SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
STANDAR BIAYA PENDIDIKAN
      BIAYA OPERASI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA




 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
              JAKARTA
           19 Desember 2006
Kata Pengantar


      Konstitusi amandemen UUD l945 mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban mengalokasikan biaya pendidikan sebesar 20% dari APBN dan 20% dari
APBD selain gaji guru agar mutu dan pemerataan pendidikan dapat lebih ditingkatkan.
Upaya peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah memerlukan adanya standar nasional bidang pendidikan.
Untuk itu pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. l9 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memberikan pengaturan standar
nasional pendidikan sekaligus merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

      Pelaksanaan PP No. 19 Tahun 2005 membawa implikasi terhadap perlunya disusun
standar pembiayaan yang meliputi standarisasi komponen biaya pendidikan yang meliputi
biaya operasional, biaya investasi dan biaya personal. Selanjutnya dinyatakan bahwa
standar biaya-biaya satuan pendidikan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Standar pembiayaan
pendidikan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di
setiap Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertaman (SMP), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di seluruh Indonesia.

      Naskah ini memberikan uraian tentang konsep dan metodologi perhitungan biaya
operasi pendidikan, serta hasil perhitungan berbasiskan data tahun 2006 bagi SMP
seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil perhitungan ini disiapkan sebagai dasar bagi
perhitungan standar pembiayaan operasi SMP tahun 2007.




                                         ii
Daftar Isi


                                                                    halaman


Kata Pengantar                                                             ii

Daftar Isi                                                                 iii

Daftar Singkatan                                                           iv

1. Landasan Hukum                                                          1

2. Konsep Pembiayaan Pendidikan                                            4
       2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan                                    4
       2.2 Pendekatan Kecukupan                                            6

3. Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi                 7
       3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi                   7
       3.2 Data dan Sumber Data                                            7
       3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi                      9
              3.3.1 Biaya Pegawai                                          10
              3.3.2 Biaya Bukan-Pegawai                                    11

4 Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi
  Sekolah Menengah Pertama                                                 13


Lampiran-Lampiran
Lampiran 1: Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama per Tahun –
           Standar DKI (6 rombel)
Lampiran 2: Standar Biaya Operasi Pendidikan Sekolah Menengah Pertama per Murid
            Per Tahun, Kabupaten/Kota dan Rombel
Lampiran 3: Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten/Kota




                                       iii
Daftar Singkatan


APBD        Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN        Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
ATS         Alat Tulis Sekolah
BOS         Bantuan Operasional Sekolah/Siswa
DAK         Dana Alokasi Khusus
DASK        Dokumen Anggaran Satuan Kerja
Depdiknas   Departemen Pendidikan Nasional
IKK         Indeks Kemahalan Konstruksi
IPM         Indeks Pembangunan Manusia
MAK         Madrasah Aliyah Kejuruan
MTs         Madrasah Tsanawiyah
PMR         Palang Merah Remaja
PP          Peraturan Pemerintah
RA          Radhyatul Atfal
Rombel      Rombongan belajar
SAB         Standar Analisa Biaya
SD          Sekolah Dasar
SDLB        Sekolah Dasar Luar Biasa
Sisdiknas   Sistem Pendidikan Nasional
SMA         Sekolah Menengah Atas
SMALB       Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK         Sekolah Menengah Kejuruan
SMP         Sekolah Menengah Pertama
SMPLB       Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
SNP         Standar Nasional Pendidikan
SPM         Standar Pelayanan Minimal
TK          Taman Kanak-kanak
TKK         Tingkat Kemahalan Harga Konstruksi
UAS         Ujian Akhir Sekolah
UKS         Unit Kesehatan Sekolah
UU          Undang-undang
UUD         Undang-undang Dasar




                                    iv
BAB 1
                                Landasan Hukum


       Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945
(Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional; pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia

      UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah
mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal 11
Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima
belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan
bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu
disebutkan pula bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

      Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang
berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab
negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat
(1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi
tanggungjawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber
pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan
keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.



                                         1
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah
dialokasikan dalam APBN dan APBD.

      Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan
berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan,
serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana
penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara,
masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan
berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya
lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

       UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi
akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan
sertifikasi pendidik diatur dengan PP

      Pada Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5)
tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar
Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan
pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya
operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup
“biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan,
Pasal 62 disebutkan bahwa:
    (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
        personal.
    (2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi
        biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan
        modal kerja tetap.
    (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan
        yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
        pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
    (4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
           a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
               melekat pada gaji.
           b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
           c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
               telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
               transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
    (5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
        berdasarkan usulan BSNP



                                        2
Sebelum PP tentang standar pembiayaan pendidikan ini dikeluarkan, telah ada SK
Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas
No.053/U/2001 yang menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan adalah tolok ukur
kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi
dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar
dan Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan adanya hak dan
kewenangan Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional
dan standarisasi nasional.

         Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah
menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang
diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam
penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat
sekolah.

          Kepmendiknas      No. 129/U/2004     merupakan hasil revisi dari kepmen
sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan manajemen
pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga,
dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan
keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata
pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara ekplisit
telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM.

      Karena standar pembiayaan juga mencakup kebutuhan atas buku teks pelajaran,
maka perlu diperhatikan Peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks
Pelajaran yaitu Pasal 7: satuan pendidikan menetapkan masa pakai buku teks pelajaran
paling sedikit 5 tahun dan buku teks pelajaran tidak dipakai lagi oleh satuan pendidikan
apabila ada perubahan standar nasional pendidikan dan buku teks pelajaran dinyatakan
tidak layak lagi oleh Menteri. Pada Pasal 8 ditegaskan bahwa: guru dapat menganjurkan
kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki buku teks pelajaran; anjuran
sebagaimana dimaksud bersifat tidak memaksa atau tidak mewajibkan; untuk memiliki
buku teks pelajaran, peserta didik atau orangtua/walinya membelinya di pasar; untuk
membantu peserta didik yang tidak mampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuan
pendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10 (sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran
untuk setiap mata pelajaran pada setiap kelas, untuk dijadikan koleksi perpustakaannya.




                                         3
BAB 2
                       Konsep Pembiayaan Pendidikan


2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan

      Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana pendapatan dan sumber
daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah.
Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing
negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi
sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara. Untuk mengetahui apakah
sistem tersebut memuaskan, dapat dilakukan dengan cara: i) menghitung berbagai
proporsi dari kelompok usia, jenis kelamin, tingkat buta huruf; ii) distribusi alokasi
sumber daya pendidikan secara efisien dan adil sebagai kewajiban pemerintah pusat
mensubsidi sektor pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya.

      Setiap keputusan dalam masalah pembiayaan sekolah akan mempengaruhi
bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Oleh karena itu perlu dilihat siapa
yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan, bagaimana
mereka akan dididik, siapa yang akan membayar biaya pendidikan. Demikian pula
sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung sistem pembiayaan
pendidikan. Tanggungjawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan termasuk untuk
pendidikan kejuruan dan bantuan terhadap murid. Hal itu perlu dilihat dari faktor
kebutuhan dan ketersediaan pendidikan, tanggungjawab orang tua dalam menyekolahkan
vs social benefit secara luas, pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor
pendidikan.

      Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan
sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan
sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Pembiayaan sekolah ini berkaitan dengan bidang politik pendidikan dan program
pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah. Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam pembiayaan sekolah, yakni school revenues, school expenditures,
capital dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan
yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda.

    Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana
sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Dengan mengkaji berbagai peraturan dan


                                         4
kebijakan yang berbeda-beda di sektor pendidikan, kita bisa melihat konsekuensinya
terhadap pembiayaan pendidikan, yakni:
     Keputusan tentang siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan
       dapat disediakan
     Keputusan tentang bagaimana mereka akan dididik
     Keputusan tentang siapa yang akan membayar biaya pendidikan
     Keputusan tentang sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk
       mendukung pembiayaan sekolah

      Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dapat
dijawab, yakni: i) bagaimana sumber daya akan diperoleh, ii) bagaimana sumber daya
akan dialokasikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan/tipe sekolah/kondisi daerah
yang berbeda. Terdapat dua kriteria untuk menganalisis setiap hal tersebut, yakni, i)
efisiensi yang terkait dengan keberadaan sumber daya yang dapat memaksimalkan
kesejahteraan masyarakat dan ii) keadilan yang terkait dengan benefits dan costs yang
seimbang.

