SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  41
Télécharger pour lire hors ligne
MENCEGAH GEJALA SISA
    NEUROLOGIS




         M. Sholeh Kosim
      Sub Bagian Perinatologi
    Bagian Ilmu Kesehatan Anak
     FK UNDIP/RS.Dr. Kariadi
             Semarang
                                 1
Pendahuluan
        segala proses yang
 mengakibatkan kerusakan atau
 kematian sel syaraf atau sel otak




  • Gejala sisa neurologis
    gejala sisa ( sekuele)


                                     2
Ensefalopati Hipoksik Iskemik
             (EHI)                        Hipoksia berat & berkepanjangan


                                             iskemia atau infark serebri
 perdarahan periventrikular
    dan intraventrikular
                                                proses kerusakan
                                                       atau
                                            kematian sel syaraf /sel otak



                                                     • Jejas otak
  Palsiserebral                                • Gejala sisa neurologis
                  dampak jangka panjang
     (CP)                                             ( sekuele )


                                                                           3
Manifestasi predominan CP
      Manifestasi predominan CP



• Gangguan gerak yang dapat berupa :
  – karakter spastik,
  – ataksik atau atetoid.
  – disfungsi motorik ini biasanya
    disertai gangguan neurologik lain
    nya seperti :
       –retardasi mental
       –gangguan visual kortikal
       –kejang
                                        4
CP (Palsi Serebral)
• 50% ---- intelegensi yang normal
•   25% ---- menderita retardasi mental berat.
• Hanya CP dengan retardasi mental berat yang bisa
  dihubungkan dengan dugaan etiologi prepartum.
• Penyebab retardasi mental berat yang tidak disertai dengan
  CP biasanya adalah :
    – genetik,
    – viral,
    – dan tidak dihubungkan dengan kejadian perinatal.
• Retardasi mental sedang
    – juga tidak dapat dihubungkan idengan kejadian
      peripartum
    – tetapi lebih cenderung akibat kondisi sosial dan
      lingkungan.                                              5
MASA PERINATAL




SUMBER DAYA MANUSIA
    BERKUALITAS



                      6
Patofisiologi

         Penghentian pertukaran gas janin / plasenta


pH ↓, pO2↓, pCO2↑ à Metabolisme anaerob à Kehilangan energi


           Penurunan Cardiac Output à Hipotensi


        Penurunan aliran darah dan suplai O2 ke otak


                          HEI otak

                                         Papile LA, 2004
                                                           7
……Lanjutan patofisilogi

Fase pertama :
àterjadi saat EHI berlanjut beberapa jam
  sesudah resusitasi
Dua mekanisme utama kerusakan otak selama
  fase ini:
1. Depolarisasi cepat membran sel à
  masuknya natrium klorida dan air secara
  pasif ke dalam sel, dan akumulasi kalsium
  intraseluler à repolarisasi membran sel,
  jalur-jalur reseptor NMDA glutamate-
  activation
2. Pembentukan radikal bebas.



 à Kematian sel neuron ditandai dengan nekrosis
                                                      8
……Lanjutan patofisilogi


Fase ke dua :
àdimulai sekitar 8-72 jam setelah kejadian
  hipoksik/iskemik (dapat berlangsung sampai
  beberapa hari atau minggu)
Tiga mekanisme utama:
1. Excitotoxicity oleh karena stimulasi neuron
  yang berlebihan oleh sejumlah besar glutamat
  ekstraselular
2. Aktivasi mikroglia yang menyebabkan
  peningkatan produksi sitokin dan atau
  sitotoksin
3. Percepatan kematian sel yang terprogram.



   Fase ini ditandai dengan kematian sel apoptik

                                                    9
NEUROPATOLOGI


Neuropatologi dari HEI à CP
1. Jejas otak parasagital
2. Leukomalasia periventrikular
3. Jejas iskemik fokal / multifokal
4. Status mammoratus
5. Nekrosis neuronal selektif


                                      10
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
CEREBRAL BLOOD FLOW ( CBF) PADA BAYI
          DENGAN ASFIKSIA

           Kejadian asfiksia




          adaptasi sistemik
      respons sirkulasi serebral


       :
    untuk memelihara perfusi otak
       .                               11
Respons tersebut




•   Respons biokimiawi
•   Respons Autoregulasi
•   Respons Sirkulasi



                             12
Ad.1 Respon biokimiawi:
Sirkulasi serebral sangat sensitif
• Perubahan didalam tekanan oksigen
  berhubungan terbalik dengan perubahan pada
  CBF
• Respons serebro vaskuler terhadap pO2 dan
  pCO2 bervariasi sangat luas pada regio otak




                                                13
Ad.2 Autoregulasi :
• CBF tetap konstan pada suatu rentang perubahan
  sistemik ´Mean arterial Blood pressure “ à
  autoregulasi
• Autoregulasi dihambat atau dihalangi oleh keadaan
  hipoksia,hipo atau hiperkarbia atau asidosis.
• Pada beberapa keadaan sirkulasi serebral dapat
  berubah menjadi tekanan sirkulasi pasip dan secara
  langsung menggambarkan perubahan tekanan darah
  sistemik.
• Dampaknya à menurunnya tekanan darah yang
  mengakibatkan turun nya CBF dan ini secara nyata
  meningkatkan kerentanan terjadinya jejas neuronal



