Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Pak Jokowi Inikah Pembodohan
1. Pak Jokowi, Inikah Pembodohan?
By Mahendra
12 September 2014
http://indonesiana.tempo.co/read/21881/2014/09/12/mahenunja/pak-jokowi-inikah-pembodohan
(Kolong jembatan Manggarai yang di tinggal i 3 keluarga di Manggarai , Jakarta , 6 September 2014, source: tempo.co)
Utang Luar Negeri (ULN)? Apakah kita menjadi disetir penjajahan dengan gaya baru (lewat
utang tersebut)? Menurut BI (Bank Indonesia), ULN Indonesia meningkat 7,6% dibanding
posisi 2013.
Foto dari Tempo.co ini menggambarkan sisi lain negeri kita. Ini juga bagian dari karya sastra
sekaligus fakta. Bukan menebar pesimis. Hanya sebagian kita yang berpandangan pesimis
seperti itu.
Bagi sebagian yang lain kita memandang foto itu sebagai gambaran “PERJUANGAN” yakni
manifestasi dari gambaran Senja yang unik. Itu PKS (Penghuni Kolong Senja). Sebagian
yang lain lagi, memandang foto itu sebagai gambaran kemiskinan yakni tidak lebih dari
2. gambaran gelap Malam. Kemudian yang lain memandangnya sebagai keoptimisan yakni
manifestasi dari gambaran Pagi yang selalu ditunggu kesegarannya. Satu lagi ada yang
memandangnya dengan ekspresi datar yang sesungguhnya adalah manifestasi dari gambaran
kekeringan di Tengah Hari (terik Siang). Bermacam demikian mungkin karena melihat
dapurnya, tempat jemurannya, tidurnya tidak berkasur, dan seterusnya.
(Akti fi ta s keluarga yang tinggal di kolong jembatan Manggarai , Jakarta , 6 September 2014, source: tempo.co)
Kita tidur tidak berkasur supaya bangun tidak kesiangan, mereka tidur tanpa kasur karena
tidak punya kasur. Memang terasa pegal, tapi menjelang terbiasa saja. Setelah terbiasa, sama
saja : mau pakai kasur atau tidak pun, bisa tidur nyenyak. Setidaknya itulah yang sudah saya
coba, supaya bangun jarang kesiangan.
Mungkin yang terpampang di foto itu: tempat MCK (Mandi-Cuci-Kakus). Seolah itu simbol
bagi rumah mereka. Sebagaimana kebersihan atau kualitas rumah bisa dilihat dari tempat
MCK-nya (karena tempat tersembunyi saja bersih, apalagi tempat terbuka, cenderung lebih
bersih lagi). Kalau mau lihat kualitas rumah, lihatlah MCK-nya!
3. (Seorang warga menjemur pakaian di kolong jembatan Manggarai , Jakarta , 6 September 2014, source: tempo.co)
Disematkan kepada muka mereka MCK. Merdeka Cari Kerja. Anggaplah pekerjaan mereka
mengumpulkan sampah-sampah di Sungai (bawah Jembatan Manggarai). Setelah itu mereka
jual ke agen. Kenapa mereka disebut Merdeka Cari Kerja? Mereka tidak membuat surat
lamaran ke Perusahaan. Mereka tidak mengemis ke bos-bos taipan. Mereka tidak
memerlukan Sarjana, dan lain-lain gelar-gelaran. Mereka muka MCK. Merdeka Cari Kerja.
Bahkan, mungkin mereka tidak perlu peran Bank sedikitpun.
Berdasarkan informasi terupdate dari Bank Indonesia ( April 2014) Utang Luar Negeri
(ULN) Republik yang berjumlah 237.641.326 orang ini adalah USD131,0 miliar (sektor
publik ) plus USD145,6 miliar (sektor swasta).
USD1 dijual (hari ini) seharga Rp11.829. Berarti utang kita totalnya Rp276.600.000.000 x
11.829 = Rp3.271.901.400.000.000 (Rp3.271,901 triliun). Artinya setiap penduduk Indonesia
menanggung beban Rp3.271.901.400.000.000/237.641.326 = Rp 13.768.230. (Rp13 juta-an).
Jika isi rumah yang terdiri dari 3 Keluarga di bawah kolong Jembatan Manggarai ini
dijual, adakah dapat melunasi bebannya? Kalau tidak bisa disebut sebagai beban
rakyat berarti itu hanya beban negara saja. Kalau tidak bisa disebut sebagai beban
negara berarti itu hanya beban rakyat saja. Kalau disebut sebagai beban negara dan
4. rakyat, maka adakah yang merasakan beban itu? Sudahkah negara dan rakyat satu
tekad (di bulan September ini, sebagaimana dulunya satu tekad pada perisitiwa Rapat
Raksasa di Lapangan Ikada 19 September 1945 mempertahankan kemerdekaan dan tak rela
dengan penjajahan)?
Bagi yang memandangnya sebagai “PERJUANGAN" harus sepakati dulu bahwa riba harus
dihapuskan dari muka bumi karena ia bentuk penjajahan! Tak jauh beda dengan
pembodohan!
Logikanya begini:
Si A mensuplai Rp300 (pengendali, pencetak uang).
Dipinjamkan Rp100 ke Si B dan Rp100 pula ke Si C.
Si B harus mengembalikan Rp100 plus 5% yakni Rp5.
Si C juga, harus bayar Rp100 plus 5% yakni Rp5.
Uang yang beredar Rp300.
Si B dan Si C tidak berpikir bahwa uang total adalah Rp 310.
Artinya, Rp10 itu khayalan saja.
Bank mencetak uang supaya dipinjamkan, tapi tidak mencetak uang supaya orang bisa
membayar bunga. Untuk hal ini saya berterimakasih atas penjelasan teman saya sebab saya
mengerti bahwa sampai kiamat pun itu utang tidak bisa dilunasi. Sadarkah kita dengan posisi
kita sekarang ini? Sadarkah pemimpin kita akan hal ini? Sadarkah Pak Jokowi?
read more:
http://politik.kompasiana.com/2014/08/27/uang-pks-hancur-bag-2-683266.html
http://www.iamthewitness.com/books/Andrew.Carrington.Hitchcock/The.History.of.the.Mon
ey.Changers.htm
http://www.hiddenmysteries.org