Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal sosial seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta faktor eksternal nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, cuaca, dan waktu belajar. Faktor-faktor ini dijelask
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar seorang peserta didik, banyak faktor yang
mempengaruhi proses belajar mereka. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal
(dari dalam siswa), faktor eksternal (dari luar diri siswa) dan faktor pendekatan
belajar (approach to learnig). Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain.
Dalam pembahasan ini, dari semua faktor tersebut yang memiliki masalah
yang bisa dikatakan sangat beragam ialah faktor dari luar diri siswa (faktor
eksternal). Faktor eksternal ini sangat berpengaruh terhadap diri siswa selain
faktor genetik atau faktor yang ada dalam diri siswa. Beragam masalah yang
ditimbulkan karena adanya rangsangan-rangsangan dari luar diri siswa yang
sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor eksternal sangat mempengaruhi
proses belajar siswa, sehingga sangat menarik untuk untuk dikaji lebih lanjut agar
bisa membantu guru atau orang tua untuk mengatasi masalah-masalah dalam
proses belajar siswa. Oleh sebab itu penulis menyusun makalah yang berjudul
“Faktor Eksternal Dalam Proses Belajar”. Pembatasan kajiannya dibatasi hanya
pada faktor eksternal saja hal ini dikarenakan, agar bidang yang dikaji tidak keluar
dari topik yang telah ditentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa?
2. Faktor-faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi belajar siswa?
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Faktor Eksternal menerupakan faktor yang bersumber dari luar individu
(Hakim, 2008:17). Sehingga bila kita hubungkan dengan pengeruh belajar siswa,
faktor ekternal ialah faktor yang datang/bersumber dari luar diri siswa yang
mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
B. Jenis Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Belajar Siswa
1. Faktor Lingkungan Sosial
a. Keluarga
Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama dan yang pertama tidak
dapat dipandang sebelah mata perannya dalam membangun/mempengaruhi anak
dalam belajar (Herijulianti, dkk, 2001:20). Kondisi lingkungan keluarga yang
sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang di antaranya ialah adanya
hubungan yang harmonis di antara sesama anggota keluraga, tersedianya tempat
dan peralatan belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang
cukup, suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang
besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-
anaknya (Hakim, 2008:17).
Orang tua sebagai orang yang sangat dekat dengan anak, akan sangat
menentukan pula cara/prestasi belajar anak. Perhatian dan respons yang
ditunjukkan orang tua turut menentukan cara belajar anak. Orang tua yang tidak
acuh akan menyebabkan anak merasa tidak termotivasi untuk belajar. Sebaliknya,
anak yang senantiasa diperhatikan oleh orang tua, disediakan keperluan-keperluan
yang dibutuhkan untuk belajar akan manaruh minat dan perhatian yang lebih
besar terhadap pelajarnnya. Dalam mendidik anak sikap terbaik orang tua adalah
sikap demokratis, tidak terlalu otoriter/terlalu keras dan sebaliknya tidak perlu
terlalu lembek atau gampang kasihan kepada anak. Dengan sikap demokratis
seperi ini, anak tidak akan takut mengemukakan sikap atas setiap masalah yang
3. 3
dihadapi dalam belajar karena ia tahu bahwa orang tuanya akan memberi solusi
dan bukan serta marah (Herijulianti, dkk, 2001: 21).
Selain itu keharmonisan seluruh anggota keluarga juga sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Menurut Herijulianti, dkk (2001: 21),
hubungan yang penuh kasih yang dijalin oleh ayah dan ibu biasanya akan diikuti
pula oleh anak-anaknya. Kita tidak boleh lupa anak selain mendengar juga dapat
melihat kenyataan hidup/kelakuan dari orang tuanya. Sikap yang kasar dari ayah
terhadap ibu dan sebaliknya akan mempengaruhi sikap anak. Oleh karena itu,
dikatakan lebih baik memberi telaan melalui sikap/perbuatan daripada kata-kata.
Dengan kata lain, kata dan perbuatan harus seiring sejalan.
Suasana rumah adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di
dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Rumah yang tegang, ribut dan
sering terjadi cekcok akan menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka
keluar rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Agar anak dapat belajar
dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam
rumah yang tentram anak akan dapat belajar dengan baik.
Keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokok seperti makan
dan pakaian juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, buku, pensil
dan lain-lainnya. Fasilitas belajar ini hanya dapat dipenuhi jika keluarga memiliki
cukup uang.
b. Sekolah
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para
guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar,
misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif
bagi kegiatan belajar siswa (Muhibbin, 2007:137).
4. 4
Sekolah adalah lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum,
guru, siswa, metode belajar, media belajar, dan fasilitas yang diperlukan dalam
melakukan kegiatan belajar. Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang sudah
ditentukan/disiapkan untuk diberikan kepada siswa yang dalam penyampainnya
diperlukan metode dan media yang tepat. Penggunaan metode yang monoton,
misalnya hanya metode ceramah, akan membuat siswa bosan. Oleh karena itu,
metode belajar sebaiknya digunakan secara bervariasi, antara metode ceramah,
tanya jawab dan diskusi. Media yang digunakan juga disesuaikan dengan
kebutuhan. Dalam metode ceramah, misalnya sebaiknya digunakan OHP (Over
Head Projector) (Herijulianti, dkk, 2001:22).
