SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  39
TATALAKSANA KLINIS
MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS

(MERS COV)
WHO GUIDELINE OF MERS COV

Erlina Burhan
Perhimpunan Dokter Paru
Pendahuluan
Definisi :
MERS CoV : penyakit sindrom pernapasan
yang disebabkan oleh virus Corona yang
menyerang saluran pernapasan mulai dari
ringan samapi berat
(The Coronavirus Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses
, May 2012)

Kasus pertama dilaporkan April 2012 di Arab
Saudi
Laporan WHO
Situasi kasus MERS CoV mulai April 2012 – 27 September 2013

Negara

Jumlah kasus (meninggal)

Prancis

2 (1)

Itali

1 (0)

Jordania

2 (2)

Qatar

5 (3)

Saudi Arabia

108 (47)

Tunisia

3 (1)

Inggris (UK)

3 (2)

Uni emirat Arab (UAE)

6 (2)

Total

130 (58)
Tujuan








Pedoman tatalaksana ini diperuntukkan bagi dokter
yang merawat pasien remaja dan dewasa dengan
SARI dalam keadaan kritis dan penatalaksanaan di
Intensive Care Unit (ICU) dengan sumber daya yang
terbatas
Penatalaksanaan kasus pada anak merujuk ke
tatalaksana SARI pada anak (IDAI).
Pedoman ini tidak menghilangkan kewenangan klinis
spesialistik
Alur penatalaksanaan MERS-CoV mengikuti alur
penatalaksanaan Flu Burung , merujuk pada buku
tatalaksana Flu Burung di rumah sakit.
Gambaran klinis







Seperti infeksi pernapasan akut berat (severe
acute respiratory infection/SARI
Pneumonia
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
disertai gagal ginjal, perikarditis dan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Pada pasien immunocompromise ditemukan
gejala awal demam dan diare.
Deteksi dan Tatalaksana Dini
Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV
dilakukan :

Anamnesis: demam suhu > 38 C, batuk dan
sesak, ditanyakan pula riwayat bepergian dari
negara timur tengah 14 hari sebelum onset

Pemeriksaan fisis: sesuai dengan gambaran
pneumonia

Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan
infiltrat, konsolidasi sampai gambaran ARDS

Laboratorium: ditentukan dari pemeriksaan PCR
dari swab tenggorok dan sputum
klasifikasi
"Kasus dalam
penyelidikan"/Suspek
 Kasus Probable
 Kasus konfirmasi

Kasus dalam
penyelidikan/suspek
A. Pasien dengan ISPA) yaitu demam atau riwayat demam, batuk.
DAN pneumonia atau dengan ARDS (pasien immunocompromised
mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas)
DAN salah satu dari berikut :


Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau Negara terjangkit dalam
waktu 14 hari sebelum mulainya gejala



DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi lainnya



Penyakit muncul dalam satu klaster yang terjadi dalam waktu 14
hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.



Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di
RS/layanan kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat
(SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan
intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain
Kasus dalam
penyelidikan/suspek
B. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur
Tengah atau negara terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum mulai sakit selain ISPA (Pada pasien dengan
gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan
gejala tidak jelas)
C. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan
berbagai tingkat keparahan (ringan – berat) yang dalam
waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat
kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus
probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit

Tidak perlu menunggu hasil tes untuk
patogen lain sebelum pengujian untuk
Kasus Probable






“Pasien Dalam Investigasi”, dengan bukti klinis,
radiologis, atau histopatologis parenkim paru
(pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan
untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik
disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes
yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran
pernafasan lainnya;
DAN kontak erat* dengan pasien terkonfirmasi secara
laboratorik;
DAN belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi
lainnya, termasuk setelah dilakukannya semua tes
dengan indikasi klinis untuk CAP
Kasus Probable
Definisi dengan menggunakan kriteria klinis,
epidemiologis, dan laboratoris:
 Seseorang menderita demam > 38C, gejala ISPA
lainnya dengan bukti klinis /radiologis /
histopatologis Pneumonia atau ARDS yang
memiliki hubungan langsung dengan kasus
konfirmasi MERS-CoV dalam waktu 14 hari
sebelum sakit.
 DAN Tidak tersedia Pemeriksaan untuk MERSCoV atau pada satu kali pemeriksaan spesimen
yang tidak adekuat hasilnya negatif.
Kasus Probable
Seseorang menderita demam >
38C, gejala ISPA lainnya dengan bukti
klinis / radiologis / histopatologis
Pneumonia atau ARDS yang melakukan
perjalanan ke salah satu negara
terjangkit infeksi MERS-CoV dalam
waktu 14 hari sebelum timbul sakit,
 DAN Hasil pemeriksaan laboratorium
MERS-CoV yang tidak meyakinkan
(yaitu, satu pemeriksaan skrining positif

Kasus Probable
Seseorang menderita demam >
38C, gejala ISPA lainnya dengan
berbagai derajat keparahan yang
memiliki hubungan epidemiologis
langsung dengan kasus konfirmasi
MERS-CoV
 DAN hasil pemeriksaan laboratorium
MERS-CoV yang tidak meyakinkan
(yaitu, satu pemeriksaanskrining positif
tanpa konfirmasi)

Kasus konfirmasi
Seseorang menderita infeksi MERSCoV dengan konfirmasi
laboratorium
Perjalanan penyakit
Infeksi Pernapasan akut (ISPA)
 Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas
cepat
 Kriteria napas cepat pada anak :
 Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih
 Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih
 Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih

Pneumonia berat
Pasien remaja atau dewasa dengan
demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30 kali/
menit, gangguan pernapasan berat, saturasi oksigen
Perjalanan penyakit
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari
timbulnya gejala klinis atau perburukan gejala
respirasi, atau timbul gejala baru

Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau
CT scan): opasitas bilateral, yang belum dapat
dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru /
kolaps lobar atau nodul.

Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum
diketahui penyebabnya, apakah karena gagal
jantung atau overload cairan
ARDS
Tingkat hipoksemia:


ARDS ringan : 200 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg dengan
PEEP atau CPAP≥ 5 cm H2O;



ARDS sedang : 100 mm Hg
<PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hg dengan
PEEP ≥ 5 cm H2O



ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100
mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O

Ketika PaO2 tidak tersedia, rasio SpO2/FiO2 ≤
315 menunjukkan ARDS.
Perjalanan penyakit
Sepsis


Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih kondisi
berikut:



suhu> 38 ° C atau <36 ° C,



HR> 90/min, RR> 20/min atau



PaCO2 <32 mm Hg,



sel darah putih> 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur

Sepsis berat


Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat) atau
hipotensi. Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut,
hipoksemia, transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan
kesadaran, ileus atau hiperbilirubinemia.

Syok septik


Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm ​Hg) meskipun sudah
Pemeriksaan laboratorium
Bahan pemeriksaan :
 Spesimen dari saluran napas atas
(hidung, nasofaring dan/atau swab tenggorokan)

Spesimen saluran napas bagian bawah
(sputum, aspirat endotracheal, kurasan
bronkoalveolar)
Tempat pemeriksaan :
Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta
Ambil spesimen serial dari beberapa tempat
dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari)
untuk melihat Viral shedding
Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan:

Kultur mikroorganisme sputum dan darah

Pemeriksaan virus influenza A dan B
virus influenza A subtipe H1, H3, dan H5 (di
negara-negara dengan virus H5N1 ditemukan
pada unggas), RSV, virus
parainfluenza, rhinoviruses, adenonviruses, meta
pneumoviruses manusia, dan corona virus baru

Pemeriksaan spesimen coronavirus baru
dilakukan dengan menggunakan reverse
transcriptase polymerase chain reaction (RT-
Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan juga:
 pemeriksaan darah untuk menilai viremia,
 swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis,
 urin
 tinja
 cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan

Data selama ini menunjukkan bahwa
spesimen saluran napas bawah cenderung
lebih positif daripada spesimen saluran
napas atas.
Terapi
Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI

Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi
napas berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok.

Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai
SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa yang tidak hamil dan
SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.

Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus
tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA
berat/SARI .
JANGAN membatasi oksigen dengan alasan ventilatory drive
terganggu.
Terapi
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia
Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga
terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara
empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis,
kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.

Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien ISPA
berat/SARI tanpa syok
Pada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam
pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara
agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam
situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanis.
Terapi


Jangan memberikan kortikosteroid
sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan
lainnya untuk pneumonitis virus diluar
konteks uji klinis



Pemantauan secara ketat pasien dengan
ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-tanda
perburukan klinis, seperti gagal nafas,
hipoperfusi jaringan, syok dan
memerlukan perawatan intensif (ICU)
Pencegahan dan pengendalian
infeksi


sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit
flu burung dan Emerging Infectious Disease lain
yang mengenai saluran napas
(Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya : Kementerian kesehatan RI)
Pencegahan dan pengendalian
infeksi


pencegahan transmisi droplet.



pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau
dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan
dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV



dimulai dari triase pada pasien dengan gejala infeksi pernapasan
akut yang disertai demam.



Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1
meter antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.



Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.



Terapkan etika batuk.



pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang
menimbulkan penularan aerosol (intubasi trakea, pemasangan
ventilasi non-invasif, tracheostomi dan bantuan ventilasi dengan
ambu bag sebelum intubasi)
Kewaspadaan standar








Kebersihan tangan dan penggunaan alat
pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak
langsung dengan darah pasien, cairan
tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan
kulit lecet atau luka.
Kontak dekat dengan pasien yang mengalami
gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin)
pada saat memberikan pelayanan, gunakan
pelindung mata karena semprotan sekresi dapat
mengenai mata.
pencegahan jarum suntik atau cedera benda
tajam,
pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
Pencegahan droplet








Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius
1 meter dari pasien.
Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau
berkelompok dengan diagnosis penyebab
penyakit yang sama.
Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin
diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko
epidemiologi yang sama dengan pemisahan
minimal 1 meter.
Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien
memakai masker medis saat berada di luar
kamar.
Pencegahan airborne


Pastikan bahwa petugas kesehatan
menggunakan APD (sarung tangan, baju
lengan panjang, pelindung mata, dan
respirator partikulat (N95 atau yang setara))
ketika melakukan prosedur tindakan yang
dapat menimbulkan aerosol.



Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi
adekuat ketika melakukan prosedur yang
menimbulkan aerosol.
catatan


Dari data kasus konfirmasi yang dilaporkan ke
WHO terdapat penularan pada petugas
kesehatan yang merawat kasus MERS CoV,
petugas kesehatan merupakan salah satu
orang yang rentan terhadap penularan
MERS CoV. Diperlukan pengawasan
petugas kesehatan yang merawat pasien
suspek MERS CoV apabila mengalami
gejala dalam kurun waktu 14 hari setelah
merawat pasien MERS CoV agar diperlakukan
seperti suspek MERS CoV
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan
ARDS
Kenali kasus yang berat  tidak cukup hanya oksigen
saja
Meskipun oksigen yang diberikan sudah tinggi pasien
dapat terus mengalami work of breathing atau
hipoksemia
ventilasi mekanis secara dini
Pertimbangkan NIV pada pasien imunosupresi, ARDS
ringan tanpa gangguan kesadaran atau gagal jantung
(pada fasilitas terbatas tetapi petugas terlatih untuk NIV)
pantau pasien secara ketat di ICU, jika NIV tidak
berhasil
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan
ARDS






Gunakan lung protective strategy ventilation (LPV)
untuk pasien dengan ARDS
Untuk mencapai target LPV, dimungkinkan permisif
hypercapnia.
gunakan PEEP adekuat untuk mengatasi hipoksemia.



Double triggering, bentuk umum dari asynchrony, dapat diatasi
dengan meningkatkan aliran inspirasi, memperpanjang waktu
inspirasi, suction trachea, membuang air dari tabung ventilator, dan
mengatasi kebocoran sirkuit.



Tingkat kedalaman sedasi harus dipertimbangkan jika tidak dapat
mengendalikan volume tidal.



Gunakan kateter in-line untuk suction



Minimalkan transportasi.
Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan
ARDS


Pada pasien dengan ARDS berat, pertimbangkan
terapi ajuvan awal, terutama jika gagal mencapai
target LPV



Pemberian blokade neuromuskular 48 jam pertama berhubungan
dengan peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan waktu
bebas ventilator tanpa menyebabkan kelemahan otot yang
signifikan.



Posisi prone pada pasien dapat meningkatkan oksigenasi dan
kelangsungan hidup tetapi perlu perawatan khusus saat mengubah
posisi pasien dengan aman



Lung Recruitment Manuver dan PEEP yang tinggi
dapat meningkatkan oksigenasi dan mengurangi
kebutuhan terapi lainnya
Gunakan strategi tatalaksana cairan konservatif


Tatalaksana Syok Sepsis


Kenali syok sepsis yaitu ketika pasien mengalami hipotensi (SBP <90
mm Hg) yang menetap setelah challenge pemberian cairan atau
tanda-tanda hipoperfusi jaringan (konsentrasi laktat darah> 4 mmol /
L) dan mulai resusitasi



Berikan cairan infus kristaloid secara dini dan cepat untuk syok
sepsis



Resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
pernapasan.



Jangan memberikan cairan hipotonik atau solusi berbasis starch untuk
resusitasi. Starch berhubungan dengan peningkatan insiden disfungsi dan
gagal ginjal



Jangan gunakan balans cairan sebagai panduan untuk mengelola atau
mengurangi volume pemberian loading cairan.



Gunakan vasopressor ketika syok tetap berlanjut meskipun
resusitasi cairan telah diberikan secara adekuat
Pemberian vasopresor diberikan pada dosis minimum yang diperlukan
untuk mempertahankan perfusi (SBP> 90 mm Hg) guna mencegah efek
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi
Dampak
Mengurangi hari
penggunaan
ventilasi
mekanis invasif
(IMV)

Tindakan
•Protokol penyapihan meliputi
penilaian harian kesiapan bernapas
spontan
•Protokol Sedasi untuk titrasi
pemberian obat penenang pada
target tertentu, dengan atau tanpa
interupsi harian infus obat
penenang
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi
Dampak

Tindakan

Mengurangi
kejadian
ventilatorassociated
pneumonia

•Intubasi oral adalah lebih baik daripada
intubasi nasal
•Lakukan perawatan antiseptik oral secara
teratur
•Jaga pasien dalam posisi semi-telentang
•Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras
dan buang kondensat dalam pipa secara
periodik
•Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap
pasien, ganti sirkuit jika kotor atau rusak
•Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi
Dampak

Tindakan

Mengurangi
kejadian
tromboemboli vena

Gunakan obat profilaksis (heparin 5000 unit
subkutan dua kali sehari) pada pasien tanpa
kontraindikasi.
Pasien dengan kontraindikasi, gunakan
perangkat profilaksis mekanik seperti intermiten
pneumatic compression device.

