Fungsi hadits dalam ajaran Islam,Klasifikasi fungsi-fungsi hadits sesuai urutan dan contoh-contoh kasus serta dalil pendukungnya, Pendapat para ulama tentang fungsi hadits dalam islam. Kunjungi juga file dalam bentuk power point (PPT) http://sri-wiji-lestari.blogspot.com/2013/09/fungsi-hadits-dalam-ajaran-islam.html
1. FUNGSI HADITS DALAM AJARAN ISLAM
I. PENDAHULUAN
Al-Quran dan hadits mempunyai hubungan yang sangat erat dimana
keduanya tidak dapat dipisahkan meskipun kedudukan hadist sederajat
lebih rendah dibandingkan al-Quran ditinjau dari segi penggunaan hukum
syariat. Hal ini akan terasa sekali ketika seseorang membaca atau
mendapati ayat-ayat al-Quran yang masih sangat global, tidak terpirinci,
dan kerap kali terdapat keterangan-keterangan yang bersifat tidak
muqoyyad. Seperti perintah tentang kewajiban sholat. Dalam al-Qu’ran,
tidak dijelaskan bagaimana cara seseorang untuk mendirikan sholat, ada
berapa rokaat, apa yang harus dibaca, dan apa saja syarat rukunnya. Akan
tetapi, dari hadist kita dapat mengetahui tata caranya sebagaimana yang
telah disyariatkan. Oleh karenanya, keberadaan hadist menjadi hal yang
urgen melihat fungsi umum hadist menjadi bayan ayat-ayat al-Quran yang
masih butuh kajian lebih dalam untuk mengetahui makna yang
sesungguhya. Jika umat islam mempunyai pengetahuan yang sedikit
tentang hadist, maka akan sangat sulit bagi kita untuk menelaah lebih
dalam dan memahami ayat-ayat al-Quran.
Dalam makalah ini, akan diuraikan terkait fungsi hadits dalam
ajaran Islam, disertai contoh permasalahannya dan juga perbedaan
pendapat para ulama dalam mengklasifikasikannya.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa fungsi hadits dalam ajaran Islam ?
2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi fungsi-fungsi hadits sesuai urutan
dan contoh-contoh kasus serta dalil pendukungnya?
1 | U l u m u l H a d i s t
2. 3. Bagaimana pendapat para ulama tentang fungsi hadits dalam islam?
III. PEMBAHASAN
1. Fungsi Hadist dalam Ajaran Islam
Dalam al-quran dijelaskan bahwa Rasulullah SAW. diutus oleh
Allah ke muka bumi untuk menjelaskan isi kandungan yang terdapat
dalam ayat-ayat al-Quran. Hal itu senada dengan firman Allah dalam
qur’an surat An Nahl : 44 yang berbunyi :
dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.
Dengan pemahaman ayat diatas, tegaslah kiranya bahwa hadist itu
penjelasan, pensyarah, pen-taqyid, dan pen-takhsish ayat-ayat al-
Quran.
Imam Ahmad berkata, “Mencari hukum dalam al-Quran haruslah
melalui hadist. Mencari agama demikian pula, Jalan yang telah
dibentang untuk mempelajari fiqh Islam an syariatnya ialah
hadist/sunnah. Mereka yang mencukpi dengan al-Quran saja, tidak
memerlukan hadist dalam memahami ayat, dalam mengetahui
syariatnya,sesatlah perjalanannyadan tidak akan sampai pada tujuan
yang dikehendaki.”1
1
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadist, Semarang :
Pustaka Rizki Putra hlm.134
2 | U l u m u l H a d i s t
3. Penjelasan-penjelasan yang dilakukan oleh nabi sangat
beraneka ragam bentuknya dan memiliki fungsi-fungsi tertentu.
Penjelasan itu dapat berupa ucapan, perbuatan, tulisan ataupun taqrir
(pembenaran berupa diamnya beliau terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh orang lain). Nabi Muhammad saw. telah diberi oleh
Allah SWT (melalui Al-Quran) hak dan wewenang tersebut. Segala
ketetapannya harus diikuti.
