1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan
secara padu dan hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru. Pada umumnya
struktur kata majemuk sama seperti kata biasa yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas
bagian-bagian yang lebih kecil. Contoh: saputangan, matahari, orangtua, kakitangan,
dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, ada bentuk kata yang lazimnya dianggap
sebagai kata majemuk, masih menunjukkan struktur yang renggang, dalam artian
masih dapat dipisahkan oleh unsure-unsur lain.
Supaya kita dapat mempergunakan kata majemuk dengan baik dan benar,
maka dari itulah kita harus mengerti dan mengetahui apa kata majemuk itu sendiri,
bagaimana terjadinya kalimat majemuk, apa ciri-ciri kalimat majemuk, apa sifatnya,
bagaimana bentuk pengulangannya serta bagaimana struktur serta tipe konstuksi kata
majemuk tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu kata majemuk?
2. Bagaiman terjadinya kata majemuk?
3. Apa ciri-ciri kata majemuk?
2. 2
4. Apa sifat kata majemuk,
5. Bagaimana bentuk pengulangan kata majemuk,serta
6. Bagaimana struktur dan tipe konstruksi kata majemuk.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui secara jelas mengenai kata majemuk serta dapat mengerti dengan
adanya contoh kata majemuk tersebut.
2. Agar memudahkan kita untuk menggunakan kata majemuk dalam membentuk
kalimat.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kata Majemuk
Kalimat majemuk adalah Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau
perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu pola kalimat baru di samping
pola yang ada. Kata majemuk adalah gabungan 2 kata atau lebih yang memiliki
struktur
tetap,
tidak
dapat
di
sisipi
kata
lain.
Contohnya
Meja makan. Gabungan kata di atas termasuk contoh kata majemuk karena
strukturnya tetap, tidak dapat diubah-ubah letaknya. Makan meja (tidak logis).
Kemudian, gabungan kata tersebut tidak dapat disisipi oleh kata lain, seperti yang,
sedang, dll. Meja (yang) makan (tidak logis). Meja (sedang) makan (tidak logis).
Selain itu, ciri lain dari kata majemuk adalah gabungan kata tersebut
membentuk makna baru. Namun, makna baru tersebut masih dapat dirunut atau
ditelusuri dari makna kata pembentuknya.
Rumah baru (a)
Tono sakit (b)
Rumah sakit (c)
secara gramatika (tata bahasa) makna yang terbentuk pada contoh (a) dan (b)
sama dengan makna leksikal unsur pembentuknya. Gabungan kata di atas mempunyai
makna “rumah (yang) baru” (a) dan “Tono (sedang) sakit.” Berbeda halnya dengan
4. 4
gabungan kata pada contoh pertama (a) dan kedua (b), gabungan kata pada contoh
kedua (c) secara gramatika makna yang terbentuk berbeda dari makna leksikal unsur
pembentuknya. Makna kata secara leksikal pada contoh kedua (c) adalah “rumah
(yang/sedang) sakit.” Makna ini tidak logis, yaitu benda mati dapat merasakan sakit
seperti halnya makhluk hidup (manusia). Namun, makna yang terbentuk dalam
contoh (c) adalah “rumah tempat merawat orang sakit.” Inilah yang disebut dengan
membentuk makna baru tetapi makna baru tersebut masih dapat ditelusuri dari makna
kata pembentuknya.
2.2. Terjadinya Kata Majemuk
Untuk mendapat suatu gambaran yang jelas, kita harus meninjau sejarah
terbentuknya kata-kata maemuk tersebut. Menurut sejarah kata-kata majemuk itu
pada mulanya merupakan urutan kata yang bersifat sintaksis. Dalam urutannya yang
bersifat sintaksis tadi, tiap-tiap bentuk mengandung arti yang sepenuhnya sebagai
sebuah kata. Tetapi lambat laun karena sering dipakai, hubungan sintaksis itu menjadi
beku; dan sejalan dengan gerak pembekuan tersebut, bidang arti yang didukung tiaptiap bentuk juga lenyap dan terciptalah bidang arti baru yang didukung bersama. Dan
dalam proses ini tidak semua urutan itu telah sampai kepada taraf terakhir. Ada
urutan kata yang masih dalam gerak ke arah pembekuan, ada yang sudah sampai
kepada pembekuan itu yang masih dalam gerak itu dapat disebabkan karena
gabungan itu memang sifatnya sangat longgar atau karena istilah tersebut baru saja
tercipta.
