SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  83
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 190/PMK.05/2012
tentang
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
INTEGRITAS | PROFESIONALISME | SINERGI | PELAYANAN |
KESEMPURNAAN
PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA
PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA
MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG
PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN
MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG
PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN
MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN LSMEKANISME PEMBAYARAN DENGAN LS
PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPMPENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPM
PENERBITAN SP2DPENERBITAN SP2D
PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN
PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI
PENGGUNAAN PNBP
PEMBAYARAN TAGIHAN UNTUK KEGIATAN YANG BERSUMBER DARI
PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI
KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D
PELAKSANAAN PEMBAYARAN PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN
PELAPORAN REALISASI ANGGARAN
PELAPORAN REALISASI ANGGARAN
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL
MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:
 menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA;
dan
 menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan
PPSPM
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:
 menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA;
dan
 menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan
PPSPM
Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.
Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.
Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan
pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan
pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker sementara;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.
Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :
1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan
pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah
PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah
atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala Satker yang bukan
PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.
PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:
 Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;
 Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;
 Satker sementara;
 Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau
 Satker Lembaga Negara.
Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk :
1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA.
2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan
pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Contoh:
A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah
PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA.
B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah
atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala Satker yang bukan
PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.
• KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau
PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen
tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;
• Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA
menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan
dan berlaku sejak serah terima jabatan.
• PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab
untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.
• Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran,
dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka
pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan
kepada Kepala KPPN.
• KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau
PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen
tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker;
• Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA
menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan
dan berlaku sejak serah terima jabatan.
• PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab
untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.
• Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran,
dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka
pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan
kepada Kepala KPPN.
1. menyusun DIPA
2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1. menyusun DIPA
2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah
pembayaran atas beban anggaran belanja Negara;
4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;
b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;
c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian
tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan
barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA;
e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak
pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah
ditetapkan;
f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan
keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan
g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
– menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya;
– menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP
– mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA
• menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
• membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa
• melaksanakan kegiatan swakelola
• memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya
• mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
• menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara
2. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara; dan/atau
3. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
– menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya;
– menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP
– mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA
• menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
• membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa
• melaksanakan kegiatan swakelola
• memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang
dilakukannya
• mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
• menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara
2. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara; dan/atau
3. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
8. membuat dan menandatangani SPP
9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
 pelaksanaan kegiatan
 penyelesaian kegiatan
 penyelesaian tagihan kepada negara
10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
9. memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
10. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
11. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan
12. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
8. membuat dan menandatangani SPP
9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA
 pelaksanaan kegiatan
 penyelesaian kegiatan
 penyelesaian tagihan kepada negara
10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita
Acara Penyerahan
11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan
12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
9. memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;
10. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi
kegiatan;
11. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan
12. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia
barang/jasa.
a. kelengkapan dokumen tagihan
b. kebenaran perhitungan tagihan
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas
beban APBN
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana
yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang
diserahkan oleh penyedia barang/jasa
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
a. kelengkapan dokumen tagihan
b. kebenaran perhitungan tagihan
c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas
beban APBN
d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana
yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang
diserahkan oleh penyedia barang/jasa
e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana
yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan
g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang
tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan
dokumen perjanjian/kontrak
Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang
meliputi:
Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang
meliputi:
Tugas dan Wewenang PPSPMTugas dan Wewenang PPSPM
Tugas dan Wewenang PPSPMTugas dan Wewenang PPSPM
• Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran;
• Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepala satker
• Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
• Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepada Kepala
KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
• Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
• Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan
Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku
• Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau
kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.
• Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
seluruh administrasi keuangan;
• Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran;
• Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepala satker
• Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
• Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepada Kepala
KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)
• Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
• Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan
Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku
• Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau
kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.
• Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari
jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan
seluruh administrasi keuangan;
BENDAHARA PENGELUARANBENDAHARA PENGELUARAN
1. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam
pengelolaannya
2. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK
3. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK yaitu:
a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar, jadwal waktu pembayaran, dan
menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang
disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan
c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran
pengeluaran (akun 6 digit).
4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan
5. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang
dilakukannya
6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7. mengelola rekening tempat penyimpanan UP
8. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN
selaku kuasa BUN
Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Tugas BPP meliputi:
1.Menerima dan menyimpan UP
2.melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP;
3.melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK
4.menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
5.melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas
kewajiban kepada negara
6.menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7.menatausahakan transaksi UP
8.menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
9.mengelola rekening tempat penyimpanan UP
Tugas BPP meliputi:
1.Menerima dan menyimpan UP
2.melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP;
3.melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK
4.menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan;
5.melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas
kewajiban kepada negara
6.menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara
7.menatausahakan transaksi UP
8.menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
9.mengelola rekening tempat penyimpanan UP
 Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui
pembuatan komitmen.
 Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk:
– Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
– Penetapan keputusan
 Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:
– pelaksanaan belanja pegawai
– pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
– pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan; atau
– pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang
kepada penerima bantuan;
 Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang
mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui
pembuatan komitmen.
 Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk:
– Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau
– Penetapan keputusan
 Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang
mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk:
– pelaksanaan belanja pegawai
– pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola;
– pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium
kegiatan; atau
– pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang
kepada penerima bantuan;
PEMBUATAN KOMITMENPEMBUATAN KOMITMEN
Bukti-bukti Pendukung atas perjanjian/kontrak
 Bukti perjanjian/kontrak
 Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa
 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan
 Berita Acara Pembayaran
 Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
 Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
 Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan
dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
 Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana
dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
 Bukti perjanjian/kontrak
 Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa
 Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan
 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang
 Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan
 Berita Acara Pembayaran
 Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini;
 Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib
Pajak/Bendahara Pengeluaran;
 Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan
dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau
 Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana
dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
 Surat Keputusan
 Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas
 Daftar penerima pembayaran; dan/atau
 Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
 Surat Keputusan
 Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas
 Daftar penerima pembayaran; dan/atau
 Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.
Bukti-bukti Pendukung atas Penetapan Keputusan
 Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan
menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN
yang meliputi data:
– nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang
digunakan
– nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA
– nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker
– uraian pekerjaan yang diperjanjikan
– data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan,
alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran
– jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
– ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi
– addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut
– cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
 sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
 secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).
 Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk
kebutuhan lain.
 Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian
tagihan yang tercantum pada SPM.
 Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan
menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN
yang meliputi data:
– nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang
digunakan
– nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA
– nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker
– uraian pekerjaan yang diperjanjikan
– data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan,
alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran
– jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan;
– ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi
– addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut
– cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:
 sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau
 secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).
 Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk
kebutuhan lain.
 Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian
tagihan yang tercantum pada SPM.
Pencatatan Komitmen oleh KPPNPencatatan Komitmen oleh KPPN
Penerbitan SPP LS :Penerbitan SPP LS :
Belanja PegawaiBelanja Pegawai
Langganan Daya dan JasaLangganan Daya dan Jasa
Perjalanan DinasPerjalanan Dinas
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
HonorariumHonorarium
Dilengkapi dengan:
1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang
timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud
dibebankan pada DIPA;
2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh
KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.
Dilengkapi dengan:
1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang
timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud
dibebankan pada DIPA;
2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling
sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening
masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh
KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara
Pengeluaran.
Dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat
tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
Dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat
tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
Dilengkapi dengan:
1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan
pegawai tidak tetap.
2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar
nominatif perjalanan dinas.
3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai
pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat.
4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban
biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat
negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
Dilengkapi dengan:
1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri:
a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan
b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan
pegawai tidak tetap.
2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar
nominatif perjalanan dinas.
3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai
pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan),
tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pejabat.
4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban
biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat
negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
Dilengkapi dengan:
1.Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling sedikit
nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-masing
penerima;
2.foto copy bukti kepemilikan tanah;
3.bukti pembayaran/kuitansi;
4.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun
transaksi;
5.Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang
dalam agunan;
6.Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang
disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti
kerugian, dalam hal tanah sengketa;
7.Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan
bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan
Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8.Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9.SSP PPh final atas pelepasan hak;
10.Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
11.Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan tanah.
Dilengkapi dengan:
1.Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling sedikit
nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-masing
penerima;
2.foto copy bukti kepemilikan tanah;
3.bukti pembayaran/kuitansi;
4.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun
transaksi;
5.Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang
dalam agunan;
6.Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang
disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti
kerugian, dalam hal tanah sengketa;
7.Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan
bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan
Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
8.Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
9.SSP PPh final atas pelepasan hak;
10.Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
11.Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pengadaan tanah.
SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran.
Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja
sebelum tanggal 5.
SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap
dan benar dari penerima hak.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi,
belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi,
belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional
sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat
dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS.
2. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara
Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving).
3. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa
paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali
untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas.
4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang
ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
5. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
 Belanja Barang;
 Belanja Modal; dan
 Belanja Lain-lain.
6. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang
telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP
masih tersedia dalam DIPA.
7. Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan
apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).
8. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara
Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen).
Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan
kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan
belum dilakukan pengajuan penggantian UP.
Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan
kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan
belum dilakukan pengajuan penggantian UP.
1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan,
belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala
KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima
persen).
1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan,
belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala
KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima
persen).
Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara:
memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau
menyetorkan ke Kas Negara.
Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara:
memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau
menyetorkan ke Kas Negara.
Ilustrasi :
UP: 100 Juta
10 Januari
UP: 100 Juta
10 Januari
S.D 10 Maret belum
ajukan GUP
S.D 10 Maret belum
ajukan GUP
Kepala KPPN
menyampaikan
Surat
Kepala KPPN
menyampaikan
Surat
S.D 10 April belum
ajukan GUP UP
dipotong 25%
S.D 10 April belum
ajukan GUP UP
dipotong 25%
Pemotongan
pada SPM GUP
atau disetor
Pemotongan
pada SPM GUP
atau disetor
Setelah
dipotong/disetor
UP, pengajuan
GUP berikutnya
diawasi
Setelah
dipotong/disetor
UP, pengajuan
GUP berikutnya
diawasi
S.D 10 Mei
belum ajukan
GUP UP
dipotong 50%
S.D 10 Mei
belum ajukan
GUP UP
dipotong 50%
1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan
pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP
sebesar 50% (lima puluh persen).
1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan
pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP
sebesar 50% (lima puluh persen).
KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional
Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP
Pemberian UP diberikan paling banyak:
a. Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);
b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan
melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);
c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau
d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa
dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah).
Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
1. Persetujuan TUP dilakukan oleh Kepala KPPN (nilai berapapun) dengan disertai:
– Rincian Rencana Pengguna TUP; dan
– Surat Pernyataan dari KPA bahwa TUP:
 digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D
diterbitkan; dan
 tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS.
2. Kepala KPPN melakukan penilaian atas pengajuan TUP meliputi:
– pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan merupakan
pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS;
– pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia
dananya dalam DIPA;
– TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya; dan
– TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara.
3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1
(satu) bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan
memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.
4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat
dilakukan secara bertahap.
5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan
pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN
menyampaikan surat teguran TP kepada KPA.
6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan
pertanggungjawaban TUP. (SPM-PTUP)
7. Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan
pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan pertimbangan:
– KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan
– KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk
mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan
berikutnya.
1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat
Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK.
2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang
muka kerja, SPBy dilampiri:
– rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
– rincian kebutuhan dana; dan
– batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja;
3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:
4. pengujian atas tagihan pada SPBy; dan
5. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang
diajukan dan menyetorkan ke kas negara.
6. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara
Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK.
7. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja
belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP
menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera
mempertanggungjawabkan uang muka kerja.
 PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
 Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran;
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
d. faktur pajak (jika ada)
 Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
 SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat
5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
 PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.
 Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran;
b. Bukti pengeluaran;
c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan
d. faktur pajak (jika ada)
 Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP
minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
 SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat
5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara
lengkap dan benar.
 Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan
SPP-GUP
 Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
 sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan
UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
 sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada
akhir tahun anggaran; atau
 UP tidak diperlukan lagi.
 Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/
pertanggungjawaban UP.
 Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan
SPP-GUP
 Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:
 sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan
UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;
 sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada
akhir tahun anggaran; atau
 UP tidak diperlukan lagi.
 Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/
pertanggungjawaban UP.
 PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen
meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk
kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS;
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP
dari Kepala KPPN.
 SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan
TUP dan Kepala KPPN
 PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen
meliputi:
a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP
digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan
sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk
kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS;
c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP
dari Kepala KPPN.
 SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan
TUP dan Kepala KPPN
 PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/
pertanggungjawaban atas TUP
 Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
a. Daftar rincian penerimaan pembayaran;
b. Bukti pengeluaran:
 Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
fatur pajak dan SSP; dan
 Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK
a. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
 SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
 PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/
pertanggungjawaban atas TUP
 Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP:
a. Daftar rincian penerimaan pembayaran;
b. Bukti pengeluaran:
 Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta
fatur pajak dan SSP; dan
 Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen
pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan
PPK
a. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.
 SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP;
b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
c. kebenaran pengisian format SPP;
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran
Satker;
e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana kerja
anggaran satker;
f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan
/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/
kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;
h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari
pihak yang mempunyai hak tagih;
j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh
pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian kontrak.
1. Jangka waktu penerbitan:
 SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
 SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
 SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan
 SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen
pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus
menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian
tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP.
3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan
SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan pemeriksaan bagi
aparat pemeriksa internal dan eksternal.
5. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
6. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM tersebut
memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai
tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang
sah.
7. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM
bertanggung jawab atas:
a. keamanan data pada aplikasi SPM;
b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengan
data pada ADK SPM; dan
c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK
SPM.
1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN.
2. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur sebagai berikut:
a. SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format;
b. SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN; atau
c. SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya, dan/atau
daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima.
3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu
pada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak.
4. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang
muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan:
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan
jaminan uang muka; dan
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai
Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2
(dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan.
6. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada
KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran.
Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang
dinyatakan libur, maka penyampaian SPM-LS untuk
pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat
1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker
yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan
memperhitungkan waktu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
• Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas
Pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen
pendukung dan ADK SPM melalui front office Penerimaan SPM
pada KPPN;
b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas
Petugas Satker (KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada
Petugas Front Office; dan
c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke
KPPN, penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan ADK
SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi.
d. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman
resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/
pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
Penelitian dan Pengujian SPM
oleh KPPN
 SPM yang diajukan ke KPPN
digunakan sebagai dasar penerbitan
SP2D.
 Dalam pencairan anggaran belanja
negara, KPPN melakukan penelitian
dan pengujian atas SPM yang
disampaikan oleh PPSPM.
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah
memenuhi syarat.
KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah
memenuhi syarat.
Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat,
Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung
secara tertulis.
Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat,
Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung
secara tertulis.
KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum
mengirimkan:
a.Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui
SPM-LS kepada pihak ketiga; atau
b.Daftar perubahan data pegawai beserta ADK
KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum
mengirimkan:
a.Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui
SPM-LS kepada pihak ketiga; atau
b.Daftar perubahan data pegawai beserta ADK
Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional
dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional
dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/atau kelebihan
penerimaan negara dapat dimintakan pengembaliannya.
Permintaan pengembalian dapat dilakukan berdasarkan surat-
surat bukti setoran yang sah.
Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/atau
kelebihan penerimaan negara harus diperhitungkan terlebih
dahulu dengan utang pada negara.
Pembayaran pengembalian dilaksanakan berdasarkan
mekanisme yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
• Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang
bersumber dari penggunaan PNBP, dilakukan sebagai
berikut:
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan
batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum
pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan.
c. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara
berdasarkan konfirmasi dari KPPN.
d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat
Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan
pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen)
dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA
maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Realisasi PNBP termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya.
Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil
1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP).
Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari
UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni.
Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP)
dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas)
dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah), dapat dilakukan untuk pengguna PNBP:
a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun
belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA;
atau
b.yang belum memperoleh Pagu Pencairan.
Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP
memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP
yang diberikan.
Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP
yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP
yang telah diberikan.
Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula
sebagai berikut:
MP = (PPP x JS) – JPS
MP : Maksimum Pencairan
PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS : jumlah setoran
JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang
diterbitkan
Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/ TUP/PTUP/GUP/GUP
Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme
dalam Peraturan Menteri ini.
Penyampaian SPM atas beban PNBP juga dilampiri :
a.bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan
b.Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format
Untuk Satker pengguna PNBP secara terpusat, penyampaian SPM mengacu
pada mekanisme penyampaian SPM bukan PNBP.
KPPN melakukan penelitian terhadap kebenaran perhitungan dalam Daftar
Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP).
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
TAHUN ANGGARAN 2013
1 Nama dan kode Kantor/Satker : (..................)
2 Nama dan kode Kegiatan : (..................)
3 Nomor dan tanggal DIPA :
4 Target Pendapatan : 100.000.000
5 Pagu Pengeluaran : 90.000.000
6 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (TA 2012) 150.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (90% x 6.a) / TA 2012 135.000.000
c. Realisasi Pencairan Dana TA yg lalu (maks. sesuai Pagu DIPA TA 2012) 90.000.000
d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c) / TA 2012 45.000.000
e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu (TA 2012) 10.000.000
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi
PNBP TA berjalan (d – e)/ TA 2013
35.000.000
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f (TA 2013) 35.000.000
 Apabila nilai rupiah 6.f yang merupakan kelebihan target PNBP tahun lalu yang akan digunakan sebagai
penambah target penerimaan TA berjalan, maka nilai realisasi SP2D TA berjalan dicantumkan pada 6.g.
sampai nilainya maksimal sebesar 6.f. atau dapat menggunakan PNBP TA berjalan sepanjang MP pada
kolom 7.b lebih besar dari realisasi SP2D pada 7.c.
 Selanjutnya angka pada 6.g dicantumkan pada kolom 7.c sesuai jenis SP2D
DAFTAR PERHITUNGAN
JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
7 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :
a. Setoran PNBP TA berjalan (TA 2013) 50.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (90% x 7.a) / (TA 2013) 45.000.000
c. Realisasi pencairan dana TA berjalan (TA 2013)
s.d SP2D lalu (termasuk jumlah SP2D yang telah dicairkan pada
huruf 6.g):
1) SP2D-UP Rp. 10.000.000
2) SP2D-TUP Rp. 5.000.000
3) SP2D-GUP Rp. 5.000.000
4) SP2D-LS Rp. 15.000.000
5) Jumlah Rp. 35.000.000
d. SPM UP/TUP/GUP/LS yang dapat diajukan berikutnya (7.b –
7.c.5) ..................................
10.000.000
Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari
realisasi SP2D 7.c.5.
Besarnya pencairan
dana PNBPsecara
keseluruhan tidak
boleh melampaui
pagu PNBPdalam
DIPA Satkeryang
bersangkutan.
Pasal 66 huruf
e
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan:
a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D;
b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau
c. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker.
• Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker, dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
• Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk:
a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode;
b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun anggaran,
jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor register; atau
c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada SPP,
SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan
transfer dana.
• Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK.
• Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat
dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK
sepanjang tidak mengubah SPM.
• Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara
tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki.
• Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang
SP2D belum diterbitkan.
• Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara
tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan.
• Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas
negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat
yang ditunjuk.
• Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih
dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN
berdasarkan permintaan KPA.
• Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D
telah mendebet Kas Negara.
PMK 134/PMK.06/2005 berserta petunjuk
pelaksanaannya yaitu Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan Nomor:
1.PER-66/PB/2005
2.PER-57/PB/2010
3.PER-11/PB/2011 dan
4.PER-41/PB/2012
Dengan diberlakukannya
PMK 190/PMK.05/2012
Dinyatakan tidak berlaku lagi
Ditjen
Perbendaharaan
Tahun 2012
SPP-LS UNTUK
PEMBAYARAN BELANJA
PEGAWAI
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG TELAH MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
PPABP
melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau
manual secara tertib, teratur, dan berkesinambungan
melakukan penatausahaan dokumen pendukung kepegawaian
dalam dosir setiap pegawai secara tertib dan teratur
memproses pembuatan Daftar Gaji induk, dan pembuatan Daftar
Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya
memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran
(SKPP)
menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan
Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data
Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada PPK
mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap
awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan tugas-tugas lain yang
berhubungan dengan belanja pegawai
PROSES BISNIS PPK - PPABPPROSES BISNIS PPK - PPABP
1. PPK:
 memerintahkan PPABP untuk merekam dokumen sumber
kepegawaian sebagai dasar perubahan data pegawai.
2. PPABP:
a. merekam seluruh elemen data setiap dokumen sumber yang
berakibat pada perubahan/mutasi data kepegawaian pada aplikasi
GPP;
b. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang
direkam ke dalam aplikasi GPP;
c. memproses perhitungan gaji, membuat ADK Perubahan Data
Pegawai, ADK Belanja Pegawai, dan Daftar Perubahan Data Pegawai
;
d. menyampaikan daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK
Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen
pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
1. PPK:
 memerintahkan PPABP untuk merekam dokumen sumber
kepegawaian sebagai dasar perubahan data pegawai.
2. PPABP:
a. merekam seluruh elemen data setiap dokumen sumber yang
berakibat pada perubahan/mutasi data kepegawaian pada aplikasi
GPP;
b. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang
direkam ke dalam aplikasi GPP;
c. memproses perhitungan gaji, membuat ADK Perubahan Data
Pegawai, ADK Belanja Pegawai, dan Daftar Perubahan Data Pegawai
;
d. menyampaikan daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK
Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen
pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PROSES BISNIS PPK - PPSPMPROSES BISNIS PPK - PPSPM
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai,
ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen
pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan
SPM(PPSPM).
2. PPSPM menguji:
a. kelengkapan dokumen pendukung SPP
b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
c. kebenaran pengisian format SPP
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai,
ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen
pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan
SPM(PPSPM).
2. PPSPM menguji:
a. kelengkapan dokumen pendukung SPP
b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
c. kebenaran pengisian format SPP
d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
2. PPSPM :
3. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan Pegawai;
4. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data
Pegawai;
5. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
6. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam
ADK SPM;
7. menandatangani SSP;
8. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK Perubahan
Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
2. PPSPM :
3. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan Pegawai;
4. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data
Pegawai;
5. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
6. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam
ADK SPM;
7. menandatangani SSP;
8. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK Perubahan
Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PROSES BISNIS PPSPM - KPPNPROSES BISNIS PPSPM - KPPN
I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai
Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus
dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan.
II. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian
antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK.
III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada daftar
gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah dicatatkan.
IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam
SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan.
I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai
Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus
dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan.
II. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian
antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK.
III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada daftar
gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah dicatatkan.
IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam
SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPNPENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
SATKERSATKER KPPNKPPN
ADK BPP
ADK SPM
Rekap Daftar Gaji
Dokumen Pendukung
Daftar Perubahan
Rekon Gaji
DB Gaji
Salah
DB SP2D
Salah
Aplikasi Gaji
Verifikasi SPM &
Cek Rekon Gaji
Benar
Aplikasi SP2D
SP2D
Hapus Data
Rekon
Pengecekan
RekonGaji
Benar
ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI
(EXISTING)
• PPKPPK
• PPABPPPABP
PP-SPMPP-SPM
ALUR PENGUJIAN GAJI PADA SATKER (TA. 2013)
Rekam Perubahan
Data Pegawai
1.Proses Gaji
2.Buat SPP
Buat ADK :
•Perubahan Data
Pegawai
•ADK Bel. Pegawai
Cetak Daftar
Perubahan
Buat ADK (final) :
•Perubahan Data
Pegawai
•ADK Bel. Pegawai
DB Gaji
Satker
Salah
Kirim ke
KPPN
Pengujian
kesesuaian
dengan dokumen
pendukung
ADK Perubahan
Daftar Perubahan
ADK Gaji
ADK SPM
SSP
SatkerSatker FO-KPPNFO-KPPN
ALUR PENGUJIAN GAJI PADA KPPN (TA. 2013)
Salah
ADK Perubahan
Daftar Perubahan
ADK Gaji
ADK SPM
SSP
DB
Gaji
Restore ADK
Perubahan
Salah
1. Transfer ADK
Perubahan
2. Scan Barcode
Daftar
Perubahan
1. Transfer ADK SPM
2. Scan Barcode SPM
3. Pengujian kesesuaian
dengan ADK Belanja
Pegawai
4. Pengujian PIN
PPSPM
5. Pengujian Pagu
Restore ADK
Bel. Pegawai
1. Transfer ADK
Bel. Pegawai
2. Pengujian
dengan ADK
Perubahan
Salah
Terima ADK
SPM
DB
SP2D
PROSES BISNIS PENCAIRAN
BELANJA PEGAWAI
(BAGI SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN
PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
PROSES BISNIS PPK - PPABPPROSES BISNIS PPK - PPABP
1. PPK:
 menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai
dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang.
2. PPABP:
a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber
yang direkam ke dalam aplikasi GPP;
b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut
dalam daftar gaji;
c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji;
d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
1. PPK:
 menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai
dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang.
2. PPABP:
a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber
yang direkam ke dalam aplikasi GPP;
b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut
dalam daftar gaji;
c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji;
d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya
kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
PROSES BISNIS PPK - PPSPMPROSES BISNIS PPK - PPSPM
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data
Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat
Penandatangan SPM(PPSPM).
c. PPSPM menguji:
d. kelengkapan dokumen pendukung SPP
e. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
f. kebenaran pengisian format SPP
g. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
h. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
i. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
j. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
1. PPK:
a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ;
b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data
Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat
Penandatangan SPM(PPSPM).
c. PPSPM menguji:
d. kelengkapan dokumen pendukung SPP
e. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK
f. kebenaran pengisian format SPP
g. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
h. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja
Anggaran Satker
i. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan
j. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam
ADK SPM;
c. menandatangani SSP;
d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap),
Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
2. PPSPM :
a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2);
b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam
ADK SPM;
c. menandatangani SSP;
d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap),
Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN.
PROSES BISNIS PPSPM - KPPNPROSES BISNIS PPSPM - KPPN
I. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap perubahan
data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar Perubahan
Data Pegawai telah didukung dengan dokumen kepegawaian
yang sah.
II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar
gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai
dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan.
III.Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan
dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji.
I. Pengujian perubahan data pegawai
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap perubahan
data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar Perubahan
Data Pegawai telah didukung dengan dokumen kepegawaian
yang sah.
II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar
gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai
dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan.
III.Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai
Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan
dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji.
PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPNPENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
1. Satker di lingkungan Kementerian Pertahanan (TNI)
2. Satker di lingkungan Polri (diberikan batas waktu sampai
dengan bulan Juni 2013)
3. Satker yang membayar Hak Keuangan Pejabat Negara (tidak
menggunakan sebutan gaji), Pejabat setingkat Menteri
(Kepala BPN dsb.), Wakil Menteri, Komisioner non Pejabat
Negara (KPAI, KPU, Komnas HAM dsb.)
4. Satker Kementerian Luar Negeri untuk gaji PNS yang
ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri
1. Satker di lingkungan Kementerian Pertahanan (TNI)
2. Satker di lingkungan Polri (diberikan batas waktu sampai
dengan bulan Juni 2013)
3. Satker yang membayar Hak Keuangan Pejabat Negara (tidak
menggunakan sebutan gaji), Pejabat setingkat Menteri
(Kepala BPN dsb.), Wakil Menteri, Komisioner non Pejabat
Negara (KPAI, KPU, Komnas HAM dsb.)
4. Satker Kementerian Luar Negeri untuk gaji PNS yang
ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri
KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN
PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI
KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN
PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI
SATKERSATKER KPPNKPPN
ADK SPM
Daftar Gaji lengkap
Dokumen Pendukung
Daftar Perubahan
Salah
DB SP2D
Salah
Verifikasi Daftar
Gaji & Dokumen
pendukung
Petugas MO
SP2D
Benar
ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI
(SATKER YANG BELUM PENGALIHAN)
Petugas FO
Verifikasi
kelengkapan
SPM