Banyak ayat al-quran dan hadist Rasulullah yang memberikan
penegasan bahwa hadist merupakan sumber hukum Islam selain al-
quran yang wajib diikuti.
a) Dalil al-Quran
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,
Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". ( ali
Imron : 32)
b) Hadist Rasulullah
تركتفيكمأمرينلنتضلواماتمسكتمبهماكتابالوسنةنبيه
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang kalia tidak
akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu
berupa kitab Allah dan sunnah rasul-Nya.
c) Ijma’
Umat islam sepakat menjadikan hadist sebagai mashadir at-tasyri’.
Kesepakatan itu, bahkan telah dilakukan sejak masa Rasulullah.
Ketika masa al-khulafa ar-rasyidin dan masa-masa selanjutnya
pun, tidak ada yang mengingkarinya.
d) Sesuai dengan logika rasional
3 | U l u m u l H a d i s t
4. Kerasulan Muhammad telah diakui dan dibenarkan oleh umat
islam. Karena itu, bila kerasulannya telah diakui dan dibenarkan,
maka sudah selayaknya apabila segala peraturan dan perundang-
undangan, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan wahyu
maupun hasil ijtihad dan inisiatif sendiri, ditempatkan sebagai
sumber hukum dan pedoman hidup.2
2. Fungsi-Fungsi Hadits dan Contoh-Contoh Kasus Serta Dalil
Pendukungnya
Fungsi Hadits sebagai penjelas (bayan) terhadap al-qur’an ada
4 macam, yaitu:
a. Bayan Al-Taqrir
Bayan at-taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-
isbat yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah di
terangkan dalam al-qur’an. Fungsi hadits ini hanya memperkokoh
isi kandungan al-qur’an sekalipun dengan redaksi yang berbeda
namun ditinjau dari substansinya mempunyai makna yang sama.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh hadits yang di riwayatkan
Muslim dari Ibnu Umar yang berbunyi :
فإذارأيتمالهل لفصومواوإذارأيتموهفأفطروارواه )مسلم )
Apabila kalian melihat (ru’yah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ru’yah) itu maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadits ini mentaqrir (menetapkan) ayat al-Quran Surah. Al-
Baqoroh : 185 yang berbunyi :
مهْه صُْم يَُصلْهفَُص رَُص هْه شَّ ال مُْمكُْم نْهمِن دَُصهِن شَُص م نَُص فَُص
Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan,
hendaklah ia berpuasa...
2
Muhammdiyah Amin, Ilmu Hadist, Yogyakarta: Graha Guru, 2008 hlm.8-15
4 | U l u m u l H a d i s t
5. Karena ayat al-quran dan hadist diatas mempunyai makna
yang sama maka hadist tersebut berfungsi sebagai bayan taqrir,
mempertegas apa yang telah disebut dalam al-quran.
b. Bayan Al-Tafsir
Bayan al-tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian
dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-qur’an yang masih bersifat global
(mujmal), memberikan persyaratan atau batasan (taqyid) ayat-ayat
al-qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish)
ayat al-qur’an yang masih bersifat umum.
Diantara contoh tentang ayat-ayat al-qur’an yang masih
mujmal adalah perintah mengerjakan sholat. Banyak sekali ayat-
ayat terkait perintah kewajiban sholat dalam al-Quran. Salah
satunya sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqoroh ayat :
43
كعي ن الرا مع واركعوا الزكاة واتوا الصلة واقيموا
dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku.
Ayat tersebut menjelaskan tentang kewajiban sholat tetapi tidak
dirinci atau dijelaskan bagaimana operasionalnya, berapa
rokaatnya, serta apa yang harus dibaca dalam setiap gerakan sholat.
Kemudian Rasulullah memperagakan bagaimana mendirikan sholat
yang baik dan benar. Hingga beliau bersabda,
صلواكمارايتمونياصلي)رواهالبخاري )
Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat. (HR.Bukhori.)
