SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  185
Télécharger pour lire hors ligne
KEMENTERIAN PEKERJAAN                                                                     UMUM
                 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
                 JL. Pattimura 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Telp. 021-72796588, Fax. 021-72796588




                                                                                                     Jakarta, 10 Mei 2010


Kepada Yang terhormat :
1. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
2. Sekretaris Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seluruh Indonesia

di –
       Tempat

Perihal :       Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014


                                          SURAT EDARAN
                                           Nomor: 03/SE/DC/2010


        Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014, perlu menetapkan Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014 dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
sebagai berikut:


a.        UMUM

          Yang dimaksud dengan Rencana Strategis                             Direktorat Jenderal Cipta Karya,
          Kementerian Pekerjaan Umum yang selanjutnya                        disebut Renstra Direktorat Jenderal
          Cipta Karya adalah dokumen perencanaan                             Direktorat Jenderal Cipta Karya,
          Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5                         (lima) tahun terhitung sejak tahun
          2010 sampai dengan tahun 2014.




                        --------------------------------------------------------------------------
                        RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                                         i
b.   DASAR HUKUM
          1.    Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Rumah Negara;
          2.    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
          3.    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
          4.    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
          5.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
                Negara;
          6.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
                Daya Air;
          7.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
                Perencanaan Pembangunan Nasional;
          8.    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
                Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
          9.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
                Ruang;
          10.   Undang-Undang         Republik        Indonesia         Nomor        18      Tahun   2008   tentang
                Persampahan;
          11.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
                Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
          12.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang
                Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
                Bangunan Gedung;
          13.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
                Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
                Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
          14.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang
                Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
          15.   Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
                Jangka Menengah Nasional 2010-2014;




                      --------------------------------------------------------------------------
ii                    RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
c.   MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

     1.   Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
          meliputi uraian tentang Amanat Undang-Undang, Tugas, Fungsi dan
          Kewenangan serta Peran Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kondisi dan
          Tantangan serta Isu Strategis, Visi dan Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya,
          Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, Strategi, Program, Kegiatan dan Target
          Capaian yang dilengkapi dengan pendanaan, indikator output, outcome dan
          Indikator Kinerja Utama (IKU).
     2.   Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
          merupakan acuan untuk menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta
          Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Direktorat/Satminkal di
          lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan program 5
          (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal.


d.   RUANG LINGKUP

     1.   Program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di dalam
          Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum harus
          dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran program per wilayah (kota/
          kabupaten/provinsi) sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah-nya dan mengacu
          kepada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) setiap
          kota/kabupaten/provinsi.
     2.   Perwujudan program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di
          dalam Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
          ini akan dicapai melalui pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah,
          dunia usaha, dan masyarakat.

e.   PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN

     Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktur Bina Program, Direktur
     Pengembangan Permukiman, Direktur Pengembangan Air Minum, Direktur
     Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktur Penataan Bangunan
     dan Lingkungan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat
     Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.




                 --------------------------------------------------------------------------
                 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  iii
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti yang menjadi acuan untuk
     menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh
     setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan
     program 5 (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal




                                                                                Ditetapkan di Jakarta
                                                                               pada tanggal 10 Mei 2010

                                                                    DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
                                                                    KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM,




                                                                                    BUDI YUWONO P.


     Tembusan disampaikan kepada yth:
     1.  Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan);
     2.  Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;
     3.  Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;




                          --------------------------------------------------------------------------
iv                       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Kata Pengantar
                                 Direktur Jenderal Cipta Karya


        Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 maka perlu disusun Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014. Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 dibuat
dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tanggal 29 Januari 2010.

        Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 ini memuat
arahan mandat Undang-Undang, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Visi, Misi dan Tujuan
Direktorat Jenderal Cipta Karya, serta Rincian Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta
Karya tahun 2010-2014. Selanjutnya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
2010-2014 dapat menjadi acuan bagi setiap Satminkal/Direktorat di lingkungan Direktorat
Jenderal Cipta Karya dalam menyusun Program dan Kegiatan setiap tahun mulai tahun 2010
hingga tahun 2014.

         Semoga buku ini bermanfaat sebagai acuan dalam Penyusunan Program, Rencana
Kerja serta Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013
sampai dengan tahun 2014.

                                                                            Jakarta,    Mei 2010
                                                                        Direktur Jenderal Cipta Karya




                                                                                Budi Yuwono P.




                     --------------------------------------------------------------------------
                     RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                        v
Daftar Isi
Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i

Kata Pengantar ............................................................................................................ v

Daftar Isi .................................................................................................................. vi

Daftar Tabel .............................................................................................................. viii

Daftar Gambar .......................................................................................................... viii

Daftar Lampiran ......................................................................................................... ix


Bab 1           PENDAHULUAN ....................................................................................... 1-1
                1.1     Umum ................................................................................................... 1-1
                1.2     Mandat Tugas, Fungsi dan Kewenangan .................................................. 1-2
                1.3     Peran Infrastruktur Permukiman ............................................................. 1-6

Bab 2           ISU STRATEGIS ...................................................................................... 2-1

Bab 3           KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN
                DAN TANTANGAN ................................................................................... 3-1
                3.1     Kondisi    Umum Pencapaian ...................................................................... 3-1
                        3.1.1      Pengembangan Permukiman....................................................... 3-1
                        3.1.2      Penataan Bangunan dan Lingkungan ........................................... 3-6
                        3.1.3      Penyehatan Lingkungan Permukiman .......................................... 3-8
                        3.1.4      Pengembangan Air Minum ........................................................ 3-13
                3.2     Permasalahan Umum ........................................................................... 3-21
                3.3     Permasalahan Per Sektor ...................................................................... 3-22
                3.4     Tantangan ........................................................................................... 3-27



                             --------------------------------------------------------------------------
                             RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                                               vi
Bab 4   VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
              INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN............................................................ 4-1
              4.1    Visi dan Misi .......................................................................................... 4-1
              4.2    Tujuan .................................................................................................. 4-3
              4.3    Sasaran ................................................................................................. 4-4
              4.4    Indikator Kinerja Utama (IKU) .............................................................. 4-14

      Bab 5   ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI ..................................................... 5-1
              5.1    Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
                     Perkotaan .............................................................................................. 5-1
              5.2    Kebijakan dan Strategi Sektor ................................................................. 5-3
                     5.2.1   Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem
                             Penyediaan Air Minum ................................................................ 5-3
                     5.2.2   Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem
                             Pengelolaan Persampahan .......................................................... 5-5
                     5.2.3   Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem
                             Pengelolaan Air Limbah Permukiman ........................................... 5-7
              5.3    Kebijakan dan Strategi Pembiayaan....................................................... 5-10
              5.4    Kebijakan dan Strategi Keterpaduan Penanganan
                     Infrastruktur Permukiman ..................................................................... 5-15

      Bab 6   PROGRAM DAN KEGIATAN ..................................................................... 6-1
              6.1    Program dan Kegiatan 2010-2014 ........................................................... 6-1
              6.2    Pendanaan Cipta Karya 2010-2014 .......................................................... 6-9

      Bab 7   P E N U T U P ..................................................................................... 7-1




                          --------------------------------------------------------------------------
vii                       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Daftar Tabel

Tabel 3.1 : Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 – 2009 ..... 3-17
Tabel 5.2 : Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016 ....................................... 5-12
Tabel 5.3 : Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014 ............................................................... 5-13
Tabel 6.1 : Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya ................................................................... 6-10
Tabel 6.2 : Sub Bidang Pengembangan Permukiman ..................................................... 6-10
Tabel 6.3 : Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ............................ 6-11
Tabel 6.4 : Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................ 6-12
Tabel 6.5 : Sub Bidang Pengembangan Air Minum ........................................................ 6-12
Tabel 6.6 : Sekretariat Direktorat Jenderal.................................................................... 6-13
Tabel 6.7 : Direktorat Bina Program ............................................................................. 6-13
Tabel 6.8 : Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 ............ 6-14




Daftar Gambar
Diagram 5.1 Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah ......................... 5-17




                           --------------------------------------------------------------------------
                           RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                                   viii
Daftar Lampiran


     Lampiran-1 :   Matrik Arahan RPJP Nasional 2005-2025 Dalam Penyusunan RPJMN
                    Bidang Cipta Karya 2010-2014

     Lampiran-2 :   Matrik Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya

     Lampiran-3 :   Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang                                Rencana
                    Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

     Lampiran-4:    Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam
                    Penyediaan Infrastrutkur




                    --------------------------------------------------------------------------
ix                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Ba b 1
                                                                              PENDAHULUAN



1.1 UMUM
      Sejalan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan juga
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana
Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, maka penyusunan
Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari kedua dokumen
tersebut diatas.
     Dokumen Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014, akan memuat isu strategis,
kondisi pencapaian hingga tahun 2014, pemasalahan dan tantangan infrastruktur
permukiman, visi, misi dan tujuan, kebijakan dan strategi serta program dan
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai
Satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pencapaian RPJM Nasional.
     Susunan Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014 dimulai dengan pemaparan
tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang Cipta Karya; visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan Cipta Karya; strategi penyelenggaraan Cipta
Karya; serta program dan kegiatan.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   1-1
1.2 MANDAT TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN
          Pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya dilaksanakan dengan
      memperhatikan mandat yang tercantum dalam perangkat peraturan sebagai berikut:
      1.   UU No. 72 Tahun 1957 tentang penjualan rumah-rumah negeri kepada pegawai
           negeri yaitu untuk mengatur penjualan rumah-rumah negeri beserta tanahnya.
      2.   UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang bertujuan untuk mengatur:
           (i) pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama
           golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian
           hukum dalam pemanfaatannya; (ii) meningkatkan daya guna dan hasil guna
           tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya
           alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan
           seimbang; (iii) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna
           bagi kehidupan masyarakat.
      3.   UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang bertujuan
           menata dan mengelola perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan
           dan perdesaan agar lebih terpadu dan terkoordinasi.
      4.   UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk
           mewujudkan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan,
           yang diwujudkan dengan adanya: (i) keharmonisan antara lingkungan alam
           dan lingkungan buatan; (ii) keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
           dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia serta;
           (iii) terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
           terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.




1-2
                        --------------------------------------------------------------------------
                        RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
5.   UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang bertujuan untuk
     mengatur pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu, dan
     berwawasan lingkungan hidup yang bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan
     sumber daya air yang berkelanjutan.
6.   UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk
     mengatur pengelolaan persampahan agar dapat menjamin peningkatan
     kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
     menjadi sumber daya (resources).
7.   PP No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang bertujuan
     untuk: (i) mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas
     dengan harga terjangkau; (ii) tercapainya kepentingan yang seimbang antara
     konsumen dan penyedia jasa layanan, dan; (iii) tercapainya peningkatan
     efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
8.   PP No 35 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung yang
     bertujuan mengatur ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan
     bangunan gedung, penyelenggaran bangunan gedung, peran masyarakat dan
     pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
9.   PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
     (RTRWN) bertujuan sebagai pedoman dalam: (i) penyusunan rencana
     pembangunan jangka panjang nasional; (ii) penyusunan rencana pembangunan
     jangka menengah nasional; (iii) pemanfaatan ruang dan pengendalian
     pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (iv) perwujudan keterpaduan,
     keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta
     keserasian antarsektor; (v) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
     (vi) penataan ruang kawasan strategis nasional, dan; (vii) penataan ruang
     wilayah provinsi dan kabupaten/kota.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  1-3
10.   Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang KSNP-Kota yang bertujuan sebagai
            pedoman untuk penyiapan pengaturan dan rencana pengembangan perkotaan
            baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan kondisi dan potensi
            setempat.
      11.   Permen PU No. 20/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPAM yang bertujuan sebagai
            pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem
            penyediaan air minum berkualitas, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai
            dengan kondisi daerah setempat.
      12.   Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPP (Sistem Pengelolaan
            Persampahan) yang bertujuan sebagai pedoman untuk pengaturan,
            penyelenggaraan, dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan
            yang ramah lingkungan, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai
            dengan kondisi daerah setempat.
      13.   Permen PU No 16//PRT/M/2008 tentang KSNP-SPALP (Sistem Pengelolaan Air
            Limbah Permukiman) bertujuan sebagai pedoman dan arahan dalam
            penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan
            pengelolaan dalam penyelenggaraan dan pengembangan sistem pengelolaan
            air limbah permukiman, baik bagi pemerintah pusat, maupun daerah, dunia
            usaha, swasta, dan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.
            Selain undang-undang tersebut di atas yang mengatur tugas dan fungsi Ditjen.
      Cipta Karya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
      Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
      Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, telah diatur tugas dan kewenangan Ditjen.
      Cipta Karya.
            Kewenangan dalam aspek pembangunan di bidang Cipta Karya, pada
      prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini




1-4
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
merupakan tanggung-jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan
juga dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat
concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan
nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
      Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008
tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis bidang Cipta Karya. Dalam melaksanakan tugasnya
tersebut Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi yaitu:
a) penyusunan kebijakan, program dan anggaran, serta evaluasi kinerja
pembangunan bidang Cipta Karya; b) pembinaan teknis dan penyusunan norma,
standar, pedoman dan manual (NSPM) untuk air minum, air limbah, persampahan,
drainase, terminal, pasar, dan fasos-fasum lainnya; c) fasilitasi pembangunan dan
pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan; d) pengembangan
sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi melalui kerjasama
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, serta standardisasi bidang perumahan, air
minum, penyehatan lingkungan permukiman, dan tata bangunan; e) penyediaan
infrastruktur pekerjaan umum bagi pengembangan kawasan perumahan rakyat;
f) fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan;
g) penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuh/nelayan, perdesaan,
daerah perbatasan, kawasan terpencil, dan pulau-pulau kecil; h) penyediaan air
minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air; i) pembinaan teknis dan
pengawasan pembangunan bangunan gedung, dan pengelolaan bangunan gedung
dan rumah negara; j) penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan
infrastruktur permukiman akibat bencana alam dan kerusuhan sosial; dan
k) pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   1-5
1.3 PERAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
             Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman)
      mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat
      dan kualitas lingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat
      menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan
      sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi
      dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
      infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) yang telah
      terbangun tersebut pada akhirnya juga memperbaiki kualitas permukiman.
            Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
      (Permukiman) pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga)
      strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan
      desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat
      pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi
      pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
      dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan
      kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk
      mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan
      penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur
      permukiman.
            Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan
      infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) diwujudkan dengan dua
      pendekatan:      i) pendekatan skala kabupaten kota melalui tugas
      pengaturan,     pembinaan dan pengawasan bidang           permukiman;
      ii) pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur
      bidang permukiman.




1-6
               --------------------------------------------------------------------------
               RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Ba b 2
                                                                             ISU STRATEGIS



       Isu Strategis Pembangunan Bidang Cipta Karya 2010-2014 meliputi isu-isu
baru dan penting yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi
pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya pada kurun waktu
lima tahun mendatang, yaitu meliputi:

a.   Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah

     Saat ini arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam.
Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun
1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang berkembang akan
terus terjadi sehingga sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara
nasional telah melampaui jumlah penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun
2025 nanti 68,3 persen penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan.
Fenomena ini bisa kita sikapi melalui dua pendekatan, yaitu sebagai sinyalemen
berkembangnya aktivitas di perkotaan yang tentunya merupakan indikasi bangkitnya
perekonomian negara. Tetapi di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan kuatnya
pengaruh kota, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan wilayah yang tidak
konstruktif antara kota besar-kota menengah atau antara kota-desa. Proses




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   2-1
urbanisasi yang terjadi saat ini lebih banyak didorong oleh terbatasnya lapangan
      kerja di daerah perdesaan.

      b.   Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi.

           Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka kemiskinan di
      Indonesia, akibat ketiadaan lapangan pekerjaan, tingginya standar kehidupan di
      perkotaan dan lain sebagainya. Di tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan
      perkotaan naik menjadi 14,29 juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa
      penduduk pada tahun 2005. Jumlah penduduk miskin yang besar dapat berakibat
      pada meluasnya kawasan kumuh di perkotaan yang berujung pada ketidakmampuan
      pemerintah kota menuju kota yang layak huni. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta
      jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan
      perkotaan dengan luas mencapai sekitar 42.500 Hektar. Data BPS menunjukkan
      bahwa sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia merupakan kawasan kumuh
      perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi pantai.