Mengurangi
kejadian infeksi
terkait kateter aliran
darah

Gunakan checklist sederhana selama
pemasangan kateter IV sebagai pengingat dari
setiap langkah yang diperlukan untuk
pemasangan yang steril dan pengingat harian
untuk melepas kateter jika tidak diperlukan
Pencegahan Komplikasi
Antisipasi Dampak
Mengurangi kejadian
ulkus karena tekanan
Mengurangi kejadian
stres ulcer dan
pendarahan lambung

Tindakan

Rubah posisi pasien setiap dua
jam
Berikan nutrisi enteral dini (dalam
waktu 24-48 jam pertama), berikan
histamin-2 receptor blocker atau
proton-pump inhibitors
Mengurangi kejadian Mobilisasi dini
kelemahan terkait
ICU
Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus

Contenu connexe

Tendances

Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19Tomi Nala
 
Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19Zakiah dr
 
Ratna juwita (ppt covid 19)
Ratna juwita (ppt covid 19)Ratna juwita (ppt covid 19)
Ratna juwita (ppt covid 19)RatnaJuwita46
 
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdf
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdfKesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdf
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdfHaeru Dawan
 
1. konsep covid 19
1. konsep covid 191. konsep covid 19
1. konsep covid 19PusdiklatKKB
 
2019-2020 covid
2019-2020 covid2019-2020 covid
2019-2020 covidPitasari12
 
Covid 19
Covid 19Covid 19
Covid 19Cameo2
 
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 ) POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 ) Lutfi Imansari
 
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresikoPusdiklatKKB
 
1. bahan pembelajaran konsep covid 19 edit untuk tot
1. bahan pembelajaran  konsep covid 19 edit untuk tot1. bahan pembelajaran  konsep covid 19 edit untuk tot
1. bahan pembelajaran konsep covid 19 edit untuk totPusdiklatKKB
 
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 191. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19PusdiklatKKB
 

Tendances (19)

Penyuluhan sosial tentang Covid-19
Penyuluhan sosial tentang Covid-19Penyuluhan sosial tentang Covid-19
Penyuluhan sosial tentang Covid-19
 
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
 
Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19Tracing testing treatment covid 19
Tracing testing treatment covid 19
 
Ratna juwita (ppt covid 19)
Ratna juwita (ppt covid 19)Ratna juwita (ppt covid 19)
Ratna juwita (ppt covid 19)
 
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdf
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdfKesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdf
Kesiagaan Covid-19 Tingkat RT.pdf
 
1. konsep covid 19
1. konsep covid 191. konsep covid 19
1. konsep covid 19
 
covid 19
covid 19covid 19
covid 19
 
2019-2020 covid
2019-2020 covid2019-2020 covid
2019-2020 covid
 
Covid 19
Covid 19Covid 19
Covid 19
 
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 ) POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )
POWERPOINT CORONAVIRUS DISEASE ( COVID-19 )
 
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko
1.3. cara penyebaran covid 19 dan siapa saja yang beresiko
 
Power poin ispa
Power poin ispaPower poin ispa
Power poin ispa
 
1. bahan pembelajaran konsep covid 19 edit untuk tot
1. bahan pembelajaran  konsep covid 19 edit untuk tot1. bahan pembelajaran  konsep covid 19 edit untuk tot
1. bahan pembelajaran konsep covid 19 edit untuk tot
 
Wuhan covid 19
Wuhan covid 19Wuhan covid 19
Wuhan covid 19
 
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 191. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19
1. cara penyebaran dan orang yang beresiko covid 19
 
Covid-19
Covid-19Covid-19
Covid-19
 
Materi Belajar COVID-19
Materi Belajar COVID-19Materi Belajar COVID-19
Materi Belajar COVID-19
 
Case report session difteri
Case report session   difteriCase report session   difteri
Case report session difteri
 
Covid 19
Covid 19Covid 19
Covid 19
 

En vedette

Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)
Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)
Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)agus raharjo
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyoSoroy Lardo
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Betari Wanda Saskia
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)Adam Muhammad
 
Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016Ashraf Nadim
 

En vedette (6)

Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)
Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)
Kebijakan ispa jateng (pertm kab 2014)
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016Sepsis updates 2016
Sepsis updates 2016
 

Similaire à Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus

4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)Hury Tinus
 
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxKELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxShintaDinyanti1
 
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada AnakPanduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada AnakJalinKrakatau
 
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docxLAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docxSunarJono2
 
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxInfeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxkurnia537765
 
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia dr. Rizki R. Pradesta
 
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptx
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptxPresentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptx
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptxGaluhPuspaAyuWigansa
 
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-covtantralala
 
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptxFitriYani369463
 
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptx
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptxTatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptx
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptxIGedeHerawanSutabrat2
 
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  irisIMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME irisCaturPrianwari
 
Askep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxAskep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxamin265170
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxSuciMayvera1
 
Protein S and Protein c
Protein S and Protein cProtein S and Protein c
Protein S and Protein cCaturPrianwari
 
1.1. pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19
1.1.  pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-191.1.  pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19
1.1. pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19PusdiklatKKB
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
 

Similaire à Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (20)

4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
 
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxKELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
 
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada AnakPanduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
 
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docxLAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU WAHYUDIN 6 JULI.docx
 
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptxInfeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
Infeksi dengue anak dan remaja update (1).pptx
 
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
 
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptx
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptxPresentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptx
Presentasi Lapsus HIV AIDS internship.pptx
 
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov
2 pedoman-surveilan-dan-respon-kesiapsiagaan-menghadapi-mers-cov
 
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
1_MATERI COVID-19 PONTIANAK.pptx
 
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptx
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptxTatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptx
Tatalaksana Covid-19 terkini dan fakta omicron fix.pptx
 
