1. Sekolah berasal dari bahasa latin skhole, scola, scolae atau schola yang mempunyai arti waktu
luang atau waktu senggang. Krishnamurti (dalam Pora, 2004: 16) mengatakan bahwa arti
senggang mempunyai maksud waktu yang tidak terbatas bagi seseorang dalam belajar baik sains,
sejarah, matematik ataupun tentang dirinya. Maka kami menyimpulkan, sekolah adalah lembaga
yang dirancang dalam rangka penyelenggaraan proses belajar mengajar untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai kepada peserta didik yang telah mempunyai aturan, kurikulum dan
kelengkapan lainnya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab; dapat membawa hasil; berhasil guna; mulai
berlaku. Sehingga efektif dapat didefinisikan suatu pencapaian tujuan yang dilakukan secara
tepat dengan cara-cara yang telah ditentukan.
Keberhasilan sebuah sekolah biasanya ditentukan oleh sejauhmana tujuan pendidikan itu dapat
tercapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah.
Oleh karena itu muncullah sekolah efektif dan sekolah tidak efektif. Sekolah efektif mempunyai
tingkat ketersesuaian yang tinggi antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan
hasil yang dicapai sekolah.
Sekolah yang efektif selalu menyempurnakan programnya setiap tahun sehingga dapat
mengembangkan kompetensi siswa yang adaptif terhadap setiap perkembangan IPTEKs dan
lingkungan global
Jadi sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai
dengan rencana dan target hasil yang ditetapkan terlebih dahulu. Sekolah efektif adalah sekolah
yang memiliki manajemen yang baik, transparan dan akuntabel yang mampu memberdayakan
semua komponen sekolah untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif.
Sekolah adalah sistem terbuka yang mempunyai subsistem-subsistem yang saling terkait dan
berhubungan. Bosker dan Guldemon (dalam Moerdiyanto, 2007: 6) mengatakan bahwa sistem
sekolah yang efektif terdiri dari 5 komponen yaitu:
1. Konteks. Misalnya kebutuhan masyarakat, lingkungan sekolah dan kebijakan pendidikan
2. Input. Misalnya sumber daya dan kualitas guru
3. Proses. Misalnya iklim sekolah dan kurikulum
4. Output. Misalnya hasil belajar siswa dan pencapaian keseluruhan
5. Outcome. Misalnya kesempatan kerja dan penghasilan
Menurut Widodo (2011: 34), sekolah efektif mempunyai ciri-ciri yaitu:
1. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi semua warga sekolah
2. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas
3. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi
4. Peserta didik mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
5. Peserta didik lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
6. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
2. 7. Peserta didik mau bekerja keras dan bertanggung jawab
8. Kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi dan membuat
rencana sekolah bersama-sama para guru
9. Adanya lingkungan yang nyaman
10. Penilaian yang secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.
Menurut Heneveld(dalam Moerdiyanto, 2007:5) faktor-faktor sekolah efektif adalah
1. Dukungan orang tua siswa dan lingkungan
2. Dukungan efektif dari sistem pendidikan
3. Dukungan materi yang cukup
4. Kepemimpinan yang efektif
5. Pengajaran yang baik
6. Fleksibilitas dan otonomi
7. Waktu yang cukup di sekolah
8. Harapan yang tinggi dari siswa
9. Sikap positif dari para guru
10. Peraturan dan disiplin
11. Kurikulum yang terorganisir
12. Adanya penghargaan dan insentif
13. Waktu pembelajaran yang cukup
14. Variasi strategi pembelajaran
15. Frekuensi pekerjaan rumah
16. Adanya penilaian dan umpan balik
Sekolah sebagai sebuah sistem mempunyai input, proses, output, dan feedback. Maka
karakteristik sekolah efektif menurut Widodo (2011: 35) dapat dilihat dari indikator input dan
proses yaitu:
Indikator Input dan Proses Sekolah Efektif
Input Proses
1. Memiliki kebijakan, tujuan dan
sasaran mutu yang jelas
2. Sumber daya tersedia dan siap
3. Staf yang kompeten dan
berdedikasi tinggi
4. Memiliki harapan dan prestasi
yang tinggi
5. Fokus pada pelanggan
(khususnya siswa)
1. Proses belajar mengajar yang
efektifitasnya tinggi
2. Kepemimpinan sekolah yang
kuat
3. Lingkungan sekolah yang aman
dan tertib
4. Pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif
5. Sekolah memiliki budaya mutu
6. Sekolah memiliki teamwork
yang kompak, cerdas dan
dinamis
7. Sekolah memiliki
kewenangan(kemandirian)
8. Partisipasi yang tinggi dari
3. warga sekolah dan masyarakat
9. Sekolah memiliki keterbukaan
(transparansi manajemen)