            Hal ini menjadi perhatian utama dalam rangka pencapaian MDG tujuan ke tujuh
      yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dan sasaran ke 11; Mencapai
      perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh
      pada tahun 2020. Kenyataannya rata-rata kawasan kumuh terletak di perkotaan,
      maka oleh karena itu Pemerintah menaruh perhatian besar pada penanganan
      kawasan kumuh di kawasan perkotaan.

      c.   Kota Sebagai Engine of Growth

           Perkembangan ekonomi perkotaan terkait dengan perkembangan ekonomi
      nasional dan juga sebaliknya. Dalam studi yang dilakukan Bappenas di tahun 2003
      dikemukakan peranan perkotaan yang sangat signifikan sebagai penghela
      pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya peranan kota-kota besar dengan jumlah




2-2
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
penduduk di atas 700 ribu dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200
ribu dan 700 ribu. Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9%
dari total jumlah daerah, mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional. Sedangkan bila dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya
berjumlah 14 kota saja, atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah, mampu
menyumbang 30% dari total PDB nasional. Berdasarkan data-data di atas sudah
sangat jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh
karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi, kota sebagai “back bone” dari kerangka
ekonomi nasional juga mengalami kontraksi yang parah.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   2-3
d.   Desentralisasi

            Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar bagi
      perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat pada beberapa kota
      yang perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Perkembangan ini
      dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan internal dan eksternal kota. Persebaran
      kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91
      kota administratif berada di pulau Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita
      mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan kawasan perkotaan
      terletak di wilayah administratif Kabupaten. Pembangunan perkotaan yang pada
      awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Pusat berubah. Saat ini Pemerintah
      Daerah memegang peranan utama dalam mengarahkan pembangunan perkotaan.
      Implikasi dari ini, strategi pembangunan perkotaan yang skala nasional tidak bisa
      serta merta diimplementasikan ke daerah. Pola pembangunan perkotaan saat ini
      tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya lokal yang kompetitif. Di
      satu sisi, Desentralisasi berhasil membawa Pemerintah Daerah dalam nuansa
      kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masing-
      masing daerah. Akan tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak
      terencana justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan
      Metropolitan.

      e.   Kerusakan Lingkungan Hidup

           Kerusakan lingkungan hidup perkotaan berkaitan dengan meningkatnya
      penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah
      kawasan perkotaan yang tidak terkendali. Misalnya, penggunaan air tanah yang
      sudah berlebihan menyebabkan sulitnya masyarakat memperoleh air bersih,
      sementara penyediaan air bersih oleh PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan
      masyarakat perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh masing-masing rumah
      tangga sekarang sudah ini mengharuskan pemasangan pipa penyedot sampai




2-4
                            --------------------------------------------------------------------------
                            RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
puluhan meter di bawah tanah, hal tersebut terasa sulit terutama di lingkungan
perumahan padat penduduk seperti kawasan perumnas dan BTN, yang kavling
tanahnya kecil-kecil. Demikian pula dengan masalah lalu-lintas di kawasan perkotaan
yang belum dapat tertangani dengan baik, sehingga kemacetan lalu-lintas dan
kecelakaan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari. Persoalan
tersebut merupakan bagian dari persoalan pemborosan potensi kemampuan
Pemerintah Daerah dalam pembangunan perkotaan. Fakta lain yang cukup menonjol
yang sedang terjadi sekarang ini adalah adanya kota-kota baru dari semula berupa
pusat-pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini tentunya akan memakan
anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar biaya yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kapasitas pelayanan perkotaan yang sudah ada, selain
berpotensi merusak keasrian lingkungan hidup.

f.   Daya Saing Kota dan Demokratisasi

     Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing
dengan kota di dalam negeri semata, persaingan terjadi dengan kota-kota di skala
Asia bahkan dunia. Bentuk persaingan pun bergeser dari yang sebelumnya berkutat
pada comparative advantage menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu,
daya saing sebuah kota ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia)
dan sumber daya alam yang dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi tingkat
kelayakhunian kota yang direpresentasikan dalam infrastruktur pendukung dan
pelayanan perkotaan.

       Sebuah kota harus mampu berlomba-lomba menunjukkan tidak hanya sebagai
sebuah kota yang layak huni akan tetapi sebuah kota yang mampu mengedepankan
nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus
mampu diterjemahkan oleh masing-masing kota. Hal-hal inilah yang kemudian
memberikan nilai tambah dan daya saing bagi sebuah kota untuk menarik investasi
dari luar.



                   ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   2-5
g.       Konteks Kota Berkelanjutan

                         Dilihat dari aspek equity dapat dikatakan kondisi
                   perkotaan di Indonesia masih cenderung pada kondisi
                   in-equity. Kota-kota baru dengan pelayanan yang luar
                   biasa, dengan kualitas yang baik, namun di lain pihak
                   masyarakat miskin harus membayar lebih dalam
                   memperoleh pelayanan perkotaan. Aspek budaya, dalam
                   konteks diversity, perlu menjadi pertimbangan dalam
                   pembangunan. Diversity masyarakat perkotaan yang
                   tinggi harus dapat diakomodasi oleh pelayanan
                   perkotaan. Urban heritage saat ini masih dapat
                   dikategorikan belum concern terhadap bangunan
                   bersejarah. Ekologi (dalam kualitas lingkungan yang
                   perlu dipertahankan) dan ekonomi kota diharapkan
                   dapat bertumbuh dan berkembang, dengan daya beli
                   masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan
                   yang layak.

                   h.       Perubahan Iklim

                        Perubahan iklim merupakan tantangan bagi kita,
                   dan memang tidak hanya sekarang, namun ini perlu
                   diperhitungkan    secara    cermat     dalam konteks
                   pembangunan perkotaan. Dampak perubahan iklim
                   dengan intensitas hujan yang meningkat, dan
                   meningkatnya permukaan air laut, dapat menyebabkan
                   permasalahan tersendiri. Peran infrastruktur menjadi
                   penting dalam mitigasi perubahan iklim.




2-6
      --------------------------------------------------------------------------
      RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
i.   Perwujudan RTH 30%

     Upaya perwujudan RTH sebesar 30% merupakan tantangan besar, komposisi
30% memang merupakan kebijakan yang kondusif bagi lingkungan, namun di lain
pihak dianggap merupakan permasalahan yang signifikan dalam menyelenggarakan
pembangunan perkotaan. Ini merupakan salah satu tantangan dari perundangan
yang menjadi masalah dalam tataran implementasi.

j.   Modal Sosial

      Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah bukan
pada modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal sosial. Apapun yang
kita lakukan, apabila aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang
dilakukan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan.

k.   Happiness Index
      Tujuan pembangunan harus ditambahkan dengan overall human system well
being dengan eco system well being. Hal yang tidak dapat dielakkan adalah
“pembangunan terintegrasi” yang mampu mengintegrasikan human system,
ekosistem, yang bermuara pada human-eco happiness. Oleh karena itu dibutuhkan
koordinasi yang kuat antar instansi pemerintah, agar mampu meningkatkan
efektivitas pembangunan dalam mendorong peningkatkan kesejahteraan dan
“kebahagiaan masyarakat” dalam merasakan dan menikmati hasil pembangunan
yang dilakukan. Pelaksanaan pembangunan harus melihat peningkatan human
system, eco system dan human-eco happiness, yang diukur dengan happiness Index.

l.   Branding dan Area Identity
      Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding dan area
identity dari sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang mempunyai multiple culture



                    ---------------------------------------------------------------------------
                    RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   2-7
diversity yang perlu dioptimalkan pada tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi,
      fasionable, local value with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif
      yang mampu mendorong daya saing kota-kota.

      m.   Participatory Development

           Pendekatan participatory development, jangan hanya diartikan dengan self
      helped, dan untuk itu perlu didukung dengan adanya tenaga pendamping yang
      mendorong dan memberdayakan masyarakat. Proses pembangunan seringkali tidak
      mengedepankan local wisdom, sehingga tidak mengakomodasikan budaya lokal.

      n.   Pengembangan Enterpreneurship

           Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat:
           •     Charity, dengan memberikan one shot giving dan cenderung kurang
                 mendidik;
           •     Philantropy, dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus menerus;
           •     Social entrepreneurship, bagaimana pemerintah membangun, dan
                 masyarakat kemudian mampu memelihara dan mengembangkan secara
                 mandiri. Isu keberlanjutan yang menjadi penting, dan mengedepankan
                 keberlanjutan hasil pembangunan.

             Direktorat      Jenderal     Cipta   Karya      diharapkan mampu      untuk
      mengimplementasikan succesfull entrepreneurship yaitu dengan: i) Merubah dengan
      cara yang baik (change friendly), dengan mendorong masyarakat untuk berubah
      tanpa menimbulkan konflik; ii) Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented);
      iii) Inovatif; iv) Banyak Akal; v) Menciptakan nilai baru.




2-8
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
o.   Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah

      Dalam menjawab tantangan ke depan, kita harus mampu mempertahankan
cultural expression yang mampu mendorong berkembangnya ekonomi kreatif yang
menjadi daya saing bangsa. Oleh karena itu kedepan harus diupayakan mendukung
ekonomi kreatif yang didukung dengan desain yang baik, serta didukung dengan
marketing yang terintegrasi. Kebijakan pemerintah diharapkan harus mampu
menjembatani dalam mengekplorasi pasar pada tataran internasional. Konsep
branding dan packaging menjadi lebih penting dalam mendukung konteks dalam
mendorong daya saing ekonomi kota.




                 ---------------------------------------------------------------------------
                 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   2-9
Ba b 3
                                KONDISI UMUM PENCAPAIAN,
                    PERMASALAHAN DAN TANTANGAN



3.1 KONDISI UMUM PENCAPAIAN


3.1.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

      Diperkirakan pada akhir tahun 2014 lebih dari separuh penduduk Indonesia
akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per
tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic phenomenon of
urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu kawasan perkotaan,
baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah atau tapak ekologis. Di sisi
lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguat membawa
dampak pula pada “egoisme kedaerahan” yang semakin tinggi dan disertai kekuatan-
kekuatan pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga
membawa dampak pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran
permukiman yang semakin sulit diantisipasi. Dengan laju pertumbuhan yang
mencapai 1,37 persen per tahun maka telah terjadi peningkatan luas kawasan
permukiman kumuh dari 54.000 ha pada tahun 2004 menjadi 57.800 ha pada akhir




                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-1
tahun 2009. Dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan
         permukiman, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya
         melalui program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector
         Project (NUSSP) yang sampai dengan saat telah mencapai 802
         kelurahan dengan target Renstra 2005-2009 841 kelurahan;
         sedangkan untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman
         lainnya juga telah dibangun rumah susun sederhana sewa
         sebanyak 18.848 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak
         30.000 unit.
               Penanganan kawasan tertinggal, pengembangan desa
         potensial    melalui    agropolitan,    dan     perencanaan
         pengembangan kawasan permukiman baik skala kawasan
         maupun perkotaan belum mencapai sasaran yang
         diharapkan. Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan
         kawasan     berbasis   agribisnis   melalui   pengembangan
         sektor/komoditas unggulan pertanian/perikanan, dengan
         tujuan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat
         pertumbuhan ekonomi lokal berbasis agribisnis sehingga dapat
         menjadi lokomotif penggerak perekonomian lokal di kawasan
         tersebut dan daerah belakangnya. Perkembangan kawasan
         Agropolitan sampai dengan tahun 2008 telah mencapai 193
         kawasan, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Target
         pencapaian pembangunan perdesaan potensial melalui
         agropolitan pada tahun 2005-2009 adalah 347 kawasan,
         namun hingga saat ini baru tercapai pada 331 kawasan. Dari
         total kawasan agropolitan, sebanyak 41 kawasan berada di
         Pulau Jawa dan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa. Provinsi




3-2
      --------------------------------------------------------------------------
      RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
yang memiliki kawasan agropolitan terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah dengan
jumlah sebanyak 11 kawasan. Sementara itu pembangunan kawasan terpilih pusat
pengembangan desa bertujuan untuk merangsang pertumbuhan usaha-usaha
ekonomi perdesaan melalui penyediaan berbagai fasilitas permukiman, berupa
fasilitas air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa yang berpotensi untuk
berkembang. Sampai dengan saat ini jumlah kawasan yang telah difasilitasi
sebanyak 660 kawasan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009 yang hanya
berjumlah 584 kawasan, sedangkan dukungan infrastruktur perdesaan hingga saat
ini sudah mencapai 22.647 desa dari 29.274 desa target Renstra 2005-2009.

      Selain peningkatan kualitas lingkungan permukiman tersebut diatas, hal lain
yang telah dilaksanakan untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman
khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah dengan
memfasilitasi dukungan kawasan perumahan bagi PNS/TNI-Polri/Pekerja sebanyak
600.278 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 567.569 unit. Sementara itu
penyediaan infrastruktur permukiman bagi kawasan terpencil/pulau kecil dan terluar
telah difasilitasi sebanyak 29 Kab/Kota dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 11
Kab/Kota, sedangkan penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan
perbatasan sebanyak 181 kawasan dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 92
kawasan.

       Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih rendah. Diperkirakan sampai
dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu
difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000
unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3
juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit
pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di
masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata




                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-3
sebesar 820.000 unit rumah per tahun. Pemerintah telah
      melakukan berbagai fasilitasi penyediaan perumahan dan
      permukiman bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui
      penyediaan subsidi kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPR-
      RSH), pengembangan kredit mikro perumahan, pembangunan
      rumah susun sederhana sewa (rusunawa), fasilitasi pembangunan
      rumah susun sederhana milik (rusunami) melalui peran serta
      swasta, fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas
      perumahan swadaya.

            Berdasar kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 rumah
      tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah telah
      mencapai 86,29 persen; beratap bukan daun sebanyak 98,8
      persen; dan berdinding permanen sebesar 87,6 persen. Selain itu,
      berdasar kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang
      menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 persen,
      kondisi sedang 43,94 persen, kondisi rusak 9,25 persen, dan
      kondisi rusak berat 0,87 persen. Sementara itu berdasarkan data
      SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang
      belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit.
      Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni
      dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi
      sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan.

           Berdasar status penguasaan tempat tinggal, pada tahun
      2007 terdapat 78,22 persen rumah tangga yang menempati
      rumah milik sendiri, sisanya 21,78 persen menempati rumah
      bukan milik sendiri seperti kontrak, sewa dan rumah orang tua.




3-4
       --------------------------------------------------------------------------
       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan
mencapai 32,98 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang
sebesar 13,28 persen. Semakin terbatasnya lahan dan harga rumah di perkotaan
menyebabkan     masyarakat cenderung untuk menempati rumah sewa/kontrak.
Proporsi rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di perkotaan mengalami
penurunan sebesar 2,71 persen dibandingkan kondisi pada tahun 2004 yang sebesar
80,93 persen. Penurunan ini terkait erat dengan peningkatan harga rumah dan
penurunan daya beli masyarakat.

      Tingginya laju pertumbuhan penduduk di perkotaan, keterbatasan lahan untuk
pembangunan perumahan dan permukiman serta meningkatnya harga lahan
semakin mempersulit akses masyarakat untuk menempati hunian yang layak dan
terjangkau di perkotaan. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menempati
lahan yang bukan miliknya (ilegal) atau menempati hunian di pinggiran kota yang
jauh dari lokasi pekerjaan. Masih tingginya biaya pengurusan serta keterbatasan
informasi terhadap prosedur sertifikasi dan rencana tata ruang mengakibatkan
sebagian masyarakat menempati rumah tanpa memiliki bukti legalitas pemanfaatan
lahan dan bangunan serta tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ditinjau dari
aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik
sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari
74,49 persen pada tahun 2004 menjadi 77,94 persen pada tahun 2007.
      Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam
memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan. Selain
itu, koordinasi antarlembaga masih belum berjalan dengan baik, salah satunya




                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-5
ditunjukkan dengan belum efektifnya fungsi Badan Koordinasi Pembangunan dan
      Pengembangan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N).