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  irisIMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME  iris
IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMMATORY SYNDROME iris
 
Askep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptxAskep Pneumonia.pptx
Askep Pneumonia.pptx
 
COVID19.pptx
COVID19.pptxCOVID19.pptx
COVID19.pptx
 
Waspada Covid 19
Waspada Covid 19Waspada Covid 19
Waspada Covid 19
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
 
DHF
DHFDHF
DHF
 
Protein S and Protein c
Protein S and Protein cProtein S and Protein c
Protein S and Protein c
 
1.1. pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19
1.1.  pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-191.1.  pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19
1.1. pengertian dan ciri ciri orang yang terpapar covid-19
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
 

Plus de mataharitimoer MT

Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internet
Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internetDisinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internet
Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internetmataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edititon 5
Igf 2013 daily news   edititon 5Igf 2013 daily news   edititon 5
Igf 2013 daily news edititon 5mataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edition 6
Igf 2013 daily news   edition 6Igf 2013 daily news   edition 6
Igf 2013 daily news edition 6mataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edition 4
Igf 2013 daily news   edition 4Igf 2013 daily news   edition 4
Igf 2013 daily news edition 4mataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edition 3
Igf 2013 daily news   edition 3Igf 2013 daily news   edition 3
Igf 2013 daily news edition 3mataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edition 2
Igf 2013 daily news   edition 2Igf 2013 daily news   edition 2
Igf 2013 daily news edition 2mataharitimoer MT
 
Igf 2013 daily news edition 1
Igf 2013 daily news   edition 1Igf 2013 daily news   edition 1
Igf 2013 daily news edition 1mataharitimoer MT
 
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)mataharitimoer MT
 
membaca media online melalui media sosial
membaca media online melalui media sosialmembaca media online melalui media sosial
membaca media online melalui media sosialmataharitimoer MT
 
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogor
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam BogorMedia Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogor
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogormataharitimoer MT
 
Pemanfaatan Internet untuk Pendidikan
Pemanfaatan Internet untuk PendidikanPemanfaatan Internet untuk Pendidikan
Pemanfaatan Internet untuk Pendidikanmataharitimoer MT
 
Menjaring informasi dengan feedly
Menjaring informasi dengan feedlyMenjaring informasi dengan feedly
Menjaring informasi dengan feedlymataharitimoer MT
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSmataharitimoer MT
 
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 final
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 finalDr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 final
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 finalmataharitimoer MT
 

Plus de mataharitimoer MT (20)

Smartphone videograph mt
Smartphone videograph mtSmartphone videograph mt
Smartphone videograph mt
 
Menakar media sosial
Menakar media sosialMenakar media sosial
Menakar media sosial
 
Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internet
Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internetDisinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internet
Disinformasi, diskriminasi, dan radikalisme di internet
 
Igf 2013 daily news edititon 5
Igf 2013 daily news   edititon 5Igf 2013 daily news   edititon 5
Igf 2013 daily news edititon 5
 
Igf 2013 daily news edition 6
Igf 2013 daily news   edition 6Igf 2013 daily news   edition 6
Igf 2013 daily news edition 6
 
Igf 2013 daily news edition 4
Igf 2013 daily news   edition 4Igf 2013 daily news   edition 4
Igf 2013 daily news edition 4
 
Igf 2013 daily news edition 3
Igf 2013 daily news   edition 3Igf 2013 daily news   edition 3
Igf 2013 daily news edition 3
 
Igf 2013 daily news edition 2
Igf 2013 daily news   edition 2Igf 2013 daily news   edition 2
Igf 2013 daily news edition 2
 
Igf 2013 daily news edition 1
Igf 2013 daily news   edition 1Igf 2013 daily news   edition 1
Igf 2013 daily news edition 1
 
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)
Internet sehat mengawal generasi digital (update april 2015)
 
membaca media online melalui media sosial
membaca media online melalui media sosialmembaca media online melalui media sosial
membaca media online melalui media sosial
 
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogor
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam BogorMedia Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogor
Media Sosial, Manfaat dan Risiko (Presentasi di SMP Sekolah Alam Bogor
 
Pemanfaatan Internet untuk Pendidikan
Pemanfaatan Internet untuk PendidikanPemanfaatan Internet untuk Pendidikan
Pemanfaatan Internet untuk Pendidikan
 
Tweetbinder
TweetbinderTweetbinder
Tweetbinder
 
Menjaring informasi dengan feedly
Menjaring informasi dengan feedlyMenjaring informasi dengan feedly
Menjaring informasi dengan feedly
 
Ngetwit efektif
Ngetwit efektifNgetwit efektif
Ngetwit efektif
 
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUSPENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
PENEGAKAN DISIPLIN KEDOKTERAN OLEH MKDKI & CONTOH KASUS
 
KEGAWAT-DARURATAN NAPZA
KEGAWAT-DARURATAN NAPZAKEGAWAT-DARURATAN NAPZA
KEGAWAT-DARURATAN NAPZA
 
Emergency psichiatri
Emergency psichiatriEmergency psichiatri
Emergency psichiatri
 
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 final
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 finalDr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 final
Dr kanadi s penanganan nyeri dismenorea (pit idi bogor) 2013 final
 

