latar Belakang Masalah Aktivitas pelaksanaan pendidikan formal, tercermin salah satunya dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan dalam bentuk yang paling sederhana selalu melibatkan peserta didik dan pendidik. Dalam proses pembelajaran kedua belah pihak akan saling berkomunikasi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik dalam dalam proses pembelajaran adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Matematika merupakan ilmu yang memiliki kecenderungan deduktif, aksiomatik dan abstrak (fakta, konsep dan prinsip). Karakteristik yang dimiliki matematika inilah yang menyebabkan matematika menjadi suatu pelajaran yang sulit dan menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat ditakuti oleh peserta didik. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika membutuhkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, pendidik dan instansi pendidikan yang terkait. Dalam hal ini perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik yang berfikir konkret dibawa kepada konsep matematika yang bersifat abstrak tersebut. Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam pembelajaran. Pada usia 11 atau 12 tahun ke atas anak berada pada tahap operasi formal (formal operations) merupakan tahap terakhir dalam perkembangan kogniti. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti.1 Peserta didik kelas VII umumnya usia mereka 12-13 tahun, seperti yang dikemukakan oleh Piaget bahwa pada usia ini anak mulai berpikir abstrak. Walaupun pada usia ini anak sudah bisa berpikir abstrak tapi tahap ini adalah tahap awal anak berpikir abstrak sehingga belum sepenuhnya anak bisa berpikir abstrak. Pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Peserta didik mengalami kesulitan matematika di kelas. Akibatnya, peserta didik kurang menghayati atau
  • 2. memahami konsep-konsep matematika sehingga peserta didik mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). RME merupakan model pembelajaran matematika di sekolah yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi kehidupan peserta didik. Peserta didik harus di beri kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas pada semua topik dalam pelajaran matematika. Dengan demikian, RME menekankan pada ketrampilan process of doing mathematics,berdiskusi, berkolaborasi, beragumentasi, dan mencari simpulan dengan teman sekelas. Model pembelajaran RME dapat dipandang sebagai model pembelajaran yang dilaksanakan agar kompetensi dasar dapat dicapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan informal.2 Model pembelajaran ini akan membantu peserta didik yang belum sepenuhnya bisa berpikir abstrak. Proses pembelajaran matematika di MTs NU Al Hidayah Kudus masih menggunakan metode ekspositori, pendidik hanya menerangkan materi kemudian memberikan soal latihan, dan tidak ada evaluasi setiap akhir pembelajaran. Dari sini tentu peserta didik yang kurang memahami materi dibiarkan saja tanpa ada penjelasan kembali dari pendidik. Dalam materi himpunan, peserta didik agak sulit memahami materi himpunan khususnya penyajiannya dalam diagram Venn. Tidak ada alat peraga yang mendukung dan penjelasan pendidik yang terbatas itu diantara alasannya. Bahkan sebagian nilai peserta didik pada satu kelas dalam materi ini di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada 17 peserta didik dari 38 peserta didik yang nilainya di bawah KKM, sehingga dalam nilai rapor setelah mereka melakukan remidi nilainya hanya mencapai KKM yaitu 60. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir, berpasangan, berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik.3 Peneliti merasa tertarik untuk membandingkan hasil belajar jika menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS. Di satu sisi model pembelajaran RME membantu peserta didik untuk mengkontekstualkan materi yang abstrak, dan hasil wawancara dengan pendidik kelas VII MTs NU Al Hidayah menunjukkan bahwa peserta didik terbiasa individual dalam mengerjakan soal. Sehingga dengan adanya model pembelajaran TPS akan melatih peserta didik untuk saling berbagi sehingga peserta didik yang kurang memahami materi bisa terbantu. Himpunan adalah salah satu materi pokok yang diajarkan di kelas VII Semester II. Materi ini sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti himpunan peserta didik