                                                       14
Ad 3. Respons sirkulasi :
dikategorikan kedalam :
• Fase redistribusi dari curah jantung ( COP )à
   melayani terutama aliran darah ke organ vital (
   otak, miokardium dan kelenjar adrenal ) dibanding
   melayani aliran darah ke organ yang kurang
   penting ( ginjal, usus dan otot )
• Hilangnya autoregulasi pembuluh darah serebral
   à mengakibatkan tekanan sirkulasi pasip
• Menurunnya Curah jantung à berakibat terjadi
   nya hipotensi dan penurunan CBF




                                                       15
Faktor non sirkulasi yang memberi kontribusi pada
                      keutuhan neuron


• Perubahan biologik yang menyertai maturasi organ
• Peningkatan kecepatan metabolisme otak bayi kurang
  bulan lebih rendah dibanding dengan bayi cukup bulan
• Otak bayi mempunyai kemampuan alternatip menggunakan
  sumber energi lain (laktat dan keton bodies) sebagai
  sumber energi
• Resistensi relatip miokardium janin dan bayi baru lahir
  terhadap iskemia hipoksia
• Peran potensi protektip dari hemoglobin fetal

                                                            16
PENGELOLAAN




•   Tujuan utama à pencegahan!

•   Resusitasi segera à baik apneu primer
    / sekunder.

•   Strategi Neuroproteksi à mencegah
    kematian neuron saat asfiksia

                                            17
Tujuan utama à pencegahan!




  mengidentifikasi janin yang
cenderung mengalami iskemik-
hipoksik pd proses persalinan &
           kelahiran




                                  18
Resusitasi segera à baik apneu primer / sekunder




 – Mempertahankan ventilasi adekuat.
 – Mempertahankan oksigenasi adekuat
 – Mempertahankan perfusi adekuat. .
 – Mengkoreksi asidosis metabolik
   Mempertahankan kadar serum
   glukosa normal
 – Mengendalikan kejang
 – Mencegah edema otak.
                                                   19
Mempertahankan ventilasi adekuat

• Mempertahankan level fisiologik pa CO2
• Hiperkarbia         asidosis intraselular
  serebral, mengganggu autoregulasi
  serebrovaskular
• Hipokarbia              leukomalasia
  periventrikuler (bayi prematur), onset
  lambat gangguan pendengaran bayi
  cukup bulan



                                              20
Mengkoreksi asidosis metabolik


• Dg ekspansi volume secara hati-hati
• Tujuan utama : menyokong perfusi
  jaringan
• Bik. Nat. hanya digunakan :
   – Bila resusitasi berlanjut ,bayi tdk
     respons
   – Ventilasi bayi --- baik



                                           21
Mengendalikan kejang

• Fenobarbital
    • obat pilihan
    • sampai > 2 bln, tdk kejang, EEG
      normal
    • Dosis tinggi (40 mg/kg BB)
       – menurunkan insiden kejang
       – memperbaiki output
         neurologik
    • Obat lain : fenitoin, lorazepam

                                        22
Mencegah edema otak

• Dasar pencegahan : menghindari
  kelebihan cairan
• Restriksi cairan moderat : 60 ml/kg
• Edema berat – restriksi sampai 50
  ml/kg/BB
• Tidak direkomendasi penggunaan
  glukokortikoid dan agen osmotik


                                    23
Strategi untuk Neuroproteksi


Data penelitian model bayi hewan
à kerusakan otak dapat diredakan, jika terapi segera
  dilakukan setelah kejadian hipoksik/iskemik.
à Durasi jendela terapi ini bervariasi di antara spesies
à derajat kerusakan otak dapat ringan bila terapi dimulai
  dalam 6 jam setelah kejadian hipoksik/iskemik.


         Bayi manusia, diperkirakan serupa
        à memulai terapi segera setelah lahir
                 akan bermanfaat
                                                            24
Strategi Neuroproteksi

    à Penekanan metabolisme serebral secara keseluruhan
  dan penekanan agen neurotoksik spesifik yang ditargetkan



• Waktu 6-12 jam setelah asfiksia dengan pemberian
 agen neuroprotektif à menurunkan / mencegah
                      kerusakan otak.
• Mencegah kerusakan otak tergantung dari status awal
 otak janin



                                                          25
Tabel 2. Terapi potensial yang mungkin bermanfaat
       1. Penurunan energi
           – Barbiturat
           – Hipotermia
       2. ↑ Pelepasan glutamat
           – Penghambat jalur Ca (Ca channels
             blockers)
           – Hipotermia
       3. ↑ Ambilan glutamat
           – Magnesium
           – Hipotermia
       4. ↑ Pembentukan radikal bebas
           – Allupurinol
           – Magnesium
           – Salvia miltiorrhizae
           – Hipotermia
                                  Papile LA, 2004   26
Hipotermia



•   Menurunkan energi
•   Meningkatkan pelepasan glutamat
•   Meningkatkan ambilan glutamat
•   Meningkatkan pembentukan
    radikal bebas


                                      27
Hipotermia

• Hipotermi à Intervensi non farmakologik paling
  menjanjikan
• Dapat menjaga otak dari kerusakan dengan cara
  mencegah penurunan fosfat energi tinggi.
• Fosfokreatinin dan trifosfat adenosin dipertahankan
  saat kadar laktat otak diturunkan.
• Pendinginan selektif kepala yang digabung dengan
  hipotermi sistemik ringan diketahui aman bagi bayi
  cukup bulan yang mengalami asfiksia.

