pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
1. LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN WILAYAH
Orientasi Lapang Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
(Kubu Tambahan-Tirta Gangga)
OLEH : Kelompok 7
Komang Melati Nusantari KS 1005105046
Ni Wayan Marsiningsih 1005105050
Royan Pracahyo 1005105069
Ni Km Suci Prastiwi Sucipta 1005105077
Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Udayana
Denpasar
2012
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
penyusun bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan
Wilayah (Kubu Tambahan-Tirta Gangga). Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Denpasar, Oktober 2012
Penyusun
i
3. DAFTAR ISI
Kata pengantar ...................... ................................................................................ i
Daftar isi ................................ ............................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan ............. .................................................................................
1.1. Latar Belakang ............... ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......... ............................................................................... 1
1.3. Tujuan ............................ ............................................................................... 1
BAB II. Tinjauan Pustaka ..... ............................................................................... 2
BAB III. Metode Penelitian .. .................................................................................
3.1 Waktu dan Tempat .......... ............................................................................. 17
3.2 Alat dan Bahan ................ ............................................................................. 17
3.4 Cara kerja ........................ ............................................................................. 17
BAB IV. Pembahasan ........... ............................................................................. 18
BAB V. Penutup ................... .................................................................................
5.1 Kesimpulan ..................... ............................................................................. 22
5.2 Saran................................ ............................................................................. 22
Daftar Pustaka .................................................................................................... 23
ii
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya adalah setiap hasil, benda atau sifat/keadaan yang dapat dihargai bilamana
produksinya, prosesnya dan penggunaannya dapat dipahami. Jenis sumberdaya dapat dibedakan
kedalam tiga kelompok yaitu : sumberdaya alam (SDA), sumberdaya manusia (SDM), dan
sumberdaya buatan (SDB). Sumberdaya lahan terdiri dari komponen tanah, air dan vegetasi/tanaman,
serta yang ada diatas tanah. Sumberdaya lahan tersebut merupakan bagian dari ketiga sumberdaya
diatas yang berkaitan atau berhubungan dengan bidang pertanian.
Untuk itu sebelum merencanakan pembangunan suatu wilayah, kita perlu mengidentifikasi dan
menganalisis data sumberdaya wilayah yang ingin dikembangkan seperti penggunaan lahan,
ketinggian tempat, iklim dan kemiringan lereng, aksebilitas dan lain-lainnya. Pada praktikum kali ini,
daerah yang akan diidentifikasi, dianalisis dan dibandingkan kondisi sumberdaya wilayah terkait
rencana pembangunan dan pengembangan wilayah yaitu daerah sekitar Kubu Tambahan (Singaraja)
sampai Tirta Gangga (Amlapura). Proses pembandingan akan dilakukan dengan menggunakan data
yang diperoleh dari peta potensi sumberdaya wilayah dan data hasil pengamatan langsung.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan atau diskripsi dilapangan potensi sumberdaya wilayah di sekitar daerah
Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura) jika dibandingkan dengan data
dipeta?
2. Bagaimanakah kondisi nyata pengembangan wilayah di sekitar daerah Kubu Tambahan
(Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura)?
3. Apa saja solusi yang dapat diberikan untuk memajukan pembangunan dan pengembangan
wilayah di sekitar daerah Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura)?
3.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keadaan atau kondisi dilapangan mengenai potensi sumberdaya
wilayah di sekitar daerah Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura).
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi nyata pengembangan wilayah di sekitar daerah Kubu
Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura).
3. Dapat memberikan solusi untuk memajukan pembangunan dan pengembangan wilayah di
sekitar daerah Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura).
1
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran umum daerah Singaraja
1. Gambaran Umum
Kabupaten Buleleng merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Bali yang terletak di Bagian Utara
Pulau Bali yang membentang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 1.365,88 Km 2, yaitu sebesar
24,25 % dan luas Propinsi Bali dengan panjang panti ± 144 Km, yang terdiri dari 9 Kecamatan, 129
Desa, 19 Kelurahan dan 166 Desa Adat.
Secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada posisi 8° 3’ 40 - 8° 23’ 00’ Lintang Selatan dan
114° 25’55”- 115° 27’ 28” Bujur Timur.
Topografi wilayah Kab. Buleleng yang Nyegara - Gunung, dimana di bagian selatan sebagian besar
pegunungan dan perbukitan dan di bagian utara merupakan dataran di sepanjang pantai, dengan
batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
Utara : Selat Bali dan Laut Jawa
Timur : Kabupaten Karangasem
Selatan : Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung dan Bangli
Barat : Kabupaten Jembrana
2. Arah Kebijakan Ekonomi
Kebijakan umum Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng diarahkan untuk mempertahankan
persatuan dan kesatuan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menegakkan supremasi
hukum, meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan rakyat. Beberapa agenda prioritas adalah
sebagai berikut:
a. Untuk penanggulangan kemiskinan, arah kebijakannya adalah
- Perluasan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan sosial dasar.
- Peningkatan kesempatan berusaha terhadap masyarakat miskin.
- Peningkatan perlindungan dan rehabilitasi social masyarakat.
b. Untuk perbaikan iklim ketenagakerjaan dan investasi arah kebijakannya adalah.
- Meningkatkan ketrampilan angkatan kerja.
- Meningkatkan penyerapan angkatan kerja.
2
6. - Memperbaiki iklim investasi.
c. Untuk pelayanan pendidikan arah kebijakannya adalah:
- Menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dengan meningkatkan akses dan mutu
pendidikan.
- Merevitalisasi dan pemberdayaan sumber daya manusia.
- Peningkatan akses dan investasi sarana dan prasarana pendidikan.
- Memantapkan sekolah nasional bertaraf internasional.
d. Untuk peningkatan pelayanan kesehatan arah kebijakannya adalah :
- Peningkatan pemerataan dan perluasan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
- Peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
- Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
e. Untuk pembangunan ekononi arah kebijakannya adalah:
- Revitalisasi pertanian dalam arti luas.
- Memberdayakan indusri kecil dan menengah.
- Meningkatkan investasi.
f. Untuk penegakan hukum arah kebijakannya adalah:
- Penegakan supremasi hukum dan pemberantasan korupsi.
- Terwujudnya tata pemerintahan yang baik.
- Penataan kelembagaan dan birokrasi untuk peningkatan kualitas Iayanan publik.
g. Untuk pelestarian warisan budaya arah kebijakannya adalah:
- Terwujudnya pelestarian dan pengembangan nilai dan produk budaya warisan leluhur.
3. Peluang Investasi
Pemerintah Kabupaten Buleleng masih membuka peluang investasi kepada para investor untuk
menanamkan modalnya di Kabupaten Buleleng. Beberapa sektor prioritas yang dikembangkan adalah
sektor pertanian dalam arti luas, sektor industri, sektor pariwisata dan sektor lain yang memberikan
kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto serta sektor penunjang lainnya.
