SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  17
BAB II

                       TINJAUAN PUSTAKA



2.1   Definisi Multiple Myeloma

             Multiple myeloma (myeloma atau myeloma sel plasma) merupakan
      kanker sel plasma yang ada di sumsum tulang, dimana sebuah klon dari sel
      plasma yang abnormal berkembang biak membentuk tumor di sumsum
      tulang dan menghasilkan sejumlah antibodi yang abnormal yang terkumpul
      di dalam darah atau air kemih.1, 2 Normalnya, sel plasma hanya mencapai
      ≤5% dari kadar sel darah dalam sumsum tulang. Karena suatu alasan yang
      belum jelas, sel plasma dapat tumbuh tidak terkontrol; ketika ini dilakukan,
      sel plasma ini sudah disamakan sebagai myeloma cells. Myeloma ini dapat
      memadati sumsum tulang dan merusak tulang. Hingga akhirnya, mereka
      berkumpul dan membentuk tumor di sebuah multiple (kumpulan) daerah di
      tulang. Itulah mengapa kanker ini disebut “multiple” myeloma.

                Anatomi multipel mieloma dapat dicari pada lokasi predominan
      mencakup vertebrae, tulang iga, pelvis, femur, dan tengkorak. Awal dari
      pembentukan tulang terjadi di bagian tengah tulang (diafisis). Bagian ini
      disebut pusat-pusat penulangan primer. Setelah itu tampak satu atau kedua
      ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder. Pada kanker,
      sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel
      yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini
      dapat membentuk masa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.

             Multipel mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel
      yang abnormal membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya
      sendiri. Sel-sel yang baru membelah berulang-ulang, membuat semakin
banyak sel-sel abnormal. Sel-sel ini disebut sel mieloma multiple. Pada
       waktunya, mereka berkumpul dalam sumsum tulang. Ketika mereka
       berkumpul dalam beberapa tulang, penyakitnya disebut “multipel mieloma”.
       Sel – sel mieloma membuat antibodi yang disebut protein M dan protein
       lainnya. Protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin dan organ lainnya.

2.2   ANATOMI

                  Lokasi predominan multipel mieloma mencakup tulang-tulang
       seperti vertebra, tulang iga, tengkorak, pelvis, dan femur. Awal dari
       pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang. Bagian ini
       disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu atau
       kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder.
       Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:

         1.    Diafisis

              Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh
              pusat penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang.

        2.     Metafisis

              Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir
              batang (diafisis).

        3.     Lempeng epifisis

               Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-
       anak, yang akan menghilang pada tulang dewasa.

 2.2.1 Epifisis

                   Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. Secara
       makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
       berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis
 jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam
 kanalikuli tulang kompak.

 Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi :

   1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar,
        contohnya os humerus dan os femur.

   2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh:
        ossa carpi.

   3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh:
        os scapula.

   4.   Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.

   5.   Ossa sesamoid, contoh: os patella.

Perbedaan sel dalam keadaan normal dengan sel yang terkena multipel
mieloma

1. Sel-sel Darah Normal

          Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel dalam sumsum
 tulang yang disebut sel-sel induk (stem cells). Sumsum tulang adalah materi
 yang lunak di pusat dari kebanyakan tulang-tulang.

        Stem cells menjadi dewasa ke dalam tipe-tipe yang berbeda dari sel-
 sel darah. Setiap tipe mempunyai pekejaan khusus:

   1. Sel-sel darah putih membantu melawan infeksi.

   2. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan di
        seluruh tubuh.
3. Platelet-platelet membantu membentuk gumpalan-gumpalan darah yang
     mengontrol perdarahan.

         Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi.
Antibodi adalah bagian dari sistim imun. Mereka bekerja dengan bagian-
bagian lain dari sistim imun untuk membantu melindungi tubuh dari kuman
dan unsur-unsur berbahaya lainnya. Setiap tipe dari sel plasma membuat
antibodi yang berbeda.

 1. Sel-sel Multiple Myeloma

              Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak
     memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati
     ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari
     jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor.

         Mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang
abnormal membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-
sel yang baru membelah berulang-ulang, membuat semakin banyak sel-sel
abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel mieloma. Pada
waktunya, sel-sel mieloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka
mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel mieloma
berkumpul pada beberapa tulang-tulang, penyakitnya disebut “multiple
myeloma“. Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan
organ-organ lain, seperti ginjal.

          Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein-
protein M dan protein-protein lain. Protein-protein ini dapat berkumpul
dalam darah, urin, dan organ-organ.
2.3    Etiologi

              Penyebab multipel mieloma tidak diketahui. Tapi yang kita ketahui
       ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena multipel
       mieloma, termasuk terlampau banyak dengan pestisida dan radiasi. Ilmuan
       sedang meneliti tentang kaitannya dengan gen pada multipel mieloma untuk
       menemukan penyebabnya.
                  Selain itu ada beberapa faktor lain, yakni: usia di atas 65 tahun
       memberikan kesempatan mengembangkan multipel mieloma; berdasarkan
       study epidemiologi orang-orang Amerika-Afrika lebih rendah dibandingkan
       Amerika-Asia; jenis kelamin pria lebih banyak dari wanita; riwayat seorang
       dari monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS). MGUS
       adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma abnormal
       membuat protein M. adakalanya orang-orang MGUS mengembangkan
       kanker-kanker tertentu, seperti multipel mieloma. Untuk itu orang dengan
       MGUS perlu dilakukan laborat tes rutin (tiap 1 atau 2 tahun) untuk menilai
       peningkatan lebih lanjut protein M. Riwayat penyakit keluarga juga
       berpotensi untuk terjadinya multipel mieloma.
              Banyak faktor resiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para
       peneliti telah mempelajari apakah terpapar pada bakteri (terutama virus) atau
       bahan kimia, mempunyai perubahan gen tertentu, serta makanan tertentu,
       atau menjadi gemuk (obesitas) dapat meningkatkan resiko pengembangan
       multipel mieloma.



 2.4   MANIFESTASI KLINIS

                  Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama
       pada tulang belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga
       tulang mudah patah. Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi
       kadang penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami :
1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal                 yang
              menghasilkan sel darah merah di sumsum tulang.