Tatalaksana klinis Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus

  • 1. TATALAKSANA KLINIS MIDDLE EAST RESPIRATORY SYNDROME CORONA VIRUS (MERS COV) WHO GUIDELINE OF MERS COV Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru
  • 2. Pendahuluan Definisi : MERS CoV : penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari ringan samapi berat (The Coronavirus Study Group of the International Committee on Taxonomy of Viruses , May 2012) Kasus pertama dilaporkan April 2012 di Arab Saudi
  • 3. Laporan WHO Situasi kasus MERS CoV mulai April 2012 – 27 September 2013 Negara Jumlah kasus (meninggal) Prancis 2 (1) Itali 1 (0) Jordania 2 (2) Qatar 5 (3) Saudi Arabia 108 (47) Tunisia 3 (1) Inggris (UK) 3 (2) Uni emirat Arab (UAE) 6 (2) Total 130 (58)
  • 4. Tujuan     Pedoman tatalaksana ini diperuntukkan bagi dokter yang merawat pasien remaja dan dewasa dengan SARI dalam keadaan kritis dan penatalaksanaan di Intensive Care Unit (ICU) dengan sumber daya yang terbatas Penatalaksanaan kasus pada anak merujuk ke tatalaksana SARI pada anak (IDAI). Pedoman ini tidak menghilangkan kewenangan klinis spesialistik Alur penatalaksanaan MERS-CoV mengikuti alur penatalaksanaan Flu Burung , merujuk pada buku tatalaksana Flu Burung di rumah sakit.
  • 5. Gambaran klinis     Seperti infeksi pernapasan akut berat (severe acute respiratory infection/SARI Pneumonia Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), disertai gagal ginjal, perikarditis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Pada pasien immunocompromise ditemukan gejala awal demam dan diare.
  • 6. Deteksi dan Tatalaksana Dini Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV dilakukan :  Anamnesis: demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan pula riwayat bepergian dari negara timur tengah 14 hari sebelum onset  Pemeriksaan fisis: sesuai dengan gambaran pneumonia  Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi sampai gambaran ARDS  Laboratorium: ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan sputum
  • 8. Kasus dalam penyelidikan/suspek A. Pasien dengan ISPA) yaitu demam atau riwayat demam, batuk. DAN pneumonia atau dengan ARDS (pasien immunocompromised mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas) DAN salah satu dari berikut :  Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau Negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulainya gejala  DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi lainnya  Penyakit muncul dalam satu klaster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.  Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain
  • 9. Kasus dalam penyelidikan/suspek B. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA (Pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas) C. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan (ringan – berat) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit Tidak perlu menunggu hasil tes untuk patogen lain sebelum pengujian untuk
  • 10. Kasus Probable    “Pasien Dalam Investigasi”, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim paru (pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya; DAN kontak erat* dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik; DAN belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP
  • 11. Kasus Probable Definisi dengan menggunakan kriteria klinis, epidemiologis, dan laboratoris:  Seseorang menderita demam > 38C, gejala ISPA lainnya dengan bukti klinis /radiologis / histopatologis Pneumonia atau ARDS yang memiliki hubungan langsung dengan kasus konfirmasi MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum sakit.  DAN Tidak tersedia Pemeriksaan untuk MERSCoV atau pada satu kali pemeriksaan spesimen yang tidak adekuat hasilnya negatif.
  • 12. Kasus Probable Seseorang menderita demam > 38C, gejala ISPA lainnya dengan bukti klinis / radiologis / histopatologis Pneumonia atau ARDS yang melakukan perjalanan ke salah satu negara terjangkit infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum timbul sakit,  DAN Hasil pemeriksaan laboratorium MERS-CoV yang tidak meyakinkan (yaitu, satu pemeriksaan skrining positif 
  • 13. Kasus Probable Seseorang menderita demam > 38C, gejala ISPA lainnya dengan berbagai derajat keparahan yang memiliki hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi MERS-CoV  DAN hasil pemeriksaan laboratorium MERS-CoV yang tidak meyakinkan (yaitu, satu pemeriksaanskrining positif tanpa konfirmasi) 
  • 14. Kasus konfirmasi Seseorang menderita infeksi MERSCoV dengan konfirmasi laboratorium
  • 15. Perjalanan penyakit Infeksi Pernapasan akut (ISPA)  Demam > 38 C sakit tenggorokan, batuk, sesak/napas cepat  Kriteria napas cepat pada anak :  Usia < 2 bulan : 60 x/menit atau lebih  Usia 2-<12 bulan : 50x/menit atau lebih  Usia 1 - <5 tahun : 40 x/menit atau lebih Pneumonia berat Pasien remaja atau dewasa dengan demam, batuk, frekuensi pernapasan > 30 kali/ menit, gangguan pernapasan berat, saturasi oksigen
  • 16. Perjalanan penyakit Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)  Onset: akut dalam waktu 1 minggu dari timbulnya gejala klinis atau perburukan gejala respirasi, atau timbul gejala baru  Gambaran radiologis (misalnya foto toraks atau CT scan): opasitas bilateral, yang belum dapat dibedakan apakah karena efusi, kolaps paru / kolaps lobar atau nodul.  Edema paru: kegagalan pernafasan yang belum diketahui penyebabnya, apakah karena gagal jantung atau overload cairan