10. Sekolah memiliki kemauan
untuk berubah
11. Sekolah melakukan evaluasi dan
perbaikan secara berkelanjutan
12. Sekolah responsif dan antisipatif
terhadap kebutuhan
13. Komunikasi yang baik
14. Sekolah memiliki akuntabilitas.
Kepala sekolah mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan sekolah efektif
melalui kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah harus
mampu mendayagunakan semua sumber yang ada di sekolah agar mencapai sekolah efektif.
Menurut Anwar (2011: 10) kepala sekolah efektif dapat dilihat dari indikator-indikator
kinerjanya yaitu:
1. Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif
2. Menerapkan system evaluasi yang efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan
3. Melakukan refleksi diri ke arah pembentukan karakter kepemimpinan sekolah yang kuat
4. Melaksanakan pengembangan staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
5. Menumbuhkan sikap responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
6. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan tertib (Safe and Orderly)
7. Menumbuhkan budaya mutu di lingkungan sekolah
8. Menumbuhkan harapan prestasi tinggi
9. Menumbuhkan kemauan untuk berubah
10. Melaksanakan Keterbukaan/Transparan Managemen Sekolah
11. Menetapkan secara jelas mewujudkan Visi dan Misi
12. Melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara efektif
13. Melaksanakan pengelolaan sumber belajar secara efektif
14. Melaksanakan pengelolaan kegiatan kesiswaan/ Ekstrakurikuler secara efektif
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membuat sebuah sekolah menjadi sekolah efektif antara lain:
1. Komunikasi yang terbuka. Komunikasi dalam sekolah baik frekuensi dan kesempatan
untuk menerima umpan balik ditingkatkan lebih transparan. Sehingga para stakeholder
sekolah mengetahui informasi yang lebih jelas dan ikut berpartisipasi mendukung
pengembangan sekolah.
2. Pengambilan keputusan bersama. Kepala sekolah hendaknya melibatkan stakeholder
dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
masing-masing pihak.
3. Memperhatikan kebutuhan guru. Sekolah memperhatikan kebutuhan guru sehingga dapat
memberikan motivasi tersendiri bagi guru karena kebutuhannya diperhatikan. Ketika
4. kesejahteraan guru terjamin maka guru akan lebih bersemangat dalam melakukan dan
memerbaiki pengajarannya.
4. Memperhatikan kebutuhan siswa. Sekolah yang memperhatikan kebutuhan siswa akan
lebih diterima oleh masyarakat. Sekolah perlu melakukan strategi-strategi untuk membuat
sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar dan memenuhi kebutuhan
siswanya.
5. Keterpaduan sekolah dan masyarakat. Antara sekolah dan masyarakat harus dapat saling
bekerja sama dan terpadu dalam rangka mengembangkan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Pora, Yusran. 2004. Selamat Tinggal Sekolah. Yogyakarta:Media Pressindo
Wibisino, Agus. 2010. Efektif dan Efisiensi, (Online), (http://aguswibisono.com/2010/efektif-
dan-efisien/, diakses 13 April 2012)
Anwar, Qomari. 2011. Sekolah yang Efektif, (Online),
(http://ngatimin.weebly.com/uploads/5/4/1/1/5411453/sekolah_efektif.ppt, diakses 13 April
2012)
SD Negeri Kamal. 2011. Sekolah Efektif dalam Prespektif Global, (Online),
(http://sdnegerikamalkulonprogo.blogspot.com/2011/08/sekolah-efektif-dalam-prespektif-
global.html, diakses 13 April 2012)
Danim, Sudarwan. 2010. Otonomi Manajemen Sekolah. Bandung:Alfabeta
Moerdiyanto. 2007. Manajemen Sekolah Indonesia yang Efektif Melalui Penerapan Total
Quality Mnagement, (Online), IMEC 2007 Proceedings,
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Drs.%20Moerdiyanto,%20M.Pd./ARTIKEL%
20MANAJEMEN%20SEKOLAH%20EFEKTIF.pdf, diakses 13 April 2012)
Widodo, Suparno Eko. 2011. Manajemen Mutu Pendidikan: untuk Guru dan Kepala Sekolah.
