Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
BBLR MANAJEMEN
1. B
AYI B RAT L IR
E
AH
RE
NDAH (B L
B R)
Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch)
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi
2. B ASAN
AT
• Bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat
< 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi (berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1
jam setelah lahir).
3. P
RINSIP DASAR
• BBLR sampai saat ini masih
merupakan masalah di Indonesia,
karena merupakan penyebab
kesakitan dan kematian pada masa
neonatal. Menurut SKRT 2001, 29%
kematian neonatal karena BBLR
• Masalah yang sering timbul sebagai
penyulit BBLR adalah Hipotermia,
Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia,
Infeksi atau sepsis dan gangguan
minum
4. • Persalinan kurang bulan / prematur
– Bayi lahir pada umur kehamilan antara
24 minggu sampai 36 minggu.
• Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
– Bayi lahir kecil untuk masa
kehamilannya karena ada hambatan
pertumbuhan saat dalam kandungan
(Janin tumbuh lambat).
5. F
aktor predisposisi
• Faktor ibu
– Umur, jumlah paritas, penyakit
kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi,
trauma, kelelahan, merokok, kehamilan
yang tak diinginkan.
• Faktor plasenta
– penyakit vaskuler, kehamilan ganda,
• Faktor janin
– kelainan bawaan, infeksi
6. T UAN UM
UJ
UM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta
akan mampu :
• Menjelaskan tentang penyebab dan
komplikasi BBLR
• Melakukan manajeman BBLR
dengan berbagai penyulitnya sesuai
dengan fasilitas yang tersedia
7. T UAN K USUS
UJ
H
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan memiliki
kemampuan untuk::
• Menjelaskan beberapa penyebab dan faktor predisposisi
BBLR.
• Mengindentifikasi BBLR menurut masa gestasi
• Melakukan manajemen umum BBLR.
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta
manajemen hipotermi
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta
manajemen hipoglikemi
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta
manajemen ikterus Kremer II ke atas (hiperbilirubinemi)
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta
manajemen infeksi neonatal
• Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta
manajeman masalah pemberian minum.
8. DIAGNOSIS
Anamnesis
• Umur ibu
• Riwayat persalinan sebelumnya
• Jumlah paritas, jarak kelahiran
sebelumnya
• Kenaikan berat badan selama hamil
• Aktivitas
• Penyakit yang diderita selama hamil
• Obat-obatan yang diminum selama
hamil
9. Pemeriksaan fisik
• Berat lahir kurang 2500 gram
• Untuk BBLR Kurang Bulan :
Tanda prematuritas :
–
–
–
–
Tulang rawan telinga belum terbentuk
Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit)
Refleks refleks masih lemah
Alat kelamin luar
• Untuk BBLR Kecil untuk Masa Kehamilan :
Tanda Janin Tumbuh Lambat :
– Tidak dijumpai tanda prematuritas
– Kulit keriput
– Kuku lebih panjang
10. Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
Kemungkinan
diagnosis
Bayi terpapar dengan
suhu lingkungan yang
rendah
Waktu timbul < 2 hari
Menangis lemah
Kurang aktif, malas
minum
Kulit teraba dingin
Kulit mengeras
kemerahan
Frek. jantung < 100 /men
Napas pelan dan dalam
Suhu tubuh
kurang 36.5 0 C
Hipotermi
Kejang timbul saat lahir
sampai dengan hari ke 3
Riwayat ibu Diabetes
Kejang, tremor, letargi
atau tidak sadar
Kadar glukose
darah < 45
mg/dL (2.6
mmol/L)
Hipoglikemia
Ikterik timbul saat lahir Kulit , konjungtiva
hari ke 3.
berwarna kuning
Berlangsung > 3 minggu. Pucat
Riwayat infeksi maternal
Riwayat ibu pengguna
obat.
Riwayat Ikterus pada bayi
yang lahir sebelumnya
Ikterus/
Hiperbilirubin
emia
11. Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang
Kemungkinan
diagnosis
Ibu tidak dapat atau
Bayi kelihatan bugar
tidak berhasil menyusui
Malas atau tidak mau
minum
Waktu timbul sejak lahir
Kenaikan berat bayi Masalah
kurang 20
pemberian
gram/hari selama 3 minum
hari
Ibu demam sebelum
dan selama persalinan
Ketuban Pecah Dini
Persalinan dengan
tindakan
Timbul asfiksia pada
saat lahir
Bayi malas minum
Timbul pada saat lahir
sampai 28 hari
Bila ditemukan > 1
tanda:
Bayi malas minum
Demam tinggi atau
hipotermi
Bayi letargi
Gangguan napas
Kulit ikterus
Sklerema/skleredema
Kejang
Laboratorium
darah:
Jumlah lekosit
lekositosis atau
lekopenia),
trombositopenia
Gambaran darah
tepi (bila tersedia
fasilitas)
Bayi KMK / lebih bulan
Air ketuban bercampur
mekonium
Lahir dengan riwayat
asfiksia
Lahir asfiksia
Air ketuban +
mekonium
Tali pusat berwarna
kuning kehijauan
Pemeriksaan
Sindroma
Radiologi dada (bila Aspirasi
tersedia)
mekonium
Infeksi atau
Curiga Sepsis
12. M
ANAJ M N UM
E E
UM
• Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
• Jaga patensi jalan napas
• Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital:
pernapasan, denyut jantung, warna kulit
dan aktifitas
• Bila bayi mengalami gangguan napas,
dikelola gangguan napas
• Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti
konvulsan
• Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena,
berikan cairan rehidrasi IV.
• Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau
komplikasinya
13. P
emberian minum
• Bila bayi mendapat ASI, harus tersedia
jumlah cukup dengan cara apapun:
– Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
– Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk
menilai kecukupan minum (min. 6 kali sehari)
• Timbang bayi setiap hari, hitung
penambahan / pengurangan berat,
sesuaikan pemberian cairan / susu:
– Bayi 1500 - 2500 g tidak boleh kehilangan berat
> 10% dari berat lahirnya pada 4-5 hari pertama
– Bila kenaikan BB tidak adekuat, tangani sebagai
Masalah kenaikan berat badan tidak adekuat.
– Bila bayi menyusu, perhatikan cara pemberian
ASI dan kemampuan bayi mengisap min. 1x/hr
– Bila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturutturut, timbang bayi 2 kali seminggu.
14. B sehat 1750-2500 g
ayi
• Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi.
Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa
letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (misal setiap 2 jam)
bila perlu.
• Pantau pemberian minum dan kenaikan
berat badan untuk menilai efektivitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat
mengisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
15. B sakit 1750-2500 g
ayi
• Bila ada gangguan napas, kejang dan
gangguan minum segera lakukan rujukan
• Bila bayi dapat minum per oral dan tidak
memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat.
• Apabila bayi memerlukan cairan IV:
• Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama;
• Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau
segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian
ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tandatanda siap untuk menyusu;
• Apabila masalah sakitnya menghalangi proses
menyusui (misal gangguan napas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung:
16. B sakit 1750-2500 g
ayi
• Berikan cairan IV dan ASI menurut
umur
• Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(misal 3 jam sekali). apabila bayi telah
mendapat minum 160 ml/kg berat
badan per hari tetapi masih tampak
lapar berikan tambahan ASI setiap
kali minum
• Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa
terbatuk atau tersedak
17. T
abel 8.2 J
umlah cairan yang dibutuhkan bayi (mLkg)
/
Hari ke
•Berat
1
2
3
4
5+
> 1500 g
60
80
100
120
150
< 1500 g
80
100
120
140
150
T
abel 8.3 J
umlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat
1750 - 2500 g
U m u r (hari)
Pemberian
1
2
3
4
5
6
7
Kecepatan cairan IV
(mL/jam atau tetes
mikro/menit)
5
4
3
2
0
0
0
Jumlah ASI setiap 3 jam
(mL/kali)
0
6
14 22 30 35 38
18. P
emantauan
I. Kenaikan berat badan dan pemberian
minum setelah umur 7 hari
• Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari
pertama. Bayi dengan berat lahir > 1500 g
dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir
biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali
apabila terjadi komplikasi.
• Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan
berat badan selama tiga bulan seharusnya:
• 150–200 g seminggu untuk bayi < 1500 g
(mis. 20–30 g/hari)
• 200–250 g seminggu untuk bayi 1500 – 2500
g (mis. 30–35 g/hari)
19. P
emantauan
•
Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada
semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7
hari:
• Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari
sampai tercapai jumlah 180 mL/kg/hari;
• Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan
berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap
180 mL/kg/hari;
• Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan
jumlah pemberian ASI sampai 200 mL/kg/hari;
•
Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang
telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu
padahal bayi sudah mendapat ASI 200 mL/kg BB
per hari, tangani sebagai Kemungkinan kenaikan
berat badan tidak adekuat.
20. T
anda kecukupan
pemberian ASI
• Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
• Bayi tidur lelap setelah pemberi-an
ASI
• Peningkatan berat badan setelah 7
hari pertama sebanyak 20 gram
setiap hari.
21. P
emulangan penderita
• Bayi suhu stabil
• Toleransi minum per oral baik,
diutamakan pemberian ASI. Bila tidak
bisa diberikan ASI dengan cara
menetek dapat diberikan dengan
alternatif cara pemberian minum
yang lain.
• Ibu sanggup merawat BBLR di rumah
22. H OT RM
IP E I
Hipotermi adalah suhu tubuh
kurang dari 36.5ºC pada
pengukuran suhu melalui ketiak
23. P
RINSIP DASAR
•
•
•
Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama
pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh
bayi yang belum sempurna, permukaan tubuh bayi
relatif luas, kemampuan produksi dan menyimpan
panas terbatas.
Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena
terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu
lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau
basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak
berpakaian.
Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena
dapat menyebabkan terjadinya perubahan
metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung paru dan kematian
24. M
ekanisme kehilangan panas
• Radiasi: dari bayi ke
lingkungan dingin terdekat.
• Konduksi: langsung dari bayi
ke sesuatu yang kontak dg bayi
• Konveksi: kehilangan panas
dari bayi ke udara sekitar
• Evaporasi: penguapan air dari
kulit bayi
25.