Sedangkan contoh hadits yang membatasi (taqyid) ayat-ayat
al-qur’an yang bersifat mutlak adalah seperti sabda rasullullah,
5 | U l u m u l H a d i s t
6. الكف مفصل م ن يده فقطع بسارق سلم و عليه ال صلى ال رسو ل أتي
Rasullullah didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka
beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan tangan.
Hadits ini men-taqyid QS.Almaidah : 58 yang berbunyi :
ال نكالم ن كسبا بما جزاء أيديهما فاقطعوا السارقة و والسارق
حكيم عزيز ال و
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan, dan sebagai siksaan dari Allah sesungguhnya Allah
maha Mulia dan Maha Bijaksana.
Dalam ayat diatas belum ditentukan batasan untuk memotong
tangannya. Bisa jadi dipotong sampai pergelangan tangan saja, atau
sampai siku-siku, atau bahkan dipotong hingga pangkal lengan
karena semuanya itu termasuk dalam kategori tangan. Akan tetapi,
dari hadist nabi tersebut, kita dapat mengetahui ketetapan
hukumnya secara pasti yaitu memotong tangan pencuri dari
pergelangan tangan.
Sedangkan contoh hadits yang berfungsi untuk mentakhshish
keumuman ayat-ayat al-Quran, adalah :
الكافر ل و الكافر المسلم يرث ل سلم و عليه ال صلى النبي قا ل
المسلم
( البخارى رواه )
Nabi SAW bersabda : “tidaklah seorang muslim mewarisi dari
orang kafir , begitu juga kafir tidak mewarisi dari orang muslim.
Hadits tersebut mentakhshish keumuman ayat :
6 | U l u m u l H a d i s t
7. : النساء ) الثنثيين حظ مثل للذكر أولكدكم في ال يوصيكم11 )
Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian anak laki-laki sama dengan
bahagian anak perempuan. (QS. An- Nisa : 11)
c. Bayan At-Tasyri’
Bayan at-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Quran , atau dalam al-
quran hanya terdapat pokok-pokoknya saja. Seperti contoh
berikut:
رمضان من الفطر زكاة فرض سلم و عليه ال صلى ال الرسول أن
أو ذكر عبد أو حر كل على شعير من صاعا أو تمر من صاعا الناس على
المسلم )رواه المسلمين من أثنثى )
Bahwasahnya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitroh kepada
umat islam pada bulan ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau
gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki
atau perempuam muslim.
(HR. Muslim).
Hadits Rasulullah yang termasuk bayan al-tasyri’ ini, wajib
diamalkan, sebagaimana mengamalkan hadits-hadits lainnya.
Namun demikian, sebagian ulama membantah bahwa sunnah
dapat membentuk hukum baru yang tidak disebutkan dalam al-
Quran. Karena menurut mereka, sunnah tidak dapat berdiri sendiri
dalam menetapkan hukum baru
d. Bayan Al-Nasakh
7 | U l u m u l H a d i s t
8. Nasakh menurut bahasa berarti (membatalkan dan
menghilangkan), oleh para ahli Ushul Fiqih diartikan dengan:
“Penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil syar'i yang
datang kemudian”.
Dalam menasakh al-Qur’an dengan sunah/hadist ini terdapat
dua macam pendapat di antara para ahli Ushul tentang boleh
tidaknya. Pendapat pertama menyatakan, menasakh Alquran
dengan Sunah diperkenankan, asalkan dengan Sunah Mutawatir
atau Sunah Masyhur, bukan sunah Ahad. Sedang pendapat kedua
menyatakan, menasakh Alquran dengan Sunah tidak dibolehkan,
karena derajat al-quran lebih tinggi dari pada Sunah. Padahal
syarat nasikh itu adalah yang lebih tinggi derajatnya atau
sepadan.3
Contoh hadist yang berfungsi sebagai bayan al-naskh :
لوارث وصية ل
Tidak ada wasiat bagi ahli waris.
Hadist ini menaskh firman Allah :
و للوالدين الوصية خيرا ترك إن الموت أحدكم حضر إذا عليكم كتب
: )البقرة المتقين على حقا بالمعروف الرقربين180 )
Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang
banyak, berwasiat untuk ibu bapa dan karib kerabatnya secara
ma’ruf (ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.
