Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Modul 2.3. kesesatan penalaran
1. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Kesesatan Penalaran
Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa diperkenalkan dengan konsep kesesatan penalaran. Untuk sepenuhnya memahami logika,
mahasiswa harus dapat membedakan kesesatan penalaran. Dalam kuliah ini akan dibahas tiga jenis
utama kesesatan penalaran: kesesatan relevansi, kesesatan praduga, dan kesesatan ambiguitas.
Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa seharusnya dapat untuk:
1. Memahami tiga kategori utama kesesatan penalaran
2. Mengenali berbagai dari kesesatan penalaran yang paling umum
3. mendeteksi kesesatan dalam argumen dan menjelaskan apa yang salah.
A. Apakah kesesatan penalaran itu?
Tanpa sadar kita sering melakukan kekeliruan dalam proses berpikir. Kesesatan penalaran adalah
argumen yang sepertinya tampak benar, tapi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan, ternyata tidak
benar.
Argumen yang premisnya tidak mendukung kesimpulan adalah salah satu kesimpulan yang bisa salah
bahkan jika semua premisnya benar. Dalam kasus semacam ini, penalaran yang dilakukan buruk, dan
argumen yang dipakai bisa dikatakan keliru. Sebuah kesalahan adalah suatu kesesatan dalam berpikir.
Setiap kesalahan adalah jenis argumen yang salah.
Empat jenis utama kesesatan penalaran, yaitu: kesesatan relevansi, Kesesatan karena induksi yang
lemah, kesesatan praduga, dan kesesatan ambiguitas.
B. Kesalahan relevansi
Kesalahan relevansi terjadi jika antar premis tidak punya hubungan logika dengan kesimpulan.
Misalnya, bukti, peristiwa atau alasan yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah
kesimpulan. Jadi perlu hati-hati, ketika sebuah argumen bergantung pada premis yang tidak relevan
dengan kesimpulan, maka tidak mungkin dibangun kebenarannya.
Dalam kesalahan relevansi, argumen bergantung pada tempat yang mungkin tampak relevan, namun,
pada kenyataannya tidak. Argumen seperti ini kesalahan karena mereka mengalihkan perhatian dari
fakta yang relevan dan berusaha untuk membuktikan kebenaran kesimpulan berdasarkan informasi
yang tidak relevan. Kesesatan ini timbul apabila seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan
dengan premis yang ada. Dari sisi logika dapat dikatakan, kesimpulan yang ditarik tidak merupakan
implikasi dari premisnya. Jadi, tidak ada sama sekali hubungan logis antara premis dan kesimpulannya.
1
2. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Beberapa macam kesalahan penalaran yang termasuk dalam kesalahan relevansi adalah:
1. Menampilan emosi: Argumentum Ad Populum
Argumentum populum ditujukan untuk massa. Pembuktian sesuatu secara logis tidak perlu. Yang
diutamakan ialah menggugah perasaaan massa sehingga emosinya terbakar dan akhirnya akan
menerima sesuatu konklusi tertentu. Yang seperti ini biasanya terdapat pada pidato politik,
demonstrasi, kampanye, propaganda dan sebagainya.
Contoh: Kalau cinta tanah air, beli produk tanah air.
2. Menampilkan rasa kasihan: Argumentum Ad Misericordiam
Penalaran ini disebabkan oleh adanya belas kasihan. Maksudnya, penalaran ini ditujukan untuk
menimbulkan belas kasihan sehingga pernyataan dapat diterima. Argumen ini biasanya berhubungan
dengan usaha agar sesuatu perbuatan dimaafkan.
Contoh: Seorang pencuri yang tertangkap basah mengatakan bahwa ia mencuri karena lapar dan tidak
mempunyai biaya untuk menembus bayinya di rumah sakit, oleh karena itu ia meminta hakim
membebaskannya.
3. Menampilkan kekuasaan/power: Argumentum Ad Baculum
Penunjukkan kekuasaan, untuk penerimaan kesimpulan, menujukkan adalah kesesatan pikir yang sejak
awal tidak memerlukan untuk didiskusikan sama sekali. Tujuannya adalah menekan dan memenakut-
nakuti.
Argumentum ad baculum banyak digunakan oleh orang tua agar anaknya menurut pada apa yang
diperintahkan, contoh menakut-nakuti anak kecil: Bila tidak mau mandi nanti didatangi oleh wewe
gombel (sejenis hantu yang mengerikan).