                                                        28
Hipotermia




Jenis :
• pendinginan kepala selektif
• pendinginan kepala dan badan
• hanya pendinginan badan




                                 29
Gunn AJ, et al 1998
• Pertama kali menunjukkan bahwa pendinginan
  kepala dengan hipotermia sistemik ringan
  merupakan terapi yang mudah dilakukan dan
  aman bagi neonatus dengan EIH.
• Pendinginan kepala dilakukan dengan mengalirkan
  air dingin melalui gulungan pipa yang
  dibungkuskan ke sekeliling kepala bayi selama 72
  jam.
• Bayi dihangatkan dengan pemanas servocontrolled
  untuk menjaga suhu rektal yang ditetapkan.
• Sinus bradikardi dilaporkan pada suhu rektal <
  35,5°C dan 1 bayi mengalami peningkatan
  kebutuhan oksigen .
                                            30
• Frekuensi gejala sisa neurodevelopmental tidak
  ditemukan berbeda secara statistik antara bayi
  hipotermik dan normotermik, walau ada
  kecenderungan keluaran yang lebih baik pada
  bayi dengan hipotermia.




                Gunn AJ, 1998

                                                   31
PROGNOSIS

• 12,5% risiko kematian seluruh bayi dengan semua derajat
  HIE
• 14,3% hambatan neurologik
• 25% kemungkinan kematian dan ditambah kecacatan.

• pengaruh lingkungan,psikososial, tingkah laku dan
  perkembangan mempengaruhi keluaran jangka panjang
  secara bermakna.




                           Peliowski dan Finer (1992)
                                                        32
Risiko sekuele neurologik meningkat


•   Skor Apgar 0-3 saat usia 20 menit.
•   Gagal organ ganda (oliguri 24 jam kehidupan)
•   HIE berat (Sarnat derajat 3) bayi yang selamat sering
•   memiliki kecacatan ganda, termasuk palsi serebralis
    spastik,
     – retardasi mental berat ,
     – kebutaan kortikal,
     – kejang
•   Durasi kelainan neurologik neonatal.
•   Kejang neonatal, terutama terjadi dalam 12 jam pertama
    setelah lahir
•   Gambaran MRI abnormal yang didapat 24-72 jam pertama
•   Derajat keparahan dan durasi kelainan EEG.
•   Kelainan fungsi batang otak yang berlangsung lama



                                                             33
……Lanjutan penemuan skuel neurologik

•   Kelainan pendengaran, penglihatan atau somatosensoris
    berpotensi timbul berlangsung > hari ke 7 kehidupan.
•   Defisit neurologik pada asfiksia berfrekuensi lebih banyak
    mengalami kehilangan pendengaran perifer dan kelainan
    komponen sentral pendengaran.
•   Mikrosefali saat usia 3 bulan merupakan perkiraan keluaran
    neurodevelopmental yang buruk.
•   Penurunan kadar ATP atau fofokreatinin otak saat lahir
•   Peningkatan kadar laktat otak, peningkatan rasio laktat
    terhadap N-acetylaspartate dan laktat terhadap kolin
•   Peningkatan aliran darah ke otak pada sonografi Doppler
•   Adanya atrofi optikus merupakan indikator keluaran
    penglihatan yang buruk
                                                                 34
Anak yang selamat dari HIE sedang
• tidak memiliki kecacatan
• mengalami keterlambatan
  ketrampilan membaca, mengeja,atau
  aritmatika
• mengalami kesulitan lebih banyak
  dalam pemusatan perhatian dan
  memori jangka pendek



                                      35
Hasil medikolegal
              Pengawasan janin.
Adanya pola denyut jantung janin(DJJ) yang reaktif
 merupakan kunci dalam pengawasan pola dasar
 Peningkatan atau penurunan DJJ harus membuat
tim penolong persalinan dan kelahiran berjaga-jaga
         terhadap ancaman asfiksia janin.