  • 3. kelas VII A MTs NU Al Hidayah Kudus, mencari banyaknya peserta didik yang gemar matematika dengan diagram Venn. Oleh karena itu, materi himpunan cocok jika menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran RME. Materi himpunan pun cocok jika menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran TPS. Dalam belajar peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori sehingga rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.4 Teori belajar yang dikemukakan oleh Albert Bandura (Modelling dan Observational Learning) menyatakan bahwa belajar pada diri individu tidak dibentuk oleh konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan, namun belajar secara langsung dari model. Menurut Bandura dan Walters, tingkah laku baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu model atau contoh atau teladan.5 Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment.6 Dengan adanya reward dan punishment peserta didik akan semakin memperhatikan penjelasan dari pendidik dan lebih semangat dalam belajar. Dari dua model pembelajaran di atas peniliti ingin membandingkan model mana yang lebih baik digunakan melaui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning terhadap hasil belajar peserta didik. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011? 2. Hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan
  • 4. Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011? 3. Penegasan Istilah Untuk memudahkan dalam penelaahan isi laporan penelitian ini, perlu dijelaskan ruang lingkup yang diteliti serta beberapa batasan istilah sebagai berikut : 1. Studi Komparasi Studi komparasi adalah studi yang bertujuan membandingkan dua fenomena atau lebih.7 Atau dengan kata lain studi komparasi adalah penelitian yang bertujuan untuk membandingkan sesuatu dengan hal lain tetapi masih dalam satu sudut pandang. Dalam penelitian ini komparasi bertujuan untuk membandingkan hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning, dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning kelas VII pada materi pokok Himpunan Tahun Pelajaran 2010/2011 di MTs NU Al Hidayah. Komparasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan uji t (uji kesamaan rata-rata). 2. Model Pembelajaran RME RME terdiri dari tiga kata yaitu realistic artinya realitas, kenyataan. Mathematics adalah suatu ilmu yang mempelajari hal-hal abstrak berupa angka-angka dan geometri. Education artinya pendidikan. Jadi realistic mathematic education adalah suatu model pembelajaran atau pendidikan matematika yang bertolak dari konsep yang realistis/realitas atau dapat dikenali oleh peserta didik. 3. Model Pembelajaran TPS TPS terdiri dari tiga kata yaitu think artinya berpikir. Pair artinya berpasangan. Share artinya berbagi. Jadi Think Pair Share suatu cara diskusi kelas yang memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. 4. Teori Belajar Modelling dan Observational Learning
  • 5. Teori Belajar Modelling yang dimaksud adalah pemodelan atau dalam kata lain pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Observational Learning artinya belajar melalui pengamatan. Jadi teori belajar Modelling dan Obervational Learning adalah belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model). 5. Materi Pokok Himpunan Himpunan merupakan materi pokok peserta didik kelas VII SMP/ MTs semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui hasil belajar manakah yang lebih baik antara yang menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada peserta didik kelas VII Semester II pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pendidik 1. Pendidik mendapatkan inovasi pembelajaran. 2. Pendidik dapat meningkatkan kreativitas dalam pengembangan materi. 3. Pendidik juga memperoleh suatu variasi pembelajaran terhadap materi Matematika, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
  • 6. 4. Membantu pendidik berkembang secara profesional. 2. Bagi Peserta Didik 1. Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat menangkap pengetahuannya. 2. Meningkatkan motivasi dan daya tarik peseta didik terhadap pelajaran matematika. 3. Menumbuhkan kemampuan kerjasama dan ketrampilan berpikir peserta didik. 4. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran matematika. 3. Bagi Penulis 1. Sebagai referensi bagi peneliti untuk melaksanakan pembelajaran matematika ketika terjun ke lapangan, sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat menumbuhkan suasana yang menyenangkan. 2. Peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana memilih pembelajaran yang tepat, sehingga dimungkinkan kelak ketika terjun ke lapangan mempunyai wawasan dan pengalaman. 3. Peneliti akan mempunyai dasar-dasar kemampuan mengajar dan memperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga diperoleh suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. 4. Bagi Lembaga Pendidikan 1. Memberikan sumbangan positif tentang salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika. 2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan /kemajuan pada diri pendidik dan pendidikan di sekolah tersebut. 3. Penilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang alternatif model-model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. 5. Penelitian yang Relevan