Contoh:
Bila anda tidak percaya kepada Tuhan, maka akan masuk neraka dan disiksa secara mengerikan
sekali selama-lamanya.
Apabila anda tidak mengakui bahwa pendapat saya adalah benar, maka anda adalah seorang
pengkhianat.
4. Argumentum Ad Hominem
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang lain menerima atau menolak sesuatu usulan, tidak
berdasarkan alasan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan si
pembuat usul. Jadi sebuah kesesatan penalaran yang berupa menyerang pribadi dari orang yang
menyampaikan pendapat, bukan pada pendapat itu sendiri.
Contoh:
2
3. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Hati-hati bergaul dengan Anton. Ayahnya seorang mantan tapol.
Jangan banyak bertanya, kamu masih anak ingusan.
Ada dua jenis argumentum ad hominem, yaitu:
Abusif, yaitu serangan terhadap pribadi atau personal abuse. Argumentum ad Hominem tipe
pertama ini adalah argumen yang diarahkan untuk menyerang manusianya secara langsung.
Penerapan argumen ini dapat menggambarkan tindak pelecehan terhadap pribadi individu yang
menyatakan sebuah argumen. Hal ini keliru karena ukuran logika dihubungkan dengan kondisi
pribadi dan karakteristik personal seseorang yang sebenarnya tidak relevan untuk kebenaran
atau kekeliruan isi argumennya. Argumen ini juga dapat menggambarkan aspek penilaian
psikologis terhadap pribadi seseorang atau karakteristik personal yang melibatkan gender, fisik
atau sifat.
Circumstantial, yaitu serangan yang menitikberatkan pada keyakinan seseorang dan lingkungan
hidupnya. Pada umumnya ad hominem tipe ini menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada
pengutamaan kepentingan pribadi, suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok,
dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA. Sebagai contoh: Saya tidak setuju dengan apa yang
Pembicara S katakan karena ia bukan orang Islam. Demikian juga ketika ada dua orang yang
terlibat dalam sebuah konflik atau perdebatan, ada kemungkinan masing-masing pihak tidak
dapat menemukan titik temu dikarenakan mereka tidak mengetahui apakah argumen masing-
masing itu benar atau keliru. Hal ini terjadi ketika masing-masing pihak beragumen atas dasar
titik tolak dari ruang lingkup yang berbeda satu sama lain.
Kedua tipe Argumentum ad hominem adalah argumentasi-argumentasi yang mengarah kepada hal-hal
negatif dan biasanya melibatkan emosi.
5. Kesimpulan tidak sesuai: Ignoratio Elenchi
Ignoratio elenchi adalah kesesatan yang terjadi saat seseorang menarik kesimpulan yang tidak relevan
dengan premisnya. Loncatan dari premis ke kesimpulan semacam ini umum dilatarbelakangi prasangka,
emosi, dan perasaan subyektif. Ignoratio elenchi juga dikenal sebagai kesesatan "red herring".
Contoh:
Kasus pembunuhan umat minoritas difokuskan pada agamanya, bukan pada tindak
kekerasannya.
Seorang pejabat berbuat dermawan; sudah pasti dia tidak tulus/mencari muka.
Saya tidak percaya aktivis mahasiswa yang naik mobil pribadi ke kampus.
Sia-sia bicara politik kalau mengurus keluarga saja tidak becus.
C. Kesesatan karena induksi yang lemah/cacad
1. Argumentum ad Ignorantiam (argumen dari ketidaktahuan)
Kesalahan terjadi ketika berargumen bahwa proposisi adalah benar hanya atas dasar bahwa belum
terbukti salah, atau bahwa itu adalah salah karena belum terbukti benar.
3
4. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Contoh:
Karena tidak ada yang berdemonstrasi, saya anggap semua masyarakat setuju kenaikan BBM.
Saya belum pernah lihat Tuhan, setan, dan hantu; sudah pasti mereka tidak ada.
Sanggahan atas Galileo adalah contoh nyata kesesatan pikir Gereja yang merasa dirinya ahli dan tidak
mungkin salah sampai akhirnya memutuskan untuk menghukum mati Galileo. Galileo adalah orang
pertama yang melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil melihat dari
pola bayangan yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan
tidak rata, seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan
adalah bola sempurna yang diikuti oleh para teolog jaman itu.
