SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
pengertian filsafat ilmu dan pembagian cabang filsafat ilmu menurut para filsuf


                                                 Bab I
                                             Pendahuluan


A. Latar Belakang
       Lahir, tumbuh, dan kokohnya ilmu menimbulkan persoalan-persoalan yang berada di luar
   minat, kesempatan, atau jangkauan dari ilmuwan sendiri untuk menyelesaikannya. Namun, ada
   sebagian cedekiawan yang berusaha menemukan penyelesaian untuk masalah tersebut yang
   mana para cendekiawan ini disebut sebagai filsuf (philosophers). Pemikiran para filsuf mengenai
   filsafat ilmu merupakan filsafat ilmu atau philosophy of science.
       Filsafat menurut para ahli secara umum adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok
   orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga
   diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
   secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
   Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen dan percobaan tetapi dengan
   mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, serta memberikan argumentasi
   dan alasan yang tepat untuk solusi itu.
       Seiring dengan bermunculannya filsuf, definisi mengenai filsafat ilmu juga semakin
   beragam, sehingga saat ini terdapat beberapa perbedaan dalam mendefinisikan filsafat ilmu.
B. Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
   1. dengan menyatukan pendapat para filsuf, apa kesimpulan yang dapat         diambil tentang
   pengertian filsafat ilmu?
   2. bagaimana pembagian cabang ilmu menurut para filsuf?
C. Tujuan
   Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu dengan menyatukan pendapat para ahli.
2. untuk mengetahui berbagai cabang ilmu pengetahuan menurut berbagai filsuf.
D. Manfaat
   Manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. menambah pengetahuan mengenai definisi filsafat ilmu.
2. setelah pengetahuan bertambah, diharapkan ilmu yang telah didapat bisa   diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bab II


                                             Pembahasan


    Definisi Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli
    Para filsuf (philosophers) dengan pemikiran reflektif mereka berusaha memecahkan
  persoalan-persoalan yang berada di luar minat, kesempatan atau jangkauan. Pemikiran para filsuf
  itu mengenai ilmu merupakan filsafat ilmu (philosophy of science). Berbagai definisi philosophy
  of science dari para filsuf dapat dikutip sebagai berikut:
1. Robert Ackermann
         Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
  ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah
  dibuktikan atau dalam krangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat
  demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek
  ilmiah senyatanya


2. Lewis White Beck
         Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta
  mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagi suatu keseluruhan.


3. Cornelius Benjamin
         Cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,
  khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-peranggapanya, serta
  letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang penegtahuan intelektual.




4. Michael V.Berry
         Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara
  percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
5. May Brodbeck
          Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai
   landasan-landasan ilmu.


6. Peter Caws
          Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang
   filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua
   macam hal: di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, yang
   menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di pihak lain, filsafat
   memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasab bagi keyakinan
   atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan
   dan kesalahan.


7. Alfred Cyril Ewing
          Istilah filsafat ilmu biasanya diterapkan pada cabang logika yang membahas dalam suatu
   cara yang dikhususkan metode-metode dari ilmu-ilmu yang berlainan.


8. Antony Flew
          ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling mengesankan dari rasionalitas
   manusia dan merupakan salah satu dari calon yang diakui terbaik untuk pengetahuan. Filsafat
   ilmu berusaha menunjukkan dimana letak rasionalitas itu; apa yang khusus mengenai penjelasan-
   penjelasannya dan kontruksi-kontruksi teorinya; apa yang memisahkannya dari perkiraan dan
   ilmu-semu serta membuat ramalan-ramalannya dan berbagai teknologi berharga untuk dipercaya;
   yang terpenting apakah teori-teorinya dapat diterima sebagai mengungkapkan kebenaran tentang
   suatu realitas objektif yang tersembunyi
9. A. R. Lacey
          Terutama studi tentang bagaimana ilmu bekerja atau seharusnya bekerja. Studi tentang
   bagaimana ini melakukan biasanya diterima sebagai suatu petunjuk yang layak tentang
   bagaimana ini seharusnya. Studi ini sering disebut metodologi, suatu istilah yang dapat juga
   bersifat relatif, misalnya metodologi sejarah.
10. John Macmurray
           Dalam filsafat ilmu, kita terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap
    pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-
    asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu; tetapi yang bukan sendirinya
    merupakan hasil-hasil penyelidikan dengan metode-metode yang ilmu memakainya. Ketika saya
    mendefinisikan filsafat ilmu sebagai penilaian filsuf tentang ilmu itu sendiri, hal inilah yang
    terdapat dalam pikiran saya.


11. D. W. Theobald
           Ilmu dalam garis besarnya bersangkutan dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta
    tentang dunia yang kita diami. Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya pula bersangkutan
    dengan sifat dasar fakta ilmiah – atau dinyatakannya secara lain, bersangkutan dengan fakta-
    fakta mengenai fakta-fakta tentang dunia.


12. Stephen R. Toulmin
           Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur
    yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah-prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
    perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, praanggapan-praanggapan
    metafisis, dan seterusnya. Dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesahannya dari
    sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika


Cabang Ilmu Filsafat
    Cabang-cabang dari ilmu filsafat secara singkat adalah sebagai berikut:
 1. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan yang harus ditaati agar orang
    dapat berpikir dengan tepat, teliti dan teratur untuk mencapai kebenaran.
 2. Epistemology salah satu cabang filsafat yang menyoroti, dari sudut sebab pertama, gejalan
    pengetahuan dan kesadaran manusia. Apakah pengetahuan itu benar dan terpercaya; apakah tetap
    dan tidak berubah, atau berubah-ubah saja, ataupun bergerak dan berkembang; dan jika yang
    terakhir itu keadaannya, lalu ke manakah ia; apakah merupakan masalah pribadi ataukah sejauh
    mana memasyarakat dan menyejarah. Dalam epistemology diusahakan member jawab atas
    pertanyaaan kemungkinan pengetahuan, tentang batasannya, tentang asal dan jenis pengetahuan.
3. Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuanadalah cabang filsafat yang menyibukkan diri
      dengan teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan
      jenis keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan
      merupakan tugas filsafat. Dewasa ini filsafat pengetahuan dirasakan semakin penting.
 4. Ontology sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh
      kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ‗ada‘. Manusia, benda, tumbuh-tumbuhan, binatang
      adalah suatu pengada, karena itu pengetahuan tentang pengada sejauh mereka ada, disebut
      ontology. Jadi, metafisika adalah refleksi filsafat kenyataan paling dalam dan paling akhir secara
      mutlak.
     5. Teologi metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau logos (ilmu) tentang Theos (Tuhan)
      menurut ajaran agama dan kepercayaan.