26. T UAN UM
UJ
UM
• Setelah menyelesaikan bab ini
peserta akan mampu menjelaskan
tentang hipotermi, penyebab dan
mampu melaksanakan penanganan
atau manajemennya
27. T UAN K USUS
UJ
H
Setelah pelatihan ini, peserta
mengetahui dan mampu:
• Melakukan langkah-langkah
promotif / preventif hipotermi
• Menjelaskan klasifikasi hipotermi
• Melaksanakan tata laksana
hipotermi.
28. L
ANGK P
AH ROM IF /
OT
P VE IF
RE NT
• Rawat bayi kecil di ruang yang hangat
(tidak kurang 25°C dan bebas dari aliran
angin).
• Jangan meletakkan bayi dekat dengan
benda yang dingin (misal dinding dingin
atau jendela) walaupun bayi dalam
inkubator atau di bawah pemancar panas.
• Jangan meletakkan bayi langsung di
permukaan yang dingin (mis. alasi tempat
tidur atau meja periksa dengan kain atau
selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
29. L
ANGK P
AH ROM IF /
OT
P VE IF
RE NT
• Pada waktu dipindahkan ke tempat lain,
jaga bayi tetap hangat dan gunakan
pemancar panas atau kontak kulit dengan
perawat.
• Memakai pakaian dan mengenakan topi.
• Bungkus bayi dengan pakaian yang
kering dan lembut dan selimuti.
• Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk
pemantauan atau tindakan.
• Berikan tambahan kehangatan pada
waktu dilakukan tindakan (mis.
menggunakan pemancar panas).
30. L
ANGK P
AH ROM IF /
OT
P VE IF
RE NT
• Ganti popok setiap kali basah.
• Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan
di kulit (mis. kain kasa yang basah),
usahakan agar bayi tetap hangat.
• Jangan memandikan atau menyentuh
bayi dengan tangan dingin.
• Ukur suhu tubuh sesuai jadwal pada tabel
(lihat lampiran)
31. Keadaan bayi
Frekuensi
Pengukuran
Bayi sakit
Tiap jam
Bayi kecil
Tiap 12 jam
Bayi keadaan
membaik
Sekali sehari
Berat
bayi
a
Suhu inkubator ( o C) menurut umur a
35 o C
34 o C
33 o C
32 o C
< 1500 1-10 hari 11 hari –
3-5
>5
g
3 minggu
minggu
minggu
15001-10 hari 11 hari–4
>4
2000 g
minggu
minggu
21001-2 hari
3 hari-3
>3
2500 g
minggu
minggu
> 2500
1-2 hari
> 2 hari
Bilag
jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 C setiap
perbedaan suhu 7 oC antara suhu ruang dan inkubator.
o
32. CARA
Kontak
kulit
PETUNJUK PENGGUNAAN
Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam
waktu singkat, atau menghangatkan
bayi hipotermi (32 – 36,4oC) apabila
cara lain tidak mungkin dilakukan
Kangaroo Untuk menstabilkan bayi dengan berat
Mother
badan < 2500 g, terutama
Care
direkomendasikan untuk perawatan
(KMC)
berkelanjutan bayi dengan berat badan
< 1800 g
Tidak untuk bayi yang sakit berat
(sepsis, gangguan napas berat).
Tidak untuk Ibu yang menderita
penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Pada ibu yang sedang sakit, dapat
dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)
33. CARA
Pemancar
panas
PETUNJUK PENGGUNAAN
Untuk bayi sakit atau bayi dengan
berat 1,500 g atau lebih
Untuk pemeriksaan awal bayi,
selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi
hipotermi
Bila tidak tersedia pemancar panas,
Lampu
penghangat
dapat digunakan lampu pijar
maksimal 60 watt dengan jarak 60
cm
Penghangatan berkelanjutan bayi
Inkubator
dengan berat < 1,500 g yang tidak
dapat dilakukan KMC
Untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan napas berat)
34. CARA
PETUNJUK PENGGUNAAN
Bila tidak tersedia inkubator, dapat
Boks
penghangat
digunakan boks penghangat dengan
menggunakan lampu pijar maksimal
60 watt sebagai sumber panas
Untuk merawat bayi dengan berat <
Ruangan
hangat
2500 g yang tidak memerlukan
tindakan diagnostik atau prosedur
pengobatan,
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan napas berat)
35. Anamnesis
Pemeriksaan
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah
Waktu timbulnya kurang
dari 2 hari
Suhu tubuh 32 ºC –
36.4 ºC
Gangguan napas
Denyut jantung < 100
kali/menit
Malas minum
Letargi
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah
Waktu timbulnya kurang
dari 2 hari
Suhu tubuh < 32 ºC
Tanda lain hipotermia
sedang
Kulit teraba keras
Napas pelan dan
dalam
Tidak terpapar dengan
dingin atau panas yang
berlebihan
Suhu tubuh
berfluktuasi antara 36
ºC – 39 ºC meskipun
berada di suhu
lingkungan yang stabil
Fluktuasi sesudah
periode suhu stabil
Klasifikasi
Hipotermia sedang
Hipotermia berat
Suhu tubuh tidak
stabil (lihat Dugaan
sepsis)
36. MANAJEMEN
H OT RM B RAT
IP E I E
• Segera hangatkan bayi di bawah
pemancar panas.