                                                     36
Saat terjadi asfiksia intrauterin dapat menjadi penyebab
   palsi serebralis jika tidak ada bukti adanya trauma
antenatal (secara klinis atau pemeriksaan neuroimaging)
dan ditemukan kriteria klasik asfiksia berat (ACOG) sambil
   menyingkirkan penyebab lain ensefalopati neonatal


            Nucleated red blood cells (nRBC).
 Phelan dkk (1998) ,dikutip dari Gomella menghubungkan
         saat asfiksia dengan penghitungan nRBC
    à bahwa asfiksia yang terjadi sebelum masuk RS
  memiliki nRBC yang lebih tinggi daripada asfiksia akut.
     !!Peningkatan nRBC juga dapat terjadi pada
  prematuritas,retardasi pertumbuhan intrauterin,
             korioamnionitis dan diabetes


                                                            37
Kesimpulan

• Gejala sisa neurologis merupakan dampak jangka panjang
  akibat kelainan sel neuron yang sering terjadi pada bayi
  baru lahir yang mengalami asfiksia perinatal

• Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada
  bayi baru lahir adalah Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI),
  perdarahan periventrikular dan intraventrikular

• Perlu dipahami tentang Patologi Asfiksia Perinatal dan
  Neuropatologi dari dampak Asfiksia perinatal



                                                                38
• Ada 2 faktor yang mempengaruhi keutuhan
  neuron , yaitu CBF ( Cerebral Blood Flow =
  Aliran Darah Otak) merupakan faktor sirkulasi
  dan beberapa faktor non sirkulasi yang sangat
  menentukan keutuhan jaringan neuron




                                               39
• Pengelolaan yang paling penting adalah pencegahan jangan sampai
        terjadi EHI.
• Bila sampai terjadi maka pengelolaan harus cepat & tepat
• Pengelolaan terdiri dari pencegahan, melakukan resusitasi dengan
        baik dan benar dan melakukan Strategi neuroproteksi
• Neuroproteksi dapat dilakukan dengan menggunakan obat atau
        pendinginan kepala ( ’ head coooling ”)
• Untuk peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia)
        diperlukan SDM yang berkualitas yang dimulai sejak masa
        perinatal. Untuk itu upaya pencegahan terjadi nya gejala sisa
        neurologis sangatlah penting untuk dilakukan
Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev

Contenu connexe

Tendances (13)

Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Obat antikonvulsi
Obat antikonvulsiObat antikonvulsi
Obat antikonvulsi
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke  AKPER PEMKAB MUNATugas eke  AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Bedah saraf kejang epilepsi
Bedah saraf kejang epilepsiBedah saraf kejang epilepsi
Bedah saraf kejang epilepsi
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Eeg encefalopati
Eeg encefalopatiEeg encefalopati
Eeg encefalopati
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
Neurophysiology
NeurophysiologyNeurophysiology
Neurophysiology
 
EPILEPSI
EPILEPSIEPILEPSI
EPILEPSI
 
Leaflet epilepsi
Leaflet epilepsiLeaflet epilepsi
Leaflet epilepsi
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 

En vedette

The single matched, taper-sized gutta-percha cone technique
The single matched, taper-sized gutta-percha cone techniqueThe single matched, taper-sized gutta-percha cone technique
The single matched, taper-sized gutta-percha cone techniqueMohammed Alshehri
 
學長之子97 7 16
學長之子97 7 16學長之子97 7 16
學長之子97 7 16guest4b2cb9
 
Intact Survival Blog
Intact Survival BlogIntact Survival Blog
Intact Survival Blogmsholehkosim
 
Tatalaksana Lingkungan Neonatus
Tatalaksana   Lingkungan NeonatusTatalaksana   Lingkungan Neonatus
Tatalaksana Lingkungan Neonatusmsholehkosim
 
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving Optimal
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving OptimalCement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving Optimal
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving OptimalMohammed Alshehri
 
Rotation, reciprocation or combination
Rotation, reciprocation or combinationRotation, reciprocation or combination
Rotation, reciprocation or combinationMohammed Alshehri
 
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1Mohammed Alshehri
 
Pulpal reactions to caries and dental procedures
Pulpal reactions to caries and dental proceduresPulpal reactions to caries and dental procedures
Pulpal reactions to caries and dental proceduresMohammed Alshehri
 
Occlusal Considerations For Implant Supported Prostheses Implant Protectes O...
Occlusal Considerations For Implant Supported  Prostheses Implant Protectes O...Occlusal Considerations For Implant Supported  Prostheses Implant Protectes O...
Occlusal Considerations For Implant Supported Prostheses Implant Protectes O...Mohammed Alshehri
 
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic Zone
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic ZoneAnterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic Zone
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic ZoneMohammed Alshehri
 

En vedette (18)

學長之子97
學長之子97學長之子97
學長之子97
 
Aula 01
Aula 01Aula 01
Aula 01
 
The single matched, taper-sized gutta-percha cone technique
The single matched, taper-sized gutta-percha cone techniqueThe single matched, taper-sized gutta-percha cone technique
The single matched, taper-sized gutta-percha cone technique
 
Osteology abstract 202 cbct
Osteology abstract 202 cbctOsteology abstract 202 cbct
Osteology abstract 202 cbct
 
學長之子97 7 16
學長之子97 7 16學長之子97 7 16
學長之子97 7 16
 
Intact Survival Blog
Intact Survival BlogIntact Survival Blog
Intact Survival Blog
 
Tatalaksana Lingkungan Neonatus
Tatalaksana   Lingkungan NeonatusTatalaksana   Lingkungan Neonatus
Tatalaksana Lingkungan Neonatus
 