  • 7. 1. Dalam skripsi Laeliyatul Marzuqoh mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan Sudut Semester II Kelas VII MTs Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008. Menyimpulkan bahwa pembelajaran Matematika yang diperoleh melalui model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan ekspositori terhadap hasil belajar peserta didik pada materi Garis dan Sudut kelas VII tahun ajaran 2007/2008.8 2. Dalam skripsi Rohmat Afendi mahapeserta didik Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang yang berjudul Penerapan Model RME (Realistic Mathematic Education) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010. Menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian tindakan kelas, maka pembelajaran RME dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika khususnya materi pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung.9 3. Dalam skripsi Sukoco mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu Variabel. Menyimpulkan bahwa rata-rata nilai yang dicapai adalah 6,5 dengan ketutasan belajar 89%.10 4. Dalam skripsi Isti Rahmayani mahapeserta didik Universitas Negeri Semarang yang berjudul Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Pecahan. Menyimpulkan bahwa bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori.11 G. Uraian Materi 1. Mengenal Himpunan 1. Pengertian Himpunan
  • 8. Himpunan adalah kumpulan benda-benda yang dapat didefinisikan dengan tepat dan jelas. Suatu himpunan di beri nama dengan huruf kapital, sedang anggotanya ditulis dalam tanda dua kurung kurawal. Contoh: A = {hewan pemakan daging} 2. Menyatakan suatu himpunan Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Dengan kata-kata 2. Dengan notasi pembentuk himpunan 3. Dengan mendaftar anggotanya Contoh: Misalkan B adalah himpunan huruf vokal, maka B dapat dinyatakan dalam beberapa cara, yaitu: 1. dengan kata-kata B = { huruf vokal} 2. dengan notasi pembentuk himpunan B = { | x adalah huruf vokal} dibaca sebagai berikut: B adalah himpunan x sedemikian sehingga x adalah huruf vokal. 3. dengan mendaftar anggota-anggotanya B = {a, i, u, e, o} 3. Himpunan Kosong Suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan kosong dan diberi lambang atau { }. 4. Himpunan Semesta
  • 9. Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota (elemen) yang dibicarakan. Himpunan semesta dinyatakan dengan S atau U (Universum). Istilah lain untuk himpunan semesta adalah semesta pembicaraan. Contoh: himpunan semesta untuk {0, 2, 4, 6, 8} dapat berupa {bilangan genap} atau {bilangan genap kurang dari 10} atau {bilangan cacah}. 2. Diagram Venn Untuk menyatakan himpunan serta hubungan antara himpunan dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram Venn. Diagram untuk suatu himpunan dinyatakan dengan daerah lengkungan tertutup, sedangkan untuk himpunan semesta dengan persegi panjang. Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan noktah di dalam daerah lengkungan tertutup itu. Contoh: diketahui himpunan-himpunan K = {1, 2, 3, 4, 5} L = {4, 5, 6, 7, 9} dengan himpunan semesta S = {1, 2, 3, .....,10}. Gambarlah diagram Venn- nya Jawab: S .8 .10 3. Operasi Himpunan 1. Irisan dua himpunan Jika pada operasi bilangan kita mengenal lambang operasi yaitu +, - , , maka pada himpunan pun dikenal operasi antara dua himpunan. Diantaranya adalah operasi “irisan” yang dilambangkan dengan “ Contoh: S Jika A = {2, 3, 5, 7} dan B = {1, 3, 5, 6} maka A B = {3,5}. 2. Gabungan Andaikan diketahui himpunan-himpunan P dan Q. Gabungan P dan Q ditulis P Q, didefinisikan sebagai himpunan semua objek yang merupakan anggota P dan Q. Contoh: A = {1, 2, 3, 4} B = {2, 3, 5}. Tentukan A B. Jawab: A B = {1, 2, 3, 4, 5}. Diagram Venn-nya adalah: 12 S
