SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena
ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok masyarakat yang berkembang sangat
cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi,
komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di
masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan
berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan
bahkan pola-pola kehidupan.
Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan
pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan akurat
memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi kepentingan bisnis,
pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat nampak terjadi proses pembaruan,
pertentangan atau konflik antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses akulturasi ,
pertentangan, konflik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan.
Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di masyarakat, inovasi
terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil
dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai
tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan
invensi.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif didefinisikan sebagai
proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan
sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif
menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai
tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan
dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya,
oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation
decision Process).
Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap menit kita
mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas itu selalu dilakukan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan harapan hasilnya memuaskan.
Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara nasional, antar
negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan
mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
2
Intinya dalam inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa
pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Dalam menyikapi suatu
perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam pembaharuan tersebut sampai pada tahap
implementasinya dan menetapkan perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah
tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa
mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas.
Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai
suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain.
B. Rumusan Masalah
1. Merumuskan pengertian inovasi kurikulum.
2. Mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum.
3. Merumuskan substansi perubahan kurikulum.
4. Menguraikan pengembangan kurikulum berbasis masyarakat.
C. Tujuan
1. Dapat merumuskan pengertian inovasi kurikulum
2. Dapat mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum
3. Dapat menguraikan pengembangan inovasi kurikulum
Dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah
pengembangan inovasi kurikulum yang sesuai dengan substansi yang ada. Adapun metode
penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah metode deskiptif, dimana penulis
memadukan dari beberapa rekomendasi serta literatur baik melalui situs internet maupun
kajian pustaka.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inovasi Kurikulum
Inovasi dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang
harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan
kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-
benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya).
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan
jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989)
mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian,
metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat). Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual
or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan
maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.
Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang.
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas
pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu
upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-
hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti
penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan
informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. Inovasi
dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu
atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah, 1992:80).
Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan
mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima
bahkan menolak hasil dari inovasi. Ibrahim (1988: 71-73) menyebutkan bahwa tipe
keputusan inovasi pendidikan termasuk didalamnya inovasi kurikulum dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu:
1. Keputusan inovasi pendidikan opsional, yang mana pemilihan menerima atau
menolak inovasi berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu secara
mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sosial lain;
4
2. Keputusan inovasi pendidikan kolektif, yang mana pemilihan menerima dan
menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama atas
kesepakatan antar anggota sistem sosial;
3. Keputusan inovasi pendidikan otoritas, yang mana pemilihan untuk menerima dan
menolak inovasi yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang dan kemapuan yang lebih tinggi
daripada anggota lain dalam sistem sosial;
4. Keputusan inovasi pendidikan kontingen, yang mana pemilihan untuk menerima
atau menolak keputusan inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada
keputusan yang mendahuluinya.
Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan
membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. kurikulum hanyalah alat atau instrumen
untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan
sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta
perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami
perubahan. Perubahan tersebut adalah
 Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968
menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang
disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.
 Dan sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar
yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan
belajar tuntas.
 Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern
yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncu1 inovasi berupa masuknya
maka peajaran keterampi1an, adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.
 Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk
pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) untuk
belajar membaca Al-Quran.
Mengutip pandang Ralph Tyler (1949), almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan
empat faktor, landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil peran dalam
pengembangan kurikulum, yakni:
 Pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta
guru-guru;
 Kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat
(orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah, ekonomi)
 Ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental,
emosional dan spiritual anak didik
 Keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita mengenai hakekat
ilmu pengetahuan
Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan kurikulum dapat berkembang atau
bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu akan mempengaruhi kurikulum.
5
Kurikulum dan Pengajaran Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development
Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi, strategi /
pola belajar-mengajar, dan evaluasi.
 Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang
diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Ada dua jenis tujuan institusional,
yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan
kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik.
Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat
diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih
operasional dan mudah dilakukan pengukuran.
 Isi atau Materi Kurikulum
Isi kurikulum adaIah berbagai pengetahuan, sikap, ketrampilan dan pengalaman
belajar yang harus diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan maupun pengalaman
belajar diessuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat,
(tuntutan, dan kebutuhan) perkembangan iptek.
Bila kita harus memilih isi kurikulum, maka kriteria yang bsa digunakan adalah :
Isi kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa. Artinya sejalan dengari tahap perkembangan anak.
Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya mengandung
aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang.
Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya
tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari.
Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep
yang terdapat didalamnya, bukan hanya informasi aktual.
Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan
Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk merumuskan
kurikulum adalah :
Berkesinambungan. Artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara
berbagai tingkat dan jenis program pendidikan.
Berurutan, Artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan
atau urutan bahan.
Keterpaduan. Artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum
sebaiknya memiliki huhungan horisorital pengalaman belajar yang menjadi isi
kurikulum, sehingga dapat membantu anak memperoleh pengalaman tersebut
dalam suatu kesatuan.
6
Prinsip Fleksibilitas. Artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki
ruang gerak baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan
maupun untuk murid untuk memilih program yang ditawarkan
 Strategi Pelaksanaan Kurikulum/ Proses Belajar-Mengajar
Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah
cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan Kurikulum
sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana, sedangkan
bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum, Strategi
pelaksanaan kurikulum pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan:
a) tingkat dan jenjang pendidikan,
b) proses belajar-mengajar
c) bimbingan dan penyuluhan
d) administrasi supervise
e) sarana kurikuler
f) evaluasi atau penilaian.
Operasional strategi pelaksañaan kurikulum menerapkan metode dan media yang
sesuai dan tepat guna untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu sendiri
bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap
bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh
pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang
efektif.
 Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program
pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program
dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus.
Hal ini sesuai dengan pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997) bahwa ada prinsip umum
dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi kurikulum tersebut antara lain :
a) Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah
sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik untuk menjawab kebutuhan
masyarakat.
b) Prinsip fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah
sudah bersifat adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan konteks
pembelajaran.
c) Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan
memungkinkah peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak
dalam rencana belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat).
d) Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana
dan biaya relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu,
apa yang dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan
meningkatkan kompetensi mereka di dalam kehidupan sehari-hari.
e. Prinsip efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari
sejauhmana perubahan peserta didik, sebagaimana nampak dalam kehidupan
dan karyanya
7
B. Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculannya seiring
dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan
Pemerintah. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan
keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya
saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-
tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan
keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya
saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah-
tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Adanya kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan hasil lulusan menjadi lebih terampil
dan kompeten dalam segala tuntutan masyarakat sekitarnya.
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan . Menurut nasution kurikulum adalah segala
usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman
sekolah ataupun diluar sekolah termsuk kurikulum. Ada pendapat lain yang menjelaskan
bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut. Kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan
sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi harus
didemonstrasikan sesuai dengan standar yang ada di lapangan kerja (Hamalik, 2000).
Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak
secara konsisten dan terus menerus setiap saat akan memungkinkan bagi seseorang untuk
berkompeten, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan sesuatu. Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk menstrasfer dan
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru.
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar
dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002).
Sedangkan pendapat lain mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum
2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak
tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum
diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994,
perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.Dalam kurikulum terdahulu, para
murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para
siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi
materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini,
para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa
meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling
berkompetisi . Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu
8
pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa
bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.
Dari rumusan tersebut, KBK lebih menekankan pada kompetensi atau kemampuan
apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu,
sedangkan masalah bagaimana cara mencapainya, secara teknis operasional diserahkan
kepada guru di lapangan. Tidak ada dalam KBK secara tersirat dan tersurat apa yang harus
dilakukan guru untuk mencapai kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan petunjuk
secara universal bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh setiap guru.
Rumusan lain tentang kompetensi menurut McAshan (l981) adalah suatu pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini
berarti bahwa kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah
kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku,Artinya bagaimana implementasi
pengetahuan itu diwujudkan dalam pola tindakan yang siswa lakukan sehari-hari. Sehingga
kompetensi itu pada hakekatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap yang direfleksikan dalam bentukkebiasaan berfikir dan bertindak.
KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk
mengembangkan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana pengetahuan itu
dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan nyata.
Gordon (l988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi
sebagai berikut:
a) Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir.
b) Pemahaman (understanding). Yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki individu.
c) Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan
tugas yang dibebankan.
d) Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan
mewarnai dalam segala tindakannya.
e) Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang
datang dari luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah
f) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.
Kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh KBK? Wina Sanjaya (2005)
memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sesuai dengan
tuntutan KBK, yaitu:
a) Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup
b) Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan
mampu beradaptasi terhadap dunia kerja
c) Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri
sebaikbaiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat
d) Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani
kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
9
2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama
pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional. Suatu bidang
pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan kompetensi perbuatan, perilaku,
performance yang menunjukan kecakapan, kebisaan, keterampilan melakukan sesuatu tugas
atau peranan secara standar seperti yang dituntut oleh suatu okupasi (Nana Syaodih, 2004).
Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu: Pertama KBK
mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik
melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan
peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing.
Dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep, akan
tetapi bagaimana konsep yang dipelajari berdampak pada perilaku dan pola pikir dan
bertindak sehari-hari. Dan dalam KBK pun menghargai bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan, minat dan bakat yang berbeda sehingga diberikan peluang kepada siswa
tersebut untuk belajar sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh
karena itu dalam KBK, proses pembelajaran harus didesain agar dapat melayani setiap
keberagaman tersebut.
Karakteristik Utama KBK sebagai sebuah Kurikulum:
1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang
harus dikuasai dan dicapai siswa.
2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan
memperhatikan keberagaman setiap individu.
3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal,
artinya isi KBK intinyasejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan
kompetensi inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian
kompetensi adasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan
acuan kompetensi yang diharapkan. Proses pencapaian tentu saja bergantung pada
kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap siswa.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi sesuai dengan keberagaman siswa.
4. Sumber belajar bukan hanya untuk guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi
unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi. Guru berperan sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari
berbagai macam sumber belajar.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai
dua sisi yang sama pentingnya.
Setelah memahami karakteristik KBK, maka sebenarnya apa yang ingin dicapai oleh
KBK adalah mengembangkan peserta didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang
dengan cara mengembangkan sejumlah kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan
10
kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk terbiasa berani menghadapi problem
kehidupan secara wajar kemudian secara kreatif mencari solusi untuk mengatasinya.
Adapun tujuan kecakapan hidup ini adalah: Mengaktualisasikan potensi peserta didik
sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi
a) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas
(broad based education)
b) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan
memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat,
sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (School Based Management)
c) Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses kompleks dan melibatkan berbagai
faktor terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan
berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Pengembangan KBK memfokuskan kepada kompetensi tertentu berupa paduan:
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai
wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan KBK memungkinkan guru
menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar yang
mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Karena itu peserta
didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar
penilaian hasil belajar, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui
penguasaan sejumlah kompetensi tertentu sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke
penguasaan sejumlah kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut bias dikembangkan
berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai.
3. Asas Pengembangan KBK
1. Asas Filisofis
Berkenaan dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Sistem nilai erat kaitannya dengan
arah dan tujuan yang musti tercapai. Itu sebabnya dalam KBK, filsafat sebagai sistem nilai
menjadi sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Di Indonesia
sistem nilai yang berlaku adalah Pancasila. Dengan demikian isi KBK yang disusun harus
memuat dan mencerminkan tentang kandungan nilai-nilai pancasila.
2. Asas Psikologis
Berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan peserta didik. Secara psikologis
anak didik memiliki perbedaan baikminat, bakat maupun potensiyang dimilikinya. Dengan
demikian baik tujuan, isi maupun strategi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi
tahapan perkembangan dan psikologi belajar peserta didik.
11
3. Asas Sosiologis
Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak
didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Karena itu kurikulum sebagai alat da
pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
Ketiga asas tersebut merupakan landasan pokok KBK sebagai pedoman dan perangkat
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan yang dibingkai oleh tiga sisi yang sama-sama
penting.
4. Prinsip Pengembangan KBK
Proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pengembangan KBK sebagai berikut:
1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai-nilai budaya. Sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan
bertaqwa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi pekerti merupakan
prinsip utama yang harus diperhatikan pengembang kurikulum
2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pembentukan manusia yang
utuh merupakan tujuan utama pendidikan. Manusia utuh adakah manusia yang
seimbang antara kemampuan intelektual, sikap, moral dan keterampilan. Pengembang
KBK harus memperhatikan tiga keseimbangan tersebut.