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving Optimal
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving OptimalCement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving Optimal
Cement Retained Versus Screw Retained Implant Restorations Achieving Optimal
 
CBCT
CBCTCBCT
CBCT
 
Rotation, reciprocation or combination
Rotation, reciprocation or combinationRotation, reciprocation or combination
Rotation, reciprocation or combination
 
Nutrition
NutritionNutrition
Nutrition
 
Immediate loading
Immediate loadingImmediate loading
Immediate loading
 
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1
Longitudinal Studies Of Dental Implant Systems 1
 
Pulpal reactions to caries and dental procedures
Pulpal reactions to caries and dental proceduresPulpal reactions to caries and dental procedures
Pulpal reactions to caries and dental procedures
 
Occlusal Considerations For Implant Supported Prostheses Implant Protectes O...
Occlusal Considerations For Implant Supported  Prostheses Implant Protectes O...Occlusal Considerations For Implant Supported  Prostheses Implant Protectes O...
Occlusal Considerations For Implant Supported Prostheses Implant Protectes O...
 
Immediate implant lecture
Immediate implant lectureImmediate implant lecture
Immediate implant lecture
 
Cad cam cbct
Cad cam cbctCad cam cbct
Cad cam cbct
 
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic Zone
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic ZoneAnterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic Zone
Anterior Single Implant Supported Restoration In Esthetic Zone
 

Similaire à Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev

Similaire à Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev (20)

Askep cedera otak berat
Askep cedera otak beratAskep cedera otak berat
Askep cedera otak berat
 
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.docASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
ASKEP CEDERA OTAK BERAT.doc
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
KEJANG PADA NEONATUS.pptx
KEJANG PADA NEONATUS.pptxKEJANG PADA NEONATUS.pptx
KEJANG PADA NEONATUS.pptx
 
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptxOverview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
Overview ANLS - Come on 2023-Finals.pptx
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Kelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormonKelainan saraf dan hormon
Kelainan saraf dan hormon
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
kupdf.net_ppt-epilepsi.pdf
kupdf.net_ppt-epilepsi.pdfkupdf.net_ppt-epilepsi.pdf
kupdf.net_ppt-epilepsi.pdf
 
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdfidoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
idoc.pub_gangguan-psikotik.pdf
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Askep gga
Askep ggaAskep gga
Askep gga
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
Askep strok AKPER PEMKAB MUNA
Askep strok AKPER PEMKAB MUNA Askep strok AKPER PEMKAB MUNA
Askep strok AKPER PEMKAB MUNA
 
Ensefalopati.pptx
Ensefalopati.pptxEnsefalopati.pptx
Ensefalopati.pptx
 
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitFarmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
 
askep Seizure atau epilepsi
askep Seizure atau epilepsiaskep Seizure atau epilepsi
askep Seizure atau epilepsi
 

Plus de msholehkosim

Management of LOW BIRTH WEIGHT BABY
Management  of  LOW BIRTH WEIGHT BABY Management  of  LOW BIRTH WEIGHT BABY
Management of LOW BIRTH WEIGHT BABY msholehkosim
 
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru LahirPenatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahirmsholehkosim
 
Nicu care, sense of emergency
Nicu  care, sense of emergencyNicu  care, sense of emergency
Nicu care, sense of emergencymsholehkosim
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponekmsholehkosim
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Webmsholehkosim
 
Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev
Mencegah Gejala Sisa Neurologis RevMencegah Gejala Sisa Neurologis Rev
Mencegah Gejala Sisa Neurologis Revmsholehkosim
 
Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak LanjutPemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak Lanjutmsholehkosim
 
Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak LanjutPemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak Lanjutmsholehkosim
 

Plus de msholehkosim (12)

Management of LOW BIRTH WEIGHT BABY
Management  of  LOW BIRTH WEIGHT BABY Management  of  LOW BIRTH WEIGHT BABY
Management of LOW BIRTH WEIGHT BABY
 
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru LahirPenatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
Penatalaksaan Terkini Syok Pada Bayi Baru Lahir
 
Nicu care, sense of emergency
Nicu  care, sense of emergencyNicu  care, sense of emergency
Nicu care, sense of emergency
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
 
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi PonekDeteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
Deteksi Dini Gangguan Napas Pada Neonatus Dan Aplikasi Ponek
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm WebGawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
Gawat Daruratneonatus Pada Persalinan Preterm Web
 
Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev
Mencegah Gejala Sisa Neurologis RevMencegah Gejala Sisa Neurologis Rev
Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev
 
Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak LanjutPemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak Lanjut
 
Pemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak LanjutPemeriksaan Tindak Lanjut
Pemeriksaan Tindak Lanjut
 