Jakarta:Ardadizya Jaya
Dewasa ini boleh dikatakan bahwa masyarakat semakin merindukan keberadaan
sekolah yang benar-benar memiliki kinerja tinggi, mampu mengembangkan
kemampuan anak berprestasi tinggi dan berkepribadian baik, di dalamnya para guru
dan pegawai bekerja dengan senang hati dan memiliki kepuasan kerja. Inikah sekolah
yang di sebut efektif?
Sekolah efektif atau sekolah unggulan (excellent School) berada dalam
lapangan manajemen sekolah. Karakteristiknya menurut Edmonds (1979) (Beare, dkk,
1989) yaitu:
1. Guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan
perhatian tinggi terhadap perbaikan mutu pengajaran.
5. 2. Guru-guru memiliki kondisi penghasilan yang tinggi untuk mendukung
pencapaian prestasi murid.Atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku), sejuk tanpa
tekanan dan kondusif dalam seluruh proses pengajaran atau suatu tatanan iklim
yang nyaman.
3. Sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan
mengusahakan efektivitas sekolah dengan energy dan sumber daya sekolah
untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal.
4. Sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala
sekolah dan guru-guru menyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar
berhubungan dengan tujuan pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif
karena pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan
sumber daya yang hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi pelajar tentunya dilihat
dari absensi (kehadiran), tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan atau
penyimpangan, dan hasil ujian Negara. Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah
yang efektif dan efisien yang menjanjikan lulusan yang terbaik, keunggulannya secara
kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antar lulusan sejenis dalam
jurusan yang sama, sedangkan komparatif antar lulusan berbeda dari satu sekolah
dengan sekolah lain.
Manajemen pengembangan mutu salah satu bidang manajemen peningkatan
mutu sekolah dengan iklim yang baik juga harus dalam hal suasana kelas yang dikelola
oleh guru dengan para murid, pendayagunaan sumber daya kelas, pemanfaatan
alokasi waktu secara baik, dan keterlibatan guru secara baik dalam pelaksanaan dan
pengembangan kurikulum.
Kepemimpinan yang efektif oleh kepala dijalankan dengan menetapkan
kerjasama dengan para guru-guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
muaranya adalah lulusan yang berkualitas. Demikian pula para manajer atau kepala
sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk menjamin
perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian.
Semakin terpenuhinya prinsip otonomi, transparansi dan akuntabilitas berjalan dengan
baik maka pimpinan sekolah, guru-guru, karyawan dan pihak terkait dengan sekolah
semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah. Dengan
demikian sekolah efektif harus menampilkan, yang menurut Beach dan Reinhartz
(2000:64) ciri-cirinya yaitu:
1. Efektivitas didasarkan kepada ukuran keberhasilan belajar siswa (pengetahuan,
keterampilan dan sikap).
2. Pembelajaran siswa menjadi tujuan utama atau fokus pengajaran
3. Sikap dan perilaku guru beserta staf adalah komponen kuci sekolah efektif
4. Sekolah menerima tanggung jawab terhadap penguatan prestasi akademik
siswa dan mereka percaya bahwa hal itu dapat dicapai dari pelajaran.
6. 5. Sekolah sebagai organisasi harus teruji secara holistik, bukan terpecah atau
menjadi bagian terpecah dari seluruh komponennya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang efektif.
Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang tercipta
didalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam interaksi
belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang efektif adalah
bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram, tertib
aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya
manajeman dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah,
dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan
pegawai, orang tua siswa, komite sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai
harapan masyarakat, maka perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi
karakteristik dan cita-cita sekolah efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Iklim sekolah yang baik merupakan salah satu dari karakteristik sekolah yang
afektif. Iklim sekolah yang baik tersebut adalah iklim atau suasana kondusif yang
tercipta di dalam sekolah akibat dari pengaruh perilaku komponen sekolah dalam
interaksi belajar mengajar maupun manajerial.