         2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif
              melawan infeksi.

         3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-
              Jones) merusak ginjal.

                Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit,
      jari tangan, jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma
      hiperviskositas). Berkurangnya aliran darah ke otak bisa menyebabkan gejala
      neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala.

2.2   Epidemiologi

               Laporan tahunan insiden mieloma di Inggris diperkirakan 60-70 juta
      jiwa.    Secara   keseluruhan    prevalensinya   sama    seperti   peningkatan
      berdasarkan data dari angka survival lebih dari dekade terakhir. Rata-rata
      usianya sekitar 70 tahun. Hanya 15% pasien yang berumur kurang dari 60
      tahun. Mieloma memiliki insiden yang tinggi pada kelompok etnik Afro-
      Carribean dibandingkan Kaukasian tapi itu hanya sedikit dari epidemiologi
      khusus. Kasus terbanyak menunjukan de novo tapi baru-baru ini diketahui
      bahwa mieloma didahului tanpa gejala di fase monoclonal gammophaty of
      undetermined significance (MGUS) pada hampir semua pasien.

                Diestimasikan sekitar 19.920 kasus baru dari multipel mieloma akan
      terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Terdiri dari 11.190 pria dan
      8.730 wanita. Multipel mieloma lebih sering pada pria dibandingkan wanita,
      dan hampir dua kali lebih sering pada ras kulit hitam dibandingkan kulit
      putih. Rata-rata diagnosis umur 65 sampai 70 tahun. Sekitar 10.690 orang
      Amerika diramalkan akan meninggal karena multipel mieloma pada tahun
      2008. Selama tahun 2006, rentan lima tahun masa bertahan hidup seorang
multipel mieloma diperkirakan 34%. Kelangsungan hidup lebih tinggi pada
      kaum muda dan lebih rendah pada orang tua, menurut Americam Cancer
      Society.

2.3   Patofisiologi

            Secara normal sel plasma berkembang dari sel B di limfonodus akibat
      dari respons imun terhadap infeksi atau penyakit. Transformasi dari sel B
      menjadi sel plasma ganas melibatkan proses yang panjang termasuk
      abnormalitas genetik multipel, yang pada akhirnya sel plasma menjadi ganas,
      dengan proliferasi yang tidak terkendali.
      Limfosit B mulai disumsum tulang dan berpindah ke kelenjar getah bening.
      Saat limfosit B dewasa, dia akan menampilkan protein yang berbeda pada
      permukaan selnya. Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan
      antibodi, dikenal sebagai sel plasma.
                 Multipel mieloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan
      kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal
      paling erat hubungannya dengan sel mieloma yang umumnya dianggap baik
      sebagai sel memori diaktifkan sel B atau para pendahulu untuk sel plasma,
      plasmablast. Sistem kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi
      di bawah kontrol ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, sering kali
      melalui penataan ulang (repair DNA), kontrol ini hilang. Seringkali bergerak
      gen promoter untuk kromosom yang merangsang gen antibodi terhadap over
      produksi. Perkembangan multipel mieloma pada pusat post-germinal limfosit
      B. Translokasi kromosom antara gen immunoglobulin heavy chain pada
      kromosom 14, lokus 14q32 dan okogen (seringnya pada 11q13, 4p16.3,
      6p21, 16q23 dab 20q11) sering ditemui pada pasien dengan multipel
      mieloma. Hasil mutasi berupa disregulasi dari okogen yang berperan pada
      perkembangan awal pada pathogenesis dari mieloma.
            Kromosom 14 yang abnormal ditemukan pada 50% kasus mieloma.
      Delesi dari kromosom 13 juga ditemukan pada 50% kasus. Produksi sitokin
oleh sel plasma terutama IL-6, reseptor yang mengaktivasi NF-ĕB (RANK)
      ligand, dan tumor necrosis factor (TNF) menstimulasi pertumbuhan sel
      mieloma dan menghambat apoptosis sehingga terjadi proliferasi yang
      mengakibatkan kerusakan yang terlokalisir seperti osteoporosis, lesi litik
      tulang.
                 Sel mieloma juga memproduksi faktor pertumbuhan untuk
      angiogenesis (vascular endothelial growth factor/ VEGH), sehingga dapat
      membentuk pembuluh darah baru. Pembuluh darah inilah yang memberikan
      oksigenasi dan nutrisi. Sel mieloma yang matur mungkin gagal dalam
      mengaktivasi sistem imun dan memproduksi substansi yang dapat
      menurunkan respons imun tubuh secara normal terhadap antigen. Sehingga
      sel berkembang tidak terkendali. Pertumbuhan tumor yang tidak terkendali
      inilah yang mengakibatkan manifestasi klinis.

2.4   DIAGNOSIS

                Manifestasi klinis multipel mieloma sangat bervariasi. Keluhan dan
      gejalanya berhubungan dengan masa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma
      dan efek fisikokimiai, imunologik, dan humoral produk yang dibuat dan
      disekresi oleh sel plasma ini. Gejala tersebut meliputi :

      1. Nyeri tulang, biasanya di tulang belakang, tulang pinggang dan kepala.
        Sesuai dengan perjalanan multipel mieloma, hal ini dimulai dari
        pemakaian tulang terus-menerus. Kerusakan ini bisa menyebabkan rasa
        nyeri, kelemahan dan patah tulang.

      2. Anemia (jumlah darah merah menurun), selama sel mieloma terus
        bertambah       banyak,   mereka   menekan     jumlah     sel   darah   merah,
        menyebabkan kelemahan dan fatik.

      3.Merasa sangat haus, sering terkena infeksi dan demam, serta kehilangan
        berat badan.
4. Gangguan ginjal, akibat kerusakan dari kelebihan jumlah produksi protein
   oleh sel mieloma dan tingginya kadar kalsium dalam darah yang
   menyebabkan rusaknya tulang.

 5. Venous thromboembolism (VTE), pasien dengan multipel mieloma adalah
   yang paling riskan terkena VTE. Resiko ini meningkat oleh karena
   beberapa penggunaan agen terapi seperti thalidomide dan lenalidomide.
   Profilaksis mungkin bisa menjadi tepat untuk menghindari VTE.

