1. PROSEDUR PERIJINAN PEMBUATAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKRO HIDRO (PLTMH)
DI KABUPATEN BANJARNEGARA
KERTAS KERJA WAJIB
Oleh :
Nama Mahasiswa : SANIMAN
NIM : 551126/A
Jurusan : Teknik Umum
Program Studi : Keinspekturan
Diploma : I (Satu)
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM
PTK. AKAMIGAS – STEM
Cepu, Mei 2012
2.
3.
4.
5. KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati penyusun panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, yang telah berkenan memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) yang berjudul
“PROSEDUR PERIZINAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
MIKROHIDRO (PLTMH) DI KABUPATEN BANJARNEGARA“ sebagai
persyaratan akademik di PTK AKAMIGAS – STEM Cepu.
Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dapat kami selesaikan berkat dorongan, kerja
sama, saran serta pemikiran dari berbagai pihak.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :
1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, M.T. selaku direktur PTK AKAMIGAS –
STEM Cepu.
2. Bapak Doni Sutrisno, S.T., M.M., selaku Kepala Dinas PSDA dan ESDM
Kabupaten Banjarnegara.
3. Bapak Drs. L. Riyatno, M.M., selaku Ketua Program Studi Diploma I
Keinspekturan.
4. Bapak Drs. Kun Dharmawan H., selaku Kepala Bidang ESDM Dinas
PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.
5. Bapak Zunus Rosyadi, S.Sos., selaku Kepala Seksi Ketenagalistrikan dan
enargi Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.
6. Bapak Agus Heriyanto S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing
7. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS – STEM Cepu, khususnya dari
Program Studi Diploma I Keinspekturan.
8. Keluarga dan teman-teman semua yang telah memberikan semangat dan
dorongan sehingga penulisan ini bisa terselesaikan dengan baik.
Harapan kami apa yang tertulis didalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Oleh karena itu perkenankanlah pada
kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran, demi kesempurnaan penulisan ini
karena penulisan kami jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik Bapak / Ibu serta memberi
Rahmat, Taufik dan HidayahNya kepada kita semua. Amiin.
Cepu, Mei 2012
Penulis
( Saniman )
NIM. 551126 / A
i
6. INTISARI
PLTMH sendiri merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro, Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW
sampai 200kW. Adanya aliran air dan ketinggian yang memadai dapat kita
manfaatkan sebagai sumber energi untuk PLTMH. Kabupaten Banjarnegara
sendiri mempunyai sumber energi alternatif yang cukup banyak, diantaranya
adalah panas bumi di Pegunungan Dieng yang sudah dimanfaatkan sebagai
PLTPb, dan beberapa aliran sungai yang dikembangkan dengan PLTA dan juga
PLTMH. Dari banyaknya potensi yang ada, masyarakat dan Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara merasa belum bisa menikmati manfaatnya secara
maksimal dikarenakan kurangnya pengembangan dari potensi-potensi tersebut,
sehingga Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sendiri merasa perlu menerbitkan
Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur tentang usaha ketenagalistrikan,
dimana didalamnya juga termasuk izin pembangunan PLTMH dan juga tata cara
pengajuannya, baik yang on grid maupun yang off grid. Setelah izin diterbitkan
hak dan kewajiban pemegang izin juga harus diatur supaya pemegang izin tidak
berlaku semaunya sendiri dan tidak merugikan masyarakat. Izin usaha penyediaan
tenaga listrik merupakan sebagai salah satu mekanisme pengawasan kelaikan
operasi instalasi tenaga listrik, hak dan kewajiban pemegang izin, sanksi, dan
pemantauan.
ii
7. DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
INTISARI ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan ..................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................... 3
1.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................... 4
II. ORIENTASI UMUM
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara ............................................. 6
2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara .......................................... 7
2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara ..... 12
2.3.1 Kondisi Geografis ..................................................................... 12
2.3.2 Bentang Alam ........................................................................... 13
2.3.3 Keadaan Penduduk .................................................................... 14
2.4. Dinas PSDA Dan ESDM Kabupaten Banjarnegara .............................. 15
2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM ............................... 17
2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ... 18
2.7. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan dan Energi ............... 20
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. PLTMH ................................................................................................ 22
3.2. Potensi PLTMH ..................................................................................... 23
3.3. Izin Usaha .............................................................................................. 25
3.4. Dasar Hukum ......................................................................................... 27
IV. PEMBAHASAN
4.1. Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara .......................................... 28
4.2. Perkembangan Listrik Pedesaan Di Kabupaten Banjarnegara............... 30
4.3. Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ................................................... 32
4.3.1. On Grid ..................................................................................... 32
4.3.2. Off Grid ..................................................................................... 33
4.4. Tata Cara Permohonan Izin PLTMH ..................................................... 35
4.5. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin ....................................................... 38
4.6. Pencabutan Izin ..................................................................................... 41
4.7. Permasalahan dan Penanganannya ........................................................ 43
iii
8. V. PENUTUP
5.1. Simpulan .............................................................................................. 45
5.2. Saran ..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
9. DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bupati Banjarnegara I dan XIV ............................................ 7
Gambar 2.2. Lambang Kabupaten Banjarnegara ........................................ 8
Gambar 2.3. Peta Kabupaten Banjarnegara ................................................ 12
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM Kabupeten
Banjarnegara ......................................................................... 17
Gambar 3.1. Gambaran Sebuah Sistem PLTMH........................................ 23
Gambar 3.2. Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head) ........................ 24
Gambar 4.1. PLTP Dieng dan PLTA Sudirman ......................................... 30
Gambar 4.2. Power House PLTMH Gringsing .......................................... 31
Gambar 4.3. Mesin Pengering Hasil Tanaman yang Memanfaatkan
Listrik dari PLTMH ............................................................... 32
Gambar 4.4. Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ..................... 35
v
10. DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005) ........................................ 1
vi
11. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)
Lampiran 02. Data Pegawai Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.
vii
12. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat karena pertambahan
penduduk, Pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang
senantiasa meningkat, sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber
energi utama, ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi
(menipis). Berdasarkan data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025
yang dikeluarkan oleh Departemen ESDM pada tahun 2006, menyebutkan bahwa
cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan akan habis
dalam kurun waktu 23 tahun dengan ratio cadangan/produksi pada tahun tersebut,
sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 62 tahun dan batubara
146 tahun, (Tabel 1.1.). Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi,
biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar (lampiran 1).
Tabel. 1.1. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005)
Cadangan/Produksi
Jenis Energi Fosil
Indonesia Dunia
Minyak 23 Tahun 40 Tahun
Gas 62 Tahun 60 Tahun
Batubara 146 Tahun 200 Tahun
Sumber : DESDM (2006)
Kebijakan Pemerintah berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan energi
nasional dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan tersebut, pada tahun 2025
1
13. konsumsi minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi
30%, batubara naik menjadi 33%, sedangkan energi baru dan terbarukan
(termasuk di dalamnya energi mikro hidro) naik menjadi 17%.
Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen
dan kembali mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah
telah menerbitkan Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil
Tersebar (PSK Tersebar) melalui Kepmen ESDM No. 1122K/30/MEM/2002.
Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK
Tersebar) untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit
tenaga listrik sampai dengan kapasitas 1 MW yang diusahakan oleh usaha kecil
dan koperasi. Walaupun teknologi mikro hidro telah dikenal sejak zaman dulu,
perkembangan pembangunan teknologi ini dipandang sangat lambat, terlebih
setelah terjadinya krisis energi akhir-akhir ini. Salah satu faktor penting dalam
pembangunan mikro hidro adalah kebijakan dan peraturan-peraturan (regulasi)
yang berkaitan dengan mikro hidro khususnya serta energi terbarukan pada
umumnya di tingkat kabupaten-kabupaten. Sampai saat ini banyak yang
beranggapan bahwa pemerintah sering mempersulit penerbitan izin-izin
pembangunan dan izin-izin usaha dengan peraturan- peraturannya. Namun itu
semua dikarenakan kekurang pahaman masyarakat dan pengembang akan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Dalam rangka diversifikasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan
tersebut, pasokan tenaga listrik pada tahun 2020 menggunakan minimal 5%
berasal dari energi terbarukan. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan daerah
2
14. membangun pembangkit tenaga listrik skala kecil yang bersifat off grid (tidak
tersambung oleh grid nasional). Salah satu pembangkit listrik skala kecil yang
potensial adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Hal ini juga
merupakan salah satu implementasi dari green energy initiative yaitu untuk
mendorong energi terbarukan, energi efisiensi dan energi bersih. PLTMH
dibangun dalam rangka program peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat
terutama untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik. Namun
dalam pembangunannya juga harus memperhatikan mutu dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta fungsi lingkungan.
Maka diperlukan regulasi yang jelas sebagai pedoman pengawasannya.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah :
a. Untuk memperluas pengetahuan, pengalaman serta mengadakan
perbandingan antara ilmu yang diperoleh selama belajar dengan praktek dan
penerapan dilapangan.
b. Untuk mengetahui lebih jauh tentang prosedur perizinan pembuatan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kabupaten
Banjarnegara
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Pembahasan dalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dibatasi pada regulasi
atau prosedur perizinan mengenai pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
3
15. Hidro (PLTMH) Di Kabupaten Banjarnegara, permasalahan yang timbul, serta
upaya-upaya untuk menanggulanginya.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk menunjang penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini diperlukan
data-data dari obyek yang diteliti dengan cara :
1. Menanyakan langsung masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Lapangan ( PKL ) kepada petugas di lapangan,
2. Membaca bahan pustaka/literatur yang diperoleh diperkuliahan, perpustakaan
dan seksi ketenagalistrikan dan energi bidang ESDM Di Dinas PSDA dan
ESDM Kabupaten Banjarnegara.
3. Pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan.
1.5. Sistematika Penulisan
Garis besar sistematika penulisan ini adalah :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
ruang lingkup penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika
penulisan.
BAB II. ORIENTASI UMUM
Menerangkan tentang Kabupaten Banjarnegara dan Dinas Pengelolaan
Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan
ESDM) Kabupaten Banjarnegara secara singkat.
4
16. BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam hal ini membahas tentang PLTMH, Potensi, perizinan
pembangunan PLTMH, dan dasar hukumnya.
BAB IV. PEMBAHASAN
Dalam hal ini membahas potensi energi di Kabupaten Banjarnegara,
kondisi kelistrikan di Kabupaten Banjarnegara,, kewenangan pemberian
izin, tata cara permohonan izin, hak dan kewajiban pemegang izin,
pencabutan izin PLTMH dan permasalahan serta upaya penanganannya
BAB V. PENUTUP
Merupakan kesimpulan atas analisa dan saran – saran untuk pemecahan
masalah yang mungkin dapat digunakan sebagai usaha perbaikan di
Bidang ESDM pada Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.
5
17. II. ORIENTASI UMUM
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara
Dalam www.banjarnegarakab.go.id dijelaskan bahwa Kabupaten
Banjarnegara merupakan hadiah dari Pemerintah Mataram (Sri Susuhunan
Pakubuwono VII) kepada R. Tumenggung Dipoyudo IV, karena jasanya pada saat
perang Diponegoro. Sesuai dengan Resolutie Governeor General Buitenzorg
tanggal 22 agustus 1831 nomor I (yang pada akhirnya tanggal 22 agustus
diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banjarnegara), pada waktu itu
berkedudukan di Banjarmangu yang dikenal dengan Banjarwatulembu dan berada
di sebelah utara sungai serayu.
Persoalan meluapnya sungai serayu pada musim hujan menjadi kendala
dalam berkomunikasi dengan Kesultanan Surakarta. Sehingga penguasa pada saat
itu memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke sebelah selatan sungai serayu.
Kondisi daerah baru merupakan persawahan (banjar) yang luas dengan beberapa
lereng yang curam, sehingga nama daerah yang baru ini menjadi Banjarnegara
(banjar: sawah, negara: kota)
Bupati-Bupati yang pernah menjabat antara lain :
1. R. Tumenggung Dipoyudo IV (1831-1846)
2. R. Adipati Diponingrat (1846-1878)
3. R. Tumenggung Jayanegara I (1878-1896)
4. R. Tumenggung Jayanegara II (1896-1927)
5. R. Sumitro Kolopaking (1927-1949)
6. R. Sumitro (1949-1959)
6
18. 7. R. Mas Soedjirno (1960-1967)
8. R. Soedibjo (1967-1973)
9. Drs. Soewadji (1973-1980)
10. Drs.H. Winarno Surya Adisubrata (1980-1986)
11. H. Endro Soewarjo (1986-1991)
12. Drs.H.Nurachmad (1991-2001)
13. Drs.Ir. Djasri, MM, MT (2001-2011)
14. H. Sutedjo Slamet Utomo, SH, M.Hum (2011-2016)
Gambar 2.1. Bupati Banjarnegara I dan XIV
2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara
Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara "diukir" oleh panitia khusus
DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan
"Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota),
Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan
Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota).
Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR
Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966. Disahkan
7
19. pada tanggal 11 agustus 1967 oleh DPRDGR, yang kemudian diperkenalkan
kepada masyarakat oleh Bupati Banjarnegara ke-7, Raden Mas Soedjirno,
Gambar 2.2. Lambang Kabupaten Banjarnegara
Arti Lambang Bentuk, Isi Dan Warna
Ps. (1) Bentuk pokok dari pada Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara
merupakan sebuah perisai yang bergayakan (ngestijleerd) berwarna dasar
hijau dengan pelisir berwarna kuning emas.
