SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  62
Télécharger pour lire hors ligne
DEPARTEMEN
                          KEUANGANREPUBLIK
                                         INDONESIA
                      DIREKTORAT
                               JENDERAL
                                      PAJAK

                    PERATURAN
                            DIREKTUR JENDERAL  PAJAK
                         NOMOR:PER- 31 /PJ/2009

                                    TENTANG
   PEDOMANTEKNISTATACARAPEMOTONGAN,  PENYETORAN PELAPORAN
                                              DAN
    PAJAKPENGHASILANPASAL21 DAN/ATAUPAJAKPENGHASILAN
                                                   PASAL26
    SEHUBUNGANDENGAN PEKERJAAN,JASA,DANKEGIATAN
                                              OHANG  PRIBADI

                           DIREKTURJENDERALPAJAK


Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaanketentuan pasal 24 peraturan Menteri Keuangan
           Nomor 252/PMK.03/2008   tentang Petunjuk pelaksanaanpemotongan pajak
           atas PenghasilanSehubungan   dengan pekerjaan,Jasa, dan KegiatanOrang
           Pribadi, dan ketentuan Pasal 4 peraturan Menterj Keuangan Nomor
           2541PMK.O312008 tentang PenetapanBagian penghasilanSehubungandengan
           Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta pegawai Tidak Tetap
           Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan pajak penghasilan, perlu
           menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang pedoman Teknis Tata
           Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak penghasilan pasal 21
           dan/atau Pajak PenghasilanPasal 26 Sehubungan     Dengan pekerjaan,Jasa,
           dan KegiatanOrangPribadi;

Mengingat: 1 . Undang-Undang  Nomor6 Tahunlg83 tentang    Ketentuan Umumdan Tata
               CaraPerpajakan  (Lembaran Negara RepubliklndonesiaTahun1983Nomor
               49, TambahanLembaranNegara RepubliklndonesiaNomor 3262)
               sebagaimana telahbeberapa diubah
                                          kali       terakhir
                                                            denganUndang-Undang
               Nomor16 Tahun2009(Lembaran      Negara RepublikIndonesia Tahun2009
               Nomor Tambahan
                     62,           Lembaran Negara  Repubiik
                                                           Indonesia Nomor 4999);
               Undang-Undang  Nomor Tahun
                                     7      1983 tentangPajak Penghasilan(Lembaran
               NegaraRepublik   IndonesiaTahun1983Nomor50, Tambahan       Lembaran
               Negara Republik IndonesiaNomor  3263)sebagaimana beberapa
                                                                telah          kali
               diubahterakhirdengan  Undang-Undang  Nomor Tahun2OOB
                                                          36             (Lembaran
               Negara Republik IndonesiaTahun2008Nomor138,Tambahan        Lembaran
               NegaraBepublik Indonesia Nomor4893);
               PeraturanMenteriKeuangan   Nomor 1841PMK.O312007  tentangPenentuan
               TanggalJatuh Tempo Pembayaran      dan Penyetoran  Pajak, Penentuan
               Tempat Pembayaran   Pajak,dan Tata Cara Pembayaran,   Penyetorandan
               PelaporanPajak, serta Tata Cara Pengangsuran        dan Penundaan
               Pembayaran Pajak:
               PeraturanMenteriKeuanganNomor 250/Pl,4K.03/2008   tentang Besarnya
               BiayaJabatanatauBiaya         yangDapat
                                       Pensiun          Dikurangkan Penghasilan
                                                                    dari
               BrutoPegawai Tetap atauPensiunan;
           5- PeraturanMenteri KeuanganNomor 2521PMK.03|2OOB       tentang Petunjuk
               Pelaksanaan Pemolongan   Pajakatas Penghasilan  Sehubungan   dengan
               Pekerjaan,Jasa,danKegiatan Orang  Pribadi;
               PeraturanMenteriKeuangan   Nomor2'4|PMK.Oz|ZOOA   tentangPenetapan
               BagianPenghasilan   Sehubungan  denganPekerjaan Pegawai
                                                               dari          Harian
               dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnyayang Tidak Dikenakan
               Pemotongan Pajak  Penghasilan;
[/EMUTUSKAN:
MenetaDkan:
         PERATURANDIREKTUR JENDERALPAJAKTENTANGPEDOMAN  TEKNIS
         TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORANPAJAK
         PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAUPAJAK PENGHASILANPASAL 26
         SEHUBUNGAN DENGANPEKERJAAN,  JASA, DAN KEGIATANORANG
         PRIBADI.


                                     BABI
                               KETENTUAN
                                       UMUIiI
                                Pasal1
DalamPeraturan
             Direktur      Pajak yangdimaksud
                    Jenderal   ini,         dengan:
 1.   Undang-Undang PajakPenghasilan
                                   adalahUndang-Undang Nomor7 Tahun 1983
      tentangPajakPenghasilan
                            sebagaimana
                                      telahbeberapa diubah
                                                  kali     ierakhir
                                                                  dengan
      Undang-UndangNomor Tahun
                         36     2008.
 2.   P4ak Penghasilan
                     sehubungan  dengan          jasa,
                                        pekerjaan, dan kegiatan   yangdilakukan
      olehWajibPajakorangpribadi SubjekPajakdalamnegeri, yangselanjutnyadisebut
      PPh Pasal 21, adalah pa.iakatas penghasilan berupagaji, upah, honorarium,
      tunjangan, pembayaran dengan
               dan           lain       namadandalam   bentuk
                                                            apapun  sehubungan
      denganpekerjaan jabatan,
                     atau        jasa,dan kegiatan
                                                 yangdilakukan orangpribadi
                                                               oleh
      SubjekPajakdalamnegeri,sebagaimana  dimaksuddalamPasal21 Undang-Undang
      PajakPenghasilan.
 3.   PajakPenghasilan sehubungan dengan          jasa,
                                        pekerjaan, dan kegiatan   yangdilakukan
      olehWajibPajak orangpribadiSubjekPajak          yangselanjutnya
                                            luarnegeri,              disebutPPh
      Pasal adalah
           26,       pajakataspenghasilan
                                        berupa gaji,upah,
                                                        honorarium,
                                                                  tunjangan,dan
      pembayaran  lain dengannama dan dalam bentukapapunsehubungan       dengan
      pekerjaan jabatan,
               atau        jasa,dan kegiatan
                                           yangdilakukan  olehorangpribadi
                                                                         Subjek
      Pajakluar negeri,sebagaimana dimaksud dalam Pasal26 Undang-Undang    Pajak
      Penghasilan.
 4.   PemotongPPhPasal21 danlatau PPhPasal26 adalah WaiibPajakorangpribadiatau
      WajibPajakbadan,termasuk  bentukusahatetap,yangmempunyai kewajibanuntuk
      melakukanpemotongan pajakataspenghasilansehubungan dengan          jasa,
                                                                pekerjaan,
      dan kegiatanorang pribadi
                              sebagaimana dimaksud dalamPasal21 dan Pasal26
      Undang-Undang Penghasilan.
                   Pajak
 5.   Badanadalah badansebagaimanadimaksud
                                         dalam Pasal1 angka Undang-Undang
                                                           3
      Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
      sebagaimanatelahbeberapa diubah
                             kali     terakhir
                                             denganUndang-UndangNomor16
      Tahun2009.
 6.   Penyelenggara
                  Kegiatanadalah WajibPajakorangpribadi
                                                      atauWajib Pajakbadan
      sebagai penyelenggara
                          kegiatantertentuyang melakukan pembayaran imbalan
      dengannamadan dalambentuk  apapunkepada orangpribadisehubungandengan
      pelaksanaan
                kegiatan
                       tersebut.
 7.   Penerima Penghasilanyang DipotongPPh Pasal21 adalahorangpribadidengan
      status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerimaatau memperoleh
      penghasilandengannamadan dalambentuk     apapun,sepanjang tidakdikecualikan
      dalamPeraturan Direktur
                            JenderalPajakini, dari PemotongPPh Pasal21 dan/atau
      PPhPasal sebagai
               26        imbalan
                               sehubungan dengan           jasa
                                                   pekerjaan, ataukegialan yang
      dilakukanbaik dalam hubungannya  sebagaipegawaimaupun bukan pegawai,
      termasukpenerimapensiun.



                                                                                    P
Penerima Penghasilanyang Dipotong  PPh Pasal26 adalahorangpribadidengan
      statussebagai
                  Subjek Pajakluarnegeri yangmenerima memperoleh
                                                     atau           penghasilan
      dengan nama dan dalam bentuk apapun,sepanjang                      dalam
                                                        tidak dikecualikan
      PeraturanDirekturJenderalPaiakini, dari PemotongPPh Pasal21 dan/atau PPh
      Pasal26 sebagai imbalansehubungan                   jasa
                                          denganpekerjaan, atau kegiatan  yang
      dilakukanbaik dalam hubungannya    sebagaipegawaimaupun bukan pegawai,
      termasukpenerima pensiun.
o     Pegawai adalah orangpribadiyangbekerja  padapemberi  kerja,baiksebagai pegawal
      tetap atau pegawai tidak tetap/tenagakerja lepas berdasarkanperianjianatau
      kesepakatan baiksecara
                  keria          tertulis
                                        maupun  tidaktertulis,
                                                             untukmelaksanakan suatu
      pekerjaan dalamjabatan atau kegiatan tertentu denganmemperoleh    imbalanyang
      dibayarkan berdasarkanperiodetertentu,penyelesaian pekerjaan, ketentuan
                                                                   atau         lain
      yang ditetapkan pemberikerja,termasuk   orangpribadi yang melakukan   pekerjaan
      dalam jabatannegeri
                        ataubadan  usaha  miliknegaraataubadan  usaha milikdaerah.
1 0 . Pegawai tetapadalahpegawai  yang menerimaataumemperoleh  penghasilandalam
      jumlahtertentu
                   secarateratur,
                                termasuk anggotadewan komisaris anggota
                                                              dan        dewan
      pengawas  yang secarateraturterus menerusikut mengelolakegiatanperusahaan
      secaralangsung,sertapegawai yangbekerjaberdasarkankontrakuntuksuatujangka
      waktutertentusepanjangpegawai yang bersangkutanbekerjapenuh(fu timel dalam
      pekerjaantersebut-
11.   Pegawaitidak tetap/tenagakerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima
      penghasilanapabilapegawai yang bersangkutanbekerja,          iumlahhari
                                                         berdasarkan
             jumlahunit hasilpekerjaan
      bekerja,                                                      suatujenis
                                                    atau penyelesaian
                                      yang dihasilkan
      pekerjaan diminta
               yang       olehpemberikerja.
      Penerima PenghasilanBukanPegawai adalahorangpribadiselainpegawaitetapdan
      pegawai                kerjalepasyangmemperoleh
             tidaktetap/tenaga                         penghasilan dengannama
      dan dalambentukapapundari Pemotong   PPh Pasal21 danlatau   PPh Pasal26
      sebagai imbalan atas pekerjaan,jasa atau kegiatan tertentu yang dilakukan
      berdasarkanperintah
                        ataupermintaan pemberi
                                      dari      penghasilan.
1 3 . Peserta       adalahorangpribadi
             kegiatan                   yang terlibat
                                                    dalamsuatukegiatan
                                                                     tertenlu,
                                                                   pendidikan,
      termasuk mengikutirapat, sidang, seminar,lokakarya(workshop'1,
      pertunjukan,
                olahraga, kegiatan
                        atau        lainnya menerima memperoleh
                                           dan          atau          imbalan
      sehubungandengankeikutsertaannya kegiatan
                                     dalam         tersebul.
1 4 . Penerima                                          yang menerima
             pensiunadalahorang pribadiatau ahli warisnya           atau
      memperoleh imbalan untukpekerjaan
                                      yang dilakukan masalalu,termasuk
                                                   di                 orang
      pribadi              yangmenerima
            atauahliwarisnya            tunjangan tuaataujaminan tua.
                                                hari             hari
      Penghasilan Pegawai Tetapyang Bersifat     adalahpenghasilan pegawai
                                           Teratur               bagi
      tetap berupagaji atau upah,segalamacamtunjangan, imbalan
                                                      dan       dengannama
      apapun yang diberikan secaraperiodik
                                         berdasarkan       yangditetapkan
                                                   ketentuan            oleh
      pemberi kerja,
                   termasuk uanglembur.
to.   PenghasilanPegawai  Teiap yang BersifatTidak Teraturadalahpenghasilan bagi
      pegawaitetapselainpenghasilanyangbersifat      yangditerimasekalidalamsatu
                                              teratur,
      tahunatauperiodelainnya,antara berupa
                                    lain     bonus, Tunjangan Raya(THR),
                                                             Hari           jasa
      produksi,      gratifikasi, imbalan
              tantiem,         atau      sejenis lainnya
                                                       dengan nama apapun.
1 7 . Upah harianadalahupahatau imbalan yang diterima
                                                    ataudiperoleh     yang
                                                                pegawai
      terutang
             ataudibayarkan
                          secaraharian.
1 8 . Upahmingguan
                 adalah             yangditerima
                      upahatauimbalan          ataudiperoleh     yang
                                                           pegawai
                        secara
      terutang dibayarkan
             atau            mingguan.
1 9 . Upahsatuan                     yang diterima
                adalahupahatau imbalan           ataudiperoleh     yang
                                                             pegawai
             ataudibayarkan
      terutang            berdasarkan                  yang
                                   jumlah hasilpekerjaan dihasilkan
                                        unit




                                                                                        L
Upah boronganadalahupah atau imbalanyang diterimaatau diperoleh    pegawaiyang
    terutang atau dibayarkanberdasarkanpenyelesaiansuatu jenis pekerjaantertentu.
21. lmbalankepadabukan pegawaiadalahpenghasilan
                                              dengan nama dan dalam bentuk
    apapun yang terutang atau diberikankepada bukan pegawai sehubungandengan
    pekerjaan, jasa, atau kegiatanyang dilakukan,
                                                antaralain berupahonorarium,
                                                                           komisi,
    fee, dan penghasilan sejenislainnya.
     lmbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan          adalah imbalan
     kepada bukan pegawaiyang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun
     kalendersehubungandenganpekerjaan,  jasa,atau kegiatan.
23. lmbalankepadapesertakegiatanadalahpenghasilan
                                                dengannama dan dalam bentuk
    apapun yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain
    oerupa uang sal(u, uang representasi,uang rapat, honorarium, hadiah atau
    penghargaan, penghasilan
                dan             sejenislainnya.
24. lvlasaPajak terakhir adalah masa Desemberatau masa pajaktertentu di mana pegawai
    tetap berhentibekeria.




                                        BABII
                PEMOTONG PASAL DAN/ATAU PASAL
                       PPh    21      PPh    26

                                        Pasal2
(1) Pemotong Pasal danlatau pasal26,meliputi:
              PPh       21          PPh
    a. pemberi  kerjayang terdiridari orangpribadi  dan badan,baik merupakan     pusat
       maupuncabang,perwakilan      atau unit yang membayar   gaji, upah, honorarium,
       tunjangan, pembayaran dengan
                 dan              laih        namadan dalambentuk      apapun, sebagai
       imbalan sehubungan  dengan  pekerjaan jasayangdilakukan pegawai
                                             atau                    oleh         atau
       bukanpegawai;
    b. bendahara  ataupemegang pemerintah,
                                  kas             termasuk  bendahara   atau pemegang
       kas pada Pemerintah    Pusattermasuk   institusiTNI/POLR|, pemerintah   Daerah,
       instansiataulembaga   pemerintah,lembaga-lembaga   negaralainnya, Kedutaan
                                                                         dan
       Besar Republlk Indonesia luarnegeri,
                               di            yangmembayarkan upah,
                                                                gaji,      honorarium,
       tunjangan, dan pembayaran     lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
       sehubungan  dengan  pekerjaan jabatan,
                                    atau         jasa,dankegiatan;
    c. danapensiun,  badan  penyelenggara jaminan sosialtenaga kerja, dan badan-badan
       lainyangmembayar   uangpensiun tunjangan tuaataujaminan tua;
                                       dan            hari                hari
    d. orangpribadi yangmelakukan    kegiatan usahaatau pekerjaan  bebassertabadan
       yangmembayar:
       1. honorarium  atau pembayaran sebagai
                                        lain         imbaian sehubungan   dengan  jasa
           dan/ataukegiatan yangdilakukan orang
                                          oleh       pribadi
                                                           dengan  status Subjek Pajak
           dalamnegeri, termasuk jasatenaga yangmelakukan
                                             ahli                pekerjaan  bebas  dan
           bertindakuntuk dan atas namanvasendiri.bukan untuk dan atas nama
           persekutuannya;
        2. honorarium pembayaran sebagai
                     atau          lain      imbalan
                                                   sehubungandengankegiatan
           dan jasa yangdilakukan
                                oleh orangpribadi
                                                denganstatusSubjekPajakluar
           negeri;
        3. honorariumatau imbalanlain kepadapesertapendidikan,
                                                             pelatihan,
                                                                      dan
           magang;
e. penyelenggara  kegiatan, termasukbadan pemerintah,    organisasiyang bersifat
       nasional internasional,
                dan              perkumpulan,  orangpribadisertalembaga lainnyayang
       menyelenggarakan     kegiatan, yang membayar honorarium,hadiah, atau
       penghargaan  dalam  bentukapapun   kepada WajibPajak orangpribadidalam negeri
       berkenaan  dengan  suatukegiatan.
(2) Tidaktermasuk  sebagai  pemberi kerjayang mempunyai   kewajiban untukmelakukan
    pemotongan  pajaksebagaimana  dimaksud  padaayat(1)huruf adalah:
                                                             a
    a. kantorperwakilan negara asing;
    b. organisasi-organisasiinternasionalsebagaimana dimaksud  dalamPasal3 ayat (1)
       huruf c Undang-Undang    PajakPenghasilan,  yang telah ditetapkanoleh Menteri
       Keuangan;
    c. pemberi  kerjaorangpribadi yangtidakmelakukan   kegiatan usahaatau pekerjaan
       bebas yangsemata-mata    mempekerjakan pribadi
                                               orang       untuk melakukan pekerjaan
       rumah  tangga ataupekerjaan bukan   dalam rangkamelakukan  kegiatan
                                                                         usaha atau
       pekerjaan bebas.
(3) Dalamhal organisasi  internasional memenuhi
                                     tidak           ketentuansebagaimana  dimaksud
    padaayat(2)huruf organisasi
                      b,          internasionaldimaksud merupakan  pemberikerjayang
    berkewajiban melakukan  pemotongan  pajak.



                                     BABIII
            PENERIMA
                   PENGHASILAN
                             YANGDIPOTONG PASAL
                                        PPh   21
                      DAN/ATAU PASAL
                              PPh    26

                                     Pasal3
Penerima          yangDipotong
        Penghasilan          PPh Pasal21 danlatau
                                                PPh Pasal26 adalahorang
pribadi
      yangmerupakan:
a. pegawai;
b. penerima
          uangpesangon,
                      pensiun             pensiun,
                            atauuangmanfaat     tunjangan tua,atau
                                                        hari
   jaminan tua,termasuk warisnya;
         hari         ahli
c. bukanpegawai     yang menerima  atau memperoleh   penghasilan sehubungan  dengan
   pekerjaan, ataukegiatan,
              jasa,             antara meliputi:
                                       lain
    1. tenaga ahli yang melakukan     pekerjaan  bebas,yang terdiri dari pengacara,
        akuntan,  arsitek,
                         doKer,konsultan,       penilai, aktuaris;
                                         notaris,       dan
    2. pemain   musik, pembawa  acara, penyanyi,pelawak, bintangfilm,bintang
                                                                           sinetron,
        bintangiklan,sutradara, film, {oto model,peragawan/peragawati,
                                 kru                                         pemain
        drama,  penari,pemahat,pelukis, seniman
                                        dan        lainnya;
    3. olahragawan;
    4. penasihat,  pengajar,pelatih,
                                   penceramah, penyuluh, moderator;
                                                         dan
    5. pengarang,   peneliti, penerjemah;
                           dan
    6. pemberijasa dalam segala bidangtermasukteknik,komputerdan sistem
        aplikasinya, telekomunikasi, elektronika,
                                                fotografi,ekonomidan sosial serta
                 jasa
        pemberi kepada      suatu kepanitiaan;
    7. ageniklan;
    8. pengawas    ataupengelolaproyek;
    9. pembawapesananatau yang menemukan              langganan  atau yang meniadi
        perantara;
   10. petugas   penjaiabarangdagangan;
   11. petugas   dinasluarasuransi;
   'f2. distributorperusahaanmultilevelmarketingataudirectsellingdan kegiatansejenis
        lainnya;

                                                                                       t
                                                                                       I
d. pesertakegiatan yang menerima  atau memperoleh penghasilansehubungan  dengan
   keikutsertaannya suatu
                  dalam       kegiatan,antara meliputi:
                                            lain
   1. peserta  perlombaan dalam segala       antara perlombaan raga,
                                       bidang,     lain          olah     seni,
       ketangkasan, pengetahuan,
                    ilmu             teknologi perlombaan
                                             dan           lainnya;
   2. pesetta rapat, konferensi,
                               sidang,pertemuan, kunjungan
                                                atau         kerja;
   3. peserta atauanggota  dalamsuatukepanitiaan sebagaipenyelenggarakegiatan
       tertentu;
   4. peserta pendidikan, pelatihan, magang;
                                   dan
   5. peserta kegiatan lainnya.