3. Penguatan integritas nasional. Indonesia adalah negara dengan beraneka ragam suku
dan budaya yang sangat majemuk. Pendidikan harus dapat menanamkan pemahaman
dan penghargaan terhadap aneka ragam budaya, sehingga menjadi kekuatan yang
dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap peradaban bangsa di dunia ini
4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan KBK diarahkan
agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan belajar dengan cara mengakses
berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
5. Pengembangan kecakapan hidup yang meliputi keterampilan diri, keterampilan
berpikir rasional, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui pembudayaan
membaca, menulis, dan berhitung; sikap, dan perilaku adaptif, kreatif, inovatif, kreatif
dan kompetitif.
6. Pilar pendidikan. Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam empat pilar
pendidikan yaitu belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat, belajar hidup dalam
kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang
dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
7. Komprehensif dan berkesinambungan. Konprehensif mencakup keseluruhan dimensi
kemampuan dan subtansi yang disajikan secara berkesinambungan mulai pendidikan
taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah.
8. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat.
9. Diversifikasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Dari sejumlah prinsip pengembangan kurikulum tersebut pada hakikatnya menekankan
bahwa rencana pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada kaidah-kaidah budaya
12
local dan nasional. Budaya local seperti mempertimbangkan kebiasaan, adat istiadat,
kesepakatan diantara masyarakat baik tertulis maupun tanpa tertulis harus dipatuhi sebagai
pengembang kurikulum. Sedangkan budaya nasional yakni apa yang telah menjadi karakter
budaya bangsa kita seperti kehidupan agamis, berpancasilais sejati, belajar sepanjang hayat
termasuk pilar pendidikan yang telah disarankan oleh WHO.
Implikasi KBK terhadap Pengembangan Aspek Pembelajaran
a) Pengembangan Rancangan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan
potensi yang dimiliki anak didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus berorientasi
pada siswa sebagai subjek bukan sebagai objek pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran, diantaranya:
1. Rancangan kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk
mencari, mengolah, menemukan sendiri pengetahuan. Kegiatan pembelajaran
hendaknya dirancang agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dasar mata
pelajaran yang bersangkutan.
2. Rancangan pembelajarn harus disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana
pembelajarn yang tersedia.
3. Pembelajarn harus dirancang dengan mengordinasikan berbagai pendekatan belajar.
4. Pembelajaran harus dapat memberikan pelayanan terhadap kebutuhan individual
siswa seperti bakat, minat, kemampuan, latar belakang sosial ekonomi.
b) Pengembangan Proses Pembelajaran
KBK sebagai sebuah kurikulum yang menekankan kepada pencapaian kompetensi,
memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang musti dilakukan guru dan siswa.
Konteks pembelajaran yang diinginkan KBK, guru bertindak dan berusaha menyediakan
waktu dan tempat agar siswa belajar. Belajar itu sendiri bukan menumpuk ilmu pengetahuan
akan tetapi merupakan proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar. Melalui
pengalaman belajar itulah diharapkan terjadinya pengembangan berbagai aspek yang terdapat
dalam individu massing-masing pembelajar. Implikasi ini sangat penting sebab akan
mempengaruhi berbagai tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik dalam
pengembangan strategi pembelajaran maupun dalam menggunakan berbagai sumber
belajar.Proses pembelajarn tidak hanya diarahkan semata-mata agar siswa mampu menguasai
sejumlah materi pembelajaran akan tetapi pembelajaran lebih diarahkan kepada penguasaan
kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum.
c) Pengembangan Evaluasi
Evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan, keadaan kesatuan tertentu.
Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi merupakan suatu proses atau tindakan,
kedua proses tersebut dilakukan untuk memberi makna atau nilai. Evaluasi suatu proses,
evaluasi terdiri dari pengumpulan data dan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa
dan pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang telah
diperoleh. Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi : aspek kognitif, afektif dan aspek
psikomotor. Aspek kognitif berhungan dengan kemampuan kecerdasan dan intektual
13
siswa, aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap
mata pelajaran dan proses pembelajaran. Aspek psikomotor terdiri dari beberapa kompetensi
yang harus dicapai baik tingkat penguasaan gerak awal, tingkatan gerak rutin maupun
kemampuan gerak secara menyeluruh.
Sebagai bentuk kurikulum yang menghendaki ketercapaian kompetensi, aspek alat dan
bentuk penilaian harus dilakukan seimbang baik tes maupun non tes sesuai dengan fungsi
evaluasi sebagai fungsi formatif maupun sumatif. Kedua fungsi evaluasi ini sangat penting
artinya sebagai jawaban penerapan diberlakukannya KBK.
Melalui KBK ini, dalam menseting pembelajaran seperti merencanakan, melaksnakan
sampai menilai meski berorientasi pada aktivitas peserta didik yang beragam agar mereka
memiliki banyak pengalaman belajar, sehingga guru bertindak memfasilitasi bagaimana
peserta didik belajar. Pengembangan KBK dilandasi filosofis keimanan dan ketakwaan yang
kuat disetai landasan secara psikologis yang handal dan proses secara teknologis yang unggul.
Hal ini dalam KBK pengembangan dapat dilakukan dengan perencanaan, implementasi
pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan guru secara terprogram.
C. Inovasi Kurikulum Berbasis Mayarakat
Perkembangan pendidikan anak sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri
masyarakat selalu berkembang. Ada kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat,
tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dari perkembangan teknologi,
komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di
masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan
berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan
bahkan pola-pola kehidupan.
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan
antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula
memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan
dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat
kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar,
strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga
kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator
belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan
kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum,
seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum.
Kurikulum berbasis masyarakat, bahan dan objek kajiannya menyesuaikan kebijakan dan
ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial,
ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu
dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan
dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain
mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat
dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum
14
berbasis wilayah. Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini setuju
bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama kurikulum.
Tujuan:
1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk
kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup
mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
3. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keuntungan antara lain: pertama,
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua,
kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial,
profesional maupun manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian
sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus
kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan
kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam
mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut.
2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang
memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam
masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
- Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar
bersumber pada buku teks.
- Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau
kebebasan.
- Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi
kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
- Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-
sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat
tersebut.
15
- Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia(nara sumber), survei masyarakat,
berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, KKN, proyek perbaikan masyarakat dan
sekolah pusat masyarakat.
1) Karakteristik materi pembelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar,
maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria
tersebut antara lain: validitas telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
2) Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
3) Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan
kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.
4) Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi
masyarakat sekitar.
5) Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan
menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.
6) Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman
materi.
7) Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi
memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
8) Kegiatan siswa dan guru
Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat Perkembangan teknologi membawa
perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang dan pekerjaan. Masyarakat perkotaan
berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah
menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki
spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat
kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras. Pola kerja
masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi waktu biasa. Banyaknya
waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah citra penghasilan yang diperoleh.
Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan
ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak
mempunyai masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama bergaul
dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya. Kondisi demikian
berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas
malahan mungkin hilang.
3. Kegiatan siswa dan guru
Kegiatan siswa, mustinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk
mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Dan
materi pembelajarnnya pun harus dapat memberikan pembekalan kemampuan atau
kecakapan kepada peserta didik dan mempunyai serta dapat hidup mandiri dengan
menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajari.
Guru dalam kurikulum berbasis masyarakat berperans sebagai fasilitator, sumber belajar,
pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.
Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang
16
kuat untuk dignakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dan alam sekitar.
4. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengmbilan keputusan.
Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu
disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja
siswa (fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja, dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi
dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah
kegiatan belajar mengajar. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium untuk praktik
sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara keseluruhan memiliki berbagai
dimensi seperti: keluarga, teknologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan kehidupan lainnya.
Dimensi tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem
kehidupan, metode kerja dan kondisi situasi dengan karakteristiknya sendiri.
5. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat:
1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa.
3. Tujuan kurikulum.
4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum.
5. Tujuan pembelajaran.
6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.
7. Teknik evaluasi (proses dan produk).
8. Implementasi strategi pembelajaran.
9. Penilaian dalam pembelajaran dan
10. Evaluasi program kurikulum.
Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan
menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh
karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan
kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru
menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa
selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.
Inovasi kurikulum berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan kajian terus menerus
terhadap kebutuhan masyarakat sekitar terhadap sekolah ( khususnya siswa ) dan kebutuhan-
kebutuhan siswa terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dua hal krusial ini pasti akan terus
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat. Sehingga
sekolah penganut kurikulum berbasis masyarakat akan selalu harmonis dengan lingkungan
dan masyarakatnya, karena akan selalu terjadi simbiosis mutualisme.
17
Berorientasi pada komponen-komponen kurikulum tersebut, maka langkah-langkah
pengembangannya terdiri dari:
Langkah 1: Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi pendidikan juga
berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa.
Langkah 2: Analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar.
Langkah 3:Spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan khusus.
Langkah 4: Pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur program.
Langkah 5: Spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK.
Langkah 6: Seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode pembelajaran.
Langkah 7: Seleksi awal teknik evaluasi.
Langkah 8: Seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah langkah 5).
Langkah 9: Implementasi strategi pembelajaran secara aktual.
Langkah 10: Evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan efektivitas
pembelajaran dan perbaikan evaluasi.
Langkah 11: Evaluasi program kurikulum.
Salah satu contoh dari kurikulum berbasis masyarakat:
Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup drastis
dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan
masyarakat pedesaan. Perubahan kehidupan agraris berubah menjadi pola kehidupan industri,
dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam
melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap
individualis dan kerja keras. Dari persoalan itulah dapat diupayakan, sikap kita dengan
kehidupan kita saat ini yang menuntut perkembangan teknologi dengan begitu cepatnya, tetap
membuat kita tidak termakan oleh zaman dan melupakan kebiasaan dahulu yang sudah
menjadi kebiasaan budaya nenek moyang, seperti kehidupan dengan sifat kebersamaan dan
gotong royong. Dengan perubahan zaman seperti apapun tetap membuat kita berpegang pada
kebiasaan yang sudah menjadi adat kebiasaan kita.
D. Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memungkinkan siswa baik secara
individual maupun klasikal aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara
holistik bermakna dan otentik. Semuanya menekankan pada cara menyampaikan pelajarn
yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran
terpadu diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara
mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran lain.
18
1. Pengertian Kurikulum Berhubungan dan Berisi Keterpaduan
Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen
yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen dengan komponen maupun
antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan sistem menitikberatkan pada keseluruhan, lalu
bagian-bagian dan unsur-unsur dan interaksi antara bagian-bagian dengan keseluruhan.
Konsep keterpaduan pada hakekatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan,
kelngkapan, kompleks, yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi anatar komponen-
komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum yang
meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran
dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para
siswa. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan
komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen
tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu
untuk mengembnagkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman
belajar.
2. Komponen Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Komponen kurikulum berbasis keterpaduan saling berkaitan yaitu sub sistem
masukan yakni siswa, sub sistem proses yakni metode, materi dan masyarakat, sub sistem
produk yakni lulusan yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing
komponen saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk
mencapai tujuan.
Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang memenuhi harapan
kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu
lulusan ditinjau dari segi tujuan intrinsik dan ekstrinsik.
Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode penyajian, bahan dan
media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana,
perlengkapan dan biaya. Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses kurikulum
dan ketercapaian tujuan kurikulum. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif
dan summatif. Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam rangka umpan
balik demi perbaikan sistem kurikulum. Komponen masyarakat merupakan masukan
eksternal dalam bidang sosial dan budaya, yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan turut
mewarnai pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
3. Karakteristik Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
Dengan demikian, kurikulum terpadu mengintegrasikan komponen mata pelajaran sehingga
batas-batas mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi, dikarenakan telah dirumuskan
dalam bentuk masalah atau unit.
19
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu: berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi
pancasila, berdasarkan psikologi belajar Gestalt, berdasarkan landasan sosiologis dan sosio
kultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik,
ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, sistem penyampainnya
dengan menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata pelajaran
dan peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol
dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.
4. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterpaduan
Kurikulum terpadu yang berangkat dari bentuk rencana umum dan dilaksanakan dalam
bentuk pembelajaran unit. Rencana umum yang dimaksudkan adalah organisasi kurikulum
yang berpusat pada bidang masalah, idea, core atau thema tertentu yang dapat digunakan
untuk melaksanakan suatu pengajaran unit. Dengan perkataan lain, resource unit adalah unit-
unit yang telah siap dibuat dan disusun secara umum, lengkap dan luas serta merupakan
reservoir bagi pengembangan pembelajaran unit.
Tujuan Sumber Unit
1. Menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam merencanakan sesuatu
unit dan berisi saran-saran, petunjuk-petunjuk tentang kegiatan menentukan lisiswa,
baik secara perorangan maupun kolektif.
2. Memberikan bimbingan atau petunjuk dalam menentukan lingkup masalah atau
syarat-syarat tentang tingkat tujuan yang hendak dicapai.
3. Memuat hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk dan bantuan mengajar secara teratur
dan tersusun agar lebih efektif.
4. Memuat saran tentang penilaian.
5. Menunjukkan bermacam-macam pengalaman tertentu yang dapat dipergunakan guru
dan mengembangkan satuan pengajaran.
Kriteria Penyusunan Rencana Umum
1. Rencana umum bernilai atau dapat digunakan di dalam bnayak situasi dan bersifat
fleksibel, baik isi maupun prosedur mengajar dan belajar.
2. Rencana umum dikembangkan oleh kelompok guru dan bukan hanya oleh seorang
guru saja.
3. Cara yang paling efektif adalah apabila rencana tersebut dilaksanakan oleh kelompok
guru yang telah mempersiapkannya.
4. Rencana umum disusun sedemikian rupa agar mudah dilakukan dan diubah sesuai
dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia.
5. Program ini menyediakan cukup persiapan fasilitas, waktu bagi peserta pelayanan dan
ketatausahaan.
Organisasi dan Isi Rencana Umum
1. Filsafat dan tujuan sekolah seharusnya benar-benar dipahami oleh guru yang
menyusun dan dirumuskan secara jelas.
2. Tujaun rencana tersebut seharusnya memberikan sumbangan yang bermakna bagi
pencapaian tujuan dan memberikan arah bagi pengembangan pembelajaran.
20
3. Ruang lingkup resource unit berisiskan suatu perumusan scope yang jelas seperti
pembatasan istilah yang digunakan.
4. Kediatan yang disarankan meliputi sejumlah kegiatan belajar bagi individu dan
kelompok dipilih secara organisir agar dapat digunakan secara efektif.
5. Rencanakan secara lengkap buku-buku sumber dan alat bantu yang akan digunakan.
6. Prosedur evaluasi dan alat-alatnya dipilih sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan
dan menjadi bagian integral dari rencana umum.
7. Pengalaman dalam suatu unit kerap kali membantu guru dalam perencanaan unit-unit
selanjutnya. Sesuatu rencana umum berisi banyak kemungkinan yang mendorong
penyelidikan dan belajar hal-hal baru.
8. Diperlukan diskusi tentang berbagai rencana umum dalam rangka perencanaan secara
kooperatif.
E. Perkembangan Inovasi-Inovasi Kurikulum di Indonesia1[1]
Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan lahirnya berbagai inovasi
pendidikan yang didalamnya terdapat inovasi kurikulum dan inovasi pembelajaran, yang
diperkuat dengan berbagai kebijakan pada masa inovasi tersebut diterapkan. Secara spesifik
makalan ini menyajikan berbagai inovasi kurikulum dan pembelajaran yang telah dan sedang
dilakukan hingga saat ini.
Inovasi merupakan suatu ide yang dituangkan dan bersifat baru, walaupun
sesungguhnya tidak ada sesuatu hal yang baru seutuhnya tetapi merupakan penyesuaian dan
perbaikan dari hal yang telah ada. Karakteristik suatu inovasi adalah; kreatif, baru, praktis,
perubahan nilai, ekonomis, dan merupakan suatu terobosan. Dan lingkup inovasi terdiri dari
tiga bagian yaitu inivasi struktur (SD 5 tahun), inovasi materi (materi teknologi informasi dan
komunikasi untuk SMU tahun 2004), dan inovasi proses (e-learning) melalui tahapan
konwledge, persuasion, decision, implmentation, dan confirmation (Rogers,1983:164)
Sebagai gambaran awal, berikut ini akan disajikan mengenai beberapa perkembangan