Contenu connexe

Tendances

2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...Ahmad Abdul Haq
 
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006Rizki Amalia
 
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014Joko Riswanto
 
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2BAPPEDA - PEMKAB. JOMBANG
 
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNMekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNAhmad Abdul Haq
 
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana DesaAhmad Abdul Haq
 
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...Yuni
 
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016Sebelas Maret University
 
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015enzo rc
 
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwil
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwilTata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwil
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwilpresent_ku
 
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Operator Warnet Vast Raha
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Joy Irman
 
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015Tatang Suwandi
 
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6Mohammad Ramadhan
 
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 20182018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018Ahmad Abdul Haq
 

Tendances (20)

2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
 
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
Bagan Alir Permendagri 13 tahun 2006
 
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014
TATA CARA REVISI APBN TAHUN ANGGARAN 2014
 
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
Kebijakan implementasi pkd dan peningkatan opini2
 
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPNMekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
Mekanisme pencairan reksus dan prosedur refund PHLN di KPPN
 
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa
2018-04-11 (05) Ditjen Perbendaharaan - RPD Harian DAK Fisik dan Dana Desa
 
Bagan alirsiklus permen_13_2006
Bagan alirsiklus permen_13_2006Bagan alirsiklus permen_13_2006
Bagan alirsiklus permen_13_2006
 
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 248 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEG...
 