                                          Pasal
                                              4
Tidaktermasuk
            dalampengertian
                          Penerima                      pph pasal 21
                                            yang Dipotong
                                  Penghasilan
dan/atau Pasal sebagaimana
       PPh    26,           dimaksud
                                   dalampasal adalah:
                                            3
a.   pejabat perwakilan
                      diplomatik konsulat
                               dan       atau pejabat lain dari negara asing,dan
     orang-orangyang diperbantukan
                                 kepadamereka  yang bekerja   pada dan bertempat
     tinggal
           bersama mereka,dengansyarat
                                     bukanwarga  negara Indonesia di Indonesia
                                                                  dan
     tidakmenerima atau memperolehpenghasilan di luarjabatan
                                            lain                atau pekerjaannya
     tersebut,
             sertanegarayangbersangkutan
                                       memberikan perlakuan timbal balik;

b.   pejabatperwakilanorganisasi
                              internasional
                                         sebagaimanadimaksud dalampasalO ayat
     (1) hurufc Undang-Undang PajakPenghasilan,
                                              yang telahditetapkanoleh Menteri
     Keuangan, dengan syarat
                           bukan warganegaraIndonesia tidakmenjalankan
                                                    dan                 usaha
     ataukegiatan pekeriaan untuk
                 atau        lain    memperolehpenghasilan Indonesia.
                                                          dari



                                         BAB IV

          PENGHASILAN
                    YANG DIPOTONGPPh PASAL21 DAN/ATAUPPh PASAL26

                                         Pasal 5

(1) Penghasilan
              yang dipotongPPh Pasal21 daniataupph pasal26 adalah:
     a.     penghasilan yang diterimaatau diperoleh   pegawaitetap,baik berupapenghasilan
            yang bersifatteratur maupuntidak teratur;
     b.     penghasilanyang diterimaatau diperolehpenerimapensiunsecarateraturberupa
            uang pensiunatau penghasilansejenisnya;
     c.     penghasilansehubungandengan pemutusanhubungankerja dan penghasilan
            sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang
            pesangon,uang manfaatpensiun,tunjanganhari tua atau jaminan hari tua, dan
            pembayaran sejenis;
                      lain
     d.     penghasilanpegawaitidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
            upah mingguan,upah satuan,upah boronganatau upah yang dibayarkan   secara
            bulanan;
     e.     imbalankepadabukan pegawai,antara lain berupahonorarium,komisi,fee, dan
            imbalan sejenisnyadengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
            sehubungan denganpekerjaan,jasa, dan kegiatan
                                                        yangdilakukan;
     f.     imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
            representasi,
                       uangrapat,honorarium,
                                           hadiahatau penghargaandengannamadan
            dalambentukapapun,dan imbalansejenisdengannamaapapun.




                                                                                            L
(2) P€nghasilanyang dipotong PPh Pasal 21 danlatau pph pasal 26 sebagaimana
    dimaksud pada ayat ('1) termasuk pula penerimaandalam bentuk natura dan/atau
    kenikmatanlainnyadengannamadan dalambentukapapunyangdiberikan   oleh:
    a. bukanWajib Pajak;
                               Pajakpenghasilan
    b. Wajib Pajakyang dikenakan              yang bersifat
                                                          final;atau
    c. Wa.iibPajak yang dikenakanPajak Penghasilan         norma penghltungan
                                                 berdasarkan
       khusus (deem ed prof it]'.


                                        Pasal6

( 1 ) Penghasilansebagaimana  dimaksud dalam pasal 5 yang djterimaatau diperolehorang
      pribadiSubjek Pajak dalam negerimerupakanpenghasilan   yang dipotongpph pasal
      21.

(2) Penghasilansebagaimana  dimaksud dalam pasal 5 yang diterimaatau diperolehorang
                                                                                  -
    pribadiSubjekPajakluar negerimerupakanpenghasitan yangdipotongpph pasal 26.


                                        Pasal7
( 1 ) PenghitunganPPh Pasal 21 danlalau pph pasal 26 atas penghasilanberupa
      penerimaan  dalam bentuknaturadan/ataukenikmatan     lainnyasebagalmana  dimaksud
      dalam Pasal 5 ayat (2) didasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan atau
      nilaiwajaratas pemberian  kenikmatan yang diberikan.
(2) D_alam penghasilan
             hal              sebagaimana  dimaksuddalam pasal 5 ayat (1) diterimaatau
      diperolehdalam mata uang asing,penghitungan    pph pasal zl aailatii pph pasal 26
      didasarkan pada nilaitukar (kurs)yang ditetapkanoleh MenteriKeuangan  yang berlaku
      pada saat pembayaran   penghasilantersebutatau padasaat dibebankan  sebagaibiaya.

                                       PasalI

( 1 ) Tidaktermasukdalampengertian
                                 penghasilanyang dipotongpph pasal21 adalah:
      a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
         sehubungan dengan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan,asuransi iiwa,
         asuransidwiguna,
                        dan asuransi
                                   bea siswa:
    b. penerimaan dalam bentuk natura
                                    dan/atau kenikmatan  dalam bentukapapun yang
       diberikanoleh Wajib Pajakatau pemerintah, kecualipenghasilan  sebagaimani
       dimaksud dalam Pasal ayat(2);
                           S
    c. iuran pensiunyang dibayarkan kepadadana pensiun     yang pendiriannyatelah
       disahkanolehMenteri Keuangan, iurantunjangan tua atauiuran
                                                     hari             jaminan hari
       tua kepadabadanpenyelenggara   tunjangan tua atau badanpenyelenggara
                                                hari
       jaminansosialtenagakerjayangdibayar olehpemberi  kerja;
    d. zakatyangditerima olehorang pribadi
                                         yangberhak badan
                                                      dari      ataulembaga  amil
       zakatyangdibentuk ataudisahkan olehpemerintah, sumbangan
                                                       atau            keagamaan
       yangsifatnyawajibbagi pemeluk  agamayangdiakuidi Indonesia   yangditerima
       oleh orang pribadiyang berhakdari lembaga  keagamaan    yang dibentuk atau
       disahkanoleh Pemerintah   sepanjang  tidak ada hubungandengan usaha,
       pekerjaan,kepemilikan, penguasaan di
                            atau                     antara pjhak-pihak yang
       bersangkutan;
    e. beasiswa
              sebagaimanadimaksud
                                dalamPasal ayat(3) hurufI Undang-Undang
                                         a
       PajakPenghasilan.
(2) PajakPenghasilan ditanggung pemberi
                   yang        oleh      kerja,      yangditanggung
                                              termasuk            oleh
    Pemerintah,
              merupakanpenerimaan
                                dalambentuk
                                          kenikmatan
                                                   sebagaimanadimaksud
    padaayat(1)huruf
                   b.
BABV
                            DASARPENGENAAN PEMOTONGAN
                                         DAN
                            PPhPASAL DAN/ATAU PASAL
                                    21      PPh    26

                                          Pasal
                                              I
(1) Dasarpengenaan pemotongan Pasal adalah
                  dan        PPh     21  sebagai
                                               berikut:
    a. Penghasilan Pajak,
                Kena    yangberlaku
                                  bagi:
           ,.   yegawa'   LeuP!

           2. penerimapensiunberkala;
        3. pegawaitidak tetap yang penghasilannya         dibayarsecara bulananatau jumlah
            kumulatif penghasilanyang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
            melebihiRp1.320.000,00      (satujuta tiga ratusdua puluhribu rupiah);
        4. bukan pegawaisebagaimana          dimaksuddalam Pasal 3 huruf c selain tenaga
           ahli,yang menerima       imbalanyang bersifat  berkesinambungan.
    b. Jumlah penghasilan        yang melebihiRp150.000,00    (seratuslima puluh ribu) sehari,
       yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah
       mrngguan,upah satuan atau upah borongan,sepanjangpenghasilankumulatif
       yang diterima       dalam 1 (satu)bulan kalenderbelummelebihiRp1.320.000,00      (satu
       juta tiga ratusdua puluhribu rupiah);
    c. 50% (lima puluh persen)dari jumlah penghasilan         bruto,yang berlakubagi tenaga
       ahli yang melakukanpekerjaanbebas sebagaimana               dimaksud dalam Pasal 3
       h u r u fc a n g k a1 ;
    d. Jumlah penghasilanbruto, yang berlaku bagj penerima penghasilanselain
       penerima      penghasilan  sebagaimana  dimaksud    padahurufa, b, dan hurufc.
(21 Dasarpengenaan          dan pemotongan PPh Pasal26 adalahjumlahpenghasilan      bruto.


                                         Pasal10

(1)   Jumlah penghasilanbruto yang diterimaatau diperolehPenerimaPenghasilan
                                                                           yang
      DipotongPPh Pasal 21 danlalau PPh pasal 26 adalahseluruhjumlah penghasilan
      sebagaimanadimaksuddalam Pasal 5 yang diterimaatau diperolehdalam suatu
      periodeatau padasaat dibayarkan.
(21 PenghasilanKena Pajak sebagaimanadimaksuddalam Pasal 9 ayat (1) hurul a
    adalahsebagaiberikut:
      a. bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala,sebesar penghasilanneto
         dikurangi
                 Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP);
      b. bagi pegawaitidaktetap,sebesarpenghasilan
                                                 brutodikurangiPTKP;
      c. bagi bukan pegawai,sebesar penghasilan bruto dikurangiPTKP yang dihitung
         secarabulanan.

(3)   Besarnyapenghasilanneto bagi pegawaitetap yang dipotongPPh Pasal 21 adalah
      jumlahseluruhpenghasilan
                             brutodikurangi
                                          dengan:
      a.   biayajabatan,sebesar5% (limapersen)dari penghasilan bruto,setinggi-tingginya
           Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)sebulanatau Rp6.000.000,00 (enamjuta
           rupiah)setahun;
      b.   iuran yang terkaitdengan gaji yang dibayaroleh pegawaikepadadana pensiun
           yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan
           penyelenggara  tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan
           dengandana pensiun  yang pendiriannya telahdisahkanoleh MenteriKeuangan.




                                                                                                 t
(4)  Besarnya  penghasilan bagipenerima
                             neto                pensiun  berkalayangdipotong     pph pasal
     21 adalah  seluruh jumlah penghasilan brutodikurangi   dengan biayapensiun,    sebesar
     5% (limapersen) penghasilan
                        dari            bruto,  setinggi-tingginya                (dua
                                                                  Rp2OO.O0O,OOratus
     riburupiah) sebulan  atauRp2.a00.000,00 jutaempat
                                               (dua            ratusriburupiah)  setahun.
(5) Dalam bukan
            hal        pegawai sebagaimana  dimaksud    dalam  Pasal huruf selain
                                                                    3       c        tenaga
                      jasa
    ahlimemberikan kepada         Pemotong Pasal danlatau Pasal
                                            PPh          21         PPh          26:
    a. mempekerjakan       orang lain sebagai pegawainyamaka besarnya jumlah
        penghasilan  brutosebagaimana    dimaksud    padaayat (1) adalahsebesar      jumlah
        pembayaran   setelah  dikurangidenganbagian     gaji atauupahdari pegawai      yang
        dipekerjakantersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian         tidak dapat
        dipisahkan bagiangaji atau upah dari pegawai     yang dipekerjakan  tersebutmaka
        besarnya  penghasilan tersebut
                               bruto        adalah   sebesar jumlahyangdibayarkan;
    b. melakukan   penyerahan    material
                                        atau barang    makabesarnya    jumlahpenghasilan
        brutosebagaimana     dimaksud padaayat (1) hanyaataspemberian         jasanya  saja,
        kecuali apabila dalamkontrak/perjanjian dapatdipisahkan
                                                  tidak                  antara  pemberian
        jasa denganmaterial     atau barangmaka besarnya       penghasilan  bruto tersebut
        termasuk  pemberian danmaterial barang.
                             jasa             atau
(6) Dalam jumlah
            hal        penghasilan sebagaimana
                                   bruto                dimaksud  padaayat(1)dibayarkan
    kepada   dokteryangmelakukan     praktik rumah
                                            di         sakitdan/atau klinikmakabesarnya
    jumlah  penghasilan adalah
                         bruto               jasa
                                     sebesar dokter        yangdibayar  olehpasien   melalui
    rumah  sakitdan/atau   kliniksebelum dipotong   biaya-biaya bagihasilolehrumah
                                                                atau
    sakitdan/atau  klinik.


                                       Pasal11
             PTKPpertahun
( 1 ) Besarnya           adalah
                              sebagai
                                    berikut:
    a. Rp15.840.000,00 belas
                      (lima      jutadelapan  ratus empat puluhriburupiah)untuk  diri
       WajibPajakorang pribadi;
    b. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluh
                     (saiu                         riburupiah)tambahan  untuk Wajib
       Pajakyangkawin;
    c. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluh
                     (satu                         riburupiah)
                                                             tambahan   untuksetiap
       anggota keluargasedarah  dan keluarga  semenda   dalamgarisketurunan    lurus
       sertaanakangkat, yangmenjadi   tanggungan  sepenuhnya,  paling banyak (tiga)
                                                                            3
       oranguntuksetiapkeluarga.
(21 PTKPperbulan  sebagaimana dimaksud   dalam Pasal ayat(2)huruf adalah
                                                      1O              c       PTKP
    pertahunsebagaimana  dimaksud padaayat(1)dibagi (duabelas),
                                                      12             sebesar:
    a. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluhriburupiah)
                     (satu                                    untukdiriWajibpajak
       orangpribadi;
    b. Rp110.000,00 (seratussepuluh  ribu rupiah)tambahan   untukWajib Pajakyang
       kawin;
    c. Rp110.000,00 (seratussepuluhribu rupiah) tambahan      untuk setiapanggota
       keluargasedarah keluarga
                      dan           semenda   dalamgariskelurunan   lurussertaanak
       angkat,yangmenjadi tanggungan   sepenuhnya,  paling
                                                         banyak (tiga)
                                                                 3      oranguntuk
       setiap
            keluarga.
(3) BesarnyaPTKPbagikaryawati berlaku   ketentuansebagai berikut:
      a. bagi karyawati
                      kawin,sebesar PTKPuntuk
                                            dirinya
                                                  sendiri;
      b. bagi karyawati
                      tidakkawin,
                                sebesar PTKPuntukdirinyasendiri      PTKP
                                                              ditambah
         untuk        yangmenjadi
               keluarga           tanggungan
                                           sepenuhnya.
(4)   Dalam hal karyawatikawindapat menunjukkan         tertulisdari Pemerintah
                                               keterangan
      Daerah setempat serendah-rendahnya
                                      kecamatan yangmenyatakan  bahwasuaminya
      tidakmenerima  ataumemperolehpenghasilan,
                                              besarnyaPTKPadalahPTKPuntuk
      dirinyasendiriditambahPTKPuntukstatuskawindan PTKPuntukkeluarga    yang
      menjadi tanggungansepenuhnya.


                                                                                               ,1,
(5)     BesarnyaPTKPditentukan
                             berdasarkan
                                       keadaanpadaawaltahunkalender.
(6)    Dikecualikandari ketentuansebagaimanadimaksudpada ayat (5), besarnyapTKp
       untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesiadalam bagian tahun
       kalenderditentukanberdasarkankeadaanpadaawal bulandari baoiantahunkalender
       yang bersangkUtan.


                                         Pasal12

( 1 ) Atas penghasilanbagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak dibayar
      secarabulananataujumlahkumulatifnya     dalam i (satu)bulankalenderbelummelebihi
      Rp1.320.000,00 (satujuta tiga ratus dua puluh ribu rupiah),
                                                                berlakuketentuan sebagai
      berikut:
      a. tidak dilakukanpemotongan  PPh Pasal21, dalam hal penghasilan   sehariatau rata-
         rata penghasilansehari belum melebihi Rp150.000,00      (seratus lima puluh ribu
         rupiah);
      b. dilakukanpemotongan   PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan   sehari atau rata-rata
         penghasilan  sehari melebihi Rp150.000,00  (seratuslima puluh ribu rupiah), dan
         jumlah sebesar Rp150.000,00   (seratuslima puluh ribu rupiah)tersebutmerupakan
         jumlahyang dapatdikurangkan penghasilan
                                       dari            bruto.
(2) Rata-ratapenghasilan
                       sehari sebagaimanadimaksudpada ayat (1) adalah rata-rata
    upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang
    digunakan.
(3) Dalam hal pegawaitidak tetap telah memperoleh  penghasilan kumulatifdalam I (satu)
    bulan kalendermelebihiRp1.320.000,00   (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)
    maka jumlah yang dapat dikurangkan   dari penghasilan  bruto adalah sebesar pTKp
    yang sebenarnya.
(4) PTKP yang sebenarnya            dimaksudpada ayat (3) adalah sebesarpTKp
                          sebagaimana
    untukiumlahharikerjayangsebenarnya.
(5) PTKP seharisebagaidasar untukmenetapkanpTKp yang sebenarnya  adalahsebesar
    PTKP per tahun sebagaimanadimaksuddatamPasal11 ayat (1) dibagi360 (tigaratus
    enam puluh)hari.
(6) Dalam hal berdasarkan
                        ketentuandi bidang ketenagakerjaan
                                                         diatur kewajibanuntuk
      mengikutsertakan   pegawaitidak tetap atau tenagakerja lepasdalam programjaminan
      hari tua atau lunjanganhari tua, maka iuraniaminanhari tua atau iurantunjanganhari
      tua yang dibayarsendiri oleh pegawaitidaktetap kepadabadanpenyelenggara    jaminan
      sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara  tunjanganhari tua, dapat dikurangkan
      dari penghasilan bruto.


                                         Pasal13
( 1 ) Penerimapenghasilan  bukan pegawaisebagaimana
                                                  dimaksud  dalam pasal 9 ayat (l)
      huruf a angka 4 dapat memperolehpenguranganberupa PTKP sepanjang yang
      bersangkutan  telah mempunyaiNomor Pokok Wajjb Pajak dan hanya memperoleh
      penghasilan dari hubungankerjadenganPemotongPPh Pasal21 dan/atauPPh Pasal
      26 sertatidak memperolehpenghasilanlainnya.
(2) Untuk dapat memperolehpenguranganberupa PTKP sebagaimanadimaksudpada
      ayat (1), penerima penghasilanbukan pegawai harus menyerahkan  fotokopi kartu
      Nomor PokokWajib Pajak,dan bagi wanita kawin harus menyerahkan  fotokopikartu
      NomorPokokWajib Pajaksuamisertafotokopi suratnikahdan kartukeluarga.