      3.1.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

            Penanganan bangunan gedung dan lingkungan telah diupayakan dengan
      peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan
      sosialisasi/diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak
      5 (lima) kali di setiap provinsi dengan target 495 kabupaten/kota; pelatihan tenaga
      pendata harga dan keselamatan bangunan sebanyak 3.744 orang di 495
      kabupaten/kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan terkait bangunan gedung
      di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah daerah di 43
      kabupaten/kota pada 8 (delapan) provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah
      (Perda) terkait bangunan gedung di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi. Kondisi
      saat ini juga mencatat telah tersusunnya perda tentang bangunan gedung di 15
      kabupaten/kota dan 1 provinsi (Bali) dari fasilitasi terhadap 221 kabupaten/kota.
      Selain itu, telah disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di 203
      kawasan pada 148 kabupaten/kota; Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
      mencapai 41.988 kelurahan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009
      sebanyak 40.648 kelurahan; Rencana Induk Sistem Proteksi kebakaran (RISPK) di 59
      kabupaten/kota; sistem ruang terbuka hijau telah ditangani di 150 kawasan di 33
      kabupaten/kota; revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah dan tradisional telah
      ditangani pada 297 kawasan di 137 kabupaten/kota; dan peningkatan kualitas
      permukiman kumuh nelayan di 748 kawasan atau melebihi target Renstra 2005-2009
      yang menetapkan 733 kawasan.
          Selain itu, dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) sejumlah peraturan
      mengenai bangunan gedung dan penataan lingkungan telah berhasil diselesaikan,




3-6
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 yang merupakan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Disamping itu telah diterbitkan pula berbagai NSPK untuk Bangunan Gedung yang
meliputi (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; (2) Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas
Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan; (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung; (5) Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan
Gedung; dan (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-7
3.1.3 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

           Proporsi penduduk terhadap sanitasi yang layak secara
      nasional sampai dengan tahun 2009 mencapai 51,02% atau
      melayani sekitar 120 juta jiwa. Sementara itu target Millenium
      Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 62,37% untuk dapat
      melayani 154 juta jiwa. Saat ini proporsi penduduk rumah tangga
      perkotaan yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi yang layak
      sebesar 69,55% atau 84 juta jiwa dari target MDGs 78,30% dengan
      jumlah penduduk terlayani 115 juta jiwa pada tahun 2015. Sedangkan
      proporsi penduduk rumah tangga di perdesaan yang sudah memiliki
      akses terhadap sanitasi yang layak sebesar 34% pada tahun 2009
      atau melayani 36 juta jiwa sementara itu target MDGs tahun 2015
      sebesar 55,54% untuk melayani 39 juta jiwa.
            Namun pencapaian tersebut masih sebatas pada akses ke
      jamban dan toilet saja, belum pada akses fasilitas sanitasi yang
      berkualitas dengan kriteria fasilitas tersebut masih berfungsi dengan
      baik, digunakan sesuai dengan peruntukannya, dan sesuai dengan
      standar kesehatan maupun standar teknis yang telah ditetapkan.
      Tercatat dari data tahun 2007, banyaknya rumah tangga yang
      menggunakan tangki septik (praktek pembuangan tinja aman)
      sebesar 49,13%, yaitu 71,06% di perkotaan dan 32,47% di
      perdesaan. Sedangkan sisanya 50,86% rumah tangga melakukan
      praktek pembuangan tinja tidak aman (di kolam/sawah,
      sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/kebun) dengan prosentase di
      perkotaan 28,93% dan di perdesaan mencapai 67,54%. Perilaku
      praktik buang air besar sembarangan (BABS) tersebut menunjukkan
      rendahnya kesadaran pelaku terhadap pentingnya perilaku hidup




3-8
           --------------------------------------------------------------------------
           RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
bersih dan sehat (PHBS). Rendahnya kesadaran pelaku akan pengelolaan air limbah
yang layak dan rendahnya utilisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran air permukaan.
       Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan sistem air limbah terpusat skala
kota telah mencapai 1 persen dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis
masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. Selama periode 2004 hingga 2009
pembangunan sistem air limbah terpusat skala kota telah dilakukan di Kota Denpasar
melalui pendanaan yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Selain itu, sistem
pengolahan air limbah terpusat (Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL) komunal
telah dibangun di 217 kota/kabupaten. Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan
sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal adalah sebesar 69,3
persen (daerah perkotaan sebanyak 81,8 persen dan perdesaan sebanyak 60
persen). Tingginya angka cakupan tersebut diantaranya merupakan hasil dari
kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air limbah berbasis masyarakat yang
difasilitasi oleh pemerintah bersama dengan lembaga swadaya masyarakat.
Kepedulian Pemerintah pada pengelolaan air limbah sekarang berada pada titik
tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. Namun demikian, peningkatan alokasi
pendanaan masih belum mampu untuk membiayai total kebutuhan yang ada. Di sisi
lain, skema-skema pembiayaan yang bersumber dari non-pemerintah masih belum
dikembangkan, termasuk kerja sama dengan swasta, baik dalam bentuk investasi
swasta maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR).
      Institusi pengelola air limbah di daerah saat ini masih belum menerapkan
prinsip manajemen yang baik, antara lain pada Perusahaan Daerah ditunjukkan
dengan belum adanya manajemen aset dan penyusunan business plan yang absah,
serta kurangnya dukungan sumber daya manusia yang berkualitas pada non-Perusda
yang mengelola air limbah. Selain itu, masih rendahnya kesediaan membayar




                   ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-9
(willingness to pay) dari masyarakat untuk pelayanan air limbah domestik dan
       subsidi pemerintah yang tidak dapat diandalkan menjadikan pengelola tidak dapat
       menutup biaya pelayanannya secara penuh (full-cost recovery).
             Saat ini payung kebijakan yang mendukung pengelolaan air limbah hanya
       berupa salah satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
       Sumber Daya Air yaitu pasal 21 ayat (2), yang menyatakan bahwa perlindungan dan
       pelestarian sumber air salah satunya dilakukan melalui pengaturan sarana dan
       prasarana sanitasi. Hampir seluruh kota di Indonesia tidak mempunyai pemetaan
       terhadap kebutuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya
       rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan tidak
       adanya prioritas serta pentahapan yang jelas mengenai pembangunan dan
       rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah. Dari sisi perencanaan, tengah
       dikembangkan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) agar pemerintah daerah
       memiliki dasar bagi pembangunan sanitasi bagi daerahnya masing-masing.
            Meningkatnya intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin
       pendek yang disebabkan perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global
       warming) dan semakin berkurangnya bidang resapan menjadi faktor penyebab
       semakin tingginya debit limpasan hujan yang harus ditampung oleh saluran drainase.
       Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang
       mengakibatkan timbulnya genangan, merupakan permasalahan utama yang
       dihadapi dalam pembangunan drainase. Kelangkaan lokasi untuk pembuangan
       sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
       tempatnya menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah.
       Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 sebanyak
       11,34% rumah tangga masih membuang sampah ke kali/selokan yang menyebabkan
       mampatnya saluran drainase sehingga menurunkan fungsi saluran drainase yang
       berimplikasi pada peningkatan luasan kawasan tergenang. Di sisi lain banyak




3-10
                          --------------------------------------------------------------------------
                          RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
dijumpai pula bahwa fungsi saluran drainase tidak tegas apakah untuk mengalirkan
kelebihan air permukaan atau juga berfungsi sebagai saluran air limbah.
Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke dalam
saluran drainase menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase.
      Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu
rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan
sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase
primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu, ketidakjelasan pengelola sistem
drainase, menyebabkan pengabaian kondisi saluran drainase dan minimnya alokasi
dana yang dianggarkan untuk operasi dan pemeliharaan sistem. Terbatasnya
anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi dan pemeliharaan sistem drainase
menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal.
      Pada sektor persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) masih rendah. Rata-rata volume sampah diperkirakan mencapai 74 juta
ton/tahun. Namun dari total timbulan sampah tersebut, proporsi sampah terangkut
hanya mencapai 20,63 persen. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah
menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat
kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan sistem
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga penanganan sampah
belum terintegrasi utuh mulai penanganan dari sumber hingga ke TPA.
      Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di
kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Banyak TPA yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan
sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping.
Sementara jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang menerapkan sanitary
landfill mencapai 10 TPA; dan yang menerapkan controlled landfill sebanyak 55 TPA,



                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-11
sehingga secara umum belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah
       lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development
       Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi. Dari sisi
       regulasi, pada tahun 2008 telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
       tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan seluruh TPA dikelola secara sanitary
       landfill sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas layanan pengelolaan
       sampah. Akan tetapi, implementasi Undang-Undang tersebut masih terkendala
       karena belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. Hal ini terlihat dari
       jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1,886.99 Ha,
       sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open dumping, 15,5% menggunakan
       metode controlled landfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary
       landfill.
             Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan
       sampah, dan belum pada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Upaya
       untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 2004–2009 juga
       masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan
       infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan
       kenaikan timbunan sampah yang meningkat 2–4% per tahun, diperburuk dengan
       semakin sulitnya mendapatkan lahan untuk dimanfaatkan sebagai TPA. Sedangkan di
       sisi yang lain percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih
       terbatas di 80 kawasan. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah
       dalam menerapkan prinsip 3R menyebabkan pengurangan volume timbulan sampah
       kurang signifikan. Selain itu, upaya pengurangan timbulan sampah melalui
       pemanfaatan teknologi pengolahan sampah belum dikembangkan.
            Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara
       profesional, antara lain ditunjukkan dengan belum adanya manajemen aset dan
       penyusunan business plan yang absah pada Perusahaan Daerah, sedangkan




3-12
                          --------------------------------------------------------------------------
                          RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh
baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan
minimnya kualitas sumber daya manusia. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi
pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah akibat belum
dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat,
kerjasama swasta, baik investasi swasta maupun dana CSR. Secara keseluruhan
sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%,
masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015).



3.1.4 PENGEMBANGAN AIR MINUM

      Cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional sampai dengan
tahun 2009 sebesar 25,61%, sedangkan capaian pelayanan non-perpipaan
terlindungi sebesar 22,02%, sementara itu total akses aman pelayanan air minum
secara nasional mencapai 47,63% 1 atau dapat melayani 59 juta jiwa. Untuk capaian
cakupan pelayanan air minum perpipaan kota pada tahun 2009 sebesar 35.03%
atau telah dapat melayani 44 juta jiwa dari target MDGs 47,38% tahun 2015,
sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi sebesar 14,76%,
sedangkan total akses aman pelayanan air minum perpipaan kota sebesar 49,79% 2.
Sedangkan capaian pelayanan air minum perpipaan desa sebesar 14,29% atau
telah dapat melayani 15 juta jiwa pada tahun 2009 dari target MDGs sebesar
19,76% tahun 2015, sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi
sebesar 31,36%, sedangkan total akses aman pelayanan air minum perdesaan
sebesar 45,65% 3.


1
  Sumber: Data BPS 2009
2
  Sumber: Data BPS 2009
3
  Sumber: Data BPS 2009




                          ---------------------------------------------------------------------------
                          RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-13
Akses air minum perpipaan mengalami stagnasi selama
        kurun waktu 1994-2006, hanya bertambah sekitar 2,18 persen.
        Pada tahun 2006 yang memiliki akses terhadap sistem
        perpipaan (PDAM) telah mencapai 18,38 persen dan akses
        terhadap sistem non-perpipaan terlindungi sebesar 43,57
        persen. Pada tahun 2007 pelayanan air minum perkotaan baru
        mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan
        pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%.
        Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan
        meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun
        2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat
        dari 8% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa), menjadi
        11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Disisi lain, menurut
        laporan regional terakhir mengenai status pencapaian MDGs
        untuk kawasan perdesaan, akses masyarakat terhadap sistem
        pelayanan air bersih non-perpipaan meningkat dari 38,2%
        (1994), menjadi 43,4% (2000) dan 57,2% (2006).
              Selain itu, penyediaan air minum berbasis masyarakat
        yang berpedoman pada Kebijakan Nasional Pembangunan Air
        Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat saat ini
        telah berkembang dengan pesat. Kegiatan penyediaan air
        minum berbasis masyarakat telah dilaksanakan di hampir
        seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan pendanaan
        yang bersumber dari anggaran pemerintah maupun pihak lain,
        seperti lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
        swasta (melalui kegiatan Corporate Social Responsibility) dan
        masyarakat. Namun dalam implementasinya masih menemui




3-14
       --------------------------------------------------------------------------
       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
kendala yakni ketiadaan peraturan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan
masyarakat. Faktor lainnya adalah kualitas sumber daya manusia pada lembaga
pengelolanya juga masih rendah. Demikian pula halnya keterlibatan swasta hingga
tahun 2009 masih tergolong rendah, khususnya pada penyediaan prasarana air
minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Skema kerjasama pemerintah
dengan swasta (KPS) hingga saat ini belum banyak dilaksanakan oleh pemda
maupun PDAM. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM
mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber pendanaan dari pihak lain, seperti
lembaga donor maupun pihak perbankan. Sementara sumber pendanaan dari pihak
swasta seperti dana Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum menjadi
sumber yang signifikan sehingga pendanaan air minum masih bertumpu pada
anggaran Pemerintah.
      Pada periode 2005-2009 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya
telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem
penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan
strategis yang jelas. Dalam sektor ini upaya pembinaan terhadap PDAM belum
memperlihatkan hasil yang signifikan. seperti tergambar dari 340 PDAM, sekitar 70%
kondisinya masih tidak sehat. Ini berarti hanya 79 PDAM yang sehat, sehingga pada
tahun 2008, utang non pokok PDAM yang dinyatakan sakit yang mencapai
Rp. 3,3 triliun terpaksa dihapuskan. Demikian halnya dengan utang PDAM yang
dikategorikan sehat juga dihapus melalui skema debt to swap investment yang
mencapai Rp. 1,1 triliun. Dengan demikian, jumlah keseluruhan hutang yang dihapus
mencapai Rp. 4,4 triliun.



                  ---------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-15
Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar PDAM
       masih menerapkan tarif dasar di bawah biaya produksi air
       minum. Disamping juga kapasitas sumber daya manusia dan
       pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya prinsip
       full-cost recovery dan manajemen aset sebagai prasyarat
       manajemen yang baik, serta belum disusunnya business plan
       yang absah. Sementara kinerja pengelola air minum dengan
       target penurunan angka kebocoran secara nasional baru pada
       kisaran 6-7% sehingga masih diperlukan upaya keras untuk
       mencapai angka 20% yang ditargetkan sebagai angka
       kebocoran secara nasional oleh RPJMN 2005-2009. Secara total
       saat ini belum mampu terpenuhi, termasuk kualitas air minum
       PDAM masih belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh
       Menteri Kesehatan. Tidak terolahnya limbah domestik dan non-
       domestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air
       baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum
       efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah
       hulu dan/atau daerah resapan menjadi penyebab semakin
       berkurangnya kuantitas air baku air minum. Penyusunan
       Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi
       dengan konsep pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
       mengakibatkan pemanfaatan ruang cenderung mengabaikan
       keberlanjutan ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Selain itu,
       ekstraksi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga dan
       industri turut mempengaruhi kuantitas dan kualitas air baku.
       Penerapan teknologi untuk pemanfaatan sumber air alternatif
       juga belum dijadikan sebagai suatu upaya alternatif dalam
       menjaga kuantitas dan kualitas air baku.




3-16
       --------------------------------------------------------------------------
       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Tabel 3.1 :
                     Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 – 2009

                                                  Target                                 Hasil Pelaksanaan                        Pencapaian
No   Program Utama/Prioritas        Unit          Review                                                                           TA. 2005-   % Capaian
                                                  Renstra       TA 2005      TA 2006        TA 2007       TA 2008      TA 2009       2009

1    Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan
a.   Skala kws

     1. Pengembangan           Kws                      347           89            56             48            78          60         331      95.39%
        kws Agropolitan
     2. Pengembangan           Kws                      584          119           161            157           225          47         709     121.40%
        Prasarana Sarana
        Perdesaan
        (DPP/KTP2D)
b.   Skala Lingkungan

     Dukungan                  Desa                 29,274        12,834         1,840          2,289          2,060      3,624      22,647      77.36%
     Infrastruktur
     Perdesaan


2    Peningkatan Kualitas Permukiman kws Kumuh dan Nelayan
a.   Penanggulangan            Kelurahan            40,648         4,680         7,277          8,991         10,001     11,039      41,988     103.30%
     Kemiskinan di
     Perkotaan (P2KP-
     PNPM)


b.   Penataan dan              Kelurahan                841           94           348            410           328         164         802      95.36%
     Perbaikan Lingkungan
     Permukiman (NUSSP)
                               Ha                     2,436       493.97     2,212.58        2,690.48     1,537.99       637.54    6,833.02     280.50%

                               Jiwa                465,335        28,355      350,240        376,237         332,330     61,529    783,123      168.29%

c.   Pembangunan Rumah         Unit                 30,000         2,084         2,200          4,592          4,433      5,539      18,848      62.83%
     Susun Sederhana
     Sewa (Rusunawa)
d.   Penataan Bangunan         Kelurahan                763          143           155            124           144         255         821     107.60%
     dan Lingkungan (PBL)




                                       ---------------------------------------------------------------------------
                                       RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                                                  3-17
Target                                  Hasil Pelaksanaan                            Pencapaian
       No   Program Utama/Prioritas          Unit         Review                                                                                TA. 2005-   % Capaian
                                                          Renstra       TA 2005       TA 2006        TA 2007      TA 2008        TA 2009          2009

       3    Pengembangan kws Perumahan dan Permukiman bagi MBR
       a.   Dukungan kws              Unit                  567,569       71,095       108,123        156,400         124,610     140,050       600,278      105.76%
            Perumahan PNS/TNI-
            Polri/Pekerja
       b.   Penyediaan
            Infrastruktur
            Permukiman
            1. kws                    Kawasan                                  41           62              53             47              1         204
               Terpencil/Pulau
               Kecil/Terluar
                                      Propinsi                   11            20           28              28             29              1          29     263.64%

            2. kws Perbatasan         Kawasan                    92            10           47              44             36           44           181     196.74%

       4    Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota
       a.   PS Air Minum
                                      L/det                   39,879        5,518         5,597          10,202          6,071       6,320         33,707      84.52%