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016
Sumardi politik anggaran perubahan apbd dprd sragen_22 juni 2016
 
Djpb spending review
Djpb spending reviewDjpb spending review
Djpb spending review
 
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015
Paparan sosialisasi-pmk-revisi- ta 2015
 
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwil
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwilTata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwil
Tata Cara Revisi DIPA TA 2014_Paparan sosialisasi-kanwil
 
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
 
Presentasi dak
Presentasi dakPresentasi dak
Presentasi dak
 
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012Kemendagri   kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
Kemendagri kebijakan pengelolaan dak perdagangan dlm apbd jan 2012
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
 
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
 
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6
System Requirements SIMDA BMD ver 2.7.0.6
 
SAPP
SAPPSAPP
SAPP
 
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 20182018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
2018-05-03 Kebijakan DAK Fisik 2018
 

En vedette

5 g peek from cmcc 20may2013
5 g peek from cmcc 20may20135 g peek from cmcc 20may2013
5 g peek from cmcc 20may2013Muljati Muli
 
Business data in Pekanbaru Riau
Business data in Pekanbaru RiauBusiness data in Pekanbaru Riau
Business data in Pekanbaru RiauMuljati Muli
 
Shorten power application payment request
Shorten power application payment requestShorten power application payment request
Shorten power application payment requestMuljati Muli
 
Wimax Pakistan Case Study
Wimax Pakistan Case StudyWimax Pakistan Case Study
Wimax Pakistan Case StudyMuljati Muli
 

En vedette (8)

LTE Vision 2020
LTE Vision 2020LTE Vision 2020
LTE Vision 2020
 
5 g peek from cmcc 20may2013
5 g peek from cmcc 20may20135 g peek from cmcc 20may2013
5 g peek from cmcc 20may2013
 
Business data in Pekanbaru Riau
Business data in Pekanbaru RiauBusiness data in Pekanbaru Riau
Business data in Pekanbaru Riau
 
Mobile lifecycle
Mobile lifecycleMobile lifecycle
Mobile lifecycle
 
Pekanbaru Riau
Pekanbaru RiauPekanbaru Riau
Pekanbaru Riau
 
TD LTE MAP GSA
TD LTE MAP GSATD LTE MAP GSA
TD LTE MAP GSA
 
Shorten power application payment request
Shorten power application payment requestShorten power application payment request
Shorten power application payment request
 
Wimax Pakistan Case Study
Wimax Pakistan Case StudyWimax Pakistan Case Study
Wimax Pakistan Case Study
 

Similaire à PAYMENT PROCESS FOR BUDGETED STATE SPENDING (Indonesia)

Slide pmk 190_pmk_05_2012
Slide pmk 190_pmk_05_2012Slide pmk 190_pmk_05_2012
Slide pmk 190_pmk_05_2012Tatang Suwandi
 
Slide-PMK-190_Materi-I.pdf
Slide-PMK-190_Materi-I.pdfSlide-PMK-190_Materi-I.pdf
Slide-PMK-190_Materi-I.pdfyudouyami
 
21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.pptssuser58c7a6
 
21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).pptmtsn2paluta02
 
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.pptpercepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.pptemailjones
 
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...GilangMargana
 
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi Negeri
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi NegeriTata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi Negeri
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi NegeriSujatmiko Wibowo
 
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptxMateri 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptxSapriyandaYand
 
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Ahmad Abdul Haq
 
Pelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaranPelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaranAry Efendi
 
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmen
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmenTugas & wewenang pejabat pembuat komitmen
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmenhanifpurwanto
 
Syarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpjSyarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpjSri Haryati
 
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022suryasaputro4
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptx
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptxSosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptx
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptxKharizaUmami1
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022Evan Evianto
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdf
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdfSosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdf
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdfWidiastutiRiduan1
 
Paparan Sesjen PK BLU-OK.ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK.pptPaparan Sesjen PK BLU-OK.ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK.pptFatihArifin
 

Similaire à PAYMENT PROCESS FOR BUDGETED STATE SPENDING (Indonesia) (20)

Slide pmk 190_pmk_05_2012
Slide pmk 190_pmk_05_2012Slide pmk 190_pmk_05_2012
Slide pmk 190_pmk_05_2012
 
Slide-PMK-190_Materi-I.pdf
Slide-PMK-190_Materi-I.pdfSlide-PMK-190_Materi-I.pdf
Slide-PMK-190_Materi-I.pdf
 
21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt
 
21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt
 
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.pptpercepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
 
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...
0cf4f_PMK_190_PMK.05_2012_TATA_CARA_PEMBAYARAN_DLM_RANGKA_PELAKSANAAN_APBN_BA...
 
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi Negeri
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi NegeriTata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi Negeri
Tata Kelola BLU pada Perguruan Tinggi Negeri
 
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptxMateri 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
 
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
Slide Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan ...
 
Pelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaranPelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaran
 
Sop apbn
Sop apbnSop apbn
Sop apbn
 
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmen
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmenTugas & wewenang pejabat pembuat komitmen
Tugas & wewenang pejabat pembuat komitmen
 
Sop pengelolaan apbd 2015
Sop pengelolaan apbd 2015Sop pengelolaan apbd 2015
Sop pengelolaan apbd 2015
 
Syarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpjSyarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpj
 
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022
Paparan Sosialisasi tentang PMK 210 Tahun 2022
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptx
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptxSosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptx
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pptx
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022
 
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdf
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdfSosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdf
Sosialisasi PMK 210 Tahun 2022.pdf
 
Paparan Sesjen PK BLU-OK (1).ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK (1).pptPaparan Sesjen PK BLU-OK (1).ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK (1).ppt
 
Paparan Sesjen PK BLU-OK.ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK.pptPaparan Sesjen PK BLU-OK.ppt
Paparan Sesjen PK BLU-OK.ppt
 

Plus de Muljati Muli

Wimax deployment considerations
Wimax deployment considerationsWimax deployment considerations
Wimax deployment considerationsMuljati Muli
 
Tatacara pengadaan pemerintah
Tatacara pengadaan pemerintahTatacara pengadaan pemerintah
Tatacara pengadaan pemerintahMuljati Muli
 
Sustaining market through supply chain
Sustaining market through supply chainSustaining market through supply chain
Sustaining market through supply chainMuljati Muli
 
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2Muljati Muli
 
Fishbone diagram template
Fishbone diagram templateFishbone diagram template
Fishbone diagram templateMuljati Muli
 
Why retail stores fail
Why retail stores failWhy retail stores fail
Why retail stores failMuljati Muli
 
Making yourself indispensable
Making yourself indispensableMaking yourself indispensable
Making yourself indispensableMuljati Muli
 
Deliver presentation like Steve Jobs
Deliver presentation like Steve JobsDeliver presentation like Steve Jobs
Deliver presentation like Steve JobsMuljati Muli
 
Indonesia Submarine Cables
Indonesia Submarine CablesIndonesia Submarine Cables
Indonesia Submarine CablesMuljati Muli
 

Plus de Muljati Muli (10)

Wimax deployment considerations
Wimax deployment considerationsWimax deployment considerations
Wimax deployment considerations
 
Tatacara pengadaan pemerintah
Tatacara pengadaan pemerintahTatacara pengadaan pemerintah
Tatacara pengadaan pemerintah
 
Sustaining market through supply chain
Sustaining market through supply chainSustaining market through supply chain
Sustaining market through supply chain
 
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2
Lean manufacturing toyota indonesia 2011_2
 
Fishbone diagram template
Fishbone diagram templateFishbone diagram template
Fishbone diagram template
 
Career guide
Career guideCareer guide
Career guide
 
Why retail stores fail
Why retail stores failWhy retail stores fail
Why retail stores fail
 
Making yourself indispensable
Making yourself indispensableMaking yourself indispensable
Making yourself indispensable
 
Deliver presentation like Steve Jobs
Deliver presentation like Steve JobsDeliver presentation like Steve Jobs
Deliver presentation like Steve Jobs
 
Indonesia Submarine Cables
Indonesia Submarine CablesIndonesia Submarine Cables
Indonesia Submarine Cables
 

PAYMENT PROCESS FOR BUDGETED STATE SPENDING (Indonesia)