                                                                                             t
BABVI
                  TARIFPEMOTONGAN
                                PAJAK DANPENERAPANNYA
                                       Pasal
                                           14
( 1 ) Tarif berdasarkan
                      Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang
                                                           Pajak Penghasilan
    diterapkan atasPenghasilan   KenaPajakdari:
    a. pegawai    tetap;
     b. penerima    pensiun  berkalayangdibayarkan  secara bulanan;
    c. pegawai    tidaktetapatautenagakerjalepasyangdibayarkan      secarabulanan.
(2) Untukperhitungan Pasal21 yangharusdipotong
                        PPh                               setiapmasapaiak,kecualimasa
    pajakterakhir, tarif diterapkanatas perkiraanpenghasilan  yangakandiperoleh  selama
    1 (satu)tahun,dengan    ketentuan sebagai berikut:
    a. perkiraan   ataspenghasilan   yangbersifatteratur adalah jumlahpenghasilan teratur
         dalam (satu)
                1        bulan dikalikan (dua
                                        12     belas);
    b. dalam hal terdapattambahanpenghasilan            yang bersifattidak teratur maka
         perkiraan  penghasilan yangakandiperoleh   selama1 (satu)tahunadalah   sebesar
         iumlahpada hurufa ditambah       dengan  jumlahpenghasilan   yang bersifat tidak
         teratur.
(3) JumlahPPh Pasal21 yang harusdipotong          untuksetiapmasa pajaksebagaimana
    dimaksud  padaayal(2)adalah:
    a. atas penghasilan     yangbersifatteraturadalah  sebesar PajakPenghasilan terutang
         atasjumlah   penghasilan  sebagaimana  dimaksud   padaayat (2) hurufa dibagi12
         (duabelas);
       b. atas penghasilan  yang bersifattidak teraturadalahsebesarselisihantaraPajak
           Penghasilan terutang jumlah
                       yang         atas         penghasilansebagaimana   dimaksud pada
           ayat(2)huruf dengan
                        b        Pajak Penghasilan terutang jumlah
                                                    yang         atas        penghasilan
           sebagaimana  dimaksud padaayat (2)hurufa.
(4)   Dalamhal pegawaitetap mempunyai       kewajiban pajak subjektff
                                                                    terhitungsejak awal
      tahun kelender dan mulai bekerjasetelahbulanJanuari,      termasuk   pegawai yang
      sebelumnya  bekerjapada pemberikerja lain, banyaknya    bulan yang menjadifaktor
      pengalisebagaimana    dimaksud  pada ayat (2) atau laktor pembagi     sebagaimana
      dimaksud padaayat (3) adalahjumlahbulantersisadalamtahunkalender        sejakyang
      bersangkutan bekerja.
                   mulai
(5)   Besarnya PPh Pasal21 yang harusdipotong     untukmasapajakterakhir    adalahselisih
      antaraPajakPenghasilan  yangterutang   atasseluruhpenghasilan kenapajakselama1
      (satu)tahunpajakatau bagiantahunpaiakdenganPPh Pasal21 yangtelahdipotong
      padamasa-masa    sebelumnya dalam  tahun  pajakyangbersangkutan.
(6)   Dalam hal pegawaitetap kewajiban    pajak subjektifnyahanyameliputibagiantahun
      pajak makaperhitungan Pasal yangterutang
                             PPh       21               untuk bagiantahunpajak  tersebut
      dihitungberdasarkan  penghasilankenapajakyangdisetahunkan,       sebanding dengan
      jumlah bulandalam  bagiantahun pajak yangbersangkutan.
(71   Dalamhal pegawai   tetapberhenti bekerja  sebelum bulanDesember jumlahPPh
                                                                         dan
      Pasal yangtelahdipotong
            21                   dalam  tahunkalender  yangbersangkutan besar
                                                                          lebih     dari
      PPhPasal yangterutang
                21               untuk1 (satu)  tahunpaiakmakakelebihan Pasal
                                                                           PPh        21
      yang telah dipotong tersebutdikembalikan  kepadapegawai   tetap yang bersangkutan
      bersamaan  denganpemberian    buKi pemotongan Pasal21, palinglambat
                                                       PPh                         akhir
      bulan berikutnyasetelahberhentibekeria.
(8)   JumlahPenghasilan    Kena Pajaksebagai     dasarpenerapan  tarif Pasal17 ayat ( 1 )
      huruf a Undang-Undang    Pajak Pengfrasilan  sebagaimana  dimaksudpada ayat ( 1 )
      dibulatkan bawah
                ke        hinggaribuanpenuh.
Pasal
                                           15

 ( 1 ) Atas penghasilan
                      yang diterima             pegawai
                                   atau diperoleh     tidaktetap atau tenagakerja
     lepasberupa  upah harian,upahmingguan,   upahsatuan, upah borongan, uang
                                                                         dan
     saku harian, sepanjangpenghasilan tidak dibayarkansecara bulanan,tarif lapisan
     pertama  sebagaimana  dimaksud dalamPasal17 ayat (1) hurufa Undang-Undang
     PajakPenghasilan diterapkanatas:
     a. jumlahpenghasilan brutosehariyang melebihi Rp150.000,00 (seratuslima puluh
        riburupiah);
                   atau
     b. iumlah penghasilan bruto dlkurangiPTKP yang sebenarnya   dalam hal jumlah
        penghasilankumulatifdalam1 (satu)bulankalenderielahmelebihiRp1.320.000,00
             juta
        (satu tigaratus puluh
                         dua      riburupiah).
 (2) Dalamhal jumlahpenghasilan
                              kumulatif
                                     dalamsatu bulankalender
                                                           telah metebihi
     Rp6.000.000,00(enam juta rupiah),
                                     PPh Pasal21 dihitung
                                                        denganmenerapkan
                                                                       tarif
     Pasal17 ayat(1)huruf Undang-Undang Penghasilan jumlah
                        a                Pajak           atas    Penghasilan
     KenaPajak yangdisetahunkan.

                                      Pasal
                                          16

 ( 1 ) Tarif berdasarkan
                       Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang
                                                            Pajak Penghasilan
     dilerapkan jumlah
               atas        kumulatifdari:
     a. Penghasilan   KenaPajak  sebesar  jumlah penghasilan brutodikurangi PTKP,  yang
         diterimaataudiperoleh bukanpegawai    sebagaimana dimaksud  dalamPasal9 ayat
         (1)huruf angka yangmemenuhi
                  a       4                 ketentuan
                                                    sebagaimana   dimaksud  dalam Pasal
         13 ayat(1),yangdihitung setiap bulan;
     b. 50% (limapuluhpersen) jumlahpenghasilan
                                  dari                    brutoyangyangditerima    atau
         diperoleh tenagaahli yang melakukan    pekerjaanbebassebagaimana      dimaksud
         dalam Pasal huruf angka
                     3      c       1;
     c. iumlah  penghasilan untuk
                            bruto      setiap pembayaran imbalan kepada  bukan  pegawai
         yang bersifat berkesinambungan tidak memenuhi
                                           yang                 ketentuan  sebagaimana
         dimaksud  dalam Pasal ayat(1);
                               13
     d. jumlah penghasilan   bruto berupa honorarium  atau imbalanyang bersifattidak
         teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisarisatau dewan
         pengawas   yang tidak merangkap   sebagaipegawai  tetap pada perusahaan   yang
         sama;
     e. jumlahpenghasilan    brutoberupa   jasa produksi,
                                                        tantiem,  gratifikasi,
                                                                            bonusatau
         imbalan lain yang bersifatiidak teratur yang diterimaatau diperolehmantan
         pegawai; atau
     f. jumlahpenghasilan    brutoberupa   penarikandana pensiun  oleh peserta  program
         pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang
         pendiriannya disahkan Menteri
                      telah         oleh         Keuangan.
 (2) Tarif berdasarkan  Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang      Pajak Penghasilan
     diteraokanatas:
     a. jumlah  penghasilan untuk
                            bruto      setiap pembayaran imbalan kepada  bukan  pegawai
         yangtidakbersifat berkesinambungan;
     b. jumlahpenghasilan   brutountuksetiapkalipembayaran   yangbersifat utuhdantidak
         dipecah, yangditerima peserta
                               oleh         kegiatan.


                                      Pasal
                                          17
Pengenaan Pasal bagipejabat
          PPh      21            negara, pegawainegeri
                                                     sipil,
                                                          anggotaTentaraNasional
Indonesia,
         anggotaKepolisian NegaraRepublik  Indonesia,serta para pensiunannya
                                                                           atas
penghasilanyang menjadibebanAnggaran   Pendapatan BelanjaNegaraatau Anggaran
                                                 dan
Pendapatan dan Belanja Daerah, diatur berdasarkanketentuanyang ditetapkankhusus
menoenai dimaksud.
        hal

                                                                                          ,l-
Pasal18

Psngenaan   PPh Pasal21 bagi pegawai atas uang pesangon,uangmanfaatpensiun,tunjangan
haritua, atau jaminanharitua yang dibayarkansecarasekaligus,
                                                           diaturberdasarkan
                                                                           ketentuan
yangditetapkan  khususmengenai dimaksud.
                                hal


                                      Pasal19
 ( 1 ) TarifPPh Pasal sebesar
                    26      20% (duapuluhpersen) bersifat
                                               dan      finalditerapkan
                                                                      atas
     penghasilanbrutoyangditerima
                                ataudiperolehsebagaiimbalan ataspekerjaan,jasa,
     dan kegiatanyangdilakukan orang
                             oleh     pribadi
                                            dengan statusSubjek Pa.jak negeri
                                                                     luar
     denganmemperhatikan  ketentuanPersetujuanPenghindaranPajakBerganda   yang
     berlaku antaraRepublik
                          lndonesiadengannegara domisiliSubjekpajak luar negeri
     tersebut.
 (21 PPhPasal sebagaimana
               26           dimaksud padaayat(1)tidakbersifat dalam orang
                                                            final     hal
     pribadisebagaiWajibPajakluar negeri
                                       tersebut
                                              berubah statusmenjadiWajibpajak
     dalam neoeri.


                                      BABVII
   TARIFPEMOTONGAN PASAL BAGIPENERIMA
                 PPh    21          PENGHASILAN
                                             YANGTIDAK
               MEIVIPUNYAI
                       NOMOR
                           POKOK WAJIBPAJAK
                                      Pasal
                                          20
 (1) BagiPenerima   Penghasilan yangDipotong PPh Pasal21 yangtidakmemitiki      Nomor
     Pokok  WajibPaiak, dikenakan pemotongan Pasat dengan lebih
                                             PPh        21         tarif    tinggi20%
     (duapuluhpersen)   daripada yangditerapkan
                                tarif               terhadap  Wajibpajakyangmemiliki
     Nomor  Pokok  WajibPajak.
 (2) JumlahPPh Pasal21 yang harusdipotong        sebagaimana   dimaksud  pada ayat (1)
     adalahsebesar120%(seratus     dua puluhpersen)    dari jumlahpph pasat2t yang
     seharusnya  dipotongdalam yangbersangkutan
                               hal                  memiliki Nomor  pokok Wajibpajak.
 (3) Pemotongan Pasal sebagaimana
                  PPh       21             dimaksud   padaayat(1)hanya    berlakuuntuk
     pemotongan Pasal yangbersifat
                  PPh      21            tidakfinal.
 (4) Dalam pegawai
            hal        tetapataupenerima pensiun  berkalasebagai  penerima penghasilan
     yangtelah  dipotong Pasal dengan yanglebih
                        PPh       21       tarif          tinggisebagaimana  dimaksud
     padaayat (1), mendaftarkan untukmemperoleh
                                diri                   NomorPokok   WaiibPajakdalam
     tahunkalender  yang bersangkutan palinglamasebelum      pemotongan pasal21
                                                                         pph
     untuk masapajak  Desember, Pasal yangtelahdipotong selisih
                                PPh      21                      atas       pengenaan
     tarifsebesar     (duapuluhpersen)
                  20o/quot;                lebihtinggi tersebut  diperhitungkandengan PPh
     Pasal21 yangterutang   untukbulan-bulanselanjutnya  setelah memilikiNomorPokok
     WajibPajak.

                                      BABVIII
              SAATTERUTANG PASAL DAN/ATAU PASAL
                         PPh    2.I     PPh    26

                                      Pasal
                                          21
( 1 ) PPh Pasal21 danlatauPPh Pasal26 terutangbagi Penerima         pada saat
                                                          Penghasilan
            pembayaran padasaatterutangnya
    dilakukan           atau                   penghasilan
                                                         yangbersangkutan,
(2) PPh Pasal2'l danlalauPPh Pasal26 terutang            PPh Pasal21 danlalau
                                             bagi Pemotong
    PPhPasal untuk
             26      setiapmasapaiak.
(3) Saatterutanguntuksetiapmasapajaksebagaimana
                                              dimaksudpadaayai (2) adalah
    akhirbulandilakukannyapembayaran padaakhirbulan
                                   atau                       penghasilan
                                                    terutangnya
    yangbersangkutan.


                                                                                         t
BAB IX


        HAK DAN KEWAJIBANPEMOTONGPPh PASAL 21 DAN/ATAUPASAL 26
             SERTAPENERIMA PENGHASILAN
                                     YANG DIPOTONG  PAJAK
                                       Pasal 22

(1) Pemotong PPh Pasal 21 danlatau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilanyang
                                           diri ke Kantor pelayanan pajak sesuai
    Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan
    dengan ketentuanyang berlaku.
(2) Pegawai, penerima pensiunberkala, sertabukanpegawai sebagaimanadimaksud  dalam
    Pasal 9 ayat (1) hurul a angka 4 wajib membuatsurat pernyataan
                                                                 yang berisijumlah
    tanggungan keluargapada awal tahun kalenderatau pada saat mulai menjadiSubjek
    Pajakdalam negerisebagaidasar penentuan   PTKPdan wajib menyerahkannya kepada
    PemotongPPh Pasal 21 danlalaupph pasal 26 pada saat mulai bekerjaatau mulai
    pensiun.
(3) Dalam hal terjadi perubahantanggungankeluargabagi pegawai, penerima pensiun
    berkala dan bukan pegawaisebagaimana   dimaksuddalam pasal 9 ayat (1) huruf a
    angka 4 wajib membuat surat pernyataan
                                         baru dan menyerahkannya kepadapemotong
    PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender
    berikutnya.
(4) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau pph pasal 26 wajib menghitung,memotong,
    menyetorkandan melaporkanPPh Pasal 21 danlalau pph pasal 26 yang terutang untuk
    setiapbulankalender,
(5) Pemotong PPh Pasal 21 danlalau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau kertas
    kerja perhitunganPPh Pasal21 danlalauPPh Pasal26 untukmasing-masing      penerima
    penghasilan, yang menjadidasar pelaporan  PPh Pasal21 danlalauPPh pasal 26 yang
    terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja
    perhitungan tersebutsesuaidenganketentuan  yang berlaku.
(6) Ketentuan mengenaikewajiban   untuk melaporkan pemotongan  pph pasal 21 dan/atau
    PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalendersebagaimana  dimaksudpada ayat (4) tetap
    berlaku,dalamhal jumlahpajakyang dipotongpadabulanyang bersangkutan     nihil.
(7) Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihanpenyetoran  pajak atas pph pasal 21
    dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong pph pasal 21 danlalau pph pasal
    26, kelebihan penyetorantersebutdapat diperhitungkandenganPPh Pasal21 dan/atau
    PPh Pasal 26 yang terutangpada bulan berikutnya melaluiSurat Pemberitahuan   lvlasa
    PPh Pasal21 dan/atau  PPh pasal 26.

                                      Pasal23
(1) PemotongPPh Pasal2l dan/atauPPh Pasal26 harusmemberikan      bukti pemotongan
    PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap atau
    penerima pensiunberkalapalinglama 1 (satu)bulansetelahtahunkalender berakhir.
(2) Dalam hal pegawaitetap berhentibekerjasebelumbulan Desember, buktipemotongan
    PPh Pasal 21 sebagaimana   dimaksudpada ayat (1) harus diberikanpaling lama 1
    (satu)bulansetelahyang bersangkutanberhentibekerja.
(3) PemotongPPh Pasal21 danlatauPPh Pasal 26 harus memberikan       bukti pemotongan
    PPh Pasal 21 atas pemotonganPPh Pasal 21 selain pegawaitetap dan penerima
    pensiunberkalasebagaimana     dimaksudpada ayat (1), serta bukti pemotongan PPh
    Pasal 26 setiap kali melakukanpemotonganPPh Pasal 21 danlatauPPh Pasal 26.
(4) Dalam hal dalam I (satu)bulankalender, kepadasatu penerima  penghasilandilakukan
    lebih dari 1 (satu) kali pembayaranpenghasilan, bukti pemolonganPPh Pasal 21
    dan/atauPPh Pasal26 sebagaimana     dimaksudpada ayat (3) dapatdibuatsekaliuntuk
    1 (satu)bulankalender.
(5) Bentukformulirpemotongan    PPh Pasal 21 dan/atauPPh Pasal26 ditetapkan  dengan
    Peraturan DirekturJenderal Paiaktersendiri.


                                                                                          &
Pasal24

( 1 ) PPh Pasal 21 dan/atauPPh Pasal 26 yang dipotongoleh pemotong pph pasal 2t
      dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa Pajak wajib disetor ke Kantor pos atau bank
      yang ditunjukoleh Menteri
                              Keuangan,   palinglama 10 (sepuluh)  harisetelahMasa pajak
      berakhir.
(2) Pemotong PPh Pasal 21 danlalau PPh Pasal 26 wajib melaporkan pemotongan dan
    penyetoran PPh Pasal 2'l danlatau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa pajak yang
    dilakukan melaluipenyampaian    SuratPemberitahuan    l,4asa pasal 21 dan/atau
                                                                pph                 pph
    Pasal 26 ke Kantor PelayananPajak tempat pemotong pph pasal 21 dan/atau pph
    Pasal 26 terdaftar,paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa pajak berakhir.
(3) Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pph pasat Zj danlatau pph pasal 26
    sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan batas waktu pelaporanpph pasal 21
    dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimanadimaksud pada ayat (2) bertepatandengan hari
    liburtermasukhari Sabtuatau hari liburnasional,   penyetoran dan pelaporan pph pasal
    21 danlatau PPh Pasal26 dapatdilakukan    padaharikerjaberikutnya.



                                       Pasal 25

(1)   Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima
      penghasilanyang dikenakan pemotonganuntuk tahun pajak yang bersangkutan,
      kecualiPPh Pasal21 yang bersifat
                                     final.
(2) Jumlah pemotongan Pasal atasselisih
                        PPh      21          penerapan sebesar
                                                        taril        20%(duapuluh
    persen)lebih tinggi bagi pegawai tetap atau penerima  pensiunberkalasebelum
    memilikiNomorPokok     WajibPajakyangtelahdiperhitungkan  denganpph pasal21
    terutanguntukbulan-bulan            padatahunkalender
                              selanjutnya                   berikutnyasebagaimana
    dimaksud dalamPasal ayat(4, tidaktermasuk
                          20                     kreditpajaksebagaimana  dimaksud
    padaayat(1).
(3) Dalam WajibPajak
          hal             yangtelahdipotong pasal21 dengan yanglebih
                                           Pph                 tarif         tinggi
    sebagaimana dimaksud   dalamPasal ayat(1) mendaftarkan untukmemperoleh
                                      20                      diri
    NomorPokokWajibPajakmakaPPh Pasal21 yangtelahdipotong            tersebutdapat
    dikreditkan
              dalam Surat Pemberitahuan   TahunanPajak penghasilan     Wajib pajak
    Orang Pribadi
                untuk  tahun pajakyangbersangkutan.
(4) Dalamhal WajibPajaksebagaimana     dimaksud  padaayat (3) menyampaikan   Surat
    Pemberitahuan  TahunanPajakPenghasilan    yang menyatakan   jumlah lebih bayar
    makapenyampaiannya dilakukan
                           harus        dalam jangka waktupaling lamag (tiga)
                                                                            tahun
    sejakberakhirnyatahun  pajakyangbersangkutan.
(5) Dalam SuratPemberitahuan
          hal                     Tahunan Pajak            yang
                                                Penghasilan menyatakan     jumlah
    lebihbayarsebagaimana    dimaksudpadaayat (4) disampaikan setelah (tiga)
                                                                      3     tahun
    sesudah berakhirnya  tahunpalakyang bersangkutan Wajibpajaktelahditegur
                                                      dan
    secara tertulis,tidak dianggapsebagai Surat pemberitahuan      Tahunan pajak
    Penghasilan.