(QS. Al-Baqoroh : 180).
3
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195510071990011-
DEDENG_ROSIDIN/MODUL_USHUL_FIQIH.pdf
8 | U l u m u l H a d i s t
9. 3. Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam
Sehubungan dengan fungsi hadist sebagai bayan tersebut, para
ulama berbeda pendapat dalam merincinya lebih lanjut.
1. Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan
tafsir, bayan tafshil, bayan Isbat, dan bayan tasyri’.
2. Menurut Imam Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin,
bayan tasyri’, bayan nasakh, bayan tafshil dan bayan isyaroh
3. Menurut Ahman bin Hanbal yaitu meliputi bayan ta’kid, bayan
tafsir, bayan tasyri’, dan bayan takhsis.
Meskipun para ulama menggunakan istilah yang berbeda, namun
pada dasarnyayang mereka maksudkan sama saja. Secara umum
fungsinya adalah menguatkan, merinci, menjelaskan, membuat aturan
baru dan merevisi aturan al-quran.4
IV. KESIMPULAN
4
Muhammadiyah Amin, Ilmu Hadist, Yogyakarta: Grha Guru, 2008 hlm.17
9 | U l u m u l H a d i s t
10. Al-qur’an dan Hadits adalah sebagi pedoman hidup, sumber
hukum dan ajaran dalam Islam antara satu dengan yang lain tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, hadist adalah sumber hukum islam kedua
setelah al-quran.
Fungsi hadits sebagai penjelas(bayan) terhadap Al-qur’an
mempunyai empat(4) macam, yaitu:
1. Bayan Al-Taqrir di sebut juga dengan bayan al-ta’qid dan bayan al-
isbat yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang telah di terangkan
dalam al-qur’an
2. Bayan Al-Tafsir adalah fungsi hadits yang memberikan rincian dan
tafsiran terhadap ayat-ayat al-qur’an yang masih bersifat global
(mujmal), memberikan persyaratan atau batasan (taqyid) ayat-ayat al-
qur’an yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhshish) ayat al-
qur’an yang masih bersifat umum.
3. Bayan At-Tasyri’ adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran
yang tidak didapati dalam al-Quran , atau dalam al-quran hanya
terdapat pokok-pokoknya saja
4. Bayan At-Nasakh yaitu penghapusan hukum Syar'i dengan suatu dalil
syar'i yang datang kemudian
Pendapat Para Ulama Tentang Fungsi Hadits Dalam Islam:
Menurut Imam Malik bin Annas, yaitu meliputi bayan taqrir, bayan
tafsir, bayan tafshil, bayan Isbat, dan bayan tasyri’. Menurut Imam
Syafi’i, yaitu meliputi bayan takhsis, bayan ta’yin, bayan tasyri’,
bayan nasakh, bayan tafshil dan bayan isyaroh. Menurut Ahman bin
Hanbal yaitu meliputi bayan ta’kid, bayan tafsir, bayan tasyri’, dan
bayan takhsis.
10 | U l u m u l H a d i s t
11. V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Semoga apa yang telah kami
uraikan diatas mengenai Fungsi Hadist dalam Ajaran Islam sedikit
banyaknya memberi manfaat kepada kita semua. Dan kami menyadari
sebagai manusia biasa memang tidak bisa luput dari kesalahan tidak
terkecuali dengan makalah yang kami buat. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua. Amiiin.
11 | U l u m u l H a d i s t
12. DAFTAR PUSTAKA
Amin, Muhammadiyah, Ilmu Hadist, Yogyakarta: Graha Guru, 2008
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah Pengantar Ilmu
Hadist, Semarang : Pustaka Rizki Putra
Shihab, Quraisy, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996
Suparta, Munzier. ILMU HADITS . Jakarta : Fajar Interpratama Offset,
2003
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/19551
0071990011-DEDENG_ROSIDIN/MODUL_USHUL_FIQIH.pdf
12 | U l u m u l H a d i s t