 6. Hyperviscosity, paling jarang ditemukan dibandingkan karakteristik di
   atas. Jika kadar immunoglobulin darah meningkat, viskositas darah juga
   bisa meningkat. Hal ini dapat merubah mental status disebabkan sumbatan
   pembuluh darah dan menurunnya aliran darah ke otak. Hemoragik retinal,
   perdarahan mukosa dan gejala kardiopulmonari, seperti napas pendek dan
   nyeri dada, dapat terjadi. Jika bertambah parah, hiperviskositas dapat
   menjadi kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan cepat.

 7. Gambaran lain adalah makroglosia, sindrom saluran karpal dan diare
   akibat penyakit amiloid. Pada sekitar 2% kasus terdapat sindrom
   hiperviskositas   disertai   dengan   purpura,    perdarahan,   gangguan
   penglihatan, gejala sistem saraf pusat, neuropati serta gagal jantung.
   Dokter terkadang menemukan diagnosis multipel mieloma setelah
   melakukan pemeriksaan darah rutin. Paling sering, dokter menduga
   diagnosis multipel mieloma setelah melakukan pemeriksaan rontgen (x-
   ray) untuk keadaan patah tulang. Biasanya pasien datang ke dokter karena
   mereka memiliki gejala lain. Untuk menentukan apakah itu multipel
   mieloma atau bukan, harus dilakukan anamnesis mengenai riwayat
   keluarga dan dilakukan pemeriksaan fisik.

Untuk lebih menegakkan diagnosis, perlu dilakukan tes laboratorium, seperti :
1. Tes darah : diperiksa jumlah sel darah dan substansi lainnya. Mieloma
    menyebabkan tingginya kadar plasma sel dan kalsium. Kebanyakan orang
    dengan mieloma terkena anemia. Mieloma juga meningkatkan kadar
    protein : M protein, beta-2-microglobulin dan protein lainnya.

 2. Tes urin : laboratorium memeriksa Bence Jones protein, tipe dari protein
    M dalam urin. Laboran menghitung jumlah protein Bence Jones dalam
    urin hingga 24 jam. Jika ditemukan dalam jumlah yang banyak, perlu
    dilakukan monitoring ginjal. Bence Jones dapat menyumbat dan merusak
    ginjal.

 3. Radiologi, untuk memeriksa adanya tulang yang patah atau menjadi
    jarang.

4. Biopsi, adalah satu-satunya cara untuk mengetahui sel mieloma ada di
   sumsum tulang. Dokter kemudian akan memindahkan beberapa dari
   sumsum tulang itu untuk dijadikan sample menggunakan local anesthesia.
   Ada 2 cara untuk mengambil sumsum tulang ; (a) bone marrow aspiration :
   menggunakan jarum yang tipis untuk mengambil sample dan (b) bone
   marrow biopsy : menggunakan jarum yang padat/rapat untuk mengambil
   potongan tulang dan sumsum tulang.

Gambaran positif untuk menegakkan diagnosis mencakup hal berikut ini :

     1. Lebih dari 10% sel plasma dalam sumsum tulang.

     2. Ditemukannya sel mieloma dalam tulang atau bone marrow biopsy.

     3. Adanya protein mieloma (komponen M) pada imunoelektroforesis
       urine atau plasma

     4. Adanya lesi tulang litik “punched-out” radiogram rangka

     5. Apusan perifer yang mengandung sel mieloma.(2,8)
Kriteria Diagnosis dan Klasifikasi dari Gangguan Sel Plasma :

              MGUS : jika protein monoklonal telah ditemukan dan pasien
      memiliki <10% sel plasma di sumsum tulang, tanpa gejala, dan tidak ada
      kerusakan organ dan jaringan, maka pasien dapat dikatakan monoclonal
      gammophaty of undetermined significance (MGUS). Pasien seperti ini hanya
      membutuhkan monitoring berkala untuk melihat progresifitas kadar
      proteinnya, setiap tahun secukupnya. Sekitar 1% tiap tahun pasien-pasien ini
      akan berkembang menjadi multipel mieloma.

                  Multiple myeloma : pasien dengan mieloma multipel adalah
      klasifikasi pertama yang tidak mengalami gejala (asimtomatik), yang disebut
      smoldering (menyala kecil) atau simtomatik (aktif).

2.5   Gejala Multiple Myeloma

              Karena banyak organ dapat dipengaruhi oleh myeloma, gejala dan
      tanda-tanda sangat bervariasi. Sebuah mnemonik kadang-kadang digunakan
      untuk mengingat tetrad umum dari multiple myeloma''''KEPITING: C =
      Kalsium (ditinggikan), R = gagal ginjal, A Anemia =, B = lesi tulang.
      Myeloma memiliki gejala banyak kemungkinan, dan semua gejala mungkin
      karena penyebab lain. Mereka disajikan di sini dalam urutan penurunan
      kejadian.

      Nyeri tulang

                  Nyeri tulang myeloma biasanya melibatkan tulang belakang dan
      tulang rusuk, dan memburuk dengan aktivitas. Nyeri lokal persisten dapat
      mengindikasikan patah tulang patologis. Keterlibatan tulang belakang dapat
      menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang. Penyakit tulang myeloma
      adalah karena pelepasan RANKL oleh sel plasma dan tulang sumsum yang
      stroma mengikat reseptor RANK activatory pada osteoklas. Lesi tulang litik di
      alam dan yang terbaik terlihat pada radiograf polos, yang bisa menunjukkan
"menekan-out" lesi resorptive (termasuk "lada panci" penampilan dari
tengkorak pada radiografi). Rincian tulang juga mengarah untuk melepaskan
kalsium ke dalam darah, yang menyebabkan hiperkalsemia dan gejala yang
terkait.

Infeksi

           Infeksi yang paling umum adalah pneumonia dan pielonefritis.
Patogen pneumonia umum termasuk''S. pneumoniae'',''S. Staphylococcus'',
dan''K. pneumoniae'', sementara patogen umum                yang menyebabkan
pielonefritis termasuk''E. ''coli dan organisme gram negatif. Periode risiko
terbesar untuk terjadinya infeksi di beberapa bulan awal setelah kemoterapi
awal. Peningkatan risiko infeksi adalah akibat defisiensi imun yang dihasilkan
dari hypogammaglobulinemia menyebar, yang disebabkan penurunan
produksi dan penghancuran peningkatan antibodi yang normal. Sebuah
kelompok yang dipilih dari pasien mungkin manfaat dari terapi pengganti
imunoglobulin untuk mengurangi risiko infeksi.