Landasan Ilmu
         Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
      segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari
      kehidupan manusia. Landasan(foundation) dari ilmu itu mencangkup:
      a. konsep-konsep pangkal
      b. anggapan-anggapan dasar
      c. asas-asas permulaan
      d. struktur-struktur teoritis
      e. ukuran-ukura kebenaran ilmiah


         Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
      pemekaranya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat ilmu.
      Istilah yang terdapat dalam kepustakaan asing untuk menyebut bidang pengetahuan ini ialah:
a.     philosophy of science (filsafat ilmu)
b. theory of science (teori ilmu)
c.     metascience (adil-ilmu)
d. methodology (metodologi)
e.     science of science (ilmu tentang ilmu)
Filsuf Rudolf Carnap memakai istilah science of science dan memberikan definisi sebagai
       ―analisis dan pelukisan tentang ilmu dari berbagai sudut tinjauan, termasuk logika, metodologi,
       sosiologi, dan sejarah ilmu‖.


D.     Pembagian Ilmu
          Konsepsi tentang pembagian ilmu secara kurang tepat disebut penggolongan ilmu atau
       pengelompokan ilmu, mencmpuradukkan hal-hal yang berlainan sehingga banyak menimbulkan
       kebingungan atau kekacauan. kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar
       bilamana dibedakan secara tegas pembagian ilmu berdasarkan:
            a. jenis
            b. ragam


          kedua hal itu jelas berlainan sehingga hasil pembagiannya juga sama sekali berbeda.
       Pembagian menurut:
 a. jenis
                memakai isi substantif dari pengetahuan ilmiah sebagai dasarnya, biasanya dalam
       pembagian ilmu menurut jenis orang dapat sertamerta mengetahui secara garis besar sasaran apa
       saja yang termasuk dalam masing-masing rumpun atau cabang ilmu yang bersangkutan. Contoh:
 1. pembagian ilmu yang dianut secara luas oleh universitas-universitas di Amerika Serikat:
           a.   natural sciences
           b. social sciences
           c.   humanities
     2. pembagian ilmu dalam undang-undang perguruan tinggi (UU 1961/22):
a.      ilmu agama/kerohanian
b.      ilmu kebudayaan
c.      ilmu sosial
d.      ilmu eksakta dan tehnik
           pembagian ini tidak sepenuhnya berdasarkan jenis, melainkan telah berbaur dengan ragam.


 b.             ragam
Menunjukkan suatu ciri tertentu dari segugusan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya
   pembagian ini tidak merinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh
   gambaran tentang apa yang ditelaah ataupun lingkupan masing-masing ragam ilmu yang
   ditetapkan. Contoh-contoh yang dapat diajukan mengenai pembagian termaksud ialah dikotomi
   yang berikut:
           1. Karl Pearson
a. abstract sciences
           b. concrete sciences
           2. William Calvert Kneale
a. a priori sciences
              b. empirical sciences
           3. Wilson Gee
a. descriptive sciences
              b. normative sciences
           4. Rudolf Carnap
 a. formal sciences
              b. factual sciences
           5. dwi-pembagian yang terkenal
              a. inexact sciences
              b. exact sciences
           6. dwi-pembagian yang paling terkenal
   a. pure sciences
   b. applied sciences
           7. Wilhelm Windelband
   a. nomothetic sciences
   b. idiographic sciences
8. Hugo Munsterberg
   a. theoretical sciences
   b. practical sciences
Bab III
                                                 Penutup


     Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.   Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala
     hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
     manusia.
2.   Ilmu dapat dibagi berdasarkan jenis dan ragam.
          Berdasarkan jenis, yaitu:
  pembagian ilmu yang dianut secara luas oleh universitas-universitas di Amerika Serikat:
     1. natural sciences
                    2. social sciences
                    3. humanities
  pembagian ilmu dalam undang-undang perguruan tinggi (UU 1961/22):
     1. ilmu agama/kerohanian
                    2. ilmu kebudayaan
                    3. ilmu sosial
                    4. ilmu eksakta dan tehnik


          Berdasarkan ragam, yaitu:
            1. Karl Pearson
       a. abstract sciences
                  b. concrete sciences
            2. William Calvert Kneale
       a. a priori sciences
                     b. empirical sciences
            3. Wilson Gee
          a. descriptive sciences
                     b. normative sciences
            4. Rudolf Carnap
        a. formal sciences
b. factual sciences
         5. dwi-pembagian yang terkenal
                 a. inexact sciences
                 b. exact sciences
         6. dwi-pembagian yang paling terkenal
       a. pure sciences
       b. applied sciences
         7. Wilhelm Windelband
                 a. nomothetic sciences
       b. idiographic sciences
8. Hugo Munsterberg
       a. theoretical sciences
       b. practical sciences

                                               BAB II

                                 PENGERTIAN UMUM LOGIKA

     1. A.    Pengertian Logika

  Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
  yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Logika adalah salah satu cabang
  filsafat.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu
  logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
  teratur.(http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Logika/)

     1. 1.     Logika sebagai ilmu pengetahuan

  Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
  (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang
  ditinjau dari segi ketepatannya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Ibid/)

     1. 2.     Logika sebagai cabang filsafat

  Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
  dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
  pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. (Alex Lanur. 1983:
7-8)

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga
bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup
mencari kebenaran.

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. (Alex Lanur. 1983: 8)

Dalam pengertian Aristotelian, logika didefinisikan dengan sejumlah kaidah yang me-
ma’shum-kan manusia dalam proses berfikir. Kata ―berfikir‖ tersebut di akhir tadi,
menegaskan bahwa kaidah-kaidah logika yang dikuak Aristoteles mengatur satu dimensi
kehidupan manusia, yaitu kehidupan teoritis.

Secara adil, Aristoteles menyusun logika kehidupan praktis manusia, secara lebih khusus, dalam
Magnum Opus-nya, Nikomachucian Ethica.Rangkaian kaidah-kaidah praktis dirajut dalam
bingkai ―The Golden Means‖ yang menekankan keseimbangan di antara dua titik
ekstrimitas.Tentu, teori itu bukan yang terbaru pada masanya. Guru gurunya, Sokrates, malah
sibuk dan menyibukkan masyarakat Athena dengan mencari-cari kaidah praktis, ketimbang
mendiskusikan arche atau isu-isu teoritis lainnya.

Dengan demikian, sudah dilakukan upaya-upaya menemukan kaidah-kaidah kehidupan praktis
manusia yang tidak kalah pentingnya dengan kaidah-kaidah kehidupan teoritisnya. Kalau
kehidupan teoritis berkutat di permasalahan ―Bagaimana menemukan kebenaran?‖, maka
kehidupan praktis bertawaf di permasalahan ―Bagaimana menemukan kebaikan?‖. Di sinilah
logika praktis mendapatkan ruang geraknya.

Permasalahan awal yang muncul di sini adalah, ―Apakah kehidupan praktis manusia?‖. Lebih
sederhana lagi, ―Apakah tindakan manusia?‖.