4. Potensi Ekonomi
3
7. Sejalan dengan pembangunan ekonomi, perkembangan makro ekonomi Kabupaten Buleleng juga
cukup positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi dan PDRB, pada Tahun 2007 pertumbuhan
ekonomi Kab. Buleleng mencapai sebesar 5,82%. PDRB Kab. Buleleng telah mencapai sebesar Rp.
5,001 trilyun lebih. Sedangkan angkatan kerjanya Kab. Buleleng Tahun 2007 sebanyak 483.935jiwa
yang merupakan sumberdaya pembangunan ekonomi.
5. Sarana dan Prasarana
a. Akses Melalui Udara
Terdapat lapangan terbang perintis bernama Lapangan Air Strip Letkol. Wisnu yang berlokasi di Desa
Sumberkima, Kec. Gerokgak, dengan luas 14 Ha, panjang landasan (runway) 660 M selebar 18 m,
jalan masuk pesawat (taxyway) 77, 50 M selebar 15 M dan pelataran parkir (apron) sepanjang 60 m
dan selebar 40 m.
b. Akses Melalui Darat
Dari Barat : lewat Kab. Jembrana (Gili-marivk)
Dari Timur : lewat Kab. Karangasem, (Desa Tianyar)
Dari Selatan : lewat Kab. Tabanan (Candi kuning Pupuan) dan Kabupaten Bangli (Kintamani,
Sukawana).
Jalan Kabupaten sepanjang 878,192 km dengan kondisi baik sepanjang 118,774 km, kondisi sedang
sepanjang 368, 919 km dan kondisi rusak sepanjang 390, 559 km.
C. Akses Melalui Laut
Pelabuhan Celukan Bawang Kecamatan Gerokgak, dengan fasilitas meliputi :
Dermaga Utama I : 58 m
Dermaga Utarna II : 120 m
Dermaga Utama III : 50 m
Dermaga Khusus : 72 m
Gudang : 648 m2
Pelabuhan Rakyat Pegametan, Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak yang melayani kegiatan
bongkar kayu hasil hutan Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan pulau-pulau penghasil kayu hutan
lainnya. Pelabuhan Regional Desa Sangsit, Kecamatan Sawan yang melayani bongkar muat antar
pulau hasil perikanan dan hasil bumi.
6. Pos dan Telekomunikasi
4
8. Sistem layanan telepon di Kabupaten Buleleng telah mempergunakan sistem layanan otomatis dengan
kapasitas terpasang pada tahun 2007, adalah : Kantor Telepon cabang sebanyak 4 buah, sambungan
induk sebanyak 13.156 SS, sambungan cadangan sebanyak 1.160 SS dan wartel sebanyak 212 buah.
Untuk komunikasi dengan telepon seluler, hampir semua wilayah di Kabupaten Buleleng terjangkau.
Sementara untuk pelayanan pos don giro pada Tahun 2007, telah tersedia : Kantor Pos Pemeriksa (1
buah), Kantor Cabang (9 buah), Bis Surat (75 buah), Kotak Pos (250 buah), Pos Keliling Kota (-buah)
, Pos Keliling Desa ( 2 buah) dan Pos Desa (20 buah).
7. Perindustrian
Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang cukup besar dalam bidang industri, khususnya industri
kecil/industri rumah tangga. Jenis industri tersebut antara lain anyaman bambu inovatif di Desa
Ambengan dan Desa Tigawasa, kerajinan perak di Kel. Beratan dan Ds.Tejakula, kerajinan
aluminium, tenun cagcag di Kota Singaraja, Desa Bondalem dan Ds. Jinengdalem, pande besi di Ds.
Sawan, lukisan wayang kaca, wayang kulit, saab mote di Ds. Nagasepaha, dodol, sudang lepet
(pengeringan Ikan laut khas Buleleng) dan Industri tahu tempe.
8. Pariwisata
Kabupaten Buleleng memiliki potensi yang cukup besar dibidang pariwisata, dengan motto
“Pariwisata Budaya” berupa obyek dan daya tarik wisata natural/alami dan wisata hasil karya cipta
manusia. Kawasan pariwisata Kabupaten Buleleng di Lovina/ Kalibukbuk (7 Desa) dan Batu ampar (5
Desa).
9. Perkebunan
Potensi perkebunan di Kabupaten Buleleng yang menonjol dan sudah diusahakan antara lain : kopi
(robusta dan arabika), cengkeh, tembakau, kelapa, kakao, vanili, jambu mete, kakao dan kelapa. Selain
pengembangan tanaman, hasil produksi beberapa komoditi juga telah mampu diolah sehingga
memiliki nilai tambah secara ekonomis.
Hasil produksi yang cukup besar pada beberapa komoditas perkebunan membuka peluang yang sangat
terbuka bagi usaha pengolahan dan peluang investasi yang ditawarkan adalah pengolahan kopi,
budidaya dan pengolahan tembakau virginia, serta budidaya vanili.
10 .Peternakan
Perkembangan populasi ternak di Kab. Buleleng terus mengalami peningkatan. Perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi oleh permintaan kebutuhan daging dari masyarakat.
5
9. Program pembangunan Kabupaten Buleleng telah melaksanakan kegiatan-kegiatan pengadaan ternak
sapi bibit, pengembangan agribisnis sapi potong, pengembangan / pemeliharaan sapi bibit
pengembangan hijauan ternak serta pengendalian penyakit hewan dan kesmavet.
Populasi ternak sapi : 135.568 ekor.
Produksi : 2.255,45 ton.
11. Pertanian
Perkembangan pertanian di Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan. Perkembangan tersebut
sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah Kab. Buleleng yang cocok dengan budidaya tanaman
holtikultura sehingga dapat berkembang dan berproduksi dengan baik tanaman mangga, rambutan dan
anggur.
Tanaman anggur di Kab. Buleleng terus mengalami perkembangan karena dipengaruhi permintaan
pasar. Populasi anggur sebesar 658.992 pohon dengan jumlah produksi : 15.793 ton, populasi mangga
sebesar 728.436 pohon, dengan Jumlah produksi 23.799 ton, sedangkan populasi rambutan sebesar
334.304 pohon, dengan jumlah roduksi: 15.343 ton.
12. Perikanan dan Kelautan
a. Perikanan tangkap
Kabupaten Buleleng memiliki pantai terpanjang di Bali dengan garis pantai ± 144 km, yang
menunjang pengembangan perikanan laut.
- Fishing Ground seluas ± 2.168 km2
- Potensi lestari Ikan 12.538 ton/tahun, yang terdirl dari :
Ikan pelagis : 6.022 ton/tahun
Ikan demersial : 6.336 ton/tahun
b. Perikanan budidaya
Perkembangan budidaya laut di Kabupaten Buleleng mempunyai prospek yang baik oleh karena
memiliki perairan dengan kecepatan arus sedang dan mempunyai plankton yang cukup bagus.
Potensi perikanan budidaya seluas 1.000 Ha yang terdiri dari tambak, budidaya di kolam, sawah dan
pembenihan ikan.