     Menurut J. Wiseman (1987) terdapat tiga aspek yang perlu dikaji dalam melihat
apakah pemerintahan perlu terlibat dalam masalah pembiayaan pendidikan:
    Kebutuhan dan ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan dapat
       dianggap sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi dalam
       sumberdaya manusia/human capital
    Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan murid untuk memilih
       menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan berdampak pada social benefit
       secara keseluruhan
    Pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan

     Dalam hal pendidikan kejuruan dan industri, M. Woodhall (1987) menjelaskan
bahwa di masa lalu pembiayaan pendidikan jenis ini ditanggung oleh perusahaan.
Perusahaan memberi subsidi kepada para pekerjanya sendiri. Sekarang peran pemerintah
semakin besar dalam pembiayaan ini. Hal itu disebabkan adanya kepentingan ekonomi.
Artinya kebijakan ketenagakerjaan, diharapkan dapat meningkatkan kepentingan untuk
membagi biaya dan manfaat dari pendidikan ini dengan adil.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan kejuruan ini adalah:
    Peran pemerintah dalam membiayai jenis pendidikan ini
    Perbedaan antara jenis training yang umum dan spesifik
    Pilihan antara training yang on dan off the job
    Keseimbangan antara pembiayaan dari pemerintah dan sektor swasta di
     pendidikan ini
    Pentingnya praktek kerja sebagai kelanjutan dari jenis pendidikan ini
    Pembayaran kompensasi selama mengikuti pendidikan ini
    Sumber daya yang dialokasikan untuk jenis pendidikan ini




                                         5
2.2 Pendekatan Kecukupan (Adequacy Approach)

      Pengukuran biaya pendidikan seringkali menitikberatkan kepada ketersediaan dana
yang ada namun secara bersamaan seringkali mengabaikan adanya standar minimal untuk
melakukan pelayanan pendidikan. Konsep pendekatan kecukupan menjadi penting karena
memasukkan berbagai standar kualitas dalam perhitungan pembiayaan pendidikan.
Sehingga berdasarkan berbagai tingkat kualitas pelayanan pendidikan tersebut dapat
ditunjukkan adanya variasi biaya pendidikan yang cukup ideal untuk mencapai standar
kualitas tersebut. Analisis kecukupan biaya pendidikan ini telah digunakan di beberapa
negara bagian Amerika Serikat untuk mengalokasikan dana pendidikan. Berbagai studi di
Indonesia telah pula mencoba memperhitungkan biaya pendidikan berdasarkan standar
kecukupan.

     Perhitungan biaya pendidikan berdasarkan pendekatan kecukupan ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya:
    Besar kecilnya sebuah institusi pendidikan
    Jumlah siswa
    Tingkat gaji guru (karena bidang pendidikan dianggap sebagai highly labour
       intensive)
    Rasio siswa dibandingkan jumlah guru
    Kualifikasi guru
    Tingkat pertumbuhan populasi penduduk (khususnya di negara berkembang)
    Perubahan dari pendapatan (revenue theory of cost)




                                        6
BAB 3
       Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi


3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi
     Untuk menghitung berapa kebutuhan pembiayaan operasional pendidikan dalam
pencapaian SPM pendidikan yang berkualitas diperlukan tools Standar Analisa Biaya
(SAB), dan dihitung dengan pernyataan sebagai berikut:

                       m               n
                                                       
              TCa  f i qi ni pi  f j q j n j  ha p j 
                   
                  i 1
                                   
                                 j 1                                      (1)


di mana:
TCa = biaya keseluruhan (Rp) per sekolah per tahun,
          pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupaten/kota a
fi,j   = frekuensi item ke-i dan ke-j per tahun
qi,j   = kuantitas item ke-i dan ke-j per tahun
ni,j   = per satuan item ke-i dan ke-j
pi,j   = harga item ke-i dan ke-j (Rp)
m      = jumlah item biaya pegawai
n      = jumlah item komponen bukan-pegawai
ha     = indeks kemahalan pendidikan di kabupaten/kota a

     Perlu dicatat bahwa ha menyatakan indeks kemahalan daerah untuk 434
kabupaten/kota di Indonesia, dan ha = 1 untuk DKI Jakarta yang dalam studi ini
digunakan sebagai benchmark. Nilai ha diproksi dengan indeks kemahalan konstruksi
yang didapat dari studi oleh Depkeu dan BPS, yang dalam hal ini telah diadaptasikan
dengan memperhitungkan faktor transportasi, dan didapat rentang nilai ha sebagai
berikut: 0,91 ≤ ha ≤ 3,7.

      Dengan demikian, perhitungan standar biaya operasi dibagi ke dalam dua kelompok
yaitu: (i) biaya pegawai [suku pertama ruas kanan persamaan (1)]; (ii) biaya bukan-
pegawai [suku kedua ruas kanan persamaan (1)]. Pada masing-masing kelompok,
ditentukan lebih dahulu dan sedapat mungkin berdasarkan data yang tersedia (sekunder
dari BPS dan berbagai laporan studi terkait) maupun data yang dikumpulkan dari studi
lapangan. Selanjutnya, biaya satuan per siswa per tahun untuk setiap kabupaten/kota
dapat ditentukan sebagai berikut:




                                           7
UC   a
                                       TC a                                   (2)
                                       xx1   2


di mana:
UCa = Biaya satuan (Rp) per siswa per tahun,
         pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupatem/kota a
x1     = Jumlah siswa per rombel pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA)
x2     = Jumlah rombel di sekolah

Berbagai angka yang diasumsikan dalam perhitungan untuk jenjang pendidikan SMP
dijelaskan pada Bab 4.

3.2 Data dan Sumber Data
      Data dikumpulkan berdasarkan laporan keuangan maupun standar biaya dari
beberapa daerah terpilih. Tim Pembiayaan BSNP melakukan kunjungan lapangan ke 12
provinsi dan 27 kabupaten/kota seperti ditampilkan dalam Tabel 3.1 Pemilihan daerah
survei berdasarkan purposive sampling, disebabkan kondisi daerah yang sangat
bervariasi, waktu dan tenaga yang terbatas. Akurasi data biaya pendidikan sangat
diperlukan dalam penentuan standar pembiayaan pendidikan. Studi maupun data yang
lebih menyeluruh dan rinci mengenai satuan biaya berdasarkan kualitas barang dan jasa
di masa yang akan datang sangat diperlukan untuk merevisi standar pembiayaan
pendidikan.
     Berdasarkan Studi Lapangan, Tim mengumpulkan antara lain Standar Harga
Barang dan Jasa yang berlaku di tingkat kabupaten/kota, Dokumen Anggaran Satuan
Kerja (DASK) untuk Bidang Pendidikan dan beberapa contoh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah dari tingkat dasar dan menengah. Terdapat variasi yang besar antara
daerah yang memiliki Standar Harga secara lengkap (misal DKI Jakarta) dan daerah yang
hanya memiliki Standar Harga secara terbatas (misal Papua). Oleh karena itu DKI Jakarta
dipakai sebagai dasar perhitungan standar pembiayaan pendidikan. Perhitungan standar
pembiayaan pendidikan untuk daerah lain dilakukan dengan mengalikan data standar
pembiayaan pendidikan untuk DKI Jakarta dengan Indeks Kemahalan Pendidikan antar
Daerah.