Iklim sekolah yang diharapkan bersifat kondusif bagi sekolah yang ekfektif
adalah bersifat terbuka, kekeluargaan, komunikatif, memiliki otonomi, aman, tentram,
tertib aturan dan disiplin serta bekerja dengan tanggung jawab bersama.
Iklim sekolah yang baik dapat ditumbuh kembangkan melalui perubahan gaya
manajemen dan kepemimpinan sekolah yang sangat ditentukan oleh kepala sekolah,
dengan bekerjasama dalam semua pencapaian kinerja sekolah bersama para guru dan
pegawai, orang tua siswa, komite sekolah dan para siswa itu sendiri. Karena itu,
sekolah-sekolah yang berusaha menjadi efektif sesuai harapan masyarakat, maka
perwujudan iklim yang baik dan kondusif bagi memenuhi karakteristik cita-cita sekolah
efektif harus diperhatikan sejak sekolah bertekad menjadi lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
Setiap sekolah yang sedang mengusahakan menjadi sekolah efektif, perlu
memperhatikan dan mewujudkan hal-hal di atas, agar masyarakat benar-benar
mendapatkan haknya untuk tidak sekedar mudah masuk ke sekolah tapi sekaligus
dapat memilih sekolah efektif yang diharapkan. Semakin banyak sekolah berkualitas,
efektif atau unggul, maka percepatan pengembangan SDM di daerah untuk kompotitif
antar satu daerah dengan daerah lain dalam era otonomi dan globalisasi semakin
terpenuhi dengan baik dan cepat.
7. Bartu
PEMBAHASAN
Sekolah merupakan suatu institusi yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan staf
administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program.
Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai
kemampuan akademis tertentu, keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya
sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada
lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilannya.
Keberhasilan sekolah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran
pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana
tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang
berlangsung di sekolah.
Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian dikenal sekolah efektif dan
efisien yang mengacu pada sejauh mana sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
yag telah ditetapkan. Dengan kata lain, sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat
mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah
akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk
dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak
efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, 1969)
A. PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Kajian sejumlah literatur yang membahas tentang sekolah efektif akan dijumpai rumusan
pengertian yang bermacam-macam. Sekolah efektif adalah sekolah yang semua sumber dayanya
diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis
kelamin, maupun status sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di
sekolah itu. Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan pencapaian tujuan
pendidikan sebagaimana termuat kurikulum.
Pengertian lain tentang sekolah efektif yakni sekolah efektif menunjukkan pada kemampuan
sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-
kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah
adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat
hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk
beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk
memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya
adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya.
Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan
pembentukkan kepribadian siswa. Fungsi-fungsi tersebut ada yang menjadi fungsi umum (notice
function), dalam arti berlaku bagi semua jenis dan/atau jenjang sekolah, dan ada pula yang lebih
menonjol pada jenis-jenis sekolah tertentu (distinctive function), seperti pada sekolah-sekolah
yang memiliki ciri keagamaan, sekolah-sekolah kejuruan, atau jenis-jenis sekolah lainnya.
Oleh karena kata efektif itu sendiri mengandung pengertian tentang derajat pencapaian tujuan
yang ditetapkan, maka upaya perumusan konstruk dan indikator efektivitas sekolah tidak dapat
dilepaskan dari konsep tentang kemampuan (kompetensi) yang hendak dikembangkan melalui
8. pendidikan di sekolah. Dengan memperhatikan empat pilar pendidikan di atas, berbagai
kelemahan yang berkembang di masyarakat, dan dengan mempertimbangkan akar budaya
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Agama, maka sekolah di Indonesia seharusnya
dikembangkan untuk membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi
kehidupannya di masa depan, yaitu:
1. Kompetensi keagamaan, meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan yang
diperlukan untuk dapat menjalankan fungsi manusia sebagai hamba Allah Yang Mahakuasa
dalam kehidupan sehari-hari
2. Kompetensi akademik, meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan keterampilan yang
diperlukan untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
jenjang pendidikannya
3. Kompetensi ekonomi, meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar dapat hidup layak di dalam masyarakat
4. Kompetensi sosial pribadi, meliputi pengetahuan, sistem nilai, sikap dan keterampilan untuk
dapat hidup adaptif sebagai warga negara dan warga masyarakat internasional yang demokratis.
Sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang terdiri atas sejumlah
komponen yang saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi
pada diri siswa tidak dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas,
melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan. Setiap sekolah
sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada seluruh
siswanya untuk menguasai keempat kompetensi di atas sesuai dengan jenjang pendidikannya dan
misi khusus yang diembannya.
Secara teoritik, penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara mengkaji bagaimana
seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung
keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Namun, pada praktiknya, pandangan yang
holistik ini sulit diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian
yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian sekolah efektif dirumuskan sebagai
penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap komponen sekolah dalam mendukung
penguasaan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
Dalam upaya menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu kita perlu menciptakan sekolah yang
efektif. Ciri sekolah yang efektif adalah sebagai berikut:
1) visi dan misi yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan secara lokal.
2) Sekolah memiliki output yang selalu meningkat setiap tahun.
3) Lingkungan sekolah aman, tertib, dan menyenangkan bagi warga sekolah.
4) Seluruh personil sekolah memiliki visi, misi, dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara
optimal.
5) Sekolah memiliki sistem evaluasi yang kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek
akademik dan non akademik.
B. CIRI – CIRI SEKOLAH EEKTIF
Deskripsi berbagai teori mengenai sekolah efektif secara lebih terinci adalah sebagai berikut.
David A. Squires, et.al. (1983) berhasil merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu: (1) adanya
standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah; (2)
memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas; (3) mempunyai standar prestasi
sekolah yang sangat tinggi; (4) siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah
9. direncanakan; (5) siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik; (6) adanya
penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (7) siswa berpendapat kerja keras lebih penting dari
pada faktor keberuntungan dalam meraih prestasi; (8) para siswa diharapkan mempunyai
tanggungjawab yang diakui secara umum; dan (9) kepala sekolah mempunyai program inservice,
pengawasan, supervisi, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama-sama dengan
para guru dan memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademiknya.
Sedangkan Jaap Scheerens (1992) menyatakan bahwa sekolah yang efektif mempunyai lima ciri
penting yaitu; (1) kepemimpinan yang kuat; (2) penekanan pada pencapaian kemampuan dasar;
(3) adanya lingkungan yang nyaman; (4) harapan yang tinggi pada prestasi siswa; (5) dan
penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.
Sementara Edmons (1979) menyebutkan bahwa ada lima karakteristik sekolah efektif yaitu : (1)
kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualitas pengajaran, (2) pemahaman yang
mendalam terhadap pengajaran, (3) iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya
pengajaran dan pembelajaran, (4) harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu
pengetahuan tertentu, dan (5) penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil
belajar siswa.
Pengetahuan lain mengenai sekolah efektif adalah sebagai berikut : (1) mampu
mendemontrasikan kebolehannya mengenai seperangkat kriteria ; (2) menetapkan sasaran yang
jelas dan upaya untuk mencapainya; (3) adanya kepemimpinan yang kuat ; (4) adanya hubungan
yang baik antara sekolah dengan orangtua siswa; dan (5) pengembangan staf dan iklim sekolah
yang kondusif untuk belajar (Townsend, 1994).
Metode lain yang dipakai untuk mengidentifikasikan sekolah yang efektif adalah : penggunaan
standar tes, pendekatan reputasi, dan penggunaan evaluasi sekolah serta pengembangan berbagai
aktifitas.
Tinjauan yang lebih komprehensif mengenai sekolah efektif dilakukan oleh Edward Heneveld
(1992) yang mengungkapkan serangkaian indikator berupa 16 faktor yang berkenaan dengan
sekolah efektif yaitu : (1) dukungan orangtua siswa dan lingkungan, (2) dukungan yang efektif
dari sistem pendidikan, (3) dukungan materi yang cukup, (4) kepemimpinan yang efektif, (5)
pengajaran yang baik, (6) fleksibilitas dan otonomi, (7) waktu yang cukup di sekolah, (8)
harapan yang tinggi dari siswa, (9) sikap yang positif dari para guru, (10) peraturan dan disiplin,
(11) kurikulum yang terorganisir, (12) adanya penghargaan dan insentif, (13) waktu
pembelajaran yang cukup, (14) variasi strategi pengajaran, (15) frekuensi pekerjaan rumah, dan
(16) adanya penilaian dan umpan balik sesering mungkin.