5. 5
Kata-kata yang masih dalam gerak inilah yang masih dapat dipecahkan
strukturnya dengan meyisipkan kata-kata lain di antaranya, atau dapat dikembalikan
kepada bentuk lain dengan cara transformasi. Tetapi karena frekuensi pemakaian
tinggi, serta keterangan yang menerangkan bentuk itu harus selalu mengenai
kesatuannya, maka kata-kata tersebut dimasukkan juga ke dalam kata majemuk.
Contoh: Rumah makan, walaupun strukturnya agak longgar, namun sering
dipakai sebagai satu kesatuan arti; di samping itu keterangannya harus menerangkan
keseluruhannya. Rumah makan yang baru; „yang baru' bukan menerangkan makan
saja atau rumah saja, tetapi seluruh kesatuan itu.
2.3. Sifat Kata Majemuk
Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada
kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a) Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
b) Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak
mengandung satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya
merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, dan lain-lain.
6. 6
Sebaliknya, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka
sifatnya endosentris. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain, dimana
sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
2.4. Ciri-ciri Kata Majemuk
Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
1) Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
2) Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang
menarik keterangan atas
kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
3) Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
4) Frekuensi pemakaiannya tinggi.
5) Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut
hokum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
2.5. Bentuk Pengulangan Pada Kata Majemuk
Pada dasarnya karena kata-kata majemuk membentuk suatu kesatuan maka
bentuk-ulangnya harus secara penuh yaitu diulang keseluruhannya.
Contoh: rumah sakit-rumah sakit, saputangan-saputangan
Tetapi seringkali kita menjumpai hal-hal yang sebaliknya yaitu perulangan
yang dilakukan bukan atas keseluruhannya melainkan hanya sebagian saja.
7. 7
Contoh: rumah-rumah sakit, sapu-sapu tangan
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan
penghematan dalam pemakaian bahasa, dasar ekonomis. Dasar ekonomis ini hanya
dapat digunakan bila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham.
Dalam hubungan ini agaknya dapat dijelaskan oleh kata ulang dwipurwa dalam
bahasa Indonesia, yakni mula-mula orang mengulang seluruhnya, tetapi karena
prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja dari lingga yang diulang.
2.6. Struktur Elemen dan Tipe-tipe Konstruksi Kata Majemuk
Unsur-unsur yang membentuk sebuah kata majemuk tidak hanya bervariasi
berdasarkan jenis katanya, tetapi beragam pula apabila dilihat berdasarkan jenis/status
elemennya. Sebelum menapak ke uraian berikutnya ada baiknya mengingat kembali
beberapa konsep jenis elemen yang memungkinkan menjadi unsur kata majemuk.
Elemen-elemen itu adalah kata, pokok kata, akar, dan morfem unik.
Kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi menjadi unsur
bebas yang lebih kecil. Tangan, ibu, kota, jari dan sebagainya adalah beberapa
contohnya. Sebagai bentuk bebas kata biasanya dapat diisolasikan, seperti pada sifat
kata ibu di bawah ini:
1. Ayah akan bertemu ibu.
2. Ayah akan bertemu dengan ibu.
8. 8
3. Ayah akan bertemu paman dan ibu.
Kata beli, tukar, dengar, ukur, dan sebagainya adalah calon kata yang
sebenarnya belum dapat berdiri sendiri. Bentuk-bentuk ini akan menjadi kata apabila
diberi imbuhan sehingga menjadi membeli, ditukar, terdengar, pengukur, dan
sebagainya. Bentuk-bentuk yang tergolong pokok kata ini dapt digunakan untuk
membentuk kalimat perintah tanpa bantuan afiks, seperti terlihat dalam kalimat
berikut ini:
1. Beli saja buku itu!
2. Kalau rusak, tukar saja dengan yang baru.
3. Dengar baik-baik keterangan gurumu.
4. Ukur kekuatanmu sebelum memutuskan mengerjakan tugas itu.
Akar adalah bentuk asal yang terikat. Satuan lingual yang disebut akar ini
tidak dapat berdiri, dan tidak dapat digunakan sebagai kata kerja kalimat perintah
tanpa diikuti oleh afiks lain. Contoh satuan lingual ini misalnya juang, temu, sua,
tengger, dan sebagainya. Seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini:
1. Juang sekuat tenaga
2. Temu orang itu.
3. Tengger di dahan yang kuat!
9. 9
Akhirnya morfem unik adalah morfem yang hanya dapat bergabung dengan
satu morfem saja. misalnya: gulita hanya bergabung dengan morfem gelap,
benderang hanya dapat bergabung dengan terang, jelita hanya dapat bergabung
dengan cantik, dan sebagainya. Dengan demikian, di dalam bahasa Indonesia hanya
ada gabungan terang benderang, gelap gulita, dan cantik jelita.
A. Struktur Elemen Kata Majemuk
Dengan titik tolak ini dapatlah kemudian diketahui kemungkinankemungkinan struktur elemen-elemen pembentuk kata majemuk bahasa itu.
Kemungkinan-kemungkinan itu adalah seperti berikut ini:
a. Kata majemuk berstruktur kata + kata
Kata majemuk berstruktur kata + kata tidak begitu sukar ditemui di
dalam bahasa Indonesia tangan kanan, panjang tangan, kamar mandi,
rumah sakit, dan sebagainya adalah kata majemuk-kata majemuk yang
tergolong ke dalam tipe ini.
b. Kata majemuk berstruktur kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia ada kata majemuk siap tempur, kuda
balap, mobil balap, jam kerja, dan sebagainya yang terdapat dalam
kaliamat di bawah ini:
10. 10
Dia sekarang dalam kondisi siap tempur.
Ayah kemarin membeli kuda balap.
Mobil balapnya berharga ratusa juta rupiah.
Jam kerja bagi pegawai negeri akan diperpanjang.
c. Kata majemuk berstruktur pokok kata + kata
Kata majemuk balap mobil, lomba panah, perang tombak, perang
mulut, dan sebagainya adalah kata majemuk yang berstruktur pokok kata
+ kata. Adapun penggunaanya dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini :
Kami akan menyaksikan balap mobil di Sentul minggu depan.
Lomba panah tidak dipertandingkan dalam kejuaraan ini.
Perang tombak anatara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Petrang mulut antara teman adalah perbuatan yang tidak terpuji.
d. Kata majemuk berstruktur kata + akar
Kata majemuk daya juang, daya tempur, merupakan 2 contoh kata
majemuk yang berstruktur kata + akar. Adapun contoh penggunaannya
adalah kalimat di bawah ini:
Daya juang pemuda itu tidak pernah surut.
Pesawat itu memiliki daya tempur yang cukup mengagumkan.
11. 11
e. Kata majemuk berstruktur akar + kata
Dari akar kata temu dapat dibuat sejumlah kata majemuk
berstruktur akar + kata seperti temu karya, temu ilmiah, temu muka, temu
alumni, dan sebagainya seperti yang digunakan dalam kalimat berikut ini.
Temu karya itu tidak jadi diselenggarakan.
Fakultas sastra akan mengadakan temu ilmiah di Cisarua.
Antara tersangka dan saksi belum pernah mengadakan temu muka.
Temu alumni SMU kami sudah diadakan tahun lalu.
f. Kata majemuk berstruktur kata + morfem unik
Kata majemuk terang benderang, cantik jelita, gelap gulita, gegap
gempita, dan sebagainya. Yang terdapat dalam kalimat di bawah ini
merupakan kata majemuk yang berstruktur kata + morfem unik.
Hari ini cuaca terang benderang.
Ia melihat gadis yang cantik jelita.
Keadaan di dalam gua gelap gulita.