Gagal ginjal

           Gagal ginjal dapat mengembangkan baik akut dan kronis. Hal ini
umumnya karena hiperkalsemia (lihat di atas). Hal ini juga mungkin karena
kerusakan tubulus dari ekskresi rantai ringan, juga disebut protein Bence
Jones, yang dapat bermanifestasi sebagai sindrom Fanconi (tipe II asidosis
tubulus ginjal). Penyebab lain termasuk deposisi glomerulus amiloid,
hiperurisemia, infeksi berulang (pielonefritis), dan infiltrasi sel tumor lokal.

Anemia

           Anemia   ditemukan     di   myeloma      biasanya    normositik     dan
normokromik. Ini hasil dari penggantian sumsum tulang yang normal oleh
infiltrasi sel-sel tumor dan menghambat produksi sel darah merah yang
normal (hematopoiesis) oleh sitokin.
Gejala neurologis

               Masalah umum adalah kelemahan, kebingungan dan kelelahan
      akibat hiperkalsemia. Sakit kepala, perubahan visual dan retinopati dapat hasil
      dari hiperviskositas darah tergantung pada sifat-sifat paraprotein tersebut.
      Akhirnya, mungkin ada nyeri radikuler, kehilangan kontrol buang air besar
      atau kandung kemih (karena keterlibatan sumsum tulang belakang yang
      mengarah ke kompresi tali pusat) atau sindrom carpal tunnel dan neuropati
      lainnya (karena infiltrasi saraf perifer oleh amiloid). Ini dapat menimbulkan
      paraplegia dalam kasus presentasi akhir.

2.6   PENGOBATAN

        Pengobatan ditujukan untuk :

          1. Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi

          2. Menghancurkan sel plasma yang abnormal

          3. Memperlambat perkembangan penyakit.

      Penatalaksanaan yang bisa diberikan:

        1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang
          yang terkena, bisa mengurangi nyeri tulang.

        2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya
          harus bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu
          mencegah dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.

        3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa
          mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah
          patah. Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang-
          tulangnya rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil,
  daerah kemerahan di kulit) diberikan antibiotik.

5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau
   mendapatkan eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel
   darah merah). Kadar kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan
   prednison dan cairan intravena, dan kadang dengan difosfonat (obat
   untuk menurunkan kadar kalsium). Allopurinol diberikan kepada
   penderita yang memiliki kadar asam urat tinggi.

6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh
   sel plasma yang abnormal. Yang paling sering digunakan adalah
   melfalan dan siklofosfamid. Kemoterapi juga membunuh sel yang
   normal, karena itu sel darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika
   jumlah sel darah putih dan trombosit terlalu banyak berkurang.
   Kortikosteroid (misalnya prednison atau deksametason) juga diberikan
   sebagai bagian dari kemoterapi.

 7. Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran
   masih dalam penelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun,
   sehingga sebelum pengobatan sel stem harus diangkat dari darah atau
   sumsum tulang penderita dan dikembalikan lagi setelah pengobatan
   selesai. Biasanya prosedur ini dilakukan pada penderita yang berusia
   dibawah    50   tahun.   Pada     60%   penderita,   pengobatan   dapat
   memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang memberikan
   respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah
   penyakitnya terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah
   menjalani pengobatan, bisa menderita leukemia atau jaringan fibrosa
   (jaringan parut) di sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin
   merupakan akibat dari kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia
   berat dan meningkatkan kepekaan penderita terhadap infeksi.
2.6.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG

   1. Laboratorium

           Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus.
   Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar
   15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi
   jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma.
   Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan
   pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang
   didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien
   menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang
   dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.

   2. Radiologi

        a. Foto Polos X-Ray

            Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel,
           berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang
           belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama.
           Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang
           cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal.
           Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit
           pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien,
           ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi.
           Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami
           kelainan tulang. Film polos memperlihatkan:

       b. Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang,
           terutama tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum
           pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin
merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multiple.
         Fraktur patologis sering dijumpai.

2. Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan
osteoprosis senilis.

3. Lesi-lesi litik “punch out” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang
berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.

4. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa
jaringan lunak.

        Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan
pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%,
iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan
scapula 10%.

       CT-Scan

          CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun,
kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak
dibutuhkan     lagi    karena   gambaran   pada   foto   tulang   konvensional
menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi.

       MRI

         MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas
ini baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada
deposit mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di
gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.

        Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan
pola menyerupai mieloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit
namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple
mieloma seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung
sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi
ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan
untuk mengevaluasi kompresi tulang.

       Radiologi Nuklir

       Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada
osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik
(formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false
negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma tinggi. Scan
dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk
konfirmasi.

       Angiografi

        Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona
perifer dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak
digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.

Contenu connexe

Tendances

Asuhan Keperawatan Pada Kanker Tulang
Asuhan Keperawatan Pada Kanker TulangAsuhan Keperawatan Pada Kanker Tulang
Asuhan Keperawatan Pada Kanker Tulangpjj_kemenkes
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)Victor Madritsta
 
Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Nova Ci Necis
 
Jaringan Ikat Hewan
Jaringan Ikat HewanJaringan Ikat Hewan
Jaringan Ikat HewanEri Krismiya
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Yolly Finolla
 

Tendances (10)

Asuhan Keperawatan Pada Kanker Tulang
Asuhan Keperawatan Pada Kanker TulangAsuhan Keperawatan Pada Kanker Tulang
Asuhan Keperawatan Pada Kanker Tulang
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1Leukemia pada anak 1
Leukemia pada anak 1
 
Leukemia
LeukemiaLeukemia
Leukemia
 
Sistem gerak
Sistem gerakSistem gerak
Sistem gerak
 
LEUKEMIA
LEUKEMIALEUKEMIA
LEUKEMIA
 
Jaringan Ikat Hewan
Jaringan Ikat HewanJaringan Ikat Hewan
Jaringan Ikat Hewan
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
 
