PTK merupakan penelitian yang dilakukan guru di kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara merencanakan, melaksanakan tindakan, mengamati, dan merefleksikan secara berulang dalam siklus. PTK membantu meningkatkan profesionalitas guru dan mutu pembelajaran serta mengatasi masalah-masalah pembelajaran seperti kurangnya hubungan antarmata pelajaran bagi siswa.
1. Ptk hasil unduh
Wijaya Kusumah/ lab. School jakarta:
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Upaya Guru untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran melalui PTK)
Workshop Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru
A. APAKAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) ITU?
Pertanyaan di atas tentu akan menggelitik kita. Betapa tidak, bila kita bicara tentang penelitian,
anggapan orang mengatakan penelitian itu pekerjaan seorang ilmuwan. Kalau sudah bicara tentang
ilmuwan, maka gambaran yang terbersit dalam kacamata kita adalah pastilah sukar, rumit alias susah
binti sulit. Benarkah demikian? Mengapa sebagian guru merasa penelitian itu sulit? Apakah penelitian
itu memerlukan dana yang besar sehingga harus menunggu bantuan?
Selama ini, menulis karya tulis ilmiah (KTI) merupakan momok bagi para guru. Kurangnya budaya
membaca menyebabkan guru kurang dapat menulis dengan baik. Padahal, menulis itu dimulai dari
banyak membaca. Kalau sudah banyak membaca, tentunya guru akan tertarik untuk meneliti dari apa
yang dibacanya. Penelitian dimulai dari adanya masalah. Masalah dapat dipecahkan bila kita
melakukan penelitian. Penelitian dapat dilakukan bila adanya upaya dari guru untuk memperbaiki
kualitas pembelajarannya di sekolah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Masalah PTK harus berawal dari guru itu
sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya di sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
PTK atau Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di
dalam kelas. Penelitian Tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-
tindakan-riset-tindakan…”, yang dilakukan secara siklus, dalam rangka memecahkan masalah,
sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis Penelitian Tindakan, dua di antaranya
adalahindividual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua
hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research;dua-duanya merujuk pada hal
yang sama.
Penelitian Tindakan termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja
bersifat kuantitatif. Penelitian Tindakan atau Action research berbeda dengan penelitian formal, yang
bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action
research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak
untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain
yang mempunyai latar belakang yang mirip dengan yang dimiliki peneliti. Perbedaan antara penelitian
formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research
Penelitian Formal >< Classroom Action Research
Dilakukan oleh orang lain >< Dilakukan oleh guru itu sendiri
Sampel harus representative >< Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan
Instrumen harus valid dan reliabel >< Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan
Menuntut penggunaan analisis statistic >< Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis >< Tidak selalu menggunakan hipotesis
Mengembangkan teori ><="" li="">
Dalam PTK, guru harus bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti. Fokus penelitian berupa
kegiatan pembelajaran. Guru adalah orang yang paling akrab dengan kelasnya, dan biasanya
interaksi yang terjadi antara guru-siswa berlangsung secara unik. Keterlibatan guru dalam berbagai
kegiatan kreatif dan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu
melakukan PTK di kelasnya.
Guru pun mempunyai hak otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. Berusaha untuk introspeksi diri.
Metode paling utama adalah merefleksikan diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian yang
sudah baku dan bukan tradisional. Dari berbagai pengalaman penelitian, temuan penelitian
tradisional terkadang sangat sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah. Karena
itu arahan atau petunjuk untuk melakukan PTK dan sumber dananya sangat diperlukan oleh para
guru.
Sehubungan hal itu, Fasli Jalal (2006) dalam makalahnya berjudul “Peningkatan Mutu
Pendidikan” mengatakan bahwa; “Pada tahun 2007 pemerintah telah memprogramkan tiga kegiatan
2. utama peningkatan profesional guru berkelanjutan berkolaborasi dengan LPTK dan menyediakan
dana block grant untuk itu, yakni kegiatan; (1) penelitian tindakan kelas (PTK) bagi 3.837 guru
dengan alokasi dana sebesar Rp. 13.653.600.000,-; (2) bimbingan karya tulis ilmiah bagi 10.000 guru
dengan alokasi dana sebesar Rp. 50.000.000.000,-; dan (3) pertemuan ilmiah guru, baik di tingkat
kabupaten, provinsi, maupun nasional. Pemerintah juga memberikan hak cuti kepada guru yang akan
melaksanakan kegiatan penelitian dan penulisan buku pelajaran”.
B. MANFAAT PTK BAGI GURU
Manfaat PTK bagi guru sangat banyak sekali. Diantaranya adalah membantu guru memperbaiki mutu
pembelajaran, meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan rasa percaya diri guru,
memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan, dan keterampilannya. Namun
demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki beberapa keterbatasan, yang
diantaranya : validitasnya yang masih sering disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi
karena sampel sangat terbatas, peran guru yang ‘one man show’ bertindak sebagai pengajar dan
sekaligus peneliti sering kali membuat dirinya menjadi sangat repot (very busy). Seringkali ditemukan
penelitian yang dilakukan kurang valid dan reliabel. Tapi ada banyak keuntungan lainnya bila guru
melaksanakan PTK secara baik dan benar.
Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan sangat baik akibatnya bila guru sekolah
negeri atau PNS akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB yang mengharuskan guru untuk
menuliskan karya tulis ilmiah. Begitu pun untuk guru sekolah swasta, PTK sangat penting untuk
meningkatkan apresiasi, dan profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya program
sertifikasi dari pemerintah.
Setiap hari guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya.
Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah
barang sejenak, atau mengobrollah dengan teman sejawat. Anda akan segera menemukan kembali
seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini. Semua itu bisa diselesaikan asalkan
kita mau berdiskusi secara ilmiah, dan berusaha memecahkannya dengan cara-cara yang ilmiah.
Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelasnya merupakan awal
dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan
hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan
perilaku mengajar guru, dan perilaku belajar siswa. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan
dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk
tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan
antara pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan refleksi
merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.
C. SIKLUS PTK
Untuk melaksanakan PTK, dibutuhkan perencanaan (planning) yang matang setelah kita tahu ada
masalah dalam pembelajaran kita. Perencanaan itu harus diwujudkan dengan adanya
tindakan (acting) dari guru berupa solusi dari tindakan sebelumnya. Lalu kemudian diadakan
pengamatan (observing) yang teliti tentang proses pelaksanaannya. Setelah diamati, barulah guru
dapat melakukan refleksi (reflecting)dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
Keempat langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, tindakan, mengamati, dan
refleksi merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai,
barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan,
dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama.
Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan
kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
Siklus yang baik, biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam
bulan atau satu semester.
Keempat langkah dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut :
3. http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/03/siklus-ptk.jpg
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action
research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action
research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (acting),(3) pengamatan (observing), dan (4)
refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis
& Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang
diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena
keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
Tahap perencanaan PTK terdiri atas mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan
masalah, serta merencanakan perbaikan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan Menetapkan Masalah
Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah, baik masalah yang bersifat
pengelolaan kelas, maupun yang bersifat instruksional. Meskipun banyak masalah, ada kalanya guru
tidak sadar kalau dia mempunyai masalah. Atau masalah yang dirasakan guru kemungkinan masih
kabur sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi
semakin jelas. Oleh karena itu, kepala sekolah, atau teman sejawat perlu mendorong guru
menemukan masalah atau dapat juga guru memulai dengan suatu gagasan untuk melakukan
perbaikan kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.
Guru tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam
suatu PTK. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai
strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain sehingga
pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya akan terpecahkan
sekaligus.
Untuk dapat memilih masalah secara tepat guru perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan
kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya seorang guru dapat
memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”
Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi
pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda sebagai guru
berfikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan
lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan
dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media,
sebenarnya Anda sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda
menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan
masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai
masalah yang lebih penting untuk dimunculkan. Untuk melakukan hal ini, guru dapat merenungkan
kembali apa yang telah dilakukan. Jika guru rajin membuat catatan-catatan kecil pada akhir setiap
pembelajaran yang dikelolanya, maka ia akan dengan mudah menemukan masalah yang dicarinya.
Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur
pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya.
4. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar
dapat dilakukan tindakan (acting).
Dalam PTK, semua masalah harus berada dalam kendali guru dan bukan orang lain. Guru harus
dapat mengendalikan semua masalah yang ada di kelasnya. Jika Anda sebagai guru yakin bahwa
ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi pelajaran dan
mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan PTK untuk meningkatkan kebiasaan belajar
siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan
Anda. Dengan perkataan lain, yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup
layak (feasible),berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai.
Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah
berada di dekat jalan raya. Masalah yang dibahas pun jangan terlalu besar, misalnya Nilai Ujian
Nasional (UN) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk
dipecahkan melalui PTK, apalagi untuk PTK individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang
mempengaruhi Nilai UN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah
yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan. Masalah pun jangan terlalu kecil. Masalah yang terlalu
kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa
yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai oleh pihak lain.
Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda misalnya, termasuk masalah
kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang
menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
Contoh permasalahan PTK :
Ibu Netty seorang guru sejarah menemukan rendahnya motivasi sebagian besar siswa untuk
menjawab pertanyaan atau siswa sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru di
kelasnya. Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh lain dari masalah yang
cukup besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa
memerlukan keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar.
Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang „belajar
bagaimana belajar’ merupakan contoh PTK lainnya dari masalah yang cukup besar dan strategis.
Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas. Akhirnya
seorang harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diteliti. Hal itu diindikasikan
dengan rasa penasaran guru terhadap masalah itu dan keinginan guru untuk segera tahu hasil-hasil
setiap perlakuan yang diberikan. Apakah terjadi perubahan ataukah tidak. Guru perlu bersabar diri,
dan mengamatinya secara teliti.
Di dalam melakukan PTK, jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda sebagai guru ingin
mempunyai masalah yang berbeda dengan orang lain. Pilihlah masalah yang masuk di akal dan
nyata (riil), ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang problematik (memerlukan
pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar). Masalah yang dikupas dalam PTK
adalah masalah yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan bukan rekayasa
guru.
2. Menganalisis dan Merumuskan Masalah
Terkadang secara tidak sadar guru telah melakukan PTK, yakni ketika guru melakukan evaluasi,
menganalisis hasil evaluasi, dan tindak lanjutnya. Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah ini
perlu dianalisis dan dirumuskan. Mengapa demikian? Tujuannya adalah agar guru paham akan
hakikat masalah yang dihadapi, terutama apa yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut.
Perumusan masalah didapatkan dari berbagai masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di
kelas, lalu pilihlah masalah yang akan dikupas sesuai dengan kerangka teoritis yang dimiliki.
Untuk mengetahui penyebabnya, setiap masalah harus dianalisis, dengan mengacu kepada kerangka
teoritis dan pengalaman yang relevan sehingga guru dapat merencanakan pelaksanaan tindakan.
Misalnya, untuk menganalisis penyebab contoh permasalahan Ibu Netty yang mengajar sejarah, guru
dapat mengacu kepada teori keterampilan bertanya, dan mencari penyebabnya dengan mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
1) Apakah rumusan pertanyaan yang dibuat guru sejarah sudah cukup jelas dan singkat?
2) Apakah guru sejarah memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum meminta siswa
menjawab?