Mencegah Gejala Sisa Neurologis Rev

  • 1. MENCEGAH GEJALA SISA NEUROLOGIS M. Sholeh Kosim Sub Bagian Perinatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/RS.Dr. Kariadi Semarang 1
  • 2. Pendahuluan segala proses yang mengakibatkan kerusakan atau kematian sel syaraf atau sel otak • Gejala sisa neurologis gejala sisa ( sekuele) 2
  • 3. Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI) Hipoksia berat & berkepanjangan iskemia atau infark serebri perdarahan periventrikular dan intraventrikular proses kerusakan atau kematian sel syaraf /sel otak • Jejas otak Palsiserebral • Gejala sisa neurologis dampak jangka panjang (CP) ( sekuele ) 3
  • 4. Manifestasi predominan CP Manifestasi predominan CP • Gangguan gerak yang dapat berupa : – karakter spastik, – ataksik atau atetoid. – disfungsi motorik ini biasanya disertai gangguan neurologik lain nya seperti : –retardasi mental –gangguan visual kortikal –kejang 4
  • 5. CP (Palsi Serebral) • 50% ---- intelegensi yang normal • 25% ---- menderita retardasi mental berat. • Hanya CP dengan retardasi mental berat yang bisa dihubungkan dengan dugaan etiologi prepartum. • Penyebab retardasi mental berat yang tidak disertai dengan CP biasanya adalah : – genetik, – viral, – dan tidak dihubungkan dengan kejadian perinatal. • Retardasi mental sedang – juga tidak dapat dihubungkan idengan kejadian peripartum – tetapi lebih cenderung akibat kondisi sosial dan lingkungan. 5
  • 6. MASA PERINATAL SUMBER DAYA MANUSIA BERKUALITAS 6
  • 7. Patofisiologi Penghentian pertukaran gas janin / plasenta pH ↓, pO2↓, pCO2↑ à Metabolisme anaerob à Kehilangan energi Penurunan Cardiac Output à Hipotensi Penurunan aliran darah dan suplai O2 ke otak HEI otak Papile LA, 2004 7
  • 8. ……Lanjutan patofisilogi Fase pertama : àterjadi saat EHI berlanjut beberapa jam sesudah resusitasi Dua mekanisme utama kerusakan otak selama fase ini: 1. Depolarisasi cepat membran sel à masuknya natrium klorida dan air secara pasif ke dalam sel, dan akumulasi kalsium intraseluler à repolarisasi membran sel, jalur-jalur reseptor NMDA glutamate- activation 2. Pembentukan radikal bebas. à Kematian sel neuron ditandai dengan nekrosis 8
  • 9. ……Lanjutan patofisilogi Fase ke dua : àdimulai sekitar 8-72 jam setelah kejadian hipoksik/iskemik (dapat berlangsung sampai beberapa hari atau minggu) Tiga mekanisme utama: 1. Excitotoxicity oleh karena stimulasi neuron yang berlebihan oleh sejumlah besar glutamat ekstraselular 2. Aktivasi mikroglia yang menyebabkan peningkatan produksi sitokin dan atau sitotoksin 3. Percepatan kematian sel yang terprogram. Fase ini ditandai dengan kematian sel apoptik 9
  • 10. NEUROPATOLOGI Neuropatologi dari HEI à CP 1. Jejas otak parasagital 2. Leukomalasia periventrikular 3. Jejas iskemik fokal / multifokal 4. Status mammoratus 5. Nekrosis neuronal selektif 10
  • 11. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CEREBRAL BLOOD FLOW ( CBF) PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA Kejadian asfiksia adaptasi sistemik respons sirkulasi serebral : untuk memelihara perfusi otak . 11
  • 12. Respons tersebut • Respons biokimiawi • Respons Autoregulasi • Respons Sirkulasi 12
  • 13. Ad.1 Respon biokimiawi: Sirkulasi serebral sangat sensitif • Perubahan didalam tekanan oksigen berhubungan terbalik dengan perubahan pada CBF • Respons serebro vaskuler terhadap pO2 dan pCO2 bervariasi sangat luas pada regio otak 13
  • 14. Ad.2 Autoregulasi : • CBF tetap konstan pada suatu rentang perubahan sistemik ´Mean arterial Blood pressure “ à autoregulasi • Autoregulasi dihambat atau dihalangi oleh keadaan hipoksia,hipo atau hiperkarbia atau asidosis. • Pada beberapa keadaan sirkulasi serebral dapat berubah menjadi tekanan sirkulasi pasip dan secara langsung menggambarkan perubahan tekanan darah sistemik. • Dampaknya à menurunnya tekanan darah yang mengakibatkan turun nya CBF dan ini secara nyata meningkatkan kerentanan terjadinya jejas neuronal 14
  • 15. Ad 3. Respons sirkulasi : dikategorikan kedalam : • Fase redistribusi dari curah jantung ( COP )à melayani terutama aliran darah ke organ vital ( otak, miokardium dan kelenjar adrenal ) dibanding melayani aliran darah ke organ yang kurang penting ( ginjal, usus dan otot ) • Hilangnya autoregulasi pembuluh darah serebral à mengakibatkan tekanan sirkulasi pasip • Menurunnya Curah jantung à berakibat terjadi nya hipotensi dan penurunan CBF 15