  • 10. 3. Selisih dua himpunan Selisih dua himpunan A terhadap B, yaitu suatu himpunan yang anggotanya himpunan A dan tidak merupakan anggota himpunan B, ditulis: A – B = { A dan x B}. 4. Komplemen suatu himpunan Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang anggotanya selain anggota himpunan A, tetapi masih merupakan anggota himpunan S, ditulis: Ac = A’ = {x A dan x S}.13 8. Kerangka Berpikir Materi himpunan, khususnya mengenai penyajian diagram Venn di MTs NU Al Hidayah masih sulit dipahami oleh peserta didik. Hal ini disebabkan oleh belum tersedianya alat peraga sebagai pendukung pembelajaran sehingga berakibat penjelasan pendidik tidak maksimal. Pembelajaran juga hanya menggunakan metode ekspositori sehingga peserta didik yang kurang memahami materi semakin jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut data yang penulis terima, ada 17 dari 38 peserta didik pada satu kelas dalam materi ini yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Materi himpunan ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya himpunan peserta didik yang gemar dengan pelajaran matematika. Pendekatan yang bisa digunakan untuk lebih mengkontekstualkan materi adalah model pembelajaran RME. Model pembelajaran ini akan mengajarkan peserta didik untuk lebih berfikir nyata, sehingga akan membantu peserta didik dalam memahami materi. Pada saat proses pembelajaran berlangsung saat pendidik memberikan latihan soal kepada peserta didik, biasanya mereka memecahkannya sendiri sehingga yang kurang bisa memahami materi akan semakin kesulitan dalam memecahkan soal. Pendekatan yang bisa digunakan dalam masalah ini adalah model pembelajaran TPS. Model pembelajaran ini melatih peserta didik untuk saling berbagi dalam memecahkan masalah, sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi akan terbantu. Materi himpunan juga cocok dengan menggunakan model pembelajaran TPS. Diantara teori belajar adalah teori belajar yang dikemukakan Albert Bandura Modelling dan Observational Learning. Teori belajar ini masih memandang adanya reward dan punishment. Dalam pembelajaran saat pendidik menjelaskan materi tentu tidak semua peserta didik
  • 11. memperhatikan penjelasan dari pendidik. Dengan penerapan teori ini peserta didik yang mendapatkan reward akan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar, dan peserta didik yang lain akan termotivasi juga untuk lebih memperhatikan penjelasan dari pendidik sehingga tidak mendapatkan punishment. Dan dengan penerapan teori ini pada dua model pembelajaran diatas akan semakin menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hasil belajar yang mana lebih baik antara peserta didik yang diberikan dengan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Untuk itu peneliti membagi dua kelas eksperimen. Sebelum memberikan perlakuan sampel terlebih dahulu diberikan pre- test untuk mengetahui kemampuan dasarnya. Selanjutnya sampel diberikan perlakuan kelas eksperimen I diberikan model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Dan kelas eksperimen II diberikan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Setelah berakhir perlakuan subjek diberikan post test (tes akhir). Untuk mengetahui hasil akhir dilakukan perhitungan statistik dan bantuan software SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Dari perhitungan statistik dan bantuan SPSS diperoleh kesimpulan hipotesis diterima atau ditolak. 8. Hipotesis Penelitian Pengertian dari hipotesis ini bisa juga dikatakan sebagai asumsi atau dugaan sementara yang harus diuji lebih lanjut. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho : Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning.” Hi : Tidak Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pada materi pokok Himpunan di MTs NU Al Hidayah Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. 8. Metodologi Penelitian
  • 12. Secara harfiah metode berarti cara atau jalan yang harus ditempuh. Sedang menurut istilah sehubungan dengan penulisan ilmiah, maka metode berarti cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 14 1. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala yang bervariasi dan menjadi obyek penelitian.15 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning (eksperimen I) dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning (eksperimen II). 2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar. 2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs NU Al Hidayah Tahun Pelajaran 2010/2011. Sesuai dengan permasalan penelitian ini maka sampel yang dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dimana pada kelas eksperimen I akan diterapkan Model Pembelajaran RME melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning sedangkan pada kelas eksperimen II diterapkan Model Pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Agar terdapat sampel yang resentatif yaitu sampel yang dapat mewakili populasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengambil nilai ulangan matematika pada materi sebelumnya. 2. Menghitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari nilai matematika untuk masing kelas populasi. 3. Melakukan uji homogenitas varians populasi. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah populasi mempunyai varians yang sama.