   1. B.     Dasar-Dasar Logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas)
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika
menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau
bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik
modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua:Deduktif dan induktif.
1. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang
      membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
      kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-
      premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.
      Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
      konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

        Setiap mamalia punya sebuah jantung
        Semua kuda adalah mamalia
        ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

   1. Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat
      dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

        Kuda Sumba punya sebuah jantung
        Kuda Australia punya sebuah jantung
        Kuda Amerika punya sebuah jantung
        Kuda Inggris punya sebuah jantung
        …
        ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

   1. C.    Cabang-cabang Logika

Adapun cabang-cabang logika antara lain sebagai berikut:

   1.   Pengertian
   2.   Pembagian (Penggolongan) dan Definisi
   3.   Keputusan
   4.   Pembalikan dan Perlawanan
   5.   Penyimpulan
   6.   Silogisme
   7.   Asas-asas Pemikiran

   1. D.    Contoh Pemanfaatan Logika Dalam Kehidupan

Tindakan Sengaja

Tindakan adalah proses yang dijalani manusia, sebagai pelaku, dalam mencapai suatu tujuan.
Ada tiga anasir di dalam tindakan; proses, pelaku dan tujuan. Sebagai sebuah proses, tindakan
punya titik awal dan titik akhir. Titik akhir tindakan adalah tujuan itu.Lalu, apakah titik awal
tindakan?
Tindakan manusia akan lahir setelah melalui empat jenjang;

1. Pengetahuan (hudzuri dan husuli).

Bahwa manusia mengetahui tujuan tindakannya dan hal-hal yang mengarah kepada tujuan
tersebut.

   1. Motivasi.

Pengetahuan itu disusul oleh dorongan hasrat (keinginan) dirinya untuk mencapai tujuan yang
diketahuinya. Hasrat itu beragam, sebanyak sumbernya; tuntutan-tuntutan fisiologis,
kecenderungan-kecenderungan instingsial, kecondongan-kecondongan intuitif, tendensi-tendensi
emosional, yang semuanya adalah serpihan-serpihan dari sebauh naluri, yaitu ingin kekal dan
ingin sempurna yang disingkat menjadi cinta diri, sebagai naluri induk yang terpatri pada diri
manusia. Maka, sesorang hanya akan menginginkan sesuatu yang sesuai dengan tuntutan naluri
cinta diri. Dan sebaliknya, ia tidak akan terdorong untuk melakukan tindakan yang mengancam
kelanggengan hidupnya, mengurangi atau menjauhkan suatu kesempurnaan dari dirinya. (al-
maidah, 105- al-hasyr 18).

   1. Kehendak.

Tatkala manusia tahu dan termotivasi (oleh cinta diri) untuk bertindak, ketika itu pula ia akan
menghendaki tindakan itu secara puas, suka rela dan bebas.

   1. Kemampuan.

Tindakannya bersifat aktif, bukan pasif.

Dengan demikian, pertama: asal-usul tindakan manusia adalah pengetahuan, motivasi, kehendak
dan kemampuan. Inilah yang disebut tindakan sengaja (ikhtiyari). Jadi, tindakan sengaja adalah
tindakan yang disadari, diingini dan dikehendaki pelakunya serta bersifat aktif. Sementara,
tindakan yang minus satu dari empat jenjang di atas adalah tindakan tak sengaja. Ngantuk,
ngigau, degup jantung, minum secara terpaksa, mendengar secara pasif (terdengarnya sesuatu),
adalah sebagian corak tindakan tak sengaja. Maka, ada dua macam tindakan manusia; tindakan
sengaja dan tindakan tak sengaja.

Kedua: ada keterkaitan di antara, paling tidak, dua jenjang pertama. Mula-mula manusia tahu
dan menyadari suatu kekurangan pada dirinya atau suatu kesempurnaan di luar dirinya, lalu
naluri cinta dirinya membangkitkan hasrat untuk mengatasi kekurangan itu atau mengejar
kesempurnaan tersebut. Oleh karena itu, manusia bertindak karena cinta dirinya atau egoisme.

Ketiga: berdasarkan poin kedua tadi, bahwa manusia bertindak demi memenuhi egoismenya.
Maka, tujuan tindakannya adalah kepentingan diri sendiri. Tegasnya, titik akhir atau tujuan
tindakan manusia adalah kepentingan diri sendiri (self-interested).
Keempat: tindakan sengaja bermuatan nilai baik atau buruk. Semua contoh di atas tadi tidak
punya nilai (zero value). Ngigau dan kawan-kawannya itu tidak baik, juga tidak buruk.

Permasalahan yang muncul di sini adalah ―Apakah tindakan sengaja yang baik dan tindakan
sengaja yang buruk?‖. Singkatnya, ―Apakah kebaikan dan keburukan?‖.

Akhirnya, ―Sampaikanlah (wahai Muhammad)! Tahukah kalian akan orang-orang yang paling
rugi tindakannya? Merekalah yang sia-sia jerih payahnya di dunia, sementara dirinya mengira
telah bertindak sebaik-baiknya.‖ (al-Kahfi, 103-104).




                                           BAB III
SILOGISME

   1. A.    PENGERTIAN SILOGISME (Qiyas)
           1. Menurut Bahasa

Sebuah silogisme (bahasa Yunani: συλλογισμός – syllogismos – ―kesimpulan,‖ ―inferensi‖) atau
banding logis adalah jenis argumen logis di mana satu proposisi (kesimpulan) yang disimpulkan
dari dua orang lain (tempat) dari suatu bentuk tertentu, yaitu kategori proposisi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Silogisme/)

   1. Menurut Istilah
        1. Dalam Bahasan Mantiq Silogisme atau Qiyas diartikan sebagai kumpulan dari
            beberapa qadhiyyah yang berkaitan yang jika benar, maka dengan
            sendirinya (li dzatihi) akan menghasilkan qadhiyyah yang lain
            (baru).(From:‖SONYMAN‖<sonyman@uk2.net>Thu, 8 Jun 2000 16:56:05
            +0700)

Beberapa macam hujjah (argumentasi). Manusia disaat ingin mengetahui hal-hal yang majhul,
maka terdapat tiga cara untuk mengetahuinya(Husein Al-Kaff. 1999):

1. Pengetahuan dari juz’i ke juz’i yang lain. Argumenatsi ini sifatnya horisontal, dari sebuah
titik yang parsial ke titik parsial lainnya. Argumentasi ini disebut tamtsil (analogi).

2. Pengetahuan dari juz’i ke kulli. Atau dengan kata lain, dari khusus ke umum
(menggeneralisasi yang parsial) Argumentasi ini bersifat vertikal, dan disebut istiqra‘ (induksi).

3. Pengetahuan dari kulli ke juz’i. Atau dengan kata lain, dari umum ke khusus. Argumentasi
ini disebut qiyas (silogisme).

