2. NAMA KELOMPOK
1. Kadek Noviana Dwi Rahayu (13.131.0487)
2. Ni Kadek Yutma Handani (13.131.0493)
3. Ni Luh Dewi Artini
(13.131.0499)
4. Ni Putu Ayu Fita Dewi (13.131.0503)
3. BAB 1
Pendahuluan
• Latar Belakang
Kelompok ternak sapi Kerta Nandini adalah
kelompok ternak sapi yang anggotanya adalah ibu-ibu
rumah tangga di Banjar Kerta Desa Petang Kabupaten
Badung BaliDari beberapa sampel tinja yang diambil
dan diperiksa di laboratorium CSAD FKH Universitas
Udayana,hampir 80% terinfeksi berbagai spesies
cacing.
Oleh karena itu,penulis melakukan indentifikasi
kembali ke kelompok ternak sapi Kerta Nandini desa
Petang untuk mengetahui lebih lanjut masih adakah
sapi yang terinfeksi cacing Trematoda dan Nematoda.
4. • Rumusan Masalah
Apakah dalam sampel faeces ternak sapi
Kerta Nandini Desa Petang positif
terinfeksi Nematoda dan Trematoda?
5. •Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya sampel faeces
ternak sapi Kerta Nandini Desa Petang positif
terinfeksi Nematoda dan Trematoda
6. •Manfaat
Untuk masyarakat khususnya warga desa
Petang data ini berguna sebagai sumber
informasi tentang infeksi cacing ternak sapi
warga setempat sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap terinfeksinya cacing
Nematoda dan Trematoda pada ternak sapi
warga setempat.
7. BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat penelitian : Laboratorium STIKES
Wira Medika PPNI Bali
2. Waktu Penelitian : 28 Oktober 2014
3. Sampel : Faeces sapi
4. Populasi : Sapi di peternakan Kerta
Nandini desa Petang.
8. BAB III
Hasil dan Pembahasan
Hasil
No Kode sampel hasil Keterangan
1 Sampel A Tidak ditemukan Negatif
2 Sampel B Tidak ditemukan Negatif
3 Sampel C Tidak ditemukan Negatif
4 Sampel D Ditemukan Ascaris lumbricoides
dan Fasciola hepatica
Positif
5 Sampel E Tidak ditemukan Negatif
14. Patologi dan Gejala Klinis
a. Ascaris lumbricoides
Kelainan yang ditimbulkan akibat :
1. migrasi larva (4-16 hari setelah menelan telur)
menimbulkan pneumonitis.
2. cacing dewasa (6-8 minggu setelah menelan telur)
menimbulkan kekurangan gizi pada anak-anak.
b. Fasciola hepatica
Fasciola hepatica dewasa dapat menyebabkan
keradangan pada saluran empedu, menimbulkan atrofi
pada parenkim hati dan kemudian dapat terjadi sirosis
periportal.
15. Diagnosis
a. Ascaris lumbricoides
• telur dalam tinja : dari hapusan langsung
• anamnesa yaitu keluarnya cacing dewasa
melalui mulut, hidung, anus
b. Fasciola hepatica
• Telur dalam tinja : dari hapusan langsung
• Pemeriksaan serologi misalnya uji fiksasi
komplemen atau tes intradermal
16. pengobatan
a. Ascaris lumbricoides
Obat yang digunakan pada penyakit askariasis
adalah pirantelpamoat, mebendazol, levamisol
hidroklorida, dan garam piperazin.
b. Fasciola hepatica
Sebagai obat pilihan terhadap fasciolasis adalah
Prazikuantel, Emetinhidroklorida, dan
Diklorofenol.
17. pencegahan
• Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
tanaman.
• Cuci tangan sebelum makan
• Biasakan memakai jamban atau WC.
• Larva infektif yaitu metaserkaria dapat dibasmi
dengan memasak dengan baik sayuran yang akan
dimakan.
• Mengadakan kemoterapi massal setiap 6 bulan
sekali di daerah endemis ataupun daerah yang
rawan terhadap penyakit cacingan.
18. penutup
• Simpulan
Dari hasil pemeriksan dapat disimpulkan bahwa
dari lima sampel yang diperiksa ditemukan satu sampel
yang positif terinfeksi cacing Nematoda (Acsaris
lumbricoides) dan Trematoda (Fasciola hepatica).
• Saran
Untuk peternak sapi disarankan untuk menjaga
kebersihan kandang sapinya dan selalu mencuci tangan
setelah membersihkan kandang serta pemberian obat
cacing pada sapi yang terinfeksi guna memberantas
kecacingan pada sapi tersebut.