Tiga kalimat:
Dokumen ini membahas tentang penyebab pengemis datang ke kota-kota besar saat bulan Ramadhan dan solusi untuk mengatasi masalah pengemis, seperti memecah budaya mengemis, memberikan pelatihan keterampilan, memberikan beasiswa kepada anak pengemis, membuka lapangan kerja di desa, dan mengentaskan kemiskinan.
2. Ramadhan dan Pemecahan Masalah
Pengemis di DKI Jakarta
Oleh Musni Umar, Ph.D
Sociologist and Researcher
3. Momentum bulan ramadhan yang selalu terjadi setiap
tahun, selalu dimanfaatkan oleh para pengemis untuk
menyerbu DKI Jakarta dan berbagai kota di seluruh Indonesia
untuk mendapatkan rezeki . Tidak terkecuali tahun ini, para
pengemis kembali melakukan hal serupa.
Pertanyaannya, mengapa para pengemis menjelang
ramadhan, pada bulan Ramadhan dan jelang lebaran selalu
menyerbu DKI Jakarta dan kota-kota besar lainnya di
Indonesia. Paling tidak disebabkan lima hal.
Pertama, pada bulan ramadhan, umat Islam berlomba-
lomba memperbanyak amal kebaikan termasuk bersedekah.
Momentum itu dimanfaatkan para pengemis untuk
mendapatkan sedekah melalui mengemis.
Kedua, pada bulan ramadhan terutama menjelang akhir
puasa, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah dan juga
zakat harta (maal). Zakat fitrah, diperuntukkan bagi orang-
orang miskin termasuk para pengemis.
5. Ketiga, event organizer para pengemis, menjadikan
bulan Ramadan sebagai sarana untuk memobilisir
pengemis dari kampung dengan menfasilitasi mereka
datang ke Jakarta termasuk di berbagai kota besar di
Jawa dan di luar Jawa.
Keempat, faktor kemiskinan di kampung halaman
mereka, mendorong para pengemis datang ke DKI
Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk
mendapatkan sesuap nasi. Momentum Ramadan
dijadikan waktu yang tepat untuk mendapatkan rezeki
lebih mudah dan relative besar.
Kelima, pengemis musiman dan pengemis permanen
bertemu dalam ramdan untuk mengemis, sehingga
kelihatan bagaikan parade kemiskina karena sangat
ramai para pengemis di jalan-jalan protokol di DKI
Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia.
6.
7. Cara Memecahkan
Tidak mudah memecahkan masalah pengemis di DKI Jakarta dan
berbagai kota di Indonesia. Walaupun begitu, masalah pengemis
tidak boleh dibiarkan. Harus ada kemauan keras untuk
memecahkannnya.
Pertama, pecahkan budaya mengemis yang telah berurat dan
berakar dikalangan para pengemis. Ini pekerjaan yang sangat
berat karena apapun yang mau dilakukan terhadap mereka, kalau
masalah budaya mengemis tidak dipecahkan, maka setelah
mereka ditertibkan dan dibawah ke panti milik Kementerian Sosial
untuk dibina, setelah keluar dari panti, akan kembali menjadi
pengemis di jalan.
Pemecahan masalah budaya mengemis merupakan kunci utama
untuk mengatasi persoalan pengemis. Cara
pemecahannya, mereka harus dimasukkan ke “motivation camp”
untuk dibina, ditumbuhkan harga diri (marwah), kehormatan
diri, integritas diri, kemuliaan diri, jatidiri dan kebanggaan sebagai
manusia mulia disis Tuhan dan makhluk manusia.
9. Kedua, latih mereka supaya memiliki kepakaran
dalam rangka alih priofesi. Latih dan bina
mereka, beri peluang dan fasilitas yang mereka
perlukan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam
lapangan apapun yang mereka maui, sebaiknya
dibantu dan difasilitasi. Pemberdayaan mutlak
diberikan kepada mereka.
Ketiga, beri beasiswa penuh kepada anak-anak
pengemis, dan tempatkan mereka ke asrama yang
jauh dari orang tua mereka, supaya tumbuh budaya
baru yang jauh dari budaya mengemis. Ini solusi
untung memotong budaya pengemis yang sudah
ditanamkan orang tua mereka, dengan mengajak
mengemis di berbagai perempatan jalan, diterminal
bus dan ditempat keramaian lainnya.
11. Keempat, buka lapangan kerja di desa. Oleh karena sumber
penghidupan masyarakat desa adalah pertanian, maka
berbagai keperluan pertanian di desa harus dibantu dengan
subsidi. Beri subsidi pupuk, benih, bangun pengairan, dan
buat jalan ke sentra produksi pertanian untuk memudahkan
transportasi penjualan hasil pertanian.
Kelima, atasi kemiskinan yang menjadi peneybab utama
timbulnya para pengemis. Masalah kemiskinan mutlak diatasi
dengan memberi kail kepada para pengemis supaya bisa
bangkit dan maju. Jangan beri mereka ikan seperti BLT
(Bantuan Langsung Tunai), Raskin (Beras untuk Orang
Miskin), BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat)
kepada para pengemis karena hanya menciptakan
ketergantungan kepada pemerintah, malas, tidak
mandiri, tidak berdaya dan sebagainya. Akan tetapi, berilah
para pengemis pelatihan, pemberdayaan, pembinaan dan
peluang untuk berkembang dan maju.
13. Kesimpulan
Bulan Ramadan sejatinya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
dan bahkan mengatasi masalah pengemis di DKI Jakarta dan kota-
kota lainnya di Indoneesia.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama pemerintah pusat dan
daerah, kerjasama antar pemerintah daerah seperti antara
pemerintah DKI Jakarta dengan pemerintah Provinsi Jawa
Barat, kabupatan kota.
Selain itu pemecahan masalah yang menjadi penyebab mereka
mengemis mutlak dilakukan seperti budaya mengemis, latih
mereka untuk alih profesi, beri beasiswa penuh kepada anak-anak
pengemis untuk memutuskan lingkaran budaya mengemis di
kalangan mereka, buka lapangan kerja di desa, buka lapangan
kerja di desa, dan atasi kemiskinan dari kalangan para pengemis.
Dengan melakukan hal-hal diatas, maka yakin dan optimis
masalah pengemis bisa diatasi, sekurang-kurangnya dapat
dikurangi.
Jakarta, 1 ramadan 1434 H/10 Juli 2013