1. Nama Assisten : Furi Alifiari Nama : Dimas Wahyu Pratama
NIM : G74120064 NIM : C54140078
Kelompok : Gaga-gili (2)
Dua Suku Bertikai di Mimika Akhirnya Berdamai
Setelah terlibat perang sejak awal Januari lalu, siang tadi kedua suku yakni suku Moni dan
suku Dani, di Kabupaten Mimika, Papua, sepakat berdamai.
Perdamaian kedua suku ini disaksikan Asisten 1 Setda Provinsi Papua, Dandrem 174 ATW,
Bupati Mimika, Ketua LMA Provinsi Papua, Majelis Perwakilan Rakyat Papua, tujuh Kepala
Suku di Mimika serta unsur muspida setempat.
Sebelum berdamai, kedua suku menjalani ritual pemasangan bambu yang berasal dari
masing-masing suku, kemudian kedua suku saling berjabat tangan. Ini sebagai tanda bahwa
kedua suku yang bertikai selama ini di Kabupaten Mimika telah berdamai.
Selanjutnya, mereka menjalani ritual yang sangat sakral yakni upacara memanah Babi,
masing-masing perwakilan memanah seekor Babi yang sudah diikat pada sebuah Bambu.
Ritual memanah Babi ini disaksikan seluruh tamu undangan.
Usai melakukan ritual memanah Babi, perwakilan masing-masing suku menyerahkan Busur
mereka kepada Ketua LMA Papua sebagai tanda perang telah berakhir, dan kedua suku telah
berdamai.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Polisi Sulistio Pudjo berharap, melalui prosesi
perdamaian tersebut, konflik antar kedua suku tidak lagi terjadi hingga tidak menimbulkan
korban jiwa.
"Tadi siang, kedua suku (suku Moni dan suku Dnai) sudah melakukan perdamaian dan
disaksikan pihak Pemda, TNI, Polri juga tokoh Agama dan ala suku di Kabupaten tersebut.
Tentunya kita harapkan tidak ada lagi perang yang menimbulkan korban jiwa, tidak ada lagi
2. konflik tidak ada lagi klaim-klaim lahan dan sebagainya. Semoga dengan perdamaian itu,
tanah Mimika akan selalu damai." ujarnya, Rabu (12/6/2014).
Sementara itu, dalam proses perdamaian kedua suku yang bertikai, Pemda Papua juga
memberikan sumbangan berupa empat ekor Babi dan uang tunai senilai Rp200 juta,
sedangkan bantuan yang diberikan Pemkab Mimika adalah uang tunai senilai Rp200 juta dan
30 ekor Babi, serta beras sebanyak 12 ton. Bantuan senilai Rp200 juta juga datang dari
Pemkab Lany Jaya.
Perang antar suku di Kabupaten Mimika, Papua terjadi sejak awal Januari 2014 lalu, perang
suku ini dipicu masalah hak ulayat antara suku Dani dan suku Moni. Puluhan warga dari
kedua suku dilaporkan tewas akibat perang yang tak berkesudahan.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2014/06/11/340/997478/dua-suku-bertikai-di-mimika-
akhirnya-berdamai
3. Resume :
Menghormati Perbedaan, Menjunjung Bhineka Tunggal Ika
Setelah terlibat perang selama beberapa bulan, akhirnya kedua suku yakni suku Moni dan
suku Dani, di Kabupaten Mimika, Papua, sepakat berdamai. Sebelum berdamai, kedua suku
menjalani ritual pemasangan bambu yang berasal dari masing-masing suku, kemudian kedua
suku saling berjabat tangan. Selanjutnya, mereka menjalani ritual yang sangat sakral yakni
upacara memanah Babi. Usai melakukan ritual memanah Babi, perwakilan masing-masing
suku menyerahkan Busur mereka kepada Ketua LMA Papua sebagai tanda perang telah
berakhir, dan kedua suku telah berdamai.
Perang antar suku di Kabupaten Mimika, Papua terjadi sejak awal Januari 2014 lalu, perang
suku ini dipicu masalah hak ulayat antara suku Dani dan suku Moni. Puluhan warga dari
kedua suku dilaporkan tewas akibat perang yang tak berkesudahan.
4. Analisis :
1. Struktur Sosial :
Dalam kasus di atas, terdapat struktur sosial yang mengambarkan bahwa ada ketua
suku, ketua LMA dan para pejabat daerah, serta ada pula para bawahnya atau yang dipimpin.
2. Tindakan Sosial :
Dalam kasus di atas pula terdapat tindakan sosial, ditunjukkan dengan kedua suku di
atas saling meminta maaf dan berdamai untuk membuat kehidupan sosial yang lebih baik.
3. Integrasi Fungsional :
Di dalam kasus itu juga terdapat integrasi fungsional, dimana terdapat hubungan
kesaling-tergantungan satu suku dengan suku yang lain. Jika salah satu suku saja tidak mau
berdamai, maka tidak akan terjadi perdamaian tersebut. Oleh karenanya kedua suku itu saling
ketergantungan.
4. Kekuasaan :
Di kasus tersebut juga terdapat kekuasaan, dimana pihak berwajib dan para pejabat
daerah dapat mempengaruhi warga dari kedua suku tersebut untuk berdamai. Sehingga
terciptalah perdamaian diantara keduanya.
5. Kebudayaan :
Di kasus tersebut juga terdapat unsur keudayaan. Yakni pada saat acara perdamaian
tersebut diadakan beberapa ritual menurut budaya, adat, dan kepercayaan mereka.
Peperangan adalah hal yang tidak baik, karena dapat memutuskan tali persaudaraan, dan
merugikan kedua pihak. Peperangan juga menyalahi sila ke-3, yaitu persatuan Indonesia.
Kita harus mencontoh kedua suku itu yang telah berdamai dan menyadari kesalahannya
bahwa berperang itu tidak ada baiknya. Namun, sebaiknya kita juga harus menghindari
peperangan itu sebelum terjadi, karena lebih baik mencegah daripada mengobati. Kita harus
menyadari bahwa kita ini satu, satu Indonesia, satu Bhineka Tunggal Ika. Kita harus
menghormati perbedaan, karena sesungguhnya perbedaan itu indah.
5. Resume :
Dua Suku Bertikai di Mimika Akhirnya Berdamai
Setelah terlibat perang selama beberapa bulan, akhirnya kedua suku yakni suku Moni dan
suku Dani, di Kabupaten Mimika, Papua, sepakat berdamai. Sebelum berdamai, kedua suku
menjalani ritual pemasangan bambu yang berasal dari masing-masing suku, kemudian kedua
suku saling berjabat tangan. Selanjutnya, mereka menjalani ritual yang sangat sakral yakni
upacara memanah Babi. Usai melakukan ritual memanah Babi, perwakilan masing-masing
suku menyerahkan Busur mereka kepada Ketua LMA Papua sebagai tanda perang telah
berakhir, dan kedua suku telah berdamai.
Perang antar suku di Kabupaten Mimika, Papua terjadi sejak awal Januari 2014 lalu, perang
suku ini dipicu masalah hak ulayat antara suku Dani dan suku Moni. Puluhan warga dari
kedua suku dilaporkan tewas akibat perang yang tak berkesudahan.