• Gunakan inkubator atau ruangan
hangat, bila perlu.
• Ganti baju yang dingin dan basah
dengan pakaian yang hangat, topi dan
selimut hangat.
• Hindari paparan panas yang berlebihan
dan posisi bayi sering diubah.
37. MANAJEMEN
H OT RM B RAT
IP E I E
• Bayi dengan gangguan napas (frekuensi
napas > 60 atau < 30 kali/menit, tarikan
dinding dada, merintih saat ekspirasi),
lihat bab tentang Gangguan napas.
• Pasang jalur IV dan beri cairan IV
sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa
infus tetap terpasang di bawah
pemancar panas, untuk menghangatkan
cairan.
• Periksa kadar glukose darah, bila kadar
glukose darah kurang 45 mg/dL (2.6
mmol/L), kelola hipoglikemia.
38. MANAJEMEN
H OT RM B RAT
IP E I E
• Nilai tanda bahaya setiap jam dan
kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh dalam batas normal.
• Ambil sampel darah dan beri antibiotika
sesuai pengelolaan Kemungkinan besar
sepsis.
• Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi
siap :
– Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI
peras
– Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali,
pasang pipa lambung dan beri ASI peras
begitu suhu bayi mencapai 35 ºC.
39. MANAJEMEN
H OT RM B RAT
IP E I E
• Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila
suhu naik paling tidak 0.5 ºC/jam, berarti
upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan setiap 2 jam.
• Periksa suhu alat yang dipakai untuk
menghangatkan dan suhu ruang tiap jam.
• Setelah suhu tubuh bayi normal:
– Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi;
– Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan
ukur suhunya setiap 3 jam.
40. MANAJEMEN
H OT RM B RAT
IP E I E
• Pantau bayi selama 24 jam setelah
penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum
dengan baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit, bayi dapat dipulangkan dan
nasehati ibu bagaimana cara menjaga
agar bayi tetap hangat selama di rumah.
41. MANAJEMEN
H OT RM RINGAN
IP E I
• Ganti pakaian yang dingin dan basah
dengan pakaian yang hangat, memakai
topi dan selimuti dengan selimut hangat.
• Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan
menghangatkan bayi dengan
melakukan kontak kulit dengan kulit
(perawatan bayi lekat).
42. MANAJEMEN
H OT RM RINGAN
IP E I
• Bila ibu tidak ada:
– Hangatkan kembali bayi dengan alat
pemancar panas. Gunakan inkubator
dan ruangan hangat, bila perlu;
– Periksa suhu alat penghangat dan
suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum dan
sesuaikan pengatur suhu.
– Hindari paparan panas yang
berlebihan dan posisi bayi lebih
sering diubah.
43. MANAJEMEN
H OT RM RINGAN
IP E I
• Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih
sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
• Mintalah ibu untuk mengamati tanda
bahaya (mis. gangguan napas, kejang)
dan segera mencari pertolongan bila
terjadi hal tersebut.
• Periksa kadar glukose darah, bila < 45
mg/dL (2.6 mmol/L), kelola hipoglikemia.
44. MANAJEMEN
H OT RM RINGAN
IP E I
• Nilai tanda bahaya, Periksa suhu tubuh
bayi setiap jam, bila suhu naik minimal
0.5 ºC/jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan
memeriksa suhu setiap 2 jam.
• Bila suhu tidak naik atau naik terlalu
pelan, kurang 0.5 ºC/jam, cari tanda
sepsis.
45. MANAJEMEN
H OT RM RINGAN
IP E I
• Setelah suhu tubuh normal:
– Lakukan perawatan lanjutan.
– Pantau bayi selama 12 jam berikutnya,
periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu
tetap dalam batas normal dan bayi dapat
minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan
perawatan, bayi dapat dipulangkan.
Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di
rumah
46. H OGL E IA
IP
IK M
Hipoglikemi adalah keadaan hasil
pengukuran kadar glukose darah
kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)
47. P
RINSIP DASAR
• Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR,
karena cadangan glukosa rendah.
• Hipoglikemi adalah masalah serius pada
bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan
kerusakan pada susunan saraf pusat
bahkan sampai kematian.
• Kejadian hipoglikemi lebih sering
didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus.
48. P
RINSIP DASAR
• Glukosa merupakan sumber kalori yang
penting untuk ketahanan hidup selama
proses persalinan dan hari-hari pertama
pasca lahir.
• Setiap stress yang terjadi mengurangi
cadangan glukosa yang ada
49. T UAN UM
UJ
UM
• Setelah menyelesaikan bab ini
peserta akan mampu
menjelaskan tentang
hipoglikemi, penyebab dan
mampu melaksanakan
penanganan atau
manajemennya
50. T UAN K USUS
UJ
H
Setelah pelatihan ini, peserta
mengetahui dan mampu :
• Melakukan langkah-langkah
promotif / preventif hipoglikemi
• Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis
hipoglikemi
• Melaksanakan penanganan
hipoglikemi dengan jalan memasang
jalur infus intra vena dan atau
memasang pipa nasogastrik
51. L
ANGK P VE IF /
AH RE NT
P
ROM IF
OT
• Penanganan/ pengendalian kadar glukosa
ibu Diabetes Mellitus (Lihat pengelolaan ibu
DM di Buku Panduan Praktis Pelayanan
Maternal dan Neonatal).