Ps. (2) Pada perisai tersebut terlukis 12 macam benda alam / bangunan yang tata
letaknya tersusun secara artistik terdiri dari :
a) Sebuah segi lima yang seperempat bagian kanan dan kiri bawah
berwarna merah, sedang seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah
berwarna putih ;
b) Setangkai padi berisi 17 butir berwarna kuning emas disebelah kanan
segi lima ;
c) Serangkai 8 buah kapas yang terbuka penuh berwarna putih disebelah
kiri segi lima ;
d) Sebuah bintang sudut lima berwarna kuning emas ;
8
20. e) Sebatang pohon beringin : daunnya berwarna hijau serta berakar
gantung sebanyak 8 buah ; batangnya dengan 5 buah akar berwarna
coklat muda ;
f) Sebuah keris tak berukel, berwarna hitam ;
g) Sederetan pegunungan berwarna biru muda ;
h) Sederetan daerah hutan berwarna hijau ;
i) Syphon ( suling saluran air ) berwarna hitam dengan 6 buah cincin
yang membagi suling saluran air ini atas 7 buah bagian / ruas ;
j) Bidang tanah, diatas mana pohon beringin berdiri : disebelah atas
Syiphon berwarna hijau ; disebelah bawah Syiphon merupakan petak -
petak / tingkat - tingkat berwarna coklat ;
k) Air sungai berwarna biru muda dengan 3 jalur gelombangnya
berwarna putih ;
l) Sehelai selendang dibawah segi lima berwarna kuning emas, diatas
dimana tercantum nama "BANJARNEGARA" dengan tulisan hitam ;
Makna Lambang Bentuk, Isi Dan Warna
1) Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan dan kesatriaan rakyat
Banjarnegara
2) Segi lima yang berdiri tegak, melambangkan watak kepribadian serta jiwa
persatuan dan kesatuan rakyat Banjarnegarayang berlandaskan Pancasila
3) Bintang dan Pohon beringin
a. Bintang melambangkan kepercayaan beragama yang kuat
9
21. b. Pohon beringin melambangkan tradisi yang baik dari Pemerintahan
rakyat Banjarnegara
4) Syphon, petak-petak tanah (tanah persawahan yang bertingkat-tingkat)
melambangkan daya cipta yang besar dengan nilai-nilai kebudayaan khas dari
rakyat Banjarnegara
5) Pegunungan dengan hutan-hutannya melambangkan keadaan alam daerah
Banjarnegara dengan bermacam-macam kekayaannya sebagai sumber
kehidupan rakyat
6) Air sungai dengan 3 jalur gelombang melambangkan sungai serayu yang
mengalir di sepanjang daerah Kabupaten Banjarnegara dengan 3 macam
peggunaan airnya, yaitu untuk pertanian, perikanan, dan industri
7) Bidang tanah tempat berdiri pohon beringin yang berwarna hijau
melambangkan kesuburan tanah pada umumnya di daerah Banjarnegara
8) Bidang-bidang berwarna merah dan putih di dalam segi lima menandakan
daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia
9) Warna hijau dari pada perisai yang dibatasi oleh pelisir kuning, dimana
terbentang
a. Selendang dengan tulisan "BANJARNEGARA"
b. Padi dan Kapas : Mengkiaskan hari depan yang gemilang bagi rakyat
Banjarnegara menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Tuhan Yang Maha Esa
10
22. SESANTI / SURYA SENGKALA
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara
Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah.
Sesanti tersebut berbunyi :
"WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA"
Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat
melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan
pemerintahannya.
2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara
2.3.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Banjarnegara termasuk Wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian
Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak diantara 7° 12' -
7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur, dengan batas-
batas :
Sebelah Utara :Wilayah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang.
Sebelah Timur :Wilayah Kabupaten Wonosobo.
Sebelah Selatan :Wilayah Kabupaten Kebumen.
Sebelah Barat :Wilayah Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas.
11
23. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,99 Ha atau sebesar
3,29 % dari luas seluruh wilayah Propinsi Jawa Tengah, terdiri dari 20 Wilayah
Kecamatan, 12 Kelurahan, 266 Desa. Suhu udara di Kabupaten Banjarnegara
berkisar antara 20°C-26°C dengan temperatur terdingin yaitu 3°C-18°C, dengan
kelembaban udara berkisar 80%-85%.Musim hujan dan musim kemarau silih
berganti sepanjang tahun, bulan - bulan basah (hujan) lebih banyak dari pada
bulan-bulan kering (kemarau). Adapun curah hujan rata-rata 3.000 milimeter per
tahun.
Gambar 2.3. Peta Kabupaten Banjarnegara
12
24. 2.3.2 Bentang Alam
Ketinggian tempat pada masing-masing wilayah umumnya tidak sama yaitu
antara 40-2.300 meter dpl. Bahkan dibeberapa tempat beda ketinggian atau
kemiringan bisa lebih dari 40%.
Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis,
wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari
Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki
relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten
Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti
Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan
digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas
bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum,
Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara
Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian
wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara, Bawang,
Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi,
Banjarmangu, Rakit
Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan
daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan :
Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan
13
25. Dari keadaan geologisnya pada umumnya terlihat struktur batuan yang ada
di Kab. Banjarnegara adalah struktur batuan berbentuk lapisan dengan kondisi
batuan mudah longsor dan banyak sesar/patahan terutama di wilayah bagian utara
sehingga cukup membahayakan bangunan fisik/prasarana.
2.3.3 Keadaan penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 menurut data
yang ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banjarnegara
sejumlah 1.073.240 jiwa, terdiri atas 545.817 jiwa laki-laki dan 527.423 jiwa
perempuan.Berdasarkan struktur umur yang ada, penduduk usia produktif ( 15-59
tahun ) sebanyak 775.939 jiwa dan usia non produktif ( 0 s/d 14 tahun dan diatas
60 tahun ) sebanyak 297.301 jiwa. Sehingga Angka Ketergantungan (Dependency
Ratio) sebesar 0,38 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus
menanggung 38 jiwa usia non produktif.
Budaya dan adat istiadat rakyat Banjarnegara, merupakan bagian yang
ada di lingkungan budaya Banyumas, dimana masyarakat di daerah ini umumnya
mempunyai budaya "manutan" sehingga mereka mudah mengikuti apa yang
dikatakan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal.