2. Argumentum Ad Verecundiam
Kesalahan penalaran jenis argument ad verecundiam terjadi ketika meminta penjelasan dari orang yang
terkemuka namun tidak memiliki legitimasi atau yang kompeten di bidangnya. Jadi, kesesatan ini
disebabkan oleh penolakan terhadap sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena
disebabkan oleh orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya,
seorang pakar. Secara logis tentu dalam menerima atau menolak sesuatu tidak bergantung kepada
orang yang dianggap pakar. Kepakaran, kepandaian, atau kebenaran justru harus dibuktikan dengan
penalaran yang tepat. Pepatah latin berbunyi, “Tantum valet auctoritas, quantum valet argumentation”;
yang maknanya, ‘Nilai wibawa itu hanya setinggi nilai argumentasinya’.
Contoh: Meminta Picasso untuk menjelaskan mengapa perekonomian kita merosot.
3. Kesesatan non causa pro causa (False Cause)
Kesesatan yang dilakukan karena penarikan penyimpulan sebab-akibat dari apa yang terjadi sebelumnya
adalah penyebab sesungguhnya suatu kejadian berdasarkan dua peristiwa yang terjadi secara
berurutan. Orang lalu cenderung berkesimpulan bahwa peristiwa pertama merupakan penyeab bagi
peristiwa kedua, atau peristiwa kedua adalah akiat dari peristiwa pertama - padahal urutan waktu saja
tidak dengan sendirinya menunjukkan hubungan sebab-akibat.
Kesesatan ini dikenal pula dengan nama kesesatan post-hoc ergo propter hoc (sesudahnya maka
karenanya)
Contoh:
Seorang pemuda setelah diketahui baru putus cinta dengan pacarnya, esoknya sakit. Tetangganya
menyimpulkan bahwa sang pemuda sakit karena baru putus cinta.
Kesesatan: Padahal diagnosa dokter adalah si pemuda terkena radang paru-paru karena kebiasaannya
merokok tanpa henti sejak sepuluh tahun yang lalu.
4. Hasty Generalization (Generalisasi yang tergesa-gesa)
Kesalahan pikir karena generalisasi yang terlalu cepat. Misalnya, sudah langsung menggeneralisir bahwa
semua DPR adalah pejabat yang suka korupsi. Dengan mengatakan anggota DPR adalah koruptor,
4
5. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
merupakan sebuah kesesatan pikir, sebab pasti ada juga anggota DPR yang bersih. Namun kesan yang
ada adalah seluruh DPR itu koruptor.
D. Fallacies of Presumption
Kesalahan kategori kedua ini mengandung kekeliruan praduga yang meragukan atau tidak benar yang
dianggap benar. Kita harus dapat melihat mengapa asumsi-asumsi dibuat, dan bagaimana menghindari
membuat kesalahan atau terpengaruh oleh kesalahan jenis ini.
1. Kesesatan Aksidensi
Adalah kesesatan penalaran yang dilakukan oleh seseorang bila ia memaksakan aturan-aturan/ cara-
cara yang bersifat umum pada suatu keadaan atau situasi yang bersifat aksidental; yaitu situasi yang
bersifat kebetulan, tidak seharusnya ada atau tidak mutlak.
Contoh:
Gula baik karena gula adalah sumber energi, maka gula juga baik untuk penderita diabetes.
Orang yang makan banyak daging akan menjadi kuat dan sehat, karena itu vegetarian juga
seharusnya makan banyak daging supaya sehat.
2. Kesesatan karena pertanyaan yang kompleks
Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian rupa sehingga sepintas
tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya bersifat kompleks.
Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maksud dari kesesatan ini adalah karena pertanyaan yang
diajukan sangat kompleks, bukan hanya pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak.
Contoh:
Apakah kamu yang mengambil majalahku? Jawab ya atau tidak.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh penyidik kepada calon tersangka atau saksi.
3. Begging the Question: Petitio Principii
Mengajukan pertanyaan dengan mengasumsikan kebenaran dari apa yang berusaha untuk dibuktikan,
dalam upaya untuk membuktikannya. Kesesatan petitio principii juga dikenal karena pernyataan berupa
pengulangan prinsip dengan prinsip.
Kesesatan terjadi dalam kesimpulan atau pernyataan pembenaran di mana premis digunakan sebagai
kesimpulan dan sebaliknya, kesimpulan dijadikan premis. Sehingga meskipun rumusan (teks/kalimat)
yang digunakan berbeda, sebetulnya sama maknanya.
Contoh:
5
6. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Belajar logika berarti mempelajari cara berpikir tepat, karena di dalam berpikir tepat ada logika.