  • 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN INTEGRITAS | PROFESIONALISME | SINERGI | PELAYANAN | KESEMPURNAAN
  • 2. PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA PENYELESAIAN TAGIHAN NEGARA MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN UANG PERSEDIAAN DAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN MEKANISME PEMBAYARAN DENGAN LSMEKANISME PEMBAYARAN DENGAN LS PENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPMPENGUJIAN SPP DAN PENERBITAN SPM PENERBITAN SP2DPENERBITAN SP2D PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN PEMBAYARAN TAGIHAN YANG BERSUMBER DARI PENGGUNAAN PNBP
  • 3. PEMBAYARAN TAGIHAN UNTUK KEGIATAN YANG BERSUMBER DARI PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI KOREKSI/RALAT, PEMBATALAN SPP, SPM DAN SP2D PELAKSANAAN PEMBAYARAN PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN PELAPORAN REALISASI ANGGARAN PELAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERNAL MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN
  • 4.
  • 5. KUASA PENGGUNA ANGGARAN Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:  menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA; dan  menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan PPSPM Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang:  menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA; dan  menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan PPSPM Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio. Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA. Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA. Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
  • 6. PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:  Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;  Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;  Satker sementara;  Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau  Satker Lembaga Negara. Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk : 1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA. 2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. Contoh: A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA. B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA. PA dapat menunjuk pejabat lain selain kepala Satker sebagai KPA dlm hal:  Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;  Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;  Satker sementara;  Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau  Satker Lembaga Negara. Dalam hal Satker yang pimpinannya bukan PNS, PA dapat menunjuk : 1. Pejabat lain yang berstatus PNS sebagai KPA. 2. Kepala Satker sebagai KPA dengan mempertimbangkan efektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan kegiatan, dan pencapaian output/kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan. Contoh: A. Satker A, Kepala Satkernya bukan PNS, pejabat di bawah kepala Satker adalah PNS. Maka pejabat di bawah Kepala Satker dapat ditunjuk sebagai KPA. B. Satker B, Kepala Satkernya bukan PNS, terdapat PNS yang jabatan rendah atau dianggap tidak mampu menjadi KPA. Maka Kepala Satker yang bukan PNS dapat ditunjuk sebagai KPA.
  • 7. • KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker; • Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/ diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan. • PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan. • Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran, dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN. • KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan/atau PPSPM kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan cap/stempel Satker; • Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/ diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti dengan surat keputusan dan berlaku sejak serah terima jabatan. • PPK dan PPSPM yang penunjukannya berakhir bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan. • Penetapan PPK dan PPSPM tidak terikat periode tahun anggaran, dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau PPSPM, maka pada awal tahun anggaran, KPA menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
  • 8. 1. menyusun DIPA 2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara; 3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran belanja Negara; 4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan; 5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana; 6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana; 7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan 8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 1. menyusun DIPA 2. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja Negara; 3. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan perintah pembayaran atas beban anggaran belanja Negara; 4. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelola anggaran/keuangan; 5. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana; 6. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan penarikan dana; 7. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan 8. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 9. a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana; b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan; d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan; f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan. a. mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana; b. merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; c. menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian tagihan atas beban APBN dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan; d. melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; e. melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA serta rencana yang telah ditetapkan; f. merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban APBN sesuai dengan keluaran (output) yang ditetapkan dalam DIPA; dan g. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
  • 10. 1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA; – menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya; – menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP – mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA • menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa • membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa • melaksanakan kegiatan swakelola • memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang dilakukannya • mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak; • menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara 2. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan/atau 3. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai 1. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA; – menyusun jadwal waktu pelaksanaan kegiatan termasuk rencana penarikan dananya; – menyusun perhitungan kebutuhan UP/TUP sebagai dasar pembuatan SPP-UP/TUP – mengusulkan revisi POK/DIPA kepada KPA • menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa • membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa • melaksanakan kegiatan swakelola • memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang dilakukannya • mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak; • menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara 2. menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan/atau 3. menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai
  • 11. 8. membuat dan menandatangani SPP 9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA  pelaksanaan kegiatan  penyelesaian kegiatan  penyelesaian tagihan kepada negara 10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan 11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan 12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 9. memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; 10. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan; 11. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan 12. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa. 8. membuat dan menandatangani SPP 9. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA  pelaksanaan kegiatan  penyelesaian kegiatan  penyelesaian tagihan kepada negara 10. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara Penyerahan 11. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan 12. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa; 9. memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; 10. mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi kegiatan; 11. memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara; dan 12. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada penyedia barang/jasa.
  • 12. a. kelengkapan dokumen tagihan b. kebenaran perhitungan tagihan c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak a. kelengkapan dokumen tagihan b. kebenaran perhitungan tagihan c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban APBN d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak f. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrakengenai hak tagih kepada negara; dan g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen perjanjian/kontrak Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang meliputi: Dalam menerbitkan SPP, PPK melakukan pengujian yang meliputi:
  • 13. Tugas dan Wewenang PPSPMTugas dan Wewenang PPSPM
  • 14. Tugas dan Wewenang PPSPMTugas dan Wewenang PPSPM
  • 15. • Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran; • Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepala satker • Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran. • Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepada Kepala KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) • Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM. • Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku • Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran. • Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan; • Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran; • Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepala satker • Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran. • Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepada Kepala KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) • Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM. • Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku • Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran. • Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan; BENDAHARA PENGELUARANBENDAHARA PENGELUARAN
  • 16.
  • 17. 1. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya 2. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK 3. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK yaitu: a. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar, jadwal waktu pembayaran, dan menguji ketersediaan dana yang bersangkutan. b. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak; dan c. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit). 4. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan 5. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari pembayaran yang dilakukannya 6. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara 7. mengelola rekening tempat penyimpanan UP 8. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala KPPN selaku kuasa BUN
  • 18. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) Tugas BPP meliputi: 1.Menerima dan menyimpan UP 2.melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP; 3.melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK 4.menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan; 5.melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada negara 6.menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara 7.menatausahakan transaksi UP 8.menyelenggarakan pembukuan transaksi UP 9.mengelola rekening tempat penyimpanan UP Tugas BPP meliputi: 1.Menerima dan menyimpan UP 2.melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya bersumber dari UP; 3.melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP berdasarkan perintah PPK 4.menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan; 5.melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang dilakukannya atas kewajiban kepada negara 6.menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara 7.menatausahakan transaksi UP 8.menyelenggarakan pembukuan transaksi UP 9.mengelola rekening tempat penyimpanan UP
  • 19.
  • 20.  Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen.  Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk: – Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau – Penetapan keputusan  Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk: – pelaksanaan belanja pegawai – pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola; – pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau – pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang kepada penerima bantuan;  Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada DIPA yang mengakibatkan pengeluaran negara, dilakukan melalui pembuatan komitmen.  Pembuatan komitmen dilakukan dalam bentuk: – Perjanjian/kontrak untuk pengadaan barang/jasa; dan/atau – Penetapan keputusan  Pembuatan komitmen melalui penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran negara antara lain untuk: – pelaksanaan belanja pegawai – pelaksanaan perjalanan dinas yang dilaksanakan secara swakelola; – pelaksanaan kegiatan swakelola, termasuk pembayaran honorarium kegiatan; atau – pelaksanaan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer uang kepada penerima bantuan; PEMBUATAN KOMITMENPEMBUATAN KOMITMEN