Mereka juga memperlihatkan loyalitas tinggi sebagai warga masyarakat dan tebal
nasionalismenya. Di dalam kehidupan ekonomi nampak sekali kecenderungan
mereka untuk bersikap dan samadya (menerima apa adanya, realistis dan tidak
ambisius), sikap ini tercermin pada mata pencaharian mereka yang cenderung
kurang dinamik (pegawai Negeri ataupun petani). Di kalangan mereka tidak
berkembang mentalitas usahawan atau pedagang yang mengutamakan
14
26. produktivitas dan efisiensi, tolok ukur keberhasilan orang tidak didasarkan pada
harta/kekayaan sebagai bukti prestasinya, namun dilihat dari toleransi atau
kegotong royongan. Ungkapan mereka tega warase ora tega larane, tega larane ora
tega patine, mencerminkan toleransi/kesetiakawanan yang tinggi, dan ojodumeh
mengisyaratkan keinginan untuk hidup jujur, rukun dan sederhana/tidak sombong
jika sedang berkuasa. Pendek kata mereka hidup dengan falsafah sederma
nglakoni (sekedar menjalani hidup). Di samping itu masih berakar kuat adat
istiadat Jawa yang bernafaskan ke Islaman, mereka masih percaya akan hari
baik/buruk dan umumnya masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai
warisan nenek moyang yang sepantasnya dihormati. Sementara itu berkembang
pula aliran kepercayaan yang disana sini nampak luluh/menyatu dengan
kehidupan agama.
2.4. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral
Kabupaten Banjarnegara terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 16 Seri D Nomor 3 Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 108).
Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara mengemban
tugas dan tanggung jawab dibidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi dan
15
27. Sumber Daya Mineral dalam merumuskan kebijakan teknis Perencanaan,
Pengembangan, Pengelolaan, Pengendalian dan Pelaksanaan pembangunan.
Pada tahun 2011 jumlah pegawai di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara sebanyak 96 orang,
dengan rincian 87 Pegawai Negeri Sipil dan 9 Calon Pegawai Negeri Sipil
(lampiran 2).
Adapun Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara adalah :
Kepala Dinas, Yang membawahi :
1. Sekretaris, membawahi:
Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
Kasubag Keuangan
Kasubag Umum dan Kepegawaian
2. UPTD, membawahi :
Kepala UPTD I
Kepala UPTD II
Kepala UPTD III
Kepala UPTD IV
Kepala UPTD V
3. Kepala Bidang PSDA, membawahi :
Kepala Seksi Pendayagunaan SDA
Kepala Seksi Operasi dan pemeliharaan
Kepala Seksi Irigasi
16
28. 4. Kepala Bidang ESDM, membawahi :
Kepala Seksi Pertambangan Umum
Kepala Seksi Geologi,Migas dan SDM
Kepala Seksi Kelistrikan dan Energi
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM
Kabupaten Banjarnegara
2.5. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara
Nomor : 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Permukiman dan
Prasarana Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah
daerah di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bidang Energi Sumber Daya
Mineral yang menjadi kewenangan daerah.
Adapun untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut diatas, Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten
Banjarnegara mempunyai fungsi sebagaimana tersebut pada Bab II Pasal 2 ayat 2
item a sampai dengan i Peraturan Bupati Nomor 162 Tahun 2009 tentang Tugas
17
29. Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Pada Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara, yaitu :
a. Pengkoordinasian dan fasilitasi bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Energi, Sumber Daya Mineral;
b. Pengarahan dan pemberian petunjuk teknis bidang Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;
c. Penyelenggaraan pelayanan bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Energi, Sumber Daya Mineral;
d. Pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi,
Sumber Daya Mineral;
e. Pengelolaan Tata Usaha Sekretariat Dinas PSDA dan ESDM;
f. Melaksanakan pengelolaan pendapatan bidang PSDA dan ESDM;
g. Pengiventarisasian permasalahan dalam pelaksanaan tugas Dinas PSDA
dan ESDM dan penyusunan alternatif penyelesaian masalah;
h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang PSDA dan
ESDM;
i. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi Dinas PSDA dan ESDM.
18
30. 2.6. Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
Bidang energi dan sumber daya mineral mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian,
pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pertambangan, geologi, migas dan suber daya mineral, ketenagalistrikan
dan energi.
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral mempunyai fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pertambangan;
b. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
geologi, migas dan sumber daya mineral;
c. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
ketenagalistrikan dan energi;
d. Pengawasan intern penyelenggaraan tugas bidang energi dan sumber daya
mineral; dan
e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara
berjenjang.
19
31. 2.7. Tugas Pokok Dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan Dan Energi
Seksi Ketenagalistrikan dan Energi mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,
pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
ketenagalistrikan dan energi, meliputi :
a. Penyiapan bahan penyusunan peratuiran daerah kabupaten di bidang
ketenagalistrikan dan energi;
b. Penyiapan bahan penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah
(RUKD) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED);
c. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang sarana maupun energi
listriknya dalam kabupaten;
d. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha di bidang energi;
e. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk konsumen
pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk
kepentingan umum yang izin usahanya dikeluarkan oleh kabupaten;
f. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk pemegang Izin
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang
izinnya dikeluarkan oleh kabupaten;
g. Penyiapan bahan pengaturan harga jual energi baru terbarukan yang izin
usahanya dikeluarkan oleh kabupaten;
h. Fasilitasi penyediaan listrik perdesaan di wilayah kabupaten;
20
32. i. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi rekomendasi Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri berupa Izin Operasi
(IO) yang sarana instalasinya dalam kabupaten;
j. Penyiapan bahan pemberian persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik
oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk
kepentingan sendiri berupa Izin Operasi (IO) kepada pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang izinnya
dikeluarkan oleh kabupaten;
k. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik bagi badab usaha dalam negeri/mayoritas sahamnya dimiliki oleh
penanam modal dalam negeri;
l. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam untuk usaha pembangkitan energi sesuai kewenangan
kabupaten;
m. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan dan energi
yang izinnya diberikan oleh kabupaten;
n. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengembang dan
pemanfaatan energi baru terbarukan yang dilakukan oleh masyarakat;
o. Pengkajian dan pengembangan penggunaan energi baru terbarukan;
p. Pengusulan pengangkatan dan pembinaan inspektur ketenagalistrikan serta
pembinaan jabatan fungsional kabupaten; dan
q. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara
berjenjang.
21
33. III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 PLTMH
PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro,
Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW sampai
200kW. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah, mikro artinya kecil sedangkan hidro
artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku
namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro, pasti menggunakan air skala kecil
sebagai sumber energinya. Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan
bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian
yang memadai
5:11)
Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan terjemahan
bebas bisa dikatakan energi putih. Dikatakan demikian karena instalasi
pembangkit listrik seperti ini menggunakan sumber daya yang telah disediakan
oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun
atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang
maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah
tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik.
Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber
energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu
disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di
rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri
dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi
mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
22
34. ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling atau belt. Dari
generator menghasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus
listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).
Gambar 3.1. Gambaran Sebuah Sistem PLTMH 7:182)
3.2 Potensi PLTMH
Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air
yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai.
Sebuah skema hidro memerlukan dua hal yaitu debit air dan ketinggian jatuh/head
(Gambar 3.1) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian
tertentu menuju rumah instalasi (power house). Istilah kapasitas mengacu kepada
jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda
ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Semakin
besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar
energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
23
35. Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk
ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau
daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat mengirim
sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem itu sendiri
dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya.
Gambar 3.2. Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head)
Persamaan konversinya adalah7:181):
Pel = Phydr ×ηtotal .......... (3.1)
Dimana Pel = output daya listrik (W)
ηtotal = efisiensi total (%)
Daya kotor (Phydr) adalah Head kotor(Hn) yang dikalikan dengan debit air
(Q) dan juga dikalikan dengan sebuah faktor (g = 9,81), sehingga persamaan
dasar dari pembangkit listrik adalah :
Pel = Q × ρ × g ×Hn ×ηtotal .............(3.2)
24
36. Untuk perkiraan paling awal beberapa literatur menyarankan persamaan yang
disederhanakan, dengan
ρ = kekentalan air = ~1000 kg/m3
g = gaya gravitasi = 9.81 m/detik2
Untuk efisiensi keseluruhan ηtotal kita mengasumsikan 70%, dengan anggapan
peralatan terpasang memiliki kualitas yang baik, jika tidak pengurangan mungkin
diperlukan). olehkarena itu persamaan dapat disederhanakan menjadi:
P = 7 ×Q ×H [kW] ............... (3.3)
dengan
70% ×1000 × 9.81
𝜇𝑇 × 𝜌𝑊 × 𝑔 = ≅ 7 ............... (3.4)
1000 [𝑊 →𝑘𝑊 ]
3.3 Izin Usaha PLTMH
Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik
pembangkitan sampai titik pemakaian.
Jenis Usaha Ketenagalistrikan di daerah terdiri dari :
a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri (UKS)
adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri
b. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (UKU)
adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang
memberikan kegunaan bagi kepentingan umum.
c. Usaha Penunjang Tenaga Listrik (UPTL) adalah badan usaha yang secara
spesifikasi bergerak di bidang ketenagalistrikan.
25
37. Izin diperlukan sebagai salah satu mekanisme pengawasan6:6):
kelaikan operasi instalasi tenaga listrik
hak dan kewajiban pemegang izin
sanksi
pemantauan
Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin yang diberikan oleh Bupati
kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik baik untuk
kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum. Izin usaha penyediaan
tenaga listrik disesuaikan dengan jenis usahanya yaitu :
a. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang
selanjutnya disebut IUKS adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada
badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk
kepentingan sendiri.
b. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang
selanjutnya disebut IUKU adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada
badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk
kepentingan umum.
c. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut IUPTL
adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk
melakukan kegiatan usaha di bidang jasa penunjang ketenagalistrikan.
Salah satu usaha penyediaan tenaga listrik adalah Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), sehingga izin yang diberlakukan untuk usaha
PLTMH adalah IUKS dan atau IUKU. Namun pada umumnya pembangunan
26
38. PLTMH bertujuan untuk kepentingan umum sehingga izin yang digunakan adalah
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUKU).
3.4 Dasar Hukum
Dasar hukum perizinan PLTMH di kabupaten Banjarnegara mengacu
kepada Undang-undang ketenagalistrikan, yaitu3:7) :
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan Pasal 7 ayat (2)
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang
ketenagalistrikan.
3. PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.
4. Perda Kabupaten Banjarnegara No.10 Tahun 2008, tentang Usaha
Ketenagalistrikan Daerah.
5. Perda Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang Ketenagalistrikan.
Merupakan revisi dari Perda No. 10 Tahun 2008.
6. Peraturan Bupati Banjarnegara No.197 Tahun 2009, tentang Tata cara dan
persyaratan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik baik IUKU
maupun IUKS
7. Keputusan Kepala Dinas PSDA dan ESDM, Nomor 671/355 Tahun 2009,
tentang Petunjuk pelaksanaan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
baik IUKU maupun IUKS.
27
39. IV. PEMBAHASAN
4.1 Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara
Kondisi geografis Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar merupakan
pegunungan dan dataran tinggi, mengakibatkan Kabupaten ini mempunyai sumber
daya alam yang cukup banyak yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi
alternatif, diantaranya adalah panas bumi, aliran sungai dan energi matahari.
Untuk saat ini sudah ada beberapa yang dikembangkan sebagai pembangkit
listrik. Namun dalam pengembangannya masih kurang optimal. Potensi energi
yang sudah dikembangkan diantaranyaadalah3:6):
PLTA Sudirman
Kapasitas terpasang 3 X 60,2 MW
PLTA Tulis
Kapasitas terpasang 2 X 6,2 MW
PLTPB Dieng
Kapasitas terpasang 1 X 60 MW
PLTM Plumbungan
Kapasitas terpasang 1,6 MW
PLTM Tapen
Kapasitas terpasang 1 MW
PLTM Karangtengah
Kapasitas terpasang 300 KW
PLTMH Siteki
Kapasitas terpasang 1,2 Mw
28
40. Selain yang tersebut diatas masih ada sekitar 60 lokasi yang ideal untuk
dibangun PLTMH, baik di aliran sungai maupun di saluran irigasi. Namun dalam
kondisinya sekarang hampir semua pembangkit listrik yang ada sudah tidak dapat
berproduksi secara optimal. Sebagai contoh PLTPB Dieng, Kapasitas yang
terpasang adalah 60 MW, pada 2008 mengalami penurunan secara signifikan
sebesar 20 MW, sehingga hanya bisa menyuplai listrik sebesar 40 MW, bahkan
pada 2010 turun lagi sebesar 20 MW, sehingga saat ini PLTPB Dieng hanya
mampu berproduksi sebesar 20 MW. Sehingga dari semua pemanfaatan sumber
energi tersebut sampai sekarang ini belum mampu mencukupi kebutuhan listrik di
Kabupaten Banjarnegara. Hal ini juga diakibatkan oleh kondisi wilayah
Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar adalah pegunungan, sehingga di
beberapa tempat sangat susah untuk dipasang jaringan listrik.
Dalam kondisi seperti sekarang ini guna memenuhi kebutuhan akan tenaga
listrik, sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan potensi-potensi energi listrik
yang ada dan juga menggali sumber-sumber energi yang baru, terutama sumber
energi terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan yang sekarang digiatkan
pengembangannya adalah PLTMH dimana untuk wilayah Kabupaten
Banjarnegara tersedia cukup banyak aliran sungai dan irigasi yang bisa
dimanfaatkan sebagai PLTMH.