kurikulum khususnya di Indonesia dimulai dari tahun 1968 hingga 2004 dan 2006 dengan
spesifikasi orientasi dari masing kurikulum-kurikulum tersebut, secara garis besar
perkembangan tersebut disajikan dalam tabel 1, sebagai berikut:
1[1]
ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses tanggal 2 mei 2012
21
Perkembangan Kurikulum Di Indonesia
NO TAHUN FOKUS ORIENTASI
1 1968 Subject Matter (mata pelajaran)
2 1975 Terminal Objectives (TIU, TIK)
3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project)
4 1994 Munculnya pembagian kamar antara kurikulum nasional dengan
kurikulum muatan local
5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi
6 2006 Kurikulum berbasis lokal (daerah/satuan pendidikan)
Dengan melihat pada isi tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
· perubahan atau penyesuaian kurikulum tersebut relatif dilakukan dalam periode yang relatif
konstan yaitu antara 8 hingga 10 tahun,
· perubahan mencakup aspek proses dan materi,
· perkembangan terakhir menunjukkan konsentrasi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan
relevansinya bagi masyarakat dan lingkungan.
Perkembangan terbaru dalam pendidikan dan kurikulum yaitu lahirnya kurikulum
2006 dengan diikuti populernya istilah KTSP. Persepsi masyarakat pendidikan pada
umumnya dalam memandang KTSP sebagai model baru kurikulum sebagai pengganti KBK
(kurikulum 2004), secara teoritik model pengembangan kurikulum yang sejalan dengan
paradigma KTSP adalah model Tyler (objective model), model grassroot dari Hilda Taba,
Model kurikulum transmisi dari Miller-Seller, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis beranggapan bahwa KTSP adalah sebuah
istilah/penamaan dari suatu bentuk pengelolaan dan pengorganisasian kurikulum sebagai
implikasi dilaksanakannya otonomi daerah khususnya dalam bidang pendidikan, hipotesa
penulis didasari pengertian KTSP, prinsip-prinsip, dan prosedur penyusunan KTSP yang akan
diuraikan pada bagian berikutnya dalam makalah ini.
Sebagai pengayaan informasi penulis mencoba mendekatkan antara KTSP dengan
SBCD (School-Based Curriculum Development) yang diterapkan di Australia melalui tulisan
Laurie Brady “Curriculum Development: Third Edition” (1990). Brady mengatakan bahwa
SBCD didalamnya “........... school and teacher greater autonomy in curriculum decisions”,
pernyataan tersebut didasari pada asumsi bahwa “ ..... that curriculum decisions should be
made by the teacher who are implementing them and that decisions should be shared by all
who are involved”.
22
Trend munculnya SBCD adalah adanya desentralisasi dalam paradigma pengelolaan
bidang kehidupan, tingginya tuntutan terhadap profesionalisme guru, perlunya kebebasan
sekolah untuk menentukan dan mengembangkan program studi, dan keterlibatan guru secara
langsung dalam proses pengembangan kurikulum. Lebih lanjut Brady mengatakan bahwa
peran sekolah dalam proses pengembangan kurikulum adalah “ school must be involved in
selecting content, having regard for available resources, to meets its own objectives and to
cuter for students of different level of maturation”.
Beberapa karakteristik pelaksanaan SBCD di Australia adalah sebagai berikut:
1. Melibatkan sekolah dan guru dalam membuat keputusan pengembangan dan
implementasi kurikulum.
2. Menjalin hubungan antara beberapa sekolah dalam proses pengembangan
kurikulum.
3. lebih berorientasi pada selective dan adaptive dari pada creative.
4. Merupakan proses kontinu dan dinamis dengan melibatkan guru, siswa dan
masyarakat.
5. Membutuhkan dukungan dari berbagai elemen terkait.
6. Mengubah aturan/pola guru yang tradisional (perubahan peran guru kearah
profesionalisme).
7. Adanya perpindahan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan kurikulum
daripada memutuskan hubungan atau jalur dengan pusat.
Beberapa reaksi terhadap SBCD seperti ditulis Brady adalah: terasa berat melakukan
perubahan peran guru dari pelaksana menjadi pengembang, lemahnya keahlian/kemampuan
guru dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai pengembangan kurikulum yang
disediakan di sekolah, masalah usia; karena usia merefleksikan pengalaman mengajar,
insentif; yaitu suatu upaya untuk memotivasi guru terlibat dalam SBCD, dan support
structure; perlunya dukungan sekolah secara hirarkikal.
Berdasarkan beberapa kutipan yang penulis ambil dalam bukunya Brady (1990), pada
hakekatnya terdapat beberapa kesamaan orientasi antara SBCD yang diungkap oleh Brady
pada tahun 1990 dengan KTSP yang saat ini merupakan hal yang dianggap “kebaruan” dalam
masyarakat pendidikan di Indonesia. Sehingga SBCD dapat menjadi salah satu rujukan dalam
desain, pengelolaan, pemanfaatan, penggunaan, dan evaluasi KTSP yang sekarang sedang
digalakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dinas pendidikan indonesia dari tingkat pusat
hingga tingkat daerah.
1. Pengertian kurikulum satuan pendidikan (KTSP)
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi
yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada
setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar mengajar di sekolah. 2[2]
Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah
2 [2]
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20
23
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat.3[3]
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan Komite Sekolah, atau
Madrasah dan Komite Madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan agar lebih familiar dengan guru,
karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakaqn keharusan agar sistem
pendidikan nasional tersebut selalu relevan dan kompetitive. Hal tersebut juga sejalan dengan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya
peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan
berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan
oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36.
2. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dilandasi oleh UU dan peraturan pemerintah sebagai berikut4[4]
:
1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
2) Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi
4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan
5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No.
23
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:5[5]
3[3]
Ibid. hal 21
4[4]
http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 mei 2012
5[5]
http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei 2012
24
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum
memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan
pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill),
kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
kurikulum dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
25
g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan
lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan
perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.6[6]
4. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Bahwa komponen-komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut : 7[7]
a) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu
kepada tujuan umum pendidikan berikut:
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
6[6]
Mulyasa, Op.cit.hlm. 22
7 [7]
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh
Pendidikan. 2006
26
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang
dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknlogi.
4. Kelompok mata pelajaran estetika.
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi
sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum
c) Kalender Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan
mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah
pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang
mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan
hari libur. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing
satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen standar isi dengan
memperhatikan ketentuan dari pemerintah.
5. Aspek-Aspek Inovatif yang Terkandung Dalam KTSP8[8]
KTSP yang mulai diberlakukan secara nasional pada tahun 2006 jelas berbeda
dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa KTSP
merupakan produk dari penjabaran Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 yang bernafaskan Undang-undang Otonomi Daerah. Dua hal penting yang
membedakan KTSP dengan kurikulum sebelumnya (sebagai dampak dari UU Otonomi
8[8]
http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012
27
Daerah) adalah (a) diberlakukannya kurikulum yang berdiversifikasi, dan (b) adanya
standardisasi pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang
heterogen, baik dilihat dari aspek geografisnya maupun latar belakang sosial budayanya.
Heterogenitas ini membawa dampak bahwa terdapat perbedaan yang cukup bermakna
antara daerah dan pusat. Dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah maka
setiap daerah mempunyai wewenang untuk mengatur urusan dalam negerinya. Dengan
demikian, pada aspek pendidikan terjadi hal yang sama. Jika pada masa berlakunya
sentralisasi saja sudah menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna antara pusat dengan
daerah, maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dengan sistem pendidikan yang
desentralisasi.
Untuk mengatasi perbedaan tersebut, maka kurikulum dikembangkan dengan
mengacu kepada standar nasional, artinya meskipun tiap daerah bahkan tiap sekolah diberi
kebebasan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kemampuan masing-
masing, tetapi tetap harus mengacu pada standar minimal yang sifatnya nasional. Dengan
demikian diharapkan bahwa kurikulum yang dikembangkan (KTSP) dapat mengadopsi
kebutuhan daerah tetapi tidak melupakan aspek mutu/kualitas pendidikan secara nasional.
Aspek-aspek inovatif yang terkandung dalam KTSP di antaranya diterapkannya
pendidikan kecakapan hidup; dikembangkannya keunggulan lokal sesuai karakteristik,
kebutuhan, dan tuntutan setempat; kurikulum berbasis sekolah, dalam pengertian meskipun
kerangka dasar dan struktur kurikulum dikembangkan secara sentralistik, tetapi
pengembangan perencanaan pembelajaran (silabus & RPP) dan kegiatan belajar mengajar
dikembangkan secara desentralistik; dan disertakannya peran serta masyarakat.
6. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan9[9]
Dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dapat dilakukan
melalui pengembangan komponen-komponen kurikulum, di antaranya:
a) Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Visi, dan Misi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan harus berorientasi ke depan,
dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah, merupakan perpaduan antara langkah
strategis dan sesuatu yang dicita-citakan, dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna,
dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya, berbasis nilai, dan
membumi (kontekstual).
Penyusunan visi dalam KTSP melalui tiga tahap yaitu; tahap 1: hasil belajar siswa,
dengan merumuskan apa yang harus dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap setelah mereka menamatkan sekolah. Tahap 2: suasana
pembelajaran, dirumuskan dengan mempertimbangkan suasana pembelajaran seperti apa yg
9[9]
ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses 2 mei 2012
28
dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu, dan tahap 3: suasana sekolah, dimana sekolah
ditempatkan sebagai lembaga/organisasi pembelajaran dengan merumuskan seperti apa
yang diinginkan untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa.
Setiap tahapan dirumuskan dalam kalimat, kemudian dipindai setiap rumusan/kalimat
untuk mendapatkan kata kunci, rumusan visi dari kata kunci tersebut secara singkat padat
bermakna (kurang lebih tidak lebih dari 25 kata), berdasarkan Visi ini, bisa ditentukan
missinya dimana missi dapat diartikan sebagai sejumlah langkah strategis untuk menuju
dan mencapai sasaran dari visi yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dan khususnya tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
b) Struktur dan Muatan KTSP
Struktur dan Muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti
tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran, yaitu; kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaranjasmani, oleh raga dan kesehatan.Keluasan dan
kedalaman pada setiap kelompok mata pelajaran sebagai beban belajar bagi setiap pesera
didik pada satuan pendidikan.
mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar,
kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global.
Kalender Pendidikan, untuk setiap satuan pendidikan dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam
Standar Isi.
7. Peluang dan Tantangan yang diberikan oleh KTSP10[10]
KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang
dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan
standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan
pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau
10[10]
http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012
29
masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai
tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat
pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan
ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau
pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan bangsanya. Diversifikasi ini memungkinkan dikembangkannya sistem
persekolahan yang berdaya saing tinggi, sebab pihak sekolah diberi kewenangan penuh untuk
mengembangkan kurikulumnya sebaik dan semaju mungkin tetapi juga melihat pada
kebutuhan dan kemampuan pihak penyelenggara pendidikan (sekolah). Dengan adanya
kemungkinan diverisifikasi ini maka penyelenggara pendidikan tidak lagi harus seragam,
sehingga diharapkan percepatan pembangunan bangsa dapat dicapai.
Partisipasi masyarakat yakni peran komite sekolah memberi masukan dan saran
tentang keunggulan lokal, menjadi poin berikutnya dalam peluang yang terkandung di
KTSP. Keterlibatan pihak masyarakat, yang selama ini dipandang hanya sebagai “user”
pasif, memunculkan tantangan yang lebih bermakna, sebab masuknya peran/partisipasi
masyarakat akan melibatkan pemikiran-pemikiran baru tentang perlunya peningkatan
kualitas yang berasal dari pihak pengguna. Masyarakat dapat mengikutsertakan dirinya
untuk pengembangan dan kemajuan sekolah dengan mengedepankan keunggulan-
keunggulan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Artinya pengembangan pendidikan
berasal dari kebutuhan wilayah sekitar (lokal) dan membawa warna keunggulan lokal,
sehingga produk pendidikan tidak lagi menjadi suatu alieansi sebab kemajuan pendidikan
daerah tersebut sangat ditentukan oleh pengembangan keunggulan lokalnya.
Peluang lain yang diberikan melalui KTSP adalah bahwa kurikulum berbasis
sekolah. Hal ini mengindikasi selain kurikulum akan dikembangkan sesuai kebutuhan dan
kemampuan pihak sekolah, juga tidak kalah pentingnya adalah bahwa kurikulum harus
dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini guru bukan hanya sebagai pelaksana kurikulum,
melainkan juga sebagai pengembang kurikulum di kelasnya. Konsekuensinya, guru dituntut
untuk siap sebagai pengembang kurikulum, sehingga tidak lagi terdengar bahwa
pengembangan perencanaan pembelajaran hanyalah merupakan “pekerjaan administratif
belaka”. Konsekuensi lanjutan adalah perlunya pembinaan berkelanjutan yang intensif bagi
pihak guru sebagai pengembang kurikulum di tingkat sekolah.
Profesionalisasi menjadi suatu kebutuhan, dan guru harus terus meningkatkan
dirinya untuk mempercepat pembangunan bangsa. Di tangan gurulah terletak maju atau
mundurnya pendidikan kita.
8. Kemungkinan Permasalahan dalam Proses Implementasinya11[11]
Penerapan KTSP telah berjalan tiga tahun, dan sampai saat ini tampaknya apa
yang dilaksanakan di lapangan masih belum memenuhi tuntutan kurikulum tersebut. Tidak
sedikit pengamat pendidikan yang mempertanyakan apa perbedaan antara KTSP dengan
11[11]
http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/diakses 2 mei 2012
30
kurikulum sebelumnya, sementara di kalangan guru masih terjadi perbedaan pendapat di
dalam menafsirkan tuntutan kurikulum. Guru kembali menggunakan kebiasaan mengajar
seperti sebelumnya. Di lain pihak para guru merasa bahwa SK/KD tidak memberi arah dan
tuntunan yang jelas (dan detail) sehingga mereka cenderung mencari “contoh silabus/RPP”
yang sudah jadi dan meniru nya menjadi silabus/RPP yang akan digunakannya dalam
pembelajarannya.
Hal-hal yang terjadi seperti dikemukakan di atas dapat diidentifikasi :
a. Sudah terlalu lamanya guru menggunakan gaya mengajar yang mengacu kepada
posisi guru sebagai user kurikulum (segala sesuatu telah ditetapkan dari atas
sehingga guru tinggal melaksanakannya), dan terdapat kecenderungan untuk
mempertahankan gaya tersebut (status quo), sedangkan KTSP mensyaratkan guru
untuk menjadi curriculum developer.
b. Kurangnya proses sosialisasi KTSP yang pada awal berlakunya kurikulum tersebut
hanya dilakukan one-shot training. Bagaimana guru dapat memahami isi dan
tuntutan kurikulum dengan baik jika pengenalan dilakukan hanya dalam waktu
terbatas.
Kurangnya pemahaman guru terhadap orientasi kurikulum. Dalam hal ini orientasi
kurikulum (yang merupakan salah satu dari landasan kurikulum) merupakan dasar
dikembangkannya bentuk kurikulum, sehingga memahami orientasi kurikulum akan
memudahkan untuk memahami kurikulum secara keseluruhan. Sebagai contoh KTSP pada
posisi pencapaian tujuan kurikuler berkiblat pada orientasi Transaction yang artinya siswa
sebagai pusat sebab orientasi ini menganggap siswa memiliki kemampuan berinteraksi
dengan lingkungan dan proses ditekankan pada proses (Seller & Miller, 1985 : 62-67) dan
pengembangan aktivitas siswa merupakan tujuan antara dalam rangka mencapai tujuan
kurikuler. Dengan demikian apabila guru tidak memahami orientasi kurikulum yang tersirat
dalam KTSP, maka kemungkinan yang terjadi adalah guru memberikan sejumlah informasi
(faktual) kepada siswa, dan pada akhirnya siswa hanya tinggal menghafal fakta-fakta yang
telah diberikan oleh guru tersebut (pembelajaran satu arah dan siswa pasif - cenderung rote
learning).
Tampaknya kelemahan dalam proses implementasi KTSP lebih cenderung kepada
kurangnya pemahaman guru terhadap apa yang menjadi tuntutan kurikulum tersebut. Dalam
hal ini masalah implementasi tersebut lebih banyak berada pada posisi kekurangan yang ada
pada guru sebagai pengembang kurikulum.
31
BAB III
KESIMPULAN
Inovasi kurikulum muncul karena ada masalah yang dirasakan dalam pelaksanaan
kurikulum. Inovasikurikulum meliputi perencanaan, implementasi dan pengembangan
kurikulum termasuk kurikulum berbasis kompetensi yang meliputi konsep, karakteristik, dan
proses pengembangan KBK. Konsep KBK menitikberatkan pada kemampuan di bidang
pengetahuan, keterampilan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik kompetensi
akademis, okupasional, kultural maupun temporal. Karakteristik KBK beroreantasi pada
ketercapaian kompetensi, keberagaman hasil belajar, multi strategi termasuk pendekatan atau
metode dengan menekankan penilaian pada proses dan hasil.
Inovasi Kurikulum merupakan suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan
mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Inovasi dilakukan apabila guru benar-
benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara
mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery.
Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan
menolak hasil dari inovasi.
Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam
pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan perubahan itu
sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu
perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan
itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas. Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang
pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi
sekolah lain.
Sampai saat ini telah mengalami perubahan penyempumaan (inovasi) kurikulum
mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Implernentasi suatu inovasi
kurikulum dimaksudkan untuk menyahuti perkembangan jaman dan meningkatkan mutu
suatu satuan pendidikan. Namun, sering inovasi-inovasi tersebut mengalami kegagalan dan
tidak pernah diimplementasikan.
Inovasi kurikulum ini bukan hanya perubahan pemikiran, tetapi yang paling penting
adalah perubahan perilaku dalam pembelajaran. Dan suatu inovasi tidak begitu saja dapat
diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi memerlukan persiapan dan waktu yang
panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada kondisi sekolah dan kesiapan para
pelaksana (Hasan, 1995), cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat atau
sekolah tergantung pada karakteristik inovasi
KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi
yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP
merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada
32
setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar mengajar di sekolah.
Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya dalam
penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi ditentukan oleh satuan
pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan secara
nasional. Secara umum konten dan system kompetensi pada kurikulum 2004 masih
digunakan pada kurikulum 2006 atau KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum
tersebut saling berkaitan erat.
KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang
dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan
standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan
pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau
masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai
tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat
pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan
ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau
pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan bangsanya.
33
DAFTAR PUSTAKA
http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html
Hamalik, Oemar. 2003, Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution. 1999, Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nana Syaodih Sukmadinata 1997, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek Remaja
Rosdakarya, Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
http://dreamschool26.blogspot.com/2010/11/makalah-inovasi-kurikulum.html
http://inovendplb2.wordpress.com/2012/01/10/makalah/
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh
Pendidikan. 2006
http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 juni 2010
http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei
2012
http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan
ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc
http://k-youlia.blogspot.com/2012/10/inovasi-pada-kurikulum-tingkat-satuan.html