Jika setelah dianalisis, kedua pertanyaan di atas dijawab dengan ya, tentu harus dicari penyebab
lainnya, misalnya : apakah penjelasan guru sejarah cukup jelas bagi siswa, apakah bahasa yang
digunakan guru sejarah mudah dipahami, dan apakah ketika menjelaskan guru sejarah memberikan
contoh-contoh. Jika umpamanya kedua pertanyaan di atas dijawab tidak, maka kita sudah dapat
jawaban sementara, yaitu penyebab siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru adalah karena
pertanyaan yang diajukan guru sejarah tidak jelas dan sering panjang dan berbelit-belit, serta guru
5. tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir. Jika ini yang dianggap sebagai penyebab,
maka guru sejarah dapat merencanakan tindakan perbaikan, yaitu dengan menyusun pertanyaan
tersebut secara cermat, serta berusaha memberikan waktu untuk berpikir sebelum meminta siswa
menjawab pertanyaan.
Menganalisis dan merumuskan masalah bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Diperlukan
kecermatan guru dalam menganalisis dan merumuskan masalah. Masalah yang dirumuskan
harus menjadi bahan dalam penulisan laporan PTK.
3. Merencanakan Tindakan Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah (juga mencakup penyebab timbulnya masalah), guru mencoba
mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dengan perkataan lain, dalam
langkah ini, guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Untuk merancang suatu tindakan perbaikan, guru dapat : (1) mengacu kepada teori yang
relevan, (2) bertanya kepada ahli terkait, dan (3) berkonsultasi dengan teman sejawat. Ahli terkait
mungkin ahli pembelajaran, mungkin pula ahli bidang studi atau pembelajaran bidang studi. Rencana
tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.
Mari kita ambil kasus ibu Netty lagi, yaitu masalah pertanyaan guru yang tidak terjawab oleh siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pertanyaan yang disusun guru terlampau panjang dan kurang
jelas. Di samping itu, guru sering langsung meminta jawaban setelah mengajukan pertanyaan, dan
kadang-kadang langsung mengarahkan pertanyaan ini pada siswa tertentu, sehingga siswa yang lain
tidak memperhatikan pertanyaan tersebut. Akibatnya, hampir selalu pertanyaan tidak terjawab dan
Ibu Netty sering harus menjawab pertanyaannya sendiri atau melupakan pertanyaan tersebut. Dari
hasil analisis tersebut, penyebab pertanyaan Ibu Netty yang tidak terjawab adalah: Pertanyaan Ibu
Netty terlampau panjang dan tidak jelas Ibu Netty tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk
berpikir dan Ibu Netty sering mengajukan pertanyaan dengan menunjuk kepada siswa tertentu.
Apabila dikaji secara cermat ternyata ketiga penyebab tersebut berkaitan dengan pembelajaran,
dalam hal ini keterampilan dasar mengajar, yaitu keterampilan bertanya.
Oleh karena itu, tindakan perbaikan yang harus dilakukan guru adalah meningkatkan keterampilan
bertanya. Tindakan perbaikan ini kita cantumkan dalam rencana pembelajaran yang kita gunakan
dalam mengajar. Satu hal yang sangat perlu kita perhatikan adalah bahwa PTK dilakukan dalam
pembelajaran biasa, tidak ada kelas khusus untuk melakukan PTK, karena pada hakikatnya PTK
dilakukan oleh guru sendiri di kelasnya sendiri.
Contoh PTK lainnya adalah: “Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi,
ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari satu pelajaran ke pelajaran
lain. Pelajaran yang guru berikan adalah geografi, tetapi guru sering mengaitkan pembahasan
dengan mata pelajaran lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika guru meminta siswa mengemukakan
hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi daerah, siswa terasa
sangat bingung; padahal mereka telah dapat mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata
pelajaran geografi. Guru khawatir siswa hanya menghafal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis.
Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis harus dapat diterapkan di mana saja
dan dalam bidang studi apa saja. Pada hakikatnya setiap hari kita mengemukakan hipotesis.
Ketidakbisaan siswa itu terjadi sepanjang tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran.
Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain
ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu keterampilan ke mata
pelajaran lain.”
Karena itu, di dalam PTK, guru perlu juga berkolaborasi dengan guru lainnya. Tidak ada yang lebih
menakutkan daripada kesendirian. Dalam PTK guru perlu bertukar fikiran dengan guru mitra lainnya
dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior dalam menentukan dan menyelesaikan
masalah pembelajaran.
D. BAGAIMANA MELAKSANAKAN PTK DI SEKOLAH?
Dengan melihat contoh kasus Ibu Netty, tindakan pertama adalah implementasi serangkaian kegiatan
pembelajaran seperti yang telah direncanakan untuk mengatasi masalah. Karena penyebab
pertanyaan Ibu Netty yang sering tidak terjawab sudah diketahui, maka tindakan yang harus
dilakukannya adalah : (1) Membuat pertanyaan secara jelas dan tidak terlampau panjang. (2)
Pertanyaan ditujukan kepada seluruh siswa. (3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir
dulu sebelum menjawab.
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperan sebagai pengajar dan pengumpul data, baik
melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara
dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Guru juga dapat meminta bantuan kolega guru lainnya
untuk melakukan pengamatan selama guru melakukan tindakan perbaikan. Selama proses belajar
akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Antara
6. lain, bagaimana kualitas jawaban siswa dan apakah motivasi siswa menjawab pertanyaan guru
meningkat? Apakah hasil belajar siswa meningkat? Data yang dikumpulkan selama tindakan
berlangsung kemudian dianalisis.
E. REFLEKSI
Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau
mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan
bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan
kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi
guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi pertama dapat
dilakukan oleh guru bersama siswa dengan tujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan
tindakan pada siklus pertama dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah
diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi.
Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan
untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus kedua atau siklus berikutnya
Refleksi yang dilakukan pada akhir siklus pertama bertujuan untuk meng-identifikasi baik kemajuan-
kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang
masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada
siklus kedua atau berikutnya.