29
41. Gambar 4.1. PLTP Dieng dan PLTA Sudirman
4.2 Perkembangan Listrik Pedesaan Kabupaten Banjarnegara
Pada tahun 2011 yang lalu, di Kabupaten Banjarnegara masih ada sekitar
104 Dukuh yang berada di 47 desa belum bisa menikmati listrik PLN. Hal ini
diakibatkan karena kondisi geografis yang sebagian besar adalah pegunungan
sehingga pemukiman penduduk cenderung berkelompok-kelompok kecil dan
antar kelompok terpisah cukup jauh. Kerena kondisi tersebut membuat
pemukiman tersebut sangat sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN.
Melalui program Listrik Perdesaan (lisdes), Pemerintah dan PT. PLN
(Persero) mengembangkan perluasan jaringan dan pengembangan listrik di desa
terpencil dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ada di daerah
tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi dan memicu tumbuhnya kegiatan
produktif. Rencana pengembangan listrik perdesaan memprioritaskan
pemanfaatan sumber energi terbarukan dengan pertimbangan lingkungan, biaya,
dan penciptaan kegiatan produktif. Kabupaten Banjarnegara yang memiliki
banyak sungai pada saat ini berusaha lebih meningkatkan pemanfaatan tenaga air
skala kecil (PLTMH). Selain karena potensinya yang cukup banyak juga karena
30
42. PLTMH terbukti mampu menjangkau ke daerah-daerah terpencil di wilayah
Kabupaten. Di beberapa wilayah Kabupaten Banjarnegara yang tidak memiliki
potensi aliran sungai yang memadai untuk di bangun PLTMH, pemerintah
memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seperti yangf terpasang di
desa Kali Tengah, Kecamatan Purwonegoro.
Gambar 4.2. Power House PLTMH Gringsing
Salah satu Dusun yang telah bisa merasakan progran Listrik Pedesaan
(lisdes) adalah Dusun Gringsing, Desa Pesangkalan, Kecamatan Pagedongan. Di
Dusun ini telah dibangun sebuah PLTMH yang digunakan oleh sekitar 100
Kepala Keluarga. PLTMH ini dikelola oleh masyarakat sekitar dan dimanfaatkan
oleh warga sebagai penerangan dan juga industri rumah tangga.
31
43. Gambar 4.3. Mesin Pengering Hasil Tanaman
Yang Memanfaatkan Listrik Dari PLTMH
Pemerintah berharap program Listrik Pedesaan (lisdes) ini bisa mencakup
ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara terutama di daerah-daerah terpencil,
sehingga semua masyarakat bisa merasakan listrik dan mendapatkan informasi
yang lebih banyak serta mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat
Kabupaten Banjarnegara.
4.3 Kewenangan Pemberian Izin PLTMH
4.3.1 On Grid8:5)
Apabila jaringan PLTMH terhubung secara nasianal (JTN) maka sesuai
dengan yang tercantum dalam PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan
Umum merupakan kewenangan Menteri Energi Sumber Daya Mineral.
32
44. 4.3.2 Off Grid
Untuk jaringan Off Grid dibedakan lagi berdasarkan kepentingan
penggunaan tenaga listrik tersebut
A. Untuk kepentingan umum.
Sesuai dengan PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP
No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk
Kepentingan Umum jaringan PLTMH tidak terhubung secara nasional
maka :
a. Bupati/Walikota,berwenang untuk memberikan izin usaha
penyediaan tenaga listrik baik sarana maupun energi listriknya
yang berada dalam daerahnya nasing-masing
b. Gubernur, berwenang untuk memberikan izin usaha penyediaan
tenaga listrik lintas kabupaten/kota baik sarana maupun energi
listriknya yang berada dalam wilayahnya.
c. Menteri, berwenang untuk mengeluarkan izin usaha penyediaan
tenaga listrik lintas provinsi baik sarana maupun energi listriknya.
B. Untuk kepentingan sendiri
a. Tidak diperlukan IUKS untuk kapasitas pembangkitan tenaga listrik
lebih kecil atau sama dengan 200 kVA; cukup terdaftar di dinas
terkait;
33
45. b. IUKS diberikan sesuai peruntukannya:
i. Penggunaan utama: dioperasikan secara terus-menerus;
ii. Penggunaan cadangan: dioperasikan hanya sewaktu-waktu
untuk menjamin kontinuitas dan keandalan;
iii. Penggunaan darurat: dioperasikan hanya pada saat terjadi
gangguan pasokan dari PKUK atau PIUKU;
Penggunaan sementara: dioperasikan hanya untuk kegiatan
sementara
IUKS untuk penggunaan utama hanya dapat diberikan di suatu
daerah usaha PKUK atau PIUKU terintegrasi dalam hal:
- PKUK atau PIUKU yang memiliki daerah usaha tersebut
nyata-nyata belum dapat menyediakan tenaga listrik dengan
mutu dan keandalan yang baik atau belum dapat
menjangkau seluruh daerah usahanya, atau
- Pemohon IUKS dapat menyediakan listrik secara lebih
ekonomis;
Pemegang IUKS yang mempunyai kelebihan tenaga listrik dapat
menjual kelebihan tenaga listriknya kepada PKUK atau PIUKU
terintegrasi atau Masyarakat setelah mendapat persetujuan Menteri,
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
34
46. Gambar 4.4. Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH7:16)
4.4 Tata Cara Permohonan Izin PLTMH
Mekanisme permohonan izin PLTMH yang berlaku dikabupaten
Banjarnegara adalah sebagai berikut3:9) :
Permohonan Izin Prinsip;
Mengajukan permohonan dengan blangko yang telah disediakan
dibubuhi meterai Rp. 6000,-, dengan dilampiri :
1. Copy KTP/Akta Pendirian Badan Usaha
2. Gambar denah lokasi dan Site Plan;
3. Proposal/rencana usaha yang akan dimohon
Peninjauan Lokasi dan Rekomendasi dari Team Terpadu;
Peninjauan lokasi dimaksudkan untuk melakukan studi kelayakan
dan juga sebagai bahan rekomendasi untuk menerbitkan izin.
35
47. Penyusunan FS DE PLTMH oleh Pemohon
Pengurusan izin-izin teknis;
Izin-izin teknis yang dibutuhkan adalah:
Izin pemakaian air
Izin lokasi
Izin mendirikan bangunan
Pengurusan Kerjasama antara Pemohon dengan PT PLN;
Proses Pembangunan Fisik PLTMH oleh Pemohon;
Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum
(IUKU) atau Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Sendiri
(IUKS)
Uji Laik Operasi dan Lingkungan oleh Lembaga yang berwenang;
Operasional.