Contenu connexe

Tendances

Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanYamanto Isa
 
Ppt progresivisme filsafat
Ppt progresivisme filsafatPpt progresivisme filsafat
Ppt progresivisme filsafatyuhanaenggar
 
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di IndonesiaAiran Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesianurul_inayah
 
Aliran Progresivisme
Aliran ProgresivismeAliran Progresivisme
Aliran Progresivismekarangtalok
 
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeFilsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeSTKIP PGRI Pacitan
 
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)Wulan Sari Silvana Dewi
 
Makalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaMakalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaiwayanredhana
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanPotpotya Fitri
 
Progresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanProgresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanAgus Widiyanto
 
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesiapower point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesialina_maulidina
 
Ppt progresivisme dan perilaku guru
Ppt progresivisme dan perilaku guruPpt progresivisme dan perilaku guru
Ppt progresivisme dan perilaku guruMegaSidabalok
 
Power Point progresivisme dalam pendidikan
Power Point progresivisme dalam pendidikanPower Point progresivisme dalam pendidikan
Power Point progresivisme dalam pendidikanSriFujiyani
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Gerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikanGerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikandonawidiya
 

Tendances (20)

Makalah inovasi
Makalah inovasiMakalah inovasi
Makalah inovasi
 
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi PendidikanInovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
Inovasi, Modernisasi dan Karakteristik Inovasi Pendidikan
 
Ppt progresivisme filsafat
Ppt progresivisme filsafatPpt progresivisme filsafat
Ppt progresivisme filsafat
 
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di IndonesiaAiran Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Airan Progresivisme Pembangunan Pemerataan Pendidikan di Indonesia
 
Aliran Progresivisme
Aliran ProgresivismeAliran Progresivisme
Aliran Progresivisme
 
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeFilsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan Progresivisme
 
Presentation progresivisme
Presentation progresivisme Presentation progresivisme
Presentation progresivisme
 
Progresivisme in education
Progresivisme in educationProgresivisme in education
Progresivisme in education
 
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
 
Makalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaMakalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhana
 
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikanAliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan
 
Progresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikanProgresivisme & pendidikan
Progresivisme & pendidikan
 
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesiapower point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
power point aliran progresivisme dalam pengembangan pendidikan di Indonesia
 
Ctl
Ctl Ctl
Ctl
 
Ppt progresivisme dan perilaku guru
Ppt progresivisme dan perilaku guruPpt progresivisme dan perilaku guru
Ppt progresivisme dan perilaku guru
 
Power Point progresivisme dalam pendidikan
Power Point progresivisme dalam pendidikanPower Point progresivisme dalam pendidikan
Power Point progresivisme dalam pendidikan
 
Kreativiti Dalam Pengajaran (Razana 2011)
Kreativiti Dalam Pengajaran (Razana 2011)Kreativiti Dalam Pengajaran (Razana 2011)
Kreativiti Dalam Pengajaran (Razana 2011)
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Gerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikanGerakan baru dalam pendidikan
Gerakan baru dalam pendidikan
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 

En vedette

En vedette (10)

Proposals
ProposalsProposals
Proposals
 
Department of energy
Department of energyDepartment of energy
Department of energy
 
Teória literatúry
Teória literatúryTeória literatúry
Teória literatúry
 
Social Celebs Presentation
Social Celebs PresentationSocial Celebs Presentation
Social Celebs Presentation
 
Soccer blows
Soccer blowsSoccer blows
Soccer blows
 
Socialisation
SocialisationSocialisation
Socialisation
 
Vote amp
Vote ampVote amp
Vote amp
 
Ctc
CtcCtc
Ctc
 
Social Fresh EAST 2013: Ryan Cohn
Social Fresh EAST 2013: Ryan CohnSocial Fresh EAST 2013: Ryan Cohn
Social Fresh EAST 2013: Ryan Cohn
 
S tocktake analysis
S tocktake analysisS tocktake analysis
S tocktake analysis
 

Similaire à INOVASI KURIKULUM

Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfInovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfDianaSari252708
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranJujun Muhamad Jubaerudin
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Operator Warnet Vast Raha
 

Similaire à INOVASI KURIKULUM (20)

Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdfInovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
Inovasi_Pendidikan_Pembelajaran.pdf
 
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan PembelajaranInovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
Difusi adalah proses komuikasi atau saling tukar informasi tentang suatu bent...
 
Divusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsiaDivusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsia
 
Divusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsiaDivusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsia
 
Divusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsiaDivusi dan inovasi samsia
Divusi dan inovasi samsia
 
Divusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reniDivusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reni
 
Divusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reniDivusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reni
 
Divusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reniDivusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reni
 
Divusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reniDivusi dan inovasi reni
Divusi dan inovasi reni
 
Divusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamriaDivusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamria
 
Divusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamriaDivusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamria
 
Divusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamriaDivusi dan inovasi zamria
Divusi dan inovasi zamria
 
Divusi dan inovasi erna sari
Divusi dan inovasi erna sariDivusi dan inovasi erna sari
Divusi dan inovasi erna sari
 

INOVASI KURIKULUM

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan pola-pola kehidupan. Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat nampak terjadi proses pembaruan, pertentangan atau konflik antara sektor budaya, sosial dan agama. Melalui proses akulturasi , pertentangan, konflik kepentingan seharusnya dapat dikurangi secara perlahan. Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di masyarakat, inovasi terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi. Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap menit kita mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas itu selalu dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan harapan hasilnya memuaskan. Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara nasional, antar negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
  • 2. 2 Intinya dalam inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas. Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain. B. Rumusan Masalah 1. Merumuskan pengertian inovasi kurikulum. 2. Mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum. 3. Merumuskan substansi perubahan kurikulum. 4. Menguraikan pengembangan kurikulum berbasis masyarakat. C. Tujuan 1. Dapat merumuskan pengertian inovasi kurikulum 2. Dapat mendefinisikan karakteristik dalam inovasi kurikulum 3. Dapat menguraikan pengembangan inovasi kurikulum Dalam penyusunan makalah ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah pengembangan inovasi kurikulum yang sesuai dengan substansi yang ada. Adapun metode penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah metode deskiptif, dimana penulis memadukan dari beberapa rekomendasi serta literatur baik melalui situs internet maupun kajian pustaka.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Inovasi Kurikulum Inovasi dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar- benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya). Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil- hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan. Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah, 1992:80). Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Ibrahim (1988: 71-73) menyebutkan bahwa tipe keputusan inovasi pendidikan termasuk didalamnya inovasi kurikulum dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1. Keputusan inovasi pendidikan opsional, yang mana pemilihan menerima atau menolak inovasi berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sosial lain;
  • 4. 4 2. Keputusan inovasi pendidikan kolektif, yang mana pemilihan menerima dan menolak inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama atas kesepakatan antar anggota sistem sosial; 3. Keputusan inovasi pendidikan otoritas, yang mana pemilihan untuk menerima dan menolak inovasi yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang dan kemapuan yang lebih tinggi daripada anggota lain dalam sistem sosial; 4. Keputusan inovasi pendidikan kontingen, yang mana pemilihan untuk menerima atau menolak keputusan inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada keputusan yang mendahuluinya. Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. kurikulum hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan akhir. Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga mengalami perubahan. Perubahan tersebut adalah  Dari sisi bentuk dan organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum pada tahun 1994.  Dan sisi psikologi timbul masalah berkenaan dengan pendekatan belajar-mengajar yang bau, maka muncul berbagai inovasi seperti keterampilan proses, CBSA dan belajar tuntas.  Dari sisi sosiologis timbul masaah berkenaan dengan tuntutan masyarakat modern yang semakin tinggi dan kompleks sehingga muncu1 inovasi berupa masuknya maka peajaran keterampi1an, adanyal kerja dan gagasan muatan lokal.  Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa sistem modul paket untuk pendidikan luar sekolah dan metode SAS (Struktural Analisis Sintesis) untuk belajar membaca Al-Quran. Mengutip pandang Ralph Tyler (1949), almarhum Prof. S. Nasution mengetengahkan empat faktor, landasan ataupun azas utama yang selalu mengambil peran dalam pengembangan kurikulum, yakni:  Pertama, azas filosofis, termasuk filsafat bangsa, masyarakat dan sekolah serta guru-guru;  Kedua, azas sosiologis, menyangkut harapan dan kebutuhan masyarakat (orangtua, kebudayaan, masyarakat, pemerintah, ekonomi)  Ketiga, azas psikologis yang terkait dengan taraf perkembangan fisik, mental, emosional dan spiritual anak didik  Keempat, azas epistemologis, berkaitan dengan konsep kita mengenai hakekat ilmu pengetahuan Keempat asas yang menjadi dasar pengembangan kurikulum dapat berkembang atau bahkan berubah sama sekali dan yang demikian itu akan mempengaruhi kurikulum.
  • 5. 5 Kurikulum dan Pengajaran Menurut Hilda Taba dalam bukunya “Development Curriculum” menyatakan bahwa setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi, strategi / pola belajar-mengajar, dan evaluasi.  Komponen Tujuan Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Ada dua jenis tujuan institusional, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai anak didik. Pada TIU sifatnya lebih luas dan mendalam, sedangkan TIK lebih terbatas dan harus dapat diukur pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Dengan demikian TIK harus lebih operasional dan mudah dilakukan pengukuran.  Isi atau Materi Kurikulum Isi kurikulum adaIah berbagai pengetahuan, sikap, ketrampilan dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan maupun pengalaman belajar diessuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan masyarakat, (tuntutan, dan kebutuhan) perkembangan iptek. Bila kita harus memilih isi kurikulum, maka kriteria yang bsa digunakan adalah : Isi kurikulurn harus sesuai, dengan tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa. Artinya sejalan dengari tahap perkembangan anak. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang konprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara seimbang. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak cepat lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-hari. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep yang terdapat didalamnya, bukan hanya informasi aktual. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan Menurut Tyler kriteria yang digunakan untuk merumuskan kurikulum adalah : Berkesinambungan. Artinya saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan. Berurutan, Artinya kurikulum diorganisasikan dengan memperhatikan tahapan atau urutan bahan. Keterpaduan. Artinya dalam menyusun program pendidikan atau kurikulum sebaiknya memiliki huhungan horisorital pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, sehingga dapat membantu anak memperoleh pengalaman tersebut dalam suatu kesatuan.
  • 6. 6 Prinsip Fleksibilitas. Artinya kurikulum yang dirumuskan hendaknya memiliki ruang gerak baik bagi guru dalam mengembangkan program pendidikan maupun untuk murid untuk memilih program yang ditawarkan  Strategi Pelaksanaan Kurikulum/ Proses Belajar-Mengajar Strategi pelaksanaan kurikulum atau lebih khusus lagi proses belajar-mengajar adalah cara bagaimana anak memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan Kurikulum sebagai program pendidikan pada dasarnya masih merupakan niat atau rencana, sedangkan bagaimana operasionalisasinya, maka diperlukan strategi pelaksanaan kurikulum, Strategi pelaksanaan kurikulum pelaksanaan kurikulum harus memperhatikan: a) tingkat dan jenjang pendidikan, b) proses belajar-mengajar c) bimbingan dan penyuluhan d) administrasi supervise e) sarana kurikuler f) evaluasi atau penilaian. Operasional strategi pelaksañaan kurikulum menerapkan metode dan media yang sesuai dan tepat guna untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan proses itu sendiri bertalian dengan bagaimana pengalaman belajar atau isi kurikulum diorganisasikan. Setiap bentuk organisasi yang digunakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untuk itu perlu ada kriteria pola organisasi kurikulum yang efektif.  Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapal tujuan pendidikan. Evaluasi kurikulum harus dilakukan secara terus-menerus. Hal ini sesuai dengan pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (1997) bahwa ada prinsip umum dalam pengembangan inovasi yang perlu dievaluasi kurikulum tersebut antara lain : a) Prinsip relevansi. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik untuk menjawab kebutuhan masyarakat. b) Prinsip fleksibilitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan apakah sudah bersifat adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan konteks pembelajaran. c) Prinsip kontinuitas. Kurikulum yang kita rancang dan kembangkan memungkinkah peserta didik lebih sanggup mengembangkan potensinya kelak dalam rencana belajar berikutnya (prinsip belajar sepanjang hayat). d) Prinsip praktis. Kurikulum sebaiknya mudah digunakan dengan alat sederhana dan biaya relatif murah, terutama dalam situasi ekonmi dewasa ini. Selain itu, apa yang dipelajari mahasiswa seharusnya mampu membentuk dan meningkatkan kompetensi mereka di dalam kehidupan sehari-hari. e. Prinsip efektivitas. Efektivitas sebuah kurikulum harus dilihat dari sejauhmana perubahan peserta didik, sebagaimana nampak dalam kehidupan dan karyanya
  • 7. 7 B. Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculannya seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan Pemerintah. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah- tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Kurikulum berbasis kompetensi dikembangkan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan daya jual untuk menciptakan kehidupan yang berharkat dan bermartabat ditengah- tengah perubahan, persaingan, dan kerumitan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Adanya kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan hasil lulusan menjadi lebih terampil dan kompeten dalam segala tuntutan masyarakat sekitarnya. 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan . Menurut nasution kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar apakah dalam ruangan kelas, dihalaman sekolah ataupun diluar sekolah termsuk kurikulum. Ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Kompetensi merupakan kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi harus didemonstrasikan sesuai dengan standar yang ada di lapangan kerja (Hamalik, 2000). Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus setiap saat akan memungkinkan bagi seseorang untuk berkompeten, artinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Kompetensi dapat diartikan suatu kemampuan untuk menstrasfer dan menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002). Sedangkan pendapat lain mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi . Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu
  • 8. 8 pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya. Dari rumusan tersebut, KBK lebih menekankan pada kompetensi atau kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu, sedangkan masalah bagaimana cara mencapainya, secara teknis operasional diserahkan kepada guru di lapangan. Tidak ada dalam KBK secara tersirat dan tersurat apa yang harus dilakukan guru untuk mencapai kompetensi tertentu. KBK hanyalah memberikan petunjuk secara universal bagaimana seharusnya pola pembelajaran diterapkan oleh setiap guru. Rumusan lain tentang kompetensi menurut McAshan (l981) adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini berarti bahwa kompetensi bukan hanya ada dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku,Artinya bagaimana implementasi pengetahuan itu diwujudkan dalam pola tindakan yang siswa lakukan sehari-hari. Sehingga kompetensi itu pada hakekatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang direfleksikan dalam bentukkebiasaan berfikir dan bertindak. KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahaminya dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan nyata. Gordon (l988) menyarankan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut: a) Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berfikir. b) Pemahaman (understanding). Yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu. c) Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. d) Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. e) Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang datang dari luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah f) Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran. Kompetensi apa saja yang harus dicapai oleh KBK? Wina Sanjaya (2005) memberikan apresiasi terdapat 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa sesuai dengan tuntutan KBK, yaitu: a) Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup b) Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja c) Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaikbaiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat d) Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