  • 16. Faktor non sirkulasi yang memberi kontribusi pada keutuhan neuron • Perubahan biologik yang menyertai maturasi organ • Peningkatan kecepatan metabolisme otak bayi kurang bulan lebih rendah dibanding dengan bayi cukup bulan • Otak bayi mempunyai kemampuan alternatip menggunakan sumber energi lain (laktat dan keton bodies) sebagai sumber energi • Resistensi relatip miokardium janin dan bayi baru lahir terhadap iskemia hipoksia • Peran potensi protektip dari hemoglobin fetal 16
  • 17. PENGELOLAAN • Tujuan utama à pencegahan! • Resusitasi segera à baik apneu primer / sekunder. • Strategi Neuroproteksi à mencegah kematian neuron saat asfiksia 17
  • 18. Tujuan utama à pencegahan! mengidentifikasi janin yang cenderung mengalami iskemik- hipoksik pd proses persalinan & kelahiran 18
  • 19. Resusitasi segera à baik apneu primer / sekunder – Mempertahankan ventilasi adekuat. – Mempertahankan oksigenasi adekuat – Mempertahankan perfusi adekuat. . – Mengkoreksi asidosis metabolik Mempertahankan kadar serum glukosa normal – Mengendalikan kejang – Mencegah edema otak. 19
  • 20. Mempertahankan ventilasi adekuat • Mempertahankan level fisiologik pa CO2 • Hiperkarbia asidosis intraselular serebral, mengganggu autoregulasi serebrovaskular • Hipokarbia leukomalasia periventrikuler (bayi prematur), onset lambat gangguan pendengaran bayi cukup bulan 20
  • 21. Mengkoreksi asidosis metabolik • Dg ekspansi volume secara hati-hati • Tujuan utama : menyokong perfusi jaringan • Bik. Nat. hanya digunakan : – Bila resusitasi berlanjut ,bayi tdk respons – Ventilasi bayi --- baik 21
  • 22. Mengendalikan kejang • Fenobarbital • obat pilihan • sampai > 2 bln, tdk kejang, EEG normal • Dosis tinggi (40 mg/kg BB) – menurunkan insiden kejang – memperbaiki output neurologik • Obat lain : fenitoin, lorazepam 22
  • 23. Mencegah edema otak • Dasar pencegahan : menghindari kelebihan cairan • Restriksi cairan moderat : 60 ml/kg • Edema berat – restriksi sampai 50 ml/kg/BB • Tidak direkomendasi penggunaan glukokortikoid dan agen osmotik 23
  • 24. Strategi untuk Neuroproteksi Data penelitian model bayi hewan à kerusakan otak dapat diredakan, jika terapi segera dilakukan setelah kejadian hipoksik/iskemik. à Durasi jendela terapi ini bervariasi di antara spesies à derajat kerusakan otak dapat ringan bila terapi dimulai dalam 6 jam setelah kejadian hipoksik/iskemik. Bayi manusia, diperkirakan serupa à memulai terapi segera setelah lahir akan bermanfaat 24
  • 25. Strategi Neuroproteksi à Penekanan metabolisme serebral secara keseluruhan dan penekanan agen neurotoksik spesifik yang ditargetkan • Waktu 6-12 jam setelah asfiksia dengan pemberian agen neuroprotektif à menurunkan / mencegah kerusakan otak. • Mencegah kerusakan otak tergantung dari status awal otak janin 25
  • 26. Tabel 2. Terapi potensial yang mungkin bermanfaat 1. Penurunan energi – Barbiturat – Hipotermia 2. ↑ Pelepasan glutamat – Penghambat jalur Ca (Ca channels blockers) – Hipotermia 3. ↑ Ambilan glutamat – Magnesium – Hipotermia 4. ↑ Pembentukan radikal bebas – Allupurinol – Magnesium – Salvia miltiorrhizae – Hipotermia Papile LA, 2004 26
  • 27. Hipotermia • Menurunkan energi • Meningkatkan pelepasan glutamat • Meningkatkan ambilan glutamat • Meningkatkan pembentukan radikal bebas 27
  • 28. Hipotermia • Hipotermi à Intervensi non farmakologik paling menjanjikan • Dapat menjaga otak dari kerusakan dengan cara mencegah penurunan fosfat energi tinggi. • Fosfokreatinin dan trifosfat adenosin dipertahankan saat kadar laktat otak diturunkan. • Pendinginan selektif kepala yang digabung dengan hipotermi sistemik ringan diketahui aman bagi bayi cukup bulan yang mengalami asfiksia. 28
  • 29. Hipotermia Jenis : • pendinginan kepala selektif • pendinginan kepala dan badan • hanya pendinginan badan 29
  • 30. Gunn AJ, et al 1998 • Pertama kali menunjukkan bahwa pendinginan kepala dengan hipotermia sistemik ringan merupakan terapi yang mudah dilakukan dan aman bagi neonatus dengan EIH. • Pendinginan kepala dilakukan dengan mengalirkan air dingin melalui gulungan pipa yang dibungkuskan ke sekeliling kepala bayi selama 72 jam. • Bayi dihangatkan dengan pemanas servocontrolled untuk menjaga suhu rektal yang ditetapkan. • Sinus bradikardi dilaporkan pada suhu rektal < 35,5°C dan 1 bayi mengalami peningkatan kebutuhan oksigen . 30