                                    Tabel 3.1
                  Daftar Kunjungan Lapangan ke Kabupaten/Kota
                                   Mei, 2006
    Propinsi                 Kabupaten            Kota
    DKI Jakarta
    Jawa Barat                Bekasi                    Bekasi
                              Bandung                   Bandung
                                                        Cimahi
    Bali                      Karangasem                Denpasar
    NTT                       Sikka                     Kupang
    Papua                     Jayawijaya                Jayapura
    Maluku Utara              Halamahera Barat          Ternate


                                             8
Sulawesi Utara            Minahasa                  Manado
    Sulawesi Selatan          Maros                     Makasar
    Kalimantan Timur          Kutai Kertanegara         Balikpapan
    Kalimantan Selatan        Barito Kuala              Banjarmasin
    Kepulauan Riau                                      Tanjung Pinang
                                                        Batam
    Sumatera Barat            Solok                     Padang

      Data Indeks Kemahalan Pendidikan antar Daerah belum tersedia untuk Indonesia,
sehingga dalam hal ini diproksi dengan data Indeks Kemahalan Konstruksi antar Daerah
(IKK) yang disusun oleh BPS dan Depkeu untuk 434 kabupaten/kota dan 33 propinsi
(BPS dan Depkeu, 2005). Indeks ini merupakan angka yang menunjukkan perbandingan
tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi
terhadap TKK rata-rata Nasional.
     TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang
dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu
kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah
bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas.
      Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara
daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar
daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan,
dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya
transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan
Maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki
wilayah daratan saja.
      IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi
kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit
untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan
pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu,
terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk
peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level
pendidikan dasar dan menengah.


3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi

     Menurut PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, biaya operasi
satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang
sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.

     Sementara itu, menurut Ayat (4) Pasal 62 PP No. 19 Tahun 2003, biaya operasi
satuan pendidikan meliputi biaya berikut.


                                         9
a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
   pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
   asuransi, dan lainnya.

      Walaupun dalam pasal ini biaya operasi hanya didefinisikan ke dalam tiga
kelompok biaya, namun ada sebagian biaya investasi yang juga dapat dikeluarkan setiap
tahun yaitu biaya depreasiasi (sebagai penyisihan dari investasi) dan dapat bersifat tunai.
Dana ini merupakan penyisihan untuk investasi di masa yang akan datang misalnya dana
untuk pembelian buku (karena buku diasumsikan berusia 5 tahun, dana tersebut dapat
dibelanjakankan per tahun sejumlah 20% dari dana keseluruhan), dana untuk
memperbaharui gedung maupunperalatan. Penggunaan dana depresiasi ini dapat berupa
pembangunan gedung baru atau renovasi berat gedung lama, maupun pembelian
peralatan baru. Namun perhitungan biaya investasi tidak diperhitungkan dalam Standar
Biaya Operasi Pendidikan.

      Untuk keperluan perhitungan standar biaya operasi dalam naskah ini, biaya operasi
dibagi ke dalam dua kelompok, menjadi biaya pegawai dan biaya bukan-pegawai.
Perhitungan standar biaya operasi ini didasarkan pada kebutuhan biaya minimal untuk
menyelenggarakan kegiatan sekolah. Standar biaya operasi disusun berdasarkan
peraturan yang berlaku serta masukan dari berbagai tim standar pendidikan lainnya.

3.3.1 Biaya Pegawai

     Sesuai dengan UU No.14 Tahun 2005, biaya pegawai dibagi menjadi dua
kelompok: (i) Gaji pokok serta tunjangan yang melekat pada gaji, (ii) Penghasilan lain
yang terdiri atas: tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan Maslahat
Tambahan.

Gaji Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Segala Tunjangan yang Melekat
pada Gaji
     Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan batasan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.

     Sedangkan, batasan tenaga kependidikan sebagaimana Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU
No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, Ayat (1) Pasal 35 PP No.
19 Tahun 2005 menjelaskan tenaga pendidikan sebagai berikut.

   Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
    kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan.




                                          10
   Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
    kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga
    perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
   Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau SMA/MA,
    atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
    sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan
    tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
   Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
    kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga
    perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
   Tenaga kependidikan pada SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang
    sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga
    perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,
    psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
   Tenaga kependidikan pada Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri
    atas pengelola kelompok belajar, tenaga adminstrasi, dan tenaga perpustakaan.
   Tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan
    sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber
    belajar, pustakawan, dan laboran.

     Seiring dengan telah disetujuinya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pengertian gaji dan tunjangan meliputi:
 Gaji pokok , besarnya gaji pokok mengikuti aturan menteri keuangan tentang gaji
   PNS
 Tunjangan yang melekat pada gaji, yang meliputi tunjangan: (i) isteri/suami 10%, (ii)
   anak 2% dengan batas maksimal dua orang anak hingga usia 21 tahun atau belum
   pernah menikah atau belum berumur 25 tahun kuliah dan belum pernah menikah, (iii)
   jabatan, (iv) beras, dan (v) khusus, yakni diberikan sebagai pengganti apabila yang
   bersangkutan terkena pajak penghasilan sejumlah potongan yang terkena pajak

Penghasilan lainnya
 Tunjangan profesi: tunjangan profesi diberikan kepada guru yang telah memiliki
   sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan/satuan pendidikan
   yang diselenggarakan oleh masyarakat. Besarnya tunjangan setara dengan satu kali
   gaji pokok guru.
 Tunjangan fungsional: tunjangan yang diberikan kepada guru yang diangkat oleh
   satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
   Besar tunjangan mengikuti subsidi yang dialokasikan oleh Pemerintah atau
   pemerintah daerah.
 Tunjangan khusus: tunjangan yang diberikan kepada guru yang bertugas di daerah
   khusus. UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 17, menjelaskan bahwa daerah khusus
   adalah daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat
   adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami
   bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.




                                         11
   Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk
    tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru
    serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan
    kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.


3.3.2. Biaya Bukan-Pegawai

      Biaya bukan-pegawai terdiri atas: (i) Alat Tulis Sekolah (ATS)/bahan habis pakai,
(ii) Rapat-rapat, (iii) Transpor/perjalanan dinas, (iv) Penilaian, (v) Daya dan jasa, (vi)
Pemeliharaan sarana dan prasarana, (vii) Pendukung pembinaan siswa.

    ATS/bahan habis pakai
Biaya ATS meliputi biaya minimal bagi seluruh pengeluaran sekolah untuk alat tulis
yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. ATS untuk
pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran mencakup: pensil, pena, toner/tinta printer,
tinta stempel, penghapus pensil, penghapus tinta, buku tulis, buku administrasi, buku
polio, kertas HVS, kertas karbon, penggaris, amplop, stepler kecil dan isi, stepler besar
dan isi, pemotong/cutter, gunting, lem, lakban, selotip, kotak P3K dan isi, set alat jahit,
tali rapia, buku raport siswa, buku rencana pembelajaran, buku absen, buku nilai, karton
manila, kapur tulis, penghapus papan tulis, penggaris papan tulis, bahan praktikum IPA
(SD s/d SMA), bahan praktikum IPS (SMP dan SMA), bahan praktikum bahasa (SMP
dan SMA), bahan praktikum komputer (SD s/d SMA), bahan praktikum ketrampilan
(SMP dan SMA) kartu anggota perpustakaan, kartu buku, foto copy, kertas warna, cat
poster, spidol

   Rapat-rapat
Biaya rapat adalah biaya minimal yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan rapat-rapat
bagi keperluan sekolah. Rapat-rapat ini meliputi rapat penerimaan siswa baru, rapat
evaluasi semester siswa, rapat kenaikan kelas, rapat kelulusan, rapat pemecahan masalah,
rapat koordinasi, rapat wali murid.

   Transpor/perjalanan dinas
Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan
dinas baik dalam kota maupun luar kota.

  Penilaian
Biaya penilaian mencakup berbagai biaya minimal yang dikeluarkan untuk
menyelenggarakan ujian dan evaluasi siswa, yaitu: ulangan umum kelas I s/d III, ujian
akhir tertulis, penyusunan soal UAS, penyusunan soal ulangan umum.

  Daya dan jasa
Biaya daya dan jasa adalah biaya minimal untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di
sekolah, mencakup biaya listrik, telepon dan air.



                                          12
  Pemeliharaan sarana dan prasarana
Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah adalah biaya minimal untuk
mempertahankan kualitas sekolah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan
mengajar yaitu mencakup bahan dan alat kebersihan, pengecatan gedung/pagar,
penggantian genteng yang rusak, perbaikan atau penggantian kunci, pemeliharaan
meubel, pemeliharaan peralatan.