• Penanganan keadaan yang dapat
mengakibatkan BBLR.
• Penanganan keadaan yang dapat
meningkatkan penggunaan glukosa bayi
(mis. pada asfiksia, hipotermi, hiperterm,
gangguan pernapasan)
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan
dengan minum ASI dini
52. Diagnosis
Anamnesis
• Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
• Riwayat bayi prematur
• Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan
(BMK)
• Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan
(KMK)
• Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
• Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung
Bawaan
53. Diagnosis
Pemeriksaan klinis
Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi
sudah harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih
baik.
Gejala yang sering terlihat adalah:
• tremor ("jitteriness")
• bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
• sianosis
• kejang
• apne atau nafas lambat, tidak teratur
• tangis melengking atau lemah merintih.
• hipotoni
• masalah minum
• nistagmus gerakan involunter pada mata
54. M
ANAJ M N
E E
• Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara
IV bolus pelan dalam lima menit.
• Jika jalur IV tidak dapat dipasang
dengan cepat, berikan larutan
glukose melalui pipa lambung
dengan dosis yang sama.
• Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan
rumatan, kemudian lakukan rujukan
• Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi
tidak dapat menyusu, berikan ASI
peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum
55. IK E
T RUS /
H E IL
IP RB IRUB M
INE IA
Pewarnaan kuning di kulit,
konjungtiva dan mukosa yang
terjadi karena meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah (> 5 mg%
atau 85 µmol/L)
56. P
RINSIP DASAR
• Bayi sering mengalami ikterus pada minggu
pertama kehidupan, terutama bayi kurang
bulan.
• Dapat terjadi secara normal atau fisiologis
dan patologis.
• Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal
penyakit utama yang berat pada neonatus.
• Peningkatan bilirubin dalam darah
disebabkan oleh pembentukan yang
berlebihan dan atau pengeluaran yang
kurang sempurna.
57. P
RINSIP DASAR
• Ikterus perlu ditangani secara seksama,
karena bilirubin akan masuk ke dalam sel
syaraf dan merusak sehingga otak
terganggu dan mengakibatkan kecacatan
sepanjang hidup atau kematian
(ensepalopati biliaris)
58. T UAN UM
UJ
UM
Setelah menyelesaikan bab ini
peserta akan mampu
menjelaskan tentang ikterus,
penyebab dan mampu
melaksanakan penanganan atau
manajemen nya
59. T UAN K USUS
UJ
H
• Setelah pelatihan ini, peserta
mengetahui dan mampu :
• Melakukan langkah-langkah
promotif / preventif ikterus
• Menjelaskan tanda, gejala,
diagnosis ikterus.
• Melaksanakan penanganan
ikterus
60. L
angkah P
romotif /P
reventif
• Menghindari penggunaan obat pada ibu
hamil yang dapat mengakibatkan ikterus
(sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin)
• Penanganan keadaan yang dapat
mengakibatkan BBLR.
• Penanganan infeksi maternal, ketuban
pecah dini (Lihat Bab Infeksi Maternal)
• Penanganan asfiksia, trauma persalinan.
• Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan
dengan minum ASI dini dan ekslusif
61. Diagnosis
Anamnesis
• Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
• Riwayat penyakit anemi dengan
pembesaran hati, limpa atau pengangkatan
limpa dalam keluarga.
• Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
• Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah
dini
• Riwayat trauma persalinan, asfiksia.
• Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah
dini
62. Diagnosis
Pemeriksaan
• Pemeriksaan klinis dilakukan dengan pencahayaan
yang memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila
dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat
dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit
dengan ringan memakai jari tangan untuk
memastikan warna kulit dan jaringan subkutan:
•
– Hari 1
– Hari 2
– Hari 3
kaki.
tekan pada ujung hidung atau dahi;
tekan pada lengan atau tungkai;
dan seterusnya, tekan pada tangan dan
Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar
ke arah kaudal tubuh, dan ekstremitas. Pemeriksaan
penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda
klinis ikterus pertama ditemukan sangat berguna
untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus ke
arah kaudal tubuh.
63. Pemeriksaan
• Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar
dengan melihat pewarnaan kuning pada tubuh
metode Kremer. Pemeriksaan kadar bilirubin
• Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan
minum, keadaan umum, apnea, suhu yang labil,
sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit
utama disamping keadaan hiperbilirubinemianya.
• Tindak lanjut pada neonatus yang menderita
hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi
dipulangkan terutama pada 7 hari pertama pasca
kelahiran.
• Bila ikterus menetap sampai minggu ke 2 pasca
kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan kadar
billirubin serum total dan direk, serta kadar bilirubin
dalam urin.