  • 17. ARDS Tingkat hipoksemia:  ARDS ringan : 200 mm Hg <PaO2/FiO2 ≤ 300 mm Hg dengan PEEP atau CPAP≥ 5 cm H2O;  ARDS sedang : 100 mm Hg <PaO2/FiO2 ≤ 200 mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O  ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mm Hg dengan PEEP ≥ 5 cm H2O Ketika PaO2 tidak tersedia, rasio SpO2/FiO2 ≤ 315 menunjukkan ARDS.
  • 18. Perjalanan penyakit Sepsis  Terbukti Infeksi atau diduga infeksi, dengan dua atau lebih kondisi berikut:  suhu> 38 ° C atau <36 ° C,  HR> 90/min, RR> 20/min atau  PaCO2 <32 mm Hg,  sel darah putih> 12 000 atau <4000/mm3 atau > 10% bentuk imatur Sepsis berat  Sepsis dengan disfungsi organ, hipoperfusi (asidosis laktat) atau hipotensi. Disfungsi organ meliputi: oliguria, cedera ginjal akut, hipoksemia, transaminitis, koagulopati, trombositopenia, perubahan kesadaran, ileus atau hiperbilirubinemia. Syok septik  Sepsis yang disertai hipotensi (Sistole <90 mm ​Hg) meskipun sudah
  • 19. Pemeriksaan laboratorium Bahan pemeriksaan :  Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/atau swab tenggorokan)  Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum, aspirat endotracheal, kurasan bronkoalveolar) Tempat pemeriksaan : Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta Ambil spesimen serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral shedding
  • 20. Pemeriksaan laboratorium Jenis pemeriksaan:  Kultur mikroorganisme sputum dan darah  Pemeriksaan virus influenza A dan B virus influenza A subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara dengan virus H5N1 ditemukan pada unggas), RSV, virus parainfluenza, rhinoviruses, adenonviruses, meta pneumoviruses manusia, dan corona virus baru  Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan menggunakan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-
  • 21. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan juga:  pemeriksaan darah untuk menilai viremia,  swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis,  urin  tinja  cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas bawah cenderung lebih positif daripada spesimen saluran napas atas.
  • 22. Terapi Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI  Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok.  Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.  Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/SARI . JANGAN membatasi oksigen dengan alasan ventilatory drive terganggu.
  • 23. Terapi Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien ISPA berat/SARI tanpa syok Pada pasien ISPA berat/SARI harus hati-hati dalam pemberian cairan intravena, karena resusitasi cairan secara agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam situasi terdapat keterbatasan ventilasi mekanis.
  • 24. Terapi  Jangan memberikan kortikosteroid sistemik dosis tinggi atau terapi tambahan lainnya untuk pneumonitis virus diluar konteks uji klinis  Pemantauan secara ketat pasien dengan ISPA berat/SARI bila terdapat tanda-tanda perburukan klinis, seperti gagal nafas, hipoperfusi jaringan, syok dan memerlukan perawatan intensif (ICU)
  • 25. Pencegahan dan pengendalian infeksi  sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung dan Emerging Infectious Disease lain yang mengenai saluran napas (Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya : Kementerian kesehatan RI)
  • 26. Pencegahan dan pengendalian infeksi  pencegahan transmisi droplet.  pencegahan standar pada setiap pasien yang diketahui atau dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV  dimulai dari triase pada pasien dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai demam.  Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.  Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.  Terapkan etika batuk.  pencegahan airborne digunakan untuk prosedur yang menimbulkan penularan aerosol (intubasi trakea, pemasangan ventilasi non-invasif, tracheostomi dan bantuan ventilasi dengan ambu bag sebelum intubasi)
  • 27. Kewaspadaan standar     Kebersihan tangan dan penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk menghindari kontak langsung dengan darah pasien, cairan tubuh, sekret (termasuk sekret pernapasan) dan kulit lecet atau luka. Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala pernapasan (misalnya batuk atau bersin) pada saat memberikan pelayanan, gunakan pelindung mata karena semprotan sekresi dapat mengenai mata. pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam, pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan
  • 28. Pencegahan droplet     Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter dari pasien. Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau berkelompok dengan diagnosis penyebab penyakit yang sama. Jika diagnosis penyebab penyakit tidak mungkin diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis klinis yang sama dan berbasis faktor risiko epidemiologi yang sama dengan pemisahan minimal 1 meter. Batasi gerakan pasien dan pastikan bahwa pasien memakai masker medis saat berada di luar kamar.