   Pendukung pembinaan siswa
Biaya pendukung pembinaan siswa adalah biaya minimal untuk menyelenggarakan
kegiatan pembinaan yang mencakup Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Unit
Kesehatan Sekolah (UKS), pembinaan prestasi olah raga, pembinaan prestasi kesenian,
cerdas-cermat, perpisahan kelas terakhir, dan pembinaan kegiatan keagamaan




                                      13
BAB 4
Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi
          Sekolah Menengah Pertama




                     14
Lampiran 3
Indeks Kemahalan Konstruksi

      Keberagaman potensi ekonomi dan tingkat variasi kemahalan antar daerah
merupakan variabel utama untuk mengantisipasi adanya disparitas kemampuan daerah
dalam mendanai anggaran pendidikan agar sesuai dengan standar pembiayaan secara
nasional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Depkeu dan BPS telah menyusun
variabel Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) yang terdiri dari IKK untuk 434
kabupaten/kota dan 33 propinsi, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan tingkat
kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi
terhadap TKK rata-rata Nasional.
     TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang
dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu
kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah
bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas.
      Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara
daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar
daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan,
dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan
Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya
transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan
maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki
wilayah daratan saja.
      IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi
kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit
(BSP) untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan
pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu,
terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk
peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level
pendidikan dasar dan menengah.

Kelompok Jenis Bangunan
Pengelompokan jenis bangunan mengacu pada Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia
(KLUI), yaitu:
 Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal
 Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian
 Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan
 Bangunan untuk instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi
 Bangunan lainnya

Data Penunjang Penghitungan IKK
• Paket komoditas IKK
   Secara ideal terdiri dari 30 jenis bahan bangunan, 3 sewa alat berat, dan 8 upah jasa.



                                          15
•   Diagram timbang IKK
    Diagram yang digunakan terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan dan
    diagram timbang umum.

•   Diagram timbang kelompok jenis bangunan
    Disusun berdasarkan kuantitas/volume bahan bangunan yang dibutuhkan untuk
    membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas (M2) menurut kelompok jenis
    bangunan (5 kelompok) yang diperoleh melalui Studi Tingkat Kemahalan Konstruksi.

•   Diagram timbang umum
    Disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran belanja pembangunan dan
    rutin. Data ini diperoleh dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Untuk diagram
    timbang umum IKK propinsi diperoleh dari Pemerintah Propinsi.

•   Harga bahan bangunan, sewa alat berat, dan upah jasa
    Harga bulan Februari (triwulan I) 2004 yang dikumpulkan melalui survei HPB-K
    Triwulanan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia


Cara Penghitungan IKK

TKK kelompok jenis bangunan kabupaten/kota dihitung dengan formula sebagai berikut:


                                            m
                                  TKK kj   HiQij
                                            i 1

           TKKkj = tingkat kemahalan harga bangunan kelompok jenis bangunan j di
                   kabupaten/kota k
           Hi    = harga bahan bangunan i
           Qij   = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan j

   Tipe/jenis spatial
   Cakupan/coverage (kabupaten/kota): 434
   Paket komoditas dan jasa: 22
   Pengumpulan data harga lengkap seluruh kabupaten/kota
   Penimbang/bobot bahan bangunan bersumber dari hasil survei konstruksi
    Kimpraswil dengan menggunakan Tabel I/O
   Penimbang/bobot jenis bangunan: Realisasi APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2004
   Metode penghitungan Indeks dapat menggunakan rata-rata geometrik tidak dibobot
    (unweighted geometric mean) serta rata-rata tertimbang (weighted arithmetic mean)




                                       16

More Related Content

What's hot

contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa
contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa
contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa bbawor aji
 
Pgsd modul 4 - ips
Pgsd modul 4 - ipsPgsd modul 4 - ips
Pgsd modul 4 - ipsNetiAmalia1
 
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1 tema 1 indahnya kebersamaan -...
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1   tema 1 indahnya kebersamaan -...Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1   tema 1 indahnya kebersamaan -...
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1 tema 1 indahnya kebersamaan -...Diajeng Ulfa
 
Lap. kegiatan mgmp
Lap. kegiatan mgmpLap. kegiatan mgmp
Lap. kegiatan mgmpIkhsan Din
 
Proposal olah raga o2 sn
Proposal olah raga o2 snProposal olah raga o2 sn
Proposal olah raga o2 snBudi Arifin
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraAlfonsus Liguori
 
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013Deir Irhamni
 
7. standar-pembiayaan
7. standar-pembiayaan7. standar-pembiayaan
7. standar-pembiayaanNasiran Siran
 
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalamKonsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalamSiti Amama
 
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptxA. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptxguruppkn11
 
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018Sanjaya Ops
 
Standar nasional pendidikan (slide)
Standar nasional pendidikan (slide)Standar nasional pendidikan (slide)
Standar nasional pendidikan (slide)Ismail Nasution
 
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1saeful_4h13
 
Analisis bahan ajar kurikulum 2013
Analisis bahan ajar kurikulum 2013 Analisis bahan ajar kurikulum 2013
Analisis bahan ajar kurikulum 2013 Rizky Amelia
 
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1WienDa Fae
 
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.Faris Rusli
 
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequenced
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequencedPpt pembelajaran terpadu tipe sequenced
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequencedCha-cha Taulanys
 

What's hot (20)

contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa
contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa
contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran ipa
 
Pgsd modul 4 - ips
Pgsd modul 4 - ipsPgsd modul 4 - ips
Pgsd modul 4 - ips
 
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1 tema 1 indahnya kebersamaan -...
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1   tema 1 indahnya kebersamaan -...Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1   tema 1 indahnya kebersamaan -...
Rpp kurikulum 2013 sd kelas 4 (iv) semester 1 tema 1 indahnya kebersamaan -...
 
PPT INTERAKTIF KELAS 4
PPT INTERAKTIF KELAS 4PPT INTERAKTIF KELAS 4
PPT INTERAKTIF KELAS 4
 
Lap. kegiatan mgmp
Lap. kegiatan mgmpLap. kegiatan mgmp
Lap. kegiatan mgmp
 
Proposal olah raga o2 sn
Proposal olah raga o2 snProposal olah raga o2 sn
Proposal olah raga o2 sn
 
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela NegaraWawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara
 
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum20133.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
3.contoh pembelajaran tematik di sekolah dasar bahan ujipublik kurikulum2013
 
7. standar-pembiayaan
7. standar-pembiayaan7. standar-pembiayaan
7. standar-pembiayaan
 
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalamKonsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
Konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam
 
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptxA. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
A. MAKNA ALINEA PEMBUKAAN UUD 1945.pptx
 
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018
Rpp sd kelas 3 tema 4 kewajiban dan hakku revisi 2018
 
Standar nasional pendidikan (slide)
Standar nasional pendidikan (slide)Standar nasional pendidikan (slide)
Standar nasional pendidikan (slide)
 
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
 
Analisis bahan ajar kurikulum 2013
Analisis bahan ajar kurikulum 2013 Analisis bahan ajar kurikulum 2013
Analisis bahan ajar kurikulum 2013
 
Karya inovatif guru pklk
Karya inovatif guru pklkKarya inovatif guru pklk
Karya inovatif guru pklk
 
RPP PKn kelas IV semester 2
RPP PKn kelas IV semester 2RPP PKn kelas IV semester 2
RPP PKn kelas IV semester 2
 
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
RPP kelas 5 Tema 3 Subtema 1 Pembelajaran 1
 
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
6. metode permainan dalam pembelajaran bhs indo.
 