Komoditas utama usaha budidaya laut adalah :
- Budidaya Kerapu dan bandeng : 50 Ha
- Budidaya Rumput Laut : 250 Ha
6
10. - Budidaya mutiara : 250 Ha
http://bulelengkab.go.id/v1/index.php/2012-04-03-06-05-52/2012-04-03-06-08-28
Rata-rata perkembangan penduduk di Kabupaten Buleleng selama kurun waktu 7 tahun yaitu sebesar
0,98 %, kondisi ini mengindikasikan tingkat laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Buleleng
termasuk dalam kategori rendah. Tabel 2 Perkembangan penduduk di Kabupaten Buleleng (1999-
2005).
www.damandiri.or.id/file/stainirachelipbbab3.pdf
Gambaran umum daerah Karangasem
Letak, Kondisi Geografi dan Topografi Kabupaten Karangasem
Letak, Kondisi Geografi dan Topografi Kabupaten Karangasem Kabupaten Karangasem
terletak di ujung timur Pulau Bali yang merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di
Propinsi Bali, memiliki daerah pantai dan pegunungan dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Bali.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudra Indonesia .
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Lombok. Secara geografis Kabupaten Karangasem
berada pada posisi 8o00’00” -8o41’37,8” Lintang Selatan dan 115o37’9,8” - 115o54’8,9” Bujur Timur.
Luas Kabupaten Karangasem adalah 839,54 Km2 atau 14,90% dari luas Provinsi Bali ( 5.632,86 Km2).
Apabila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekitar 7.140 ha. (8,50%)
merupakan lahan persawahan, sedangkan bukan lahan sawah 76.814 ha. (91,50%). Jumlah curah hujan
terbanyak adalah pada bulan januari dengan rata-rata curah hujan 698 mm, dengan rata-rata hari hujan
23 hari. Kondisi topografi Kabupaten Karangasem terbagi ke dalam dua wilayah dengan karakteristik
topografi yang berbeda. Bagian barat merupakan daerah perbukitan/pegunungan dengan lereng yang
curam, sedangkan pada bagian utara, timur dan selatan merupakan daerah pantai yang relatif datar.
Suhu rata-rata berkisar antara 17 s/d 20 derajat celcius, dengan kelembaban antara 60 – 90 %.
7
11. Sedangkan jenis tanah di Kabupaten Karangasem adalah vulkanis muda dengan derajat keasaman (pH)
tanah antara 6 s/d 7. Puncak tertinggi adalah gunung Agung terdapat Pura Besakih yang terbesar di
Bali. Jarak dari ibukota puncak kabupaten ke ibukota provinsi sekitar 68 km.
Pemerintahan
Kabupaten Karangasem tahun 2009 terdiri atas delapan Kecamatan, tiga Kelurahan, 75 desa,
581 Banjar Dinas/Lingkungan, 190 Desa Adat dan 605 Banjar Adat. Untuk menjalankan roda
pemerintahan di masing-masing tingkat wilayah dikepalai oleh seorang Camat untuk tingkat
kecamatan, Lurah/Kepala Desa untuk tingkat Kelurahan/Desa, Kepala Lingkungan untuk tingkat
lingkungan dan Kelian Banjar untuk tingkat Banjar Dinas. Pada Pemilihan Umum legislatif 2009
proporsi jumlah anggota dewan untuk Kabupaten Karangasem 37 orang yang tediri dari PDIP
sebanyak sebelas orang, Partai Golkar sebanyak sembilan orang, Partai Demokrat tiga orang, PNI-m
sebanyak empat orang dan F Karangasem Bersatu sebanyak sepuluh orang. Produk hukum yang
dihasilkan oleh DPRD Kabupaten Karangasem selama tahun 2009 yaitu Perda delapan buah,
Keputusan DPRD 17 buah dan produk lain seperti Keputusan Pemimpin DPRD 3 buah dan
Persetujuan atau Rekomedasi sebanyak 13 buah.
Penduduk dan Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kabupaten Karangasem tahun 2009 berdasarkan hasil registrasi penduduk
adalah 432.791 jiwa, terdiri dari 216.401 jiwa laki-laki dan 216.390 jiwa perempuan. Dengan jumlah
rumah tangga 114.986. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sidemen yaitu,
sebesar 970 jiwa per km2dan kecamatan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kubu
yaitu sebesar 305 jiwa per km2. Kepadatan penduduk untuk Kabupaten Karangasem adalaah sebesar
516 jiwa per km2. Sex ratio sebesar 100,01 yang menunjukan jumlah penduduk laki-laki lebih besar
dari penduduk perempuan, kecuali Kecamatan Sidemen dan Selat memiliki sex ratio lebih kecil dari
100 yang berarti jumlah penduduk perempuan lebih besar dari penduduk laki-laki.
8
12. Gambaran mengenai ketenagakerjaan Kabupaten Karangasem berdasarkan Survei Sosial
Ekonomi menunjukkan angkatan kerja pada tahun 2009 adalah 236.309 orang (83,12%), dimana
penduduk yang bekerja sebanyak 228.473 orang (80,36%) yang mencari pekerjaaan 7.836 orang
(2,76%). Sedangkan yang bukan angkatan kerja sebanyak 47.990 orang (16,88%) seperti sekolah
sebanyak 14.353 (5,05%), pengurus rumah tangga 22.862 (8,04%) dan lainnya 10.775 (3,79%).
Konsumsi dan Keadaan Rumah Tangga
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Karangasem tahun 2009 dari
hasil Survei Sosial Ekonomi, untuk kelompok makanan sebesar Rp 195.049 (53,76%) dan non
makanan sebesar Rp 167.775 (46,24%). Keadaan rumah tangga di Kabupaten Karangasem menurut
jenis lantai terluas yaitu 20 sd 49 m2 sebesar 53,19%, jenis atap terluas dengan genteng sebesar
78,89%. Sumber penerangan rumah tangga terbanyak dengan listrik PLN sebesar 91,17% dan sumber
air minum terbanyak dengan ledeng yaitu sebesar 39,64%.
Sosial
Pada bidang pendidikan dapat kita lihat jumlah murid Taman KanakKanak di Kabupaten
Karangasem sebanyak 313 orang, murid Sekolah Dasar berjumlah 49.052 orang, untuk SD Negeri
berjumlah 48.483 orang dan SD Swasta berjumlah 569 orang. Murid SLTP berjumlah 17.488 orang,
murid SLTP Negeri 16.878 orang dan murid SLTP Swasta berjumlah 610 orang. Murid SMU
berjumlah 7.652 orang, murid SMU Negeri 5.390 orang, SMU Swasta 2.262 orang dan SMK sebanyak
2.266 orang dengan rincian jumlah murid SMK Negeri sebanyak 1.628 orang dan murid SMK Swasta
sebanyak 638 orang. Pada bidang Kesehatan, yang merupakan salah satu faktor penting untuk
menunjang mutu SDM, sehingga berbagai saran dan prasarana pelayanan telah dibangun di Kabupaten
Karangasem. Tempat pelayanan seperti rumah sakit tersedia 1 buah, Puskesmas 12 buah puskesmas
pembantu 70 buah dan 12 buah puskesmas keliling. Tenaga kesehatan yang tersedia seperti dokter
sebanyak 88 orang, perawat 232 orang, bidan 153 orang dan para medis non perawat 176 orang. Kasus
kematian sebanyak 141 kasus dengan kasus kematian tebanyak gagal nafas. Jumlah PUS di kabupaten
karangasem adalah 75.891 orang dan pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi adalah
62.582 orang.