                                      Jiwa                26,800,000    3,228,071     3,336,160       2,309,920    1,702,130      4,324,690    14,900,972      55.60%


       b.   Pengelolaan Air           Kab/Kota                   388           46            84             81             92          106           409      105.41%
            Limbah
             - Penduduk terlayani     Jiwa/KK              1,000,000      221,067       615,894         277,261        324,328     281,311      1,719,861     171.99%




       c.   Pengelolaan               Kab/Kota                   480          100           109             82             94          133           518      107.92%
            Persampahan
             - Penduduk terlayani     Jiwa                          -   1,704,181     2,415,323       2,608,432    4,750,239      7,543,756    19,021,931


       d.   Drainase                  Ha                       7,282        1,240         2,611            832             75        2,678          7,436     102.12%


       e.   Penataan dan              Kawasan                    266           29            60             63             30           42           224       84.21%
            Revitalisasi kws
            Perkotaan




3-18
                                                --------------------------------------------------------------------------
                                                RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
Target                                 Hasil Pelaksanaan                             Pencapaian
No   Program Utama/Prioritas          Unit          Review                                                                                TA. 2005-   % Capaian
                                                    Renstra       TA 2005      TA 2006        TA 2007       TA 2008        TA 2009          2009

5    Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana Alam
a.   Penanganan Tsunami        Unit                     5,500             -        3,000          1,500         3,503                -       8,003     145.51%
     di Aceh
                               Jiwa                   27,000              -      15,000           7,500        17,515                -      40,015     148.20%


b.   Rehabilitasi dan           Unit                  24,800              -     237,655        375,868                 -             -    613,523     2473.88%
     Rekonstruksi *)           (APBN)
                               Jiwa                  124,500              -     950,620       1,503,472                -             -   2,454,092    1971.16%

                               Unit (non                                  -        6,480          5,243         9,910                -      21,633
                               APBN)
                               Jiwa                                       -      25,920          20,972        39,640                -      86,532

6    Pembinaan Teknis Bangunan Gedung, Penataan Bangunan dan Lingkungan
                               Pendamping                 304           31            33            102           66            128            360     118.42%
                               an
                               Pedoman                    176           71            27             55                4         52            209     118.75%



          Keterangan :
          *) dilaksanakan oleh Pemda DIY dan Jateng dengan dana APBN sebesar Rp 5,4 triliun (sebanyak 613,523 unit)



                Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa Program
          Utama/Prioritas yang tidak mencapai target, yaitu: (i) Program Utama Pembangunan
          Infrastruktur Permukiman Perdesaan dengan Kegiatan Pengembangan Kawasan
          Agropolitan dan Dukungan Infrastruktur Perdesaan; (ii) Program Utama Peningkatan
          Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan dengan Kegiatan Pembangunan
          Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa);               (iii) Program Utama Fasilitasi
          Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota dengan Kegiatan Prasarana dan
          Sarana Air Minum serta Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan.
              Untuk Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan dari target sejumlah 347
          kawasan, hanya tercapai 331 kawasan pada tahun 2009, sedangkan Kegiatan



                                         ---------------------------------------------------------------------------
                                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                                                       3-19
Dukungan Infrastruktur Perdesaan hanya tercapai 22.647 desa pada tahun 2009 dari
       target 29.274 desa.
            Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dari
       target 30.000 unit hanya tercapai 18.848 unit. Kegiatan Prasarana dan Sarana Air
       Minum hanya tercapai 33.707 L/detik (14.900.972 jiwa) dari target 39.879 L/detik
       (26.800.000 jiwa). Sedangkan Kegiatan Penataan dan Revitalisasi Kawasan
       Perkotaan dari target 266 kawasan hanya tercapai 224 kawasan.
             Adapun kendala umum yang dihadapi dalam pencapaian target karena
       terbatasnya alokasi dana yang diberikan, kurangnya komitmen pemerintah daerah
       untuk memenuhi Dana Daerah Untuk Pembangunan Bersama (DDUPB) yang
       dibutuhkan, kurang siapnya ketersediaan lahan serta kurang siapnya pemerintah
       daerah untuk memenuhi kriteria kesiapan proyek (readiness criteria) yang telah
       ditetapkan.




3-20
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
3.2 PERMASALAHAN UMUM
     Permasalahan dan kondisi pembangunan prasarana dan sarana bidang Cipta
Karya terdiri dari permasalahan umum serta permasalahan spesifik untuk setiap
sektor bidang Cipta Karya (air minum, sanitasi, pengembangan permukiman,
penataan bangunan dan lingkungan).
     Adapun permasalahan umum dalam pembangunan prasarana dan sarana
bidang Cipta Karya yang utama terdiri dari :
     a. Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi dan belum disertai oleh tingkat
        kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang diakibatkan
        oleh pertumbuhan urbanisasi tersebut maupun oleh ”backlog” yang sudah
        ada sebelumnya.
     b. Adanya disparitas regional secara ekonomi, dan hal ini sangat terkait
        dengan tidak meratanya ketersediaan infrastruktur dan layanan bidang
        Cipta-Karya.
     c. Demikian pula, ketersediaan infrastruktur dan layanan ke-Cipta-Karya-an
        belum merata ke semua golongan masyarakat (umumnya, golongan
        masyarakat berpenghasilan rendah belum mendapat layanan yang setara
        dengan layanan bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah dan
        atas).
     d. Degradasi lingkungan perkotaan pada umumnya, dan belum berperannya
        secara maksimal pembangunan bidang ke-Cipta-Karya-an dalam turut
        menciptakan kota-kota yang asri dan lestari (berkelanjutan).
     e. Wajah fisik perkotaan yang semakin ”semrawut” akibat belum maksimalnya
        perencanaan dan penerapan tata-bangunan dan lingkungan kawasan
        perkotaan.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-21
f.   Keterbatasan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur ke-
                 Cipta-Karya-an padahal bidang ini sudah menjadi salah satu urusan wajib
                 dari pemerintah daerah.


       3.3 PERMASALAHAN PER SEKTOR
       a.   Pengembangan Permukiman.
            i. Masih luasnya kawasan kumuh.
            ii. Masih terbatasnya Prasarana Sarana Dasar pada Daerah Tertinggal, Pulau
                Kecil, Daerah Terpencil, dan Kawasan Perbatasan.
            iii. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

       b.   Penataan Bangunan dan Lingkungan.
            i. Penataan Lingkungan Permukiman.
                 •   Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi
                     kebakaran.
                 •   Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL
                     untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan
                     infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman.
                 •   Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan
                     ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage.
                 •   Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan
                     permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran
                     daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
                     pemenuhan Standar Pelayanan Minimal.




3-22
                           --------------------------------------------------------------------------
                           RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
ii. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.
        •   Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
            efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah
            Negara.
        •   Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metro, besar,
            sedang, kecil di seluruh Indonesia.
        •   Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan
            pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan,
            kesehatan, kenyamanan dan kemudahan).
     iii. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau.
        Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka,
        sarana olah raga.
     iv. Kapasitas Kelembagaan Daerah.
        •   Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam
            pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan.
        •   Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
            peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.
        •   Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan
            gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

c.   Penyehatan Lingkungan Permukiman.
     i. Sektor Air Limbah.
        •   Belum optimalnya penanganan air limbah.
        •   Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah.
        •   Belum optimalnya manajemen air limbah.
            - Belum optimalnya perencanaan.
            - belum memadainya penyelenggaraan air limbah.




                  ---------------------------------------------------------------------------
                  RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-23
ii. Sektor Drainase.
               •   Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini.
               •   Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.
            iii. Sektor Persampahan.
               •   Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi,
                   jumlah sampah per kapita meningkat).
               •   Belum optimalnya manajemen persampahan.
                   - belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan
                      monitoring dan evaluasi).
                   - belum memadainya pengelolaan layanan persampahan (kapasitas,
                      pendanaan dan aset manajemen).
                   - belum memadainya penanganan sampah.

       d.   Pengembangan Air Minum.
            i. Kelembagaan dan peraturan perundangan.
               •   Masih rendahnya kapasitas SDM maupun kelembagaan penyelenggara
                   air minum di daerah.
               •   Mindset penyelenggaraan, tugas, dan kewenangan dalam pelayanan air
                   minum masih harus dirubah.
               •   Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan
                   SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat
                   lemah.
               •   Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara
                   SPAM (PDAM), termasuk rekruitmen SDM belum terpadu dengan
                   program pengembangan SDM Penyelenggara SPAM.
               •   Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran
                   badan pengelola SPAM di daerah.




3-24
                          --------------------------------------------------------------------------
                          RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
ii. Terbatasnya pendanaan.
   •   Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan
       untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan yang
       diantaranya disebabkan oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya
       beban utang.
   •   Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari
       pinjaman luar negeri daripada mengembangkan alternatif pendanaan
       dalam negeri.
   •   Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam
       pengembangan SPAM masih rendah.
iii. Menurunnya kuantitas air baku.
   •   Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas
       akibat pengelolaan daerah tangkapan air yang kurang baik.
   •   Kualitas sumber air baku semakin menurun akibat meningkatnya
       aktivitas dan kegiatan masyarakat dan industri tidak disertai dengan
       perlindungan terhadap lingkungan.
   •   Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah
       yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi sehingga
       pemanfaatan air baku yang lintas wilayah seringkali menimbulkan
       konflik.
   •   Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan
       konflik kepentingan di tingkat pengguna.
iv. Masih rendahnya cakupan dan kualitas pelayanan.
   •   Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan berkisar antara 10%-50%
       dengan kehilangan rata-rata sekitar 37% pada tahun 2004 dan tekanan
       air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.




             ---------------------------------------------------------------------------
              RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  3-25
•   Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas untuk
                   masyarakat menengah ke atas di perkotaan, sementara pelayanan air
                   minum untuk masyarakat miskin selain belum memadai, juga harus
                   membayar lebih mahal.
            v. Masih rendahnya partisipasi                    masyarakat             dan       dunia   usaha   dalam
               penyelenggaraan air minum.

       e.   Pengembangan Kelembagaan.
            i. Belum optimalnya perencanaan pengembangan sumber daya manusia.
            ii. Belum memadainya struktur organisasi yang responsif terhadap tantangan
                pembangunan bidang Cipta Karya.
            iii. Belum tersusunnya tata laksana organisasi yang sesuai dengan prinsip good
                 governance untuk meningkatkan daya saing kota/kabupaten.
            iv. Belum    efektifnya  pengembangan   tim  koordinasi  pembangunan
                kota/kabupaten/provinsi dalam pengembangan prasarana bidang Cipta
                Karya.




3-26
                         --------------------------------------------------------------------------
                         RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
3.4 TANTANGAN
    Berdasarkan permasalahan dan kondisi yang ada, maka tantangan dalam
pembangunan infrastruktur permukiman adalah sebagai berikut :
a.  Meningkatkan keterpaduan pembangunan prasaranan dan sarana bidang
    permukiman (Cipta Karya).
b.  Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan.
c.  Memperluas akses pelayanan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
    Karya).
d.  Meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dan masyarakat dalam
    pendanaan pembangunan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta
    Karya).




                 ---------------------------------------------------------------------------
                 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                   3-27
Ba b 4
       VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN
                            INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN



4.1 VISI DAN MISI
     Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap
tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta
Karya adalah “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang
layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi
tersebut adalah:

-   Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai
    persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan
    Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan
    perdesaan.

-   Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang                                   dapat
    menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman.




                   --------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                          4-1
-   Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat
          menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu
          bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya.

      -   Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman
          dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang.

         Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun
      2010 – 2014 adalah:

      1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan
         perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial,
         sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka
         pengembangan wilayah.




4-2
                        --------------------------------------------------------------------------
                        RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah
   daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan
   infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola
   investasinya.

3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan
   gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan
   gedung.

4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah
   perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal
   termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
   profesional dengan menerapkan prinsip good governance.


4.2 TUJUAN
     Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang
akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan
meliputi:
1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian
   permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk
   adaptasi dan mitigasi perubahan iklim).
2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan
   (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan
   kesejahteraan masyarakat.




                   --------------------------------------------------------------------------
                   RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014                  4-3
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014

Contenu connexe

Tendances

4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptxIrwin Sopyanudin
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)boenkredho
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanAnggit T A W
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Joy Irman
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)infosanitasi
 
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Joy Irman
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxArifin Abidin
 
Busines Plan PDAM Tirta
Busines Plan PDAM TirtaBusines Plan PDAM Tirta
Busines Plan PDAM TirtaBoykePSirait
 
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Baliushfia
 
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Joy Irman
 
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA PD.pptx
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA  PD.pptxSOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA  PD.pptx
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA PD.pptxMohamadSofiyullah
 
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimKepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimVerry Damayanti
 
Studi Kelayakan Persampahan
Studi Kelayakan PersampahanStudi Kelayakan Persampahan
Studi Kelayakan PersampahanJoy Irman
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategisardinmarL
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaaninfosanitasi
 
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBILaporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBIOcy Partilova
 
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIRancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIaliyudhi_h
 
Paparan forum skpd
Paparan forum skpdPaparan forum skpd
Paparan forum skpdasholahuddin
 

Tendances (20)

4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
4 Paparan Musrenbang RKPD Tahun 2023_KOTA SERANG.pptx.pptx
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional KesehatanBuku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
Buku Juknis Bantuan Operasional Kesehatan
 
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana Pembangunan...
 
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
 
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...
 
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptxPERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DAN CARA PENAGANAN.pptx
 
Busines Plan PDAM Tirta
Busines Plan PDAM TirtaBusines Plan PDAM Tirta
Busines Plan PDAM Tirta
 
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan BaliStatus RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
Status RTRW dan RDTR Jawa dan Bali
 
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
Isu strategis, permasalahan dan tantangan pengembangan sistem pengelolaan air...
 
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA PD.pptx
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA  PD.pptxSOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA  PD.pptx
SOSIALISASI PERMENDAGRI 86 RENJA PD.pptx
 
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkimKepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
Kepmen 534 2001 spm tt ruang perkim
 
Studi Kelayakan Persampahan
Studi Kelayakan PersampahanStudi Kelayakan Persampahan
Studi Kelayakan Persampahan
 
Perumusan isu strategis
Perumusan isu strategisPerumusan isu strategis
Perumusan isu strategis
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
 
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBILaporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI
Laporan perjalanan dinas PUSKESMAS RAWANG KOTA SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI
 
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM IIIRancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
Rancangan Proyek Perubahan Diklat PIM III
 
Paparan forum skpd
Paparan forum skpdPaparan forum skpd
Paparan forum skpd
 

En vedette

Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)infosanitasi
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaJoy Irman
 
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspRoadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspJoy Irman
 
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Joy Irman
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiJoy Irman
 
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaManual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaJoy Irman
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiJoy Irman
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatinfosanitasi
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Joy Irman
 
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)infosanitasi
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Joy Irman
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanJoy Irman
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Joy Irman
 

En vedette (15)

Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
Aliansi Fasilitator Sanitasi Indonesia (AFSI)
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
 
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppspRoadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
Roadmap program percepatan pembangunan sanitasi permukiman ppsp
 
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangu...
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
 
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi KotaManual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
Manual C Penyusunan Strategi Sanitasi Kota
 
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak SanitasiManual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
Manual D Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi
 
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanPerencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan Pemekatan
 
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan
 
Perencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempatPerencanaan sanitasi sistem setempat
Perencanaan sanitasi sistem setempat
 
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
 
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Operasi dan pemeliharaan unit Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
 
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...
 
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan PersampahanPeraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Persampahan
 
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
Opsi Teknologi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) - Controlled Landfill dan...
 

Similaire à Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014

Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Joy Irman
 
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...Penataan Ruang
 
Lampiran 04 sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024
Lampiran 04   sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024Lampiran 04   sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024
Lampiran 04 sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024yendrams
 
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdf
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdfPERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdf
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdfpramiocapello
 
01. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-200701. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-2007bintang purba
 
tim teknis dak.docx
tim teknis dak.docxtim teknis dak.docx
tim teknis dak.docxdisperkim
 
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxrazitakhalyla
 
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-201426 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014Rahmad Nugroho
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdffirmanfds
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negaraheru sutono, iai
 
Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)rindwa adhi
 
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdf
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdfPermen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdf
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdfRoySiadari1
 
Penguatan Sistem Inovasi Daerah
Penguatan Sistem Inovasi DaerahPenguatan Sistem Inovasi Daerah
Penguatan Sistem Inovasi DaerahMuh Saleh
 
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdf
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdfPermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdf
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdfalgi5
 
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021CIkumparan
 
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...SariWinoto
 
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdf
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdfPermen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdf
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdfssuser087c2d
 

Similaire à Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 (20)

Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
 
RENSTRA KEMENTRIAN PU
RENSTRA KEMENTRIAN PURENSTRA KEMENTRIAN PU
RENSTRA KEMENTRIAN PU
 
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...
Permen PU Nomor 23 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan Menteri Nomor:02/PR...
 