                                       Pasal26
Petuniukumumdan contohpenghitungan
                                 pemotongan Pasal21 danlatau
                                          PPh                  PPh Pasal26
adalahsebagaimana tercantum             yang tidak terpisahkan
                           dalam Lampiran                    dari Peraturan
Direktur
       Jenderal
              Paiakini.
BABX
                           KETENTUAN
                                   PENUTUP

                                 Pasal27
DenganberlakunyaPeraturan
                        Direktur
                               JenderalPajakini,KeputusanDirektur      Pajak
                                                                Jenderal
Nomor KEP-5451PJ|2O0OtentangPetunjukPelaksanaan   Pemotongan, penyetoran,dan
PelaporanPajakPenghasilan
                        Pasal21 dan Pasal26 Sehubungan  denganpekerjaan,
                                                                       Jasa,
dan Kegiatan
           OrangPribadisebagaimanatelahdiubah  dengan Peraturan
                                                              Direktur
                                                                     Jenderal
PajakNomor PER-15/PJ/2006,
                         dicabut dinvatakan
                               dan           tidakberlaku.

                                  Pasal
                                      28
Peraturan
        Direktur
               Jenderal
                      Pajak mulaiberlaku
                           ini         padatanggal Januari
                                                 i       2009.
Agar setiap orang mengetahuinya,
                               memerintahkan pengumumanperaturan Direktur
Jenderal
       Pajakinidenganpenempatannya
                                 dalamBeritaNegara
                                                 Republik
                                                        Indonesia.




                                        Ditetapkandi Jakarta
                                        pada tanggal 25 Mai ro
LAMPIHANPERATURANDIRFKTURJENDEML
                                               PAJAK NOMORPER- 31 /PJ/2009TENTANG
                                               PEDOMAN TEKNISTATA CABA PEMOTONGAN,
                                               PENYETOMN DAN PELAPORAN PAJAK
                                               PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAU PAJAK
                                               PENGHASILAN
                                                         PASAL SEHUBUNGAN
                                                               26          DENGAN
                                               PEKERJMN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG
                                               PRIBADI



                  PETUNJUK
                         UMUMDANCONTOH PENGHITUNGAN
                PEMOTONGAN PASAL21 DAN/ATAU
                         PPh              PPh PASAL26

BAGIANPEHTAMA:
             PETUNJUK
                    UMUMPENGHITUNGAN PASAL21 DAN/ATAU
                                  PPh               PPh
PASAL26

I   PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 UNTUKPEGAWAI
                           PPh                  TETAPDAN
    PENERIMA
           PENSIUN
                 BERKALA
    Penghitungan Pasal untukpegawai
                  PPh        21                tetapdan penerimapensiun berkaladibedakan
    menjadi (dua),
             2      yaitu:
    '1. Penghitungan
                     masaataubulanan     yangmenjadi  dasarpemotongan pasal21 yang
                                                                      pph
        terutanguntuksetiap masapajak,  yangdilaporkan dalamSpT Masapph pasal21,selain
        masapajakDesember    ataumasapajakdi manapegawai    tetapberhentibekerja;
    2. Penghitungan   kembali  sebagaidasar pengisian   Fotm 1721Aj atau '172'lA2 dan
        pemotongan  PPh Pasal21 yangterutanguntukmasapajakDesember       atau masapajak
        di manapegawai  tetapberhenti bekerja.
        Penghitungan kembali dilakukan
                             ini         pada:
        a. bulan dimana pegawai  tetapberhentibekerja penstun;
                                                     atau
        b. bulanDesember    bagi pegawai tetapyangbekerja  sampaiakhirtahunkalender dan
            bagipenerima pensiun yangmenerima    uangpensiunsampaiakhirtahunkalender.
    l. l. PenghitunganMasaatauBulanan   SelainMasapaiakDesember atauMasapaiakdi
          mana pegawaitetap berhenflbekeria:
          a. Penghitungan Pasal ataspenghasilan
                        PPh      21                Teratur
          b. Penghitungan Pasal atasPenghasilan
                        PPh       21               TtdakTeratur
              Penghitungan Pasal ataspenghasilan
        l.'1.a.             PPh       21                  Teratur
              1.1.a.1.
                     Penghitungan   PPh Pasal2t atas Penghasilan   Teraturbagi Pegawai
                     Tetap:
                     '1. a. Untuk menghitung   PPh Pasal 21 atas penghasilan     pegawai
                            tetap,terlebihdahuludihitung  seluruhpenghasilan   brutoyang
                            diterimaatau diperoleh  selamasebulan, yang meliputi  seluruh
                            gaji, segalajenis tunjangan  dan pembayaran  teraturlainnya,
                            termasuk uanglembur   (overtime) pembayaran
                                                           dan            sejenisnya.
                         b. Untuk perusahaan    yang masuk programJamsostek,        premi
                            JaminanKecelakaan    Kerja(JKK),premiJaminanKematian     (JK)
                            dan premi Jaminan  Pemeliharaan Kesehatan (JPl9yangdibayar
                            oleh pemberi kerja merupakan     penghasilan  bagi pegawai.
                            Ketentuan yang sama diberlakukan   juga bagi premi asuransi
                            kesehatan, asuransi  kecelakaan kerja,asuransi jiwa, asuransi
                            dwiguna, asuransi siswayangdibayarkan pemberi
                                     dan           bea                       oleh
                            kerjauntukpegawai  kepada  perusahaan asuransilainnya. Dalam
                            menghitung Pasal21, premitersebut
                                       PPh                          digabungkan   dengan
                            penghasilan brutoyang dibayarkan  oleh pemberi  kerjakepada
                            Deqawai.




                                                                                        t
c. Selanjutnyadihitung jumlah penghasilanneto sebulan yang
      diperolehdengan cara mengurangipenghasilanbruto sebulan
      dengan biaya jabatan,serta iuran pensiun,iuran Jamlnan Hari
      Tua, dan/atau iuran TunjanganHari Tua yang dibayar sendiri oleh
      pegawai yang bersangkutanmelalui pemberi kerja kepada Dana
      Pensiun yang pendiriannya telahdisahkanoleh MenteriKeuangan
      atau kepada Badan Penyelenggara  ProgramJamsostek.
   a. Selanjutnyadihitung penghasilanneto setahun, yaitu jumlah
      penghasilan netosebulandikalikan 12.
    b. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak
        subjektifnyasebagaiWajib Pajak dalam negerisudah ada sejak
        awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari, maka
        penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan
        penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak
        pegawaiyang bersangkutan    mulai bekerjasampaidenganbulan
        Desember.
    c. Selan.iutnya  dihitung PenghasilanKena Pajak sebagai dasar
        penerapan Tarif Pasal 17 ayal (11hurufa UU PPh,yaitu sebesar
        Penghasilan neto setahunpada huruf a atau b di atas, dikurangl
        denganPTKP.
    d. SetelahdiperolehPPh terutangdengan menerapkan        Tarif pasal
        17 ayat (1) huruf a UU PPh terhadapPenghasilan     Kena pajak
       sebagaimana    dimaksudpada huruf c, selanjutnya   dihitungPPh
        Pasal 21 sebulan,yang harus dipotongdan/ataudisetor ke kas
       negara, yaitusebesar:
        1) jumlah PPh Pasal21 setahunatas penghasilan     sebagaimana
           dimaksud  pada huru{a dibagidengan12; atau
       2) .iumlah PPh Pasal21 setahunatas penghasilan     sebagaimana
           dimaksudpada hurufb dibagibanyaknya     bulanyang menjadi
           faktorpengali sebagaimana  dimaksud pada hurufb.
3 . a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan
       atas masa gaji sebulan,maka untuk penghitungan    PPh Pasal21,
       iumlah penghasilan  tersebutterlebihdahuludijadikan penghasilan
       bulanan denganmempergunakan      faktorperkaliansebagaiberikut:
       1) Gaji untukmasaseminggu     dikatikandengan4;
       2) Gaji untukmasaseharidikalikan   dengan26.
    b. Selanjutnya dilakukan penghitunganPPh Pasal 21 sebulan
       dengan cara sepertidalam angka 2 di atas.
    c. PPh Pasal 21 atas penghasilan    seminggudihitungberdasarkan
       PPh Pasal 21 sebulandalam huruf b dibagi 4, sedangkanPph
       Pasal21 atas penghasilan  seharidihitungberdasarkan  PPh Pasal
       21 sebulandalamhurufb dibagi26.
   Jika kepada pegawaidi sampingdibayargaji bulananjuga dibayar
   kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel),misalnya untuk 5 (tima)
   bulan,maka penghitungan    PPh Pasal21 atas rapeltersebutadalah
   sebagaiberikut:
   a. rapel dibagi dengan banyaknyabulan perolehanrapel tersebut
      (dalamhal ini 5 bulan);
   b. hasil pembagianrapel tersebut ditambahkanpada gaji setiap
      bulan sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan
      pemotongan  PPh Pasal21;
   c. PPh Pasal21 atas gaji untuk bulan-bulan   setelahada kenaikan,
      dihitungkembali  atas dasargaji barusetelahada kenaikan;
   d. PPh Pasal 2l lerutang atas tambahan gali untuk bulan-bulan
      dimaksud adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung
      berdasarkan  huruf c dikurangijumlah pajak yang telah dipotong
      sebagaimana   disebutpada hurufb.




                                                                          I
5. Apabilakepadapegawaidi sampingdibayargali yang didasarkan
              masa gaii kurangdari satu bulanjuga dibayar
                                                        gaji lain mengenai
              masayang lebihlamadari satu bulan(rapel)sepertitersebut
                                                                    dalam
              angka4, makacarapenghitungan pasal21-nya
                                             Pph              adalahsesuai
              denganyangtelahditetapkan dalamangka4 denganmemperhatikan
              ketentuan
                      dalam angka 3.


    1.1,a,2, Penghitungan Pasal2t ataspenghasilan
                        PPh                     Teraturbagi penerima
             PenslunBerkala

           1. Penghitungan Pasal21 atasuangpensiun
                           PPh                           bulanan yangditerima
              ataudiperolehpenerima  pensiun padatahunpertama  pensiunadalah
              sebagai berikut:
              a. terlebihdahulu dihitungpenghasilan sebulan
                                                   neto        yangdiperoleh
                 dengan cara mengurangi      penghasilan bruto dengan biaya
                 pensiun, kemudian   dikalikanbanyaknya  bulan seiak pegawai
                 yang bersangkutan   menerima  pensiunsampaidenganbulan
                  Desember;
              b. penghasilan pensiun
                             neto         sebagaimana  tersebut pada hurufa
                 ditambah dengan penghasilanneto dalam tahun yang
                 bersangkutan  yang diterimaatau diperolehdari pemberikerja
                 sebelumpegawai     yang bersangkutan pensiunsesuaidengan
                 yangtercantum  dalambuktipemotongan    PPh pasal 21 sebelum
                 pensiun;
              c. untukmenghitung    PenghasilanKenapajak,jumjahpenghasilan
                 pada huruf b tersebutdikurangi denganpTKp, dan selanjutnya
                 dihitungPPhPasal21 atasPenghasilan  Kenapajaktersebut;
              d. PPhPasal atasuangpensiun
                           21                  dalam tahunyangbersangkutan
                 dihitungdengan   cara mengurangi Pasal21 dalamhurufc
                                                 PPh
                 dengan  PPhPasal21 yangterutang pemberi
                                                   dari         kerjasebelum
                 pegawaiyang bersangkutan      pensiun sesuai dengan yang
                 tercantumdalam bukti pemotonganPPh Pasal 21 sebelum
                 pensiun;
              e. PPh Pasal21 atas uangpensiun    bulanan  adalah sebesarpph
                 Pasal21 seperti tersebutdalamhurufd dibagidenganbanyaknya
                 bulan sebagaimana  dimaksud dalamhuruf a.
           2. Penghitungan Pasal atasuangpensiun
                          PPh       21                 bulananuntuktahun
              keduadanselanjutnyaadalahsebagaiberikut:
              a. terlebih
                        dahulu       penghasilan sebulan
                              dihitung          neto        yangdiperoleh
                 dengan cara mengurangi  penghasilan  bruto dengan biaya
                 pensiun;
              b. selanjutnya
                           PPh Pasal21 dihitung dengancara penghitungan
                 untukpegawaitetappadabutir1.1.a.1.
                                                 angka huruf c, dand.
                                                       2     a,

1.1.b.
     Penghitungan
                PPh Pasal21 atas Penghasilan
                                           Tidak Teraturbagi Pegawai
     Tetap

    1. Apabilakepadapegawaitetap diberikan iasa produksi,tantiem,gratifikasi,
       bonus,premi,  lunjangan raya,dan penghasilan semacam yang
                               hari                  lain          itu
       sifatnyatidaktetapdan biasanya
                                    dibayarkan
                                             sekalisetahun,makaPPh Pasal
       21 dihitung dipotong
                  dan         dengancarasebagai
                                              berikut:
       a. dihitungPPh Pasal 21 atas penghasilan  teraturyang disetahunkan
           ditambah dengan penghasilan teratur
                                     tidak     berupa tantiem,jasaproduksi,
           dan sebagainya.



                                                                           /quot;
b. dihitungPPh Pasal ataspenghasilan
                             21                     yangdisetahunkan
                                              teratur                tanpa
                    jasa
            tantiem, produksi, sebagainya.
                               dan
         c. selisihantaraPPh Pasal21 menurutpenghitungan hurufa dan hurufb
            adalahPPh Pasal21 atas penghasilan                        jasa
                                             tidakteraturberupatantiem,
            produksi, sebagainya.
                     dan

     2. Dalamhal pegawaitetapyang kewajibanpajaksubjektifnya sudahada sejak
        awaltahun,namunbarumulaibekerja setelah bulanJanuari,makaPPhPasal
        21 atas penghasilanyang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara
        sebagaimana pada butir 1 denganmemperhatikan     ketentuan mengenai
        Penghitungan Pasal21 Bulanan
                    PPh                  atas Penghasilan  Teraturpada butir
        1.1.a.1.
               angka huruf c dand di atas.
                    2     b,


Penghitungan  PPh Pasal21 TerutangPada Bulan Desember atau Masa Paiak
Tertentuuntuk Pegawai
                    Tetapyang BerhentiBekeriaSebelumBulan Desember.
1. Penghitungan Pasal21 terutang
                 PPh                       pada bulanDesember     atau bulantertentu
   untuk pegawai tetapyangberhenti   bekerja sebelum   bulan Desember adalah  sebagai
   berikut:
   a. HitungPPh Pasal21 terutang        atas seluruh penghasilan  yang diterima atau
      diperoleh pemotong
               dari             pajakdalamtahunkalender      yangbersangkutan,   baik
      penghasilan teratur
                  yang         maupun   yangtidak  teratur.
   b- PPh Pasal terutang
                 21           yangharusdipotong     untukbulanDesember     ataubulan
      tertentuuntuk pegawaitetap yang berhenti      bekerjasebelumbulan Desember
      adalah sebesar   selisihantaraPPh Pasal terutang
                                                 21          atasseluruh  penghasilan
      teraturdantidakteratur  yangditerima pemotong
                                            dari           pajakdalamtahunkalender
      yangbersangkutan,    sebagaimana    dimaksud  dalamhurufa, dengan    PPh Pasal
      21 yangtelah  dipotong dalam  tahun  kalender yangbersangkutan  sampai  dengan
      bulan sebelumnya.
   c. Dalamhal jumlahPPh Pasal21 yang telah dipotong            sampaidenganbulan
      sebelumnya   tersebut lebihbesardaripada    PPh Pasal21 terutang   atasseluruh
      penghasilan  teraturdan tidakteraturyang diterima    dari pemotong pajakdalam
      tahun kalender yangbersangkutan,    misalnya dalam pegawai
                                                          hal        berhenti bekerja
      pada pertengahan   tahun, atas kelebihan   pemolongan    PPh Pasal21 tersebut
      dikembalikan  kepadapegawai     tetap yang berhenti  bekerjabersamaan   dengan
      pemberian  buktipemotongan Pasal21. Ataskelebihan
                                     PPh                            pemotongan  PPh
      Pasal 21 untuk pegawaitetap yang bersangkutan,          pemotongpajak dapat
      memperhitungkan    dengan PPh Pasal 21 terutangatas penghasilan        pegawai
      tetaplainnya dalam  masapajak    yangsama,  sehingga  jumlah PPhPasal yang
                                                                             21
      harus disetor oleh pemotong pajak untuk masa pajak tersebut telah
      mempertimbangkan     jumlahkelebihan    pemotongan    PPh Pasal21 yang telah
      diberikanolehpemotong    pajakkepada   pegawai  letapyangberhenti  bekerja.
2. Perhitungan Pasal21 ierutang
               PPh                       atas seluruh penghasilan  yangditerlma atau
   diperolehdari pemotongpajak dalam tahun kalenderyang bersangkutan
   sebagaimana dimaksud   dalam  angka huruf adaiah
                                        t      a         sebagai berikut:
   a. Untukpegawai    tetap yang kewajiban   pajaksubjektilnya  sudahada sejakawal
      tahun, namun  mulai bekerja setelah  bulanJanuari  atauberhentibekerja sebelum
      bulanDesember,    PPh Pasal2l terutang     dihitung berdasarkan jumlahseluruh
      penghasilan  yang diterimaatau diperoleh,    baik yang bersifatteraturmaupun
      tidakteratur, selamapegawai    tetapyangbersangkutan    bekerja padapemotong
      palaK.
   b. Sedangkan   untukpegawai   tetapyangkewajiban     pajaksubjektifnyabarudimulai
      setelah bulanJanuari   atau berakhir  sebelum  bulanDesember,    PPh Pasal21
      terutangdihitungberdasarkan     jumlahseluruhpenghasilan     yang diterimaatau
      diperoleh, yangbersifat
                baik              teratur maupun  tidakteratur, yangdisetahunkan.




                                                                                   /quot;
II.   PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL UNTUK
                            PPh     21    PEGAWAI
                                                TIDAKTETAP
      ATAUTENAGAKERJALEPAS,

      11.1. PegawaiTidak Tetap atau TenagaKeria Lepas,pemagangdan Calon pegawai
            yang Menerima   Upah Harian,  UpahMingguan,   UpahSatuan,   UpahBorongan,
            UangSakuHarian    atauMingguan:
            1. Tentukan  jumlah upah/uang saku harian,atau rata-rataupah/uang saku yang
               diterimaataudiperoleh dalamsehari:
               a. upah/uang mingguan
                             saku          dibagibanyaknya bekerja
                                                           hari       dalam seminggu;
               b. upahsatuan   dikalikan
                                       dengan jumlah rata-rata
                                                             satuan yangdihasilkandalam
                   sehari;
               c. upah borongandibagi dengan jumlah hari yang digunakanuntuk
                   menyelesaikan pekerjaanborongan.
            2. Dalamhal upah/uang   saku harianatau rata-rataupah/uang saku harianbelum
               melebihiRp150.000,00, jumlah
                                      dan               yangditerima diperoleh
                                                kumulatif            atau         dalam
               bulankalender  yangbersangkutan  belummelebihi  Rp1.320.000,00, tidak
                                                                              maka
               adaPPhPasal yangharus
                             2l            dipotong.
            3. Dalamhal upah/uang   saku harianatau rata-rata upah/uang saku hariantelah
               melebihi Rp150.000,00, sepanjang
                                       dan            jumlahkumulatif yang diterima atau
               diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan          belum melebihi
               Rp1.320.000,00,  maka PPh Pasal21 yang harusdipotong       adalahsebesar
               upah/uang  saku harianatau rata-rataupah/uang saku hariansetelahdikurangi
               Rp150.000,00, dikalikan5%.
            4. Dalamhal jumlahupah kumulatif    yang diterima atau diperolehdalambulan
               kalender yang bersangkutan  telah melebihiRp1.920.000,00 kurangdari
                                                                         dan
               Rp6.000.000,00,  maka PPh Pasal21 yang harusdipotong       adalahsebesar
               upah/uang  saku harianatau rata-rataupah/uang saku hariansetelahdikurangi
               PTKP  sehari,dikalikan
                                    S%.
            5. Dalam jumlah
                      hal       upahkumulatif yangditerimaataudiperoleh dalam satubulan
               kalender telahmelebihi Rp6.000.000,00, PPh pasal21 dihitung
                                                      maka                       dengan
               menerapkan   TarifPasal17 ayat (1) huruta UU pPh atasjumlahupahbruto
               dalam satubulan  yangdisetahunkan setetahdikurangipTKp,dan pph pasal21
               yangharusdipotong   adalah sebesar PPh Pasal21 hasilperhitungan  tersebut
               dibagi12.