Penduduk Kabupaten Karangasem mayoritas beragama Hindu, yaitu sebanyak 412.555 orang,
kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak 19.047 orang, Kristen 321 orang, Budha 625
orang dan Katholik berjumlah 243 orang.
Pertanian
Di sektor pertanian tercatat produksi padi sawah sebesar 77.870,18 ton (GKG) dengan rata-rata
hasil 65,38 kwintal per ha. Produksi jagung 22.838,94 ton dengan rata-rata 21,92 kwintal per ha.
9
13. Produksi ubi kayu 107.903,97 ton dengan rata-rata hasil 162,58 kwintal per ha. Produksi ubi jalar
23.737,15 ton dengan ratarata hasil 130,50 kwintal per ha. Produksi kacang tanah 5.230,24 ton dengan
rata-rata hasil 10,71 kwintal per ha. Produksi kacang kedelai 144,90 ton dengan rata- rata hasil 11,59
kwintal per ha. Produksi kacang hijau 300,83 ton dengan rata-rata produksi 11,66 kwintal per ha. Pada
sub sektor perkebunan tercatat untuk produksi tanaman perkebunan kelapa 15.233,35 ton, kopi 564,71
ton, cengkeh 53,65 ton, coklaat/kakao 251,26 ton, jambu mete 3.210,55 ton, kapuk 41,20 ton, panili
0,99 ton dan tembakau 5,98 ton. Luas kawasan hutan di Kabupaten Karangasem tercatat 14.260,43 Ha,
terdiri dari hutan lindung 14.056,43 Ha dan hutan produksi 204 Ha.
Pada sub sektor peternakan, tercatat 152.437 ekor sapi, kerbau 100 ekor, babi 170.878 ekor,
kambing 20.618 ekor, ayam ras petelor 472.819 ekor, ayam ras pedaging 350.670 ekor dan itik 55.153
ekor. Terlihat Kabupaten Karangasem sangat potensi di sub sektor peternakan ini, sehingga perlu
dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Produksi perikanan laut dari hasil
penangkapan adalah 14.494,28 ton dengan nilai produksi 97.743.280 rupiah sedangkan untuk hasil
penangkapan dan perikanan darat/air tawar adalah 282,10 ton dengan nilai produksi 11.431.609 rupiah.
Industri
Perusahaan/usaha industri pengolahan di Kabupaten Karangasem tercatat, banyak untuk
industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga yaitu sebanyak 13.321 perusahaan/usaha dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 24.250 orang dan sebanyak 3 perusahaan/usaha dengan jumlah tenaga
kerja 31 orang. Di bidang kelistrikan tahun 2009 tercatat jumlah pelanggan listrik 56.518 pelanggan
dengan jumlah KWH terjual sebesar 83.814.413 dan dibidang air minum banyaknya pelanggan dengan
banyaknya pemakaian air sebesar 4.240.945 m3.
Perdagangan
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah perdagangan barang dan jasa di Kabupaten
Karangasem tercatat untuk golongan usaha kecil sebanyak 283 buah, menengah sebanyak delapan
buah dan besar tiga buah dengan bentuk usaha seperti Perseroan Terbatas (PT) sebanyak tiga buah,
Comanditer Venonscaff (CV). Sebanyak 44 buah, Koperasi 4 buah, Firma (Fa) 0 buah dan perorangan
sebanyak 242 buah.
Perhubungan
Panjang jalan di Kabupaten Karangasem adalah 885,345 Km,untuk panjang jalan kabupaten
653,415 Km, panjang jalan propinsi 154,330 Km dan panjang jalan negara 77,600 km. di bidang
angkutan tercatat jumlah bus sebanyak empat buah, mikrobus sebanyak 137 buah, minibus sebanyak
3.001 buah, truk sebanyak 1.141 buah, pick up sebanyak 1.945 buah, sedan sebanyak 252 buah jeep
10
14. sebanyak 439 buah dan sepeda motor sebanyak 62.547 buah. Di bidang pariwisata tercatat jumlah
wisatawan asing yang berkunjung ke Kabupaten Karangasem adalah 219.256 orang dan wisatawan
local adalah 74.021 orang.
Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Karangasem
Umum
- Luas wilayah : 839,54 km2
- Jumlah penduduk (Hasil sementara sensus penduduk 2010) :396 892 jiwa
- Kepadatan penduduk : 473 per km2
- Laju pertumbuhan penduduk tahun 2000 s/d 2010 : 0,97 % per tahun
- Ibukota : Amlapura
- Jumlah kecamatan :8
- Jumlah desa : 78
- Jumlah SLS (satuan lingkungan setempat) : 581 SLS
- Jarak ke ibukota provinsi (Kota Denpasar) : 68 km
- Pertumbuhan ekonomi (tahun 2009) : 5,01 %
Peranan daerah
Jika anda ingin mencari ketenangan yang anda inginkan di pulau dewata Bali, datang saja ke Bali
bagian timur. Tepatnya di Kabupaten Karangasem. Di sana terdapat tempat peristirahatan, objek wisata
bernuansa religius/spiritual dan sejarah, hingga aktivitas wisata bahari tersaji di depan mata. Selain itu,
ada Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, serta tiga istana air (Tirta Gangga, Jungutan,
dan Taman Ujung) yang kental dengan nuansa sejarah, berupa taman dan bangunan di atas air yang
dibangun oleh raja Karangasem sekitar tahun 1919. Tak hanya itu, Kawasan Candidasa, sebuah
kawasan wisata di Desa Manggis, Karangasem, kendati diakui alam dan panoramanya tidak seelok
Kuta dan Nusa Dua yang termasyhur karena bibir pantainya yang panjang dan berpasir putih, namun
menyuguhi pemandangan lautan di Selat Lombok yang khas dan tak kalah indahnya.
Laut yang teduh dan tenang dengan sejumlah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak antara Pulau
Bali dan Nusa Penida. Perairan di sekitar gugusan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata bahari,
yang sudah tentu dilengkapi kawasan yang lebih dulu dikenal, yakni Amed dan Tulamben, dua
kawasan di ujung timur Pulau Bali. Kendati demikian, diakui bahwa selama ini Karangasem belum
cukup banyak dikenal oleh wisatawan domestik ataupun mancanegara. Bahkan, daerah di ujung timur
Bali itu seperti terlupakan dalam promosi pariwisata Bali maupun nasional. Selain promosi yang masih
11
15. kurang, persoalan infrastruktur tetap menjadi kendala. Tiga tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten
Karangasem menghabiskan anggaran sekitar tiga miliar rupiah untuk memperbaikinya, mulai dari
memperbanyak penerangan jalan hingga pembangunan kawasan parkir dan tempat wisata di Pantai
Candidasa.