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequenced
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequencedPpt pembelajaran terpadu tipe sequenced
Ppt pembelajaran terpadu tipe sequenced
 

Viewers also liked

Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarJoko Prasetiyo
 
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012Program kegiatan dan anggaran 2011 2012
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012kbtkcorjesu
 
Proposal pentas seni kenaikan kelas
Proposal pentas seni kenaikan kelasProposal pentas seni kenaikan kelas
Proposal pentas seni kenaikan kelasMuhamad Anugrah
 
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOP
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOPProposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOP
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOPSatria Manggala
 
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanPermendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanemri ardi
 

Viewers also liked (6)

Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah DasarTransparansi  Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
Transparansi Penentuan Biaya Pendidikan Sekolah Dasar
 
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012Program kegiatan dan anggaran 2011 2012
Program kegiatan dan anggaran 2011 2012
 
Proposal pentas seni kenaikan kelas
Proposal pentas seni kenaikan kelasProposal pentas seni kenaikan kelas
Proposal pentas seni kenaikan kelas
 
Proposal baksos
Proposal baksosProposal baksos
Proposal baksos
 
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOP
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOPProposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOP
Proposal perpisahan kelas 2013 SMA NEGERI 1 BAHODOP
 
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaanPermendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
Permendiknas no.19 tahun 2007 stand pengelolaan
 

Similar to Standar pembiayaan operasional smp

Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Nandang Sukmara
 
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdf
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdfBuku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdf
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdfMas S2
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016yugo soe
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Adit Ramadhan
 
Buku juknis bosdikdas2016sddansmp
Buku juknis bosdikdas2016sddansmpBuku juknis bosdikdas2016sddansmp
Buku juknis bosdikdas2016sddansmpAndang Aveiro
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Najib Mabroeri
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015riejha
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Tri Widodo
 
Juknis bos 2015 Ermy Fitriadie
Juknis bos 2015 Ermy FitriadieJuknis bos 2015 Ermy Fitriadie
Juknis bos 2015 Ermy FitriadieErmy Fitriadie
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Oka Jane R
 
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptx
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptxBAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptx
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptxAzruddinSitompulSSiM1
 
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)SMAN1TelukjambeBarat
 
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan
 

Similar to Standar pembiayaan operasional smp (20)

Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Buku standar-isi-smp
Buku standar-isi-smpBuku standar-isi-smp
Buku standar-isi-smp
 
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdf
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdfBuku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdf
Buku-Panduan-IKU-2021-28062021.pdf
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016
 
Juknis bos dikdas 2016
 Juknis bos dikdas 2016 Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016
 
Buku juknis bosdikdas2016sddansmp
Buku juknis bosdikdas2016sddansmpBuku juknis bosdikdas2016sddansmp
Buku juknis bosdikdas2016sddansmp
 
Juknis bos 2016
Juknis bos 2016Juknis bos 2016
Juknis bos 2016
 
Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016Juknis bos dikdas 2016
Juknis bos dikdas 2016
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015
 
JUKNIS BOS 2015
JUKNIS BOS 2015JUKNIS BOS 2015
JUKNIS BOS 2015
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015
 
Juknis bos 2015 Ermy Fitriadie
Juknis bos 2015 Ermy FitriadieJuknis bos 2015 Ermy Fitriadie
Juknis bos 2015 Ermy Fitriadie
 
Juknis bos 2015
Juknis bos 2015Juknis bos 2015
Juknis bos 2015
 
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptx
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptxBAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptx
BAHAN PBD KEGIATAN ADVOKASI PEMDA .pptx
 
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)
Pdfcoffee.com analisis konteks-2021-2022-pdf-free (1)
 
Juknis bos 2011
Juknis bos 2011Juknis bos 2011
Juknis bos 2011
 
Juknis bos 2011
Juknis bos 2011Juknis bos 2011
Juknis bos 2011
 
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020
Permendikbud 13 tahun_2020_juknis_dak_nonfisik_bop_paud_dik_kesetaraan_ta_2020
 

More from MA'ARIF NU CILACAP

More from MA'ARIF NU CILACAP (20)

Ikhlas dan sabar
Ikhlas dan sabarIkhlas dan sabar
Ikhlas dan sabar
 
2. renstra pc lp maarif nu 2013 2017
2. renstra pc lp maarif nu 2013 20172. renstra pc lp maarif nu 2013 2017
2. renstra pc lp maarif nu 2013 2017
 
5. lampiran 3, rab program jangka pendek 2013
5. lampiran 3, rab program jangka pendek 20135. lampiran 3, rab program jangka pendek 2013
5. lampiran 3, rab program jangka pendek 2013
 
3. lampiran 1, program jangka pendek 2013
3. lampiran 1, program jangka pendek 20133. lampiran 1, program jangka pendek 2013
3. lampiran 1, program jangka pendek 2013
 
Struktur organisasi
Struktur organisasi Struktur organisasi
Struktur organisasi
 
Ma'arif visi misi 2
Ma'arif visi misi 2Ma'arif visi misi 2
Ma'arif visi misi 2
 
Ma'arif visi misi 2
Ma'arif visi misi 2Ma'arif visi misi 2
Ma'arif visi misi 2
 
Ma'arif berita
Ma'arif beritaMa'arif berita
Ma'arif berita
 
Khutbah idul adha 2014
Khutbah idul adha 2014Khutbah idul adha 2014
Khutbah idul adha 2014
 
Materi rakor kkmi wil ksghn dan eks kotip
Materi rakor kkmi wil ksghn dan eks kotipMateri rakor kkmi wil ksghn dan eks kotip
Materi rakor kkmi wil ksghn dan eks kotip
 
Ma'arif sosialisasi raker
Ma'arif sosialisasi rakerMa'arif sosialisasi raker
Ma'arif sosialisasi raker
 
Ma'arif rapat pengurus 13 nov 2013
Ma'arif rapat pengurus 13 nov 2013Ma'arif rapat pengurus 13 nov 2013
Ma'arif rapat pengurus 13 nov 2013
 
Ma'arif rakor 2 nov 2013
Ma'arif rakor 2 nov 2013Ma'arif rakor 2 nov 2013
Ma'arif rakor 2 nov 2013
 
Ma'arif 25 112013
Ma'arif 25 112013Ma'arif 25 112013
Ma'arif 25 112013
 
Ma'arif rakor 2 nov 2013
Ma'arif rakor 2 nov 2013Ma'arif rakor 2 nov 2013
Ma'arif rakor 2 nov 2013
 
Ma'arif 25 112013
Ma'arif 25 112013Ma'arif 25 112013
Ma'arif 25 112013
 
Ma’arif i, 16 mei 2013
Ma’arif  i, 16 mei 2013Ma’arif  i, 16 mei 2013
Ma’arif i, 16 mei 2013
 
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
 
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
 
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
Ma'arif rakor dimajenang 6 sept. 2014
 