Lampiran 04 sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024
Lampiran 04   sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024Lampiran 04   sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024
Lampiran 04 sk menteri pupr 1792-2020 - pengurus lpjk pupr periode 2021-2024
 
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdf
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdfPERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdf
PERMEN NOMOR 11 TAHUN 2O2O.pdf
 
01. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-200701. penjelasan umum 17 09-2007
01. penjelasan umum 17 09-2007
 
tim teknis dak.docx
tim teknis dak.docxtim teknis dak.docx
tim teknis dak.docx
 
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docxJuknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
Juknis penggunaan dak bidang pkp ta 2012-final-10 feb 2012-print docx
 
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-201426 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
26 m kpiii2013 salinan perubahan renstra krt 2010-2014
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
26mkpiii2013salinanperubahanrenstrakrt2010 2014-140130004953-phpapp01.pdf
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
 
Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)
 
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdf
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdfPermen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdf
Permen-PUPR-No-8-Tahun-2020 JUKNIS DAK.pdf
 
Penguatan Sistem Inovasi Daerah
Penguatan Sistem Inovasi DaerahPenguatan Sistem Inovasi Daerah
Penguatan Sistem Inovasi Daerah
 
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdf
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdfPermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdf
PermenPU no 15 tahun 2012 pedoman RTR-KSN.pdf
 
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021
Kepmen pupr1419 kpts_m_2021-2021
 
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...
TABEL PERSANDINGAN DELI SERDANG 7Desember2020_versi kawasan transportasi_para...
 
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdf
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdfPermen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdf
Permen PUPR Nomor 20 Tahun 2016.pdf
 

Plus de Joy Irman

Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan EvaluasiInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan EvaluasiJoy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganJoy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Joy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanJoy Irman
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Joy Irman
 

Plus de Joy Irman (20)

Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Wewenang dan Tanggung ...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Pemantauan, Evaluasi d...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kelembagaan, Administr...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Tahap Konstruksi Pelak...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kebijakan dan Strategi...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...
 
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Kamus, Istilah dan Def...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan EvaluasiInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Pemantauan dan Evaluasi
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan KeuanganInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Aspek Pembiayaan dan Keuangan
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Penyelenggaraan Pelaksanaan Konstr...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Bangunan Penunjan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi & Pekerjaan Mekan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi - Unit Pembuangan...
 
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit PengolahanInstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Tahap Konstruksi Unit Pengolahan
 
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)
 

Dernier

10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptxerlyndakasim2
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangRadhialKautsar
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelHaseebBashir5
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptAkuatSupriyanto1
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptnugrohoaditya12334
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaHaseebBashir5
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxKartikaFebrianti1
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxerlyndakasim2
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiHaseebBashir5
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"HaseebBashir5
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)DenniPratama2
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptxerlyndakasim2
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 

Dernier (20)

10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx10. (D)  LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
10. (D) LEASING (PSAK-73-Sewa-20012020) .pptx
 
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barangContoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
Contoh contoh soal dan jawaban persediaan barang
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs TogelTogel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
Togel Online: Panduan Lengkap tentang Dkitoto, Dkitogel, dan Situs Togel
 
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung pptPresentasi Root Cause Diagram bandung ppt
Presentasi Root Cause Diagram bandung ppt
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.pptMANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
MANAJEMEN-ASET SEKTOR PUBLIK1111111-.ppt
 
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di IndonesiaJudul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
Judul: Memahami Jabrix4D: Situs Togel dan Slot Online Terpercaya di Indonesia
 
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docxCONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
CONTOH RUK PPI TAHUNAN PUSKESMAS 00.docx
 
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptxRISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
RISK BASED INTERNAL AUDIT - AUDITING .pptx
 
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar JudiCimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak""Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
"Melompati Ramtoto: Keterampilan dan Kebahagiaan Anak-anak"
 
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
Teknik Proyeksi Bisnis (Peramalan Bisnis)
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
10. (C) MERGER DAN AKUISISI Presentation.pptx
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014