      I.2.   PegawalTidak Telap alau TenagaKerja Lepas,Pemagangdan Calon pegawai
             yangMenerima UpahyangOibayarkan  Secara Bulanan:
             PPhPasal dihitung
                       21       denganmenerapkan Pasal ayat(1) huruf UU PPh
                                                 Tarif     17          a
             atasjumlah upahbrutoyangdisetahunkan
                                                setelahdikurangi
                                                              PTKP,dan PPhPasal
             21 yang harusdipotongadalah      PPh Pasal21 hasilperhitungan
                                        sebesar                          tersebut
             dibaoi12.




                                                                                           t
.   PETUNJUKUMUM PENGHITUNGAN  PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTADEWAN
     PENGAWAS ATAU DEWAN KOMISARISYANG TIDAK MERANGKAPSEBAGAI
     PEGAWAI TETAP, MANTAN PEGAWAI YANG MENERIMAJASA PFODUKSI,
     TANTIEM,
            GRATIFIKASI,
                       BONUSATAU IMBALANLAIN YANG BERSIFATTIDAK
     TERATUR,
            DANPESERTA PROGRAM PENSIUNYANGMASIHBERSTATUSSEBAGAI
     PEGAWAIYANGMENARIK DANAPENSIUN

     lll.1. PenghitunganPPh Pasal 21 untuk Anggota Dewan pengawasatau Dewan
            KomisarisYangTidak Merangkap
                                       SebagaiPegawaiTetap
          PPh Pasal21 dihitung
                             denganmenerapkan Pasali7 ayat(1) hurufa UU pph
                                            Tarif
                     jumlah
          ataskumulatii     penghasilan yangditerima
                                     bruto                     selamaI (satu)
                                                   ataudiperoleh
          tahunkalender.

     lll,2. Penghitungan  PPh Pasal21 bagi Mantanpegawai
                                                       yang Menerima penghasilan
            Berupa Jasa Produksi,Tantlem,Gratifikasi,
                                                    Bonus atau lmbalan Lain yang
            BersifatTidak Teratur

          PPh Pasal21 dihitungdengancaramenerapkan Pasal1Z ayat(1) hurufa UU
                                                   Tarif
          PPhataskumulatif jumlahpenghasilan
                                           brutoyangditerima
                                                           ataudiperoleh
                                                                       selama1
          (satu)
               tahunkalender.
     fff.3. PenghitunganPPh Pasal 21 bagi peserta program pensiun yang Masih
            Berstatus
                    Sebagai
                          PegawaiyangMenarik Danapensiun
          PPh Pasal21 dihitung
                             denganmenerapkan pasal17 ayat(1) hurufa UU pph
                                             Tarif
          dari kumulatif
                      .iumlahpenghasilan
                                       brutoyang dibayarkan
                                                          selama1 (satu)tahun
          kalender.


tv. PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 BAGIORANGPRIBADI
                          PPh                       YANG
     BERSTATUS
             SEBAGAIBUKANPEGAWAI
     1V.1.Pemotongan Pasal BagiTenaga
                       PPh      21            Ahli yangMelakukan     pekeriaan Bebas
          PPhPasal ataspenghasilan dibayarkan
                    21               yang            kepada   tenaga yangmelakukan
                                                                    ahli
          pekerjaanbebas dihitung
                                dengan caramenerapkan Pasal ayat(1)huruf UU
                                                        tarif      1Z              a
          PPh atasjumlahkumulatif 50% (limapuluhpersen) jumlahpenghasilan
                                                           dari                    bruto
          yangdibayarkan terutang
                         atau       dalamI (salu)tahunkalender.
          Dalam tenaga tersebut
                hal       ahli       adalahdoheryangmelakukan      praktik rumah
                                                                          di       sakit
          dan/atauklinikmakabesarnya.iumlahpenghasilan  brutoadalahsebesar   jasa dokter
          yang dibayarkanpasienmelaluirumahsakitdan/atau   kliniksebelum dipotong biaya-
          biayaataubagihasilolehrumahsakitdan/atau klinik.
     1V,2.Pemotongan PPh Pasal21 Bagi Orang pribadi DalamNegeriBukan pegawai,
          SelainTenagaAhli, atas lmbalanyang BersifatBerkesinambungan
          1V.2.1,BagiyangTelahMemilikiNPWP                 penghasitan
                                           dan HanyaMenerima         Dari
                 PemotongPaiakyang Bersangkutan
                 PPhPasal dihitung
                          21      dengan menerapkan Pasal ayat(1)huruf.a
                                                  tarif   17           UU
                 PPh atasjumlahkumulatif
                                      penghasilan
                                                kenapajak.Besarnya
                                                                 penghasilan
                 kenapajakadalah     penghasilan dikurangi
                               sebesar         bruto           per
                                                           PTKP bulan.
          lV,2,2. BagiyangTidakMemilikiNPWP  atauMenerima           Dari
                                                          Penghasilan Selain
                  PemotongPaiakyang Bersangkutan
                  PPhPasal dihitung
                            21      dengan menerapkan Pasal ayat(1)huruf UU
                                                    tarif   17           a
                  PPh atas jumlahkumulatif
                                        penghasilan                      yang
                                                  brutodalamtahun kalender
                  bersangkutan.



                                                                                    ,..l.
1V.3.Pemotongan PPh Pasal21 Bagi Orang pribadi DalamNegeriBukan pegawai,
          SelainTenagaAhli, atas lmbalanyang Tidak BersitatBerkesinambungan.

          PPh Pasal21 dihitungdenganmenerapkan Pasal17 ayat (1) hurufa UU pph
                                             tarif
          atasiumlahpenghasilanbruto.

v.   PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 BAGIPESERTA
                            PPh                 KEGIATAN
     PPh Pasal2l dihitung dengan  menerapkan Pasal17 ayat (1) hurufa UU pph atas
                                              tarif
     jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran
                                                         yang bersifatutuh dan tidak
     dipecah,yangditerimaolehpeserta kegiatan.

     PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL26 BAGI ORANGPRIBADI
                             PPh                      YANG
     BEBSTATUS
             SEBAGAI
                   SUBJEKPAJAKLUARNEGERI.
     1. Dasar pengenaan Pasal adalah jumlah
                         PPh      26      dari      penghasilan
                                                              bruto.
     2. Dikenakan tarif PPh Pasal26 sebesar20% denganmemperhatikan   ketentuanyang
        diaturdalam Perjaniian
                             Penghindaran PajakBerganda(p3B),dalamhal orangpribadi
        yang menerima   penghasilan
                                  adalahsubiekpajakdalamnegeridari negarayangtelah
        mempunyai dengan
                   P3B        Indonesia.




                                                                                 .     l
                                                                          -      k_[
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009
Per 31 2009

Contenu connexe

Tendances

Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
andika_combat
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
asrikartini
 
Perubahan kode map pajak
Perubahan kode map pajakPerubahan kode map pajak
Perubahan kode map pajak
Anggih Rebecca
 
Pph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendaharaPph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendahara
irmans36
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Kppkp Bangil
 

Tendances (17)

14. perda kab sumbawa tentang pbb p2
14. perda kab sumbawa tentang pbb p214. perda kab sumbawa tentang pbb p2
14. perda kab sumbawa tentang pbb p2
 
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN - PPH 21
 
PPH DAN PPN
PPH DAN PPNPPH DAN PPN
PPH DAN PPN
 
Penyelesaian penagihan pajak
Penyelesaian penagihan pajakPenyelesaian penagihan pajak
Penyelesaian penagihan pajak
 
Peraturan terbaru ppn
Peraturan terbaru ppnPeraturan terbaru ppn
Peraturan terbaru ppn
 
Pp80 2010 p-ph21 pajak
Pp80 2010 p-ph21 pajakPp80 2010 p-ph21 pajak
Pp80 2010 p-ph21 pajak
 
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburanPeraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
Peraturan daerah kabupaten ketapang nomor 12 tahun 2011 tentang pajak hiburan
 
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas UsahaPeraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 tentang PPh atas Usaha
 
Uu 14 2002
Uu 14 2002Uu 14 2002
Uu 14 2002
 
Perda 10 2011
Perda 10 2011Perda 10 2011
Perda 10 2011
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
 
Perubahan kode map pajak
Perubahan kode map pajakPerubahan kode map pajak
Perubahan kode map pajak
 
Banjar 2010 02
Banjar 2010 02Banjar 2010 02
Banjar 2010 02
 
Uu 19 2000
Uu 19 2000Uu 19 2000
Uu 19 2000
 
Pph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendaharaPph 22 dan ppn bendahara
Pph 22 dan ppn bendahara
 
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
Materi sosialisasi bendahara pemerintah 2012
 
Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__
 

Similaire à Per 31 2009

Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21
kp2kppacitan
 
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporanP ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
Agus Melas Agues
 
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
Operator Warnet Vast Raha
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kup
enokindy
 
PP No. 80 Tahun 2010 Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
PP No. 80 Tahun 2010   Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...PP No. 80 Tahun 2010   Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
PP No. 80 Tahun 2010 Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
Idris Kelirey
 
Se 79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
Se   79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakanSe   79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
Se 79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
aangfauzan
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Ridwan Ichsan
 

Similaire à Per 31 2009 (20)

Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21Pedoman penyetoran pph pasal 21
Pedoman penyetoran pph pasal 21
 
PER : 16/PJ/2016::: Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pel...
PER : 16/PJ/2016:::   Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pel...PER : 16/PJ/2016:::   Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pel...
PER : 16/PJ/2016::: Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pel...
 
Perpajakan bagi bendahara
Perpajakan bagi bendaharaPerpajakan bagi bendahara
Perpajakan bagi bendahara
 
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
Perpajakan pph pasal 21 dan atau 26
 
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporanP ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
P ph 21-per-31-tahun-2012-pedoman-teknis-pemotongan-penyetoran-pelaporan
 
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
Materisosialisasibendaharapemerintah2012 120203185337-phpapp01
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Uu 28 2007
Uu 28 2007Uu 28 2007
Uu 28 2007
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
Uu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kupUu 28 2007_kup
Uu 28 2007_kup
 
PP No. 80 Tahun 2010 Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
PP No. 80 Tahun 2010   Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...PP No. 80 Tahun 2010   Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
PP No. 80 Tahun 2010 Tentang Pengenaan PPh Psl. 21 atas Penghasilan PNS, TN...
 
PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23 PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
PERBEDAAN PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 23
 
Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)Perpajakan (PPh pasal 21)
Perpajakan (PPh pasal 21)
 
2023pmkeuangan066 (1).pdf
2023pmkeuangan066 (1).pdf2023pmkeuangan066 (1).pdf
2023pmkeuangan066 (1).pdf
 
Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26Pph 21 dan atau 26
Pph 21 dan atau 26
 
Hitung pph
Hitung pphHitung pph
Hitung pph
 
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAKURGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
URGENSI FINANCIAL STRATEGY DAN KESADARAN PAJAK
 
Se 79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
Se   79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakanSe   79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
Se 79.pj.2010 tg sop layanan unggulan bidang perpajakan
 
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratifPmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
Pmk 79 thn_2009-sanksi_administratif
 
Makalah ptkp1
Makalah ptkp1Makalah ptkp1
Makalah ptkp1
 

Dernier

KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
FORTRESS
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
FORTRESS
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
langkahgontay88
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
dewihartinah
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
FORTRESS
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
sayangkamuu240203
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
FORTRESS
 
Brand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business MarketingBrand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business Marketing
sulhanpolisma
 

Dernier (20)

KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptxKUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
KUAT!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Besi Plat Polos di Serang .pptx
 
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
BERKELAS!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Harga Pintu Aluminium Kamar Mandi di...
 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
 
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
 
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf manManajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
Manajemen_Risiko_PT_Murni_Sadar_Tbk.pdf man
 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
 
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGANPPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
PPT - PSAK 109 TENTANG INSTRUMEN KEUANGAN
 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
 
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
UNGGUL!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Putih di Pangkal...
 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
 
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
PREMIUM!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Bahan Pintu Aluminium Kamar Mandi di ...
 
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama LinkajaUNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
UNIKBET : Agen Slot Resmi Pragmatic Play Ada Deposit Sesama Linkaja
 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
 
Brand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business MarketingBrand Story Management untuk Business Marketing
Brand Story Management untuk Business Marketing
 
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
MODUL PEGAJARAN ASURANSI BELUM KOMPLIT 1
 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
 
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak BonusUNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
UNIKBET : Bandar Slot Pragmatic Play Bisa Deposit Ovo 24 Jam Online Banyak Bonus
 