Silogisme/Qiyas dibagi menjadi dua;

   1. Iqtirani (silogisme kategoris)
   2. istitsna‘i (silogisme hipotesis).

Sesuai dengan definisi qiyas di atas, satu qadhiyyah atau beberapa qadhiyyah yang tidak
dikaitkan antara satu dengan yang lain tidak akan menghasilkan qadhiyyah baru. Jadi untuk
memberikan hasil (konklusi) diperlukan beberapa qadhiyyah yang saling berkaitan. Dan itulah
yang namanya qiyas. (Husein Al-Kaff. 1999)

   1. Pengertian Silogisme dalam buku ―Sebelum Analytics ―, Aristoteles mendefinisikan
      silogisme sebagai ―sebuah wacana di mana, hal-hal tertentu yang telah seharusnya,
      sesuatu yang berbeda dari hal-hal seharusnya hasil dari kebutuhan karena hal-hal ini
      begitu.‖ (24b18–20) (24b18-20)

Meskipun definisi yang sangat umum ini, ia membatasi diri pertama silogisme kategoris (dan
kemudian untuk modal silogisme). Silogisme berada pada inti tradisional penalaran deduktif,
dimana fakta ditentukan dengan menggabungkan laporan yang ada, berbeda dengan penalaran
induktif dimana fakta ditentukan oleh pengamatan berulang. Silogisme digantikan oleh orde
pertama logika predikat mengikuti karya Gottlob Frege , khususnya Nya Begriffsschrif (Konsep
Script) (1879)

Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang mengandung
unsur yang sama, dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga, yang
kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
(wikipedia.org/wiki/Proposition-Silogisme)

Maka bisa disimpulkan, bahwa silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif, yang disusun dari pernyataan dan konklusi (kesimpulan).Penalarannya bertolak
dari pernyataan bersifat umum menuju pada pernyataan/simpulan khusus.



Absah dan Benar

Dalam membicarakan silogisme mengenal dua istilah yaitu absah dan benar.

       Absah (valid) berkaitan dengan prosedur apakah pengambilan konklusi sesuai dengan
       patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan dan tidak valid bila
       sebaliknya.

       Benar berkaitan dengan:

   1. Proposisi dalam silogisme itu.
   2. Didukung atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai fakta, proposisi itu benar, bila
      tidak ia salah.

Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yang tidak bisa dipisahkan, untuk
mendapatkan yang sah dan benar.

Hanya konklusi dari premis yang benar prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui.
Mengapa demikian? Karena bisa terjadi:

       Dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang benar.
       Demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar.

   1. 1.     Variasi-Variasi(Nasution Hakim, Andi. 2005: 78-82)
           1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar.

       Semua manusia itu penjahat.                                 (salah)
       Semua penjahat itu sholeh.                                  (salah)
       Jadi: Semua penjahat itu manusia.                           (benar)
1. Prosedur invalid(tak sah),premis benardan konklusi salah.

       Drs. Roshicin adalah dosen UNISMA.                           (benar)
       Prof. Musthofa bukan Drs Rishicin.                (benar)
       Jadi: Prof. Musthofa bukan dosenUNISMA.                      (salah)

   1. Prosedur invalid, premis salahdan konklusi benar.

       Sebagian mahasiswa adalah batu.                              (salah)
       Sebagian manusia adalah batu.                                 (salah)
       Jadi: Sebagian manusia adalah mahasiswa.                      (benar)

   1. Prosedur valid,premis salah dan konklusi salah.

       Semua perempuan tidak shalat.                                (salah)
       Semua mahasiswa adalah perempuan.                            (salah)
       Jadi: Semua mahasiswa tidak shalat.                (salah)

   1. B.    HUKUM-HUKUM SILOGISME

Supaya silogisme dapat merupakan jalan pikiran yang baik ada beberapa hukum dalam
silogisme. Hukum tersebtu bukanlah buatan para ahli-pikir, tapi hanya dirumuskan oleh para ahli
itu. Di bawah ini hukum-hukum yang menyangkut term-term antara lain:

   1. Hukum pertama. Silogisme tidak boleh lebih atau kurang dari tiga term. Kurang
      dari tiga term berarti bukan silogisme. Jika sekiranya ada empat term, apakah yang akan
      menjadi pokok perbandingan, tidak mungkinlah orang membandingkan dua hal denga
      dua hal pula, dan lenyaplah dasar perbandingan.
   2. Hukum kedua. Term antara atau tengah (medium) tidak boleh masuk (terdapat)
      dalam kesimpulan. Term medium hanya dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan
      dengan term-term. Perbadingan ini terjadi dalam premis-premis. Karena itu term medium
      hanya berguna dalam premis-premis saja.
   3. Hukum ketiga. Wilayah term dalam konklusi tidak boleh lebih luas dari wilayah
      term itu dalam premis. Hukum ini merupakan peringatan, supaya dalam konklusi orang
      tidak melebih-lebihkan wilayah yang telah diajukan dalam premis. Sering dalam praktek
      orang tahu juga, bahwa konklusi tidak benar, oleh karena tidak logis (tidak menurut
      aturan logika), tetapi tidak selalu mudah menunjuk, apa salahnya itu.
   4. Term antara (medium) harus sekurang-kurangnya satu kali universal. Jika term
      antara paticular, baik dalam premis mayor maupun dalam premis minor, mungkin saja
      term antara itu menunjukkan bagian-bagian yang berlainan dari seluruh luasnya. Kalau
      demikian term antara, tidak lagi berfungsi sebagai term antara, dan tidak lagi
      menghubungkan atau memisahkan subyek dengan predikat.

Contoh:

       Beberapa politikus pembohong.
Utsman adalah politikus.
      Utsman adalah pembohong.

   1. C.    HUKUM-HUKUM PREMIS DALAM SILOGISME

Sedangkan hukum-hukum yang menyangkut premis-premis (keputusan-keputusan) antara lain:
(Mundiri. 1994: 30-48)

   1. Jika kedua premis (mayor dan minor) positif, maka kesimpulannya harus positif juga.
   2. Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term antara (medium) tidak lagi berfungsi
      sebagai penghubung atau pemisah subyek dengan predikat. Dalam silogisme sekurang-
      kurangnya subyek atau predikat harus dipersamakan oleh term antara (medium)

Contoh:

      Batu adalah bukan binatang
      Anjing adalah bukan batu
      Anjing adalah bukan binatang.

   1. Kedua premis tidak boleh particular. Sekurang-kurangnya satu premis harus universal.
      Kalau tidak, berarti melanggar hukum c, d bagian hukum-hukum term.

Contoh:

      Ada orang kaya tidak tentram hatinya
      Ada orang jujur bukan orang kaya
      Orang jujur tidak tentram hatinya.