Tindakan kedua berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk
mengatasi masalah pada siklus pertama yang belum tuntas. Selama proses belajar pada siklus
kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Refleksi kedua juga dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan
menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-
kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang
masih dihadapi.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan
implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Apabila pada siklus kedua tujuan PTK sudah dapat tercapai, maka tidak perlu dilanjutkan siklus
berikutnya. Tetapi apabila tujuan belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya. Kemudian,
setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk
memperbaiki rencana tindakan pada siklus ketiga. Guru dapat membuat jurnal atau catatan seluruh
kegiatan PTK yang telah dilakukannya. Catatan tersebut dapat digunakan untuk menyusun suatu
karya ilmiah yang dapat disebarluaskan menjadi suatu inovasi, dan dapat dimanfaatkan oleh guru-
guru lainnya dalam melaksanakan PTK.
Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut :
7. http://3.bp.blogspot.com/
F. IMPLEMENTASI PTK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pembelajaran di kelas apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan
baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan
dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui
tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan
kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan. Selamat
meneliti di kelas kita!.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ). Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Fasli Jalal (2006). Peningkatan Mutu Pendidikan. (Seminar Nasional Pendidikan). Jakarta
Hardjodipuro, S. (1997). Action Research. Jakarta: IKIP Jakarta.
Ishaq, M. F(1997). Action Research. Malang: Depdiknas.
Mukhlis, A. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Konsep Dasar dan Langkah – langkah.
Surabaya: Unesa.
Rochiati Wiriatmadja, (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas, UPI Bandung dan Rosda
Supriyadi, (2005), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta
Susilo, H. (2003). “Konsep dan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan
Profesi Guru dan Dosen MIPA.” Makalah Seminar Exchange Experience dan Workshop
Pembelajaran MIPA Konstektual Menyongsong Implementasi KBK di Malang tanggal 9 – 12
Juli 2003.
Tim Pelatih Proyek GSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Tim PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan
Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek PGSM, Dikti.
8. PROSEDUR PELAKSANAAN PTK PENELITIAN TINDAKAN KELAS PTK dapat dilaksanakan secara
individual dan berkelompok. Pelaksanaan secara individual termasuk PTK Individual, sedang pelaksanaan
secara berkelompok termasuk PTK Kolaboratif. Untuk pelaksanaan secara berkelompok perlu dibentuk gugus-
gugus pelaksana PTK. Prosedur Pelaksanaan PTK Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan
kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara,
(2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3)
memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan
cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5)
memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan
PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan
masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun
instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data
PTK. Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan
yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam
siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat
dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan
dengan sebaik-baiknya. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan
tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah
ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan
rumusan saran. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data.
Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan
deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK. Dilihat dari
ruang lingkup, tujuan, metode, dan prakteknya, action research dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah micro.
Action research adalah penelitian yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Maksudya, penelitiannya dilakukan
sendiri oleh peneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekannya. Action research berbeda dengan studi kasus
karena tujuan dan sifat kasusnya yang tidak unik seperti pada studi kasus, action research tidak digunakan untuk
menguji teori. Namun kedua macam penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu bajwa peneliti tidak berharap
hasil penelitiannya akan dapat digeneralisasi atau berlaku secara umum. Action research mendorong para guru
agar memikirkan apa yang mereka lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya, membuat para guru kritis
terhadap apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk yang bersifat universal
yang ditemukan oleh para pakar penelitian yang sering kali tidak cocok dengan situasi dan kondisi kelas.
Keterlibatan peneliti action research dalam penelitiannya sendiri itulah yang membuat dirinya menjadi pakar
peneliti untuk kelasnya dan keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para pakar peneliti
yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari. Dalam bidang pendidikan, action research
dianggap sebagai alternatif dari penelitian tradisional (penelitian yang biasa dilakukan). Modal utama peneliti
action research adalah pengalamannya dalam bidang yang digeluti dan pengetahuan yang ia miliki. Sebenarnya
action research dapat juga dilakukan dalam skala besar karena seperti dikatakan di atas, action research
dilakukan bersama rekan-rekan seprofesi, sehingga mereka dapat berbagai pengalaman untuk kepentingan
mereka misng-masing. Action research merupakan metode yang handal untuk menjembatani teori dan praktek
(dalam pndidikan ), karena dengan action research para guru dianjurkan menemukan dan mengembangkan
teorinya sendiri dari perakteknya sendiri..... Baca Selengkapnya di : HTTP://WWW.M-
EDUKASI.WEB.ID/2012/05/PROSEDUR-PELAKSANAAN-PTK-PENELITIAN.HTML
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia
Anton wijaya:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR)merupakan Penelitian
yang dilakukan guru di kelas. Biasanya dilakukan pada saat terjadinya proses
pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan salah satu bentuk pengembangan
profesi guru yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran oleh guru
yang bersangkutan. Sehingga ini menjadi penting untuk dilakukan oleh guru, sebagai sarana
meningkatkan profesionalime dalam mengajar.
Memang untuk pengembangan profesi guru dalam rangka meningkatkan profesinalisme dan kualitas
guru sering dilakukan kegiatan seperti Pelatihan, workshop, IHT, Penataran, MGMP, Seminar, Studi
Banding dan lainya. Tetapi Penelitian Khususnya Penelitian tindakan Kelas (PTK) wajib dilakukan,
karena inilah sarana Guru sebagai Instrokpeksi diri, aktualisasi diri, memperbaiki kinerja, kualitas,
profesionalisme, menambah Ilmu Pengetahuan dan wawasan, atau kata lainnya PTK ini dilakukan
dalam rangka mengupdate dan mengupgrade pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajar.
Dan juga untuk persyaratan naik pangkat tentunya J.
9. Biasanya rekan-rekan banyak yang susah untuk memulainya, tapi perlu diketahui bahwa Penelitian
Tindakan kelas (PTK) itu lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan penelitian pada umumnya.