Kabupaten Karangasem yang berbatasan langsung dengan tiga kabupaten di sebelah barat, yakni
Kabupaten Klungkung, Bangli dan Buleleng. Di sebelah timur berbatasan dengan selat lombok,
sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan laut Bali, dan di sebelah selatan dengan Samudra
Indonesia, juga menyimpan potensi lain yang merupakan sandaran ekonomi utama kabupaten ini,
yakni sektor pertanian dalam arti luas termasuk di dalamnya sub sektor peternakan, perikanan dan
kelautan, maupun industri kerajinan. Ada empat strategi dan program pembangunan Kabupaten
Karangasem. Pertama, pembangunan infrastruktur ekonomi vital meliputi jalan, air, dan listrik. Kedua,
pembangunan dengan pendekatan kawasan terpadu untuk keseimbangan dan keterkaitan antar wilayah
dengan model Pusat Pertumbuhan Ekonomi Terpadu (P3ET). Ketiga, pembangunan sektoral
disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan dengan pendekatan cluster wilayah terhadap
produk unggulan, dan keempat, arah kebijakan pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) yang berorientasi pada pelayanan masyarakat, pemberdayaan masyarakat model Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan stimulasi pertumbuhUntuk meningkatkan sumber daya manusia
yang handal, maka sektor pendidikan dan kesehatan juga tidak luput dari perhatian pemerintah
kabupaten. Untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, pemerintah bertekad memanfaatkan pertanian,
pemukiman, konservasi dan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang
berkesinambungan sebagai andalan perekonomian rakyat yang didukung sektor pariwisata. Secara
ekonomi, PDRB Kabupaten Karangasem telah mencapai 3,67 trilyun rupiah di tahun 2009, dan
menduduki peringkat ke-6 dengan kontribusi 6,96 % terhadap PDRB kabupaten/kota se-Bali. Dengan
pertumbuhan ekonomi 5,01 % dan pendapatan per kapita 9,48 juta rupiah di tahun 2009 menjadikan
kontribusi daerah ini terhadap perekonomian Provinsi Bali sebesar 6,37 %. Relatif kecilnya kontribusi
ini menjadikan Karangasem bersama dengan Kabupaten Klungkung dan Jembrana termasuk ke dalam
kategori daerah kurang berkembang atau relatif tertinggal di Provinsi Bali.
Potensi sumber daya alam
Ibarat mutiara yang terpendam, Kabupaten Karangasem yang terletak diujung timur Pulau Bali
memiliki beragam potensi yang belum digali dan dikelola secara maksimal. Potensi - potensi tersebut
tersebar di berbagai sektoral meliputi sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan, maupun
pariwisata. Semua itu merupakan sektor yang sangat menjanjikan dan kompetitif untuk dikembangkan.
Selama periode tahun 2005 s.d 2009, produksi kegiatan ekonomi di Kabupaten Karangasem meningkat
12
16. ditunjukkan dengan kenaikan PDRB, dari 2,21 trilyun rupiah di tahun 2005 menjadi 3,67 trilyun
rupiah di tahun 2009.
Kabupaten Karangasem mempunyai tiga sektor ekonomi utama yang diandalkan untuk menggerakan
roda perekonomian di daerah. Ketiga sektor tersebut secara berurutan adalah pertanian, jasa-jasa, serta
perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertanian mendominasi perekonomian Kabupaten
Karangasem, di mana share sektor ini terhadap PDRB mencapai 28,96 % di tahun 2009. Pelaksanaan
program peningkatan produksi pertanian di Kabupaten Karangasem meliputi empat sub sektor, yakni
tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Sebagian besar lahan pertanian di
Karangasem merupakan lahan kering, sedangkan lahan sawah hanya seluas 7.140 ha (8,50% dari luas
Kabupaten Karangasem). Kendati memiliki lahan pertanian terbatas, namun produksi bahan makanan
(terutama padi dan palawija) di kabupaten ini relatif mampu memenuhi kebutuhan penduduknya. Ini
disebabkan oleh produktivitas padi yang tergolong tinggi. Pada tahun 2009, produktivitas padi
mencapai 65,38 kwintal per ha. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Selama
periode itu pula terjadi penambahan luas lahan sawah yang berasal dari alih fungsi lahan yang
sebelumnya ditanami buah salak. Peningkatan produktivitas secara konsisten membuat produksi padi
cenderung terus meningkat hingga mencapai 73.997 ton di tahun 2009 dengan luas panen 11.926 ha, di
mana sebagian besar komoditi padi ini dihasilkan di Kecamatan Karangasem, Bebandem, dan
Sidemen.
Selain padi, tanaman pangan yang memiliki perkembangan produksi relatif baik adalah jagung. Jenis
tanaman ini menunjukkan peningkatan sebesar 1,31 % di tahun 2008 dan 22,26 % di tahun 2009. Di
tahun 2009, produksi jagung mencapai 22.154 ton dari luas panen 10.423 ha dengan kecamatan
andalannya adalah Kubu dan Karangasem. Produksi ubi kayu sebanyak 99.053 ton dari luas panen
6.620 ha, terkonsentrasi di Kecamatan Kubu dan Abang. Untuk produksi ubi jalar mencapai 22.636 ton
dengan luas panen 1.814 ha. Ubi jalar ini banyak terdapat di Kecamatan Abang, Rendang, dan Selat.
Sedangkan produksi kacang tanah sebanyak 5.555 ton dengan luas panen 4.885 ha. Kacang tanah
banyak ditanam di Kecamatan Karangasem dan Sidemen. Komoditas lain yang banyak terdapat di
Kabupaten Karangasem adalah hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Bawang merah, cabai besar,
tomat, dan kacang panjang adalah komoditas sayuran andalan di Kabupaten Karangasem. Karangasem
juga terkenal sebagai daerah penghasil buah salak. Produksi salak kabupaten ini mencapai 44.623 ton
atau 96,56 % dari produksi salak di Bali selama tahun 2009.
Salah satu daerah primadona penghasil salak kabupaten ini adalah Desa Sibetan di Kecamatan
Bebandem. Karena itu, desa ini juga menjadi kawasan agrowisata perkebunan salak di Bali. Di
samping itu, desa ini juga dijadikan proyek percontohan (denplot) oleh Dinas Pertanian Provinsi Bali,
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan produksi buah salak. Desa Sibetan yang daerahnya
13
17. berada di dataran tinggi, yakni sekitar 400 s.d 700 meter di atas permukaan laut, merupakan kawasan
perkebunan salak terbesar di Bali, karena memiliki lahan tanah yang subur dan cocok sebagai tempat
perkebunan salak. Hampir sebagian besar masyarakat di desa itu bekerja sebagai petani salak dan
menggantungkan hasil panen sebagai pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Saat
ini, Pemerintah Kabupaten Karangasem terus memacu produksi buah salak untuk memenuhi
kebutuhan pembuatan minuman wine yang kemudian dipasok ke restoran dan hotel bertaraf
internasional di Bali. Dengan melimpahnya salak petani sebagai bahan baku, produksinya dapat
mencapai sekitar 60 ton per hari. Cara ini juga akan mampu mengangkat kesejahteraan petani yang
selama ini tergantung dari pengepul.