Standar pembiayaan operasional smp

  • 1. STANDAR BIAYA PENDIDIKAN BIAYA OPERASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN JAKARTA 19 Desember 2006
  • 2. Kata Pengantar Konstitusi amandemen UUD l945 mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai kewajiban mengalokasikan biaya pendidikan sebesar 20% dari APBN dan 20% dari APBD selain gaji guru agar mutu dan pemerataan pendidikan dapat lebih ditingkatkan. Upaya peningkatan mutu dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah memerlukan adanya standar nasional bidang pendidikan. Untuk itu pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. l9 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memberikan pengaturan standar nasional pendidikan sekaligus merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia Pelaksanaan PP No. 19 Tahun 2005 membawa implikasi terhadap perlunya disusun standar pembiayaan yang meliputi standarisasi komponen biaya pendidikan yang meliputi biaya operasional, biaya investasi dan biaya personal. Selanjutnya dinyatakan bahwa standar biaya-biaya satuan pendidikan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Standar pembiayaan pendidikan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di setiap Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertaman (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh Indonesia. Naskah ini memberikan uraian tentang konsep dan metodologi perhitungan biaya operasi pendidikan, serta hasil perhitungan berbasiskan data tahun 2006 bagi SMP seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil perhitungan ini disiapkan sebagai dasar bagi perhitungan standar pembiayaan operasi SMP tahun 2007. ii
  • 3. Daftar Isi halaman Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Singkatan iv 1. Landasan Hukum 1 2. Konsep Pembiayaan Pendidikan 4 2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan 4 2.2 Pendekatan Kecukupan 6 3. Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi 7 3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi 7 3.2 Data dan Sumber Data 7 3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi 9 3.3.1 Biaya Pegawai 10 3.3.2 Biaya Bukan-Pegawai 11 4 Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama 13 Lampiran-Lampiran Lampiran 1: Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama per Tahun – Standar DKI (6 rombel) Lampiran 2: Standar Biaya Operasi Pendidikan Sekolah Menengah Pertama per Murid Per Tahun, Kabupaten/Kota dan Rombel Lampiran 3: Indeks Kemahalan Konstruksi Kabupaten/Kota iii
  • 4. Daftar Singkatan APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional ATS Alat Tulis Sekolah BOS Bantuan Operasional Sekolah/Siswa DAK Dana Alokasi Khusus DASK Dokumen Anggaran Satuan Kerja Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional IKK Indeks Kemahalan Konstruksi IPM Indeks Pembangunan Manusia MAK Madrasah Aliyah Kejuruan MTs Madrasah Tsanawiyah PMR Palang Merah Remaja PP Peraturan Pemerintah RA Radhyatul Atfal Rombel Rombongan belajar SAB Standar Analisa Biaya SD Sekolah Dasar SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional SMA Sekolah Menengah Atas SMALB Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMK Sekolah Menengah Kejuruan SMP Sekolah Menengah Pertama SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SNP Standar Nasional Pendidikan SPM Standar Pelayanan Minimal TK Taman Kanak-kanak TKK Tingkat Kemahalan Harga Konstruksi UAS Ujian Akhir Sekolah UKS Unit Kesehatan Sekolah UU Undang-undang UUD Undang-undang Dasar iv
  • 5. BAB 1 Landasan Hukum Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. 1
  • 6. Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik diatur dengan PP Pada Peraturan Pemerintah No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup “biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa: (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi: a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. (5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP 2
  • 7. Sebelum PP tentang standar pembiayaan pendidikan ini dikeluarkan, telah ada SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas No.053/U/2001 yang menyatakan bahwa SPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi nasional. Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat sekolah. Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM. Karena standar pembiayaan juga mencakup kebutuhan atas buku teks pelajaran, maka perlu diperhatikan Peraturan Mendiknas No. 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran yaitu Pasal 7: satuan pendidikan menetapkan masa pakai buku teks pelajaran paling sedikit 5 tahun dan buku teks pelajaran tidak dipakai lagi oleh satuan pendidikan apabila ada perubahan standar nasional pendidikan dan buku teks pelajaran dinyatakan tidak layak lagi oleh Menteri. Pada Pasal 8 ditegaskan bahwa: guru dapat menganjurkan kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki buku teks pelajaran; anjuran sebagaimana dimaksud bersifat tidak memaksa atau tidak mewajibkan; untuk memiliki buku teks pelajaran, peserta didik atau orangtua/walinya membelinya di pasar; untuk membantu peserta didik yang tidak mampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuan pendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10 (sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran pada setiap kelas, untuk dijadikan koleksi perpustakaannya. 3
  • 8. BAB 2 Konsep Pembiayaan Pendidikan 2.1 Sistem Pembiayaan Pendidikan Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah. Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara. Untuk mengetahui apakah sistem tersebut memuaskan, dapat dilakukan dengan cara: i) menghitung berbagai proporsi dari kelompok usia, jenis kelamin, tingkat buta huruf; ii) distribusi alokasi sumber daya pendidikan secara efisien dan adil sebagai kewajiban pemerintah pusat mensubsidi sektor pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya. Setiap keputusan dalam masalah pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Oleh karena itu perlu dilihat siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan, bagaimana mereka akan dididik, siapa yang akan membayar biaya pendidikan. Demikian pula sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung sistem pembiayaan pendidikan. Tanggungjawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan termasuk untuk pendidikan kejuruan dan bantuan terhadap murid. Hal itu perlu dilihat dari faktor kebutuhan dan ketersediaan pendidikan, tanggungjawab orang tua dalam menyekolahkan vs social benefit secara luas, pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan. Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pembiayaan sekolah ini berkaitan dengan bidang politik pendidikan dan program pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembiayaan sekolah, yakni school revenues, school expenditures, capital dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda. Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber daya diperoleh dan dialokasikan. Dengan mengkaji berbagai peraturan dan 4
  • 9. kebijakan yang berbeda-beda di sektor pendidikan, kita bisa melihat konsekuensinya terhadap pembiayaan pendidikan, yakni:  Keputusan tentang siapa yang akan dididik dan seberapa banyak jasa pendidikan dapat disediakan  Keputusan tentang bagaimana mereka akan dididik  Keputusan tentang siapa yang akan membayar biaya pendidikan  Keputusan tentang sistem pemerintahan seperti apa yang paling sesuai untuk mendukung pembiayaan sekolah Untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, ada dua hal pokok yang harus dapat dijawab, yakni: i) bagaimana sumber daya akan diperoleh, ii) bagaimana sumber daya akan dialokasikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan/tipe sekolah/kondisi daerah yang berbeda. Terdapat dua kriteria untuk menganalisis setiap hal tersebut, yakni, i) efisiensi yang terkait dengan keberadaan sumber daya yang dapat memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dan ii) keadilan yang terkait dengan benefits dan costs yang seimbang. Menurut J. Wiseman (1987) terdapat tiga aspek yang perlu dikaji dalam melihat apakah pemerintahan perlu terlibat dalam masalah pembiayaan pendidikan:  Kebutuhan dan ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan dapat dianggap sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi dalam sumberdaya manusia/human capital  Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan murid untuk memilih menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan berdampak pada social benefit secara keseluruhan  Pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan Dalam hal pendidikan kejuruan dan industri, M. Woodhall (1987) menjelaskan bahwa di masa lalu pembiayaan pendidikan jenis ini ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan memberi subsidi kepada para pekerjanya sendiri. Sekarang peran pemerintah semakin besar dalam pembiayaan ini. Hal itu disebabkan adanya kepentingan ekonomi. Artinya kebijakan ketenagakerjaan, diharapkan dapat meningkatkan kepentingan untuk membagi biaya dan manfaat dari pendidikan ini dengan adil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan kejuruan ini adalah:  Peran pemerintah dalam membiayai jenis pendidikan ini  Perbedaan antara jenis training yang umum dan spesifik  Pilihan antara training yang on dan off the job  Keseimbangan antara pembiayaan dari pemerintah dan sektor swasta di pendidikan ini  Pentingnya praktek kerja sebagai kelanjutan dari jenis pendidikan ini  Pembayaran kompensasi selama mengikuti pendidikan ini  Sumber daya yang dialokasikan untuk jenis pendidikan ini 5