  • 1.
  • 2.
  • 3. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA JL. Pattimura 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Telp. 021-72796588, Fax. 021-72796588 Jakarta, 10 Mei 2010 Kepada Yang terhormat : 1. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2. Sekretaris Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 3. Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seluruh Indonesia di – Tempat Perihal : Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014 SURAT EDARAN Nomor: 03/SE/DC/2010 Dalam rangka melaksanakan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014, perlu menetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2010-2014 dengan Surat Edaran Direktur Jenderal sebagai berikut: a. UMUM Yang dimaksud dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang selanjutnya disebut Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah dokumen perencanaan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 i
  • 4. b. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Rumah Negara; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan; 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota; 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 15. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014; -------------------------------------------------------------------------- ii RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 5. c. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 1. Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum meliputi uraian tentang Amanat Undang-Undang, Tugas, Fungsi dan Kewenangan serta Peran Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kondisi dan Tantangan serta Isu Strategis, Visi dan Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya, Tujuan, Sasaran, Arah Kebijakan, Strategi, Program, Kegiatan dan Target Capaian yang dilengkapi dengan pendanaan, indikator output, outcome dan Indikator Kinerja Utama (IKU). 2. Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum merupakan acuan untuk menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan program 5 (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal. d. RUANG LINGKUP 1. Program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum harus dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran program per wilayah (kota/ kabupaten/provinsi) sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah-nya dan mengacu kepada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) setiap kota/kabupaten/provinsi. 2. Perwujudan program, kegiatan, dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan di dalam Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum ini akan dicapai melalui pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. e. PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktur Bina Program, Direktur Pengembangan Permukiman, Direktur Pengembangan Air Minum, Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 iii
  • 6. Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat ditindaklanjuti yang menjadi acuan untuk menyusun Rencana Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya yang dijabarkan lebih lanjut oleh setiap Direktorat/Satminkal di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam penyusunan program 5 (lima) tahun masing-masing Direktorat/Satminkal Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Mei 2010 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM, BUDI YUWONO P. Tembusan disampaikan kepada yth: 1. Menteri Pekerjaan Umum (sebagai laporan); 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum; -------------------------------------------------------------------------- iv RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 7. Kata Pengantar Direktur Jenderal Cipta Karya Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 yang tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2010 maka perlu disusun Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 dibuat dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 tanggal 29 Januari 2010. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 ini memuat arahan mandat Undang-Undang, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Visi, Misi dan Tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya, serta Rincian Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014. Selanjutnya Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010-2014 dapat menjadi acuan bagi setiap Satminkal/Direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menyusun Program dan Kegiatan setiap tahun mulai tahun 2010 hingga tahun 2014. Semoga buku ini bermanfaat sebagai acuan dalam Penyusunan Program, Rencana Kerja serta Anggaran Direktorat Jenderal Cipta Karya mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013 sampai dengan tahun 2014. Jakarta, Mei 2010 Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono P. -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 v
  • 8.
  • 9. Daftar Isi Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i Kata Pengantar ............................................................................................................ v Daftar Isi .................................................................................................................. vi Daftar Tabel .............................................................................................................. viii Daftar Gambar .......................................................................................................... viii Daftar Lampiran ......................................................................................................... ix Bab 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1-1 1.1 Umum ................................................................................................... 1-1 1.2 Mandat Tugas, Fungsi dan Kewenangan .................................................. 1-2 1.3 Peran Infrastruktur Permukiman ............................................................. 1-6 Bab 2 ISU STRATEGIS ...................................................................................... 2-1 Bab 3 KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN ................................................................................... 3-1 3.1 Kondisi Umum Pencapaian ...................................................................... 3-1 3.1.1 Pengembangan Permukiman....................................................... 3-1 3.1.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan ........................................... 3-6 3.1.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman .......................................... 3-8 3.1.4 Pengembangan Air Minum ........................................................ 3-13 3.2 Permasalahan Umum ........................................................................... 3-21 3.3 Permasalahan Per Sektor ...................................................................... 3-22 3.4 Tantangan ........................................................................................... 3-27 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 vi
  • 10. Bab 4 VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN............................................................ 4-1 4.1 Visi dan Misi .......................................................................................... 4-1 4.2 Tujuan .................................................................................................. 4-3 4.3 Sasaran ................................................................................................. 4-4 4.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) .............................................................. 4-14 Bab 5 ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI ..................................................... 5-1 5.1 Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan .............................................................................................. 5-1 5.2 Kebijakan dan Strategi Sektor ................................................................. 5-3 5.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ................................................................ 5-3 5.2.2 Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan .......................................................... 5-5 5.2.3 Kebijakan dan Strategi Nsional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman ........................................... 5-7 5.3 Kebijakan dan Strategi Pembiayaan....................................................... 5-10 5.4 Kebijakan dan Strategi Keterpaduan Penanganan Infrastruktur Permukiman ..................................................................... 5-15 Bab 6 PROGRAM DAN KEGIATAN ..................................................................... 6-1 6.1 Program dan Kegiatan 2010-2014 ........................................................... 6-1 6.2 Pendanaan Cipta Karya 2010-2014 .......................................................... 6-9 Bab 7 P E N U T U P ..................................................................................... 7-1 -------------------------------------------------------------------------- vii RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 11. Daftar Tabel Tabel 3.1 : Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 – 2009 ..... 3-17 Tabel 5.2 : Rencana Proyek KPS Air Minum Tahun 2010-2016 ....................................... 5-12 Tabel 5.3 : Usulan Kegiatan PHLN 2010-2014 ............................................................... 5-13 Tabel 6.1 : Rekapitulasi Ditjen Cipta Karya ................................................................... 6-10 Tabel 6.2 : Sub Bidang Pengembangan Permukiman ..................................................... 6-10 Tabel 6.3 : Sub Bidang Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan ............................ 6-11 Tabel 6.4 : Sub Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................ 6-12 Tabel 6.5 : Sub Bidang Pengembangan Air Minum ........................................................ 6-12 Tabel 6.6 : Sekretariat Direktorat Jenderal.................................................................... 6-13 Tabel 6.7 : Direktorat Bina Program ............................................................................. 6-13 Tabel 6.8 : Matrik Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 ............ 6-14 Daftar Gambar Diagram 5.1 Kedudukan Rencana Program Investasi Jangka Menengah ......................... 5-17 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 viii
  • 12. Daftar Lampiran Lampiran-1 : Matrik Arahan RPJP Nasional 2005-2025 Dalam Penyusunan RPJMN Bidang Cipta Karya 2010-2014 Lampiran-2 : Matrik Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Cipta Karya Lampiran-3 : Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 Lampiran-4: Daftar Rencana Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastrutkur -------------------------------------------------------------------------- ix RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 13. Ba b 1 PENDAHULUAN 1.1 UMUM Sejalan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan juga Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, maka penyusunan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran dari kedua dokumen tersebut diatas. Dokumen Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014, akan memuat isu strategis, kondisi pencapaian hingga tahun 2014, pemasalahan dan tantangan infrastruktur permukiman, visi, misi dan tujuan, kebijakan dan strategi serta program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai Satminkal di Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pencapaian RPJM Nasional. Susunan Renstra Ditjen. Cipta Karya 2010-2014 dimulai dengan pemaparan tentang kondisi dan tantangan penyelenggaraan bidang Cipta Karya; visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Cipta Karya; strategi penyelenggaraan Cipta Karya; serta program dan kegiatan. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 1-1
  • 14. 1.2 MANDAT TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN Pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya dilaksanakan dengan memperhatikan mandat yang tercantum dalam perangkat peraturan sebagai berikut: 1. UU No. 72 Tahun 1957 tentang penjualan rumah-rumah negeri kepada pegawai negeri yaitu untuk mengatur penjualan rumah-rumah negeri beserta tanahnya. 2. UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang bertujuan untuk mengatur: (i) pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya; (ii) meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang; (iii) memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat. 3. UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang bertujuan menata dan mengelola perumahan dan permukiman, baik di daerah perkotaan dan perdesaan agar lebih terpadu dan terkoordinasi. 4. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang bertujuan untuk mewujudkan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan, yang diwujudkan dengan adanya: (i) keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; (ii) keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia serta; (iii) terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. 1-2 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 15. 5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup yang bertujuan untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan. 6. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan persampahan agar dapat menjamin peningkatan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah menjadi sumber daya (resources). 7. PP No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum yang bertujuan untuk: (i) mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau; (ii) tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa layanan, dan; (iii) tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum. 8. PP No 35 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan UU Bangunan Gedung yang bertujuan mengatur ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaran bangunan gedung, peran masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. 9. PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) bertujuan sebagai pedoman dalam: (i) penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; (ii) penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; (iii) pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; (iv) perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; (v) penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; (vi) penataan ruang kawasan strategis nasional, dan; (vii) penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 1-3
  • 16. 10. Permen PU No. 494/PRT/M/2005 tentang KSNP-Kota yang bertujuan sebagai pedoman untuk penyiapan pengaturan dan rencana pengembangan perkotaan baik di tingkat pusat maupun daerah sesuai dengan kondisi dan potensi setempat. 11. Permen PU No. 20/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPAM yang bertujuan sebagai pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem penyediaan air minum berkualitas, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat. 12. Permen PU No. 21/PRT/M/2006 tentang KSNP-SPP (Sistem Pengelolaan Persampahan) yang bertujuan sebagai pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan, baik di tingkat pusat, maupun daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat. 13. Permen PU No 16//PRT/M/2008 tentang KSNP-SPALP (Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman) bertujuan sebagai pedoman dan arahan dalam penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, pelaksanaan, dan pengelolaan dalam penyelenggaraan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman, baik bagi pemerintah pusat, maupun daerah, dunia usaha, swasta, dan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat. Selain undang-undang tersebut di atas yang mengatur tugas dan fungsi Ditjen. Cipta Karya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, telah diatur tugas dan kewenangan Ditjen. Cipta Karya. Kewenangan dalam aspek pembangunan di bidang Cipta Karya, pada prinsipnya hampir semua lingkup tugas pelaksanaan pembangunan di bidang ini 1-4 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 17. merupakan tanggung-jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan juga dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah Pusat melaksanakan tugas-tugas TURBINWAS dan yang bersifat concurrent atas permintaan daerah dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional dan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis bidang Cipta Karya. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyusunan kebijakan, program dan anggaran, serta evaluasi kinerja pembangunan bidang Cipta Karya; b) pembinaan teknis dan penyusunan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) untuk air minum, air limbah, persampahan, drainase, terminal, pasar, dan fasos-fasum lainnya; c) fasilitasi pembangunan dan pengelolaan infrastruktur permukiman perkotaan dan perdesaan; d) pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi air minum dan sanitasi melalui kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, serta standardisasi bidang perumahan, air minum, penyehatan lingkungan permukiman, dan tata bangunan; e) penyediaan infrastruktur pekerjaan umum bagi pengembangan kawasan perumahan rakyat; f) fasilitasi pembangunan rumah susun dalam rangka peremajaan kawasan; g) penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan kumuh/nelayan, perdesaan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, dan pulau-pulau kecil; h) penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin dan rawan air; i) pembinaan teknis dan pengawasan pembangunan bangunan gedung, dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara; j) penanggulangan darurat dan perbaikan kerusakan infrastruktur permukiman akibat bencana alam dan kerusuhan sosial; dan k) pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 1-5
  • 18. 1.3 PERAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) mempunyai manfaat langsung untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kualitas lingkungan, karena semenjak tahap konstruksi telah dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekaligus menggerakkan sektor riil. Sementara pada masa layanan, berbagai multiplier ekonomi dapat dibangkitkan melalui kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur. Infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) yang telah terbangun tersebut pada akhirnya juga memperbaiki kualitas permukiman. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu: a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja; c) meningkatkan kualitas lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan infrastruktur permukiman. Untuk mewujudkan tiga strategic goal di atas tugas pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya (Permukiman) diwujudkan dengan dua pendekatan: i) pendekatan skala kabupaten kota melalui tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan bidang permukiman; ii) pendekatan skala kawasan melalui tugas pembangunan infrastruktur bidang permukiman. 1-6 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 19. Ba b 2 ISU STRATEGIS Isu Strategis Pembangunan Bidang Cipta Karya 2010-2014 meliputi isu-isu baru dan penting yang diperkirakan akan memberikan dampak potensial bagi pelayanan prasarana dan sarana permukiman bidang Cipta Karya pada kurun waktu lima tahun mendatang, yaitu meliputi: a. Proporsi penduduk perkotaan yang bertambah Saat ini arus urbanisasi perkotaan mengalami peningkatan yang amat tajam. Proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat dari 35,9 persen pada tahun 1995 menjadi 48,3 persen pada 2005. Diperkirakan tren yang berkembang akan terus terjadi sehingga sebelum tahun 2010 jumlah penduduk perkotaan secara nasional telah melampaui jumlah penduduk perdesaan, dan diperkirakan pada tahun 2025 nanti 68,3 persen penduduk Indonesia akan mendiami kawasan perkotaan. Fenomena ini bisa kita sikapi melalui dua pendekatan, yaitu sebagai sinyalemen berkembangnya aktivitas di perkotaan yang tentunya merupakan indikasi bangkitnya perekonomian negara. Tetapi di sisi lain, hal ini juga mengindikasikan kuatnya pengaruh kota, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan wilayah yang tidak konstruktif antara kota besar-kota menengah atau antara kota-desa. Proses --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 2-1
  • 20. urbanisasi yang terjadi saat ini lebih banyak didorong oleh terbatasnya lapangan kerja di daerah perdesaan. b. Angka kemiskinan perkotaan yang masih tinggi. Urbanisasi yang tinggi seringkali diikuti oleh meningkatnya angka kemiskinan di Indonesia, akibat ketiadaan lapangan pekerjaan, tingginya standar kehidupan di perkotaan dan lain sebagainya. Di tahun 2006 angka kemiskinan di kawasan perkotaan naik menjadi 14,29 juta jiwa dari sebelumnya sebesar 12,4 juta jiwa penduduk pada tahun 2005. Jumlah penduduk miskin yang besar dapat berakibat pada meluasnya kawasan kumuh di perkotaan yang berujung pada ketidakmampuan pemerintah kota menuju kota yang layak huni. Saat ini sekitar 18% atau 21,25 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di kawasan kumuh yang terletak di kawasan perkotaan dengan luas mencapai sekitar 42.500 Hektar. Data BPS menunjukkan bahwa sekitar 14 % dari total perumahan di Indonesia merupakan kawasan kumuh perkotaan, yang rata-rata terletak di bantaran sungai dan tepi pantai. Hal ini menjadi perhatian utama dalam rangka pencapaian MDG tujuan ke tujuh yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dan sasaran ke 11; Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020. Kenyataannya rata-rata kawasan kumuh terletak di perkotaan, maka oleh karena itu Pemerintah menaruh perhatian besar pada penanganan kawasan kumuh di kawasan perkotaan. c. Kota Sebagai Engine of Growth Perkembangan ekonomi perkotaan terkait dengan perkembangan ekonomi nasional dan juga sebaliknya. Dalam studi yang dilakukan Bappenas di tahun 2003 dikemukakan peranan perkotaan yang sangat signifikan sebagai penghela pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya peranan kota-kota besar dengan jumlah 2-2 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 21. penduduk di atas 700 ribu dan kota menengah dengan jumlah penduduk antara 200 ribu dan 700 ribu. Kota-kota besar dan menengah yang berjumlah 37 kota, atau 9% dari total jumlah daerah, mempunyai sumbangan 40% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sedangkan bila dipisahkan kota-kota besar saja, yang hanya berjumlah 14 kota saja, atau hanya 3,4% dari total jumlah daerah, mampu menyumbang 30% dari total PDB nasional. Berdasarkan data-data di atas sudah sangat jelas bahwa kota merupakan motor dari pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, ketika terjadi krisis ekonomi, kota sebagai “back bone” dari kerangka ekonomi nasional juga mengalami kontraksi yang parah. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 2-3