Sebagai bahan pertimbangan, pada saat mengajukan izin usaha
ketenagalistrikan pemohon harus melampirkan beberapa persyaratan sesuai
dengan izin yang akan diajukan6:17), yaitu :
A. IUKU SEMENTARA
Persyaratan administratif:
- identitas pemohon
- akta pendirian perusahaan
- profil perusahaan
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
36
48. Persyaratan teknis:
- studi kelayakan awal
- kapasitas pembangkit
- jadwal pembangunan
- surat penunjukan pemenang lelang atau penunjukan langsung dari
PKUK atau PIUKU terintegrasi selaku calon pembeli tenaga listrik
atau sewa jaringan.
IUKU Sementara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun
dan dapat dicabut apabila dalam waktu 1 tahun tidak melakukan kegiatan
B. IUKU
Persyaratan administratif:
- identitas pemohon
- akta pendirian perusahaan
- profil perusahaan
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
- kemampuan pendanaan
Persyaratan teknis:
- studi kelayakan
- lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi)
- diagram satu garis (single line diagram)
- jenis dan kapasitas usaha
- keterangan/gambar daerah usaha dan Rencana Usaha Penyediaan
tenaga Listrik
37
49. - jadwal pembangunan dan rencana pengoperasian
- persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa jaringan
- izin dan persyaratan lainnya (AMDAL atau UKL & UPL, IMB,PMA)
Permohonan IUKU atau IUKU Sementara yang ditolak, akan diberitahukan
secara tertulis paling lambat 30 hari setelah permohonan diterima.
C. IUKS
Persyaratan administratif:
- identitas pemohon
- akta pendirian perusahaan
- profil perusahaan
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Persyaratan teknis:
- lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi)
- diagram satu garis (single line diagram)
- uraian rencana penyediaan dan kebutuhan tenaga listrik
- jadwal pembangunan
- rencana pengoperasian
- izin dan persyaratan lainnya
4.5 Hak dan Kewajiban Pemegang Izin
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap perorangan ataupun
badan usaha sebagai pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik mempunyai
hak dan kewajiban9:27). Hak dan kewajiban pemegang izin ini tertera pada
38
50. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang
ketenagalistrikan bab XI pasal 40 dan pasal 41.
A. Hak pemegang izin.
Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga
listrik dalam melaksanakan usahanya berhak untuk:
a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;
b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;
c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;
d. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk
sementara waktu;
e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah;
f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di
bawah tanah; dan
g. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalanginya.
Dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan ketenagalistrikan
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik harus melaksanakannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
B. Kewajiban pemegang izin.
Selain hak yang diberikan kepada pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik juga berwajiban untuk :
a. melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang diberikan;
b. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan secara terus-menerus;
39
51. c. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan
memperhatikan hak-hak konsumen;
d. memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan/atau pelayanan jaringan
tenaga listrik untuk konsumen dan masyarakat di daerah usahanya,
bagi pemegang izin yang memiliki wilayah daerah usaha;
e. memenuhi kebutuhan jaringan tenaga listrik untuk konsumen dan
masyarakat di wilayah usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki
daerah usaha;
f. menjamin kelangsungan pasokan tenaga listrik di dalam wilayah
usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki daerah usaha;
g. menyusun rencana usaha penyediaan tenaga listrik, bagi pemegang
izin yang memiliki daerah usaha;
h. mengunakan peralatan tenaga listrik yang telah memenuhi
persyaratan;
i. mempekerjakan tenaga teknik yang memiliki kompetensi yang
disyaratkan;
j. memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan yang meliputi
keselamatan instalasi, keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan
umum, dan lindungan lingkungan;
k. mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi setempat dan energi
terbarukan;
l. mengoptimalkan pemanfaatan proses teknologi yang bersih, ramah
lingkungan dan efisien;
40
52. m. mengoptimalkan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan
rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan
berdaya saing;
n. melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat.
o. menyampaikan laporan secara berkala kepada Pemerintah Daerah;
p. melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap instalasi tenaga
listrik;
q. melaksanakan ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan
serta fungsi lingkungan; dan
r. pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang menggunakan
kekayaan daerah wajib memberikan retribusi yang besaran dan
tatacaranya diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;
mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.
4.6 Pencabutan Izin
Sesuai dengan peraturan yang berlaku pemegang izin usaha mempunyai
kewajiban yang juga tertera dalam izin usahanya. Setiap pemegang izin usaha
baik perorangan maupun badan usaha yang diketahui melanggar ketentuan dan
tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai pemegang izin usaha, akan
dikenai sanksi administratif. Tata cara pengenaan sanksi administratif diatur oleh
Bupati9:32) yaitu :
a. Teguran tertulis
Teguran tertulis diberikan sebagai peringatan atas pelanggaran yang
41
53. dilakukan oleh pemegang izin. Apabila pemegang izin tetap melakukan
pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat yaitu
pembekuan kegiatan sementara.
b. Pembekuan kegiatan sementara
Pembekuan kegiatan semantara diberikan apabila pemegang izin tetap
melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa teguran
tertulis atas pelanggaran tersebut. Apabila pemegang izin tetap melakukan
pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat,
berupa pencabutan izin usaha.
c. Pencabutan izin usaha
Pencabutan izin usaha diberikan apabila pemegang izin tetap
melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa pembekuan
sementara atas pelanggaran tersebut. Pencabutan izin usaha juga bisa
dilakukan kepada pemegang izin usaha apabila pemegang izin tidak
mengajukan permohonan perpanjangan izin padahal izin yang diberikan
telah habis masa berlakunya. Untuk IUKU sementara batas waktu maksimal
yang diberikan adalah 2 tahun dan dapat dicabut apabila dalam 1 tahun tidak
melakukan kegiatan.
IUKU diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun7:20). IUKU yang
habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan
perpanjangan IUKU paling lambat 60 hari sebelum IUKU berakhir.
42
54. IUKU berakhir karena :
1. Habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan;
2. Dikembalikan karena PIUKU tidak mampu lagi melanjutkan usahanya; atau
3. Dicabut karena PIUKU tidak memenuhi/melanggar ketentuan yang
ditetapkan dalam IUKU dan peraturan perundang-undangan, serta tidak
mampu memperbaiki kinerjanya sesuai batas waktu yang diberikan setelah
mendapat peringatan tertulis dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota
sesuai kewenangannya;
IUKU dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis
dari Menteri,Gubernur atau Bupati/Walikota, dengan ketentuan pihak lain tersebut
telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan lain sesuai peraturan
perundang-undangan.
4.7 Permasalahan dan Penanganannya
Sebagai Dinas yang masih cukup baru, yang terbentuk pada tahun 2008.