"Anda tahu kan kantor masuknya jam 8, kenapa baru masuk jam 9?" "Ya karena saya telat, pak."
E. Fallacies of Ambiguity
Dalam kesalahan ambiguitas, penalaran menjadi salah karena kata atau frase dalam argumen
menyesatkan. Faktor bahasa dapat menjadi satu sumber kekeliruan. Makna kata yang jamak dan
kesalahan penempatan kata dalam sebuah kalimat, menyebabkan makna kalimat bersangkutan menjadi
bercabang atau membingungkan (ambiguitas).
1. Kesesatan Ekuivokasi
Kesesatan ekuivokasi adalah kesesatan yang disebabkan karena satu kata mempunyai lebih dari satu
arti. Bila dalam suatu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah kata yang sama, maka terjadilah
kesesatan penalaran. Ada dua jenis kesesatan ekuivokasi, verbal dan non verbal.
a. Kesesatan Ekuivokasi verbal
Adalah kesesatan ekuivokasi yang terjadi pada pembicaraan dimana bunyi yang sama disalah artikan
menjadi dua maksud yang berbeda.
Contoh:
Bisa (dapat) dan bisa (racun ular)
Menjilat (es krim) dan menjilat (ungkapan yang dikenakan pada seseorang yang memuji
berlebihan dengan tujuan tertentu)
b. Kesesatan Ekuivokasi non-verbal
Contoh:
Menggunakan kain/ pakaian putih-putih berarti orang suci. Di India wanita yang
menggunakan kain sari putih-putih umumnya adalah janda
Bergandengan sesama jenis pasti homo
2. Kesesatan Amfiboli
Kesesatan Amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa
sehingga artinya menjadi bercabang. Ini dikarenakan letak sebuah kata atau term tertentu dalam
konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padalahal hanya
satu saja makna yang benar sementara makna yang lain pasti salah.
Contoh: Dijual kursi bayi tanpa lengan.
Arti 1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.
6
7. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Arti 2: Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.
Penulisan yang benar adalah: Dijual kursi bayi, tanpa lengan kursi.
Contoh lain: Kucing makan tikus mati.
Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati
Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati
Arti 3: Kucing sedang memakan seekor tikus yang sudah mati.
3. Kesesatan Aksentuasi
Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus diberi
tekanan. Perubahan dalam tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan arti. Karena itu
kurangnya perhatian terhadap tekanan ucapan dapat menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran
mengalami kesesatan.
a. Kesesatan aksentuasi verbal
Contoh:
Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran)
Apel (buah) dan apel bendera (menghadiri upacara bendera)
Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting)
Tahu (masakan, makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu)
b. Kesesatan aksentuasi non-verbal
Contoh sebuah iklan:
"Dengan 2,5 juta bisa membawa motor"
Mengapa bahasa dalam iklan ini termasuk kesesatan aksentuasi non-verbal (contoh kasus):
Karena motor ternyata baru bisa dibawa (pulang) tidak hanya dengan uang 2,5 juta tetapi juga
dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir dan
keterangan surat kepemilikan rumah, termasuk masih ada angsuran yang harus dibayar.
4. Kesesatan karena komposisi
Kesesatan karena komposisi terjadi bila seseorang berpijak pada anggapan bahwa apa yang benar
(berlaku) bagi individu atau beberapa individu dari suatu kelompok tertentu pasti juga benar (berlaku)
bagi seluruh kelompok secara kolektif.
7
8. Modul 2.3. Ilmu Alamiah Dasar Kesesatan Penalaran
Contoh: Badu ditilang oleh polisi lalu lintas di sekitar jalan Sudirman dan Thamrin dan polisi itu meminta
uang sebesar Rp. 100.000 bila Badu tidak ingin ditilang, maka semua polisi lalu lintas di sekitar jalan
sudirman dan thamrin adalah pasti pelaku pemalakan.
5. Kesesatan karena divisi
Kesesatan karena divisi terjadi bila seseorang beranggapan bahwa apa yang benar (berlaku) bagi seluru
kelompok secara kolektif pasti juga benar (berlaku) bagi individu-individu dalam kelompok tersebut.
Contoh:
Umumnya pasangan artis-artis yang baru menikah pasti lalu bercerai. Dona Agnesia dan Darius
adalah pasangan artis yang baru menikah, pasti sebentar lagi mereka bercerai.
Banyak pejabat pemerintahan korupsi. Budi adalah anggota DPR, maka Budi juga korupsi.
8