1. Laporan Praktikum Biokimia
PENGUJIAN ANGKA SAPONIFIKASI
Disusun Oleh :
Kelas 5
Kelompok 1
Hardika Azmi Solin 1305101050117
Malikul Mulki 1305101050018
Nazia Ulfa 1305101050005
Ulfa Sri Wahyuni 1305101050101
Teuku Setia Putra 0905101060003
LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2014
2. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Istilah saponifikasi dalam literatur berarti “soap making”. Akar kata
“sapo” dalam bahasa Latin yang artinya soap / sabun. Pengertian Saponifikasi
(saponification) adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak dicampur
dengan larutan alkali. Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu
Sabun dan Gliserin.
Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan miyak secara
kasar. Miyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek
mempunyai berat molekul yang relative kecil, maka akan mempunyai angka
penyabunan yang besar. Dan sebaliknya, bila mempunyai berat molekul yang
besar, maka angka penyabunan relative kecil. Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (gram) NaOH atau KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan
satu gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada pada KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk
sabun. Penentuan bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahi sifat minyak
dan lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak yang
satu dengan yang lainnya. Angka penyabunan dapat juga digunakan untuk
menentukan berat molekul dari suatu lemak atau minyak.
1.2. Tujuan Percobaan
Untuk memnentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.
3. II.TINJAUAN PUSTAKA
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari
minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai
hidrokarbon panjang (C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus
karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan
sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH/KOH). Range atom C diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun
seperti kelarutan, proses emulsi dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95%
sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan kemurnian lainnya. Semua
minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun. Lemak
merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti
asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari
gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung
ester dari gliserol asam oleat (Fessenden, 1982).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian. Selain itu, pada
larutan, surfaktan akan menggerombol membentuk misel setelah melewati
konsentrasi tertentu yang disebut konsentrasi kritik misel. Sabun juga
mengandung sekitar 25% gliserin. Gliserin bisa melembabkan dan melembutkan
kulit, menyejukan dan meminyaki sel-sel kulit juga. Oleh karena itu dilakukan
percobaan pembuatan sabun dan pengujian terhadap sifat-sifat sabun, sehingga
akan didapat sabun yang berkualitas (Levenspiel, 1972).
Sabun merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang selalu digunakan
sehari-hari. Fungsi utama dari sabun adalah membersihkan. Dilingkungan sekitar,
banyak macam wujud sabun yang dapat ditemui, baik yang dalam bentuk cair,
lunak, krim, maupun yang padat. Kegunaannya pun beragam, ada yang sebagai
sabun mandi, sabun cuci sabun tangan, sabun cuci peralatan rumah tangga dan
lain sebagainya (Herbamart,2011).
4. III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu percobaan
Tempat Percobaan : Laboratorium Ilmu dan Teknologi benih Fakultas Pertanian
Universitas Syah Kuala.
Waktu Percobaan : Rabu, 2 April 2014 pukul 08:00-10:00 WIB.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : - Minyak
- KOH 0.5 N alkoholik
- HCL 0.5 N
- PP
Alat : - Timbangan analitik
- Erlemeyer
- Gelas arloji
- Biuret
- Pipet tetes
3.3 Prosedur Percobaan
1. Minyak ditimbang sebanyak 5 gram dalam erlemeyer.
2. 50 ml KOH 0.5 N alkoholik ditambahkan.
3. Ditutup dengan pendingin, dan di didihkan sampai minyak tersabunkan secara
sempurna yang ditandai dengan tidak terlihat butir-butir lemak atau minyak
dalam larutan.
4. setelah dingin ditritrasi dengan menggunakan indicator PP HCL 0.5 N.
5. Percobaan diulangi sekali lagi.
6. Perubahan yang terjadi diamati.
5. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
Asam lemak merupakan asam organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon
lurus yang pada satu ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung
lain gugus metil (CH3). Asam lemak dibedakan menurut jumlah karbon yang
dikandungnya yaitu asam lemak rantai pendek, rantai sedang, rantai panjang, dan
sangat panjang.
Lemak merupakan sekelompok besar molekul asam yang terdiri atas unsur-
unsur karbon hidrogen dan oksigen meliuti asam lemak, malam, seterol vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak (contohnya A,D,E, dan K) lemak secara khusus
menjadi sebutan bagi minyak hewan pada suhu ruangan lepas dan wujudnya yang
padat atau cair yang terdapat pada jaringan tubuh yang di sebut adiposa. Lemak
yang kita kenal dalam bentuk cair termasuk dalam senyawa yang disebut lipida.
Lemak dan minyak dalam istilah kimia adalah senyawa triacylgliserol, pemecahan
atau hidrolisasi tricoyliseral akan menghasilkan senyawa gliseroldan asam lemak
pada lemak, asam lemak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan
pada minyak sebagian besar adalah asam lemak jenuh. Sedangkan pada minyak
sebagian besar adalah asam lemak tidak jenuh.
Saponifikasi adalah hidrolisa lemak/minyak dengan suatu basa kuat.
Hasilnya adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal
sebagai sabun.
Bilangan penyabunan suatu lemak/mnyak adalah banyaknya mg KOH atau
NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
hasilhidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
Pada praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah menimbang minyak
goreng seberat 5 gram. Kemudian ditambahkan dengan 50 ml larutan KOH 0,5 N,
larutan minyak yang semula berwarna kuning bening berubah warna menjadi
putih susu. Lalu campuran 5 gram larutan minyak goreng ditambah dengan 50 ml
KOH 0,5 N dipanaskan didalam air yang mendidih. Selama pemanassan, butir-
6. butir minyak terlihat pada permukaan larutan berupa buih. Perlahan-lahan buih-
buih minyak yang terlihat pada permukaan larutan mulai menghilang dan larutan
yang berwarna putih susu menjadi keruh. Setelah dingin larutan terdiri atas dua
lapisan, lapisan atas berupa minyak yang berwarna kuning bening, sedangkan
lapisan atas berwarna putih keruh.
Lalu larutan tersebut diteteskan dengan larutan indikator PP sebanyak dua
tetes sehingga larutan berubah warna menjadi merah muda. Kemudian dititrasi
dengan larutan HCL 0,5 N pada setiap sampel sebanyak 31,8 ml sehingga larutan
berubah warna kembali menjadi keruh dan minyak menggumpal dipermukaan.
Penghintungan angka penyabunan menggunakan rumus :
Dik :
Tb = 50
Ts = 31,8
N HCL = 0,5
BM KOH = 56
Berat Contoh = 5
Angka penyabunan =
=
=
= 101,92
7. KESIMPULAN
1. Saponifikasi adalah hidrolisa lemak/minyak dengan suatu basa kuat. Hasilnya
adalah gliserol dan garam dari asam lemak itu sendiri yang dikenal sebagai
sabun.
2. Bilangan penyabunan suatu lemak/mnyak adalah banyaknya mg KOH atau
NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
3. Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
hasilhidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
8. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden. 1982. Bilangan saponifikasi. Gramedia : Jakarta
Levenspiel. 1972. Penyabunan. Butamo : Surabaya
Herbamart. 2011. Bilangan penyabunan. Gramedia : Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta
Ketaren. 1986. Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan. Universitas
Indonesia press : Jakarta