  • 13. Menentukan derajat kebebasan (dk) setiap sumber variansi, terdiri dari rata-rata dengan dk =1, antar kelompok dengan dk = (k-1), dalam kelompok dengan dk = dan untuk total dk = .16 Apabila populasinya bersifat homogen dan rata-ratanya sama, maka dapat dilakukan teknik random sampling. Cara pengambilannya teknik kombinasi dari 3 kelas yang disusun, kemudian diambil secara acak satu pasang kelas sampel eksperimen I dan eksperimen II dilakukan dengan pengundian. 3. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini berkaitan dengan penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS. Dalam proses pembelajaran penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran RME langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar himpunan dalam diagram venn (perhatian). 2. Pendidik memberikan soal realistik yang berhubungan dengan materi. 3. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. 4. Peserta didik mengerjakan soal yang telah diberikan. 5. Melakukan presentasi kelompok dengan perwakilan satu orang tiap kelompoknya. 6. Pendidik bersama peserta didik menarik kesimpulan. 7. Pendidik menunjukkan langkah yang tepat dalam mengerjakan soal. 8. Pendidik membubarkan kelompok. 9. Pendidik mencontohkan soal tentang materi. 10. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah dicontohkan (retensi). 11. Peserta didik mengerjakan LKS (reproduksi). 12. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan. 13. Pendidik memberikan PR. 14. Pendidik memberi motivasi peserta didik untuk mempelajari kembali materi. Sedangkan penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning pada model pembelajaran TPS langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Pendidik menarik perhatian peserta didik dengan menunjukkan alat peraga gambar himpunan dalam diagram Venn (perhatian). 2. Pendidik menjelaskan materi.
  • 14. 3. Pendidik mencontohkan soal tentang materi. 4. Pendidik menunjuk salah satu peserta didik untuk mengulangi apa yang telah dicontohkan (retensi). 5. Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. 6. Pendidik memberikan tugas kelompok. 7. Beri kesempatan individu dalam kelompok mencoba mencoba memikirkan penyelesaian tugas tersebut kira-kira 5 menit. 8. Lanjutkan dengan kerja berpasangan (pair) dalam kelompoknya (reproduksi). 9. Lakukan presentasi kelompok. 10. Pendidik bersama peserta didik membahas soal yang telah dikerjakan. 11. Pendidik memberikan PR. 12. Pendidik memberikan motivasi untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan (motivasi). 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan metode: 1. Metode Observasi Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.17 Dalam hal ini observasi yang dilakukan adalah untuk memperoleh data tentang situasi dan proses pembelajaran di MTs NU Al Hidayah Kudus. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.18 Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang prestasi belajar Matematika dalam rapor. 3. Metode Tes Untuk mengukur data atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi.19 Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa post test.
  • 15. 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah suatu langkah yang paling menentukan dalam penelitian karena analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dilakukan melalui tahap sebagai berikut: 1. Analisis Data Awal Sebelum peneliti menentukan teknik analisis statistik yang digunakan terlebih dahulu keabsahan sampel. Cara yang digunakan dengan uji normalitas dan uji homogenitas: (1) Uji Normalitas Uji normalitas adalah untuk menguji apakah data berasal dari populasi berada di bawah distribusi normal atau tidak. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika data berdistribusi normal dapat digunakan metode statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan metode nonparametrik. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat. Hipotesis yang digunakan untuk uji nomalitas Ho = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal Langkah-langkah yang ditempuh dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: 1. Menyusun data dalam tabel distribusi frekuensi. Menentukan banyaknya kelas interval k dengan rumus:20 k = 1+ 3,3 log n n = banyaknya objek penelitian interval 2. Menghitung rata- rata21 3. Menghitung variansi dengan rumus:22 4. Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas X dengan rumus:23