  • 29. Pencegahan airborne  Pastikan bahwa petugas kesehatan menggunakan APD (sarung tangan, baju lengan panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat (N95 atau yang setara)) ketika melakukan prosedur tindakan yang dapat menimbulkan aerosol.  Bila mungkin, gunakan satu kamar berventilasi adekuat ketika melakukan prosedur yang menimbulkan aerosol.
  • 30. catatan  Dari data kasus konfirmasi yang dilaporkan ke WHO terdapat penularan pada petugas kesehatan yang merawat kasus MERS CoV, petugas kesehatan merupakan salah satu orang yang rentan terhadap penularan MERS CoV. Diperlukan pengawasan petugas kesehatan yang merawat pasien suspek MERS CoV apabila mengalami gejala dalam kurun waktu 14 hari setelah merawat pasien MERS CoV agar diperlakukan seperti suspek MERS CoV
  • 31. Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS Kenali kasus yang berat  tidak cukup hanya oksigen saja Meskipun oksigen yang diberikan sudah tinggi pasien dapat terus mengalami work of breathing atau hipoksemia ventilasi mekanis secara dini Pertimbangkan NIV pada pasien imunosupresi, ARDS ringan tanpa gangguan kesadaran atau gagal jantung (pada fasilitas terbatas tetapi petugas terlatih untuk NIV) pantau pasien secara ketat di ICU, jika NIV tidak berhasil
  • 32. Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS    Gunakan lung protective strategy ventilation (LPV) untuk pasien dengan ARDS Untuk mencapai target LPV, dimungkinkan permisif hypercapnia. gunakan PEEP adekuat untuk mengatasi hipoksemia.  Double triggering, bentuk umum dari asynchrony, dapat diatasi dengan meningkatkan aliran inspirasi, memperpanjang waktu inspirasi, suction trachea, membuang air dari tabung ventilator, dan mengatasi kebocoran sirkuit.  Tingkat kedalaman sedasi harus dipertimbangkan jika tidak dapat mengendalikan volume tidal.  Gunakan kateter in-line untuk suction  Minimalkan transportasi.
  • 33. Tatalaksana Depresi Napas Berat,Hipoksemia dan ARDS  Pada pasien dengan ARDS berat, pertimbangkan terapi ajuvan awal, terutama jika gagal mencapai target LPV  Pemberian blokade neuromuskular 48 jam pertama berhubungan dengan peningkatan kelangsungan hidup dan peningkatan waktu bebas ventilator tanpa menyebabkan kelemahan otot yang signifikan.  Posisi prone pada pasien dapat meningkatkan oksigenasi dan kelangsungan hidup tetapi perlu perawatan khusus saat mengubah posisi pasien dengan aman  Lung Recruitment Manuver dan PEEP yang tinggi dapat meningkatkan oksigenasi dan mengurangi kebutuhan terapi lainnya Gunakan strategi tatalaksana cairan konservatif 
  • 34. Tatalaksana Syok Sepsis  Kenali syok sepsis yaitu ketika pasien mengalami hipotensi (SBP <90 mm Hg) yang menetap setelah challenge pemberian cairan atau tanda-tanda hipoperfusi jaringan (konsentrasi laktat darah> 4 mmol / L) dan mulai resusitasi  Berikan cairan infus kristaloid secara dini dan cepat untuk syok sepsis  Resusitasi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan pernapasan.  Jangan memberikan cairan hipotonik atau solusi berbasis starch untuk resusitasi. Starch berhubungan dengan peningkatan insiden disfungsi dan gagal ginjal  Jangan gunakan balans cairan sebagai panduan untuk mengelola atau mengurangi volume pemberian loading cairan.  Gunakan vasopressor ketika syok tetap berlanjut meskipun resusitasi cairan telah diberikan secara adekuat Pemberian vasopresor diberikan pada dosis minimum yang diperlukan untuk mempertahankan perfusi (SBP> 90 mm Hg) guna mencegah efek
  • 35. Pencegahan Komplikasi Antisipasi Dampak Mengurangi hari penggunaan ventilasi mekanis invasif (IMV) Tindakan •Protokol penyapihan meliputi penilaian harian kesiapan bernapas spontan •Protokol Sedasi untuk titrasi pemberian obat penenang pada target tertentu, dengan atau tanpa interupsi harian infus obat penenang
  • 36. Pencegahan Komplikasi Antisipasi Dampak Tindakan Mengurangi kejadian ventilatorassociated pneumonia •Intubasi oral adalah lebih baik daripada intubasi nasal •Lakukan perawatan antiseptik oral secara teratur •Jaga pasien dalam posisi semi-telentang •Gunakan sistem penyedotan tertutup, kuras dan buang kondensat dalam pipa secara periodik •Gunakan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasien, ganti sirkuit jika kotor atau rusak •Ganti alat heat moisture exchanger jika tidak
  • 37. Pencegahan Komplikasi Antisipasi Dampak Tindakan Mengurangi kejadian tromboemboli vena Gunakan obat profilaksis (heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari) pada pasien tanpa kontraindikasi. Pasien dengan kontraindikasi, gunakan perangkat profilaksis mekanik seperti intermiten pneumatic compression device. Mengurangi kejadian infeksi terkait kateter aliran darah Gunakan checklist sederhana selama pemasangan kateter IV sebagai pengingat dari setiap langkah yang diperlukan untuk pemasangan yang steril dan pengingat harian untuk melepas kateter jika tidak diperlukan
  • 38. Pencegahan Komplikasi Antisipasi Dampak Mengurangi kejadian ulkus karena tekanan Mengurangi kejadian stres ulcer dan pendarahan lambung Tindakan Rubah posisi pasien setiap dua jam Berikan nutrisi enteral dini (dalam waktu 24-48 jam pertama), berikan histamin-2 receptor blocker atau proton-pump inhibitors Mengurangi kejadian Mobilisasi dini kelemahan terkait ICU