  • 21. Bukti-bukti Pendukung atas perjanjian/kontrak  Bukti perjanjian/kontrak  Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa  Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan  Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang  Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan  Berita Acara Pembayaran  Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;  Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;  Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau  Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.  Bukti perjanjian/kontrak  Referensi Bank yang menunjukkan nama dan nomor rekening penyedia barang/jasa  Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan  Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang  Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan  Berita Acara Pembayaran  Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa dan PPK, yang dibuat sesuai format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;  Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak/Bendahara Pengeluaran;  Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau  Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.  Surat Keputusan  Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas  Daftar penerima pembayaran; dan/atau  Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.  Surat Keputusan  Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas  Daftar penerima pembayaran; dan/atau  Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan. Bukti-bukti Pendukung atas Penetapan Keputusan
  • 22.  Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN yang meliputi data: – nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang digunakan – nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA – nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker – uraian pekerjaan yang diperjanjikan – data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran – jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan; – ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi – addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut – cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:  sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau  secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).  Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.  Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum pada SPM.  Atas perjanjian/kontrak yang akan dibayar melalui SPM-LS, PPK mencatatkan perjanjian/kontrak dan menyampaikan paling lambat 5 hari kerja setelah ditandatangani perjanjian/kontrak tersebut ke KPPN yang meliputi data: – nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan, output, dan akun yang digunakan – nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA – nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker – uraian pekerjaan yang diperjanjikan – data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor rekening penerima pembayaran – jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa pemeliharaan apabila dipersyaratkan; – ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi – addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada perjanjian/kontrak tersebut – cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:  sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau  secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).  Alokasi dana yang sudah tercatat dan terikat dengan perjanjian/kontrak tidak dapat digunakan lagi untuk kebutuhan lain.  Data perjanjian/kontrak dalam Kartu Pengawasan Kontrak KPPN, digunakan untuk menguji kesesuaian tagihan yang tercantum pada SPM. Pencatatan Komitmen oleh KPPNPencatatan Komitmen oleh KPPN
  • 23.
  • 24. Penerbitan SPP LS :Penerbitan SPP LS : Belanja PegawaiBelanja Pegawai Langganan Daya dan JasaLangganan Daya dan Jasa Perjalanan DinasPerjalanan Dinas Pengadaan TanahPengadaan Tanah HonorariumHonorarium
  • 25. Dilengkapi dengan: 1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA; 2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran; 3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran. Dilengkapi dengan: 1. Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA; 2. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran; 3. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran. Dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah. Dilengkapi dengan dokumen pendukung berupa surat tagihan penggunaan daya dan jasa yang sah.
  • 26. Dilengkapi dengan: 1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri: a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap. 2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar nominatif perjalanan dinas. 3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat. 4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap. Dilengkapi dengan: 1. perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri: a. Daftar nominatif perjalanan dinas; dan b. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap. 2. perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri daftar nominatif perjalanan dinas. 3. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 ditandatangani oleh PPK yang memuat paling kurang informasi mengenai pihak yang melaksanakan perjalanan dinas (nama, pangkat/golongan), tujuan, tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat. 4. perjalanan dinas pindah, dilampiri dengan Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pindah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap.
  • 27. Dilengkapi dengan: 1.Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-masing penerima; 2.foto copy bukti kepemilikan tanah; 3.bukti pembayaran/kuitansi; 4.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun transaksi; 5.Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan; 6.Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa; 7.Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa; 8.Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah; 9.SSP PPh final atas pelepasan hak; 10.Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan 11.Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang- undangan mengenai pengadaan tanah. Dilengkapi dengan: 1.Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang dan nomor rekening masing-masing penerima; 2.foto copy bukti kepemilikan tanah; 3.bukti pembayaran/kuitansi; 4.Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB) tahun transaksi; 5.Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam sengketa dan tidak sedang dalam agunan; 6.Pernyataan dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa Pengadilan Negeri tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal tanah sengketa; 7.Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah Lainnya, dalam hal tanah sengketa; 8.Berita acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah; 9.SSP PPh final atas pelepasan hak; 10.Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan 11.Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang- undangan mengenai pengadaan tanah.
  • 28. SPP-LS untuk pembayaran belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 4 (empat) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar. SPP-LS untuk pembayaran gaji induk/bulanan diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat tanggal 5 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 5 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, penyampaian SPP-LS kepada PPSPM dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum tanggal 5. SPP-LS untuk pembayaran non belanja pegawai diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dokumen pendukung diterima secara lengkap dan benar dari penerima hak. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi, belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri. Penerbitan SPP-LS untuk pembayaran belanja pembayaran kewajiban utang, belanja subsidi, belanja hibah, masing-masing diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
  • 29.
  • 30. 1. UP digunakan untuk keperluan membiayai kegiatan operasional sehari-hari Satker dan membiayai pengeluaran yang tidak dapat dilakukan melalui mekanisme Pembayaran LS. 2. UP merupakan uang muka kerja dari Kuasa BUN kepada Bendahara Pengeluaran yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). 3. Pembayaran dengan UP yang dapat dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran/BPP kepada 1 (satu) penerima/ penyedia barang/jasa paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kecuali untuk pembayaran honorarium dan perjalanan dinas. 4. Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP yang ada pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
  • 31. 5. UP dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:  Belanja Barang;  Belanja Modal; dan  Belanja Lain-lain. 6. Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih tersedia dalam DIPA. 7. Penggantian UP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen). 8. Setiap BPP mengajukan penggantian UP melalui Bendahara Pengeluaran, apabila UP yang dikelolanya telah dipergunakan paling sedikit 50% (lima puluh persen).
  • 32. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP. Kepala KPPN menyampaikan surat pemberitahuan kepada KPA, 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP. 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan, belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen). 1 (satu) bulan sejak disampaikan surat pemberitahuan, belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 25% (dua puluh lima persen). Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara: memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara. Pemotongan dana UP dilakukan dengan cara: memperhitungkan potongan UP dlm SPM dan/atau menyetorkan ke Kas Negara. Ilustrasi : UP: 100 Juta 10 Januari UP: 100 Juta 10 Januari S.D 10 Maret belum ajukan GUP S.D 10 Maret belum ajukan GUP Kepala KPPN menyampaikan Surat Kepala KPPN menyampaikan Surat S.D 10 April belum ajukan GUP UP dipotong 25% S.D 10 April belum ajukan GUP UP dipotong 25% Pemotongan pada SPM GUP atau disetor Pemotongan pada SPM GUP atau disetor Setelah dipotong/disetor UP, pengajuan GUP berikutnya diawasi Setelah dipotong/disetor UP, pengajuan GUP berikutnya diawasi S.D 10 Mei belum ajukan GUP UP dipotong 50% S.D 10 Mei belum ajukan GUP UP dipotong 50% 1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen). 1 (satu) bulan berikutnya jika belum dilakukan pengajuan penggantian UP, Kepala KPPN memotong UP sebesar 50% (lima puluh persen).
  • 33. KPA mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan melalui UP Pemberian UP diberikan paling banyak: a. Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah); b. Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah); c. Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.6.000.000.000 (enam miliar rupiah); atau d. Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja yang bisa dibayarkan melalui UP diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah). Persetujuan perubahan besaran UP dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
  • 34. 1. Persetujuan TUP dilakukan oleh Kepala KPPN (nilai berapapun) dengan disertai: – Rincian Rencana Pengguna TUP; dan – Surat Pernyataan dari KPA bahwa TUP:  digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan; dan  tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS. 2. Kepala KPPN melakukan penilaian atas pengajuan TUP meliputi: – pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP bukan merupakan pengeluaran yang harus dilakukan dengan pembayaran LS; – pengeluaran pada rincian rencana penggunaan TUP masih/cukup tersedia dananya dalam DIPA; – TUP sebelumnya sudah dipertanggungjawabkan seluruhnya; dan – TUP sebelumnya yang tidak digunakan telah disetor ke Kas Negara. 3. KPA dapat mengajukan permintaan TUP untuk kebutuhan melebihi waktu 1 (satu) bulan dengan pertimbangan kegiatan yang akan dilaksanakan memerlukan waktu melebihi 1 (satu) bulan.
  • 35. 4. TUP harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan dan dapat dilakukan secara bertahap. 5. Bila 1 bulan (sesuai waktu pertanggungjawab UP) belum dilakukan pengesahan dan pertanggungjawaban TUP, maka Kepala KPPN menyampaikan surat teguran TP kepada KPA. 6. Sisa TUP yang tidak habis digunakan harus disetor ke Kas Negara paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah batas waktu pengajuan pertanggungjawaban TUP. (SPM-PTUP) 7. Kepala KPPN dapat menyetujui permohonan perpanjangan pertanggungjawaban TUP melampaui 1 (satu) bulan, dengan pertimbangan: – KPA harus mempertanggungjawabkan TUP yang telah dipergunakan; dan – KPA menyampaikan pernyataan kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan sisa TUP tidak lebih dari 1 (satu) bulan berikutnya.
  • 36. 1. Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang dilampiri bukti2 pengeluaran yang disetujui dan ditandatangani oleh PPK. 2. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang muka kerja, SPBy dilampiri: – rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran; – rincian kebutuhan dana; dan – batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja; 3. Berdasarkan SPBy yang diterimanya, Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan: 4. pengujian atas tagihan pada SPBy; dan 5. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan dan menyetorkan ke kas negara. 6. Dalam hal pengujian SPBy tidak memenuhi persyaratan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus menolak SPBy yang diajukan oleh PPK. 7. Dalam hal sampai batas waktu pertanggungjawaban , penerima uang muka kerja belum menyampaikan bukti pengeluaran, Bendahara Pengeluaran/BPP menyampaikan permintaan tertulis agar penerima uang muka kerja segera mempertanggungjawabkan uang muka kerja.