Serta sedikitnya pegawai yang ada terutama untuk seksi ketenagalistrikan dan
energi yang saat ini hanya ada kepala seksi dan 2 orang staf, maka masih banyak
wilayah-wilayah kerja seksi ketenagalistrikan yang belum bisa terjangkau.
Sehingga sosialilsasi tentang regulasi ketenagalistrikan belum bisa optimal yang
menyebabkan banyak masyarakat dan pengembang usaha penyediaan tenaga
listrik kurang memahami regulasi ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten
Banjarnegara.
43
55. Namun dengan sedikitnya personil yang ada, Dinas PSDA dan ESDM
Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta seksi ketenagalistrikan dan energi
pada khususnya selalu berusaha bekerja dengan maksimal supaya seluruh elemen
masyarakat selaku konsumen ataupun pengusaha-pengusaha penyediaan tenaga
listrik yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara bisa mengetahui dan
memahami regulasi tentang ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten
Banjarnegara. Selain itu guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara juga sering
mengirimkan pegawai-pegawainya untuk mengikuti diklat-diklat maupun
pendidikan-pendidikan yang bekaitan langsung dengan bidang esdm pada
umumnya dan ketenagalistrikan pada khususnya.
44
56. V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan
ESDM) Kabupaten Banjarnegara pada Bidang Energi Sumber Daya Mineral,
seksi Ketenagalistrikan dan energi selama kurang lebih tiga minggu, saya
memperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pembangunan PLTMH mampu meningkatkan potensi sumber daya manusia
dan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil.
2. Izin pembangunan PLTMH yang berada di wilayah Kabupaten
Banjarnegara adalah kewenangan Bupati Banjarnegara.
3. Dengan izin pembangunan PLTMH, pemerintah kabupaten Banjarnegara
mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik.
4. Pemegang Izin Usaha PLTMH harus melaksanakan kewajiban-kewajiban
yang dicantumkan di dalam Izin Usahanya dan apabila tidak dilaksanakan
kewajiban tersebut maka izin usahanya akan dikenai sanksi administratif.
5.2 Saran
1. Meningkatkan terus pembangunan PLTMH, terutama yang mampu
menjangkau wilayah-wilayah terpencil di Kabupaten Banjarnegara,
sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan di Kabupaten Banjarnegara.
45
57. 2. Terus meningkatkan keikut-sertaan pegawai-pegawai Dinas PSDA dan
ESDM Kabupaten Banjarnegara dalam diklat-diklat dan pendidikan-
pendidikan yang berkaitan dengan ketenagalistrikan guna menciptakan
pelayanan kepada masyarakat yang lebih optimal.
3. Terus-menerus melakukan sosialisasi tentang regulasi ketenagalistrikan
kepada masyarakat umum, supaya tidak ada lagi konsep bahwa kebijakan
pemerintah yang mempersulit masyarakatnya.
4. Meningkatkan pengawasan terhadap pemegang izin usaha supaya tidak
terjadi pelanggaran dan tidak merugikan konsumen.
46
58. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2005, “Kebijakan
Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau)”,
Jakarta.
2. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2006, “Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang
Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan
Ketersediaan Energi Tahun 2025”, Jakarta
3. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara, 2009, “Pengurusan
Perijinan PLTMH Di Daerah”, Banjarnegara.
4. Humas Setda Banjarnegara, 2010, “Profil Kabupaten Banjarnegara”,
Banjarnegara.
5. Joko Priyanto, 2008, “Kertas Kerja Wajib Desa Mandiri Energi Berbasis
PLTMH di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten “, Cepu
6. Sitompul Hotman, 2007, “Persyaratan Izin Penyediaan Tenaga Listrik”,
Jakarta.
7. Sitompul Rislima, 2011, “Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan
Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan”, Jakarta.
8. ______,2005, “Peraturan Pemerintah Nomor: 3. Tentang Perubahan Atas PP
No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal
6 ayat (4)”
9. ______, 2010, “Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor : 10.
tentang ketenagalistrikan”
59. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)1
RASIO
PRODUKSI (per CAD/PROD
JENIS ENERGI FOSIL SUMBER DAYA CADANGAN
Tahun) (tanpa ekplorasi)
Tahun
Minyak 86,9 miliar barel 9,1 milar barel 387 juta barel 23
185,8 TSCF
Gas 384,7 TSCF (P1+P2) 2,97 TSCF 62
Batubara 58 miliar ton 19,3 miliar ton 132 juta ton 146
KAPASITAS
ENRGI NON FOSIL SUMBER DAYA SETARA PEMANFAATAN
TERPASANG
Tenaga Air 845,0 juta BOE 75,67 GW 6.8851,0 GWh 4,2 GW
Panas Bumi 219,0 juta SBM 27,14 GW 2.593,50 GWh 0,852 GW
Mini/Micro hydro 0,46 GW 0,46 GW 0,084 GW
Biomassa 49,81 GW 0,302 GW
Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/hari 0,008 GW
Tenaga Angin 9,29 GW 0,0005 GW
Uraniaum 24.112 ton*) 33,0 GW*)
*)
hanya di daerah Kalan Kalimantan Barat
1)
DESDM
Lampiran 01
60. Lampiran 02
DATA PNS DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
DAN
ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011
JENIS JENIS
GOL / JENIS PENDIDIKAN
NO KEPEGAWAIAN JUMLAH KELAMIN KET
RUANG
CPNS PNS SD SLTP SLTA DIII S1 S2 L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
I I/a - 8 8 8 - - - - - 8 -
I/b - - - - - - - - - - -
I/c 4 9 13 - 13 - - - - 13 -
I/d - 2 2 - 2 - - - - 2 -
Jumlah 4 19 23 8 15 - - - - 23 -
II II/a 3 24 27 4 6 17 - - - 26 1
II/b - 4 4 - 1 3 - - - 4 -
II/c 1 1 2 - 1 - 1 - - 2 -
II/d - 6 6 - 2 4 - - - 6 -
Jumlah 4 35 39 4 10 24 - - - 38 1
III III/a 1 9 10 - - 2 - 8 - 8 2
III/b - 6 6 - - 4 - 2 - 4 2
III/c - 10 10 - - 5 - 3 2 8 2
III/d - 5 5 - - - - 5 - 3 2
Jumlah 1 30 31 - - 11 - 18 2 23 8
IV IV/a - 1 1 - - - - 1 - 1 -
IV/b - 1 1 - - - - 1 - 1 -
IV/c - 1 1 - - - - - 1 1 -
IV/d - - - - - - - - - - -
IV/E - - - - - - - - - - -
Jumlah - 3 3 - - - - 2 1 3 -
JUMLAH
9 87 96 12 25 35 1 20 3 87 9
TOTAL
Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara 2011