  • 16. 5. Menghitung frekuensi yang diharapkan (Oi) dengan cara mengalikan besarnya ukuran sampel dengan peluang atau luas daerah dibawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan. 6. Menghitung statistik Chi-Kuadrat dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: X2 = Chi-Kuadrat Oi = Frekuensi yang diperoleh dari data penelitian Ei = Frekuensi yang diharapkan k = Banyaknya kelas interval Kriteria pengujian jika hitung ≤ tabel dengan derajat kebebasan dk = k – 3 dan taraf signifikan 5% maka akan berdistribusi normal.24 Disamping perhitungan di atas untuk mengetahui data berdistribusi normal akan dibantu dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang sama. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut. H0 :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama. Ha :, artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama. Untuk uji homogenitas ini digunakan uji Bartlett, dengan rumus: 1. menentukan variansi gabungan dari semua sampel (b) menentukan harga satuan B (c) menentukan statistika Dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan taraf signifikasi maka kriteria pengujiannya adalah jika berarti Ho diterima, dan dalam hal lainnya Ho ditolak.25 Disamping perhitungan di atas, uji homogenitas juga akan dibantu dengan software SPSS. Dengan hipotesis yang sama, dan dasar pengambilan keputusannya yaitu: H0 diterima jika nilai Sig. > 0.05 Ho ditolak jika nilai Sig. < 0.05.26 2. Analisis Intrumen
  • 17. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data berupa lembaran tes hasil belajar. Materi tes soal berupa soal uraian yang terdapat pada materi pokok himpunan. Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa tes objektif yang memenuhi kriteria validitas, tingkat kesukaran, dan beda, dan reliabilitas. Tes yang dilakukan dalam penelitian yaitu tes akhir. Tes akhir dilakukan setelah berakhirnya rangkaian pembelajaran pada kedua kelas sampel. 1. Validitas tes Penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu penguji validitas yang dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang digunakan. Validitas empiris dapat diketahui dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment, rumus yang digunakan adalah: Keterangan: = koefisien korelasi tiap item = banyaknya subyek uji coba = jumlah skor item = jumlah skor total = jumlah kuadrat skor item = jumlah kuadrat skor total = jumlah perkalian skor item dan skor total ga menunjukkan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna yaitu: 1. Ada tidaknya korelasi, ditunjukkan oleh besarnya angka yang terdapat di belakang koma. Jika angka tersebut terlalu kecil sampai empat angka di belakang koma, maka dapat dianggap bahwa antara variabel X dengan variabel Y, angkanya terlalu kecil, lalu angkanya diabaikan. Arah korelasi, yaitu arah yang menunjukkan kesejajaran antara nilai variabel X dengan nilai variabel Y. Arah dari korelasi ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks. Jika tandanya (), maka arah korelasinya positif, sedang kalau minus (), maka arah korelasinya negatif.
  • 18. Besarnya korelasi, yaitu besarnya angka yang menunjukkan kuat dan tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua variabel yang diukur korelasinya.27 Koefisien korelasi bergerak antara rentangan 1 sampai dengan +1. Angka korelasi 1 menunjukkan hubungan negatif yang mutlak, dan +1 menunjukkan hubungan positif yang mutlak. Jika menunjukkan angka 0 maka koefisien menunjukkan tidak ada hubungan.28 Setelah diperoleh nilai selanjutnya dibandingkan dengan hasil r pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5 %. Butir soal dikatakan valid jika 2. Reliabilitas soal Reliabiltas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk uraian adalah rumus Alpha, yaitu: Keterangan: : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir pertanyaan atau soal : jumlah varians tiap-tiap butir : varians total Dengan rumus varians dapat diperoleh dengan jalan menjumlahkan varians dari item soal, rumus varians yaitu: Keterangan: Xi : Skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir. N : Jumlah peserta tes. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien realibilitas tes ( pada umumnya digunakan patokan: 1. Apabila sama dengan atau lebih besar dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan telah memiliki realibilitas tinggi. 2. Apabila lebih kecil dari pada 0,70 berarti tes yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan belum memiliki realibilitas tinggi.29 3. Tingkat kesukaran
  • 19. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian, digunakan rumus sebagai berikut. Tingkat Kesukaran dimana, Mean Pada penelitian ini untuk menginterprestasikan tingkat kesukaran digunakan tolak ukur sebagai berikut. 0,00 – 0,30 soal tergolong sukar. 0,31 – 0,70 soal tergolong sedang. 0,71 – 1,00 soal tergolong mudah. 30 4. Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Untuk perhitungan kelompok tes dibagi 2 sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus uji t, yaitu:31 t= Keterangan: MH = rata-rata dari kelompok atas ML = rata-rata dari kelompok bawah jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah ni = 27 % x N (jumlah peserta tes kelas atas atau bawah) N = jumlah peserta tes Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan t tabel, dk = (–1)+ ( – 1) dan = 5% jika thitung > ttabel maka daya beda soal tersebut signifikan. 3. Analisis Data Akhir 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji normalitas pada analisis data awal.