  • 31. • Frekuensi gejala sisa neurodevelopmental tidak ditemukan berbeda secara statistik antara bayi hipotermik dan normotermik, walau ada kecenderungan keluaran yang lebih baik pada bayi dengan hipotermia. Gunn AJ, 1998 31
  • 32. PROGNOSIS • 12,5% risiko kematian seluruh bayi dengan semua derajat HIE • 14,3% hambatan neurologik • 25% kemungkinan kematian dan ditambah kecacatan. • pengaruh lingkungan,psikososial, tingkah laku dan perkembangan mempengaruhi keluaran jangka panjang secara bermakna. Peliowski dan Finer (1992) 32
  • 33. Risiko sekuele neurologik meningkat • Skor Apgar 0-3 saat usia 20 menit. • Gagal organ ganda (oliguri 24 jam kehidupan) • HIE berat (Sarnat derajat 3) bayi yang selamat sering • memiliki kecacatan ganda, termasuk palsi serebralis spastik, – retardasi mental berat , – kebutaan kortikal, – kejang • Durasi kelainan neurologik neonatal. • Kejang neonatal, terutama terjadi dalam 12 jam pertama setelah lahir • Gambaran MRI abnormal yang didapat 24-72 jam pertama • Derajat keparahan dan durasi kelainan EEG. • Kelainan fungsi batang otak yang berlangsung lama 33
  • 34. ……Lanjutan penemuan skuel neurologik • Kelainan pendengaran, penglihatan atau somatosensoris berpotensi timbul berlangsung > hari ke 7 kehidupan. • Defisit neurologik pada asfiksia berfrekuensi lebih banyak mengalami kehilangan pendengaran perifer dan kelainan komponen sentral pendengaran. • Mikrosefali saat usia 3 bulan merupakan perkiraan keluaran neurodevelopmental yang buruk. • Penurunan kadar ATP atau fofokreatinin otak saat lahir • Peningkatan kadar laktat otak, peningkatan rasio laktat terhadap N-acetylaspartate dan laktat terhadap kolin • Peningkatan aliran darah ke otak pada sonografi Doppler • Adanya atrofi optikus merupakan indikator keluaran penglihatan yang buruk 34
  • 35. Anak yang selamat dari HIE sedang • tidak memiliki kecacatan • mengalami keterlambatan ketrampilan membaca, mengeja,atau aritmatika • mengalami kesulitan lebih banyak dalam pemusatan perhatian dan memori jangka pendek 35
  • 36. Hasil medikolegal Pengawasan janin. Adanya pola denyut jantung janin(DJJ) yang reaktif merupakan kunci dalam pengawasan pola dasar Peningkatan atau penurunan DJJ harus membuat tim penolong persalinan dan kelahiran berjaga-jaga terhadap ancaman asfiksia janin. 36
  • 37. Saat terjadi asfiksia intrauterin dapat menjadi penyebab palsi serebralis jika tidak ada bukti adanya trauma antenatal (secara klinis atau pemeriksaan neuroimaging) dan ditemukan kriteria klasik asfiksia berat (ACOG) sambil menyingkirkan penyebab lain ensefalopati neonatal Nucleated red blood cells (nRBC). Phelan dkk (1998) ,dikutip dari Gomella menghubungkan saat asfiksia dengan penghitungan nRBC à bahwa asfiksia yang terjadi sebelum masuk RS memiliki nRBC yang lebih tinggi daripada asfiksia akut. !!Peningkatan nRBC juga dapat terjadi pada prematuritas,retardasi pertumbuhan intrauterin, korioamnionitis dan diabetes 37
  • 38. Kesimpulan • Gejala sisa neurologis merupakan dampak jangka panjang akibat kelainan sel neuron yang sering terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia perinatal • Penyebab utama kelainan atau gangguan neurologis pada bayi baru lahir adalah Ensefalopati Hipoksik Iskemik (EHI), perdarahan periventrikular dan intraventrikular • Perlu dipahami tentang Patologi Asfiksia Perinatal dan Neuropatologi dari dampak Asfiksia perinatal 38
  • 39. • Ada 2 faktor yang mempengaruhi keutuhan neuron , yaitu CBF ( Cerebral Blood Flow = Aliran Darah Otak) merupakan faktor sirkulasi dan beberapa faktor non sirkulasi yang sangat menentukan keutuhan jaringan neuron 39
  • 40. • Pengelolaan yang paling penting adalah pencegahan jangan sampai terjadi EHI. • Bila sampai terjadi maka pengelolaan harus cepat & tepat • Pengelolaan terdiri dari pencegahan, melakukan resusitasi dengan baik dan benar dan melakukan Strategi neuroproteksi • Neuroproteksi dapat dilakukan dengan menggunakan obat atau pendinginan kepala ( ’ head coooling ”) • Untuk peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) diperlukan SDM yang berkualitas yang dimulai sejak masa perinatal. Untuk itu upaya pencegahan terjadi nya gejala sisa neurologis sangatlah penting untuk dilakukan