Karena ini dilakukan pada saat mengajar, jadi tidak menyita waktu kita dan objek yang diteliti juga
kejadian nyata/ril dilapangan. Karena biasanya Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini juga lakukan
untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lapangan pada saat mengajar
Ain mulyana:
Selasa, 07 Februari 2012
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
00:24 Aina Mulyana No comments
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
A. Definisi PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) adalah penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti
(umumnya juga praktisi) di sekolah untuk membuat peneliti lebih profesional terhadap pekerjaannya,
memperbaiki praktik-praktik kerja, dan melakukan inovasi sekolah serta mengembangkan ilmu
pengetahuan terapan (professional knowledge).
Berdasarkan definisi tersebut, maka ciri utama PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) adalah
melakukan tindakan nyata untuk memperbaikisituasi atau melakukan inovasi sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu menghasilkan siswa yang berpikir kritis,kreatif,
inovatif, cakap dalam menyelesaikan masalah, dan bernaluri kewirausahaan.
B. Tujuan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Tujuan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) adalah sebagai berikut.
1. Memperbaiki situasi sekolah saat ini.
2. Meningkatkan mutu input, proses, dan output sekolah.
3. Mengembangkan inovasi input, proses, dan output sekolah.
4. Meningkatkan kinerja sekolah yang terkait dengan mutu, inovasi, keefektifan, efisiensi, dan
produkivitas sekolah.
5. Meningkatkan kemampuan profesional sebagai kepala sekolah.
6. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungansekolah.
7. Membimbing guru dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan, dan menindaklanjuti
hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) .
8. Mengembangkan ilmu terapan/praktis (professional knowledge).
C. Ciri-ciri PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Ciri utama PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) adalah sebagai berikut.
1. Adanya tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah/menghadapi tantangan/melakukan inovasi.
2. Bersifat kualitatif, meskipun dapat menggunakan data kuantitatif.
3. Didasarkan pada masalah atau tantangan yang dihadapi kepala sekolah.
4. Ada perubahan positif pada kepala sekolah dan sekolahnya.
5. Penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti bersama warga sekolah baik guru, tenaga
kependidikan, pengawas, siswa, maupun pihak-pihak lain yang terkait.
6. Peneliti juga bertindak sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
7. Setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/evaluasi, dan
refleksi.
8. Jumlah siklus tergantung pencapaian tujuan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) . Jika satu
siklus belum mencapai tujuan maka dapat dilanjutkan pada siklus ke dua, dan seterusnya.
9. Tidak ada rumusan hipotesis karena PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) tidak untuk menguji
hipotesis.
D. Etika dalam Melaksanakan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Ketika melaksanakan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) perlu memperhatikan etika antara
lain sebagai berikut.
1. Bersikap jujur yaitu tidak plagiat, tidak fiktif, tidak merubah data, danmenuliskan sumber referensi
yang dikutip.
2. Tidak boleh mengganggu tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah.
10. 3. Tidak boleh mengganggu proses pembelajaran dan tugas mengajar guru serta kegiatan pendidikan
yang sedang berlangsung di sekolah.
4. Jangan terlalu banyak menyita waktu dalam pengambilan data.
5. Meminta ijin kepada orang-orang yang diteliti.
6. Menjamin kerahasiaan data responden yang diteliti.
E. Perbedaan Penelitian Tindakan oleh Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru
Perbedaan penelitian tindakan oleh pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru adalah seperti
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Perbedaan Penelitian Tindakan oleh Pengawas Sekolah,Kepala Sekolah, dan Guru
Peneliti Ruang Subjek Aspek yang Diteliti
LingkupPenelitian Penelitian
Pengawas Sekolah Pengawas Delapan Standar Nasional Pendidikan.
sekolah Sekolah/ Tugas pokok dan fungsipengawas sekolah/kepala
Kepala sekolah sekolah.
Peranan pengawas sekolah/kepala sekolah.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuan Menyelesaikan masalah.
Guru Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
Standar Pendidik.
Tugas pokok dan fungsi guru.
Peranan guru.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah.
Tenaga Standar Tenaga Administrasi, Standar Tenaga
kependidikan Laboratorium, Standar Tenaga Perpustakaan, dan
Standar Tenaga Kependidikan lainnya.
Tugas pokok dan fungsi tenaga kependidikan.
Peranan tenaga kependidikan.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaian masalah.
Kepala sekolah Sekolah Kepala Sekolah Delapan Standar Nasional Pendidikan.
Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah.
Peranan kepala sekolah.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah
Guru Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
Standar Pendidik.
Tugas pokok dan fungsi guru.
Peranan guru.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah.
Tenaga Standar Tenaga Administrasi, Standar Tenaga
kependidikan Laboratorium, Standar Tenaga Perpustakaan, dan
Standar Tenaga Kependidikan lainnya.
Tugas pokok dan fungsi tenaga kependidikan.
Peranan tenaga kependidikan. .
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah.
Siswa Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Penilaian.
11. Peneliti Ruang Subjek Aspek yang Diteliti
LingkupPenelitian Penelitian
Berpikir Kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah.
Guru Kelas Guru Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
Standar Pendidik.
Tugas pokok dan fungsi guru.
Peranan guru.
Berpikir kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmenyelesaikan masalah.
Siswa Standar Kompetensi Lulusan.
Standar Penilaian.
Kegiatan Kesiswaan.
Berpikir
kritis, kreatif, inovatif, jiwakewirausahaan,
dan kemampuanmemecahkan masalah.
F. Perbedaan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) dengan Bukan PENELITIAN TINDAKAN
SEKOLAH (PTS)
Perbedaan antara PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) dengan bukan PENELITIAN
TINDAKAN SEKOLAH (PTS) sebagaimana Tabel 2 beikut.
Tabel 2. Perbedaan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) dengan Bukan PENELITIAN
TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Aspek PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) Bukan PENELITIAN TINDAKAN
SEKOLAH (PTS)
Dilaksanakan oleh Praktisi yaitu kepala sekolah, pengawas sekolah. Teoretisi yaitu ilmuan di luar
sekolah.
Tujuan penelitian Tidak untuk menguji teori tetapi untuk Menguji teori melalui hipotesis dan
memecahkan masalah, menghadapi tantangan, atau mengembangkan
memperbaiki situasi sekolah. Tidak ada pengetahuan baru.
hipotesis.