  • 37.  PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.  Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut: a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran; b. Bukti pengeluaran; c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan d. faktur pajak (jika ada)  Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.  SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.  PPK menerbitkan SPP-GUP untuk pengisian kembali UP.  Penerbitan SPP-GUP dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut: a. Daftar Rincian Permintaan Pembayaran; b. Bukti pengeluaran; c. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN; dan d. faktur pajak (jika ada)  Sisa dana dalam DIPA yang dapat dilakukan pembayaran dengan UP minimal sama dengan nilai UP yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran.  SPP-GUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah bukti-bukti pendukung diterima secara lengkap dan benar.
  • 38.  Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan SPP-GUP  Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:  sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;  sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau  UP tidak diperlukan lagi.  Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/ pertanggungjawaban UP.  Dokumen pendukung SPP-GUP Nihil sama dengan SPP-GUP  Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal:  sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal sama dengan besaran UP yang diberikan;  sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun anggaran; atau  UP tidak diperlukan lagi.  Penerbitan SPP-GUP Nihil merupakan pengesahan/ pertanggungjawaban UP.
  • 39.  PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi: a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran; b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS; c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari Kepala KPPN.  SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dan Kepala KPPN  PPK menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi dengan dokumen meliputi: a. Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran; b. Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menyatakan bahwa TUP digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan dan tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS; c. Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP dari Kepala KPPN.  SPP TUP diterbitkan oleh PPK dan disampaikan kepada PPSPM paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dan Kepala KPPN
  • 40.  PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/ pertanggungjawaban atas TUP  Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP: a. Daftar rincian penerimaan pembayaran; b. Bukti pengeluaran:  Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta fatur pajak dan SSP; dan  Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan PPK a. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.  SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.  PPK menerbitkan SPP-PTUP sebagai pengesahan/ pertanggungjawaban atas TUP  Dokumen pendukung penerbitan SPP-PTUP: a. Daftar rincian penerimaan pembayaran; b. Bukti pengeluaran:  Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta fatur pajak dan SSP; dan  Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan yang telah disahkan PPK a. SSP yang telah dikonfirmasi KPPN.  SPP-PTUP disampaikan kepada PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir pertanggungjawaban TUP.
  • 41.
  • 42. a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP; b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK; c. kebenaran pengisian format SPP; d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker; e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana kerja anggaran satker; f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan /kelengkapan pembayaran belanja pegawai; g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi persyaratan/ kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa; h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan; i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari pihak yang mempunyai hak tagih; j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam perjanjian kontrak.
  • 43. 1. Jangka waktu penerbitan:  SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;  SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;  SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja; dan  SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja. 2. Dalam hal PPSPM menolak/mengembalikan SPP karena dokumen pendukung tagihan tidak lengkap dan benar, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah diterimanya SPP. 3. Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM disimpan oleh PPSPM, menjadi bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
  • 44. 5. Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 6. SPM yang diterbitkan melalui sistem aplikasi SPM tersebut memuat Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah. 7. Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung jawab atas: a. keamanan data pada aplikasi SPM; b. kebenaran SPM dan kesesuaian antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM; dan c. penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada ADK SPM.
  • 45. 1. PPSPM menyampaikan SPM dalam rangkap 2 (dua) beserta ADK SPM kepada KPPN. 2. Penyampaian SPM-UP, SPM-TUP, dan SPM-LS diatur sebagai berikut: a. SPM-UP dilampiri surat pernyataan dari KPA yang dibuat sesuai format; b. SPM-TUP dilampiri surat persetujuan pemberian TUP dari Kepala KPPN; atau c. SPM-LS dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP) dan/atau bukti setor lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima. 3. Penyampaian SPM atas beban pinjaman/hibah luar negeri, disamping mengacu pada angka 1 dan 2 juga disertai dengan Faktur Pajak. 4. Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas perjanjian/kontrak, juga dilampiri dengan: a. Asli surat jaminan uang muka; b. Asli surat kuasa bematerai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN untuk mencairkan jaminan uang muka; dan c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
  • 46. 5. PPSPM menyampaikan SPM kepada KPPN paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan. 6. SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran. Dalam hal tanggal 15 merupakan hari libur atau hari yang dinyatakan libur, maka penyampaian SPM-LS untuk pembayaran gaji induk kepada KPPN dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15, kecuali untuk Satker yang kondisi geografis dan transportasinya sulit, dengan memperhitungkan waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.
  • 47. • Penyampaian SPM kepada KPPN dilakukan oleh Petugas Pengantar SPM yang sah dan ditetapkan oleh KPA dengan ketentuan sebagai berikut: a. Petugas Pengantar SPM menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM melalui front office Penerimaan SPM pada KPPN; b. Petugas Pengantar SPM harus menunjukkan Kartu Identitas Petugas Satker (KIPS) pada saat menyampaikan SPM kepada Petugas Front Office; dan c. Dalam hal SPM tidak dapat disampaikan secara langsung ke KPPN, penyampaian SPM beserta dokumen pendukung dan ADK SPM dapat melalui Kantor Pos/Jasa Pengiriman resmi. d. Untuk penyampaian SPM melalui kantor pos/jasa pengiriman resmi, KPA terlebih dahulu menyampaikan konfirmasi/ pemberitahuan kepada Kepala KPPN.
  • 48.
  • 49. Penelitian dan Pengujian SPM oleh KPPN  SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D.  Dalam pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukan penelitian dan pengujian atas SPM yang disampaikan oleh PPSPM.
  • 50.
  • 51. KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat. KPPN menerbitkan SP2D setelah penelitian dan pengujian telah memenuhi syarat. Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung secara tertulis. Dalam hal hasil penelitian dan pengujian tidak memenuhi syarat, Kepala KPPN mengembalikan SPM beserta dokumen pendukung secara tertulis. KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum mengirimkan: a.Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui SPM-LS kepada pihak ketiga; atau b.Daftar perubahan data pegawai beserta ADK KPPN tidak dapat menerbitkan SP2D apabila Satker belum mengirimkan: a.Data perjanjian/kontrak beserta ADK untuk pembayaran melalui SPM-LS kepada pihak ketiga; atau b.Daftar perubahan data pegawai beserta ADK Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan. Penyelesaian SP2D dilakukan dengan prosedur standar operasional dan norma waktu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
  • 52.
  • 53. Setiap keterlanjuran setoran ke Kas Negara dan/atau kelebihan penerimaan negara dapat dimintakan pengembaliannya. Permintaan pengembalian dapat dilakukan berdasarkan surat- surat bukti setoran yang sah. Pembayaran pengembalian keterlanjuran setoran dan/atau kelebihan penerimaan negara harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang pada negara. Pembayaran pengembalian dilaksanakan berdasarkan mekanisme yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
  • 54.
  • 55. • Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut: a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan merupakan maksimum pencairan dana yang dapat dilakukan oleh Satker berkenaan. c. Satker dapat menggunakan PNBP setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasi dari KPPN. d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat, pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan. e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA. f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
  • 56. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari realisasi PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Realisasi PNBP termasuk sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu) bulan dengan memperhatikan batas Maksimum Pencairan (MP). Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP yang berasal dari Rupiah Murni. Satker pengguna PNBP yang belum memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dapat dilakukan untuk pengguna PNBP: a. yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari pagu dana PNBP pada DIPA; atau b.yang belum memperoleh Pagu Pencairan.
  • 57. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker pengguna PNBP memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang diberikan. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan terhadap Satker pengguna PNBP yang telah memperoleh Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP melebihi UP yang telah diberikan. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula sebagai berikut: MP = (PPP x JS) – JPS MP : Maksimum Pencairan PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan JS : jumlah setoran JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan
  • 58. Tata cara penerbitan dan pengujian SPP dan SPM-UP/ TUP/PTUP/GUP/GUP Nihil/LS dari dana yang bersumber dari PNBP mengacu pada mekanisme dalam Peraturan Menteri ini. Penyampaian SPM atas beban PNBP juga dilampiri : a.bukti setor PNBP yang telah dikonfirmasi oleh KPPN; dan b.Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP) dibuat sesuai format Untuk Satker pengguna PNBP secara terpusat, penyampaian SPM mengacu pada mekanisme penyampaian SPM bukan PNBP. KPPN melakukan penelitian terhadap kebenaran perhitungan dalam Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan (MP).
  • 59. DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP TAHUN ANGGARAN 2013 1 Nama dan kode Kantor/Satker : (..................) 2 Nama dan kode Kegiatan : (..................) 3 Nomor dan tanggal DIPA : 4 Target Pendapatan : 100.000.000 5 Pagu Pengeluaran : 90.000.000 6 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana : a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (TA 2012) 150.000.000 b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (90% x 6.a) / TA 2012 135.000.000 c. Realisasi Pencairan Dana TA yg lalu (maks. sesuai Pagu DIPA TA 2012) 90.000.000 d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c) / TA 2012 45.000.000 e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu (TA 2012) 10.000.000 f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi PNBP TA berjalan (d – e)/ TA 2013 35.000.000 g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f (TA 2013) 35.000.000  Apabila nilai rupiah 6.f yang merupakan kelebihan target PNBP tahun lalu yang akan digunakan sebagai penambah target penerimaan TA berjalan, maka nilai realisasi SP2D TA berjalan dicantumkan pada 6.g. sampai nilainya maksimal sebesar 6.f. atau dapat menggunakan PNBP TA berjalan sepanjang MP pada kolom 7.b lebih besar dari realisasi SP2D pada 7.c.  Selanjutnya angka pada 6.g dicantumkan pada kolom 7.c sesuai jenis SP2D
  • 60. DAFTAR PERHITUNGAN JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP 7 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya : a. Setoran PNBP TA berjalan (TA 2013) 50.000.000 b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (90% x 7.a) / (TA 2013) 45.000.000 c. Realisasi pencairan dana TA berjalan (TA 2013) s.d SP2D lalu (termasuk jumlah SP2D yang telah dicairkan pada huruf 6.g): 1) SP2D-UP Rp. 10.000.000 2) SP2D-TUP Rp. 5.000.000 3) SP2D-GUP Rp. 5.000.000 4) SP2D-LS Rp. 15.000.000 5) Jumlah Rp. 35.000.000 d. SPM UP/TUP/GUP/LS yang dapat diajukan berikutnya (7.b – 7.c.5) .................................. 10.000.000 Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari realisasi SP2D 7.c.5.