Jaringan Hewan
Jaringan HewanJaringan Hewan
Jaringan Hewan
 
Powerpoint Osteoporosis PPTM
Powerpoint Osteoporosis PPTMPowerpoint Osteoporosis PPTM
Powerpoint Osteoporosis PPTM
 

Similaire à Bab ii1

Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Asep Mulyaang
 
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)Gita Puspita
 
Tugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerTugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerAri Intan
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanABD. RAHMAN
 
laporan kasus ewing sarkoma.docx
laporan kasus ewing sarkoma.docxlaporan kasus ewing sarkoma.docx
laporan kasus ewing sarkoma.docxChristinaWonda1
 
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdfssuser5419f91
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf printvio1992
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptKaryoIIKNU
 
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISLAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISnurhalimah rofi
 
Introducing neoplasma
Introducing neoplasmaIntroducing neoplasma
Introducing neoplasmaYosi Safitri
 
SUMSUM TULANG (PART02)
SUMSUM TULANG (PART02)SUMSUM TULANG (PART02)
SUMSUM TULANG (PART02)Linquini_
 

Similaire à Bab ii1 (20)

Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
Askep anak acute nonlymphoid (myelogenous) leukemia (anll atau aml)
 
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)
Keajaiban sebuah sel induk (Miracle of Stem Cell)
 
Tugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : KankerTugas Biolobi : Kanker
Tugas Biolobi : Kanker
 
Neoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasanNeoplasma, keganasan
Neoplasma, keganasan
 
idoc.pub_leukosit.pdf
idoc.pub_leukosit.pdfidoc.pub_leukosit.pdf
idoc.pub_leukosit.pdf
 
Hemopoiesis
HemopoiesisHemopoiesis
Hemopoiesis
 
laporan kasus ewing sarkoma.docx
laporan kasus ewing sarkoma.docxlaporan kasus ewing sarkoma.docx
laporan kasus ewing sarkoma.docx
 
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
80-Article Text-5566-1-10-20210828.pdf
 
Haematopoiesis
HaematopoiesisHaematopoiesis
Haematopoiesis
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 
Anemia sel sabit
Anemia sel sabitAnemia sel sabit
Anemia sel sabit
 
Anemia aplastik
Anemia aplastikAnemia aplastik
Anemia aplastik
 
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.pptANFIS HEMATOLOGI.ppt
ANFIS HEMATOLOGI.ppt
 
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITISLAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
LAPORAN PENDAHULUAN MYELITIS
 
kanker tulang
kanker tulangkanker tulang
kanker tulang
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Introducing neoplasma
Introducing neoplasmaIntroducing neoplasma
Introducing neoplasma
 
SUMSUM TULANG (PART02)
SUMSUM TULANG (PART02)SUMSUM TULANG (PART02)
SUMSUM TULANG (PART02)
 
Bab i & 2
Bab i & 2Bab i & 2
Bab i & 2
 
Sel punca (stem cell)
Sel punca (stem cell)Sel punca (stem cell)
Sel punca (stem cell)
 