  • 9. 9 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Sasaran KBK pada penguasaan kompetensi dalam bidang-bidang praktis terutama pekerjaan keahlian baik kompetensi teknis, vokasional maupun profesional. Suatu bidang pekerjaannya tugas utamanya berkenaan dengan kompetensi perbuatan, perilaku, performance yang menunjukan kecakapan, kebisaan, keterampilan melakukan sesuatu tugas atau peranan secara standar seperti yang dituntut oleh suatu okupasi (Nana Syaodih, 2004). Makna yang terkandung dan tersirat dalam KBK terdiri dua hal, yaitu: Pertama KBK mengharapkan adanya hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua KBK memberikan peluang pada siswa sesuai dengan keberagaman yang dimiliki masing-masing. Dalam KBK siswa tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep, akan tetapi bagaimana konsep yang dipelajari berdampak pada perilaku dan pola pikir dan bertindak sehari-hari. Dan dalam KBK pun menghargai bahwa setiap siswa memiliki kemampuan, minat dan bakat yang berbeda sehingga diberikan peluang kepada siswa tersebut untuk belajar sesuai dengan keberagaman dan kecepatan masing-masing. Oleh karena itu dalam KBK, proses pembelajaran harus didesain agar dapat melayani setiap keberagaman tersebut. Karakteristik Utama KBK sebagai sebuah Kurikulum: 1. KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan dicapai siswa. 2. Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman setiap individu. 3. Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar. Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu: 1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal, artinya isi KBK intinyasejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan kompetensi inilah sebagai standar minimal atau kemampuan dasar. 2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian kompetensi adasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan. Proses pencapaian tentu saja bergantung pada kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap siswa. 3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi sesuai dengan keberagaman siswa. 4. Sumber belajar bukan hanya untuk guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Guru berperan sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar. 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya. Setelah memahami karakteristik KBK, maka sebenarnya apa yang ingin dicapai oleh KBK adalah mengembangkan peserta didik untuk menghadapi perannya di masa mendatang dengan cara mengembangkan sejumlah kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan
  • 10. 10 kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk terbiasa berani menghadapi problem kehidupan secara wajar kemudian secara kreatif mencari solusi untuk mengatasinya. Adapun tujuan kecakapan hidup ini adalah: Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi a) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad based education) b) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (School Based Management) c) Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses kompleks dan melibatkan berbagai faktor terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. Pengembangan KBK memfokuskan kepada kompetensi tertentu berupa paduan: pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan KBK memungkinkan guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Karena itu peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan dijadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan sejumlah kompetensi tertentu sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke penguasaan sejumlah kompetensi berikutnya. Kriteria tersebut bias dikembangkan berdasarkan tujuan khusus yang dipelajari sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai. 3. Asas Pengembangan KBK 1. Asas Filisofis Berkenaan dengan nilai yang berlaku di masyarakat. Sistem nilai erat kaitannya dengan arah dan tujuan yang musti tercapai. Itu sebabnya dalam KBK, filsafat sebagai sistem nilai menjadi sumber utama dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Di Indonesia sistem nilai yang berlaku adalah Pancasila. Dengan demikian isi KBK yang disusun harus memuat dan mencerminkan tentang kandungan nilai-nilai pancasila. 2. Asas Psikologis Berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan peserta didik. Secara psikologis anak didik memiliki perbedaan baikminat, bakat maupun potensiyang dimilikinya. Dengan demikian baik tujuan, isi maupun strategi pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi tahapan perkembangan dan psikologi belajar peserta didik.
  • 11. 11 3. Asas Sosiologis Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Karena itu kurikulum sebagai alat da pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ketiga asas tersebut merupakan landasan pokok KBK sebagai pedoman dan perangkat perencanaan, implementasi dan pelaksanaan yang dibingkai oleh tiga sisi yang sama-sama penting. 4. Prinsip Pengembangan KBK Proses pengembangan KBK harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengembangan KBK sebagai berikut: 1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur dan penghayatan nilai-nilai budaya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi pekerti merupakan prinsip utama yang harus diperhatikan pengembang kurikulum 2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pembentukan manusia yang utuh merupakan tujuan utama pendidikan. Manusia utuh adakah manusia yang seimbang antara kemampuan intelektual, sikap, moral dan keterampilan. Pengembang KBK harus memperhatikan tiga keseimbangan tersebut. 3. Penguatan integritas nasional. Indonesia adalah negara dengan beraneka ragam suku dan budaya yang sangat majemuk. Pendidikan harus dapat menanamkan pemahaman dan penghargaan terhadap aneka ragam budaya, sehingga menjadi kekuatan yang dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap peradaban bangsa di dunia ini 4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. Pengembangan KBK diarahkan agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan belajar dengan cara mengakses berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. 5. Pengembangan kecakapan hidup yang meliputi keterampilan diri, keterampilan berpikir rasional, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional. Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui pembudayaan membaca, menulis, dan berhitung; sikap, dan perilaku adaptif, kreatif, inovatif, kreatif dan kompetitif. 6. Pilar pendidikan. Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat, belajar hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya. 7. Komprehensif dan berkesinambungan. Konprehensif mencakup keseluruhan dimensi kemampuan dan subtansi yang disajikan secara berkesinambungan mulai pendidikan taman kanak-kanak sampai pendidikan menengah. 8. Belajar sepanjang hayat. Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlanjut sepanjang hayat. 9. Diversifikasi kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Dari sejumlah prinsip pengembangan kurikulum tersebut pada hakikatnya menekankan bahwa rencana pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada kaidah-kaidah budaya
  • 12. 12 local dan nasional. Budaya local seperti mempertimbangkan kebiasaan, adat istiadat, kesepakatan diantara masyarakat baik tertulis maupun tanpa tertulis harus dipatuhi sebagai pengembang kurikulum. Sedangkan budaya nasional yakni apa yang telah menjadi karakter budaya bangsa kita seperti kehidupan agamis, berpancasilais sejati, belajar sepanjang hayat termasuk pilar pendidikan yang telah disarankan oleh WHO. Implikasi KBK terhadap Pengembangan Aspek Pembelajaran a) Pengembangan Rancangan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam KBK diarahkan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus berorientasi pada siswa sebagai subjek bukan sebagai objek pembelajaran. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang kegiatan pembelajaran, diantaranya: 1. Rancangan kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, menemukan sendiri pengetahuan. Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan. 2. Rancangan pembelajarn harus disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana pembelajarn yang tersedia. 3. Pembelajarn harus dirancang dengan mengordinasikan berbagai pendekatan belajar. 4. Pembelajaran harus dapat memberikan pelayanan terhadap kebutuhan individual siswa seperti bakat, minat, kemampuan, latar belakang sosial ekonomi. b) Pengembangan Proses Pembelajaran KBK sebagai sebuah kurikulum yang menekankan kepada pencapaian kompetensi, memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran yang musti dilakukan guru dan siswa. Konteks pembelajaran yang diinginkan KBK, guru bertindak dan berusaha menyediakan waktu dan tempat agar siswa belajar. Belajar itu sendiri bukan menumpuk ilmu pengetahuan akan tetapi merupakan proses perubahan perilaku melalui pengalaman belajar. Melalui pengalaman belajar itulah diharapkan terjadinya pengembangan berbagai aspek yang terdapat dalam individu massing-masing pembelajar. Implikasi ini sangat penting sebab akan mempengaruhi berbagai tindakan guru dalam pengelolaan pembelajaran, baik dalam pengembangan strategi pembelajaran maupun dalam menggunakan berbagai sumber belajar.Proses pembelajarn tidak hanya diarahkan semata-mata agar siswa mampu menguasai sejumlah materi pembelajaran akan tetapi pembelajaran lebih diarahkan kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum. c) Pengembangan Evaluasi Evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan seperti orang, benda, kegiatan, keadaan kesatuan tertentu. Karakteristik evaluasi meliputi, pertama evaluasi merupakan suatu proses atau tindakan, kedua proses tersebut dilakukan untuk memberi makna atau nilai. Evaluasi suatu proses, evaluasi terdiri dari pengumpulan data dan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi yang telah diperoleh. Kriteria keberhasilan belajar siswa meliputi : aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif berhungan dengan kemampuan kecerdasan dan intektual
  • 13. 13 siswa, aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Aspek psikomotor terdiri dari beberapa kompetensi yang harus dicapai baik tingkat penguasaan gerak awal, tingkatan gerak rutin maupun kemampuan gerak secara menyeluruh. Sebagai bentuk kurikulum yang menghendaki ketercapaian kompetensi, aspek alat dan bentuk penilaian harus dilakukan seimbang baik tes maupun non tes sesuai dengan fungsi evaluasi sebagai fungsi formatif maupun sumatif. Kedua fungsi evaluasi ini sangat penting artinya sebagai jawaban penerapan diberlakukannya KBK. Melalui KBK ini, dalam menseting pembelajaran seperti merencanakan, melaksnakan sampai menilai meski berorientasi pada aktivitas peserta didik yang beragam agar mereka memiliki banyak pengalaman belajar, sehingga guru bertindak memfasilitasi bagaimana peserta didik belajar. Pengembangan KBK dilandasi filosofis keimanan dan ketakwaan yang kuat disetai landasan secara psikologis yang handal dan proses secara teknologis yang unggul. Hal ini dalam KBK pengembangan dapat dilakukan dengan perencanaan, implementasi pembelajaran, dan evaluasi yang dilakukan guru secara terprogram. C. Inovasi Kurikulum Berbasis Mayarakat Perkembangan pendidikan anak sejalan dengan dinamika masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Ada kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini karena pengaruh dari perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi. Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan pola-pola kehidupan. 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum. Kurikulum berbasis masyarakat, bahan dan objek kajiannya menyesuaikan kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum
  • 14. 14 berbasis wilayah. Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini setuju bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama kurikulum. Tujuan: 1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut. 2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keuntungan antara lain: pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum. Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam mempersiapkan kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan pendidikan lebih lanjut. 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat: - Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks. - Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan. - Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok. - Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber- sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
  • 15. 15 - Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia(nara sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, KKN, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat. 1) Karakteristik materi pembelajaran Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain: validitas telah teruji kebenaran dan kesahihannya. 2) Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa. 3) Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri. 4) Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar. 5) Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu. 6) Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman materi. 7) Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran. 8) Kegiatan siswa dan guru Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat Perkembangan teknologi membawa perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang dan pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras. Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama bergaul dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya. Kondisi demikian berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas malahan mungkin hilang. 3. Kegiatan siswa dan guru Kegiatan siswa, mustinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Dan materi pembelajarnnya pun harus dapat memberikan pembekalan kemampuan atau kecakapan kepada peserta didik dan mempunyai serta dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajari. Guru dalam kurikulum berbasis masyarakat berperans sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang
  • 16. 16 kuat untuk dignakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar. 4. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengmbilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja, dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Semua sumber di masyarakat sebagai laboratorium untuk praktik sesuai kepentingan pembelajaran siswa. Masyarakat secara keseluruhan memiliki berbagai dimensi seperti: keluarga, teknologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan kehidupan lainnya. Dimensi tersebut masing-masing mengandung aspek manusiawi, kelembagaan, sistem kehidupan, metode kerja dan kondisi situasi dengan karakteristiknya sendiri. 5. Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat: 1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar. 2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar termasuk kebutuhan siswa. 3. Tujuan kurikulum. 4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum. 5. Tujuan pembelajaran. 6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran. 7. Teknik evaluasi (proses dan produk). 8. Implementasi strategi pembelajaran. 9. Penilaian dalam pembelajaran dan 10. Evaluasi program kurikulum. Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Inovasi kurikulum berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan kajian terus menerus terhadap kebutuhan masyarakat sekitar terhadap sekolah ( khususnya siswa ) dan kebutuhan- kebutuhan siswa terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dua hal krusial ini pasti akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat. Sehingga sekolah penganut kurikulum berbasis masyarakat akan selalu harmonis dengan lingkungan dan masyarakatnya, karena akan selalu terjadi simbiosis mutualisme.