  • 22. d. Desentralisasi Era desentralisasi yang berjalan membawa dampak yang teramat besar bagi perkembangan perkotaan di Indonesia. Perubahan ini terlihat pada beberapa kota yang perkembangannya bergerak menjadi lebih besar. Perkembangan ini dikhawatirkan akan menimbulkan persoalan internal dan eksternal kota. Persebaran kota di Indonesia saat ini lebih banyak terpusat di Pulau Jawa, dengan 32 dari 91 kota administratif berada di pulau Jawa. Angka ini bisa bertambah apabila kita mengidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan yang merupakan kawasan perkotaan terletak di wilayah administratif Kabupaten. Pembangunan perkotaan yang pada awalnya dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah Pusat berubah. Saat ini Pemerintah Daerah memegang peranan utama dalam mengarahkan pembangunan perkotaan. Implikasi dari ini, strategi pembangunan perkotaan yang skala nasional tidak bisa serta merta diimplementasikan ke daerah. Pola pembangunan perkotaan saat ini tentunya menekankan kepada optimalisasi sumber daya lokal yang kompetitif. Di satu sisi, Desentralisasi berhasil membawa Pemerintah Daerah dalam nuansa kompetisi yang kondusif untuk mendorong pembangunan perkotaan di masing- masing daerah. Akan tetapi di sisi lain, pembangunan yang ekspansif dan tidak terencana justru membahayakan daya dukung kota, terutama di Kota Besar dan Metropolitan. e. Kerusakan Lingkungan Hidup Kerusakan lingkungan hidup perkotaan berkaitan dengan meningkatnya penggunaan ruang dan sumber daya alam di permukaan, di bawah dan di atas tanah kawasan perkotaan yang tidak terkendali. Misalnya, penggunaan air tanah yang sudah berlebihan menyebabkan sulitnya masyarakat memperoleh air bersih, sementara penyediaan air bersih oleh PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh masing-masing rumah tangga sekarang sudah ini mengharuskan pemasangan pipa penyedot sampai 2-4 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 23. puluhan meter di bawah tanah, hal tersebut terasa sulit terutama di lingkungan perumahan padat penduduk seperti kawasan perumnas dan BTN, yang kavling tanahnya kecil-kecil. Demikian pula dengan masalah lalu-lintas di kawasan perkotaan yang belum dapat tertangani dengan baik, sehingga kemacetan lalu-lintas dan kecelakaan lalu-lintas sudah menjadi pemandangan umum sehari-hari. Persoalan tersebut merupakan bagian dari persoalan pemborosan potensi kemampuan Pemerintah Daerah dalam pembangunan perkotaan. Fakta lain yang cukup menonjol yang sedang terjadi sekarang ini adalah adanya kota-kota baru dari semula berupa pusat-pusat permukiman transmigrasi. Kecenderungan ini tentunya akan memakan anggaran pembangunan, yang mungkin saja tidak sebesar biaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan perkotaan yang sudah ada, selain berpotensi merusak keasrian lingkungan hidup. f. Daya Saing Kota dan Demokratisasi Di era globalisasi saat ini, kota-kota di Indonesia tidak hanya harus bersaing dengan kota di dalam negeri semata, persaingan terjadi dengan kota-kota di skala Asia bahkan dunia. Bentuk persaingan pun bergeser dari yang sebelumnya berkutat pada comparative advantage menuju ke era competitive advantage. Di masa lalu, daya saing sebuah kota ditentukan oleh jumlah tenaga kerja (sumber daya manusia) dan sumber daya alam yang dimiliki. Saat ini variabel bertambah menjadi tingkat kelayakhunian kota yang direpresentasikan dalam infrastruktur pendukung dan pelayanan perkotaan. Sebuah kota harus mampu berlomba-lomba menunjukkan tidak hanya sebagai sebuah kota yang layak huni akan tetapi sebuah kota yang mampu mengedepankan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan kesehariannya. Nilai-nilai demokrasi harus mampu diterjemahkan oleh masing-masing kota. Hal-hal inilah yang kemudian memberikan nilai tambah dan daya saing bagi sebuah kota untuk menarik investasi dari luar. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 2-5
  • 24. g. Konteks Kota Berkelanjutan Dilihat dari aspek equity dapat dikatakan kondisi perkotaan di Indonesia masih cenderung pada kondisi in-equity. Kota-kota baru dengan pelayanan yang luar biasa, dengan kualitas yang baik, namun di lain pihak masyarakat miskin harus membayar lebih dalam memperoleh pelayanan perkotaan. Aspek budaya, dalam konteks diversity, perlu menjadi pertimbangan dalam pembangunan. Diversity masyarakat perkotaan yang tinggi harus dapat diakomodasi oleh pelayanan perkotaan. Urban heritage saat ini masih dapat dikategorikan belum concern terhadap bangunan bersejarah. Ekologi (dalam kualitas lingkungan yang perlu dipertahankan) dan ekonomi kota diharapkan dapat bertumbuh dan berkembang, dengan daya beli masyarakat yang cukup dalam memenuhi kehidupan yang layak. h. Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan tantangan bagi kita, dan memang tidak hanya sekarang, namun ini perlu diperhitungkan secara cermat dalam konteks pembangunan perkotaan. Dampak perubahan iklim dengan intensitas hujan yang meningkat, dan meningkatnya permukaan air laut, dapat menyebabkan permasalahan tersendiri. Peran infrastruktur menjadi penting dalam mitigasi perubahan iklim. 2-6 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 25. i. Perwujudan RTH 30% Upaya perwujudan RTH sebesar 30% merupakan tantangan besar, komposisi 30% memang merupakan kebijakan yang kondusif bagi lingkungan, namun di lain pihak dianggap merupakan permasalahan yang signifikan dalam menyelenggarakan pembangunan perkotaan. Ini merupakan salah satu tantangan dari perundangan yang menjadi masalah dalam tataran implementasi. j. Modal Sosial Dalam konteks pembangunan perkotaan saat ini yang menjadi masalah bukan pada modal finansial, namun perlu dilihat pada tataran modal sosial. Apapun yang kita lakukan, apabila aspek modal sosial tidak diperhitungkan, maka investasi yang dilakukan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan. k. Happiness Index Tujuan pembangunan harus ditambahkan dengan overall human system well being dengan eco system well being. Hal yang tidak dapat dielakkan adalah “pembangunan terintegrasi” yang mampu mengintegrasikan human system, ekosistem, yang bermuara pada human-eco happiness. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang kuat antar instansi pemerintah, agar mampu meningkatkan efektivitas pembangunan dalam mendorong peningkatkan kesejahteraan dan “kebahagiaan masyarakat” dalam merasakan dan menikmati hasil pembangunan yang dilakukan. Pelaksanaan pembangunan harus melihat peningkatan human system, eco system dan human-eco happiness, yang diukur dengan happiness Index. l. Branding dan Area Identity Direktorat Jenderal Cipta Karya harus mampu mendorong branding dan area identity dari sebuah kota dan wilayah. Indonesia yang mempunyai multiple culture --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 2-7
  • 26. diversity yang perlu dioptimalkan pada tataran ekonomi. Sumberdaya alam, invovasi, fasionable, local value with modern spirit perlu diintegrasikan dalam ekonomi kreatif yang mampu mendorong daya saing kota-kota. m. Participatory Development Pendekatan participatory development, jangan hanya diartikan dengan self helped, dan untuk itu perlu didukung dengan adanya tenaga pendamping yang mendorong dan memberdayakan masyarakat. Proses pembangunan seringkali tidak mengedepankan local wisdom, sehingga tidak mengakomodasikan budaya lokal. n. Pengembangan Enterpreneurship Secara umum ada tiga tipe pemberian pemerintah kepada masyarakat: • Charity, dengan memberikan one shot giving dan cenderung kurang mendidik; • Philantropy, dianggarkan tiap tahun dan dilakukan secara terus menerus; • Social entrepreneurship, bagaimana pemerintah membangun, dan masyarakat kemudian mampu memelihara dan mengembangkan secara mandiri. Isu keberlanjutan yang menjadi penting, dan mengedepankan keberlanjutan hasil pembangunan. Direktorat Jenderal Cipta Karya diharapkan mampu untuk mengimplementasikan succesfull entrepreneurship yaitu dengan: i) Merubah dengan cara yang baik (change friendly), dengan mendorong masyarakat untuk berubah tanpa menimbulkan konflik; ii) Berorientasi pada kesempatan (opportunity oriented); iii) Inovatif; iv) Banyak Akal; v) Menciptakan nilai baru. 2-8 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 27. o. Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Pengembangan Nilai Tambah Dalam menjawab tantangan ke depan, kita harus mampu mempertahankan cultural expression yang mampu mendorong berkembangnya ekonomi kreatif yang menjadi daya saing bangsa. Oleh karena itu kedepan harus diupayakan mendukung ekonomi kreatif yang didukung dengan desain yang baik, serta didukung dengan marketing yang terintegrasi. Kebijakan pemerintah diharapkan harus mampu menjembatani dalam mengekplorasi pasar pada tataran internasional. Konsep branding dan packaging menjadi lebih penting dalam mendukung konteks dalam mendorong daya saing ekonomi kota. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 2-9
  • 28.
  • 29. Ba b 3 KONDISI UMUM PENCAPAIAN, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN 3.1 KONDISI UMUM PENCAPAIAN 3.1.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Diperkirakan pada akhir tahun 2014 lebih dari separuh penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan sebagai akibat laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun dan secara terus menerus telah melahirkan dynamic phenomenon of urbanization. Proses ini berakibat pada semakin besarnya suatu kawasan perkotaan, baik dalam hal jumlah penduduk maupun besaran wilayah atau tapak ekologis. Di sisi lain seiring dengan otonomi daerah (kota) yang semakin menguat membawa dampak pula pada “egoisme kedaerahan” yang semakin tinggi dan disertai kekuatan- kekuatan pasar (swasta) yang terus memperlihatkan dominasinya sehingga membawa dampak pada kecenderungan perkembangan dan pola penyebaran permukiman yang semakin sulit diantisipasi. Dengan laju pertumbuhan yang mencapai 1,37 persen per tahun maka telah terjadi peningkatan luas kawasan permukiman kumuh dari 54.000 ha pada tahun 2004 menjadi 57.800 ha pada akhir --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-1
  • 30. tahun 2009. Dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan permukiman, berbagai upaya telah dilakukan diantaranya melalui program Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) yang sampai dengan saat telah mencapai 802 kelurahan dengan target Renstra 2005-2009 841 kelurahan; sedangkan untuk peningkatan kualitas lingkungan permukiman lainnya juga telah dibangun rumah susun sederhana sewa sebanyak 18.848 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 30.000 unit. Penanganan kawasan tertinggal, pengembangan desa potensial melalui agropolitan, dan perencanaan pengembangan kawasan permukiman baik skala kawasan maupun perkotaan belum mencapai sasaran yang diharapkan. Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan kawasan berbasis agribisnis melalui pengembangan sektor/komoditas unggulan pertanian/perikanan, dengan tujuan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi lokal berbasis agribisnis sehingga dapat menjadi lokomotif penggerak perekonomian lokal di kawasan tersebut dan daerah belakangnya. Perkembangan kawasan Agropolitan sampai dengan tahun 2008 telah mencapai 193 kawasan, yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Target pencapaian pembangunan perdesaan potensial melalui agropolitan pada tahun 2005-2009 adalah 347 kawasan, namun hingga saat ini baru tercapai pada 331 kawasan. Dari total kawasan agropolitan, sebanyak 41 kawasan berada di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa. Provinsi 3-2 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 31. yang memiliki kawasan agropolitan terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah sebanyak 11 kawasan. Sementara itu pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa bertujuan untuk merangsang pertumbuhan usaha-usaha ekonomi perdesaan melalui penyediaan berbagai fasilitas permukiman, berupa fasilitas air bersih, persampahan, dan sanitasi di desa-desa yang berpotensi untuk berkembang. Sampai dengan saat ini jumlah kawasan yang telah difasilitasi sebanyak 660 kawasan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009 yang hanya berjumlah 584 kawasan, sedangkan dukungan infrastruktur perdesaan hingga saat ini sudah mencapai 22.647 desa dari 29.274 desa target Renstra 2005-2009. Selain peningkatan kualitas lingkungan permukiman tersebut diatas, hal lain yang telah dilaksanakan untuk mendukung pengembangan kawasan permukiman khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah dengan memfasilitasi dukungan kawasan perumahan bagi PNS/TNI-Polri/Pekerja sebanyak 600.278 unit dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 567.569 unit. Sementara itu penyediaan infrastruktur permukiman bagi kawasan terpencil/pulau kecil dan terluar telah difasilitasi sebanyak 29 Kab/Kota dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 11 Kab/Kota, sedangkan penyediaan infrastruktur permukiman untuk kawasan perbatasan sebanyak 181 kawasan dari target Renstra 2005-2009 sebanyak 92 kawasan. Tingkat pemenuhan kebutuhan rumah masih rendah. Diperkirakan sampai dengan tahun 2020, rata-rata setiap tahun terdapat 1,15 juta unit rumah yang perlu difasilitasi. Saat ini pembangunan/pengembangan rumah baru mencapai 600.000 unit per tahun. Jumlah kekurangan rumah (backlog) mengalami peningkatan dari 4,3 juta unit pada tahun 2000 menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2004 dan 7,4 juta unit pada akhir tahun 2009. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berakumulasi di masa yang akan datang akibat adanya pertumbuhan rumah tangga baru rata-rata --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-3
  • 32. sebesar 820.000 unit rumah per tahun. Pemerintah telah melakukan berbagai fasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat berpendapatan rendah melalui penyediaan subsidi kredit pemilikan rumah sederhana sehat (KPR- RSH), pengembangan kredit mikro perumahan, pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa), fasilitasi pembangunan rumah susun sederhana milik (rusunami) melalui peran serta swasta, fasilitasi pembangunan baru dan peningkatan kualitas perumahan swadaya. Berdasar kualitas fisik bangunan, pada tahun 2007 rumah tangga yang menempati rumah berlantai bukan tanah telah mencapai 86,29 persen; beratap bukan daun sebanyak 98,8 persen; dan berdinding permanen sebesar 87,6 persen. Selain itu, berdasar kondisi bangunan tempat tinggal, rumah tangga yang menempati rumah dengan kondisi baik mencapai 45,94 persen, kondisi sedang 43,94 persen, kondisi rusak 9,25 persen, dan kondisi rusak berat 0,87 persen. Sementara itu berdasarkan data SUSENAS tahun 2007 masih terdapat 5,9 juta keluarga yang belum memiliki rumah. Jumlah rumah saat ini hanya 51 juta unit. Dari jumlah tersebut hanya 17 juta rumah tergolong layak huni dan 34 juta masih tergolong tidak layak huni yang terbagi sebanyak 40% di perdesaan dan 60% di perkotaan. Berdasar status penguasaan tempat tinggal, pada tahun 2007 terdapat 78,22 persen rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri, sisanya 21,78 persen menempati rumah bukan milik sendiri seperti kontrak, sewa dan rumah orang tua. 3-4 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 33. Proporsi rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri di perkotaan mencapai 32,98 persen jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan yang sebesar 13,28 persen. Semakin terbatasnya lahan dan harga rumah di perkotaan menyebabkan masyarakat cenderung untuk menempati rumah sewa/kontrak. Proporsi rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri di perkotaan mengalami penurunan sebesar 2,71 persen dibandingkan kondisi pada tahun 2004 yang sebesar 80,93 persen. Penurunan ini terkait erat dengan peningkatan harga rumah dan penurunan daya beli masyarakat. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di perkotaan, keterbatasan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman serta meningkatnya harga lahan semakin mempersulit akses masyarakat untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau di perkotaan. Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung menempati lahan yang bukan miliknya (ilegal) atau menempati hunian di pinggiran kota yang jauh dari lokasi pekerjaan. Masih tingginya biaya pengurusan serta keterbatasan informasi terhadap prosedur sertifikasi dan rencana tata ruang mengakibatkan sebagian masyarakat menempati rumah tanpa memiliki bukti legalitas pemanfaatan lahan dan bangunan serta tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ditinjau dari aspek kepastian jaminan bermukim, rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dan telah didukung oleh bukti hukum tanah berupa sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), girik, maupun akta jual beli mengalami peningkatan dari 74,49 persen pada tahun 2004 menjadi 77,94 persen pada tahun 2007. Penyerahan kewenangan pembangunan perumahan yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan. Selain itu, koordinasi antarlembaga masih belum berjalan dengan baik, salah satunya --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-5
  • 34. ditunjukkan dengan belum efektifnya fungsi Badan Koordinasi Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N). 3.1.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Penanganan bangunan gedung dan lingkungan telah diupayakan dengan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah melalui kegiatan sosialisasi/diseminasi peraturan bidang bangunan gedung dan lingkungan sebanyak 5 (lima) kali di setiap provinsi dengan target 495 kabupaten/kota; pelatihan tenaga pendata harga dan keselamatan bangunan sebanyak 3.744 orang di 495 kabupaten/kota; pendataan dan pembinaan kelembagaan terkait bangunan gedung di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi; pendataan kinerja pemerintah daerah di 43 kabupaten/kota pada 8 (delapan) provinsi; serta pendataan Peraturan Daerah (Perda) terkait bangunan gedung di 495 kabupaten/kota pada 33 provinsi. Kondisi saat ini juga mencatat telah tersusunnya perda tentang bangunan gedung di 15 kabupaten/kota dan 1 provinsi (Bali) dari fasilitasi terhadap 221 kabupaten/kota. Selain itu, telah disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di 203 kawasan pada 148 kabupaten/kota; Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan mencapai 41.988 kelurahan, hal ini telah melebihi target Renstra 2005-2009 sebanyak 40.648 kelurahan; Rencana Induk Sistem Proteksi kebakaran (RISPK) di 59 kabupaten/kota; sistem ruang terbuka hijau telah ditangani di 150 kawasan di 33 kabupaten/kota; revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah dan tradisional telah ditangani pada 297 kawasan di 137 kabupaten/kota; dan peningkatan kualitas permukiman kumuh nelayan di 748 kawasan atau melebihi target Renstra 2005-2009 yang menetapkan 733 kawasan. Selain itu, dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) sejumlah peraturan mengenai bangunan gedung dan penataan lingkungan telah berhasil diselesaikan, 3-6 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 35. diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 yang merupakan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Disamping itu telah diterbitkan pula berbagai NSPK untuk Bangunan Gedung yang meliputi (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; (2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; (3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; (4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung; (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung; dan (5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-7
  • 36. 3.1.3 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN Proporsi penduduk terhadap sanitasi yang layak secara nasional sampai dengan tahun 2009 mencapai 51,02% atau melayani sekitar 120 juta jiwa. Sementara itu target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 sebesar 62,37% untuk dapat melayani 154 juta jiwa. Saat ini proporsi penduduk rumah tangga perkotaan yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi yang layak sebesar 69,55% atau 84 juta jiwa dari target MDGs 78,30% dengan jumlah penduduk terlayani 115 juta jiwa pada tahun 2015. Sedangkan proporsi penduduk rumah tangga di perdesaan yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi yang layak sebesar 34% pada tahun 2009 atau melayani 36 juta jiwa sementara itu target MDGs tahun 2015 sebesar 55,54% untuk melayani 39 juta jiwa. Namun pencapaian tersebut masih sebatas pada akses ke jamban dan toilet saja, belum pada akses fasilitas sanitasi yang berkualitas dengan kriteria fasilitas tersebut masih berfungsi dengan baik, digunakan sesuai dengan peruntukannya, dan sesuai dengan standar kesehatan maupun standar teknis yang telah ditetapkan. Tercatat dari data tahun 2007, banyaknya rumah tangga yang menggunakan tangki septik (praktek pembuangan tinja aman) sebesar 49,13%, yaitu 71,06% di perkotaan dan 32,47% di perdesaan. Sedangkan sisanya 50,86% rumah tangga melakukan praktek pembuangan tinja tidak aman (di kolam/sawah, sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/kebun) dengan prosentase di perkotaan 28,93% dan di perdesaan mencapai 67,54%. Perilaku praktik buang air besar sembarangan (BABS) tersebut menunjukkan rendahnya kesadaran pelaku terhadap pentingnya perilaku hidup 3-8 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 37. bersih dan sehat (PHBS). Rendahnya kesadaran pelaku akan pengelolaan air limbah yang layak dan rendahnya utilisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air permukaan. Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan sistem air limbah terpusat skala kota telah mencapai 1 persen dan prosentase sistem pelayanan air limbah berbasis masyarakat telah dilakukan di 409 lokasi. Selama periode 2004 hingga 2009 pembangunan sistem air limbah terpusat skala kota telah dilakukan di Kota Denpasar melalui pendanaan yang bersumber dari pinjaman luar negeri. Selain itu, sistem pengolahan air limbah terpusat (Instalasi Pengolahan Air Limbah/IPAL) komunal telah dibangun di 217 kota/kabupaten. Proporsi rumah tangga yang terlayani dengan sistem pengolahan setempat dan sistem terpusat skala komunal adalah sebesar 69,3 persen (daerah perkotaan sebanyak 81,8 persen dan perdesaan sebanyak 60 persen). Tingginya angka cakupan tersebut diantaranya merupakan hasil dari kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air limbah berbasis masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah bersama dengan lembaga swadaya masyarakat. Kepedulian Pemerintah pada pengelolaan air limbah sekarang berada pada titik tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. Namun demikian, peningkatan alokasi pendanaan masih belum mampu untuk membiayai total kebutuhan yang ada. Di sisi lain, skema-skema pembiayaan yang bersumber dari non-pemerintah masih belum dikembangkan, termasuk kerja sama dengan swasta, baik dalam bentuk investasi swasta maupun dana Corporate Social Responsibility (CSR). Institusi pengelola air limbah di daerah saat ini masih belum menerapkan prinsip manajemen yang baik, antara lain pada Perusahaan Daerah ditunjukkan dengan belum adanya manajemen aset dan penyusunan business plan yang absah, serta kurangnya dukungan sumber daya manusia yang berkualitas pada non-Perusda yang mengelola air limbah. Selain itu, masih rendahnya kesediaan membayar --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-9
  • 38. (willingness to pay) dari masyarakat untuk pelayanan air limbah domestik dan subsidi pemerintah yang tidak dapat diandalkan menjadikan pengelola tidak dapat menutup biaya pelayanannya secara penuh (full-cost recovery). Saat ini payung kebijakan yang mendukung pengelolaan air limbah hanya berupa salah satu pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yaitu pasal 21 ayat (2), yang menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian sumber air salah satunya dilakukan melalui pengaturan sarana dan prasarana sanitasi. Hampir seluruh kota di Indonesia tidak mempunyai pemetaan terhadap kebutuhan infrastruktur dan layanan air limbah serta tidak tersedianya rencana rinci terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan tidak adanya prioritas serta pentahapan yang jelas mengenai pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana air limbah. Dari sisi perencanaan, tengah dikembangkan penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) agar pemerintah daerah memiliki dasar bagi pembangunan sanitasi bagi daerahnya masing-masing. Meningkatnya intensitas curah hujan dalam interval waktu yang semakin pendek yang disebabkan perubahan iklim akibat efek pemanasan global (global warming) dan semakin berkurangnya bidang resapan menjadi faktor penyebab semakin tingginya debit limpasan hujan yang harus ditampung oleh saluran drainase. Belum optimalnya fungsi drainase sebagai pematus air hujan yang mengakibatkan timbulnya genangan, merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan drainase. Kelangkaan lokasi untuk pembuangan sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya menjadikan saluran drainase sebagai tempat pembuangan sampah. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 sebanyak 11,34% rumah tangga masih membuang sampah ke kali/selokan yang menyebabkan mampatnya saluran drainase sehingga menurunkan fungsi saluran drainase yang berimplikasi pada peningkatan luasan kawasan tergenang. Di sisi lain banyak 3-10 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 39. dijumpai pula bahwa fungsi saluran drainase tidak tegas apakah untuk mengalirkan kelebihan air permukaan atau juga berfungsi sebagai saluran air limbah. Pembuangan air limbah domestik dan air limbah industri rumah tangga ke dalam saluran drainase menyebabkan peningkatan debit air pada saluran drainase. Perencanaan sistem pengelolaan drainase belum didasari dengan adanya suatu rencana induk pengelolaan sistem drainase yang absah. Selain itu, perencanaan sistem drainase saat ini juga belum mengintegrasikan antara sistem drainase primer, sekunder, dan tersier. Sementara itu, ketidakjelasan pengelola sistem drainase, menyebabkan pengabaian kondisi saluran drainase dan minimnya alokasi dana yang dianggarkan untuk operasi dan pemeliharaan sistem. Terbatasnya anggaran pemerintah baik untuk investasi, operasi dan pemeliharaan sistem drainase menjadikan pengelolaan drainase belum berjalan secara optimal. Pada sektor persampahan, pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih rendah. Rata-rata volume sampah diperkirakan mencapai 74 juta ton/tahun. Namun dari total timbulan sampah tersebut, proporsi sampah terangkut hanya mencapai 20,63 persen. Belum adanya rencana induk pengelolaan sampah menjadikan belum tersedianya profil dan rencana penanganan sampah di tingkat kabupaten/kota. Ketiadaan rencana induk juga mengakibatkan tidak bersinerginya sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dengan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga penanganan sampah belum terintegrasi utuh mulai penanganan dari sumber hingga ke TPA. Sementara upaya meningkatkan kinerja TPA yang berwawasan lingkungan di kota metro/besar sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Banyak TPA yang tidak didesain sebagai sanitary landfill atau mengalami perubahan sistem dari sanitary landfill dan/atau controlled landfill menjadi open dumping. Sementara jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang menerapkan sanitary landfill mencapai 10 TPA; dan yang menerapkan controlled landfill sebanyak 55 TPA, --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-11