Bertitik tolak pada dari berbagai teori tersebut, terungkap bahwa pengertian sekolah efektif
memandang sekolah sebagai suatu sistem yang mencakup banyak aspek baik input, proses,
output maupun outcome serta tatanan yang ada dalam sekolah tersebut. Dimana berbagai aspek
yang ada dapat memberikan dukungan satu sama lain untuk mencapai visi, misi dan tujuan, dari
sekolah yang dikelola secara efektif dan efisien.
C. INPUT SEKOLAH EFEKTIF
Input sekolah adalah keseluruhan sumber daya sekolah yang mencakup tiga aspek yaitu
karakteristik sekolah, karakteristik guru, dan karakteristik siswa. Karakteristik sekolah terdiri
dari 6 indikator yaitu : (1) luas gedung, (2) luas laboratorium, (3) luas perpustakaan, (4)
banyaknya ruang kelas, (5) banyaknya siswa, dan (6) banyaknya dana yang dialokasikan di
sekolah. Karakteristik guru terdiri dari 4 indikator yaitu : (1) umur, (2) pendidikan, (3)
pengalaman mengajar, dan (4) gaji guru. Sedangkan karakteristik siswa terdiri dari 4 indikator
10. yaitu : (1) jumlah jam belajar siswa di rumah, (2) jumlah jam les mata pelajaran, (3) pendidikan
orangtua siswa, dan (4) besarnya penghasilan orangtua siswa.
Kepuasan kerja guru adalah keseluruhan perasaan guru berkenaan dengan berbagai aspek
pekerjaannya yang meliputi lima aspek yaitu : (1) sumber daya pendidikan, (2) proses belajar
mengajar, (3) prestasi sekolah, (4) penghasilan dan penghargaan, dan (5) kebebasan melakukan
aktifitas. Iklim sekolah adalah keseluruhan harapan, pendapat, dan pengalaman yang dirasakan
oleh guru berkenaan dengan situasi kerjanya yang meliputi lima aspek yaitu: (1) kondisi fisik dan
fasilitas sekolah, (2) cara kerja dan gaya kepemimpinan kepala sekolah, (3) harapan pada prestasi
sekolah, (4) hubungan kerja, (5) ketertiban/ disiplin sekolah.
Partisipasi orangtua siswa pada penelitian ini terdiri dari 9 indikator yaitu partisipasi dalam : (1)
ikut menentukan kebijakan dan program sekolah, (2) ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan dan
program sekolah, (3) pertemuan rutin di sekolah, (4) kegiatan ekstrakurikuler, (5) mengawasi
mutu sekolah, (6) pertemuan BP3, (7) membiayai pendidikan, (8) mengembangkan iklim
sekolah, dan (9) partisipasi dalam pengembangan sarana dan prasarana sekolah.
Hasil belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran di
sekolah. Sedangkan konsep diri siswa adalah pandangan dan penilaian siswa mengenai
keseluruhan dirinya yang meliputi dua aspek yaitu : aspek internal diri yang terdiri dari identitas
diri, perilaku diri, dan penilaian diri; dan aspek eksternal diri yang terdiri dari fisik diri, etika
moral diri, personal diri, famili diri, dan sosial diri.
D. PROSES SEKOLAH EFEKTIF
Merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses
pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses
monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan
tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input
sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis, sehingganya
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu
mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik.
Kata memberdaykan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan
yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani
peserta didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta
didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).
E. OUTPUT SEKOLAH EFEKTIF
Output Sekolah Efektif adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah,
khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi
akademik, berupa nilai ulangan umum EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan
(2) prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian,
11. keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
F. KEBEBASAN DAN OTONOMI SEKOLAH
Restrukturisasi dan deregulasi pendidikan yang diperlukan adalah mencakup empat aspek: a).
Orientasi pembelajaran siswa, b). Profesionalitas guru, c). Accountability sekolah, dan d).
Partisipasi orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar dalam penyelenggaraan pendidikan.