Per 31 2009

  • 1. DEPARTEMEN KEUANGANREPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR:PER- 31 /PJ/2009 TENTANG PEDOMANTEKNISTATACARAPEMOTONGAN, PENYETORAN PELAPORAN DAN PAJAKPENGHASILANPASAL21 DAN/ATAUPAJAKPENGHASILAN PASAL26 SEHUBUNGANDENGAN PEKERJAAN,JASA,DANKEGIATAN OHANG PRIBADI DIREKTURJENDERALPAJAK Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaanketentuan pasal 24 peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk pelaksanaanpemotongan pajak atas PenghasilanSehubungan dengan pekerjaan,Jasa, dan KegiatanOrang Pribadi, dan ketentuan Pasal 4 peraturan Menterj Keuangan Nomor 2541PMK.O312008 tentang PenetapanBagian penghasilanSehubungandengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan pajak penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak penghasilan pasal 21 dan/atau Pajak PenghasilanPasal 26 Sehubungan Dengan pekerjaan,Jasa, dan KegiatanOrangPribadi; Mengingat: 1 . Undang-Undang Nomor6 Tahunlg83 tentang Ketentuan Umumdan Tata CaraPerpajakan (Lembaran Negara RepubliklndonesiaTahun1983Nomor 49, TambahanLembaranNegara RepubliklndonesiaNomor 3262) sebagaimana telahbeberapa diubah kali terakhir denganUndang-Undang Nomor16 Tahun2009(Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun2009 Nomor Tambahan 62, Lembaran Negara Repubiik Indonesia Nomor 4999); Undang-Undang Nomor Tahun 7 1983 tentangPajak Penghasilan(Lembaran NegaraRepublik IndonesiaTahun1983Nomor50, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3263)sebagaimana beberapa telah kali diubahterakhirdengan Undang-Undang Nomor Tahun2OOB 36 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun2008Nomor138,Tambahan Lembaran NegaraBepublik Indonesia Nomor4893); PeraturanMenteriKeuangan Nomor 1841PMK.O312007 tentangPenentuan TanggalJatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak,dan Tata Cara Pembayaran, Penyetorandan PelaporanPajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak: PeraturanMenteriKeuanganNomor 250/Pl,4K.03/2008 tentang Besarnya BiayaJabatanatauBiaya yangDapat Pensiun Dikurangkan Penghasilan dari BrutoPegawai Tetap atauPensiunan; 5- PeraturanMenteri KeuanganNomor 2521PMK.03|2OOB tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemolongan Pajakatas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan,Jasa,danKegiatan Orang Pribadi; PeraturanMenteriKeuangan Nomor2'4|PMK.Oz|ZOOA tentangPenetapan BagianPenghasilan Sehubungan denganPekerjaan Pegawai dari Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnyayang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;
  • 2. [/EMUTUSKAN: MenetaDkan: PERATURANDIREKTUR JENDERALPAJAKTENTANGPEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORANPAJAK PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAUPAJAK PENGHASILANPASAL 26 SEHUBUNGAN DENGANPEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATANORANG PRIBADI. BABI KETENTUAN UMUIiI Pasal1 DalamPeraturan Direktur Pajak yangdimaksud Jenderal ini, dengan: 1. Undang-Undang PajakPenghasilan adalahUndang-Undang Nomor7 Tahun 1983 tentangPajakPenghasilan sebagaimana telahbeberapa diubah kali ierakhir dengan Undang-UndangNomor Tahun 36 2008. 2. P4ak Penghasilan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yangdilakukan olehWajibPajakorangpribadi SubjekPajakdalamnegeri, yangselanjutnyadisebut PPh Pasal 21, adalah pa.iakatas penghasilan berupagaji, upah, honorarium, tunjangan, pembayaran dengan dan lain namadandalam bentuk apapun sehubungan denganpekerjaan jabatan, atau jasa,dan kegiatan yangdilakukan orangpribadi oleh SubjekPajakdalamnegeri,sebagaimana dimaksuddalamPasal21 Undang-Undang PajakPenghasilan. 3. PajakPenghasilan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yangdilakukan olehWajibPajak orangpribadiSubjekPajak yangselanjutnya luarnegeri, disebutPPh Pasal adalah 26, pajakataspenghasilan berupa gaji,upah, honorarium, tunjangan,dan pembayaran lain dengannama dan dalam bentukapapunsehubungan dengan pekerjaan jabatan, atau jasa,dan kegiatan yangdilakukan olehorangpribadi Subjek Pajakluar negeri,sebagaimana dimaksud dalam Pasal26 Undang-Undang Pajak Penghasilan. 4. PemotongPPhPasal21 danlatau PPhPasal26 adalah WaiibPajakorangpribadiatau WajibPajakbadan,termasuk bentukusahatetap,yangmempunyai kewajibanuntuk melakukanpemotongan pajakataspenghasilansehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatanorang pribadi sebagaimana dimaksud dalamPasal21 dan Pasal26 Undang-Undang Penghasilan. Pajak 5. Badanadalah badansebagaimanadimaksud dalam Pasal1 angka Undang-Undang 3 Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimanatelahbeberapa diubah kali terakhir denganUndang-UndangNomor16 Tahun2009. 6. Penyelenggara Kegiatanadalah WajibPajakorangpribadi atauWajib Pajakbadan sebagai penyelenggara kegiatantertentuyang melakukan pembayaran imbalan dengannamadan dalambentuk apapunkepada orangpribadisehubungandengan pelaksanaan kegiatan tersebut. 7. Penerima Penghasilanyang DipotongPPh Pasal21 adalahorangpribadidengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeri yang menerimaatau memperoleh penghasilandengannamadan dalambentuk apapun,sepanjang tidakdikecualikan dalamPeraturan Direktur JenderalPajakini, dari PemotongPPh Pasal21 dan/atau PPhPasal sebagai 26 imbalan sehubungan dengan jasa pekerjaan, ataukegialan yang dilakukanbaik dalam hubungannya sebagaipegawaimaupun bukan pegawai, termasukpenerimapensiun. P
  • 3. Penerima Penghasilanyang Dipotong PPh Pasal26 adalahorangpribadidengan statussebagai Subjek Pajakluarnegeri yangmenerima memperoleh atau penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun,sepanjang dalam tidak dikecualikan PeraturanDirekturJenderalPaiakini, dari PemotongPPh Pasal21 dan/atau PPh Pasal26 sebagai imbalansehubungan jasa denganpekerjaan, atau kegiatan yang dilakukanbaik dalam hubungannya sebagaipegawaimaupun bukan pegawai, termasukpenerima pensiun. o Pegawai adalah orangpribadiyangbekerja padapemberi kerja,baiksebagai pegawal tetap atau pegawai tidak tetap/tenagakerja lepas berdasarkanperianjianatau kesepakatan baiksecara keria tertulis maupun tidaktertulis, untukmelaksanakan suatu pekerjaan dalamjabatan atau kegiatan tertentu denganmemperoleh imbalanyang dibayarkan berdasarkanperiodetertentu,penyelesaian pekerjaan, ketentuan atau lain yang ditetapkan pemberikerja,termasuk orangpribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatannegeri ataubadan usaha miliknegaraataubadan usaha milikdaerah. 1 0 . Pegawai tetapadalahpegawai yang menerimaataumemperoleh penghasilandalam jumlahtertentu secarateratur, termasuk anggotadewan komisaris anggota dan dewan pengawas yang secarateraturterus menerusikut mengelolakegiatanperusahaan secaralangsung,sertapegawai yangbekerjaberdasarkankontrakuntuksuatujangka waktutertentusepanjangpegawai yang bersangkutanbekerjapenuh(fu timel dalam pekerjaantersebut- 11. Pegawaitidak tetap/tenagakerja lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilanapabilapegawai yang bersangkutanbekerja, iumlahhari berdasarkan jumlahunit hasilpekerjaan bekerja, suatujenis atau penyelesaian yang dihasilkan pekerjaan diminta yang olehpemberikerja. Penerima PenghasilanBukanPegawai adalahorangpribadiselainpegawaitetapdan pegawai kerjalepasyangmemperoleh tidaktetap/tenaga penghasilan dengannama dan dalambentukapapundari Pemotong PPh Pasal21 danlatau PPh Pasal26 sebagai imbalan atas pekerjaan,jasa atau kegiatan tertentu yang dilakukan berdasarkanperintah ataupermintaan pemberi dari penghasilan. 1 3 . Peserta adalahorangpribadi kegiatan yang terlibat dalamsuatukegiatan tertenlu, pendidikan, termasuk mengikutirapat, sidang, seminar,lokakarya(workshop'1, pertunjukan, olahraga, kegiatan atau lainnya menerima memperoleh dan atau imbalan sehubungandengankeikutsertaannya kegiatan dalam tersebul. 1 4 . Penerima yang menerima pensiunadalahorang pribadiatau ahli warisnya atau memperoleh imbalan untukpekerjaan yang dilakukan masalalu,termasuk di orang pribadi yangmenerima atauahliwarisnya tunjangan tuaataujaminan tua. hari hari Penghasilan Pegawai Tetapyang Bersifat adalahpenghasilan pegawai Teratur bagi tetap berupagaji atau upah,segalamacamtunjangan, imbalan dan dengannama apapun yang diberikan secaraperiodik berdasarkan yangditetapkan ketentuan oleh pemberi kerja, termasuk uanglembur. to. PenghasilanPegawai Teiap yang BersifatTidak Teraturadalahpenghasilan bagi pegawaitetapselainpenghasilanyangbersifat yangditerimasekalidalamsatu teratur, tahunatauperiodelainnya,antara berupa lain bonus, Tunjangan Raya(THR), Hari jasa produksi, gratifikasi, imbalan tantiem, atau sejenis lainnya dengan nama apapun. 1 7 . Upah harianadalahupahatau imbalan yang diterima ataudiperoleh yang pegawai terutang ataudibayarkan secaraharian. 1 8 . Upahmingguan adalah yangditerima upahatauimbalan ataudiperoleh yang pegawai secara terutang dibayarkan atau mingguan. 1 9 . Upahsatuan yang diterima adalahupahatau imbalan ataudiperoleh yang pegawai ataudibayarkan terutang berdasarkan yang jumlah hasilpekerjaan dihasilkan unit L
  • 4. Upah boronganadalahupah atau imbalanyang diterimaatau diperoleh pegawaiyang terutang atau dibayarkanberdasarkanpenyelesaiansuatu jenis pekerjaantertentu. 21. lmbalankepadabukan pegawaiadalahpenghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikankepada bukan pegawai sehubungandengan pekerjaan, jasa, atau kegiatanyang dilakukan, antaralain berupahonorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenislainnya. lmbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan adalah imbalan kepada bukan pegawaiyang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalendersehubungandenganpekerjaan, jasa,atau kegiatan. 23. lmbalankepadapesertakegiatanadalahpenghasilan dengannama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain oerupa uang sal(u, uang representasi,uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, penghasilan dan sejenislainnya. 24. lvlasaPajak terakhir adalah masa Desemberatau masa pajaktertentu di mana pegawai tetap berhentibekeria. BABII PEMOTONG PASAL DAN/ATAU PASAL PPh 21 PPh 26 Pasal2 (1) Pemotong Pasal danlatau pasal26,meliputi: PPh 21 PPh a. pemberi kerjayang terdiridari orangpribadi dan badan,baik merupakan pusat maupuncabang,perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, pembayaran dengan dan laih namadan dalambentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan jasayangdilakukan pegawai atau oleh atau bukanpegawai; b. bendahara ataupemegang pemerintah, kas termasuk bendahara atau pemegang kas pada Pemerintah Pusattermasuk institusiTNI/POLR|, pemerintah Daerah, instansiataulembaga pemerintah,lembaga-lembaga negaralainnya, Kedutaan dan Besar Republlk Indonesia luarnegeri, di yangmembayarkan upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan jabatan, atau jasa,dankegiatan; c. danapensiun, badan penyelenggara jaminan sosialtenaga kerja, dan badan-badan lainyangmembayar uangpensiun tunjangan tuaataujaminan tua; dan hari hari d. orangpribadi yangmelakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebassertabadan yangmembayar: 1. honorarium atau pembayaran sebagai lain imbaian sehubungan dengan jasa dan/ataukegiatan yangdilakukan orang oleh pribadi dengan status Subjek Pajak dalamnegeri, termasuk jasatenaga yangmelakukan ahli pekerjaan bebas dan bertindakuntuk dan atas namanvasendiri.bukan untuk dan atas nama persekutuannya; 2. honorarium pembayaran sebagai atau lain imbalan sehubungandengankegiatan dan jasa yangdilakukan oleh orangpribadi denganstatusSubjekPajakluar negeri; 3. honorariumatau imbalanlain kepadapesertapendidikan, pelatihan, dan magang;
  • 5. e. penyelenggara kegiatan, termasukbadan pemerintah, organisasiyang bersifat nasional internasional, dan perkumpulan, orangpribadisertalembaga lainnyayang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,hadiah, atau penghargaan dalam bentukapapun kepada WajibPajak orangpribadidalam negeri berkenaan dengan suatukegiatan. (2) Tidaktermasuk sebagai pemberi kerjayang mempunyai kewajiban untukmelakukan pemotongan pajaksebagaimana dimaksud padaayat(1)huruf adalah: a a. kantorperwakilan negara asing; b. organisasi-organisasiinternasionalsebagaimana dimaksud dalamPasal3 ayat (1) huruf c Undang-Undang PajakPenghasilan, yang telah ditetapkanoleh Menteri Keuangan; c. pemberi kerjaorangpribadi yangtidakmelakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas yangsemata-mata mempekerjakan pribadi orang untuk melakukan pekerjaan rumah tangga ataupekerjaan bukan dalam rangkamelakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. (3) Dalamhal organisasi internasional memenuhi tidak ketentuansebagaimana dimaksud padaayat(2)huruf organisasi b, internasionaldimaksud merupakan pemberikerjayang berkewajiban melakukan pemotongan pajak. BABIII PENERIMA PENGHASILAN YANGDIPOTONG PASAL PPh 21 DAN/ATAU PASAL PPh 26 Pasal3 Penerima yangDipotong Penghasilan PPh Pasal21 danlatau PPh Pasal26 adalahorang pribadi yangmerupakan: a. pegawai; b. penerima uangpesangon, pensiun pensiun, atauuangmanfaat tunjangan tua,atau hari jaminan tua,termasuk warisnya; hari ahli c. bukanpegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, ataukegiatan, jasa, antara meliputi: lain 1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, doKer,konsultan, penilai, aktuaris; notaris, dan 2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi,pelawak, bintangfilm,bintang sinetron, bintangiklan,sutradara, film, {oto model,peragawan/peragawati, kru pemain drama, penari,pemahat,pelukis, seniman dan lainnya; 3. olahragawan; 4. penasihat, pengajar,pelatih, penceramah, penyuluh, moderator; dan 5. pengarang, peneliti, penerjemah; dan 6. pemberijasa dalam segala bidangtermasukteknik,komputerdan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,ekonomidan sosial serta jasa pemberi kepada suatu kepanitiaan; 7. ageniklan; 8. pengawas ataupengelolaproyek; 9. pembawapesananatau yang menemukan langganan atau yang meniadi perantara; 10. petugas penjaiabarangdagangan; 11. petugas dinasluarasuransi; 'f2. distributorperusahaanmultilevelmarketingataudirectsellingdan kegiatansejenis lainnya; t I
  • 6. d. pesertakegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan keikutsertaannya suatu dalam kegiatan,antara meliputi: lain 1. peserta perlombaan dalam segala antara perlombaan raga, bidang, lain olah seni, ketangkasan, pengetahuan, ilmu teknologi perlombaan dan lainnya; 2. pesetta rapat, konferensi, sidang,pertemuan, kunjungan atau kerja; 3. peserta atauanggota dalamsuatukepanitiaan sebagaipenyelenggarakegiatan tertentu; 4. peserta pendidikan, pelatihan, magang; dan 5. peserta kegiatan lainnya. Pasal 4 Tidaktermasuk dalampengertian Penerima pph pasal 21 yang Dipotong Penghasilan dan/atau Pasal sebagaimana PPh 26, dimaksud dalampasal adalah: 3 a. pejabat perwakilan diplomatik konsulat dan atau pejabat lain dari negara asing,dan orang-orangyang diperbantukan kepadamereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka,dengansyarat bukanwarga negara Indonesia di Indonesia dan tidakmenerima atau memperolehpenghasilan di luarjabatan lain atau pekerjaannya tersebut, sertanegarayangbersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; b. pejabatperwakilanorganisasi internasional sebagaimanadimaksud dalampasalO ayat (1) hurufc Undang-Undang PajakPenghasilan, yang telahditetapkanoleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warganegaraIndonesia tidakmenjalankan dan usaha ataukegiatan pekeriaan untuk atau lain memperolehpenghasilan Indonesia. dari BAB IV PENGHASILAN YANG DIPOTONGPPh PASAL21 DAN/ATAUPPh PASAL26 Pasal 5 (1) Penghasilan yang dipotongPPh Pasal21 daniataupph pasal26 adalah: a. penghasilan yang diterimaatau diperoleh pegawaitetap,baik berupapenghasilan yang bersifatteratur maupuntidak teratur; b. penghasilanyang diterimaatau diperolehpenerimapensiunsecarateraturberupa uang pensiunatau penghasilansejenisnya; c. penghasilansehubungandengan pemutusanhubungankerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,uang manfaatpensiun,tunjanganhari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran sejenis; lain d. penghasilanpegawaitidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan,upah satuan,upah boronganatau upah yang dibayarkan secara bulanan; e. imbalankepadabukan pegawai,antara lain berupahonorarium,komisi,fee, dan imbalan sejenisnyadengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan denganpekerjaan,jasa, dan kegiatan yangdilakukan; f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uangrapat,honorarium, hadiahatau penghargaandengannamadan dalambentukapapun,dan imbalansejenisdengannamaapapun. L
  • 7. (2) P€nghasilanyang dipotong PPh Pasal 21 danlatau pph pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat ('1) termasuk pula penerimaandalam bentuk natura dan/atau kenikmatanlainnyadengannamadan dalambentukapapunyangdiberikan oleh: a. bukanWajib Pajak; Pajakpenghasilan b. Wajib Pajakyang dikenakan yang bersifat final;atau c. Wa.iibPajak yang dikenakanPajak Penghasilan norma penghltungan berdasarkan khusus (deem ed prof it]'. Pasal6 ( 1 ) Penghasilansebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang djterimaatau diperolehorang pribadiSubjek Pajak dalam negerimerupakanpenghasilan yang dipotongpph pasal 21. (2) Penghasilansebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang diterimaatau diperolehorang - pribadiSubjekPajakluar negerimerupakanpenghasitan yangdipotongpph pasal 26. Pasal7 ( 1 ) PenghitunganPPh Pasal 21 danlalau pph pasal 26 atas penghasilanberupa penerimaan dalam bentuknaturadan/ataukenikmatan lainnyasebagalmana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) didasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan atau nilaiwajaratas pemberian kenikmatan yang diberikan. (2) D_alam penghasilan hal sebagaimana dimaksuddalam pasal 5 ayat (1) diterimaatau diperolehdalam mata uang asing,penghitungan pph pasal zl aailatii pph pasal 26 didasarkan pada nilaitukar (kurs)yang ditetapkanoleh MenteriKeuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilantersebutatau padasaat dibebankan sebagaibiaya. PasalI ( 1 ) Tidaktermasukdalampengertian penghasilanyang dipotongpph pasal21 adalah: a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan,asuransi iiwa, asuransidwiguna, dan asuransi bea siswa: b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentukapapun yang diberikanoleh Wajib Pajakatau pemerintah, kecualipenghasilan sebagaimani dimaksud dalam Pasal ayat(2); S c. iuran pensiunyang dibayarkan kepadadana pensiun yang pendiriannyatelah disahkanolehMenteri Keuangan, iurantunjangan tua atauiuran hari jaminan hari tua kepadabadanpenyelenggara tunjangan tua atau badanpenyelenggara hari jaminansosialtenagakerjayangdibayar olehpemberi kerja; d. zakatyangditerima olehorang pribadi yangberhak badan dari ataulembaga amil zakatyangdibentuk ataudisahkan olehpemerintah, sumbangan atau keagamaan yangsifatnyawajibbagi pemeluk agamayangdiakuidi Indonesia yangditerima oleh orang pribadiyang berhakdari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkanoleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungandengan usaha, pekerjaan,kepemilikan, penguasaan di atau antara pjhak-pihak yang bersangkutan; e. beasiswa sebagaimanadimaksud dalamPasal ayat(3) hurufI Undang-Undang a PajakPenghasilan. (2) PajakPenghasilan ditanggung pemberi yang oleh kerja, yangditanggung termasuk oleh Pemerintah, merupakanpenerimaan dalambentuk kenikmatan sebagaimanadimaksud padaayat(1)huruf b.