  • 10. 2.2 Pendekatan Kecukupan (Adequacy Approach) Pengukuran biaya pendidikan seringkali menitikberatkan kepada ketersediaan dana yang ada namun secara bersamaan seringkali mengabaikan adanya standar minimal untuk melakukan pelayanan pendidikan. Konsep pendekatan kecukupan menjadi penting karena memasukkan berbagai standar kualitas dalam perhitungan pembiayaan pendidikan. Sehingga berdasarkan berbagai tingkat kualitas pelayanan pendidikan tersebut dapat ditunjukkan adanya variasi biaya pendidikan yang cukup ideal untuk mencapai standar kualitas tersebut. Analisis kecukupan biaya pendidikan ini telah digunakan di beberapa negara bagian Amerika Serikat untuk mengalokasikan dana pendidikan. Berbagai studi di Indonesia telah pula mencoba memperhitungkan biaya pendidikan berdasarkan standar kecukupan. Perhitungan biaya pendidikan berdasarkan pendekatan kecukupan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:  Besar kecilnya sebuah institusi pendidikan  Jumlah siswa  Tingkat gaji guru (karena bidang pendidikan dianggap sebagai highly labour intensive)  Rasio siswa dibandingkan jumlah guru  Kualifikasi guru  Tingkat pertumbuhan populasi penduduk (khususnya di negara berkembang)  Perubahan dari pendapatan (revenue theory of cost) 6
  • 11. BAB 3 Metodologi dan Teknik Perhitungan Standar Biaya Operasi 3.1 Model Dasar Perhitungan Standar Biaya Operasi Untuk menghitung berapa kebutuhan pembiayaan operasional pendidikan dalam pencapaian SPM pendidikan yang berkualitas diperlukan tools Standar Analisa Biaya (SAB), dan dihitung dengan pernyataan sebagai berikut: m n   TCa  f i qi ni pi  f j q j n j  ha p j   i 1  j 1   (1) di mana: TCa = biaya keseluruhan (Rp) per sekolah per tahun, pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupaten/kota a fi,j = frekuensi item ke-i dan ke-j per tahun qi,j = kuantitas item ke-i dan ke-j per tahun ni,j = per satuan item ke-i dan ke-j pi,j = harga item ke-i dan ke-j (Rp) m = jumlah item biaya pegawai n = jumlah item komponen bukan-pegawai ha = indeks kemahalan pendidikan di kabupaten/kota a Perlu dicatat bahwa ha menyatakan indeks kemahalan daerah untuk 434 kabupaten/kota di Indonesia, dan ha = 1 untuk DKI Jakarta yang dalam studi ini digunakan sebagai benchmark. Nilai ha diproksi dengan indeks kemahalan konstruksi yang didapat dari studi oleh Depkeu dan BPS, yang dalam hal ini telah diadaptasikan dengan memperhitungkan faktor transportasi, dan didapat rentang nilai ha sebagai berikut: 0,91 ≤ ha ≤ 3,7. Dengan demikian, perhitungan standar biaya operasi dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: (i) biaya pegawai [suku pertama ruas kanan persamaan (1)]; (ii) biaya bukan- pegawai [suku kedua ruas kanan persamaan (1)]. Pada masing-masing kelompok, ditentukan lebih dahulu dan sedapat mungkin berdasarkan data yang tersedia (sekunder dari BPS dan berbagai laporan studi terkait) maupun data yang dikumpulkan dari studi lapangan. Selanjutnya, biaya satuan per siswa per tahun untuk setiap kabupaten/kota dapat ditentukan sebagai berikut: 7
  • 12. UC a  TC a (2) xx1 2 di mana: UCa = Biaya satuan (Rp) per siswa per tahun, pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) di kabupatem/kota a x1 = Jumlah siswa per rombel pada jenjang tertentu (SD, SMP, atau SMA) x2 = Jumlah rombel di sekolah Berbagai angka yang diasumsikan dalam perhitungan untuk jenjang pendidikan SMP dijelaskan pada Bab 4. 3.2 Data dan Sumber Data Data dikumpulkan berdasarkan laporan keuangan maupun standar biaya dari beberapa daerah terpilih. Tim Pembiayaan BSNP melakukan kunjungan lapangan ke 12 provinsi dan 27 kabupaten/kota seperti ditampilkan dalam Tabel 3.1 Pemilihan daerah survei berdasarkan purposive sampling, disebabkan kondisi daerah yang sangat bervariasi, waktu dan tenaga yang terbatas. Akurasi data biaya pendidikan sangat diperlukan dalam penentuan standar pembiayaan pendidikan. Studi maupun data yang lebih menyeluruh dan rinci mengenai satuan biaya berdasarkan kualitas barang dan jasa di masa yang akan datang sangat diperlukan untuk merevisi standar pembiayaan pendidikan. Berdasarkan Studi Lapangan, Tim mengumpulkan antara lain Standar Harga Barang dan Jasa yang berlaku di tingkat kabupaten/kota, Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) untuk Bidang Pendidikan dan beberapa contoh Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah dari tingkat dasar dan menengah. Terdapat variasi yang besar antara daerah yang memiliki Standar Harga secara lengkap (misal DKI Jakarta) dan daerah yang hanya memiliki Standar Harga secara terbatas (misal Papua). Oleh karena itu DKI Jakarta dipakai sebagai dasar perhitungan standar pembiayaan pendidikan. Perhitungan standar pembiayaan pendidikan untuk daerah lain dilakukan dengan mengalikan data standar pembiayaan pendidikan untuk DKI Jakarta dengan Indeks Kemahalan Pendidikan antar Daerah. Tabel 3.1 Daftar Kunjungan Lapangan ke Kabupaten/Kota Mei, 2006 Propinsi Kabupaten Kota DKI Jakarta Jawa Barat Bekasi Bekasi Bandung Bandung Cimahi Bali Karangasem Denpasar NTT Sikka Kupang Papua Jayawijaya Jayapura Maluku Utara Halamahera Barat Ternate 8
  • 13. Sulawesi Utara Minahasa Manado Sulawesi Selatan Maros Makasar Kalimantan Timur Kutai Kertanegara Balikpapan Kalimantan Selatan Barito Kuala Banjarmasin Kepulauan Riau Tanjung Pinang Batam Sumatera Barat Solok Padang Data Indeks Kemahalan Pendidikan antar Daerah belum tersedia untuk Indonesia, sehingga dalam hal ini diproksi dengan data Indeks Kemahalan Konstruksi antar Daerah (IKK) yang disusun oleh BPS dan Depkeu untuk 434 kabupaten/kota dan 33 propinsi (BPS dan Depkeu, 2005). Indeks ini merupakan angka yang menunjukkan perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi terhadap TKK rata-rata Nasional. TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas. Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan, dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan Maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki wilayah daratan saja. IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu, terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level pendidikan dasar dan menengah. 3.3 Komponen Perhitungan Standar Biaya Operasi Menurut PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Sementara itu, menurut Ayat (4) Pasal 62 PP No. 19 Tahun 2003, biaya operasi satuan pendidikan meliputi biaya berikut. 9
  • 14. a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai. c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lainnya. Walaupun dalam pasal ini biaya operasi hanya didefinisikan ke dalam tiga kelompok biaya, namun ada sebagian biaya investasi yang juga dapat dikeluarkan setiap tahun yaitu biaya depreasiasi (sebagai penyisihan dari investasi) dan dapat bersifat tunai. Dana ini merupakan penyisihan untuk investasi di masa yang akan datang misalnya dana untuk pembelian buku (karena buku diasumsikan berusia 5 tahun, dana tersebut dapat dibelanjakankan per tahun sejumlah 20% dari dana keseluruhan), dana untuk memperbaharui gedung maupunperalatan. Penggunaan dana depresiasi ini dapat berupa pembangunan gedung baru atau renovasi berat gedung lama, maupun pembelian peralatan baru. Namun perhitungan biaya investasi tidak diperhitungkan dalam Standar Biaya Operasi Pendidikan. Untuk keperluan perhitungan standar biaya operasi dalam naskah ini, biaya operasi dibagi ke dalam dua kelompok, menjadi biaya pegawai dan biaya bukan-pegawai. Perhitungan standar biaya operasi ini didasarkan pada kebutuhan biaya minimal untuk menyelenggarakan kegiatan sekolah. Standar biaya operasi disusun berdasarkan peraturan yang berlaku serta masukan dari berbagai tim standar pendidikan lainnya. 3.3.1 Biaya Pegawai Sesuai dengan UU No.14 Tahun 2005, biaya pegawai dibagi menjadi dua kelompok: (i) Gaji pokok serta tunjangan yang melekat pada gaji, (ii) Penghasilan lain yang terdiri atas: tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus dan Maslahat Tambahan. Gaji Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Segala Tunjangan yang Melekat pada Gaji Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan batasan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, batasan tenaga kependidikan sebagaimana Ayat (6), Pasal 1, Bab I UU No. 20 Tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, Ayat (1) Pasal 35 PP No. 19 Tahun 2005 menjelaskan tenaga pendidikan sebagai berikut.  Tenaga kependidikan pada TK/RA atau bentuk lain yang sederajat sekurang- kurangnya terdiri atas kepala TK/RA dan tenaga kebersihan. 10