Tidak untuk solusi yang berlaku umum (tidak Untuk membuatgeneralisasi.
untuk membuatgeneralisasi).
Jenis data Kualitatif/dan atau kuantitatif Kualitatif/dan atau kuantitatif.
Maksud pengumpulan Menyelesaikanmasalah praktis, mengarahkan Mendapatkan pemahaman
dan analisis data rencana tindakan. terhadap gejala, dan menguji
hipotesis.
Standar mutu penelitian Hasil Hasil penelitian mampu
penelitianmenunjukkan adanyaperubahan situasi, memverifikasi teori.
kondisi, dan kinerja sekolah.
Pemakai utama Warga sekolah. Ilmuwan, praktisi,birokrat,
usahawan, dan masyarakat.
G. Langkah-langkah PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Langkah-langkah PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Langkah-langkah PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
seperti Gambar 1 berikut Catatan: Pengamatan dilanjutkan Evaluasi.
12. Gambar 1. Langkah-langkah PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)
Siklus PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) meliputi empat langkah yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, serta refleksi.Masing-masing langkah dijelaskan sebagai
berikut.
Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan peneliti saat akan memulai tindakannya. Agar
perencanaan mudah dipahami oleh peneliti yangakan melakukan tindakan, maka peneliti
membuat rencana tindakan yang meliputi:
(a) rumusan masalah yang akan dicari solusinya;
(b) rumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi;
(c) rumusan indikator keberhasilan pemecahan penyelesaian masalah/keberhasilan menghadapi
tantangan/keberhasilan melakukan inovasi;
(d) rumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan
melakukan inovasi;
(e) identifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian
masalah/menghadapi tantangan/melakukan inovasi;
(f) identifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan;
(g) penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi;
(h) penentuan waktu dan tempat pelaksanaan;
(i) idenifikasi fasilitas yang diperlukan.
Pelaksanaan (Tindakan)
Pelaksanaan adalah penerapan dari perencanaan. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
(a) Apakah ada kesesuaian antara rencana tindakan denganpelaksanaannya?
(b) Hal-hal apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah/menghadapi tantangan/melakukan
inovasi?
(c) Bagaimana cara melaksanakan tindakan untuk memecahkan masalah/menghadapi
tantangan/melakukan inovasi?
(d) Apakah tindakan yang dilaksanakan telah terarah pada pencapaian tujuan penelitian?
(e) Seberapa besar pelaksanaan tindakan melibatkan warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait
lainnya?
(f) Apa peran masing-masing warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya dalam melaksanakan
tindakan?;
Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan adalah pencermatan terhadap pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang
diamati adalah proses tindakan yang berlangsung selama tahap pelaksanaan PENELITIAN
TINDAKAN SEKOLAH (PTS) . Pengamatanmenggunakan instrumen yang berisi indikator-indikator
proses tindakan.Evaluasi adalah proses penetapan hasil pelaksanaan tindakan berdasarkan
indikator-indikator tujuan PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS) yang telah ditetapkan. Hasil
evaluasi digunakan sebagai dasar untuk melakukan refleksi.
Refleksi
13. Refleksi dilakukan terhadap proses dan hasil pelaksanaan tindakan dan hasilnya digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan hasil yang
lebih baik.
Posted in: Penelitian Tindakan Sekolah
JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Ditulis secara singkat tapi padat, spesifik dan jelas
Menggambarkan masalah yang akan diteliti
Menggambarkan tindakan penelitian yang dipilih untuk memecahkan suatu masalah
Setting (tempat dan waktu)
Maksimal sebanyak 20 kata
Contoh:
a. Peningkatan Kompetensi Menulis Narasi Melalui Media Blog Siswa Kelas IX SMPN
Bulu 2 Rembang Tahun Pelajaran 2009/2010.
b.Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Media Google Earth Siswa Kelas V SDN
Lambangan Wetan Tahun Pelajaran 2009/2010.
c. Penggunaan Media Pandang Dengar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi
Siswa Kelas VII SMP Bulu 2 Rembang Tahun Pelajaran 2009/2010.BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah PTK yang diangkat:
1). Merupakan masalah nyata di kelas / sekolah, bukan hasil kajian teoretik dari
buku
2). Dapat terinspirasi dari hasil penelitian terdahulu, tetapi digali dari permasalahan
pembelajaran yang aktual.
3). Masalah didiagnosis secara kolaboratif oleh dosen dan guru.
Masalah harus bersifat:
1). penting dan mendesak untuk dipecahkan,
2). dapat dilaksanakan (ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya).
Identifikasi masalah sebaiknya disertai data-data pendukung.
Deskripsikan dan analisis penyebab timbulnya masalah secara komprehensif, sehingga
ditemukan akar masalahnya.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHANNYA
a. Rumusan masalah disusun:
Substansi bentuk rumusan PTK
1. Ada permasalahan yang akan diatasi
2. Ada alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil
3. Positif yang diantisipasi
Bentuk rumusan menggunakan kalimat tanya, contoh:
Apakah Penggunaan Media Google Earth dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Lambangan Wetan ?
b. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berisi:
Identifikasi alternatif tindakan
o Sajian argumentasi logis terhadap pilihan tindakan atau deskripsi secara logis
alternatif tindakan secara konseptual berdasarkan:
kesesuaiannya dengan masalah
penyebabnya
kemutakhirannya,
keberhasilannya dalam penelitian sejenis
Berdasarkan teori atau wawancara dengan ahli
Indikator keberhasilannya secara rasional dan terukur
c. Buat definisi operasional dari variabel pokok penelitian
C. TUJUAN PENELITIAN
14. Dirumuskan secara singkat dan jelas tentang apa yang ingin diatasi atau dicapai
berdasarkanpermasalahan dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan.
Contoh:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan media google Earth.