Bab ii1

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Multiple Myeloma Multiple myeloma (myeloma atau myeloma sel plasma) merupakan kanker sel plasma yang ada di sumsum tulang, dimana sebuah klon dari sel plasma yang abnormal berkembang biak membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah antibodi yang abnormal yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.1, 2 Normalnya, sel plasma hanya mencapai ≤5% dari kadar sel darah dalam sumsum tulang. Karena suatu alasan yang belum jelas, sel plasma dapat tumbuh tidak terkontrol; ketika ini dilakukan, sel plasma ini sudah disamakan sebagai myeloma cells. Myeloma ini dapat memadati sumsum tulang dan merusak tulang. Hingga akhirnya, mereka berkumpul dan membentuk tumor di sebuah multiple (kumpulan) daerah di tulang. Itulah mengapa kanker ini disebut “multiple” myeloma. Anatomi multipel mieloma dapat dicari pada lokasi predominan mencakup vertebrae, tulang iga, pelvis, femur, dan tengkorak. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah tulang (diafisis). Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Setelah itu tampak satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder. Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk masa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor. Multipel mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah berulang-ulang, membuat semakin
  • 2. banyak sel-sel abnormal. Sel-sel ini disebut sel mieloma multiple. Pada waktunya, mereka berkumpul dalam sumsum tulang. Ketika mereka berkumpul dalam beberapa tulang, penyakitnya disebut “multipel mieloma”. Sel – sel mieloma membuat antibodi yang disebut protein M dan protein lainnya. Protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin dan organ lainnya. 2.2 ANATOMI Lokasi predominan multipel mieloma mencakup tulang-tulang seperti vertebra, tulang iga, tengkorak, pelvis, dan femur. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang. Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder. Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut: 1. Diafisis Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat penulangan primer, dan merupakan korpus dari tulang. 2. Metafisis Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang (diafisis). 3. Lempeng epifisis Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak- anak, yang akan menghilang pada tulang dewasa. 2.2.1 Epifisis Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder. Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
  • 3. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak. Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi : 1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya os humerus dan os femur. 2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi. 3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os scapula. 4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae. 5. Ossa sesamoid, contoh: os patella. Perbedaan sel dalam keadaan normal dengan sel yang terkena multipel mieloma 1. Sel-sel Darah Normal Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel dalam sumsum tulang yang disebut sel-sel induk (stem cells). Sumsum tulang adalah materi yang lunak di pusat dari kebanyakan tulang-tulang. Stem cells menjadi dewasa ke dalam tipe-tipe yang berbeda dari sel- sel darah. Setiap tipe mempunyai pekejaan khusus: 1. Sel-sel darah putih membantu melawan infeksi. 2. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
  • 4. 3. Platelet-platelet membantu membentuk gumpalan-gumpalan darah yang mengontrol perdarahan. Sel-sel plasma adalah sel-sel darah putih yang membuat antibodi. Antibodi adalah bagian dari sistim imun. Mereka bekerja dengan bagian- bagian lain dari sistim imun untuk membantu melindungi tubuh dari kuman dan unsur-unsur berbahaya lainnya. Setiap tipe dari sel plasma membuat antibodi yang berbeda. 1. Sel-sel Multiple Myeloma Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan sel-sel baru, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor. Mieloma terbentuk ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel- sel yang baru membelah berulang-ulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel mieloma. Pada waktunya, sel-sel mieloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel mieloma berkumpul pada beberapa tulang-tulang, penyakitnya disebut “multiple myeloma“. Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal. Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein- protein M dan protein-protein lain. Protein-protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-organ.
  • 5. 2.3 Etiologi Penyebab multipel mieloma tidak diketahui. Tapi yang kita ketahui ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko seseorang terkena multipel mieloma, termasuk terlampau banyak dengan pestisida dan radiasi. Ilmuan sedang meneliti tentang kaitannya dengan gen pada multipel mieloma untuk menemukan penyebabnya. Selain itu ada beberapa faktor lain, yakni: usia di atas 65 tahun memberikan kesempatan mengembangkan multipel mieloma; berdasarkan study epidemiologi orang-orang Amerika-Afrika lebih rendah dibandingkan Amerika-Asia; jenis kelamin pria lebih banyak dari wanita; riwayat seorang dari monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS). MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein M. adakalanya orang-orang MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multipel mieloma. Untuk itu orang dengan MGUS perlu dilakukan laborat tes rutin (tiap 1 atau 2 tahun) untuk menilai peningkatan lebih lanjut protein M. Riwayat penyakit keluarga juga berpotensi untuk terjadinya multipel mieloma. Banyak faktor resiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah mempelajari apakah terpapar pada bakteri (terutama virus) atau bahan kimia, mempunyai perubahan gen tertentu, serta makanan tertentu, atau menjadi gemuk (obesitas) dapat meningkatkan resiko pengembangan multipel mieloma. 2.4 MANIFESTASI KLINIS Multipel mieloma seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami :
  • 6. 1. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel darah merah di sumsum tulang. 2. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan infeksi. 3. Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence- Jones) merusak ginjal. Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya aliran darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala. 2.2 Epidemiologi Laporan tahunan insiden mieloma di Inggris diperkirakan 60-70 juta jiwa. Secara keseluruhan prevalensinya sama seperti peningkatan berdasarkan data dari angka survival lebih dari dekade terakhir. Rata-rata usianya sekitar 70 tahun. Hanya 15% pasien yang berumur kurang dari 60 tahun. Mieloma memiliki insiden yang tinggi pada kelompok etnik Afro- Carribean dibandingkan Kaukasian tapi itu hanya sedikit dari epidemiologi khusus. Kasus terbanyak menunjukan de novo tapi baru-baru ini diketahui bahwa mieloma didahului tanpa gejala di fase monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS) pada hampir semua pasien. Diestimasikan sekitar 19.920 kasus baru dari multipel mieloma akan terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008. Terdiri dari 11.190 pria dan 8.730 wanita. Multipel mieloma lebih sering pada pria dibandingkan wanita, dan hampir dua kali lebih sering pada ras kulit hitam dibandingkan kulit putih. Rata-rata diagnosis umur 65 sampai 70 tahun. Sekitar 10.690 orang Amerika diramalkan akan meninggal karena multipel mieloma pada tahun 2008. Selama tahun 2006, rentan lima tahun masa bertahan hidup seorang