  • 20. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas pada analisis data akhir langkah-langkahnya sama seperti uji homogenitas pada analisis data awal 3. Uji Hipotesis Jika kedua sampel normal dan homogen maka untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Uji t yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua keadaan atau dua kelas sampel yaitu peserta didik yang diberikan model pembelajaran RME dan model pembelajaran TPS melalui penerapan teori belajar Modelling dan Observational Learning. Langkah-langkah uji kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut: 1. Menentukan rumusan hipotesisnya yaitu: : : 2. Menentukan statistik yang digunakan yaitu uji t dua pihak. 3. Menentukan taraf signifikan yaitu α = 5%. Kriteria pengujiannya adalah terima H0 apabila , di mana diperoleh dari daftar distribusi Student dengan peluang dan dk = 4. Menentukan statistik hitung menggunakan rumus: dengan Keterangan: = rata-rata data kelas eksperimen = rata-rata data kelas kontrol n1 = banyaknya data kelas eksperimen n2 = banyaknya data kelas kontrol s2 = simpangan baku gabungan Menarik kesimpulan yaitu jika , maka kedua kelas mempunyai rata-rata sama.32 Uji hipotesis ini juga akan dibantu dengan bantuan software SPSS dengan hipotesis yang sama. Dan dasar pengambilan keputusannya yaitu:
  • 21. 8. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan tentang isi skripsi ini terdiri dari masing-masing bab yang saling berurutan dalam penyusunan skripsi. Dan disini penulis membagi penulisan skripsi menjadi lima bab, yaitu: Bab I: Pendahuluan, bab ini membahas gambaran secara global mengenai seluruh isi dari skripsi ini yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II: Landasan teori, bab ini berisi landasan teori yang berkaitan dengan skripsi, yaitu hakikat belajar, hasil belajar, model pembelajaran RME, model pembelajaran TPS, teori belajar Modelling dan Observational Learnig, dan materi pokok Himpunan. Bab III: Metodologi penelitian, terdiri dari waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya dalam diskripsi. Bab V: Penutup, berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup sebagai akhir dalam penulisan skripsi. 1 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm.88 2 Amin Suyitno, Dasar-Dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I, (Handout Dipergunakan untuk perkulihan Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES, 2006), hlm.36-37. 3Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: PRESTASI PUSTAKA, 2007), hlm.61 4 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.135 5Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Edisi Revisi), (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,2003), Cet. 4, hlm.21. 6http://aanchoto.com/2010/07/teori-teori-belajar-1/, 09 November 2010, 14:32. 7 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 268 8Laeliyatul Marzuqoh, Skripsi (Efektifitas Model Pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Garis dan Sudut Semester II Kelas VII MTs Aswaja Bumi Jawa Tegal Tahun Ajaran 2007/2008), IAIN Walisongo Semarang. 9Rohmat Afendi, Skripsi (Penerapan Model RME (Realistic Mathematic Education) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Lengkung Semester I Kelas IX A SMP NU 07 Brangsong Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010), IAIN Walisongo Semarang 10Sukoco, Skripsi ( Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathemathic Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas VII D MTs Ribatul Mutaallimin Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Persamaan Linier Satu Variabe)l, Universitas Negeri Semarang. 11Isti Rahmayani, Skripsi (Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta didik KelasVII SMP Negeri 4 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008 pada Materi Pokok Pecahan), Universitas Negeri Semarang. 12Damiri dkk, Matematika SMP Kelas VII, (Pemerintah Kabupaten Kudus,2004), hlm.109-129 13Anwar, Konsep Jitu Matematika SMP untuk Kelas 1, 2, dan 3, (Jakarta: WahyuMedia, 2008), hlm. 85-86 14 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat,( Jakarta: Gramedia, 1997), hlm. 7 15Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm.116 16 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Transito, 2005), hlm. 302-305. 17Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 76 18 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 231 19 Ibid, hlm.223 20Sudjana, op.cit, hlm.47
  • 22. 21 Ibid, hlm. 67 22 Ibid, hlm. 95 23 Ibid, hlm.99 24 Ibid, hlm.273 25 Ibid, hlm. 263 26 Agung Handayanto, Pemrograman Komputer 2 (Olah Data Statistik dengan SPSS), (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm.33. 27Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 170-171 28Suharsimi Arikunto , Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),Ed.2, Cet.2., hlm.161-162 29Anas Sudjiono, op.cit, hlm.207-209 30 Suharsimi Arikunto,op.cit, hlm.207-210 31Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm.141 32 Sudjana, op.cit, hlm.239