2. Meningkatkan hasil belajar yang lebih bermakna baik aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa melalui penggunaan penggunaan metode SQ3R.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat diuraikan secara jelas dan sistematis baik
Kemukakan manfaat bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah, misalnya
:
1. Bagi siswa:
a. Tumbuhnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Meningkatnya hasil belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif.
c. Meningkatnya ketrampilan sosial siswa dalam bergaul di lingkungan sosialnya.
d. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar.
2. Bagi guru:
1. mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran Pengetahuan sosial
2. Diperolehnya strategi pembelajaran yang tepat untuk materi bahasan kenampakan alam
Indonesia dan negara tetangga
3. Diperolehnya media pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran Kawasan Regional
2. Bagi Sekolah:
a. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial.
b. Tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang
bermutu.
c. Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
1. Deskripsikan kajian teori yang relevan dengan topik penelitian yang dilakukan ,
terutama variabel yang mau diatasi dan variabel digunakan untuk mengatasi
2. Deskripsikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diteliti
3. Buat kerangka pemikiran yang menjelaskan keandalan tindakan untuk mengatasi
masalah.
4. Buat kerangka pemikiran diatas dalam bentuk gambar skema tindakan
5. Tulislah Hipotesis tindakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian : Deskripsikan Tempat, kondisi dan waktu penelitian dilakukan
2. Subjek Penelitian ; Deskripsikan Subjek penelitian secara lugas yang mencakup
jumlah, jenis kelamin, cakupan, kondisi siswa.
3. Siklus Penelitian ; Jelaskan jumlah siklus, tindakan siklus I, siklus 2 dan seterusnya
disertai dengan penjelasan.
4. Prosedur Penelitian ;Prosedur Penelitian mencakup: perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan observasi serta analisis dan refleksi
a. Perencanaan Tindakan ; Deskripsikan tentang persiapan tindakan, kegiatannya
mencakup :
penyusunan rencana tindakan (skenario pembelajaran)
penyusunan media
penyusunan materi
penyusunan instrumen
Simulasi rencana tindakan (skenario pembelajaran)
b. Pelaksanaan tindakan ; Deskripsikan rencana pelaksanaan tindakan dalam bentuk
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) serta jumlah pertemuaannya.
c. Observasi tindakan ; Jelaskan data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan
datanya (soal test, lembar observasi, kuesioner).
d. Analisis dan Refleksi ; Deskripsikan teknik analisis yang digunakan serta bahan dan
prosedur refleksi yang digunakan.
15. BAB IV
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini sistematika sajiannya dapat dibuat sebagai berikut:
A. Kondisi Awal
B. Siklus I
C. Siklus II
D. Siklus III
E. Siklus selanjutnya ( jika ada )
F. Pembahasan antar siklusPenjelasan
A. Kondisi Awal
Deskripsikan fakta dari permasalahan atau kondisi variabel yang ada sebelum dilakukan
penelitian, Misalnya: nilai tes rata-rata yang dicapai, aspek ketrampilan sosial yang ada,
tingkat keberanian bertanya siswa, miskonsepsi, dan sejenisnya.
B. Siklus I
Untuk masing-masing siklus dapat disajikan urutan sebagai berikut:
1. Rencana tindakan (deskripsikan skenario pembelajaran),
2. Pelaksanaan tindakan (deskripsi hasil observasi proses pelaksanaan pembelajaran secara
rinci dari dari awal sampai akhir setiap pertemuan)
3. Hasil Tindakan (sajikan /deskripsikan hasil analisis data dari observasi proses, hasil
test, dan angket)
o Hasil Belajar siswa aspek kognitif,
o Hasil Belajar siswa apek ketrampilan sosial (keberanian siswa dalam bertanya,
berpendapat dan berargumentasi),
o Efektifitas cara pembelajaran menurut siswa, dan seterusnya
Refleksi ( Deskripsikan hasil analisis tindakan dan bandingkan dengan indikator
kinerja yang telah ditetapkan). Deskripsi ini merupakan sajian analisis kritis terhadap
indikator kinerja VS hasil tindakan serta pengembangan konsep teoritis dan rencana
tindak lanjut yang diperlukan.
B. Siklus II (seperti siklus I)http://hargamobil-terbaru.blogspot.com/
C. Siklus III ((seperti siklus I)
D. ………..
E. Pembahasan Antar Siklus
Catatan: PTK minimal dilakukan dalam dua siklus.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1). Simpulan :
Merupakan jawaban terhadap perumusan masalah.
2). Saran :
Merupakan tindak lanjut dari hasil penelitian baik yang bersifat teoritis, praktis, maupun
kebijakan.
Sumber : Materi workshop Guru Pemandu KKG ( Karya Tulis Ilmiah-PTK) di LPMP Jawa
Tengah
Senang dan bangga berkesempatan mempresentasikan ide dan menyaksikan rekan-rekan pengawas Indonesia memaparkan
inovasi dan kratisitasnya dalam berkolaborasi dengan guru di sekolah binaanya. Semuanya jadi pengalaman , saya merasa
bersyukur bertemu rekan-rekan pengawas yang penuh semangat, penuh ide kreatif dan inofatif. Ini semua berkat
16. peembelajaran yang didapat di KTI Online (http://ktiguru.net) yang di ampu oleh dosen dosen pakar Penelitian di seluruh
indonesia, termasuk didalam nya bapak Prof.Ir.Soeharjono,
Tahun 2012 ini Direktorat P2TK Dikmen kembali mengadakan lagi lomba best practice guru … juga pengawas di seluruh
indonesia….
1. Pengalaman terbaik (Best Practice) pengawas diketik dengan menggunakan huruf ARIAL font 12, spasi 1,5, menggunakan
kertas ukuran A4 70 gr, tidak bolak-balik.
Jarak pengetikan bagian atas 3,0 cm dan bawah 2,5 cm, bagian tepi kiri 3,0 cm dan kanan 2,5 cm. Setiap halaman diberi nomor
2.
halaman.