   1. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Keputusan particular adalah
      keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan universal. Keputusan negatif
      adalah keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan positif karena itu jika ada
      satu premis particular, maka kesimpulan harus particular. Jika salah satu premis negatif,
      maka kesimpulannya harus negatif. Jika salah satu premis negatif dan particular, maka
      kesimpulannya harus negatif dan particular juga. Kalau tidak akan terjadi ketidak beresan
      lagi dalam kesimpulan.

   1. D.    PENARIKAN SIMPULAN

Penarik simpulan dengan silogisme dibedakan menjadi dua macam

   1. Menarik simpulan berdasarkan satu premis(pernyataan)

CONTOH

Premis[1]       : Bujur sangkar adalah segi empat sama sisi.
Simpulan       :

       Bujur sangkar pasti segi empat,tetapi segi empat belum tentu bujur sangkar.
       Segi empat yang sisi-sisinya horisontal tidak sama panjang dengan tegak lurusnya bukan
       bujur sangkar.

   1. Menarik Simpulan berdasarkan berdasarkan dua premis/pernyataan.

Silogisme Kategorik

Premis umum            à   premis khusus à        simpulan

Keterangan:

       A      : Semua anggota golongan tertentu
       B      : Sifat atau kegiatan A
       C      : Seseorang atau bagian dari A

Silogisme Hipotetis

Silogisme Disyungtif

       PU     :A=B
       PK     :C=A
       S      :C =B
       PU     : Semua profesor pandai
       PK     : Albert Enstein seorang profesor
       S      : Albert Enstein pandai

   1. Silogisme yang diperpendek disebut ENTINEM

Contoh :

       C=B
       karena C=A
       Albert Enstein pandai karena beliau seorang profesor.

   1. E.      PENJABARAN SILOGISME BERDASARKAN KATEGORI
            1. 1.   Silogisme Kategorik
                  1. Pengertian

Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi
yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya
menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term). (Mundiri. 1994: 44)
Contoh:

       Semua Tanamanmembutuhkan air                (premis mayor)

……………….M………………..P

       Akasia adalah Tanaman                       (premis minor)

….S……………………M

       Akasiamembutuhkan air                       (konklusi)

….S……………..P

(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)

   1. Hukum-Hukum Silogisme Katagorik (Mundiri. 1994: 45-53).
         1. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menjadi kesimpulan apa pun,
            karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
            Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premis positif. Kesimpulan yang
            ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.

CONTOH (1):

       Kerbau bukan bunga mawar.
       Kucing bukan bunga mawar.….. (Tidak ada kesimpulan)

CONTOH (2):

       Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan.
       Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan.
       Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)

   1. Paling tidak salah satu dari term penengah harus mencakup. Dari dua premis yang term
      penengahnya tidak tentu menghasilkan kesimpulan yang salah.

CONTOH

       Semua ikan berdarah dingin.
       Binatang ini berdarah dingin
       Jadi: Binatang ini adalah ikan.(Padahal bisa juga binatang melata)

   1. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada
      premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah.

CONTOH
Kerbau adalah binatang.
       Kambing bukan kerbau.
       Jadi: Kambing bukan binatang.(‗Binatang‘ pada konklusi merupakan term negatif
       sedangkan pada premis adalah positif)

   1. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun premis minor.
      Bila term penengah bermakna beda kesimpulan menjadi lain.

CONTOH

       Bulan itu bersinar di langit.
       Januari adalah bulan.
       Jadi: Januari bersinar di langit.(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran
       waktuyang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang
       mengelilingi bumi).

   1. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan.

CONTOH

       Beberapa politikus tidak jujur.
       Banyak cendekiawan adalah politikus.
       Jadi   :Banyak cendekiawan tidak jujur.
       Jadi   : Beberapa pedagang adalah kikir.

   1. 2.     Silogisme Hipotesis
           1. Pengertian

Adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 91)

   1. Hukum-Hukum Silogisme Hipotesis

Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-
premisnya merupakan pernyataan yang benar. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 92)

CONTOH

Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme
hipotetik adalah:

1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.

2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana.    (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana.          (tidak sah = salah)

4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut:

        Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan
        terjadi.Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
        Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya, Bila terjadi peperangan
        harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan
        makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
        Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor
        lain.

     1. 3.     Silogisme Disyungtif
             1. a.    Pengertian

Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya
kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara
analog bukan yang semestinya. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 97)

Maka silogisme Janis ini terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain. (Arikunto, Suharsimi. 2006:99)

CONTOH:

My           : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah

Mn           : Kucing berada di luar rumah

K            : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah

     1. b.     Macam-Macam Silogisme Disyungtif dan Hukum-Hukumnya
             1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit.

Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.

CONTOH:

        la lulus atau tidak lulus.
        Ternyata ia lulus
        Jadi la bukan tidak lulus.
Hukum Silogisme Dalam Arti Sempit

   1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
      alternatif yang lain.

CONTOH:

       la berada di luar atau di dalam.
       Ternyata tidak berada di luar.
       Jadi ia berada di dalam.

   1. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
      alternatif yang lain.

CONTOH:

       Budi di masjid atau di sekolah.
       la berada di masjid.
       Jadi ia tidak berada di sekolah.
       Budi di masjid atau di sekolah.
           o la berada di sekolah.

   1. 2.    Silogisme disyungtif dalam arti luas.

Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.

CONTOH:

       Hasan di rumah atau di pasar.
       Ternyata tidak di rumah.
       Jadi di pasar.

Hukum Silogisme Dalam Arti Luas

   1. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar).

CONTOH:

       Budi menjadi guru atau pelaut.
       Ia adalah guru.
       Jadi bukan pelaut.

   1. Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah)

CONTOH (1):
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
      Ternyata tidak lari ke Yogya.
      Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).

CONTOH (2):

      Budi menjadi guru atau pelaut.
      Ternyata ia bukan pelaut.
      Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang)

                                               BAB IV

                          CONTOH PEMANFAATAN SILOGISME

                           DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

   1. A. Kajian Seputar Label Halal pada Makanan-Minuman di Indonesia yang
      Mayoritas Berpenduduk Muslim.
   2. 1.    Kutipan Keputusan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia:
      (http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 10 March, 2007,
      03:51)

Penetapan Produk Halal Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Tentang Penetapan Produk Halal

KEPUTUSAN FATWAKOMISI FATWA

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Tentang

PENETAPAN PRODUK HALAL

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, dalam Rapat Komisi bersama LPPOM MUI, pada hari
Rabu tanggal 17 Ramadhan 1421 H/13 Desember 2000 M, setelah:

MENIMBANG:

      Bahwa makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika, dan lain-lain yang akan dikonsumsi
      atau dipergunakan oleh umat Islam wajib diperhatikan dan diyakini kehalalan dan
      kesuciannya;
      Bahwa produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetikan dan lain-lain yang
      merupakan hasil olahan sering diragukan kehalalan atau kesuciannya;
      Bahwa oleh karena itu, produk-produk olahan sebagaimana terlampir yang terhadapnya
      telah dilakukan pemeriksaan, penelitian, pembahasan, dan penilaian dalam rapat Komisi
Fatwa bersama LPPOM MUI, Komisi Fatwa memandang perlu untuk menetapkan
     kehalalan dan kesuciannya untuk dijadikan pedoman oleh umat.