64. P
embagian ikterus menurut
metode K
remer
Derajat
Daerah Ikterus
Ikterus
Perkiraan
kadar
bilirubin
I
Daerah kepala dan
leher
5.0 mg%
II
Sampai badan atas
9.0 mg%
III
Sampai badan bawah
hingga tungkai
11.4 mg%
IV
Sampai daerah
lengan, kaki bawah,
lutut.
12.4 mg%
V
Sampai daerah telapak
tangan dan kaki
16.0 mg%
65. P
erkiraan K
linis derajat ikterus
Usia
Ikterus terlihat pada
Hari 1
Setiap ikterus yang
terlihata
Hari 2
Lengan dan tungkai b
Hari 3 dan
seterus
nya
Tangan dan kaki
Klasifikasi
Ikterus berat
Bila ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 1,
menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera
mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan
kadar bilirubin serum.
b
Bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki
pada hari 2, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar
sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil
pemeriksaan kadar bilirubin serum
a
66. P
emeriksaan penunjang
Untuk Puskesmas fasilitas penunjang
biasanya jarang tersedia, sehingga
pemeriksaan atau penajaman klinis sangat
diutamakan
• Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut
• Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat
kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
• Bila ibu memiliki golongan darah O
dianjurkan untuk menyimpan darah tali
pusat pada setiap persalinan untuk
pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
• Kadar bilirubin serum total diperlukan bila
ditemukan ikterus pada 24 jam pertama
kelahiran.
67. Diagnosis banding
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang /
diagnosis lain
Kemungkinan
diagnosis
Timbul saat lahir
sampai dengan hari ke
2
Riwayat ikterus pada
bayi sebelumnya
Riwayat penyakit
keluarga : ikterus,
anemi, pembesaran
hati, pengangkatan
limpa, defisiensi G6
PD
Sangat Ikterus
Sangat pucat
Hb < 13 g/dl, Ht < 39%
Bilirubin >8 mg/dl pada
hari ke 1 atau
Kadar Bilirubin >
13mg/dl pada hari ke 2
ikterus/ kadar bilirubin
cepat
Bila ada fasilitas:
Inkompatibilitas gol.
Darah ABO atau Rh
Ikterus hemolitilk
akibat
inkompatibilitas
darah
Timbul saat lahir
sampai dengan hari ke
2 atau lebih
Riwayat infeksi
maternal
Sangat Ikterus
Tanda tersangka
infeksi/sepsis
(malas minum,
kurang aktif,
tangis lemah,
suhu tubuh
abnormal
Lekositosis, leukopeni,
trombositopenia
Ikterus diduga
karena infeksi
berat/ sepsis
(tangani dugaan
infeksi berat dan
foto terapi bila
diperlukan)
68. Diagnosis banding
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
penunjang /
diagnosis lain
Kemungkinan
diagnosis
Timbul pada hari 1
Riwayat ibu hamil
pengguna obat
Ikterus
Ikterus akibat
obat
Ikterus hebat timbul pada
hari ke 2
Ensefalopati timbul pada
hari ke 3 7
Ikterus hebat yang tidak
atau terlambat diobati
Sangat ikterus
Kejang
Postur abnormal,
letargi
Bila ada fasilitas:
Ensefalopati
Hasil tes Coombs bilirubin (Kernpositif
ikterus) (obati
kejang dan tangani
Ensefalopati
bilirubin)
Ikterus menetap setelah
usia 2 minggu
Ikterus
berlangsung > 2
minggu pada bayi
cukup bulan dan
> 3 minggu pada
bayi kurang bulan
Faktor pendukung:
Urin
gelap,
feses
pucat
Peningkatan bilirubin
direk
Timbul hari ke 2 atau
lebih.
Bayi Berat Lahir Rendah
Bayi tampak
sehat
Ikterus
berkepanjangan
(Prolonged
ikterus)
Ikterus pada bayi
prematur
69. M
ANAJ M N
E E
•
•
•
•
•
•
•
Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat
rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika ikterus
berlangsung lebih dari 2 minggu.
Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara
dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam.
Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa
nasogastrik atau dengan gelas dan sendok.
Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar mata hari
pagi selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap
hangat.
Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat
menimbulkan ensefalopati biliaris.
Setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran
adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium
lanjut; minimal kadar bilirubin serum total, pemeriksaan kearah
adanya penyakit hemolisis.
Pada bayi dengan Ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil
70. P
anduan terapi sinar berdasarkan kadar
bilirubin serum (jika fasilitas tersedia)
Saat timbul
ikterus
B cukup bulan sehat
ayi
kadar bilirubin, mg/
dl;
(umol/ *
l)*
Hari ke 1
Setiap terlihat ikterus
B dengan faktor
ayi
risiko*
kadar bilirubin,
mg/
dl;
(umol/ *
l)*
Setiap terlihat ikterus
Hari ke 2
15 (260)
13 (220)
Hari ke 3
18 (310)
16 (270)
Hari ke 4 dst
20 (340)
17 (290)
*F
aktor risiko : BBLR, penyakit hemolisis karena inkompatibilitas gologan
darah, asfiksia atau asidosis, hipoksia, trauma serebral, atau infeksi sistemik
* * Semua batas nilai panduan terapi sinar diatas dapat dikurangi 2-3 angka
tergantung fasilitas laboratorium yang tersedia
72. M
ASAL
AH
• Masalah minum sering terjadi pada
bayi baru lahir, bayi berat lahir
rendah, atau pada bayi sakit berat.