Ternak sapi merupakan potensi terbesar yang dimiliki Karangasem pada sub sektor peternakan, bahkan
populasinya terbanyak di Bali. Pada tahun 2009, populasi sapi kabupaten ini telah mencapai 151.439
ekor (22,35% dari total populasi sapi di Bali). Ternak sapi ini terkonsentrasi di tiga kecamatan, yakni
Kubu, Abang, dan Karangasem. Selain sapi, ternak unggas ayam (buras dan ras) juga dominan di
kabupaten ini, di mana populasinya telah mencapai 891.271 ekor (ayam buras) dan 823.789 ekor
(ayam ras). Potensi terbesar pengembangan ternak unggas ini berada di Kecamatan Kubu,
Karangasem, dan Rendang.
Pada konteks lain, potensi hasil perkebunan yang dominan di Kabupaten Karangasem adalah kelapa,
jambu mete, kakao, cengkeh dan lontar. Komoditi jambu mete misalnya, masih berpotensi untuk
dikembangkan karena dari potensi areal yang ada 9.386 ha, seluas 8.253 ha areal yang baru ditanami,
sehingga masih tersisa seluas 1.133 ha. Daerah yang banyak mengusahakan jambu mete ini berada di
Kecamatan Kubu. Bahkan kelompok tani jambu mete di kecamatan ini telah mengarah pada pola
usaha mandiri, mulai dari proses produksi, pengolahan hingga pemasaran. Biji jambu mete dari Kubu,
yang menembus pasaran ekspor selama tahun 2009 sebanyak 57 ton, dan diperkirakan dapat
ditingkatkan menjadi 67 ton dalam tahun 2010. Kecamatan Kubu yang menjadi sentra pengembangan
jambu mete di Bali dalam tahun 2011 diharapkan mampu memproduksi sebanyak 105 ton.
Selain sektor pertanian, keberadaan industri kecil (UMKM) yang ada di Kabupaten Karangasem juga
memiliki potensi yang cukup menjanjikan. Aneka ragam produk barang yang dihasilkan industri kecil
seperti industri yang bergerak di bidang makanan, minuman, keperluan rumahtangga dan perkantoran,
jasa service maupun kerajinan. Kabupaten ini mempunyai kain tenun yang cukup khas, yakni kain
gringsing. Kain tenun ini terkenal di kalangan peneliti budaya dunia tidak saja dari segi mitos, tetapi
juga dari segi teknik penenunan. Pakar tekstil menyebutkan teknik penenunan kain gringsing yang
rumit dan memakan waktu lama hanya dijumpai di tiga lokasi di dunia. Selain di Karangasem, teknik
ini hanya terdapat di Jepang dan India.
14
18. Dari sisi pariwisata, Kabupaten Karangasem memiliki banyak potensi pariwisata. Ada 14 objek wisata
di wilayah Karangasem sebagai pendukung investasi. Diantaranya adalah Bukit Jambul, Besakih dan
Telaga Waja di Kecamatan Rendang, Putung di Kecamatan Selat, Iseh di Kecamatan Sidemen,
Agrowisata Salak Sibetan di Kecamatan Bebandem, Puri Agung Karangasem, Taman Sukasada Ujung
dan Candidasa di Kecamatan Karangasem, Taman Tirtagangga serta Jemeluk di Kecamatan Abang,
Tenganan serta Padang Bai di Kecamatan Manggis, Tulamben di Kecamatan Kubu. Wisata budaya
sebagaimana daerah Bali pada umumnya masih manjadi andalan Karangasem, selain wisata alam, agro
dan tirta. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Karangasem
sebanyak 219.256 orang, dan wisatawan lokal berjumlah 74.021 orang selama tahun 2009.
Peluang dan prospek bisnis
Bisnis yang potensial dikembangkan di Kabupaten Karangasem adalah terkait dengan sub sektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta industri kecil dan
pariwisata. Beberapa kegiatan tersebut antara lain:
1. Pembangunan pabrik pengolahan kacang tanah pasca panen. Potensi pengembangan komoditi
kacang tanah ini berada di Kecamatan Karangasem dan Sidemen.
2. Pengembangan ternak sapi potong. Luas lahan yang bisa dimanfaatkan bagi pengembangan sapi
potong sekitar 22.579 ha yang tersebar di Kecamatan Rendang, Selat, Sidemen, dan Bebandem.
3. Pengembangan pembibitan dan penggemukan ternak babi di seluruh kecamatan di Kabupaten
Karangasem.
4. Pengembangan ternak ayam ras pedaging di Kecamatan Rendang, Selat, Sidemen, dan Bebandem.
Sedangkan untuk ayam ras petelur di Kecamatan Manggis dan Karangasem.
5. Pengembangan ternak kambing di Kecamatan Rendang dan Selat.
6. Pengembangan penangkapan ikan tuna. Potensi ikan tuna di Kabupaten Karangasem sebesar 25 ribu
ton, yang tersebar di sepanjang perairan laut Bali timur dan Nusa Tenggara Barat. Selama ini,
penangkapan ikan tuna hanya dilakukan oleh sekitar 4.100 orang nelayan dengan peralatan tradisional
dan kurang memadai, sehingga produksi maksimal yang bisa dihasilkan adalah 8.500 ton setahun.
7. Pengembangan budidaya kerang mutiara di pantai Desa Laba Sari, Kecamatan Abang dan Desa
Sukadana, Kecamatan Kubu. Luas wilayah yang bisa dimanfaatkan dari kedua desa itu sekitar 10 ha.
Budidaya ini telah didukung oleh sarana dan prasarana seperti laboratorium, dan sarana pembenihan
tiram, long line serta pocket net.
8. Pengembangan budidaya ikan kerapu di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, serta di Pantai Amed,
Kecamatan Abang, dengan total areal seluas dua ha.
15
19. 9. Pengembangan budidaya rumput laut di Desa Laba Sari, Kecamatan Abang, serta di Desa Sukadana
dan Desa Baturinggit yang ada di Kecamatan Kubu, dengan luas areal sekitar 27,5 ha.
10. Pengembangan budidaya salak gula pasir, dan kemitraan pengolahan buah salak menjadi produk-
produk olahan, seperti dodol salak, wine salak, kripik salak, salak kering, dan lain-lain.
11. Pengembangan industri kerajinan anyaman ate, kerajinan kayu (patung antik dan primitif),
kerajinan perak dan tenun ikat.
12. Pembangunan sarana dan prasarana wisata di Kawasan Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan
Karangasem dengan view menghadap ke Selat Lombok yang sangat indah dengan luas areal 476,26
ha.
13. Pengembangan budidaya perikanan darat (gurame, kaper, udang, dan lele), serta kemitraan
pemasaran menyasar pasar pariwisata dan ekspor di Desa Padangkerta, Kecamatan Karangasem.