MENGINGAT :

     Firman Allah SWT tentang keharusan mengkonsumsi yang halal, antara lain :

  1. ―Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi balik dari apa yang terdapat dibumi,
     dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu
     adalah musuh yang nyata bagimu.‖ (QS. Al-Baqarah [2]:168).
  2. ―Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan
     kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
     menyembah ‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 172)
  3. ―Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan kepadamu,
     dan bertawakalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya‖ (QS. Al- Mai‘dah [5]:
     88)
  4. ―Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu,
     dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah‖ (QS. An-Nahl
     [16]:114)

     Firman Allah SWT tentang kehalalan makhluk Allah

  1. secara umum, antara lain :
  2. ―Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu …‖ (QS. Al-
     Baqarah [2]: 29)
  3. ―Katakanlah : ‖ Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
     dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapakah yang mengharamkan) rezki
     yang baik ?‘ Katakanlah : ‗Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman
     dalam kehidupan, khususnya (untuk mereka saja) di hari kiamat.‘ Demikianlah kami
     menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui‖ (Qs. Al-A‘raf [7] : 32).
  4. ―Dan Dia (Allah) telah menundukkan untuk kamu apa yang di langit dan apa yang di
     bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
     benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir‖ (QS. Al-Jasiyah
     [45] : 13 )

     Firman Allah SWT tentang beberapa jenis makanan (dan minuman) yang diharamkan,
     antara lain:

  1. ―Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
     binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa
     dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya dan tidak
     (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha
     pengampun, Maha penyayang‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 173).
  2. ‗Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
     disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
     ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala…‖(QS. Al-
      Ma‘idah [5]: 3)
   3. ―Katakanlah Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu
      yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
      bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi –karena sesungguhnya semua itu kotor
      atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan
      terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
      batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang‖ (QS. Al-
      An‘am [6]:145)
   4. ―Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
      babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi,
      barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya
      dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha
      Penyayang‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 173).
   5. ―….dan ia (Nabi) mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…‖ (QS. Al-A‘raf [7] :
      157),

Maksud buruk (khaba‘its) di sini menurut ulama adalah najis.

   1. ―… Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan….‖ (QS. Al-
      Baqarah [2] : 195).

       Hadist-hadist Nabi berkenaan dengan kehalalan maupun keharaman sesuatu yang
       dikonsumsi, antara lain:

   1. ―Wahai umat manusia ! Sesungguhnya Allah adalah thayyib (baik), tidak akan menerima
      kecuali yang thayyib (baik dan halal); dan Allah memerintahkan kepada orang beriman
      segala apa yang ia perintahkan kepada para rasul. Ia berfirman, ‗Hai rasul-rasul!
      Makanlah dari makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal yang saleh.
      Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan‘ (QS. al-Mu‘minun [23]:
      51), dan berfirman pula, ‗Hai orang yang berfirman ! Makanlah di antara rizki yang baik-
      baik yang Kami berikan kepadamu…‘(QS al-Bagarah [2]: 172).`
   2. Kemudian nabi menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang,
      rambutnya acakacakan, dan badan berlumur debu. Sambil menengadah tangan ke langit
      ia berdoa,‘ya tuhan, ya tuhan..‘(berdoa dalam perjalanan, apalagi dengan kondisi seperti
      itu, pada umumnya dikabulkan oleh Allah—pen) sedangkan, makanan orang itu haram,
      minumananya haram, pakaiannya haram, dan ia selalu menyantap yang haram. (Nabi
      memberi komentar),‘jika demikian halnya, bagaimana mingkin ia akan dikabulkan
      doanya?‖ (HR.Muslim dari Abu Hurairah).
   3. ―yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan diantara keduanya ada
      hal-hal yang musytabihat (Syubhat, samara-samar, tidak jelas halal haramnya),
      kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati dari perkara
      syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya..‖(HR.Muslim)
   4. ―Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh (pula) membahayakan orang
      lain‖(HR.Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shamit).
5. ―Yang halal adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya, dan yang haram
     adalah apa yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya; sedang yang tidak dijelaskan-
     Nya adalah yang dimaafkan‘(nail al-Authar;8:106)
  6. ―Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban; janganlah kamu abaikan, telah menetapkan
     beberapa batasan, janganlah kamu langgar, telah mengharamkan beberapa hal, janganlah
     kamu rusak, dan tidak menjelaskan beberapa hal sebagai kasis sayang kepadamu, bukan
     karena lupa, maka janganlah kamu Tanya-tanya hukumnya‖ (HR. Daraquthni dan dinilai
     sahih oleh Imam Nawawi).

     Kaidah fiqih:

  1. ―Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang
     berbahaya adalah haram‖.
  2. ―Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil muktabar yang
     mengharamkannya.‖

     Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tanga MUI periode 2000-2005.
     Pedoman Penetapan Fatwa MUI.

MEMPERHATIKAN :

     Berita Acara hasil audit terhadap sejumlah produk olahan dan penjelasan Direktur
     LP.POM-MUI, serta saran dan pendapat peserta rapat dalam rapat bersama dimaksud.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
Filsafat ilmu dan logika
Filsafat ilmu dan logikaFilsafat ilmu dan logika
Filsafat ilmu dan logika
 
filsafat ilmu logika
 filsafat ilmu  logika  filsafat ilmu  logika
filsafat ilmu logika
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Filsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_okFilsafat ipa pertemuan_ib_ok
Filsafat ipa pertemuan_ib_ok
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok YelaTugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
Tugas Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok Yela
 
Metode mempelajari filsafat
Metode mempelajari filsafatMetode mempelajari filsafat
Metode mempelajari filsafat
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Ruang lingkup-filsafat-ilmu
Ruang lingkup-filsafat-ilmuRuang lingkup-filsafat-ilmu
Ruang lingkup-filsafat-ilmu
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Tugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat IlmuTugas Filsafat Ilmu
Tugas Filsafat Ilmu
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
filsafat Ilmu
filsafat Ilmufilsafat Ilmu
filsafat Ilmu
 

Similar to Filsafat Ilmu

PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahIska Nangin
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat AnggiChaca
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPAIrma Fitriani
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSNur Rochmatus
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophygueste97040
 
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Shelly Azahra
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcAyuRia4
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalYossytaAryanto
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktursayid bukhari
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiJulianaRafiati
 