• Masalah pemberian minum perlu
mendapat perhatian khusus selain
untuk mengurangi risiko terjadinya
penyakit juga untuk memenuhi
tumbuh kembang bayi
73. • Bayi yang semula minum baik
menjadi malas minum
• Bayi malas minum sejak lahir
• Berat bayi tidak naik
• Ibu cemas tentang cara
pemberian minum, terutama
pada bayi kecil, atau bayi
kembar
74. • Setelah menyelesaikan bab ini
peserta akan mampu
menjelaskan masalah
pemberian minum, penyebab
dan mampu melaksanakan
penanganan atau manajemen
masalah pemberian minum
75. Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan
mampu:
• Menjelaskan beberapa masalah pemberian
minum
• Menjelaskan penyebab, tanda, masalah
pemberian minum
• Menjelaskan rencana penanganan masalah
pemberian
• Melakukan praktek cara pemberian minum
ASI yang tepat pada BBLR, bayi kembar.
• Mampu melakukan pemasangan pipa
lambung dengan baik
76. • Perawatan antenatal yang
meliputi perawatan payu dara.
• Mencegah kelahiran BBLR
• Penanganan infeksi maternal
• Perawatan pasca natal yang
baik dan berkualitas
77. Anamnesis
• Riwayat cara pemberian minum
bayi
• Riwat terjadinya masalah
pembeian minum
• Riwayat penimbangan bayi
• Riwayat infeksi maternal ,
ketuban pecah dini
78. Diagnosis B
anding
Anamnesis
Malas / tidak mau minum
Sebelumnya minum
dengan baik
Timbul 6 jam atau lebih
setelah lahir
Riwayat infeksi maternal
Pemeriksaan
Bayi tampak sakit
Tanda infeksi :
Kesulitan bernapas, suhu
tubuh tidak stabil, iritabel,
kejang, tidak sadar, muntah,
Kemungkinan
diagnosis
Curiga Infeksi
(sepsis)
Malas atau tidak mau Bayi berat lahir < 2500 gram Bayi kecil
minum,
sebelumnya atau kehamilan kurang dari 37
minum baik
minggu
Timbul sejak lahir
Ibu tidak dapat menyusui
atau tidak berhasil
menyusui
Ibu cemas dan khawatir
tidak dapat menyusui
Waktu timbul 1 hari atau
lebih
Bayi kelihatan sehat
Cara pemberian
minum salah
Kecemasan pada
ibu
79. Diagnosis B
anding
Anamnesis
Pemeriksaan
Kemungkinan
diagnosis
Bayi regurgitasi,
beberapa kali tersedak
dan batuk setelah minum
Timbul pada hari ke 1
atau lebih
Celah antara palatum dan Celah langitmulut atau keluar minum lewat langit
hidung
Bayi regurgitasi sejak
pertama minum
Waktu timbul 1 hari
Air ketuban bercampur
mekonium
Pipa lambung dapat masuk
Bayi kelihatan sehat
Bayi batuk, tersedak dan
regurgitasi sejak pertama
kali minum
Minum dimuntahkan
Waktu timbul sejak lahir
Pipa lambung tidak dapat Kelainan Bedah
masuk.
Keluar air liur atau cairan dari
mulut, walaupun tidak diberi
minum
Iritasi lambung
80. M
ANAJ M N UM
E E
UM
• Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak
atau muntah sejak pertama kali minum
sesudah lahir, lanjutkan dengan
kemungkinan diagnosis lain.
• Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau
muntah sejak pertama kali diberi minum
coba pasang pipa lambung.
– Bila tidak berhasil kemungkinan adanya kelainan
bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan
dan pemberian minum ditunda. Rujuk setelah
stabil
– Bila pipa lambung berhasil masuk, pastikan pipa
masuk ke lambung, lakukan aspirasi cairan
lambung dan biarkan mengalir sendiri. Kemudian
lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain
81. K
ecemasan pada ibu
• Memberikan pengertian dan cara
pemberian ASI yang tepat.
• Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari
• Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu
mengenai teknik menyusui selama tiga hari
• Yakinkan ibu bila cara ibu benar
• Nasehati ibu cara yang sesuai
• Bila berat bayi meningkat min. 60 g dalam 3
hari yakinkan ibu bahwa ASI nya cukup.
• Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai
minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola
sebagai persangkaan berat tidak naik
dengan adekuat
82. P
ersangkaan berat bayi tidak
naik dengan adekuat
• Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika
ditemukan kenaikan berat bayi kurang
60 gram selama 3 hari berturut-turut.
• Periksa penyebab berat tidak naik
sebelumnya
•
•
•
•
Apakah telah diberi minum sesuai rencana
Apakah suhu lingkungan bayi optimal.
Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan.
Pengobatan infeksi pada mulut jika
ditemukan.