  • 17. 17 Berorientasi pada komponen-komponen kurikulum tersebut, maka langkah-langkah pengembangannya terdiri dari: Langkah 1: Penentuan tujuan pendidikan berdasarkan filsafat dan psikologi pendidikan juga berdasarkan spesifikasi kebutuhan masyarakat dan kebutuhan siswa. Langkah 2: Analisis kebutuhan masyarakat sekitar, siswa dan mata ajar. Langkah 3:Spesifikasi tujuan kurikulum baik tujuan umum maupun tujuan khusus. Langkah 4: Pengorganisasian dan implementasi kurikulum dan struktur program. Langkah 5: Spesifikasi tujuan pengajaran termasuk TPU dan TPK. Langkah 6: Seleksi strategi pembelajaran meliputi kegiatan, model, dan metode pembelajaran. Langkah 7: Seleksi awal teknik evaluasi. Langkah 8: Seleksi final teknik evaluasi (langkah ini dilakukan setelah langkah 5). Langkah 9: Implementasi strategi pembelajaran secara aktual. Langkah 10: Evaluasi pengajaran untuk menilai keberhasilan siswa dan efektivitas pembelajaran dan perbaikan evaluasi. Langkah 11: Evaluasi program kurikulum. Salah satu contoh dari kurikulum berbasis masyarakat: Karena pengaruh perkembangan teknologi terjadi perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang termasuk pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Perubahan kehidupan agraris berubah menjadi pola kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras. Dari persoalan itulah dapat diupayakan, sikap kita dengan kehidupan kita saat ini yang menuntut perkembangan teknologi dengan begitu cepatnya, tetap membuat kita tidak termakan oleh zaman dan melupakan kebiasaan dahulu yang sudah menjadi kebiasaan budaya nenek moyang, seperti kehidupan dengan sifat kebersamaan dan gotong royong. Dengan perubahan zaman seperti apapun tetap membuat kita berpegang pada kebiasaan yang sudah menjadi adat kebiasaan kita. D. Inovasi Kurikulum Berbasis Keterpaduan Kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun klasikal aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik bermakna dan otentik. Semuanya menekankan pada cara menyampaikan pelajarn yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran lain.
  • 18. 18 1. Pengertian Kurikulum Berhubungan dan Berisi Keterpaduan Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan sistem menitikberatkan pada keseluruhan, lalu bagian-bagian dan unsur-unsur dan interaksi antara bagian-bagian dengan keseluruhan. Konsep keterpaduan pada hakekatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelngkapan, kompleks, yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi anatar komponen- komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terpadu, suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para siswa. Kurikulum dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembnagkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. 2. Komponen Kurikulum Berbasis Keterpaduan Komponen kurikulum berbasis keterpaduan saling berkaitan yaitu sub sistem masukan yakni siswa, sub sistem proses yakni metode, materi dan masyarakat, sub sistem produk yakni lulusan yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing komponen saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang memenuhi harapan kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu lulusan ditinjau dari segi tujuan intrinsik dan ekstrinsik. Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode penyajian, bahan dan media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana, perlengkapan dan biaya. Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses kurikulum dan ketercapaian tujuan kurikulum. Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif dan summatif. Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam rangka umpan balik demi perbaikan sistem kurikulum. Komponen masyarakat merupakan masukan eksternal dalam bidang sosial dan budaya, yang berfungsi sebagai faktor penunjang dan turut mewarnai pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan. 3. Karakteristik Kurikulum Berbasis Keterpaduan Kurikulum terpadu merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan demikian, kurikulum terpadu mengintegrasikan komponen mata pelajaran sehingga batas-batas mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi, dikarenakan telah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit.
  • 19. 19 Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu: berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila, berdasarkan psikologi belajar Gestalt, berdasarkan landasan sosiologis dan sosio kultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik, ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, sistem penyampainnya dengan menggunakan sistem pengajaran unit yakni unit pengalaman dan unit mata pelajaran dan peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik, bahkan peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator. 4. Prosedur Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterpaduan Kurikulum terpadu yang berangkat dari bentuk rencana umum dan dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran unit. Rencana umum yang dimaksudkan adalah organisasi kurikulum yang berpusat pada bidang masalah, idea, core atau thema tertentu yang dapat digunakan untuk melaksanakan suatu pengajaran unit. Dengan perkataan lain, resource unit adalah unit- unit yang telah siap dibuat dan disusun secara umum, lengkap dan luas serta merupakan reservoir bagi pengembangan pembelajaran unit. Tujuan Sumber Unit 1. Menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam merencanakan sesuatu unit dan berisi saran-saran, petunjuk-petunjuk tentang kegiatan menentukan lisiswa, baik secara perorangan maupun kolektif. 2. Memberikan bimbingan atau petunjuk dalam menentukan lingkup masalah atau syarat-syarat tentang tingkat tujuan yang hendak dicapai. 3. Memuat hal-hal yang dapat dijadikan petunjuk dan bantuan mengajar secara teratur dan tersusun agar lebih efektif. 4. Memuat saran tentang penilaian. 5. Menunjukkan bermacam-macam pengalaman tertentu yang dapat dipergunakan guru dan mengembangkan satuan pengajaran. Kriteria Penyusunan Rencana Umum 1. Rencana umum bernilai atau dapat digunakan di dalam bnayak situasi dan bersifat fleksibel, baik isi maupun prosedur mengajar dan belajar. 2. Rencana umum dikembangkan oleh kelompok guru dan bukan hanya oleh seorang guru saja. 3. Cara yang paling efektif adalah apabila rencana tersebut dilaksanakan oleh kelompok guru yang telah mempersiapkannya. 4. Rencana umum disusun sedemikian rupa agar mudah dilakukan dan diubah sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia. 5. Program ini menyediakan cukup persiapan fasilitas, waktu bagi peserta pelayanan dan ketatausahaan. Organisasi dan Isi Rencana Umum 1. Filsafat dan tujuan sekolah seharusnya benar-benar dipahami oleh guru yang menyusun dan dirumuskan secara jelas. 2. Tujaun rencana tersebut seharusnya memberikan sumbangan yang bermakna bagi pencapaian tujuan dan memberikan arah bagi pengembangan pembelajaran.
  • 20. 20 3. Ruang lingkup resource unit berisiskan suatu perumusan scope yang jelas seperti pembatasan istilah yang digunakan. 4. Kediatan yang disarankan meliputi sejumlah kegiatan belajar bagi individu dan kelompok dipilih secara organisir agar dapat digunakan secara efektif. 5. Rencanakan secara lengkap buku-buku sumber dan alat bantu yang akan digunakan. 6. Prosedur evaluasi dan alat-alatnya dipilih sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dan menjadi bagian integral dari rencana umum. 7. Pengalaman dalam suatu unit kerap kali membantu guru dalam perencanaan unit-unit selanjutnya. Sesuatu rencana umum berisi banyak kemungkinan yang mendorong penyelidikan dan belajar hal-hal baru. 8. Diperlukan diskusi tentang berbagai rencana umum dalam rangka perencanaan secara kooperatif. E. Perkembangan Inovasi-Inovasi Kurikulum di Indonesia1[1] Perkembangan pendidikan di Indonesia ditandai dengan lahirnya berbagai inovasi pendidikan yang didalamnya terdapat inovasi kurikulum dan inovasi pembelajaran, yang diperkuat dengan berbagai kebijakan pada masa inovasi tersebut diterapkan. Secara spesifik makalan ini menyajikan berbagai inovasi kurikulum dan pembelajaran yang telah dan sedang dilakukan hingga saat ini. Inovasi merupakan suatu ide yang dituangkan dan bersifat baru, walaupun sesungguhnya tidak ada sesuatu hal yang baru seutuhnya tetapi merupakan penyesuaian dan perbaikan dari hal yang telah ada. Karakteristik suatu inovasi adalah; kreatif, baru, praktis, perubahan nilai, ekonomis, dan merupakan suatu terobosan. Dan lingkup inovasi terdiri dari tiga bagian yaitu inivasi struktur (SD 5 tahun), inovasi materi (materi teknologi informasi dan komunikasi untuk SMU tahun 2004), dan inovasi proses (e-learning) melalui tahapan konwledge, persuasion, decision, implmentation, dan confirmation (Rogers,1983:164) Sebagai gambaran awal, berikut ini akan disajikan mengenai beberapa perkembangan kurikulum khususnya di Indonesia dimulai dari tahun 1968 hingga 2004 dan 2006 dengan spesifikasi orientasi dari masing kurikulum-kurikulum tersebut, secara garis besar perkembangan tersebut disajikan dalam tabel 1, sebagai berikut: 1[1] ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses tanggal 2 mei 2012
  • 21. 21 Perkembangan Kurikulum Di Indonesia NO TAHUN FOKUS ORIENTASI 1 1968 Subject Matter (mata pelajaran) 2 1975 Terminal Objectives (TIU, TIK) 3 1984 Keterampilan Proses (CBSA Project) 4 1994 Munculnya pembagian kamar antara kurikulum nasional dengan kurikulum muatan local 5 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi 6 2006 Kurikulum berbasis lokal (daerah/satuan pendidikan) Dengan melihat pada isi tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : · perubahan atau penyesuaian kurikulum tersebut relatif dilakukan dalam periode yang relatif konstan yaitu antara 8 hingga 10 tahun, · perubahan mencakup aspek proses dan materi, · perkembangan terakhir menunjukkan konsentrasi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan relevansinya bagi masyarakat dan lingkungan. Perkembangan terbaru dalam pendidikan dan kurikulum yaitu lahirnya kurikulum 2006 dengan diikuti populernya istilah KTSP. Persepsi masyarakat pendidikan pada umumnya dalam memandang KTSP sebagai model baru kurikulum sebagai pengganti KBK (kurikulum 2004), secara teoritik model pengembangan kurikulum yang sejalan dengan paradigma KTSP adalah model Tyler (objective model), model grassroot dari Hilda Taba, Model kurikulum transmisi dari Miller-Seller, dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis beranggapan bahwa KTSP adalah sebuah istilah/penamaan dari suatu bentuk pengelolaan dan pengorganisasian kurikulum sebagai implikasi dilaksanakannya otonomi daerah khususnya dalam bidang pendidikan, hipotesa penulis didasari pengertian KTSP, prinsip-prinsip, dan prosedur penyusunan KTSP yang akan diuraikan pada bagian berikutnya dalam makalah ini. Sebagai pengayaan informasi penulis mencoba mendekatkan antara KTSP dengan SBCD (School-Based Curriculum Development) yang diterapkan di Australia melalui tulisan Laurie Brady “Curriculum Development: Third Edition” (1990). Brady mengatakan bahwa SBCD didalamnya “........... school and teacher greater autonomy in curriculum decisions”, pernyataan tersebut didasari pada asumsi bahwa “ ..... that curriculum decisions should be made by the teacher who are implementing them and that decisions should be shared by all who are involved”.
  • 22. 22 Trend munculnya SBCD adalah adanya desentralisasi dalam paradigma pengelolaan bidang kehidupan, tingginya tuntutan terhadap profesionalisme guru, perlunya kebebasan sekolah untuk menentukan dan mengembangkan program studi, dan keterlibatan guru secara langsung dalam proses pengembangan kurikulum. Lebih lanjut Brady mengatakan bahwa peran sekolah dalam proses pengembangan kurikulum adalah “ school must be involved in selecting content, having regard for available resources, to meets its own objectives and to cuter for students of different level of maturation”. Beberapa karakteristik pelaksanaan SBCD di Australia adalah sebagai berikut: 1. Melibatkan sekolah dan guru dalam membuat keputusan pengembangan dan implementasi kurikulum. 2. Menjalin hubungan antara beberapa sekolah dalam proses pengembangan kurikulum. 3. lebih berorientasi pada selective dan adaptive dari pada creative. 4. Merupakan proses kontinu dan dinamis dengan melibatkan guru, siswa dan masyarakat. 5. Membutuhkan dukungan dari berbagai elemen terkait. 6. Mengubah aturan/pola guru yang tradisional (perubahan peran guru kearah profesionalisme). 7. Adanya perpindahan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan kurikulum daripada memutuskan hubungan atau jalur dengan pusat. Beberapa reaksi terhadap SBCD seperti ditulis Brady adalah: terasa berat melakukan perubahan peran guru dari pelaksana menjadi pengembang, lemahnya keahlian/kemampuan guru dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai pengembangan kurikulum yang disediakan di sekolah, masalah usia; karena usia merefleksikan pengalaman mengajar, insentif; yaitu suatu upaya untuk memotivasi guru terlibat dalam SBCD, dan support structure; perlunya dukungan sekolah secara hirarkikal. Berdasarkan beberapa kutipan yang penulis ambil dalam bukunya Brady (1990), pada hakekatnya terdapat beberapa kesamaan orientasi antara SBCD yang diungkap oleh Brady pada tahun 1990 dengan KTSP yang saat ini merupakan hal yang dianggap “kebaruan” dalam masyarakat pendidikan di Indonesia. Sehingga SBCD dapat menjadi salah satu rujukan dalam desain, pengelolaan, pemanfaatan, penggunaan, dan evaluasi KTSP yang sekarang sedang digalakan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dinas pendidikan indonesia dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. 1. Pengertian kurikulum satuan pendidikan (KTSP) KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. 2[2] Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah 2 [2] Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20
  • 23. 23 memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.3[3] kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan Komite Sekolah, atau Madrasah dan Komite Madrasah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi kelulusan KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakaqn keharusan agar sistem pendidikan nasional tersebut selalu relevan dan kompetitive. Hal tersebut juga sejalan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36. 2. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP KTSP dilandasi oleh UU dan peraturan pemerintah sebagai berikut4[4] : 1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas 2) Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi 4) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan 5) Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut:5[5] 3[3] Ibid. hal 21 4[4] http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 mei 2012 5[5] http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei 2012
  • 24. 24 a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial, ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir (thingking skill), kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional. e. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian kurikulum dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