Semua hal itu tidak akan berjalan sempurna tanpa adanya kedisiplinan di
sekolah. Menurut pengamatan, tingkat keberhasilan belajar siswa lebih tinggi di
sekolah yang menerapkan tata tertib/disiplin yang baik dari pada sekolah yang
mempunyai tingkat kedisiplinan yang rendah.
Kedisiplinan ini antara lain tercermin lewat ketaatan untuk mematuhi tata
tertib sekolah seperti jam masuk sekolah, jam pulang sekolah, melakukan piket
kelas, mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Sebagai contoh siswa yang
dapat terlambat atau yang tidak mengerjakanpekerjaan rumah diberi hukuman.
Hal seperti ini akan menanamkan disiplin dalam diri siswa, sehingga pada
gilirannya akan mempengaruhi pula sikap dalam belajar. Fungsi sekolah dalam
lembaga yang bertujuan mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan
pengetahuan sekaligus bertugas mengembangkan kepribadian anak secara
menyeluruh (Herijulianti, dkk, 2001:23).
Untuk menegakkan tata tertib dan disiplin yang konsekuen dan konsisten ini
tentu saja diperlukan seorang kepala sekolah yang baik. Di sekolah-sekolah yang
dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang tidak mempunyai leadership
(kepemimpinan) yang baik, biasanya akan sering terjadi masalah-masalah yang
menghambat jalannya proses belajar. Biasanya masalah-masalah tersebut tidak
hanya menghambat atau merugikan siswa, tetapi juga merugikan guru dan
personil sekolah lainya (Hakim,2008:18-19)
5. 5
c. Masyarakat
Faktor masyarakat dalam pembahasan ini meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul serta bentuk lain kehidupan masyarakat.
Kegiatan siswa dalam masyarakat pada dasarnya akan memberi dampak positif
dalam perkembangan selanjutnya, selama kegiatan tersebut dapat dijaga
keseimbangannya dengan kegiatan belajar. Bila tidak dapat menjaga
keseimbangan antara belajar dengan kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat,
di masa datang akan merugikan. Selanjutnya mass media khususnya radio, surat
kabar dan televisi dapat memberi pengaruh positif dan dapat pula memberi
pengaruh negatif. Untuk mengindari agar siswa tidak membaca, menonton, atau
mendengar hal-hal yang tidak sepantasnya didengar perlu adanya pengawasan dari
orang tua atau orang yang lebih dewasa yang dapat dipercaya. Bahkan jika
mungkin dalam menyaksikan acara televisi sebaiknya anak didampingi sehingga
orang tua atau orang dewasa yang mendampingi dapat menjelaskan dan
meluruskan informasi yang ditonton/didengar. Teman bergaul, sebaiknya juga
mendapat pengawasan dan pengarahan dari orang tua. Sebab ada kecenderungan
yang sangat kuat antara sikap teman terhadap sikap anak. Teman yang rajin
belajar akan mempengaruhi perilaku anak, sebaliknya teman bergaul yang suka
begadang dan malas dapat pula mempengaruhi sikap anak (Herijulianti, dkk,
2001:23).
Lingkungan di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan orang-
orang yang memiliki kebiasaan tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap siswa
yang ada disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar
yang baik maka hal tersebut akan mendorong siswa untuk berbuat baik. Dengan
demikian perlu diusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh
yang positif terhadap siswa sehingga siswa dapat belajar dengan sebaik-baiknya
(Slameto, 1995:72).
6. 6
2. Faktor Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Contoh: kondisi
rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak
memiliki fasilitas umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan bola voli) akan
mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas
dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk
terhadap kegiatan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk
belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.
Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada
belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli
learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada pilihan waktu
secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan
kesiapsiagaan siswa (Dunn et al, 1986). Di antara siswa ada yang siap belajar
pada pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam.
Perbedaan anatara waktu dan kesiapan belajar inlah yang menimbulkan perbedaan
study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Akan tetapi,
menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading performence)
sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di Australia Selatan, tidak ada
perbedaan yang berarti antara hasil membaca pada pagi hari dan hasil membaca
pada sore hari. Selain itu, keeratan korelasi antara study time preference dengan
hasil belajar membaca pun sulit dibuktikan. Bahkan mereka yang lebih senang
belajar pada pagi hari dan dites pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik.
Sebaliknya, ada pula di antara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan
dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah, 1990).
Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini
sering dipercaya berpengaruh terhadap resensi belajar siswa, tak perlu dihiraukan.
Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem
memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi
dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut (Muhibbin, 2007:138-139).
7. 7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor eksternal siswa adalah ialah faktor yang datang/bersumber dari luar
diri siswa yang mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Faktor ekternal
dibagi menjadi 2, yaitu faktor eksternal sosial dan faktor eksternal nonsosial.
Faktor ekternal sosial seperti keluarga, sekolah dan masyarakat sedangkan faktor
eksternal nonsosial contohnya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor eksternal ini sangat berpengaruh
terhadap proses belajar siswa.
8. 8
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Drs. Thursan. 2008. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.
Herijulianti, Drg. Eliza dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit
Kedokteran EGC
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta
Syah, Muhibbin, M. Ed. .2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bull, Kang. 2011. ( http://kafeilmu.com/faktor-eksternal-mempengaruhi-prestasi-
belajar-siswa/). Diakses pada tanggal 4 April 2014.