83. P
ersangkaan berat bayi tidak
naik dengan adekuat
• Bila tidak ditemukan penyebab pasti,
lakukan tindakan meningkatkan jumlah
ASI yang diterima bayi dengan cara :
– Menaikkan frekuensi minum, menambah
lamya waktu menyusui
– Berganti payudara setiap mulai
menyusui dan pastikan bayi dapat
mengosongkan satu payudara sebelum
pindah kepayudara yang lain.
– Ibu cukup minum, gizi dan tidak
kelelahan.
84. P
ersangkaan berat bayi tidak
naik dengan adekuat
• Bila kenaikan berat masih < 20 gr tiap
hari
– Sesudah menyusui, ibu memeras ASI
dan berikan pada bayi dengan cara
alternatif sebagai tambahan.
– Bila tidak dapat memeras ASI, beri bayi
10 ml pengganti ASI (PASI), gunakan
gelas atau sendok.
– PASI tidak harus diberikan, kecuali jika
yakin :
• Tersedia selama, mudah diperoleh,
dapat digunakan secara aman, serta
dapat dipersiapkan sesuai petunjuk.
85. P
ersangkaan berat bayi tidak
naik dengan adekuat
• Pemberian PASI dilanjutkan hingga
kenaikan berat bayi minimal 20 gram
per hari selama 3 hari berturut-turut,
kemudian turunkan PASI sampai 5 ml
setiap kali minum selama 2 hari.
– Bila kenaikan berat badan cukup (> 20
g/hari) selama 2 hari berikutnya,
hentikan PASI seluruhnya.
– Bila berat badan turun di bawah 20
g/hari, mulai tambahkan kembali PASI
sebanyak 10 ml setiap kali minum, dan
ulangi kembali proses di atas.
86. P
ersangkaan berat bayi tidak
naik dengan adekuat
• Setelah PASI dihentikan, monitor
kenaikan berat badan bayi selama 3
hari berikutnya. Jika kenaikan berat
badan berlangsung dengan kecepatan
yang sama atau lebih baik, bayi
dipulangkan ke rumah
87. MM E M
E B RI INUM B
AYI K CIL
E
• Terangkan bahwa ASI adalah minuman
terbaik.
• Bayi kecil mungkin tidak dapat minum
dengan baik pada hari-hari pertama dan
hal ini normal karena:
• Mudah capai dan menghisap masih
lemah
• Menghisap dengan singkat kemudian
berhenti
• Tertidur saat sedang minum
• Ada waktu jeda yang cukup panjang
antara hisapan
• Ingin minum lebih sering dibanding bayi
lebih besar.
88. MM E M
E B RI INUM B
AYI K CIL
E
• Yakinkan ibu bahwa menyusui dengan
ASI akan lebih mudah bila bayi sudah
lebih besar
• Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum
menyusui ASI:
– Bayi disusui minimal 8 kali 24 jam (siang
dan malam) sampai berat 2500 gram.
– Bila bayi tidak dapat bangun sendiri,
hendaknya ibu membangunkannya untuk
menyusu.
– Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu
payudara berikan payudara lainnya
89. MM E M
E B RI INUM B
AYI K CIL
E
– Selalu memberi minum ASI sebelum
memeras ASI. Bila perlu ibu dapat
meningkatkan aliran ASI dengan sedikit
memeras sebelum menyusui.
– Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang
lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu
jeda yang cukup panjang antara hisapan.
– Jangan menghentikan bayi menyusu
selama bayi masih berusaha atau ingin
tetap menyusu.
– Jangan memaksakan bila bayi belum mau
menyusu.
– Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI
untuk 4-6 bulan pertama.
90. MM E M
E B RI INUM B
AYI K CIL
E
• Bila bayi tidak menghisap dengan baik
untuk menerima sejumlah ASI yang cukup,
anjurkan ibu untuk memberikan ASI peras
dengan menggunakan alternatif cara
pemberian minum dengan cangkir, sendok
atau pipa lambung.
• Bila suplai ASI cukup (bayi minum 6 kali
atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi
tidak naik dengan adekuat (kurang dari 60
gram selama 3 hari), ibu hendaknya
memeras ASI dalam dua cangkir yang
berbeda. Hendaknya ibu memberikan
pertama kali kepada bayinya pertama kali
ASI peras dalam cangkir ke dua yang
mengandung lebih kaya lemak kemudian
baru ASI yang ada di dalam cangkir
pertama bila bayi masih memerlukan
91. MM E M
E B RI INUM B
AYI K M AR
E B
• Yakinkan ASI nya cukup untuk kedua
bayinya.
• Bila bayinya kecil, terangkan kepada ibu
bahwa akan memerlukan waktu cukup lama
untuk memulai menyusui ASI dengan
mantap
• Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum
menyusui, sebagai tambahan ibu harus :
• Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat
payudara sudah siap untuk dua bayi
• Yakin bahwa bayi yang lebih lemah mendapat
cukup ASI
• Beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum, sesudah selesai
menyusu bila diperlukan
• Secara bergantian menggilir payudara setiap kali
menyusui
92. T RIM K
E
A ASIH
AT P RH IAN ANDA
AS E AT
JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK – KESEHATAN REPRODUKSI
JAKARTA 2004