  • 25. 25 g. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan global, nasional, dan lokal harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan perkembangan era globalisasi dengan tetap berpegang pada motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 3. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah : a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia. b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.6[6] 4. Komponen-Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahwa komponen-komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut : 7[7] a) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut: 1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 6[6] Mulyasa, Op.cit.hlm. 22 7 [7] Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh Pendidikan. 2006
  • 26. 26 3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. b) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut : 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknlogi. 4. Kelompok mata pelajaran estetika. 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum c) Kalender Pendidikan Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen standar isi dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah. 5. Aspek-Aspek Inovatif yang Terkandung Dalam KTSP8[8] KTSP yang mulai diberlakukan secara nasional pada tahun 2006 jelas berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa KTSP merupakan produk dari penjabaran Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang bernafaskan Undang-undang Otonomi Daerah. Dua hal penting yang membedakan KTSP dengan kurikulum sebelumnya (sebagai dampak dari UU Otonomi 8[8] http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012
  • 27. 27 Daerah) adalah (a) diberlakukannya kurikulum yang berdiversifikasi, dan (b) adanya standardisasi pendidikan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah negara yang heterogen, baik dilihat dari aspek geografisnya maupun latar belakang sosial budayanya. Heterogenitas ini membawa dampak bahwa terdapat perbedaan yang cukup bermakna antara daerah dan pusat. Dengan diberlakukannya Undang-undang Otonomi Daerah maka setiap daerah mempunyai wewenang untuk mengatur urusan dalam negerinya. Dengan demikian, pada aspek pendidikan terjadi hal yang sama. Jika pada masa berlakunya sentralisasi saja sudah menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna antara pusat dengan daerah, maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi dengan sistem pendidikan yang desentralisasi. Untuk mengatasi perbedaan tersebut, maka kurikulum dikembangkan dengan mengacu kepada standar nasional, artinya meskipun tiap daerah bahkan tiap sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kemampuan masing- masing, tetapi tetap harus mengacu pada standar minimal yang sifatnya nasional. Dengan demikian diharapkan bahwa kurikulum yang dikembangkan (KTSP) dapat mengadopsi kebutuhan daerah tetapi tidak melupakan aspek mutu/kualitas pendidikan secara nasional. Aspek-aspek inovatif yang terkandung dalam KTSP di antaranya diterapkannya pendidikan kecakapan hidup; dikembangkannya keunggulan lokal sesuai karakteristik, kebutuhan, dan tuntutan setempat; kurikulum berbasis sekolah, dalam pengertian meskipun kerangka dasar dan struktur kurikulum dikembangkan secara sentralistik, tetapi pengembangan perencanaan pembelajaran (silabus & RPP) dan kegiatan belajar mengajar dikembangkan secara desentralistik; dan disertakannya peran serta masyarakat. 6. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan9[9] Dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dapat dilakukan melalui pengembangan komponen-komponen kurikulum, di antaranya: a) Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Visi, dan Misi Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan harus berorientasi ke depan, dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah, merupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan, dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna, dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya, berbasis nilai, dan membumi (kontekstual). Penyusunan visi dalam KTSP melalui tiga tahap yaitu; tahap 1: hasil belajar siswa, dengan merumuskan apa yang harus dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap setelah mereka menamatkan sekolah. Tahap 2: suasana pembelajaran, dirumuskan dengan mempertimbangkan suasana pembelajaran seperti apa yg 9[9] ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc/ di akses 2 mei 2012
  • 28. 28 dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu, dan tahap 3: suasana sekolah, dimana sekolah ditempatkan sebagai lembaga/organisasi pembelajaran dengan merumuskan seperti apa yang diinginkan untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa. Setiap tahapan dirumuskan dalam kalimat, kemudian dipindai setiap rumusan/kalimat untuk mendapatkan kata kunci, rumusan visi dari kata kunci tersebut secara singkat padat bermakna (kurang lebih tidak lebih dari 25 kata), berdasarkan Visi ini, bisa ditentukan missinya dimana missi dapat diartikan sebagai sejumlah langkah strategis untuk menuju dan mencapai sasaran dari visi yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dan khususnya tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. b) Struktur dan Muatan KTSP Struktur dan Muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata pelajaran, yaitu; kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaranjasmani, oleh raga dan kesehatan.Keluasan dan kedalaman pada setiap kelompok mata pelajaran sebagai beban belajar bagi setiap pesera didik pada satuan pendidikan. mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global. Kalender Pendidikan, untuk setiap satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi. 7. Peluang dan Tantangan yang diberikan oleh KTSP10[10] KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau 10[10] http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/ di akses 2 mei 2012
  • 29. 29 masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsanya. Diversifikasi ini memungkinkan dikembangkannya sistem persekolahan yang berdaya saing tinggi, sebab pihak sekolah diberi kewenangan penuh untuk mengembangkan kurikulumnya sebaik dan semaju mungkin tetapi juga melihat pada kebutuhan dan kemampuan pihak penyelenggara pendidikan (sekolah). Dengan adanya kemungkinan diverisifikasi ini maka penyelenggara pendidikan tidak lagi harus seragam, sehingga diharapkan percepatan pembangunan bangsa dapat dicapai. Partisipasi masyarakat yakni peran komite sekolah memberi masukan dan saran tentang keunggulan lokal, menjadi poin berikutnya dalam peluang yang terkandung di KTSP. Keterlibatan pihak masyarakat, yang selama ini dipandang hanya sebagai “user” pasif, memunculkan tantangan yang lebih bermakna, sebab masuknya peran/partisipasi masyarakat akan melibatkan pemikiran-pemikiran baru tentang perlunya peningkatan kualitas yang berasal dari pihak pengguna. Masyarakat dapat mengikutsertakan dirinya untuk pengembangan dan kemajuan sekolah dengan mengedepankan keunggulan- keunggulan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Artinya pengembangan pendidikan berasal dari kebutuhan wilayah sekitar (lokal) dan membawa warna keunggulan lokal, sehingga produk pendidikan tidak lagi menjadi suatu alieansi sebab kemajuan pendidikan daerah tersebut sangat ditentukan oleh pengembangan keunggulan lokalnya. Peluang lain yang diberikan melalui KTSP adalah bahwa kurikulum berbasis sekolah. Hal ini mengindikasi selain kurikulum akan dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemampuan pihak sekolah, juga tidak kalah pentingnya adalah bahwa kurikulum harus dikembangkan oleh guru. Dalam hal ini guru bukan hanya sebagai pelaksana kurikulum, melainkan juga sebagai pengembang kurikulum di kelasnya. Konsekuensinya, guru dituntut untuk siap sebagai pengembang kurikulum, sehingga tidak lagi terdengar bahwa pengembangan perencanaan pembelajaran hanyalah merupakan “pekerjaan administratif belaka”. Konsekuensi lanjutan adalah perlunya pembinaan berkelanjutan yang intensif bagi pihak guru sebagai pengembang kurikulum di tingkat sekolah. Profesionalisasi menjadi suatu kebutuhan, dan guru harus terus meningkatkan dirinya untuk mempercepat pembangunan bangsa. Di tangan gurulah terletak maju atau mundurnya pendidikan kita. 8. Kemungkinan Permasalahan dalam Proses Implementasinya11[11] Penerapan KTSP telah berjalan tiga tahun, dan sampai saat ini tampaknya apa yang dilaksanakan di lapangan masih belum memenuhi tuntutan kurikulum tersebut. Tidak sedikit pengamat pendidikan yang mempertanyakan apa perbedaan antara KTSP dengan 11[11] http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan/diakses 2 mei 2012
  • 30. 30 kurikulum sebelumnya, sementara di kalangan guru masih terjadi perbedaan pendapat di dalam menafsirkan tuntutan kurikulum. Guru kembali menggunakan kebiasaan mengajar seperti sebelumnya. Di lain pihak para guru merasa bahwa SK/KD tidak memberi arah dan tuntunan yang jelas (dan detail) sehingga mereka cenderung mencari “contoh silabus/RPP” yang sudah jadi dan meniru nya menjadi silabus/RPP yang akan digunakannya dalam pembelajarannya. Hal-hal yang terjadi seperti dikemukakan di atas dapat diidentifikasi : a. Sudah terlalu lamanya guru menggunakan gaya mengajar yang mengacu kepada posisi guru sebagai user kurikulum (segala sesuatu telah ditetapkan dari atas sehingga guru tinggal melaksanakannya), dan terdapat kecenderungan untuk mempertahankan gaya tersebut (status quo), sedangkan KTSP mensyaratkan guru untuk menjadi curriculum developer. b. Kurangnya proses sosialisasi KTSP yang pada awal berlakunya kurikulum tersebut hanya dilakukan one-shot training. Bagaimana guru dapat memahami isi dan tuntutan kurikulum dengan baik jika pengenalan dilakukan hanya dalam waktu terbatas. Kurangnya pemahaman guru terhadap orientasi kurikulum. Dalam hal ini orientasi kurikulum (yang merupakan salah satu dari landasan kurikulum) merupakan dasar dikembangkannya bentuk kurikulum, sehingga memahami orientasi kurikulum akan memudahkan untuk memahami kurikulum secara keseluruhan. Sebagai contoh KTSP pada posisi pencapaian tujuan kurikuler berkiblat pada orientasi Transaction yang artinya siswa sebagai pusat sebab orientasi ini menganggap siswa memiliki kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan proses ditekankan pada proses (Seller & Miller, 1985 : 62-67) dan pengembangan aktivitas siswa merupakan tujuan antara dalam rangka mencapai tujuan kurikuler. Dengan demikian apabila guru tidak memahami orientasi kurikulum yang tersirat dalam KTSP, maka kemungkinan yang terjadi adalah guru memberikan sejumlah informasi (faktual) kepada siswa, dan pada akhirnya siswa hanya tinggal menghafal fakta-fakta yang telah diberikan oleh guru tersebut (pembelajaran satu arah dan siswa pasif - cenderung rote learning). Tampaknya kelemahan dalam proses implementasi KTSP lebih cenderung kepada kurangnya pemahaman guru terhadap apa yang menjadi tuntutan kurikulum tersebut. Dalam hal ini masalah implementasi tersebut lebih banyak berada pada posisi kekurangan yang ada pada guru sebagai pengembang kurikulum.
  • 31. 31 BAB III KESIMPULAN Inovasi kurikulum muncul karena ada masalah yang dirasakan dalam pelaksanaan kurikulum. Inovasikurikulum meliputi perencanaan, implementasi dan pengembangan kurikulum termasuk kurikulum berbasis kompetensi yang meliputi konsep, karakteristik, dan proses pengembangan KBK. Konsep KBK menitikberatkan pada kemampuan di bidang pengetahuan, keterampilan sikap yang diwujudkan dalam bentuk tindakan baik kompetensi akademis, okupasional, kultural maupun temporal. Karakteristik KBK beroreantasi pada ketercapaian kompetensi, keberagaman hasil belajar, multi strategi termasuk pendekatan atau metode dengan menekankan penilaian pada proses dan hasil. Inovasi Kurikulum merupakan suatu gagasan atau praktek kurikulum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Inovasi dilakukan apabila guru benar- benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas. Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain. Sampai saat ini telah mengalami perubahan penyempumaan (inovasi) kurikulum mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Implernentasi suatu inovasi kurikulum dimaksudkan untuk menyahuti perkembangan jaman dan meningkatkan mutu suatu satuan pendidikan. Namun, sering inovasi-inovasi tersebut mengalami kegagalan dan tidak pernah diimplementasikan. Inovasi kurikulum ini bukan hanya perubahan pemikiran, tetapi yang paling penting adalah perubahan perilaku dalam pembelajaran. Dan suatu inovasi tidak begitu saja dapat diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi memerlukan persiapan dan waktu yang panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada kondisi sekolah dan kesiapan para pelaksana (Hasan, 1995), cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat atau sekolah tergantung pada karakteristik inovasi KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada
  • 32. 32 setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Perbedaan mendasar dari kurikulum 2004 dengan KTSP adalah khususnya dalam penyusunan dan pengembangan indikator pencapaian kompetensi ditentukan oleh satuan pendidikan dalam hal ini guru dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan secara nasional. Secara umum konten dan system kompetensi pada kurikulum 2004 masih digunakan pada kurikulum 2006 atau KTSP, oleh karena itu penguasaan kedua kurikulum tersebut saling berkaitan erat. KTSP memberikan peluang munculnya diversifikasi sekolah, sebab kurikulum yang dikembangkan dalam KTSP sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, hanya berisikan standar kompetensi/kompetensi dasar yang merupakan standar nasional; sedangkan pengembangan selanjutnya sangat ditentukan oleh kebutuhan/karakteristik sekolah atau masyarakat yang berada di sekitar sekolah. Peluang ini dapat diterjemahkan sebagai tantangan bagi pihak sekolah (penyelenggara pendidikan) dalam rangka mempercepat pembangunan bangsa. Apakah sekolah sebagai penyelenggara pendidikan akan jalan ditempat, “menunggu perintah dari atas” sebagaimana yang selama ini dikondisikan, atau pihak sekolah mengadopsi peluang itu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsanya.
  • 33. 33 DAFTAR PUSTAKA http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html Hamalik, Oemar. 2003, Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nasution. 1999, Asas – asas kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara. Nana Syaodih Sukmadinata 1997, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek Remaja Rosdakarya, Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta http://dreamschool26.blogspot.com/2010/11/makalah-inovasi-kurikulum.html http://inovendplb2.wordpress.com/2012/01/10/makalah/ Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. . 2006. hal 20 Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Tingkat Satuanh Pendidikan. 2006 http://budi.student.fkip.uns.ac.id/category/kbk-dan-ktsp. akses 2 juni 2010 http://www.pdf-tuts.com/download/prinsip-prinsip-pengembangan-ktsp-1.html/akses 2 mei 2012 http://hanckey.pbworks.com/w/page/16454795/Inovasi%20Pendidikan ktp09001.files.wordpress.com/2010/07/pertemuan3ktsp.doc http://k-youlia.blogspot.com/2012/10/inovasi-pada-kurikulum-tingkat-satuan.html