Dilihat dari paradigma pendidikan, Input-Proses-Output, tiga aspek pertama menyangkut aspek
input dan aspek keempat menyangkut output. Dengan demikian, restrukturisasi dan deregulasi
pendidikan lebih mengarah pada pembenahan aspek input daripada aspek proses. Secara spesifik
restrukturisasi dan deregulasi pendidikan ditujukan untuk meningkatkan komitmen dan
kompetensi guru dan murid untuk mencapai prestasi setinggi mungkin.
Komitmen dan kompetensi guru diharapkan terutama adalah bahwa guru harus memiliki
pemahaman yang mendalam atas materi yang akan disampaikan (Depth of Understanding) dan
mampu menyampaikan materi dengan penuh kreatifitas dan improvisasi yang orisinil, sehingga
proses belajar mengajar terasa segar dan alami (authentic learning).
Sudah barang tentu komitmen dan kompetensi guru semacam itu banyak dipengaruhi proses
yang terjadi pada pre-service training pada lembaga pendidikan guru. Oleh karena itu, kebijakan
yang perlu dikembangkan pada pasca proses pendidikan guru adalah mengembangkan
kemandirian guru dan memberikan otonomi serta kebebasan yang lebih luas pada sekolah dan
guru. Sebagai pekerja profesional dan orang yang paling tahu keadaan peserta didik dan
lingkungannya, guru harus diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan tugas. lnstruksi,
pengarahan, dan petunjuk dari atas perlu direduksir semaksimal mungkin.
Kalau guru mendapatkan otonomi dan kepercayaan penuh mereka akan memiliki rasa tanggung
jawab yang lebih besar dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Demikian juga, otonomi ini
akan memungkinkan guru mempergunakan kemampuan dan pengalaman profesional yang
mereka miliki secara penuh dalam proses belajar mengajar. Dengan otonomi dan kebebasan
dalam menjalankan proses pembelajaran (learning process), guru akan lebih berhasil
dibandingkan kalau guru hanya terpaku pada petunjuk dan pengerahan teknik dari birokrat
kantoran (the office level bereucrat) yang dalam banyak hal tidak praktis dan terlalu teoritis.
Demikian pula dengan adanya otonomi dan kebebasan yang dimiliki sekolah, guru memiliki
lebih banyak kesempatan untuk merencanakan kerja sama di sekolah, mengarahkan peserta didik
agar lebih banyak individual atau kelompok kecil dibandingkan dalam proses belajar mengajar
kelompok besar dan dari itu sekolah akan dapat diciptakan sebagai dunianya peserta didik
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ghozali, Tinjauan Literatur : Effective School Research, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 021. Tahun ke-5, Januari 2000, Balitbang Depdiknas.
Bailey, William J. 1991. Schhol-Site Management Applied. Lancaster-Basel: Technomic
Publishing CO.INC. Direktorat Dikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Depdikbud. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Sebuah Pendekatan Baru
dalam Pengelolaan Sekolah untuk Peningkatan Mutu, Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan
12. Menengah.
Depdiknas. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(Buku 1). Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Departemen Pendidikan Nasional.
http://BOS Buku ICW.htm. Di Akse tanggal, jam
Baru
Karakteristik Sekolah Efektif
Prof. Slamet PH (2000), pakar pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta, mengemukakan
bahwa sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses, yaitu:
Proses pembelajaran memiliki efektifitas tinggi.
Kepemimpinan sekolah yang tangguh.
Lingkungan sekolah yang aman, tertib dan nyaman.
Mengelola pendidiknya secara efektif.
Budaya mutu benar-benar tertanam pada semua warga sekolah.
Kelompok kerja antar fungsi sekolah kompak, cerdas, dan dinamis.
Memiliki kewenangan (kemandirian), kemampuan dan kesanggupan kerja yang baik
untuk menjadi sekolah mandiri.
Partisipasi tinggi dari warga sekolah dan masyarakat.
Keterbukaan (transparansi) menajemen dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan
kegiatan, dan penggunaan keuangan.
Memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik).
Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Responsif dan antsipatif terhadap kebutuhan sekolah dan berbagai aspirasi.
Komunikasi yang baik antara warga sekolah dan antara sekolah dan masyarakat.
Akuntabilitas dalam bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan sekolah dalam bentuk
laporan prestasi yang telah dicapai.
Baca juga hasil penelitian disertasi berjudul "Manajemen SMK yang Efektif".
Acuan pustaka: Slamet PH. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.