  • 61. Besarnya pencairan dana PNBPsecara keseluruhan tidak boleh melampaui pagu PNBPdalam DIPA Satkeryang bersangkutan. Pasal 66 huruf e
  • 62.
  • 63. • Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan: a. Perubahan jumlah uang pada SPP, SPM dan SP2D; b. Sisa pagu anggaran pada DIPA/POK menjadi minus; atau c. perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker. • Dalam hal diperlukan perubahan kode Bagian Anggaran, eselon I, dan Satker, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan. • Koreksi/ralat SPP, SPM, dan SP2D dapat dilakukan untuk: a. Memperbaiki uraian pengeluaran dan kode BAS selain perubahan kode; b. pencantuman kode pada SPM yang meliputi kode jenis SPM, cara bayar, tahun anggaran, jenis pembayaran, sifat pembayaran, sumber dana, cara penarikan, nomor register; atau c. koreksi/ralat penulisan nomor dan nama rekening, nama bank yang tercantum pada SPP, SPM dan SP2D beserta dokumen pendukungnya yang disebabkan terjadinya kegagalan transfer dana. • Koreksi/ralat SPM dan ADK SPM hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat SPM dan ADK SPM secara tertulis dari PPK. • Koreksi/ralat kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) pada ADK SPM dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi/ralat ADK SPM secara tertulis dari PPK sepanjang tidak mengubah SPM. • Koreksi/ralat SP2D hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan koreksi SP2D secara tertulis dari PPSPM dengan disertai SPM dan ADK yang telah diperbaiki.
  • 64. • Pembatalan SPP hanya dapat dilakukan oleh PPK sepanjang SP2D belum diterbitkan. • Pembatalan SPM hanya dapat dilakukan oleh PPSPM secara tertulis sepanjang SP2D belum diterbitkan. • Dalam hal SP2D telah diterbitkan dan belum mendebet kas negara, pembatalan SPM dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk. • Koreksi SP2D atau daftar nominatif untuk penerima lebih dari satu rekening hanya dapat dilakukan oleh Kepala KPPN berdasarkan permintaan KPA. • Pembatalan SP2D tidak dapat dilakukan dalam hal SP2D telah mendebet Kas Negara.
  • 65. PMK 134/PMK.06/2005 berserta petunjuk pelaksanaannya yaitu Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: 1.PER-66/PB/2005 2.PER-57/PB/2010 3.PER-11/PB/2011 dan 4.PER-41/PB/2012 Dengan diberlakukannya PMK 190/PMK.05/2012 Dinyatakan tidak berlaku lagi
  • 68. PROSES BISNIS PENCAIRAN BELANJA PEGAWAI (BAGI SATKER YANG TELAH MELAKUKAN PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
  • 69. PPABP melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual secara tertib, teratur, dan berkesinambungan melakukan penatausahaan dokumen pendukung kepegawaian dalam dosir setiap pegawai secara tertib dan teratur memproses pembuatan Daftar Gaji induk, dan pembuatan Daftar Permintaan Perhitungan Belanja Pegawai lainnya memproses pembuatan Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) menyampaikan Daftar Permintaan Belanja Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada PPK mencetak Kartu Pengawasan Belanja Pegawai Perorangan setiap awal tahun dan/atau apabila diperlukan; dan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan belanja pegawai
  • 70. PROSES BISNIS PPK - PPABPPROSES BISNIS PPK - PPABP 1. PPK:  memerintahkan PPABP untuk merekam dokumen sumber kepegawaian sebagai dasar perubahan data pegawai. 2. PPABP: a. merekam seluruh elemen data setiap dokumen sumber yang berakibat pada perubahan/mutasi data kepegawaian pada aplikasi GPP; b. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang direkam ke dalam aplikasi GPP; c. memproses perhitungan gaji, membuat ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, dan Daftar Perubahan Data Pegawai ; d. menyampaikan daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). 1. PPK:  memerintahkan PPABP untuk merekam dokumen sumber kepegawaian sebagai dasar perubahan data pegawai. 2. PPABP: a. merekam seluruh elemen data setiap dokumen sumber yang berakibat pada perubahan/mutasi data kepegawaian pada aplikasi GPP; b. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang direkam ke dalam aplikasi GPP; c. memproses perhitungan gaji, membuat ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, dan Daftar Perubahan Data Pegawai ; d. menyampaikan daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
  • 71. PROSES BISNIS PPK - PPSPMPROSES BISNIS PPK - PPSPM 1. PPK: a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ; b. menyampaikan SPP dilengkapi daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan SPM(PPSPM). 2. PPSPM menguji: a. kelengkapan dokumen pendukung SPP b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK c. kebenaran pengisian format SPP d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan 1. PPK: a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ; b. menyampaikan SPP dilengkapi daftar gaji, ADK Perubahan Data Pegawai, ADK Belanja Pegawai, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan SPM(PPSPM). 2. PPSPM menguji: a. kelengkapan dokumen pendukung SPP b. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK c. kebenaran pengisian format SPP d. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker e. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker f. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan g. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
  • 72. 2. PPSPM : 3. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan Pegawai; 4. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data Pegawai; 5. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2); 6. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam ADK SPM; 7. menandatangani SSP; 8. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN. 2. PPSPM : 3. mencetak dan menandatangani Daftar Perubahan Pegawai; 4. membuat ADK Belanja Pegawai dan ADK Perubahan Data Pegawai; 5. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2); 6. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam ADK SPM; 7. menandatangani SSP; 8. SPM, ADK SPM, Daftar Perubahan Pegawai, ADK Perubahan Data Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN. PROSES BISNIS PPSPM - KPPNPROSES BISNIS PPSPM - KPPN
  • 73. I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan. II. Pengujian perubahan data pegawai Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK. III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada daftar gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah dicatatkan. IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan. I. Pencatatan Perubahan Data Pegawai Dokumen kepegawaian pada dasarnya adalah komitmen yang harus dicatat lebih dulu sebelum tagihan diajukan. II. Pengujian perubahan data pegawai Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa terdapat kesesuaian antara Daftar Perubahan Data Pegawai dengan ADK. III. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk menguji bahwa setiap perubahan eleman pada daftar gaji didukung dengan dokumen kepegawaian yang telah dicatatkan. IV. Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji yang telah dicatatkan. PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPNPENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
  • 74. SATKERSATKER KPPNKPPN ADK BPP ADK SPM Rekap Daftar Gaji Dokumen Pendukung Daftar Perubahan Rekon Gaji DB Gaji Salah DB SP2D Salah Aplikasi Gaji Verifikasi SPM & Cek Rekon Gaji Benar Aplikasi SP2D SP2D Hapus Data Rekon Pengecekan RekonGaji Benar ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI (EXISTING)
  • 75. • PPKPPK • PPABPPPABP PP-SPMPP-SPM ALUR PENGUJIAN GAJI PADA SATKER (TA. 2013) Rekam Perubahan Data Pegawai 1.Proses Gaji 2.Buat SPP Buat ADK : •Perubahan Data Pegawai •ADK Bel. Pegawai Cetak Daftar Perubahan Buat ADK (final) : •Perubahan Data Pegawai •ADK Bel. Pegawai DB Gaji Satker Salah Kirim ke KPPN Pengujian kesesuaian dengan dokumen pendukung ADK Perubahan Daftar Perubahan ADK Gaji ADK SPM SSP
  • 76. SatkerSatker FO-KPPNFO-KPPN ALUR PENGUJIAN GAJI PADA KPPN (TA. 2013) Salah ADK Perubahan Daftar Perubahan ADK Gaji ADK SPM SSP DB Gaji Restore ADK Perubahan Salah 1. Transfer ADK Perubahan 2. Scan Barcode Daftar Perubahan 1. Transfer ADK SPM 2. Scan Barcode SPM 3. Pengujian kesesuaian dengan ADK Belanja Pegawai 4. Pengujian PIN PPSPM 5. Pengujian Pagu Restore ADK Bel. Pegawai 1. Transfer ADK Bel. Pegawai 2. Pengujian dengan ADK Perubahan Salah Terima ADK SPM DB SP2D
  • 77. PROSES BISNIS PENCAIRAN BELANJA PEGAWAI (BAGI SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINSTRASI BELANJA PEGAWAI)
  • 78. PROSES BISNIS PPK - PPABPPROSES BISNIS PPK - PPABP 1. PPK:  menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang. 2. PPABP: a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang direkam ke dalam aplikasi GPP; b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut dalam daftar gaji; c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji; d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). 1. PPK:  menyerahkan dokumen kepegawaian kepada PDG sebagai dasar perubahan daftar gaji bulan yang akan datang. 2. PPABP: a. memastikan kebenaran dan keabsahan dokumen sumber yang direkam ke dalam aplikasi GPP; b. membuat daftar perubahan pegawai sesuai nomor urut dalam daftar gaji; c. memproses perhitungan gaji dan mencetak daftar gaji; d. menyampaikan daftar gaji dan dokumen pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
  • 79. PROSES BISNIS PPK - PPSPMPROSES BISNIS PPK - PPSPM 1. PPK: a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ; b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan SPM(PPSPM). c. PPSPM menguji: d. kelengkapan dokumen pendukung SPP e. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK f. kebenaran pengisian format SPP g. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker h. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker i. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan j. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan 1. PPK: a. menerbitkan SPP menggunakan aplikasi SPM ; b. menyampaikan SPP dilengkapi Daftar Gaji, Daftar Perubahan Data Pegawai, dan dokumen pendukungnya termasuk SSP kepada Pejabat Penandatangan SPM(PPSPM). c. PPSPM menguji: d. kelengkapan dokumen pendukung SPP e. kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK f. kebenaran pengisian format SPP g. kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker h. ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker i. kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran gaji, dan j. kebenaran perhitungan gaji serta kewajiban di bidang perpajakan
  • 80. 2. PPSPM : a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2); b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam ADK SPM; c. menandatangani SSP; d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap), Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN. 2. PPSPM : a. mencetak dan menandatangani SPM (dalam rangkap 2); b. membuat ADK SPM dan memasukkan PIN PPSPM ke dalam ADK SPM; c. menandatangani SSP; d. SPM, ADK SPM, Daftar Gaji lengkap (dalam 2 rangkap), Daftar Perubahan Pegawai, dan SSP disampaikan ke KPPN. PROSES BISNIS PPSPM - KPPNPROSES BISNIS PPSPM - KPPN
  • 81. I. Pengujian perubahan data pegawai Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap perubahan data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar Perubahan Data Pegawai telah didukung dengan dokumen kepegawaian yang sah. II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan. III.Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji. I. Pengujian perubahan data pegawai Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap perubahan data pegawai yang dicantumkan dalam Daftar Perubahan Data Pegawai telah didukung dengan dokumen kepegawaian yang sah. II. Pengujian Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk menguji kebenaran perhitungan dalam daftar gaji serta setiap perubahan eleman pada daftar gaji sesuai dengan dokumen kepegawaian yang dilampirkan. III.Pengujian SPM dengan Perhitungan Belanja Pegawai Proses ini untuk memastikan bahwa tagihan yang dituangkan dalam SPM sesuai dengan perhitungan daftar gaji. PENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPNPENGUJIAN TAGIHAN BELANJA PEGAWAI DI KPPN
  • 82. 1. Satker di lingkungan Kementerian Pertahanan (TNI) 2. Satker di lingkungan Polri (diberikan batas waktu sampai dengan bulan Juni 2013) 3. Satker yang membayar Hak Keuangan Pejabat Negara (tidak menggunakan sebutan gaji), Pejabat setingkat Menteri (Kepala BPN dsb.), Wakil Menteri, Komisioner non Pejabat Negara (KPAI, KPU, Komnas HAM dsb.) 4. Satker Kementerian Luar Negeri untuk gaji PNS yang ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri 1. Satker di lingkungan Kementerian Pertahanan (TNI) 2. Satker di lingkungan Polri (diberikan batas waktu sampai dengan bulan Juni 2013) 3. Satker yang membayar Hak Keuangan Pejabat Negara (tidak menggunakan sebutan gaji), Pejabat setingkat Menteri (Kepala BPN dsb.), Wakil Menteri, Komisioner non Pejabat Negara (KPAI, KPU, Komnas HAM dsb.) 4. Satker Kementerian Luar Negeri untuk gaji PNS yang ditugaskan pada Perwakilan RI di Luar Negeri KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI KEMENTERIAN/LEMBAGA/SATKER YANG BELUM MELAKUKAN PENGALIHAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI BELANJA PEGAWAI
  • 83. SATKERSATKER KPPNKPPN ADK SPM Daftar Gaji lengkap Dokumen Pendukung Daftar Perubahan Salah DB SP2D Salah Verifikasi Daftar Gaji & Dokumen pendukung Petugas MO SP2D Benar ALUR PEMBAYARAN BELANJA PEGAWAI (SATKER YANG BELUM PENGALIHAN) Petugas FO Verifikasi kelengkapan SPM