  • 8. BABV DASARPENGENAAN PEMOTONGAN DAN PPhPASAL DAN/ATAU PASAL 21 PPh 26 Pasal I (1) Dasarpengenaan pemotongan Pasal adalah dan PPh 21 sebagai berikut: a. Penghasilan Pajak, Kena yangberlaku bagi: ,. yegawa' LeuP! 2. penerimapensiunberkala; 3. pegawaitidak tetap yang penghasilannya dibayarsecara bulananatau jumlah kumulatif penghasilanyang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihiRp1.320.000,00 (satujuta tiga ratusdua puluhribu rupiah); 4. bukan pegawaisebagaimana dimaksuddalam Pasal 3 huruf c selain tenaga ahli,yang menerima imbalanyang bersifat berkesinambungan. b. Jumlah penghasilan yang melebihiRp150.000,00 (seratuslima puluh ribu) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mrngguan,upah satuan atau upah borongan,sepanjangpenghasilankumulatif yang diterima dalam 1 (satu)bulan kalenderbelummelebihiRp1.320.000,00 (satu juta tiga ratusdua puluhribu rupiah); c. 50% (lima puluh persen)dari jumlah penghasilan bruto,yang berlakubagi tenaga ahli yang melakukanpekerjaanbebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 h u r u fc a n g k a1 ; d. Jumlah penghasilanbruto, yang berlaku bagj penerima penghasilanselain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud padahurufa, b, dan hurufc. (21 Dasarpengenaan dan pemotongan PPh Pasal26 adalahjumlahpenghasilan bruto. Pasal10 (1) Jumlah penghasilanbruto yang diterimaatau diperolehPenerimaPenghasilan yang DipotongPPh Pasal 21 danlalau PPh pasal 26 adalahseluruhjumlah penghasilan sebagaimanadimaksuddalam Pasal 5 yang diterimaatau diperolehdalam suatu periodeatau padasaat dibayarkan. (21 PenghasilanKena Pajak sebagaimanadimaksuddalam Pasal 9 ayat (1) hurul a adalahsebagaiberikut: a. bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala,sebesar penghasilanneto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP); b. bagi pegawaitidaktetap,sebesarpenghasilan brutodikurangiPTKP; c. bagi bukan pegawai,sebesar penghasilan bruto dikurangiPTKP yang dihitung secarabulanan. (3) Besarnyapenghasilanneto bagi pegawaitetap yang dipotongPPh Pasal 21 adalah jumlahseluruhpenghasilan brutodikurangi dengan: a. biayajabatan,sebesar5% (limapersen)dari penghasilan bruto,setinggi-tingginya Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)sebulanatau Rp6.000.000,00 (enamjuta rupiah)setahun; b. iuran yang terkaitdengan gaji yang dibayaroleh pegawaikepadadana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengandana pensiun yang pendiriannya telahdisahkanoleh MenteriKeuangan. t
  • 9. (4) Besarnya penghasilan bagipenerima neto pensiun berkalayangdipotong pph pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan brutodikurangi dengan biayapensiun, sebesar 5% (limapersen) penghasilan dari bruto, setinggi-tingginya (dua Rp2OO.O0O,OOratus riburupiah) sebulan atauRp2.a00.000,00 jutaempat (dua ratusriburupiah) setahun. (5) Dalam bukan hal pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf selain 3 c tenaga jasa ahlimemberikan kepada Pemotong Pasal danlatau Pasal PPh 21 PPh 26: a. mempekerjakan orang lain sebagai pegawainyamaka besarnya jumlah penghasilan brutosebagaimana dimaksud padaayat (1) adalahsebesar jumlah pembayaran setelah dikurangidenganbagian gaji atauupahdari pegawai yang dipekerjakantersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat dipisahkan bagiangaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebutmaka besarnya penghasilan tersebut bruto adalah sebesar jumlahyangdibayarkan; b. melakukan penyerahan material atau barang makabesarnya jumlahpenghasilan brutosebagaimana dimaksud padaayat (1) hanyaataspemberian jasanya saja, kecuali apabila dalamkontrak/perjanjian dapatdipisahkan tidak antara pemberian jasa denganmaterial atau barangmaka besarnya penghasilan bruto tersebut termasuk pemberian danmaterial barang. jasa atau (6) Dalam jumlah hal penghasilan sebagaimana bruto dimaksud padaayat(1)dibayarkan kepada dokteryangmelakukan praktik rumah di sakitdan/atau klinikmakabesarnya jumlah penghasilan adalah bruto jasa sebesar dokter yangdibayar olehpasien melalui rumah sakitdan/atau kliniksebelum dipotong biaya-biaya bagihasilolehrumah atau sakitdan/atau klinik. Pasal11 PTKPpertahun ( 1 ) Besarnya adalah sebagai berikut: a. Rp15.840.000,00 belas (lima jutadelapan ratus empat puluhriburupiah)untuk diri WajibPajakorang pribadi; b. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluh (saiu riburupiah)tambahan untuk Wajib Pajakyangkawin; c. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluh (satu riburupiah) tambahan untuksetiap anggota keluargasedarah dan keluarga semenda dalamgarisketurunan lurus sertaanakangkat, yangmenjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak (tiga) 3 oranguntuksetiapkeluarga. (21 PTKPperbulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat(2)huruf adalah 1O c PTKP pertahunsebagaimana dimaksud padaayat(1)dibagi (duabelas), 12 sebesar: a. Rp1.320.000,00 jutatigaratusdua puluhriburupiah) (satu untukdiriWajibpajak orangpribadi; b. Rp110.000,00 (seratussepuluh ribu rupiah)tambahan untukWajib Pajakyang kawin; c. Rp110.000,00 (seratussepuluhribu rupiah) tambahan untuk setiapanggota keluargasedarah keluarga dan semenda dalamgariskelurunan lurussertaanak angkat,yangmenjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak (tiga) 3 oranguntuk setiap keluarga. (3) BesarnyaPTKPbagikaryawati berlaku ketentuansebagai berikut: a. bagi karyawati kawin,sebesar PTKPuntuk dirinya sendiri; b. bagi karyawati tidakkawin, sebesar PTKPuntukdirinyasendiri PTKP ditambah untuk yangmenjadi keluarga tanggungan sepenuhnya. (4) Dalam hal karyawatikawindapat menunjukkan tertulisdari Pemerintah keterangan Daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yangmenyatakan bahwasuaminya tidakmenerima ataumemperolehpenghasilan, besarnyaPTKPadalahPTKPuntuk dirinyasendiriditambahPTKPuntukstatuskawindan PTKPuntukkeluarga yang menjadi tanggungansepenuhnya. ,1,
  • 10. (5) BesarnyaPTKPditentukan berdasarkan keadaanpadaawaltahunkalender. (6) Dikecualikandari ketentuansebagaimanadimaksudpada ayat (5), besarnyapTKp untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesiadalam bagian tahun kalenderditentukanberdasarkankeadaanpadaawal bulandari baoiantahunkalender yang bersangkUtan. Pasal12 ( 1 ) Atas penghasilanbagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang tidak dibayar secarabulananataujumlahkumulatifnya dalam i (satu)bulankalenderbelummelebihi Rp1.320.000,00 (satujuta tiga ratus dua puluh ribu rupiah), berlakuketentuan sebagai berikut: a. tidak dilakukanpemotongan PPh Pasal21, dalam hal penghasilan sehariatau rata- rata penghasilansehari belum melebihi Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah); b. dilakukanpemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp150.000,00 (seratuslima puluh ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp150.000,00 (seratuslima puluh ribu rupiah)tersebutmerupakan jumlahyang dapatdikurangkan penghasilan dari bruto. (2) Rata-ratapenghasilan sehari sebagaimanadimaksudpada ayat (1) adalah rata-rata upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan. (3) Dalam hal pegawaitidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatifdalam I (satu) bulan kalendermelebihiRp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar pTKp yang sebenarnya. (4) PTKP yang sebenarnya dimaksudpada ayat (3) adalah sebesarpTKp sebagaimana untukiumlahharikerjayangsebenarnya. (5) PTKP seharisebagaidasar untukmenetapkanpTKp yang sebenarnya adalahsebesar PTKP per tahun sebagaimanadimaksuddatamPasal11 ayat (1) dibagi360 (tigaratus enam puluh)hari. (6) Dalam hal berdasarkan ketentuandi bidang ketenagakerjaan diatur kewajibanuntuk mengikutsertakan pegawaitidak tetap atau tenagakerja lepasdalam programjaminan hari tua atau lunjanganhari tua, maka iuraniaminanhari tua atau iurantunjanganhari tua yang dibayarsendiri oleh pegawaitidaktetap kepadabadanpenyelenggara jaminan sosial tenaga kerja atau badan penyelenggara tunjanganhari tua, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Pasal13 ( 1 ) Penerimapenghasilan bukan pegawaisebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (l) huruf a angka 4 dapat memperolehpenguranganberupa PTKP sepanjang yang bersangkutan telah mempunyaiNomor Pokok Wajjb Pajak dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungankerjadenganPemotongPPh Pasal21 dan/atauPPh Pasal 26 sertatidak memperolehpenghasilanlainnya. (2) Untuk dapat memperolehpenguranganberupa PTKP sebagaimanadimaksudpada ayat (1), penerima penghasilanbukan pegawai harus menyerahkan fotokopi kartu Nomor PokokWajib Pajak,dan bagi wanita kawin harus menyerahkan fotokopikartu NomorPokokWajib Pajaksuamisertafotokopi suratnikahdan kartukeluarga. t
  • 11. BABVI TARIFPEMOTONGAN PAJAK DANPENERAPANNYA Pasal 14 ( 1 ) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan atasPenghasilan KenaPajakdari: a. pegawai tetap; b. penerima pensiun berkalayangdibayarkan secara bulanan; c. pegawai tidaktetapatautenagakerjalepasyangdibayarkan secarabulanan. (2) Untukperhitungan Pasal21 yangharusdipotong PPh setiapmasapaiak,kecualimasa pajakterakhir, tarif diterapkanatas perkiraanpenghasilan yangakandiperoleh selama 1 (satu)tahun,dengan ketentuan sebagai berikut: a. perkiraan ataspenghasilan yangbersifatteratur adalah jumlahpenghasilan teratur dalam (satu) 1 bulan dikalikan (dua 12 belas); b. dalam hal terdapattambahanpenghasilan yang bersifattidak teratur maka perkiraan penghasilan yangakandiperoleh selama1 (satu)tahunadalah sebesar iumlahpada hurufa ditambah dengan jumlahpenghasilan yang bersifat tidak teratur. (3) JumlahPPh Pasal21 yang harusdipotong untuksetiapmasa pajaksebagaimana dimaksud padaayal(2)adalah: a. atas penghasilan yangbersifatteraturadalah sebesar PajakPenghasilan terutang atasjumlah penghasilan sebagaimana dimaksud padaayat (2) hurufa dibagi12 (duabelas); b. atas penghasilan yang bersifattidak teraturadalahsebesarselisihantaraPajak Penghasilan terutang jumlah yang atas penghasilansebagaimana dimaksud pada ayat(2)huruf dengan b Pajak Penghasilan terutang jumlah yang atas penghasilan sebagaimana dimaksud padaayat (2)hurufa. (4) Dalamhal pegawaitetap mempunyai kewajiban pajak subjektff terhitungsejak awal tahun kelender dan mulai bekerjasetelahbulanJanuari, termasuk pegawai yang sebelumnya bekerjapada pemberikerja lain, banyaknya bulan yang menjadifaktor pengalisebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau laktor pembagi sebagaimana dimaksud padaayat (3) adalahjumlahbulantersisadalamtahunkalender sejakyang bersangkutan bekerja. mulai (5) Besarnya PPh Pasal21 yang harusdipotong untukmasapajakterakhir adalahselisih antaraPajakPenghasilan yangterutang atasseluruhpenghasilan kenapajakselama1 (satu)tahunpajakatau bagiantahunpaiakdenganPPh Pasal21 yangtelahdipotong padamasa-masa sebelumnya dalam tahun pajakyangbersangkutan. (6) Dalam hal pegawaitetap kewajiban pajak subjektifnyahanyameliputibagiantahun pajak makaperhitungan Pasal yangterutang PPh 21 untuk bagiantahunpajak tersebut dihitungberdasarkan penghasilankenapajakyangdisetahunkan, sebanding dengan jumlah bulandalam bagiantahun pajak yangbersangkutan. (71 Dalamhal pegawai tetapberhenti bekerja sebelum bulanDesember jumlahPPh dan Pasal yangtelahdipotong 21 dalam tahunkalender yangbersangkutan besar lebih dari PPhPasal yangterutang 21 untuk1 (satu) tahunpaiakmakakelebihan Pasal PPh 21 yang telah dipotong tersebutdikembalikan kepadapegawai tetap yang bersangkutan bersamaan denganpemberian buKi pemotongan Pasal21, palinglambat PPh akhir bulan berikutnyasetelahberhentibekeria. (8) JumlahPenghasilan Kena Pajaksebagai dasarpenerapan tarif Pasal17 ayat ( 1 ) huruf a Undang-Undang Pajak Pengfrasilan sebagaimana dimaksudpada ayat ( 1 ) dibulatkan bawah ke hinggaribuanpenuh.
  • 12. Pasal 15 ( 1 ) Atas penghasilan yang diterima pegawai atau diperoleh tidaktetap atau tenagakerja lepasberupa upah harian,upahmingguan, upahsatuan, upah borongan, uang dan saku harian, sepanjangpenghasilan tidak dibayarkansecara bulanan,tarif lapisan pertama sebagaimana dimaksud dalamPasal17 ayat (1) hurufa Undang-Undang PajakPenghasilan diterapkanatas: a. jumlahpenghasilan brutosehariyang melebihi Rp150.000,00 (seratuslima puluh riburupiah); atau b. iumlah penghasilan bruto dlkurangiPTKP yang sebenarnya dalam hal jumlah penghasilankumulatifdalam1 (satu)bulankalenderielahmelebihiRp1.320.000,00 juta (satu tigaratus puluh dua riburupiah). (2) Dalamhal jumlahpenghasilan kumulatif dalamsatu bulankalender telah metebihi Rp6.000.000,00(enam juta rupiah), PPh Pasal21 dihitung denganmenerapkan tarif Pasal17 ayat(1)huruf Undang-Undang Penghasilan jumlah a Pajak atas Penghasilan KenaPajak yangdisetahunkan. Pasal 16 ( 1 ) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan dilerapkan jumlah atas kumulatifdari: a. Penghasilan KenaPajak sebesar jumlah penghasilan brutodikurangi PTKP, yang diterimaataudiperoleh bukanpegawai sebagaimana dimaksud dalamPasal9 ayat (1)huruf angka yangmemenuhi a 4 ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat(1),yangdihitung setiap bulan; b. 50% (limapuluhpersen) jumlahpenghasilan dari brutoyangyangditerima atau diperoleh tenagaahli yang melakukan pekerjaanbebassebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf angka 3 c 1; c. iumlah penghasilan untuk bruto setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yang bersifat berkesinambungan tidak memenuhi yang ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat(1); 13 d. jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalanyang bersifattidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisarisatau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagaipegawai tetap pada perusahaan yang sama; e. jumlahpenghasilan brutoberupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonusatau imbalan lain yang bersifatiidak teratur yang diterimaatau diperolehmantan pegawai; atau f. jumlahpenghasilan brutoberupa penarikandana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri telah oleh Keuangan. (2) Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan diteraokanatas: a. jumlah penghasilan untuk bruto setiap pembayaran imbalan kepada bukan pegawai yangtidakbersifat berkesinambungan; b. jumlahpenghasilan brutountuksetiapkalipembayaran yangbersifat utuhdantidak dipecah, yangditerima peserta oleh kegiatan. Pasal 17 Pengenaan Pasal bagipejabat PPh 21 negara, pegawainegeri sipil, anggotaTentaraNasional Indonesia, anggotaKepolisian NegaraRepublik Indonesia,serta para pensiunannya atas penghasilanyang menjadibebanAnggaran Pendapatan BelanjaNegaraatau Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah, diatur berdasarkanketentuanyang ditetapkankhusus menoenai dimaksud. hal ,l-
  • 13. Pasal18 Psngenaan PPh Pasal21 bagi pegawai atas uang pesangon,uangmanfaatpensiun,tunjangan haritua, atau jaminanharitua yang dibayarkansecarasekaligus, diaturberdasarkan ketentuan yangditetapkan khususmengenai dimaksud. hal Pasal19 ( 1 ) TarifPPh Pasal sebesar 26 20% (duapuluhpersen) bersifat dan finalditerapkan atas penghasilanbrutoyangditerima ataudiperolehsebagaiimbalan ataspekerjaan,jasa, dan kegiatanyangdilakukan orang oleh pribadi dengan statusSubjek Pa.jak negeri luar denganmemperhatikan ketentuanPersetujuanPenghindaranPajakBerganda yang berlaku antaraRepublik lndonesiadengannegara domisiliSubjekpajak luar negeri tersebut. (21 PPhPasal sebagaimana 26 dimaksud padaayat(1)tidakbersifat dalam orang final hal pribadisebagaiWajibPajakluar negeri tersebut berubah statusmenjadiWajibpajak dalam neoeri. BABVII TARIFPEMOTONGAN PASAL BAGIPENERIMA PPh 21 PENGHASILAN YANGTIDAK MEIVIPUNYAI NOMOR POKOK WAJIBPAJAK Pasal 20 (1) BagiPenerima Penghasilan yangDipotong PPh Pasal21 yangtidakmemitiki Nomor Pokok WajibPaiak, dikenakan pemotongan Pasat dengan lebih PPh 21 tarif tinggi20% (duapuluhpersen) daripada yangditerapkan tarif terhadap Wajibpajakyangmemiliki Nomor Pokok WajibPajak. (2) JumlahPPh Pasal21 yang harusdipotong sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalahsebesar120%(seratus dua puluhpersen) dari jumlahpph pasat2t yang seharusnya dipotongdalam yangbersangkutan hal memiliki Nomor pokok Wajibpajak. (3) Pemotongan Pasal sebagaimana PPh 21 dimaksud padaayat(1)hanya berlakuuntuk pemotongan Pasal yangbersifat PPh 21 tidakfinal. (4) Dalam pegawai hal tetapataupenerima pensiun berkalasebagai penerima penghasilan yangtelah dipotong Pasal dengan yanglebih PPh 21 tarif tinggisebagaimana dimaksud padaayat (1), mendaftarkan untukmemperoleh diri NomorPokok WaiibPajakdalam tahunkalender yang bersangkutan palinglamasebelum pemotongan pasal21 pph untuk masapajak Desember, Pasal yangtelahdipotong selisih PPh 21 atas pengenaan tarifsebesar (duapuluhpersen) 20o/quot; lebihtinggi tersebut diperhitungkandengan PPh Pasal21 yangterutang untukbulan-bulanselanjutnya setelah memilikiNomorPokok WajibPajak. BABVIII SAATTERUTANG PASAL DAN/ATAU PASAL PPh 2.I PPh 26 Pasal 21 ( 1 ) PPh Pasal21 danlatauPPh Pasal26 terutangbagi Penerima pada saat Penghasilan pembayaran padasaatterutangnya dilakukan atau penghasilan yangbersangkutan, (2) PPh Pasal2'l danlalauPPh Pasal26 terutang PPh Pasal21 danlalau bagi Pemotong PPhPasal untuk 26 setiapmasapaiak. (3) Saatterutanguntuksetiapmasapajaksebagaimana dimaksudpadaayai (2) adalah akhirbulandilakukannyapembayaran padaakhirbulan atau penghasilan terutangnya yangbersangkutan. t
  • 14. BAB IX HAK DAN KEWAJIBANPEMOTONGPPh PASAL 21 DAN/ATAUPASAL 26 SERTAPENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK Pasal 22 (1) Pemotong PPh Pasal 21 danlatau PPh Pasal 26 dan penerima penghasilanyang diri ke Kantor pelayanan pajak sesuai Dipotong PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan dengan ketentuanyang berlaku. (2) Pegawai, penerima pensiunberkala, sertabukanpegawai sebagaimanadimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) hurul a angka 4 wajib membuatsurat pernyataan yang berisijumlah tanggungan keluargapada awal tahun kalenderatau pada saat mulai menjadiSubjek Pajakdalam negerisebagaidasar penentuan PTKPdan wajib menyerahkannya kepada PemotongPPh Pasal 21 danlalaupph pasal 26 pada saat mulai bekerjaatau mulai pensiun. (3) Dalam hal terjadi perubahantanggungankeluargabagi pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan pegawaisebagaimana dimaksuddalam pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepadapemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya. (4) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau pph pasal 26 wajib menghitung,memotong, menyetorkandan melaporkanPPh Pasal 21 danlalau pph pasal 26 yang terutang untuk setiapbulankalender, (5) Pemotong PPh Pasal 21 danlalau PPh Pasal 26 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitunganPPh Pasal21 danlalauPPh Pasal26 untukmasing-masing penerima penghasilan, yang menjadidasar pelaporan PPh Pasal21 danlalauPPh pasal 26 yang terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebutsesuaidenganketentuan yang berlaku. (6) Ketentuan mengenaikewajiban untuk melaporkan pemotongan pph pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap bulan kalendersebagaimana dimaksudpada ayat (4) tetap berlaku,dalamhal jumlahpajakyang dipotongpadabulanyang bersangkutan nihil. (7) Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihanpenyetoran pajak atas pph pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang oleh pemotong pph pasal 21 danlalau pph pasal 26, kelebihan penyetorantersebutdapat diperhitungkandenganPPh Pasal21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutangpada bulan berikutnya melaluiSurat Pemberitahuan lvlasa PPh Pasal21 dan/atau PPh pasal 26. Pasal23 (1) PemotongPPh Pasal2l dan/atauPPh Pasal26 harusmemberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap atau penerima pensiunberkalapalinglama 1 (satu)bulansetelahtahunkalender berakhir. (2) Dalam hal pegawaitetap berhentibekerjasebelumbulan Desember, buktipemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksudpada ayat (1) harus diberikanpaling lama 1 (satu)bulansetelahyang bersangkutanberhentibekerja. (3) PemotongPPh Pasal21 danlatauPPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas pemotonganPPh Pasal 21 selain pegawaitetap dan penerima pensiunberkalasebagaimana dimaksudpada ayat (1), serta bukti pemotongan PPh Pasal 26 setiap kali melakukanpemotonganPPh Pasal 21 danlatauPPh Pasal 26. (4) Dalam hal dalam I (satu)bulankalender, kepadasatu penerima penghasilandilakukan lebih dari 1 (satu) kali pembayaranpenghasilan, bukti pemolonganPPh Pasal 21 dan/atauPPh Pasal26 sebagaimana dimaksudpada ayat (3) dapatdibuatsekaliuntuk 1 (satu)bulankalender. (5) Bentukformulirpemotongan PPh Pasal 21 dan/atauPPh Pasal26 ditetapkan dengan Peraturan DirekturJenderal Paiaktersendiri. &