Similar to Filsafat Ilmu (20)

Cabang
CabangCabang
Cabang
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Makalah filsafat
Makalah filsafat Makalah filsafat
Makalah filsafat
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3Filsafat kelompok 3
Filsafat kelompok 3
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophy
 
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
 
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soalTugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
Tugas pengantar filsafat ilmu kumpulan soal
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Ilmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agamaIlmu, filsafat, dan agama
Ilmu, filsafat, dan agama
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 

Filsafat Ilmu

  • 1. pengertian filsafat ilmu dan pembagian cabang filsafat ilmu menurut para filsuf Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Lahir, tumbuh, dan kokohnya ilmu menimbulkan persoalan-persoalan yang berada di luar minat, kesempatan, atau jangkauan dari ilmuwan sendiri untuk menyelesaikannya. Namun, ada sebagian cedekiawan yang berusaha menemukan penyelesaian untuk masalah tersebut yang mana para cendekiawan ini disebut sebagai filsuf (philosophers). Pemikiran para filsuf mengenai filsafat ilmu merupakan filsafat ilmu atau philosophy of science. Filsafat menurut para ahli secara umum adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen dan percobaan tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, serta memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi itu. Seiring dengan bermunculannya filsuf, definisi mengenai filsafat ilmu juga semakin beragam, sehingga saat ini terdapat beberapa perbedaan dalam mendefinisikan filsafat ilmu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. dengan menyatukan pendapat para filsuf, apa kesimpulan yang dapat diambil tentang pengertian filsafat ilmu? 2. bagaimana pembagian cabang ilmu menurut para filsuf? C. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut: 1. untuk mengetahui pengertian filsafat ilmu dengan menyatukan pendapat para ahli. 2. untuk mengetahui berbagai cabang ilmu pengetahuan menurut berbagai filsuf. D. Manfaat Manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
  • 2. 1. menambah pengetahuan mengenai definisi filsafat ilmu. 2. setelah pengetahuan bertambah, diharapkan ilmu yang telah didapat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • 3. Bab II Pembahasan Definisi Filsafat Ilmu Menurut Para Ahli Para filsuf (philosophers) dengan pemikiran reflektif mereka berusaha memecahkan persoalan-persoalan yang berada di luar minat, kesempatan atau jangkauan. Pemikiran para filsuf itu mengenai ilmu merupakan filsafat ilmu (philosophy of science). Berbagai definisi philosophy of science dari para filsuf dapat dikutip sebagai berikut: 1. Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam krangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya 2. Lewis White Beck Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagi suatu keseluruhan. 3. Cornelius Benjamin Cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-peranggapanya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang penegtahuan intelektual. 4. Michael V.Berry Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
  • 4. 5. May Brodbeck Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu. 6. Peter Caws Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal: di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, yang menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di pihak lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasab bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan. 7. Alfred Cyril Ewing Istilah filsafat ilmu biasanya diterapkan pada cabang logika yang membahas dalam suatu cara yang dikhususkan metode-metode dari ilmu-ilmu yang berlainan. 8. Antony Flew ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling mengesankan dari rasionalitas manusia dan merupakan salah satu dari calon yang diakui terbaik untuk pengetahuan. Filsafat ilmu berusaha menunjukkan dimana letak rasionalitas itu; apa yang khusus mengenai penjelasan- penjelasannya dan kontruksi-kontruksi teorinya; apa yang memisahkannya dari perkiraan dan ilmu-semu serta membuat ramalan-ramalannya dan berbagai teknologi berharga untuk dipercaya; yang terpenting apakah teori-teorinya dapat diterima sebagai mengungkapkan kebenaran tentang suatu realitas objektif yang tersembunyi 9. A. R. Lacey Terutama studi tentang bagaimana ilmu bekerja atau seharusnya bekerja. Studi tentang bagaimana ini melakukan biasanya diterima sebagai suatu petunjuk yang layak tentang bagaimana ini seharusnya. Studi ini sering disebut metodologi, suatu istilah yang dapat juga bersifat relatif, misalnya metodologi sejarah.
  • 5. 10. John Macmurray Dalam filsafat ilmu, kita terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi- asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu; tetapi yang bukan sendirinya merupakan hasil-hasil penyelidikan dengan metode-metode yang ilmu memakainya. Ketika saya mendefinisikan filsafat ilmu sebagai penilaian filsuf tentang ilmu itu sendiri, hal inilah yang terdapat dalam pikiran saya. 11. D. W. Theobald Ilmu dalam garis besarnya bersangkutan dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita diami. Filsafat ilmu di pihak lain dalam garis besarnya pula bersangkutan dengan sifat dasar fakta ilmiah – atau dinyatakannya secara lain, bersangkutan dengan fakta- fakta mengenai fakta-fakta tentang dunia. 12. Stephen R. Toulmin Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah-prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, praanggapan-praanggapan metafisis, dan seterusnya. Dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika Cabang Ilmu Filsafat Cabang-cabang dari ilmu filsafat secara singkat adalah sebagai berikut: 1. Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari aturan atau patokan yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, teliti dan teratur untuk mencapai kebenaran. 2. Epistemology salah satu cabang filsafat yang menyoroti, dari sudut sebab pertama, gejalan pengetahuan dan kesadaran manusia. Apakah pengetahuan itu benar dan terpercaya; apakah tetap dan tidak berubah, atau berubah-ubah saja, ataupun bergerak dan berkembang; dan jika yang terakhir itu keadaannya, lalu ke manakah ia; apakah merupakan masalah pribadi ataukah sejauh mana memasyarakat dan menyejarah. Dalam epistemology diusahakan member jawab atas pertanyaaan kemungkinan pengetahuan, tentang batasannya, tentang asal dan jenis pengetahuan.