14. Pengembangan kemitraan pemasaran Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem sebagai objek
wisata budaya dalam bentuk paket, serta kemitraan pemasaran produk-produk industri kerajinan
masyarakat Budakeling untukmenyasar pasar pariwisata dan ekspor.
15. Pengembangan budidaya Tanaman Albicia (bahan baku patung asmat) di Desa Pempatan,
Kecamatan Rendang, serta kemitraan pemasaran hasil kerajinan patung asmat masyarakat setempat.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=gambaran+umum+keadaan+wilayah+buleleng+timur&sou
rce=web&cd=6&cad=rja&ved=0CDgQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.pps.unud.ac.id%2Fthesis%
2Fpdf_thesis%2Funud-152-2027079059-
bab%2520v%2520gambaran%2520umum%2520daerah%2520penelitian.pdf&ei=3vuNUIO2HIa4rAet
jYDoBA&usg=AFQjCNH0s8SWHao80yr8-CWuyLeh40x1HQ
16
20. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat dilakukannya Praktikum Perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah ini
yaitu daerah sekitar Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura). Sedangkan waktu
dilaksanakannya praktikum ini adalah pada Sabtu, 20 Oktober 2012, pukul 7.30-selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat :
Altimeter.
Abney level.
Bahan :
Foto udara atau citra landsat.
Peta rupa bumi/topografi.
Peta-peta penunjang : peta tata ruang, peta tanah, peta iklim, kemiringan lereng, aksebilitas,
hidrogeologi.
Cara Kerja
Membuat rencana kerja dan urutan kunjungan ke lokasi yang telah ditentukan.
Cari data, kemudian diidentifikasi dan deskripsi awal sumberdaya wilayah.
Gambar peta sumberdaya wilayah yang meliputi peta : hidrogeologi, perencanaan tata ruang,
peta tanah, geologi, agroklimat, penggunaan lahan dan aksesibilitas.
Pengamatan langsung di lapangan.
17
21. BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan
4.1 Keadaan atau diskripsi dilapangan potensi sumberdaya wilayah di sekitar daerah Kubu
Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura) jika dibandingkan dengan data dipeta:
Hasil pengamatan sumberdaya wilayah daerah Kubu Tambahan-Tirta Gangga :
No Data Sumberdaya Data di peta Kondisi dilapangan
Alam
1 Ketinggian tempat 30m dpl
(m) dml
2 Zona agroklimat Menurut Oldeman: tipe D3; BB (3-4), BK (4-6), Kering-sangat kering, agak basah, dan
tipe D4; BB (3-4), BK (7-9). basah.
Menurut Schmit-Ferguson: tipe E: agak kering, D:
sedang, C: agak basah.
3 Geologi Tpva: formasi asah, lava, breksi gunung api, dan tuf Kebanyakan dari batuan gunung berapi
batu apung, bersisipan batuan sedimen (gunung agung).
gampingan.
Qpbb: batuan gunung api kelompok buyan-bratan
dan batu: terutama tuf dan lahar.
Qvbb: batuan gunung api kelompok buyan-bratan
purba: breksi gunung api dan lava
setempat/tuf.
Qhva:batuan gunung agung:
aglomerat,tuf,lava,lahar dan ignimbrite
sebagai hasil kegiatan gunung agung yang
masih giat.
4 Hidrogeologi 1. Daerah air tanah langka (kubu tambahan). Tidak diamati
2. Setempat aquifer dengan produktifitas sedang.
Aquifer tidak menerus,tipis dengan keterusan
rendah; debit sumur umumnya kurang dari 5
l/dtk (tejakula).
3. Aquifer dengan produktifitas sedang dan
penyebaran luas. Aquifer dengan keterusan
beragam; kedalaman muka air tanah umumnya
dalam; debit sumur umumnya kurang dari 5
l/dtk (kubu).
4. Aquifer produktif sedang, aliran air tanah
terbatas pada zona celahan, rekahan dan
saluran larutan; debit muka air beragam dalam
kisaran yang sangat besar, yang terbesar
mencapai lebih dari 500 l/dtk (tanjung
bungkulan).
5. Setempat aquifer produktif, aquifer dengan
keterusan sangat beragam; umumnya air tanah
tidak dimanfaatkan karena dalamnya muka air
tanah; setempat mata air dapat diturap (tirta
gangga).
5 Jenis tanah/tekstur Symbol 8 : Macam tanah: regosol coklat. Bahan Tidak diamati
tanah induk: abu vulkan intermedier.
Fisiografi: kerucut volkan. Bentuk
wilayah: bergelombang-bergunung.
Symbol 6 : Macam tanah: regosol kelabu. Bahan
18
22. induk: abu vulkan intermedier.
Fisiografi: kerucut volkan. Bentuk
wilayah: bergelombang-bergunung,
melandai.
Symbol 15: Macam tanah: latosol coklat
kemerahan dan litosol. Fisiografi:
lunggu volkan. Bentuk wilayah:
berbukit-bergunung sangat tertoreh.
Symbol 7 : Macam tanah: regosol kelabu. Bahan
induk: abu vulkan intermedier.
Fisiografi: fan volkan. Bentuk
wilayah: melandai sampai berombak.
6 Kemiringan 0-3%
lereng/relief
7 Penggunaan lahan Kebun, pertanian lahan kering semusim, tanah Kebun(kelapa, mangga, nangka, aren,
utama/vegetasi terbuka, padang, persawahan, perairan darat. rambutan), pertanian lahan basah
(daerah Tirta Gangga dengan vegetasi
padi, ketela rambat), tanah terbuka,
padang (ditumbuhi pohon intaran),
perairan darat (sungai kecil disekitar
daerah Tirta Gangga)
8 Peruntukan lahan Tanaman perkebunan/tanaman keras, hutan Tanaman perkebunan (daerah Kubu
produksi, hutan lindung, rawan bencana gunung Tambahan), hutan lindung (Kubu-Tirta
berapi, kawasan pariwisata, pemukiman. Gangga), rawan bencana gunung
berapi (Kubu Tambahan), kawasan
pariwisata (pantai Lovina, Tirta
Gangga), pemukiman (tersebar
disepanjang wilayah Kubu Tambahan
dan beberapa di daerah Tirta Gangga)
9 Kelas rumah Semi permanan, permanen
10 Aksesibilitas Jalan kolektor, jalan arteri. Jalan kolektor, jalan arteri.
Potensi sumberdaya alam yang ada dipeta sumberdaya wilayah tahun 2000 tidak jauh berbeda dengan
kondisi riil dilapangan tahun 2012, karena kondisi iklim, aksesibilitas dan pertumbuhan penduduk
yang rendah menyebabkan perkembangan wilayahnya terhambat.