  • 7. multipel mieloma diperkirakan 34%. Kelangsungan hidup lebih tinggi pada kaum muda dan lebih rendah pada orang tua, menurut Americam Cancer Society. 2.3 Patofisiologi Secara normal sel plasma berkembang dari sel B di limfonodus akibat dari respons imun terhadap infeksi atau penyakit. Transformasi dari sel B menjadi sel plasma ganas melibatkan proses yang panjang termasuk abnormalitas genetik multipel, yang pada akhirnya sel plasma menjadi ganas, dengan proliferasi yang tidak terkendali. Limfosit B mulai disumsum tulang dan berpindah ke kelenjar getah bening. Saat limfosit B dewasa, dia akan menampilkan protein yang berbeda pada permukaan selnya. Ketika limfosit B diaktifkan untuk mengeluarkan antibodi, dikenal sebagai sel plasma. Multipel mieloma berkembang di limfosit B setelah meninggalkan kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat germinal. Garis sel normal paling erat hubungannya dengan sel mieloma yang umumnya dianggap baik sebagai sel memori diaktifkan sel B atau para pendahulu untuk sel plasma, plasmablast. Sistem kekebalan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi di bawah kontrol ketat. Ketika kromosom dan gen yang rusak, sering kali melalui penataan ulang (repair DNA), kontrol ini hilang. Seringkali bergerak gen promoter untuk kromosom yang merangsang gen antibodi terhadap over produksi. Perkembangan multipel mieloma pada pusat post-germinal limfosit B. Translokasi kromosom antara gen immunoglobulin heavy chain pada kromosom 14, lokus 14q32 dan okogen (seringnya pada 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23 dab 20q11) sering ditemui pada pasien dengan multipel mieloma. Hasil mutasi berupa disregulasi dari okogen yang berperan pada perkembangan awal pada pathogenesis dari mieloma. Kromosom 14 yang abnormal ditemukan pada 50% kasus mieloma. Delesi dari kromosom 13 juga ditemukan pada 50% kasus. Produksi sitokin
  • 8. oleh sel plasma terutama IL-6, reseptor yang mengaktivasi NF-ĕB (RANK) ligand, dan tumor necrosis factor (TNF) menstimulasi pertumbuhan sel mieloma dan menghambat apoptosis sehingga terjadi proliferasi yang mengakibatkan kerusakan yang terlokalisir seperti osteoporosis, lesi litik tulang. Sel mieloma juga memproduksi faktor pertumbuhan untuk angiogenesis (vascular endothelial growth factor/ VEGH), sehingga dapat membentuk pembuluh darah baru. Pembuluh darah inilah yang memberikan oksigenasi dan nutrisi. Sel mieloma yang matur mungkin gagal dalam mengaktivasi sistem imun dan memproduksi substansi yang dapat menurunkan respons imun tubuh secara normal terhadap antigen. Sehingga sel berkembang tidak terkendali. Pertumbuhan tumor yang tidak terkendali inilah yang mengakibatkan manifestasi klinis. 2.4 DIAGNOSIS Manifestasi klinis multipel mieloma sangat bervariasi. Keluhan dan gejalanya berhubungan dengan masa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek fisikokimiai, imunologik, dan humoral produk yang dibuat dan disekresi oleh sel plasma ini. Gejala tersebut meliputi : 1. Nyeri tulang, biasanya di tulang belakang, tulang pinggang dan kepala. Sesuai dengan perjalanan multipel mieloma, hal ini dimulai dari pemakaian tulang terus-menerus. Kerusakan ini bisa menyebabkan rasa nyeri, kelemahan dan patah tulang. 2. Anemia (jumlah darah merah menurun), selama sel mieloma terus bertambah banyak, mereka menekan jumlah sel darah merah, menyebabkan kelemahan dan fatik. 3.Merasa sangat haus, sering terkena infeksi dan demam, serta kehilangan berat badan.
  • 9. 4. Gangguan ginjal, akibat kerusakan dari kelebihan jumlah produksi protein oleh sel mieloma dan tingginya kadar kalsium dalam darah yang menyebabkan rusaknya tulang. 5. Venous thromboembolism (VTE), pasien dengan multipel mieloma adalah yang paling riskan terkena VTE. Resiko ini meningkat oleh karena beberapa penggunaan agen terapi seperti thalidomide dan lenalidomide. Profilaksis mungkin bisa menjadi tepat untuk menghindari VTE. 6. Hyperviscosity, paling jarang ditemukan dibandingkan karakteristik di atas. Jika kadar immunoglobulin darah meningkat, viskositas darah juga bisa meningkat. Hal ini dapat merubah mental status disebabkan sumbatan pembuluh darah dan menurunnya aliran darah ke otak. Hemoragik retinal, perdarahan mukosa dan gejala kardiopulmonari, seperti napas pendek dan nyeri dada, dapat terjadi. Jika bertambah parah, hiperviskositas dapat menjadi kegawatdaruratan yang membutuhkan penanganan cepat. 7. Gambaran lain adalah makroglosia, sindrom saluran karpal dan diare akibat penyakit amiloid. Pada sekitar 2% kasus terdapat sindrom hiperviskositas disertai dengan purpura, perdarahan, gangguan penglihatan, gejala sistem saraf pusat, neuropati serta gagal jantung. Dokter terkadang menemukan diagnosis multipel mieloma setelah melakukan pemeriksaan darah rutin. Paling sering, dokter menduga diagnosis multipel mieloma setelah melakukan pemeriksaan rontgen (x- ray) untuk keadaan patah tulang. Biasanya pasien datang ke dokter karena mereka memiliki gejala lain. Untuk menentukan apakah itu multipel mieloma atau bukan, harus dilakukan anamnesis mengenai riwayat keluarga dan dilakukan pemeriksaan fisik. Untuk lebih menegakkan diagnosis, perlu dilakukan tes laboratorium, seperti :
  • 10. 1. Tes darah : diperiksa jumlah sel darah dan substansi lainnya. Mieloma menyebabkan tingginya kadar plasma sel dan kalsium. Kebanyakan orang dengan mieloma terkena anemia. Mieloma juga meningkatkan kadar protein : M protein, beta-2-microglobulin dan protein lainnya. 2. Tes urin : laboratorium memeriksa Bence Jones protein, tipe dari protein M dalam urin. Laboran menghitung jumlah protein Bence Jones dalam urin hingga 24 jam. Jika ditemukan dalam jumlah yang banyak, perlu dilakukan monitoring ginjal. Bence Jones dapat menyumbat dan merusak ginjal. 3. Radiologi, untuk memeriksa adanya tulang yang patah atau menjadi jarang. 4. Biopsi, adalah satu-satunya cara untuk mengetahui sel mieloma ada di sumsum tulang. Dokter kemudian akan memindahkan beberapa dari sumsum tulang itu untuk dijadikan sample menggunakan local anesthesia. Ada 2 cara untuk mengambil sumsum tulang ; (a) bone marrow aspiration : menggunakan jarum yang tipis untuk mengambil sample dan (b) bone marrow biopsy : menggunakan jarum yang padat/rapat untuk mengambil potongan tulang dan sumsum tulang. Gambaran positif untuk menegakkan diagnosis mencakup hal berikut ini : 1. Lebih dari 10% sel plasma dalam sumsum tulang. 2. Ditemukannya sel mieloma dalam tulang atau bone marrow biopsy. 3. Adanya protein mieloma (komponen M) pada imunoelektroforesis urine atau plasma 4. Adanya lesi tulang litik “punched-out” radiogram rangka 5. Apusan perifer yang mengandung sel mieloma.(2,8)