  • 40. sehingga secara umum belum dikelola menggunakan pendekatan yang ramah lingkungan. Namun demikian telah dibangun TPA berbasis Clean Development Mechanism di 2 (dua) lokasi dan sedang dalam tahap persiapan di 11 lokasi. Dari sisi regulasi, pada tahun 2008 telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan seluruh TPA dikelola secara sanitary landfill sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas layanan pengelolaan sampah. Akan tetapi, implementasi Undang-Undang tersebut masih terkendala karena belum tersedianya peraturan-peraturan pendukungnya. Hal ini terlihat dari jumlah TPA di seluruh Indonesia yang mencapai 378 buah dengan luas 1,886.99 Ha, sebanyak 80,6% masih menerapkan metode open dumping, 15,5% menggunakan metode controlled landfill dan hanya 2,8% yang menerapkan metode sanitary landfill. Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan timbulan sampah, dan belum pada pengurangan volume sampah dari sumbernya. Upaya untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20% pada periode 2004–2009 juga masih belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan infrastruktur pengelolaan persampahan yang ada ternyata tidak sebanding dengan kenaikan timbunan sampah yang meningkat 2–4% per tahun, diperburuk dengan semakin sulitnya mendapatkan lahan untuk dimanfaatkan sebagai TPA. Sedangkan di sisi yang lain percontohan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) saat ini masih terbatas di 80 kawasan. Rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam menerapkan prinsip 3R menyebabkan pengurangan volume timbulan sampah kurang signifikan. Selain itu, upaya pengurangan timbulan sampah melalui pemanfaatan teknologi pengolahan sampah belum dikembangkan. Institusi pengelola sampah di daerah saat ini masih belum berfungsi secara profesional, antara lain ditunjukkan dengan belum adanya manajemen aset dan penyusunan business plan yang absah pada Perusahaan Daerah, sedangkan 3-12 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 41. permasalahan yang muncul pada dinas pengelola sampah bahkan lebih menyeluruh baik berupa alokasi dana yang minim, manajemen yang kurang profesional dan minimnya kualitas sumber daya manusia. Hingga saat ini, sumber pendanaan bagi pengelolaan sampah masih bertumpu pada anggaran pemerintah akibat belum dikembangkannya alternatif sumber pendanaan lainnya, seperti dana masyarakat, kerjasama swasta, baik investasi swasta maupun dana CSR. Secara keseluruhan sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%, masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015). 3.1.4 PENGEMBANGAN AIR MINUM Cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional sampai dengan tahun 2009 sebesar 25,61%, sedangkan capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi sebesar 22,02%, sementara itu total akses aman pelayanan air minum secara nasional mencapai 47,63% 1 atau dapat melayani 59 juta jiwa. Untuk capaian cakupan pelayanan air minum perpipaan kota pada tahun 2009 sebesar 35.03% atau telah dapat melayani 44 juta jiwa dari target MDGs 47,38% tahun 2015, sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi sebesar 14,76%, sedangkan total akses aman pelayanan air minum perpipaan kota sebesar 49,79% 2. Sedangkan capaian pelayanan air minum perpipaan desa sebesar 14,29% atau telah dapat melayani 15 juta jiwa pada tahun 2009 dari target MDGs sebesar 19,76% tahun 2015, sementara itu capaian pelayanan non-perpipaan terlindungi sebesar 31,36%, sedangkan total akses aman pelayanan air minum perdesaan sebesar 45,65% 3. 1 Sumber: Data BPS 2009 2 Sumber: Data BPS 2009 3 Sumber: Data BPS 2009 --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-13
  • 42. Akses air minum perpipaan mengalami stagnasi selama kurun waktu 1994-2006, hanya bertambah sekitar 2,18 persen. Pada tahun 2006 yang memiliki akses terhadap sistem perpipaan (PDAM) telah mencapai 18,38 persen dan akses terhadap sistem non-perpipaan terlindungi sebesar 43,57 persen. Pada tahun 2007 pelayanan air minum perkotaan baru mencapai 45% dan perdesaan 10%, sehingga cakupan pelayanan air minum perpipaan nasional menjadi sebesar 20%. Di tahun 2009 cakupan pelayanan air minum di perkotaan meningkat menjadi 47,23% (44,5 juta jiwa) dari 41% di tahun 2004 (34,36 juta jiwa) sementara di perdesaan telah meningkat dari 8% di tahun 2004 (melayani 10,09 juta jiwa), menjadi 11,55% di tahun 2009 (15,2 juta jiwa). Disisi lain, menurut laporan regional terakhir mengenai status pencapaian MDGs untuk kawasan perdesaan, akses masyarakat terhadap sistem pelayanan air bersih non-perpipaan meningkat dari 38,2% (1994), menjadi 43,4% (2000) dan 57,2% (2006). Selain itu, penyediaan air minum berbasis masyarakat yang berpedoman pada Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat saat ini telah berkembang dengan pesat. Kegiatan penyediaan air minum berbasis masyarakat telah dilaksanakan di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan menggunakan pendanaan yang bersumber dari anggaran pemerintah maupun pihak lain, seperti lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM), swasta (melalui kegiatan Corporate Social Responsibility) dan masyarakat. Namun dalam implementasinya masih menemui 3-14 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 43. kendala yakni ketiadaan peraturan yang mengatur pola kerjasama pemerintah dan masyarakat. Faktor lainnya adalah kualitas sumber daya manusia pada lembaga pengelolanya juga masih rendah. Demikian pula halnya keterlibatan swasta hingga tahun 2009 masih tergolong rendah, khususnya pada penyediaan prasarana air minum di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Skema kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS) hingga saat ini belum banyak dilaksanakan oleh pemda maupun PDAM. Rendahnya kinerja keuangan PDAM juga menyebabkan PDAM mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber pendanaan dari pihak lain, seperti lembaga donor maupun pihak perbankan. Sementara sumber pendanaan dari pihak swasta seperti dana Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum menjadi sumber yang signifikan sehingga pendanaan air minum masih bertumpu pada anggaran Pemerintah. Pada periode 2005-2009 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum sebagai turunan dari Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Dalam pelaksanaannya telah dirumuskan Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, termasuk diantaranya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), sehingga sistem penyediaan air minum yang efektif dan berkesinambungan telah memiliki rujukan strategis yang jelas. Dalam sektor ini upaya pembinaan terhadap PDAM belum memperlihatkan hasil yang signifikan. seperti tergambar dari 340 PDAM, sekitar 70% kondisinya masih tidak sehat. Ini berarti hanya 79 PDAM yang sehat, sehingga pada tahun 2008, utang non pokok PDAM yang dinyatakan sakit yang mencapai Rp. 3,3 triliun terpaksa dihapuskan. Demikian halnya dengan utang PDAM yang dikategorikan sehat juga dihapus melalui skema debt to swap investment yang mencapai Rp. 1,1 triliun. Dengan demikian, jumlah keseluruhan hutang yang dihapus mencapai Rp. 4,4 triliun. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-15
  • 44. Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar PDAM masih menerapkan tarif dasar di bawah biaya produksi air minum. Disamping juga kapasitas sumber daya manusia dan pendanaan yang belum memadai, belum diterapkannya prinsip full-cost recovery dan manajemen aset sebagai prasyarat manajemen yang baik, serta belum disusunnya business plan yang absah. Sementara kinerja pengelola air minum dengan target penurunan angka kebocoran secara nasional baru pada kisaran 6-7% sehingga masih diperlukan upaya keras untuk mencapai angka 20% yang ditargetkan sebagai angka kebocoran secara nasional oleh RPJMN 2005-2009. Secara total saat ini belum mampu terpenuhi, termasuk kualitas air minum PDAM masih belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tidak terolahnya limbah domestik dan non- domestik menjadi penyebab utama menurunnya kualitas air baku air minum. Sementara itu, pemanfaatan air yang belum efisien dan masih minimnya pengelolaan air baku pada wilayah hulu dan/atau daerah resapan menjadi penyebab semakin berkurangnya kuantitas air baku air minum. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang kurang bersinergi dengan konsep pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan pemanfaatan ruang cenderung mengabaikan keberlanjutan ketersediaan air baku bagi daerah hilir. Selain itu, ekstraksi air tanah secara berlebihan oleh rumah tangga dan industri turut mempengaruhi kuantitas dan kualitas air baku. Penerapan teknologi untuk pemanfaatan sumber air alternatif juga belum dijadikan sebagai suatu upaya alternatif dalam menjaga kuantitas dan kualitas air baku. 3-16 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 45. Tabel 3.1 : Kondisi Pencapaian Pembangunan Infrastruktur Permukiman 2005 – 2009 Target Hasil Pelaksanaan Pencapaian No Program Utama/Prioritas Unit Review TA. 2005- % Capaian Renstra TA 2005 TA 2006 TA 2007 TA 2008 TA 2009 2009 1 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan a. Skala kws 1. Pengembangan Kws 347 89 56 48 78 60 331 95.39% kws Agropolitan 2. Pengembangan Kws 584 119 161 157 225 47 709 121.40% Prasarana Sarana Perdesaan (DPP/KTP2D) b. Skala Lingkungan Dukungan Desa 29,274 12,834 1,840 2,289 2,060 3,624 22,647 77.36% Infrastruktur Perdesaan 2 Peningkatan Kualitas Permukiman kws Kumuh dan Nelayan a. Penanggulangan Kelurahan 40,648 4,680 7,277 8,991 10,001 11,039 41,988 103.30% Kemiskinan di Perkotaan (P2KP- PNPM) b. Penataan dan Kelurahan 841 94 348 410 328 164 802 95.36% Perbaikan Lingkungan Permukiman (NUSSP) Ha 2,436 493.97 2,212.58 2,690.48 1,537.99 637.54 6,833.02 280.50% Jiwa 465,335 28,355 350,240 376,237 332,330 61,529 783,123 168.29% c. Pembangunan Rumah Unit 30,000 2,084 2,200 4,592 4,433 5,539 18,848 62.83% Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) d. Penataan Bangunan Kelurahan 763 143 155 124 144 255 821 107.60% dan Lingkungan (PBL) --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-17
  • 46. Target Hasil Pelaksanaan Pencapaian No Program Utama/Prioritas Unit Review TA. 2005- % Capaian Renstra TA 2005 TA 2006 TA 2007 TA 2008 TA 2009 2009 3 Pengembangan kws Perumahan dan Permukiman bagi MBR a. Dukungan kws Unit 567,569 71,095 108,123 156,400 124,610 140,050 600,278 105.76% Perumahan PNS/TNI- Polri/Pekerja b. Penyediaan Infrastruktur Permukiman 1. kws Kawasan 41 62 53 47 1 204 Terpencil/Pulau Kecil/Terluar Propinsi 11 20 28 28 29 1 29 263.64% 2. kws Perbatasan Kawasan 92 10 47 44 36 44 181 196.74% 4 Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota a. PS Air Minum L/det 39,879 5,518 5,597 10,202 6,071 6,320 33,707 84.52% Jiwa 26,800,000 3,228,071 3,336,160 2,309,920 1,702,130 4,324,690 14,900,972 55.60% b. Pengelolaan Air Kab/Kota 388 46 84 81 92 106 409 105.41% Limbah - Penduduk terlayani Jiwa/KK 1,000,000 221,067 615,894 277,261 324,328 281,311 1,719,861 171.99% c. Pengelolaan Kab/Kota 480 100 109 82 94 133 518 107.92% Persampahan - Penduduk terlayani Jiwa - 1,704,181 2,415,323 2,608,432 4,750,239 7,543,756 19,021,931 d. Drainase Ha 7,282 1,240 2,611 832 75 2,678 7,436 102.12% e. Penataan dan Kawasan 266 29 60 63 30 42 224 84.21% Revitalisasi kws Perkotaan 3-18 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 47. Target Hasil Pelaksanaan Pencapaian No Program Utama/Prioritas Unit Review TA. 2005- % Capaian Renstra TA 2005 TA 2006 TA 2007 TA 2008 TA 2009 2009 5 Penanggulangan Dampak Konflik Sosial dan Bencana Alam a. Penanganan Tsunami Unit 5,500 - 3,000 1,500 3,503 - 8,003 145.51% di Aceh Jiwa 27,000 - 15,000 7,500 17,515 - 40,015 148.20% b. Rehabilitasi dan Unit 24,800 - 237,655 375,868 - - 613,523 2473.88% Rekonstruksi *) (APBN) Jiwa 124,500 - 950,620 1,503,472 - - 2,454,092 1971.16% Unit (non - 6,480 5,243 9,910 - 21,633 APBN) Jiwa - 25,920 20,972 39,640 - 86,532 6 Pembinaan Teknis Bangunan Gedung, Penataan Bangunan dan Lingkungan Pendamping 304 31 33 102 66 128 360 118.42% an Pedoman 176 71 27 55 4 52 209 118.75% Keterangan : *) dilaksanakan oleh Pemda DIY dan Jateng dengan dana APBN sebesar Rp 5,4 triliun (sebanyak 613,523 unit) Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa Program Utama/Prioritas yang tidak mencapai target, yaitu: (i) Program Utama Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan dengan Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Dukungan Infrastruktur Perdesaan; (ii) Program Utama Peningkatan Kualitas Permukiman Kawasan Kumuh dan Nelayan dengan Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa); (iii) Program Utama Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman Kota dengan Kegiatan Prasarana dan Sarana Air Minum serta Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan. Untuk Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan dari target sejumlah 347 kawasan, hanya tercapai 331 kawasan pada tahun 2009, sedangkan Kegiatan --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-19
  • 48. Dukungan Infrastruktur Perdesaan hanya tercapai 22.647 desa pada tahun 2009 dari target 29.274 desa. Kegiatan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dari target 30.000 unit hanya tercapai 18.848 unit. Kegiatan Prasarana dan Sarana Air Minum hanya tercapai 33.707 L/detik (14.900.972 jiwa) dari target 39.879 L/detik (26.800.000 jiwa). Sedangkan Kegiatan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan dari target 266 kawasan hanya tercapai 224 kawasan. Adapun kendala umum yang dihadapi dalam pencapaian target karena terbatasnya alokasi dana yang diberikan, kurangnya komitmen pemerintah daerah untuk memenuhi Dana Daerah Untuk Pembangunan Bersama (DDUPB) yang dibutuhkan, kurang siapnya ketersediaan lahan serta kurang siapnya pemerintah daerah untuk memenuhi kriteria kesiapan proyek (readiness criteria) yang telah ditetapkan. 3-20 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 49. 3.2 PERMASALAHAN UMUM Permasalahan dan kondisi pembangunan prasarana dan sarana bidang Cipta Karya terdiri dari permasalahan umum serta permasalahan spesifik untuk setiap sektor bidang Cipta Karya (air minum, sanitasi, pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan). Adapun permasalahan umum dalam pembangunan prasarana dan sarana bidang Cipta Karya yang utama terdiri dari : a. Tingkat urbanisasi yang relatif tinggi dan belum disertai oleh tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang diakibatkan oleh pertumbuhan urbanisasi tersebut maupun oleh ”backlog” yang sudah ada sebelumnya. b. Adanya disparitas regional secara ekonomi, dan hal ini sangat terkait dengan tidak meratanya ketersediaan infrastruktur dan layanan bidang Cipta-Karya. c. Demikian pula, ketersediaan infrastruktur dan layanan ke-Cipta-Karya-an belum merata ke semua golongan masyarakat (umumnya, golongan masyarakat berpenghasilan rendah belum mendapat layanan yang setara dengan layanan bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah dan atas). d. Degradasi lingkungan perkotaan pada umumnya, dan belum berperannya secara maksimal pembangunan bidang ke-Cipta-Karya-an dalam turut menciptakan kota-kota yang asri dan lestari (berkelanjutan). e. Wajah fisik perkotaan yang semakin ”semrawut” akibat belum maksimalnya perencanaan dan penerapan tata-bangunan dan lingkungan kawasan perkotaan. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-21
  • 50. f. Keterbatasan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur ke- Cipta-Karya-an padahal bidang ini sudah menjadi salah satu urusan wajib dari pemerintah daerah. 3.3 PERMASALAHAN PER SEKTOR a. Pengembangan Permukiman. i. Masih luasnya kawasan kumuh. ii. Masih terbatasnya Prasarana Sarana Dasar pada Daerah Tertinggal, Pulau Kecil, Daerah Terpencil, dan Kawasan Perbatasan. iii. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial. b. Penataan Bangunan dan Lingkungan. i. Penataan Lingkungan Permukiman. • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran. • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman. • Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage. • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal. 3-22 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 51. ii. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara. • Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara. • Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metro, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia. • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan). iii. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga. iv. Kapasitas Kelembagaan Daerah. • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan. • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi. • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan. c. Penyehatan Lingkungan Permukiman. i. Sektor Air Limbah. • Belum optimalnya penanganan air limbah. • Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah. • Belum optimalnya manajemen air limbah. - Belum optimalnya perencanaan. - belum memadainya penyelenggaraan air limbah. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-23
  • 52. ii. Sektor Drainase. • Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini. • Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase. iii. Sektor Persampahan. • Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per kapita meningkat). • Belum optimalnya manajemen persampahan. - belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi). - belum memadainya pengelolaan layanan persampahan (kapasitas, pendanaan dan aset manajemen). - belum memadainya penanganan sampah. d. Pengembangan Air Minum. i. Kelembagaan dan peraturan perundangan. • Masih rendahnya kapasitas SDM maupun kelembagaan penyelenggara air minum di daerah. • Mindset penyelenggaraan, tugas, dan kewenangan dalam pelayanan air minum masih harus dirubah. • Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat lemah. • Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM), termasuk rekruitmen SDM belum terpadu dengan program pengembangan SDM Penyelenggara SPAM. • Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah. 3-24 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 53. ii. Terbatasnya pendanaan. • Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan yang diantaranya disebabkan oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya beban utang. • Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman luar negeri daripada mengembangkan alternatif pendanaan dalam negeri. • Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah. iii. Menurunnya kuantitas air baku. • Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas akibat pengelolaan daerah tangkapan air yang kurang baik. • Kualitas sumber air baku semakin menurun akibat meningkatnya aktivitas dan kegiatan masyarakat dan industri tidak disertai dengan perlindungan terhadap lingkungan. • Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi sehingga pemanfaatan air baku yang lintas wilayah seringkali menimbulkan konflik. • Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna. iv. Masih rendahnya cakupan dan kualitas pelayanan. • Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan berkisar antara 10%-50% dengan kehilangan rata-rata sekitar 37% pada tahun 2004 dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah. --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-25
  • 54. Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas untuk masyarakat menengah ke atas di perkotaan, sementara pelayanan air minum untuk masyarakat miskin selain belum memadai, juga harus membayar lebih mahal. v. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan air minum. e. Pengembangan Kelembagaan. i. Belum optimalnya perencanaan pengembangan sumber daya manusia. ii. Belum memadainya struktur organisasi yang responsif terhadap tantangan pembangunan bidang Cipta Karya. iii. Belum tersusunnya tata laksana organisasi yang sesuai dengan prinsip good governance untuk meningkatkan daya saing kota/kabupaten. iv. Belum efektifnya pengembangan tim koordinasi pembangunan kota/kabupaten/provinsi dalam pengembangan prasarana bidang Cipta Karya. 3-26 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 55. 3.4 TANTANGAN Berdasarkan permasalahan dan kondisi yang ada, maka tantangan dalam pembangunan infrastruktur permukiman adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan keterpaduan pembangunan prasaranan dan sarana bidang permukiman (Cipta Karya). b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap aspek kesehatan. c. Memperluas akses pelayanan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta Karya). d. Meningkatkan keterlibatan dunia usaha (swasta) dan masyarakat dalam pendanaan pembangunan prasarana dan sarana bidang permukiman (Cipta Karya). --------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 3-27
  • 56.
  • 57. Ba b 4 VISI, MISI DAN TUJUAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 4.1 VISI DAN MISI Berdasarkan mandat dari perangkat peraturan dan undang-undang terhadap tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka visi Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah “Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan”. Adapun makna dari visi tersebut adalah: - Layak, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang mempunyai persyaratan kecukupan prasarana dan sarana permukiman sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal sebagai tempat bermukim warga perkotaan dan perdesaan. - Produktif, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menghidupkan kegiatan perekonomian di lingkungan permukiman. -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 4-1
  • 58. - Berdaya saing, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang dapat menonjolkan kualitas lingkungan permukimannya dengan baik dan mampu bersaing sebagai lingkungan permukiman yang menarik untuk warganya. - Berkelanjutan, yaitu: permukiman perkotaan dan perdesaan yang asri, nyaman dan aman sebagai tempat bermukim warganya untuk jangka panjang. Untuk mencapai visi tersebut, maka Misi Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2010 – 2014 adalah: 1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan untuk mewujudkan permukiman yang layak, berkeadilan sosial, sejahtera, berbudaya, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan dalam rangka pengembangan wilayah. 4-2 -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014
  • 59. 2. Mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman termasuk pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasinya. 3. Melaksanakan pembinaan dalam penataan kawasan serta pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang memenuhi standar keandalan bangunan gedung. 4. Menyediakan infrastruktur permukiman bagi kawasan kumuh/nelayan, daerah perbatasan, kawasan terpencil, pulau-pulau kecil terluar dan daerah tertinggal termasuk penyediaan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. 5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang profesional dengan menerapkan prinsip good governance. 4.2 TUJUAN Sebagai penjabaran atas visi Kementerian Pekerjaan Umum, maka tujuan yang akan dicapai oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan meliputi: 1. Meningkatkan kualitas perencanaan, pengembangan, dan pengendalian permukiman demi perwujudan pembangunan yang berkelanjutan (termasuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim). 2. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dan cakupan pelayanan (infrastruktur) bidang permukiman (Cipta Karya) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. -------------------------------------------------------------------------- RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 2010-2014 4-3