4.2 Kondisi nyata pengembangan wilayah di sekitar daerah Kubu Tambahan (Singaraja) sampai
Tirta Gangga (Amlapura):
Pengembangan wilayah di sekitar daerah Kubu Tambahan Singaraja jika dilihat masih sangat
jauh tertinggal dari daerah-daerah di sebelahnya seperti Tabanan. Singaraja merupakan salah satu
kabupaten yang berada dibagian Utara pulau Bali yang memiliki aksesibilitas jauh dari pusat kota
(Denpasar). Salah satu kelemahan atau kekurangan yang menjadi kendala berkembangnya daerah ini
yaitu keadaan iklim yang kering sampai sangat kering atau bulan basah<bulan kering dan
aksesibilitasnya. Iklim yang cenderung kering dan kurangnya akses air untuk bidang pertanian
membuat hanya sedikit tanaman yang dapat dibudidayakan didaerah tersebut sehingga masih banyak
lahan yang kosong atau tidak terpakai. Keadaan tanah yang masih miskin dan berbatu menambah
buruk keadaan wilayahnya. Aksesibilitas yang jauh dari pusat kota (Denpasar) dan rute yang berliku-
liku (dengan kemiringan lereng yang ekstrim) menyebabkan pengembangan wilayahnya terhambat.
Meskipun banyak jalan yang dapat ditempuh untuk sampai ke daerah Kubu Tambahan, namun untuk
sampai kesana memerlukan waktu dan tenaga yang lebih, sehingga membuat para investor maupun
19
23. wisatawan jarang ingin berinvestasi dan berkunjung kesana. Keadaan iklim dan aksesibilitas yang
kurang memadai menyebabkan kondisi lahan untuk bidang pertanian tidak dapat digunakan secara
maksimal dan pengembangan daerah menjadi terhambat. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh
terhadap kondisi masyarakat baik dari segi ekonomi maupun sosialnya menjadi terganggu. Kondisi
ekonomi masyarakat setempat dapat dilihat dari kelas rumah yang mereka miliki. Meskipun sebagian
besar rumah penduduk merupakan bangunan permanen, namun keadaannya masih sangat sederhana
dan kumuh. Kondisi lingkungan dan ekonomi yang demikian pastinya akan menimbulkan masalah
social seperti timbulnya kecemburuan social pada daerah-daerah atau kota disebelahnya yang lebih
subur atau berkembang. Pembangunan yang paling nyata yang dapat dirasakan yaitu dengan adanya
akses jalan utama yang cukup baik sehingga memudahkan dalam berhubungan dengan kota
disebelahnya.
Sedangkan pengembangan wilayah pada daerah Tirta Gangga sudah cukup berkembang, dapat
dilihat dari keadaan iklim yang lebih baik daripada daerah Kubu Tambahan sehingga penggunaan
lahan untuk kegiatan pertanian jauh lebih sesuai. Meskipun aksesibilitasnya juga cukup jauh dari pusat
kota (Denpasar) namun daerah Tirta Gangga masih memiliki potensi dibidang pariwisatanya. Keadaan
ekonomi penduduknya juga jauh lebih baik dari Kubu Tambahan karena mereka masih memiliki lahan
yang dapat digarap.
4.3 Solusi yang dapat diberikan untuk memajukan pembangunan dan pengembangan wilayah di
sekitar daerah Kubu Tambahan (Singaraja) sampai Tirta Gangga (Amlapura) jika dilihat dari
potensi sumberdaya wilayah yang dimiliki:
Berdasarkan kondisi potensi yang dimiliki oleh daerah Kubu Tambahan dan peraturan
tataruang yang berlaku didaerah tersebut maka, adapun solusi yang dapat diberikan yaitu dari
penggunaan lahannya dapat dikembangkan sektor pertanian dalam arti luas yaitu perkebunan (dengan
jenis vegetasi tanaman tahunan seperti kelapa, mangga, rambutan, nangka, tembakau, kakao dan
tanaman lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi), dan perikanan. Sektor lain yang masih
mungkin untuk dikembangkan disana yaitu sektor industri rumah tangga (berbagai macam kerajinan
tangan atau industri makanan yang diolah dari hasil tanaman perkebunan) dan pariwisatanya. Jenis
objek pariwisata yang dapat ditawarkan yaitu wisata budaya, yang memberikan gambaran kehidupan
masyarakat lokal jaman dahulu. Selain itu wisata perairan laut atau pantainya juga dapat
dikembangkan melihat arus atau ombak di laut tersebut tidak terlalu besar. Untuk peruntukan lahan
lainnya seperti daerah rawan bencana gunung berapi yang statusnya masih baru, bahan material yang
dihasilkan dapat dimanfaatkan atau dijual sebagai bahan dasar bagunan seperti batu-batu dan pasir.
Untuk daerah Tirta Gangga, pada dasarnya memang merupakan salah satu objek wisata di
kabupaten Karangasem. Untuk sektor pertanian jika dilihat dari kondisi lahan yang cukup subur dan
20
24. peruntukan lahannya yang memang untuk bidang pertanian seharusnya masih dapat dikembangkan
berbagai jenis komoditas tanaman pangannya seperti padi, jagung, jambu mete dan lain-lain.
21
25. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh daerah Kubu Tambahan-Tirta Gangga yaitu masih
banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Daerah Kubu Tambahan-Tirta Gangga merupakan salah satu daerah yang rawan bencana letusan
gunung berapi.
Pengembangan wilayah yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan pertanian dalam arti
luas, sektor industri dan pariwisata perairan laut.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikum lebih banyak melakukan pemberhentian pada daerah pengamatan agar hasil
analisa lebih baik.
22
26. DAFTAR PUSTAKA
Peta hidrogeologi skala 1:250.000 tahun 2000
Peta rencana tata ruang skala 1:650.000 tahun 2000
Peta tanah skala 1:250.000 tahun 1970
Peta aksesibilitas skala 1:250.000 tahun 2000
Peta geologi skala 1: 250.000 tahun 2000
Peta agroklimat Oldeman, dan Schmit-ferguson skala 1:250.000 tahun 2000
Peta penggunaan lahan skala 1:250.000 tahun 2000
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=gambaran+umum+keadaan+wilayah+buleleng+timur&sou
rce=web&cd=3&cad=rja&ved=0CCgQFjAC&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream
%2Fhandle%2F123456789%2F53475%2FBAB%2520IV%2520Gambaran%2520Umum%2520Lokasi
%2520Penelitian.pdf%3Fsequence%3D5&ei=3vuNUIO2HIa4rAetjYDoBA&usg=AFQjCNFm6YXV
S6u5J5ISeiax76iUFmkxWg akses 29 Oktober 2012
http://bulelengkab.go.id/v1/index.php/2012-04-03-06-05-52/2012-04-03-06-08-28 akses 31 Oktober
2012
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=gambaran+umum+keadaan+wilayah+buleleng+timur&sou
rce=web&cd=6&cad=rja&ved=0CDgQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.pps.unud.ac.id%2Fthesis%
2Fpdf_thesis%2Funud-152-2027079059-
bab%2520v%2520gambaran%2520umum%2520daerah%2520penelitian.pdf&ei=3vuNUIO2HIa4rAet
jYDoBA&usg=AFQjCNH0s8SWHao80yr8-CWuyLeh40x1HQ akses 31 Oktober 2012
Lanya Indayati, dkk.2012.Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Wilayah.Konsentrasi Ilmu
Tanah dan Lingkungan Prodi S1 Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.Denpasar.
23