  • 11. Kriteria Diagnosis dan Klasifikasi dari Gangguan Sel Plasma : MGUS : jika protein monoklonal telah ditemukan dan pasien memiliki <10% sel plasma di sumsum tulang, tanpa gejala, dan tidak ada kerusakan organ dan jaringan, maka pasien dapat dikatakan monoclonal gammophaty of undetermined significance (MGUS). Pasien seperti ini hanya membutuhkan monitoring berkala untuk melihat progresifitas kadar proteinnya, setiap tahun secukupnya. Sekitar 1% tiap tahun pasien-pasien ini akan berkembang menjadi multipel mieloma. Multiple myeloma : pasien dengan mieloma multipel adalah klasifikasi pertama yang tidak mengalami gejala (asimtomatik), yang disebut smoldering (menyala kecil) atau simtomatik (aktif). 2.5 Gejala Multiple Myeloma Karena banyak organ dapat dipengaruhi oleh myeloma, gejala dan tanda-tanda sangat bervariasi. Sebuah mnemonik kadang-kadang digunakan untuk mengingat tetrad umum dari multiple myeloma''''KEPITING: C = Kalsium (ditinggikan), R = gagal ginjal, A Anemia =, B = lesi tulang. Myeloma memiliki gejala banyak kemungkinan, dan semua gejala mungkin karena penyebab lain. Mereka disajikan di sini dalam urutan penurunan kejadian. Nyeri tulang Nyeri tulang myeloma biasanya melibatkan tulang belakang dan tulang rusuk, dan memburuk dengan aktivitas. Nyeri lokal persisten dapat mengindikasikan patah tulang patologis. Keterlibatan tulang belakang dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang. Penyakit tulang myeloma adalah karena pelepasan RANKL oleh sel plasma dan tulang sumsum yang stroma mengikat reseptor RANK activatory pada osteoklas. Lesi tulang litik di alam dan yang terbaik terlihat pada radiograf polos, yang bisa menunjukkan
  • 12. "menekan-out" lesi resorptive (termasuk "lada panci" penampilan dari tengkorak pada radiografi). Rincian tulang juga mengarah untuk melepaskan kalsium ke dalam darah, yang menyebabkan hiperkalsemia dan gejala yang terkait. Infeksi Infeksi yang paling umum adalah pneumonia dan pielonefritis. Patogen pneumonia umum termasuk''S. pneumoniae'',''S. Staphylococcus'', dan''K. pneumoniae'', sementara patogen umum yang menyebabkan pielonefritis termasuk''E. ''coli dan organisme gram negatif. Periode risiko terbesar untuk terjadinya infeksi di beberapa bulan awal setelah kemoterapi awal. Peningkatan risiko infeksi adalah akibat defisiensi imun yang dihasilkan dari hypogammaglobulinemia menyebar, yang disebabkan penurunan produksi dan penghancuran peningkatan antibodi yang normal. Sebuah kelompok yang dipilih dari pasien mungkin manfaat dari terapi pengganti imunoglobulin untuk mengurangi risiko infeksi. Gagal ginjal Gagal ginjal dapat mengembangkan baik akut dan kronis. Hal ini umumnya karena hiperkalsemia (lihat di atas). Hal ini juga mungkin karena kerusakan tubulus dari ekskresi rantai ringan, juga disebut protein Bence Jones, yang dapat bermanifestasi sebagai sindrom Fanconi (tipe II asidosis tubulus ginjal). Penyebab lain termasuk deposisi glomerulus amiloid, hiperurisemia, infeksi berulang (pielonefritis), dan infiltrasi sel tumor lokal. Anemia Anemia ditemukan di myeloma biasanya normositik dan normokromik. Ini hasil dari penggantian sumsum tulang yang normal oleh infiltrasi sel-sel tumor dan menghambat produksi sel darah merah yang normal (hematopoiesis) oleh sitokin.
  • 13. Gejala neurologis Masalah umum adalah kelemahan, kebingungan dan kelelahan akibat hiperkalsemia. Sakit kepala, perubahan visual dan retinopati dapat hasil dari hiperviskositas darah tergantung pada sifat-sifat paraprotein tersebut. Akhirnya, mungkin ada nyeri radikuler, kehilangan kontrol buang air besar atau kandung kemih (karena keterlibatan sumsum tulang belakang yang mengarah ke kompresi tali pusat) atau sindrom carpal tunnel dan neuropati lainnya (karena infiltrasi saraf perifer oleh amiloid). Ini dapat menimbulkan paraplegia dalam kasus presentasi akhir. 2.6 PENGOBATAN Pengobatan ditujukan untuk : 1. Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi 2. Menghancurkan sel plasma yang abnormal 3. Memperlambat perkembangan penyakit. Penatalaksanaan yang bisa diberikan: 1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang yang terkena, bisa mengurangi nyeri tulang. 2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal. 3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah patah. Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang- tulangnya rapuh.
  • 14. 4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, daerah kemerahan di kulit) diberikan antibiotik. 5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau mendapatkan eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel darah merah). Kadar kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan prednison dan cairan intravena, dan kadang dengan difosfonat (obat untuk menurunkan kadar kalsium). Allopurinol diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat tinggi. 6. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel plasma yang abnormal. Yang paling sering digunakan adalah melfalan dan siklofosfamid. Kemoterapi juga membunuh sel yang normal, karena itu sel darah dipantau dan dosisnya disesuaikan jika jumlah sel darah putih dan trombosit terlalu banyak berkurang. Kortikosteroid (misalnya prednison atau deksametason) juga diberikan sebagai bagian dari kemoterapi. 7. Kemoterapi dosis tinggi dikombinasikan dengan terapi penyinaran masih dalam penelitian. Pengobatan kombinasi ini sangat beracun, sehingga sebelum pengobatan sel stem harus diangkat dari darah atau sumsum tulang penderita dan dikembalikan lagi setelah pengobatan selesai. Biasanya prosedur ini dilakukan pada penderita yang berusia dibawah 50 tahun. Pada 60% penderita, pengobatan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Penderita yang memberikan respon terhadap kemoterapi bisa bertahan sampai 2-3 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Kadang penderita yang bertahan setelah menjalani pengobatan, bisa menderita leukemia atau jaringan fibrosa (jaringan parut) di sumsum tulang. Komplikasi lanjut ini mungkin merupakan akibat dari kemoterapi dan seringkali menyebabkan anemia berat dan meningkatkan kepekaan penderita terhadap infeksi.
  • 15. 2.6.1 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus. Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada sekitar 15% pasien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada pasien dengan leukemia sel plasma. Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% pasien. Hiperkalsemiadite mukan pada 30% pasien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% pasien menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi. 2. Radiologi a. Foto Polos X-Ray Gambaran foto x-ray dari multipel mieloma berupa lesi multipel, berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien mieloma, dengan sedikit pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan: b. Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan mieloma. Hilangnya densitas tulang belakang mungkin
  • 16. merupakan tanda radiologis satu-satunya pada mieloma multiple. Fraktur patologis sering dijumpai. 2. Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis. 3. Lesi-lesi litik “punch out” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping. 4. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa jaringan lunak. Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula 10%. CT-Scan CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada mieloma. Namun, kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat deteksi. MRI MRI potensial digunakan pada multiple mieloma karena modalitas ini baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit mieloma berupa suatu intensitas bulat, sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2. Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola menyerupai mieloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple
  • 17. mieloma seperti pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang. Radiologi Nuklir Mieloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin. Tingkat false negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple mieloma tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi. Angiografi Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk mendiagnosis multipel mieloma.