Begitu dapat menyarangkan bola, para pendukungnya bersorak
gegap gempita.
g. Kata majemuk berstruktur pola kata + pokok kata
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata majemuk serah terima,
jual beli, candak kulak, timbang terima, dan sebagainya . Apabila diamati
elemen-elemennya, maka kata majemuk ini tergolong berstruktur elemen
12. 12
pokok kata + pokok kata. Untuk ini, dapat diperhatikan kalimat (29)
sampai dengan (32) di bawah ini .
Serah terima jabatan Kapolda DIY akan dilakukan pagi ini.
Jual beli kendaraan bekas sekarang ini semakin meningkat.
Beliau sebenarnya sudah sah menjadi rektor, tetapi belum timbang
terima dengan rektor yang lama.
B. Tipe konstruksi Kata Majemuk
singkat tipe-tipe konstruksi kata majemuk bahasa Indonesia. Tipe
konstruksi ini bersangkutan dengan kedudukan unsur-unsur kata
majemuk. Secara sederhana kata majemuk-kata majemuk itu dapat
dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a) Kata majemuk setara:
Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur
pembentuknya memiliki kedudukan yang sama, seperti kaki tangan,
gegap gempita, serah terima, dan sebagainya. Adapun penggunaanya
dapat dilihat dalam kalimat di bawah ini:
Ali adalah kaki tangan orang jahat.
Sorak sorai penonton gegap gempita di lapangan sepak bola.
Apakah serah terima jabatan Bupati sudah dilaksanakan?
13. 13
Unsur kaki dan tangan, gegap dan gempita, serah dan terima pada
kata majemuk di atas memiliki kedudukan yang sama. Contoh lain
misalnya: peluk cium, tabrak lari, remuk redam, dan sebagainya.
b) Kata majemuk tak setara
Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari
unsur-unsur kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu
kedudukannya lebih tinggi daripada yang lain, seperti kamar mandi,
tangan kanan, makan hati, kambing hitam, meja hijau, dan sebagainya
seperti terlihat dalam kalimat di bawah ini:
Setiap hari dia membersihkan kamar mandi.
Tangan kanan pemerintah sudah tidak dapat diandalkan.
Setiap saat dia makan hati.
Siapa kambing hitam peristiwa berdarah itu.
Karena kejahatannya ia diseret ke meja hijau.
Kata kamar, tangan, makan, kambing, dan meja pada (36)
sampai dengan (40) di atas merupakan unsur yang kedudukannya lebih
tinggi, sedangkan unsur-unsur yang mengikutinya, yakni mandi,
kanan, hati, hitam, dan hijau hanya sebagai unsur penjelas atau
penerangnya.
14. 14
Tidak selamanya unsur yang berkedudukan lebih tinggi terletak di depa. Kata
majemuk-kata majemuk yang diambil dari bahasa Sansekerta atau Jawa Kuno
memiliki urutan sebaliknya. Kata putera, pura, dan karya berikut misalnya yang
masing-masing berfungsi sebagai unsur pusat terletak di belakang. Perhatikan contoh
kalimat di bawah ini.
Perusahaan bumi putera harus mendapatkan suntikan dana di pemerintah.
Yogyakarta telah merebut piala adipura.
Semua orang harus menghargai adikarya seseorang.
Kata majemuk yang unsur pusatnya didepan jauh lebih banyak dibandingkan
dengan kata majemuk yang unsur pusat letaknya di belakang
15. 15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kata Majemuk atau Kompositum adalah gabungan dari da kata atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan arti. Kalimat majemuk adalah Suatu bentuk kalimat
luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu
pola kalimat baru di samping pola yang ada.
Sifat kata majemuk :
A. Kata majemuk eksosentris Ialah kata majemuk yang antara unsur tidak saling
menerangkan
B. Kata majemuk endosentris Ialah kata majemuk yang salah satu unsurnya menjadi
inti sedang unsur lain menerangkannya.
3.2. Saran
Makalah ini dapat dipergunakan oleh pembaca sebagai pedoman dalam
menggunakan kata majemuk dalam mata kuliah bahasa Indonesia.