  • 15. Pasal24 ( 1 ) PPh Pasal 21 dan/atauPPh Pasal 26 yang dipotongoleh pemotong pph pasal 2t dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa Pajak wajib disetor ke Kantor pos atau bank yang ditunjukoleh Menteri Keuangan, palinglama 10 (sepuluh) harisetelahMasa pajak berakhir. (2) Pemotong PPh Pasal 21 danlalau PPh Pasal 26 wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 2'l danlatau PPh Pasal 26 untuk setiap Masa pajak yang dilakukan melaluipenyampaian SuratPemberitahuan l,4asa pasal 21 dan/atau pph pph Pasal 26 ke Kantor PelayananPajak tempat pemotong pph pasal 21 dan/atau pph Pasal 26 terdaftar,paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa pajak berakhir. (3) Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pph pasat Zj danlatau pph pasal 26 sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan batas waktu pelaporanpph pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimanadimaksud pada ayat (2) bertepatandengan hari liburtermasukhari Sabtuatau hari liburnasional, penyetoran dan pelaporan pph pasal 21 danlatau PPh Pasal26 dapatdilakukan padaharikerjaberikutnya. Pasal 25 (1) Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima penghasilanyang dikenakan pemotonganuntuk tahun pajak yang bersangkutan, kecualiPPh Pasal21 yang bersifat final. (2) Jumlah pemotongan Pasal atasselisih PPh 21 penerapan sebesar taril 20%(duapuluh persen)lebih tinggi bagi pegawai tetap atau penerima pensiunberkalasebelum memilikiNomorPokok WajibPajakyangtelahdiperhitungkan denganpph pasal21 terutanguntukbulan-bulan padatahunkalender selanjutnya berikutnyasebagaimana dimaksud dalamPasal ayat(4, tidaktermasuk 20 kreditpajaksebagaimana dimaksud padaayat(1). (3) Dalam WajibPajak hal yangtelahdipotong pasal21 dengan yanglebih Pph tarif tinggi sebagaimana dimaksud dalamPasal ayat(1) mendaftarkan untukmemperoleh 20 diri NomorPokokWajibPajakmakaPPh Pasal21 yangtelahdipotong tersebutdapat dikreditkan dalam Surat Pemberitahuan TahunanPajak penghasilan Wajib pajak Orang Pribadi untuk tahun pajakyangbersangkutan. (4) Dalamhal WajibPajaksebagaimana dimaksud padaayat (3) menyampaikan Surat Pemberitahuan TahunanPajakPenghasilan yang menyatakan jumlah lebih bayar makapenyampaiannya dilakukan harus dalam jangka waktupaling lamag (tiga) tahun sejakberakhirnyatahun pajakyangbersangkutan. (5) Dalam SuratPemberitahuan hal Tahunan Pajak yang Penghasilan menyatakan jumlah lebihbayarsebagaimana dimaksudpadaayat (4) disampaikan setelah (tiga) 3 tahun sesudah berakhirnya tahunpalakyang bersangkutan Wajibpajaktelahditegur dan secara tertulis,tidak dianggapsebagai Surat pemberitahuan Tahunan pajak Penghasilan. Pasal26 Petuniukumumdan contohpenghitungan pemotongan Pasal21 danlatau PPh PPh Pasal26 adalahsebagaimana tercantum yang tidak terpisahkan dalam Lampiran dari Peraturan Direktur Jenderal Paiakini.
  • 16. BABX KETENTUAN PENUTUP Pasal27 DenganberlakunyaPeraturan Direktur JenderalPajakini,KeputusanDirektur Pajak Jenderal Nomor KEP-5451PJ|2O0OtentangPetunjukPelaksanaan Pemotongan, penyetoran,dan PelaporanPajakPenghasilan Pasal21 dan Pasal26 Sehubungan denganpekerjaan, Jasa, dan Kegiatan OrangPribadisebagaimanatelahdiubah dengan Peraturan Direktur Jenderal PajakNomor PER-15/PJ/2006, dicabut dinvatakan dan tidakberlaku. Pasal 28 Peraturan Direktur Jenderal Pajak mulaiberlaku ini padatanggal Januari i 2009. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumumanperaturan Direktur Jenderal Pajakinidenganpenempatannya dalamBeritaNegara Republik Indonesia. Ditetapkandi Jakarta pada tanggal 25 Mai ro
  • 17. LAMPIHANPERATURANDIRFKTURJENDEML PAJAK NOMORPER- 31 /PJ/2009TENTANG PEDOMAN TEKNISTATA CABA PEMOTONGAN, PENYETOMN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILANPASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL SEHUBUNGAN 26 DENGAN PEKERJMN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADI PETUNJUK UMUMDANCONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PASAL21 DAN/ATAU PPh PPh PASAL26 BAGIANPEHTAMA: PETUNJUK UMUMPENGHITUNGAN PASAL21 DAN/ATAU PPh PPh PASAL26 I PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 UNTUKPEGAWAI PPh TETAPDAN PENERIMA PENSIUN BERKALA Penghitungan Pasal untukpegawai PPh 21 tetapdan penerimapensiun berkaladibedakan menjadi (dua), 2 yaitu: '1. Penghitungan masaataubulanan yangmenjadi dasarpemotongan pasal21 yang pph terutanguntuksetiap masapajak, yangdilaporkan dalamSpT Masapph pasal21,selain masapajakDesember ataumasapajakdi manapegawai tetapberhentibekerja; 2. Penghitungan kembali sebagaidasar pengisian Fotm 1721Aj atau '172'lA2 dan pemotongan PPh Pasal21 yangterutanguntukmasapajakDesember atau masapajak di manapegawai tetapberhenti bekerja. Penghitungan kembali dilakukan ini pada: a. bulan dimana pegawai tetapberhentibekerja penstun; atau b. bulanDesember bagi pegawai tetapyangbekerja sampaiakhirtahunkalender dan bagipenerima pensiun yangmenerima uangpensiunsampaiakhirtahunkalender. l. l. PenghitunganMasaatauBulanan SelainMasapaiakDesember atauMasapaiakdi mana pegawaitetap berhenflbekeria: a. Penghitungan Pasal ataspenghasilan PPh 21 Teratur b. Penghitungan Pasal atasPenghasilan PPh 21 TtdakTeratur Penghitungan Pasal ataspenghasilan l.'1.a. PPh 21 Teratur 1.1.a.1. Penghitungan PPh Pasal2t atas Penghasilan Teraturbagi Pegawai Tetap: '1. a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap,terlebihdahuludihitung seluruhpenghasilan brutoyang diterimaatau diperoleh selamasebulan, yang meliputi seluruh gaji, segalajenis tunjangan dan pembayaran teraturlainnya, termasuk uanglembur (overtime) pembayaran dan sejenisnya. b. Untuk perusahaan yang masuk programJamsostek, premi JaminanKecelakaan Kerja(JKK),premiJaminanKematian (JK) dan premi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPl9yangdibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja,asuransi jiwa, asuransi dwiguna, asuransi siswayangdibayarkan pemberi dan bea oleh kerjauntukpegawai kepada perusahaan asuransilainnya. Dalam menghitung Pasal21, premitersebut PPh digabungkan dengan penghasilan brutoyang dibayarkan oleh pemberi kerjakepada Deqawai. t
  • 18. c. Selanjutnyadihitung jumlah penghasilanneto sebulan yang diperolehdengan cara mengurangipenghasilanbruto sebulan dengan biaya jabatan,serta iuran pensiun,iuran Jamlnan Hari Tua, dan/atau iuran TunjanganHari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutanmelalui pemberi kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya telahdisahkanoleh MenteriKeuangan atau kepada Badan Penyelenggara ProgramJamsostek. a. Selanjutnyadihitung penghasilanneto setahun, yaitu jumlah penghasilan netosebulandikalikan 12. b. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnyasebagaiWajib Pajak dalam negerisudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawaiyang bersangkutan mulai bekerjasampaidenganbulan Desember. c. Selan.iutnya dihitung PenghasilanKena Pajak sebagai dasar penerapan Tarif Pasal 17 ayal (11hurufa UU PPh,yaitu sebesar Penghasilan neto setahunpada huruf a atau b di atas, dikurangl denganPTKP. d. SetelahdiperolehPPh terutangdengan menerapkan Tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh terhadapPenghasilan Kena pajak sebagaimana dimaksudpada huruf c, selanjutnya dihitungPPh Pasal 21 sebulan,yang harus dipotongdan/ataudisetor ke kas negara, yaitusebesar: 1) jumlah PPh Pasal21 setahunatas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huru{a dibagidengan12; atau 2) .iumlah PPh Pasal21 setahunatas penghasilan sebagaimana dimaksudpada hurufb dibagibanyaknya bulanyang menjadi faktorpengali sebagaimana dimaksud pada hurufb. 3 . a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan,maka untuk penghitungan PPh Pasal21, iumlah penghasilan tersebutterlebihdahuludijadikan penghasilan bulanan denganmempergunakan faktorperkaliansebagaiberikut: 1) Gaji untukmasaseminggu dikatikandengan4; 2) Gaji untukmasaseharidikalikan dengan26. b. Selanjutnya dilakukan penghitunganPPh Pasal 21 sebulan dengan cara sepertidalam angka 2 di atas. c. PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggudihitungberdasarkan PPh Pasal 21 sebulandalam huruf b dibagi 4, sedangkanPph Pasal21 atas penghasilan seharidihitungberdasarkan PPh Pasal 21 sebulandalamhurufb dibagi26. Jika kepada pegawaidi sampingdibayargaji bulananjuga dibayar kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel),misalnya untuk 5 (tima) bulan,maka penghitungan PPh Pasal21 atas rapeltersebutadalah sebagaiberikut: a. rapel dibagi dengan banyaknyabulan perolehanrapel tersebut (dalamhal ini 5 bulan); b. hasil pembagianrapel tersebut ditambahkanpada gaji setiap bulan sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh Pasal21; c. PPh Pasal21 atas gaji untuk bulan-bulan setelahada kenaikan, dihitungkembali atas dasargaji barusetelahada kenaikan; d. PPh Pasal 2l lerutang atas tambahan gali untuk bulan-bulan dimaksud adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c dikurangijumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana disebutpada hurufb. I
  • 19. 5. Apabilakepadapegawaidi sampingdibayargali yang didasarkan masa gaii kurangdari satu bulanjuga dibayar gaji lain mengenai masayang lebihlamadari satu bulan(rapel)sepertitersebut dalam angka4, makacarapenghitungan pasal21-nya Pph adalahsesuai denganyangtelahditetapkan dalamangka4 denganmemperhatikan ketentuan dalam angka 3. 1.1,a,2, Penghitungan Pasal2t ataspenghasilan PPh Teraturbagi penerima PenslunBerkala 1. Penghitungan Pasal21 atasuangpensiun PPh bulanan yangditerima ataudiperolehpenerima pensiun padatahunpertama pensiunadalah sebagai berikut: a. terlebihdahulu dihitungpenghasilan sebulan neto yangdiperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikanbanyaknya bulan seiak pegawai yang bersangkutan menerima pensiunsampaidenganbulan Desember; b. penghasilan pensiun neto sebagaimana tersebut pada hurufa ditambah dengan penghasilanneto dalam tahun yang bersangkutan yang diterimaatau diperolehdari pemberikerja sebelumpegawai yang bersangkutan pensiunsesuaidengan yangtercantum dalambuktipemotongan PPh pasal 21 sebelum pensiun; c. untukmenghitung PenghasilanKenapajak,jumjahpenghasilan pada huruf b tersebutdikurangi denganpTKp, dan selanjutnya dihitungPPhPasal21 atasPenghasilan Kenapajaktersebut; d. PPhPasal atasuangpensiun 21 dalam tahunyangbersangkutan dihitungdengan cara mengurangi Pasal21 dalamhurufc PPh dengan PPhPasal21 yangterutang pemberi dari kerjasebelum pegawaiyang bersangkutan pensiun sesuai dengan yang tercantumdalam bukti pemotonganPPh Pasal 21 sebelum pensiun; e. PPh Pasal21 atas uangpensiun bulanan adalah sebesarpph Pasal21 seperti tersebutdalamhurufd dibagidenganbanyaknya bulan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a. 2. Penghitungan Pasal atasuangpensiun PPh 21 bulananuntuktahun keduadanselanjutnyaadalahsebagaiberikut: a. terlebih dahulu penghasilan sebulan dihitung neto yangdiperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun; b. selanjutnya PPh Pasal21 dihitung dengancara penghitungan untukpegawaitetappadabutir1.1.a.1. angka huruf c, dand. 2 a, 1.1.b. Penghitungan PPh Pasal21 atas Penghasilan Tidak Teraturbagi Pegawai Tetap 1. Apabilakepadapegawaitetap diberikan iasa produksi,tantiem,gratifikasi, bonus,premi, lunjangan raya,dan penghasilan semacam yang hari lain itu sifatnyatidaktetapdan biasanya dibayarkan sekalisetahun,makaPPh Pasal 21 dihitung dipotong dan dengancarasebagai berikut: a. dihitungPPh Pasal 21 atas penghasilan teraturyang disetahunkan ditambah dengan penghasilan teratur tidak berupa tantiem,jasaproduksi, dan sebagainya. /quot;
  • 20. b. dihitungPPh Pasal ataspenghasilan 21 yangdisetahunkan teratur tanpa jasa tantiem, produksi, sebagainya. dan c. selisihantaraPPh Pasal21 menurutpenghitungan hurufa dan hurufb adalahPPh Pasal21 atas penghasilan jasa tidakteraturberupatantiem, produksi, sebagainya. dan 2. Dalamhal pegawaitetapyang kewajibanpajaksubjektifnya sudahada sejak awaltahun,namunbarumulaibekerja setelah bulanJanuari,makaPPhPasal 21 atas penghasilanyang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara sebagaimana pada butir 1 denganmemperhatikan ketentuan mengenai Penghitungan Pasal21 Bulanan PPh atas Penghasilan Teraturpada butir 1.1.a.1. angka huruf c dand di atas. 2 b, Penghitungan PPh Pasal21 TerutangPada Bulan Desember atau Masa Paiak Tertentuuntuk Pegawai Tetapyang BerhentiBekeriaSebelumBulan Desember. 1. Penghitungan Pasal21 terutang PPh pada bulanDesember atau bulantertentu untuk pegawai tetapyangberhenti bekerja sebelum bulan Desember adalah sebagai berikut: a. HitungPPh Pasal21 terutang atas seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh pemotong dari pajakdalamtahunkalender yangbersangkutan, baik penghasilan teratur yang maupun yangtidak teratur. b- PPh Pasal terutang 21 yangharusdipotong untukbulanDesember ataubulan tertentuuntuk pegawaitetap yang berhenti bekerjasebelumbulan Desember adalah sebesar selisihantaraPPh Pasal terutang 21 atasseluruh penghasilan teraturdantidakteratur yangditerima pemotong dari pajakdalamtahunkalender yangbersangkutan, sebagaimana dimaksud dalamhurufa, dengan PPh Pasal 21 yangtelah dipotong dalam tahun kalender yangbersangkutan sampai dengan bulan sebelumnya. c. Dalamhal jumlahPPh Pasal21 yang telah dipotong sampaidenganbulan sebelumnya tersebut lebihbesardaripada PPh Pasal21 terutang atasseluruh penghasilan teraturdan tidakteraturyang diterima dari pemotong pajakdalam tahun kalender yangbersangkutan, misalnya dalam pegawai hal berhenti bekerja pada pertengahan tahun, atas kelebihan pemolongan PPh Pasal21 tersebut dikembalikan kepadapegawai tetap yang berhenti bekerjabersamaan dengan pemberian buktipemotongan Pasal21. Ataskelebihan PPh pemotongan PPh Pasal 21 untuk pegawaitetap yang bersangkutan, pemotongpajak dapat memperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terutangatas penghasilan pegawai tetaplainnya dalam masapajak yangsama, sehingga jumlah PPhPasal yang 21 harus disetor oleh pemotong pajak untuk masa pajak tersebut telah mempertimbangkan jumlahkelebihan pemotongan PPh Pasal21 yang telah diberikanolehpemotong pajakkepada pegawai letapyangberhenti bekerja. 2. Perhitungan Pasal21 ierutang PPh atas seluruh penghasilan yangditerlma atau diperolehdari pemotongpajak dalam tahun kalenderyang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam angka huruf adaiah t a sebagai berikut: a. Untukpegawai tetap yang kewajiban pajaksubjektilnya sudahada sejakawal tahun, namun mulai bekerja setelah bulanJanuari atauberhentibekerja sebelum bulanDesember, PPh Pasal2l terutang dihitung berdasarkan jumlahseluruh penghasilan yang diterimaatau diperoleh, baik yang bersifatteraturmaupun tidakteratur, selamapegawai tetapyangbersangkutan bekerja padapemotong palaK. b. Sedangkan untukpegawai tetapyangkewajiban pajaksubjektifnyabarudimulai setelah bulanJanuari atau berakhir sebelum bulanDesember, PPh Pasal21 terutangdihitungberdasarkan jumlahseluruhpenghasilan yang diterimaatau diperoleh, yangbersifat baik teratur maupun tidakteratur, yangdisetahunkan. /quot;
  • 21. II. PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL UNTUK PPh 21 PEGAWAI TIDAKTETAP ATAUTENAGAKERJALEPAS, 11.1. PegawaiTidak Tetap atau TenagaKeria Lepas,pemagangdan Calon pegawai yang Menerima Upah Harian, UpahMingguan, UpahSatuan, UpahBorongan, UangSakuHarian atauMingguan: 1. Tentukan jumlah upah/uang saku harian,atau rata-rataupah/uang saku yang diterimaataudiperoleh dalamsehari: a. upah/uang mingguan saku dibagibanyaknya bekerja hari dalam seminggu; b. upahsatuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yangdihasilkandalam sehari; c. upah borongandibagi dengan jumlah hari yang digunakanuntuk menyelesaikan pekerjaanborongan. 2. Dalamhal upah/uang saku harianatau rata-rataupah/uang saku harianbelum melebihiRp150.000,00, jumlah dan yangditerima diperoleh kumulatif atau dalam bulankalender yangbersangkutan belummelebihi Rp1.320.000,00, tidak maka adaPPhPasal yangharus 2l dipotong. 3. Dalamhal upah/uang saku harianatau rata-rata upah/uang saku hariantelah melebihi Rp150.000,00, sepanjang dan jumlahkumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp1.320.000,00, maka PPh Pasal21 yang harusdipotong adalahsebesar upah/uang saku harianatau rata-rataupah/uang saku hariansetelahdikurangi Rp150.000,00, dikalikan5%. 4. Dalamhal jumlahupah kumulatif yang diterima atau diperolehdalambulan kalender yang bersangkutan telah melebihiRp1.920.000,00 kurangdari dan Rp6.000.000,00, maka PPh Pasal21 yang harusdipotong adalahsebesar upah/uang saku harianatau rata-rataupah/uang saku hariansetelahdikurangi PTKP sehari,dikalikan S%. 5. Dalam jumlah hal upahkumulatif yangditerimaataudiperoleh dalam satubulan kalender telahmelebihi Rp6.000.000,00, PPh pasal21 dihitung maka dengan menerapkan TarifPasal17 ayat (1) huruta UU pPh atasjumlahupahbruto dalam satubulan yangdisetahunkan setetahdikurangipTKp,dan pph pasal21 yangharusdipotong adalah sebesar PPh Pasal21 hasilperhitungan tersebut dibagi12. I.2. PegawalTidak Telap alau TenagaKerja Lepas,Pemagangdan Calon pegawai yangMenerima UpahyangOibayarkan Secara Bulanan: PPhPasal dihitung 21 denganmenerapkan Pasal ayat(1) huruf UU PPh Tarif 17 a atasjumlah upahbrutoyangdisetahunkan setelahdikurangi PTKP,dan PPhPasal 21 yang harusdipotongadalah PPh Pasal21 hasilperhitungan sebesar tersebut dibaoi12. t
  • 22. . PETUNJUKUMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTADEWAN PENGAWAS ATAU DEWAN KOMISARISYANG TIDAK MERANGKAPSEBAGAI PEGAWAI TETAP, MANTAN PEGAWAI YANG MENERIMAJASA PFODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI, BONUSATAU IMBALANLAIN YANG BERSIFATTIDAK TERATUR, DANPESERTA PROGRAM PENSIUNYANGMASIHBERSTATUSSEBAGAI PEGAWAIYANGMENARIK DANAPENSIUN lll.1. PenghitunganPPh Pasal 21 untuk Anggota Dewan pengawasatau Dewan KomisarisYangTidak Merangkap SebagaiPegawaiTetap PPh Pasal21 dihitung denganmenerapkan Pasali7 ayat(1) hurufa UU pph Tarif jumlah ataskumulatii penghasilan yangditerima bruto selamaI (satu) ataudiperoleh tahunkalender. lll,2. Penghitungan PPh Pasal21 bagi Mantanpegawai yang Menerima penghasilan Berupa Jasa Produksi,Tantlem,Gratifikasi, Bonus atau lmbalan Lain yang BersifatTidak Teratur PPh Pasal21 dihitungdengancaramenerapkan Pasal1Z ayat(1) hurufa UU Tarif PPhataskumulatif jumlahpenghasilan brutoyangditerima ataudiperoleh selama1 (satu) tahunkalender. fff.3. PenghitunganPPh Pasal 21 bagi peserta program pensiun yang Masih Berstatus Sebagai PegawaiyangMenarik Danapensiun PPh Pasal21 dihitung denganmenerapkan pasal17 ayat(1) hurufa UU pph Tarif dari kumulatif .iumlahpenghasilan brutoyang dibayarkan selama1 (satu)tahun kalender. tv. PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 BAGIORANGPRIBADI PPh YANG BERSTATUS SEBAGAIBUKANPEGAWAI 1V.1.Pemotongan Pasal BagiTenaga PPh 21 Ahli yangMelakukan pekeriaan Bebas PPhPasal ataspenghasilan dibayarkan 21 yang kepada tenaga yangmelakukan ahli pekerjaanbebas dihitung dengan caramenerapkan Pasal ayat(1)huruf UU tarif 1Z a PPh atasjumlahkumulatif 50% (limapuluhpersen) jumlahpenghasilan dari bruto yangdibayarkan terutang atau dalamI (salu)tahunkalender. Dalam tenaga tersebut hal ahli adalahdoheryangmelakukan praktik rumah di sakit dan/atauklinikmakabesarnya.iumlahpenghasilan brutoadalahsebesar jasa dokter yang dibayarkanpasienmelaluirumahsakitdan/atau kliniksebelum dipotong biaya- biayaataubagihasilolehrumahsakitdan/atau klinik. 1V,2.Pemotongan PPh Pasal21 Bagi Orang pribadi DalamNegeriBukan pegawai, SelainTenagaAhli, atas lmbalanyang BersifatBerkesinambungan 1V.2.1,BagiyangTelahMemilikiNPWP penghasitan dan HanyaMenerima Dari PemotongPaiakyang Bersangkutan PPhPasal dihitung 21 dengan menerapkan Pasal ayat(1)huruf.a tarif 17 UU PPh atasjumlahkumulatif penghasilan kenapajak.Besarnya penghasilan kenapajakadalah penghasilan dikurangi sebesar bruto per PTKP bulan. lV,2,2. BagiyangTidakMemilikiNPWP atauMenerima Dari Penghasilan Selain PemotongPaiakyang Bersangkutan PPhPasal dihitung 21 dengan menerapkan Pasal ayat(1)huruf UU tarif 17 a PPh atas jumlahkumulatif penghasilan yang brutodalamtahun kalender bersangkutan. ,..l.
  • 23. 1V.3.Pemotongan PPh Pasal21 Bagi Orang pribadi DalamNegeriBukan pegawai, SelainTenagaAhli, atas lmbalanyang Tidak BersitatBerkesinambungan. PPh Pasal21 dihitungdenganmenerapkan Pasal17 ayat (1) hurufa UU pph tarif atasiumlahpenghasilanbruto. v. PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL21 BAGIPESERTA PPh KEGIATAN PPh Pasal2l dihitung dengan menerapkan Pasal17 ayat (1) hurufa UU pph atas tarif jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran yang bersifatutuh dan tidak dipecah,yangditerimaolehpeserta kegiatan. PETUNJUKUMUMPENGHITUNGAN PASAL26 BAGI ORANGPRIBADI PPh YANG BEBSTATUS SEBAGAI SUBJEKPAJAKLUARNEGERI. 1. Dasar pengenaan Pasal adalah jumlah PPh 26 dari penghasilan bruto. 2. Dikenakan tarif PPh Pasal26 sebesar20% denganmemperhatikan ketentuanyang diaturdalam Perjaniian Penghindaran PajakBerganda(p3B),dalamhal orangpribadi yang menerima penghasilan adalahsubiekpajakdalamnegeridari negarayangtelah mempunyai dengan P3B Indonesia. . l - k_[