  • 15. Tenaga kependidikan pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang- kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.  Tenaga kependidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.  Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sekurang- kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.  Tenaga kependidikan pada SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga adminstrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan terapis.  Tenaga kependidikan pada Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga adminstrasi, dan tenaga perpustakaan.  Tenaga kependidikan pada lembaga kursus dan lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan, dan laboran. Seiring dengan telah disetujuinya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian gaji dan tunjangan meliputi:  Gaji pokok , besarnya gaji pokok mengikuti aturan menteri keuangan tentang gaji PNS  Tunjangan yang melekat pada gaji, yang meliputi tunjangan: (i) isteri/suami 10%, (ii) anak 2% dengan batas maksimal dua orang anak hingga usia 21 tahun atau belum pernah menikah atau belum berumur 25 tahun kuliah dan belum pernah menikah, (iii) jabatan, (iv) beras, dan (v) khusus, yakni diberikan sebagai pengganti apabila yang bersangkutan terkena pajak penghasilan sejumlah potongan yang terkena pajak Penghasilan lainnya  Tunjangan profesi: tunjangan profesi diberikan kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan/satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Besarnya tunjangan setara dengan satu kali gaji pokok guru.  Tunjangan fungsional: tunjangan yang diberikan kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah. Besar tunjangan mengikuti subsidi yang dialokasikan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah.  Tunjangan khusus: tunjangan yang diberikan kepada guru yang bertugas di daerah khusus. UU No. 14 Tahun 2005, Pasal 1, Ayat 17, menjelaskan bahwa daerah khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan negara lain; daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain. 11
  • 16. Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain. 3.3.2. Biaya Bukan-Pegawai Biaya bukan-pegawai terdiri atas: (i) Alat Tulis Sekolah (ATS)/bahan habis pakai, (ii) Rapat-rapat, (iii) Transpor/perjalanan dinas, (iv) Penilaian, (v) Daya dan jasa, (vi) Pemeliharaan sarana dan prasarana, (vii) Pendukung pembinaan siswa.  ATS/bahan habis pakai Biaya ATS meliputi biaya minimal bagi seluruh pengeluaran sekolah untuk alat tulis yang dibutuhkan untuk pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran. ATS untuk pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran mencakup: pensil, pena, toner/tinta printer, tinta stempel, penghapus pensil, penghapus tinta, buku tulis, buku administrasi, buku polio, kertas HVS, kertas karbon, penggaris, amplop, stepler kecil dan isi, stepler besar dan isi, pemotong/cutter, gunting, lem, lakban, selotip, kotak P3K dan isi, set alat jahit, tali rapia, buku raport siswa, buku rencana pembelajaran, buku absen, buku nilai, karton manila, kapur tulis, penghapus papan tulis, penggaris papan tulis, bahan praktikum IPA (SD s/d SMA), bahan praktikum IPS (SMP dan SMA), bahan praktikum bahasa (SMP dan SMA), bahan praktikum komputer (SD s/d SMA), bahan praktikum ketrampilan (SMP dan SMA) kartu anggota perpustakaan, kartu buku, foto copy, kertas warna, cat poster, spidol  Rapat-rapat Biaya rapat adalah biaya minimal yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan rapat-rapat bagi keperluan sekolah. Rapat-rapat ini meliputi rapat penerimaan siswa baru, rapat evaluasi semester siswa, rapat kenaikan kelas, rapat kelulusan, rapat pemecahan masalah, rapat koordinasi, rapat wali murid.  Transpor/perjalanan dinas Biaya transpor/perjalanan dinas adalah biaya yang dikeluarkan untuk berbagai keperluan dinas baik dalam kota maupun luar kota.  Penilaian Biaya penilaian mencakup berbagai biaya minimal yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan ujian dan evaluasi siswa, yaitu: ulangan umum kelas I s/d III, ujian akhir tertulis, penyusunan soal UAS, penyusunan soal ulangan umum.  Daya dan jasa Biaya daya dan jasa adalah biaya minimal untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah, mencakup biaya listrik, telepon dan air. 12
  • 17.  Pemeliharaan sarana dan prasarana Biaya pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah adalah biaya minimal untuk mempertahankan kualitas sekolah agar layak digunakan sebagai tempat belajar dan mengajar yaitu mencakup bahan dan alat kebersihan, pengecatan gedung/pagar, penggantian genteng yang rusak, perbaikan atau penggantian kunci, pemeliharaan meubel, pemeliharaan peralatan.  Pendukung pembinaan siswa Biaya pendukung pembinaan siswa adalah biaya minimal untuk menyelenggarakan kegiatan pembinaan yang mencakup Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), Unit Kesehatan Sekolah (UKS), pembinaan prestasi olah raga, pembinaan prestasi kesenian, cerdas-cermat, perpisahan kelas terakhir, dan pembinaan kegiatan keagamaan 13
  • 18. BAB 4 Asumsi-asumsi Perhitungan Standar Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama 14
  • 19. Lampiran 3 Indeks Kemahalan Konstruksi Keberagaman potensi ekonomi dan tingkat variasi kemahalan antar daerah merupakan variabel utama untuk mengantisipasi adanya disparitas kemampuan daerah dalam mendanai anggaran pendidikan agar sesuai dengan standar pembiayaan secara nasional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Depkeu dan BPS telah menyusun variabel Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) yang terdiri dari IKK untuk 434 kabupaten/kota dan 33 propinsi, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan tingkat kemahalan harga bangunan/konstruksi (TKK) suatu kabupaten/kota atau propinsi terhadap TKK rata-rata Nasional. TKK merupakan cerminan dari suatu nilai bangunan/konstruksi atau biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit bangunan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh melalui pendekatan terhadap sejumlah bahan bangunan, termasuk sewa alat berat dan upah jasa yang menjadi paket komoditas. Selain itu, penghitungan IKK juga telah memperhitungkan biaya transportasi antara daerah tersebut dengan ibukota propinsi yang merupakan proksi tingkat kemahalan antar daerah untuk daerah kepulauan. Adanya keragaman geografis wilayah daratan, lautan, dan pegunungan sebenarnya sudah dicerminkan dalam variabel Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) karena sudah diperhitungkan dalam tambahan komponen biaya transportasi khusus untuk daerah kepulauan. Sebagai contoh IKK daerah kepulauan maluku relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang hanya memiliki wilayah daratan saja. IKK selain dapat digunakan sebagai tools untuk menghitung tingkat variasi kemahalan antar daerah, juga dapat digunakan sebagai variabel adjustment atas cost/unit (BSP) untuk setiap kabupaten/kota dan provinsi agar hasil formulasi standar pembiayaan pendidikan memiliki tingkat akurasi yang tinggi bagi setiap daerah. Di samping itu, terdapat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel tambahan untuk peningkatan kualitas SDM pada usia sekolah (schooling years) terutama pada level pendidikan dasar dan menengah. Kelompok Jenis Bangunan Pengelompokan jenis bangunan mengacu pada Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), yaitu:  Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal  Bangunan pekerjaan umum untuk pertanian  Bangunan pekerjaan umum untuk jalan, jembatan, dan pelabuhan  Bangunan untuk instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi  Bangunan lainnya Data Penunjang Penghitungan IKK • Paket komoditas IKK Secara ideal terdiri dari 30 jenis bahan bangunan, 3 sewa alat berat, dan 8 upah jasa. 15
  • 20. Diagram timbang IKK Diagram yang digunakan terdiri dari diagram timbang kelompok jenis bangunan dan diagram timbang umum. • Diagram timbang kelompok jenis bangunan Disusun berdasarkan kuantitas/volume bahan bangunan yang dibutuhkan untuk membangun satu unit bangunan per satuan ukuran luas (M2) menurut kelompok jenis bangunan (5 kelompok) yang diperoleh melalui Studi Tingkat Kemahalan Konstruksi. • Diagram timbang umum Disusun berdasarkan data realisasi APBD dan pengeluaran belanja pembangunan dan rutin. Data ini diperoleh dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat. Untuk diagram timbang umum IKK propinsi diperoleh dari Pemerintah Propinsi. • Harga bahan bangunan, sewa alat berat, dan upah jasa Harga bulan Februari (triwulan I) 2004 yang dikumpulkan melalui survei HPB-K Triwulanan di seluruh kabupaten/kota di Indonesia Cara Penghitungan IKK TKK kelompok jenis bangunan kabupaten/kota dihitung dengan formula sebagai berikut: m TKK kj   HiQij i 1 TKKkj = tingkat kemahalan harga bangunan kelompok jenis bangunan j di kabupaten/kota k Hi = harga bahan bangunan i Qij = kuantitas/volume bahan bangunan i jenis bangunan j  Tipe/jenis spatial  Cakupan/coverage (kabupaten/kota): 434  Paket komoditas dan jasa: 22  Pengumpulan data harga lengkap seluruh kabupaten/kota  Penimbang/bobot bahan bangunan bersumber dari hasil survei konstruksi Kimpraswil dengan menggunakan Tabel I/O  Penimbang/bobot jenis bangunan: Realisasi APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2004  Metode penghitungan Indeks dapat menggunakan rata-rata geometrik tidak dibobot (unweighted geometric mean) serta rata-rata tertimbang (weighted arithmetic mean) 16