Naskah dijilid rapi dengan menggunakan sampul soft cover berwarna BIRU MUDA dan format sesuai dengan yang tersaji
3.
dalam lampiran. Semua lampiran, harus dijilid menjadi satu kesatuan dengan laporannya (tidak disajikan secara terpisah).
4. Kerangka isi penulisan diatur sebagai berikut.
Bagian Awal terdiri atas: (a) halaman judul; (b) lembaran pengesahan; (c) kata pengantar; (d) daftar isi, (e) abstrak atau
ringkasan; serta (f). daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran (bila ada). Lembar persetujuan ditandatangani Koordinator
Pengawas bila yang menyusun adalah pengawas dan ditandatangani Pejabat Dinas Pendidikan bila yang menyusun adalah
koordinator pengawas. Bagian Isi terdiri atas beberapa bab. (a) Bab Pendahuluan menjelaskan latar belakang, permasalahan,
tujuan, dan manfaat. (b) Bab Kajian tentang Pembahasan dan Pemecahan Masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-
cara dalam memecahkan masalah yang dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu dituliskan adalah bagaimana tindakan,
cara, langkah yang dilakukan oleh pengawas sekolah sehingga kegiatan tersebut dinyatakan sebagai pengalaman terbaiknya
dalam memecahkan masalah dan juga dihubungkan dengan teori akademik yang menunjang. Semua uraian tentang pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan harus didukung (dilampirkan) dengan data yang benar. Hal yang sangat perlu disajikan pada bab
ini adalah keaslian dan kejelasan ide/gagasan terkait dengan upaya pemecahan masalah. Uraian ini merupakan inti tulisan Best
Practice. (c) Bab Simpulan dan Saran berisi uraian tentang hal-hal yang dapat dipetik sarinya dari pengalaman berharga tersebut.
Simpulan diikuti dengan saran atau rekomendasi terhadap pihak terkait dengan pemecahan masalah tersebut. Bagian Penunjang
berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang menunjang tulisan tersebut. Sajian lampiran dimaksudkan sebagai bukti
penunjang kegiatan yang ditulis itu benar-benar merupakan hal nyata yang telah dilakukan.
Silakan baca beritanya:
LOMBA PENULISAN BEST PRACTICE PENGAWAS SEKOLAH
Guna meningkatkan motivasi pengawas sekolah dalam menulis dan menyebarluaskan pengalaman terbaiknya, Direktorat
Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah mengadakan lomba penulisan “Best Practice
Pengawas Sekolah”. Tulisan pengalaman terbaik (Best Practice) pengawas sekolah adalah tulisan yang dibuat pengawas
17. 1. Peserta kegiatan ini adalah pengawas sekolah pendidikan menengah.
2. Penulisan laporan Best Practice dilakukan perseorangan.
3. Kelengkapan yang harus dikirim kepada panitia:
- Laporan tertulis sebanyak 2 (dua) eksemplar.
- Naskah sajian (print-out) presentasi yang berupa tayangan PowerPoint, dengan jumlah slide sekitar 10-20 buah.
- CD yang berisi laporan lengkap dalam format MS. Word dan juga berisi naskah presentasi dalam bentuk
PowerPoint.
sekolah yang berisi laporan uraian pengalaman nyata pengawas sekolah dalam memecahkan berbagai masalah pelaksanaan
pembinaan sekolah. Tulisan merupakan pengalaman nyata pengawas sekolah, bukan pengalaman orang lain, saduran,
terjemahan atau plagiasi.
Prosedur Penulisan Best Practice
Aturan dan Kerangka Penulisan
Pengiriman Laporan Best Practice
Berkas laporan dikirim ke alamat panitia dan selambat-lambatnya tanggal 31 Agustus 2012 Pukul 13.00 WIB berkas sudah
diterima panita.
Penilaian
Penilaian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan penilaian administratif dan substansi tulisan. Peserta yang
lolos tahap seleksi ini diundang melakukan presentasi. Tahap kedua dilakukan penilaian berdasarkan substansi isi dan hasil
presentasi dengan kriteria (a) kesesuaian presentasi dengan isi tulisan, (b) kejelasan dan logika dalam penyajian, dan (c)
unjuk kerja selama menyajikan presentasi.
Penghargaan
Penulis dan penyaji Pengalaman Terbaik (Best Practice) akan memperoleh hadiah yang berupa sertifikat tingkat nasional dan
penghargaan lainnya.
PANITIA PENULISAN BEST PRACTICE
Subdit Program dan Evaluasi
Direktorat Pembinaan PTK Dikmen
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Kemdikbud Gedung D Lantai 12
Jalan Jenderal Sudirman, Pintu 1 Senayan, Jakarta 10270
Telp/Fax: 021-57974108
Email: programptkdikmen@yahoo.co.id
Untuk Guru , beritanya … Klik link di bawah ini
18. LOMBA PENULISAN BEST PRACTICE GURU
http://p2tkdikmen.kemdiknas.go.id/index.php/component/content/article/12-kegiatandirektorat/19-bestpracticeguru
About these ads
Guru wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) setiap tahun
PKB harus dilaksanakan sejak III/a, dan sejak III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif
Perolehan angka kredit dari PKG dan PKB merupakan satu paket
PKB Compulsory/ wajib dilakukan bukan memilih
..................
Macam PKB Jenis Kegiatan
1 Pengembangan a) Diklat fungsional
Diri b) Kegiatan kolektif guru
2 Publikasi a) Presentasi pada forum ilmiah
Ilmiah b) Publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan ilmu di bidang
pendidikan formal
c) Publikasi buku pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman guru
3 Karya Inovatif a) Menemukan teknologi tepat guna
b) Menemukan/menciptakan karya seni
c) Membuat/memodifikasi alat pelajaran/ peraga/praktikum
d) Mengikuti pengembangan penyusunan standar pedoman, soal dan
sejenisnya
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi
Birokrasi (permenag RB) nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka kreditnya