  • 6. 3. Kritik ilmu yang disebut filsafat ilmu pengetahuanadalah cabang filsafat yang menyibukkan diri dengan teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang diberikan yang tidak termasuk bidang ilmu pengetahuan melainkan merupakan tugas filsafat. Dewasa ini filsafat pengetahuan dirasakan semakin penting. 4. Ontology sering disebut metafisika umum atau filsafat pertama adalah filsafat tentang seluruh kenyataan atau segala sesuatu sejauh itu ‗ada‘. Manusia, benda, tumbuh-tumbuhan, binatang adalah suatu pengada, karena itu pengetahuan tentang pengada sejauh mereka ada, disebut ontology. Jadi, metafisika adalah refleksi filsafat kenyataan paling dalam dan paling akhir secara mutlak. 5. Teologi metafisik membicarakan filsafat ke-Tuhan-an atau logos (ilmu) tentang Theos (Tuhan) menurut ajaran agama dan kepercayaan. Landasan Ilmu Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Landasan(foundation) dari ilmu itu mencangkup: a. konsep-konsep pangkal b. anggapan-anggapan dasar c. asas-asas permulaan d. struktur-struktur teoritis e. ukuran-ukura kebenaran ilmiah Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekaranya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat ilmu. Istilah yang terdapat dalam kepustakaan asing untuk menyebut bidang pengetahuan ini ialah: a. philosophy of science (filsafat ilmu) b. theory of science (teori ilmu) c. metascience (adil-ilmu) d. methodology (metodologi) e. science of science (ilmu tentang ilmu)
  • 7. Filsuf Rudolf Carnap memakai istilah science of science dan memberikan definisi sebagai ―analisis dan pelukisan tentang ilmu dari berbagai sudut tinjauan, termasuk logika, metodologi, sosiologi, dan sejarah ilmu‖. D. Pembagian Ilmu Konsepsi tentang pembagian ilmu secara kurang tepat disebut penggolongan ilmu atau pengelompokan ilmu, mencmpuradukkan hal-hal yang berlainan sehingga banyak menimbulkan kebingungan atau kekacauan. kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana dibedakan secara tegas pembagian ilmu berdasarkan: a. jenis b. ragam kedua hal itu jelas berlainan sehingga hasil pembagiannya juga sama sekali berbeda. Pembagian menurut: a. jenis memakai isi substantif dari pengetahuan ilmiah sebagai dasarnya, biasanya dalam pembagian ilmu menurut jenis orang dapat sertamerta mengetahui secara garis besar sasaran apa saja yang termasuk dalam masing-masing rumpun atau cabang ilmu yang bersangkutan. Contoh: 1. pembagian ilmu yang dianut secara luas oleh universitas-universitas di Amerika Serikat: a. natural sciences b. social sciences c. humanities 2. pembagian ilmu dalam undang-undang perguruan tinggi (UU 1961/22): a. ilmu agama/kerohanian b. ilmu kebudayaan c. ilmu sosial d. ilmu eksakta dan tehnik pembagian ini tidak sepenuhnya berdasarkan jenis, melainkan telah berbaur dengan ragam. b. ragam
  • 8. Menunjukkan suatu ciri tertentu dari segugusan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya pembagian ini tidak merinci berbagai cabang ilmu. Orang tidak dapat seketika memperoleh gambaran tentang apa yang ditelaah ataupun lingkupan masing-masing ragam ilmu yang ditetapkan. Contoh-contoh yang dapat diajukan mengenai pembagian termaksud ialah dikotomi yang berikut: 1. Karl Pearson a. abstract sciences b. concrete sciences 2. William Calvert Kneale a. a priori sciences b. empirical sciences 3. Wilson Gee a. descriptive sciences b. normative sciences 4. Rudolf Carnap a. formal sciences b. factual sciences 5. dwi-pembagian yang terkenal a. inexact sciences b. exact sciences 6. dwi-pembagian yang paling terkenal a. pure sciences b. applied sciences 7. Wilhelm Windelband a. nomothetic sciences b. idiographic sciences 8. Hugo Munsterberg a. theoretical sciences b. practical sciences
  • 9. Bab III Penutup Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. 2. Ilmu dapat dibagi berdasarkan jenis dan ragam. Berdasarkan jenis, yaitu:  pembagian ilmu yang dianut secara luas oleh universitas-universitas di Amerika Serikat: 1. natural sciences 2. social sciences 3. humanities  pembagian ilmu dalam undang-undang perguruan tinggi (UU 1961/22): 1. ilmu agama/kerohanian 2. ilmu kebudayaan 3. ilmu sosial 4. ilmu eksakta dan tehnik Berdasarkan ragam, yaitu: 1. Karl Pearson a. abstract sciences b. concrete sciences 2. William Calvert Kneale a. a priori sciences b. empirical sciences 3. Wilson Gee a. descriptive sciences b. normative sciences 4. Rudolf Carnap a. formal sciences
  • 10. b. factual sciences 5. dwi-pembagian yang terkenal a. inexact sciences b. exact sciences 6. dwi-pembagian yang paling terkenal a. pure sciences b. applied sciences 7. Wilhelm Windelband a. nomothetic sciences b. idiographic sciences 8. Hugo Munsterberg a. theoretical sciences b. practical sciences BAB II PENGERTIAN UMUM LOGIKA 1. A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.Logika adalah salah satu cabang filsafat.Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.(http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Logika/) 1. 1. Logika sebagai ilmu pengetahuan Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Ibid/) 1. 2. Logika sebagai cabang filsafat Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
  • 11. membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. (Alex Lanur. 1983: 7-8) Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. (Alex Lanur. 1983: 8) Dalam pengertian Aristotelian, logika didefinisikan dengan sejumlah kaidah yang me- ma’shum-kan manusia dalam proses berfikir. Kata ―berfikir‖ tersebut di akhir tadi, menegaskan bahwa kaidah-kaidah logika yang dikuak Aristoteles mengatur satu dimensi kehidupan manusia, yaitu kehidupan teoritis. Secara adil, Aristoteles menyusun logika kehidupan praktis manusia, secara lebih khusus, dalam Magnum Opus-nya, Nikomachucian Ethica.Rangkaian kaidah-kaidah praktis dirajut dalam bingkai ―The Golden Means‖ yang menekankan keseimbangan di antara dua titik ekstrimitas.Tentu, teori itu bukan yang terbaru pada masanya. Guru gurunya, Sokrates, malah sibuk dan menyibukkan masyarakat Athena dengan mencari-cari kaidah praktis, ketimbang mendiskusikan arche atau isu-isu teoritis lainnya. Dengan demikian, sudah dilakukan upaya-upaya menemukan kaidah-kaidah kehidupan praktis manusia yang tidak kalah pentingnya dengan kaidah-kaidah kehidupan teoritisnya. Kalau kehidupan teoritis berkutat di permasalahan ―Bagaimana menemukan kebenaran?‖, maka kehidupan praktis bertawaf di permasalahan ―Bagaimana menemukan kebaikan?‖. Di sinilah logika praktis mendapatkan ruang geraknya. Permasalahan awal yang muncul di sini adalah, ―Apakah kehidupan praktis manusia?‖. Lebih sederhana lagi, ―Apakah tindakan manusia?‖. 1. B. Dasar-Dasar Logika Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran dalam logika ada dua:Deduktif dan induktif.
  • 12. 1. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis- premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Contoh argumen deduktif: Setiap mamalia punya sebuah jantung Semua kuda adalah mamalia ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung 1. Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif: Kuda Sumba punya sebuah jantung Kuda Australia punya sebuah jantung Kuda Amerika punya sebuah jantung Kuda Inggris punya sebuah jantung … ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung 1. C. Cabang-cabang Logika Adapun cabang-cabang logika antara lain sebagai berikut: 1. Pengertian 2. Pembagian (Penggolongan) dan Definisi 3. Keputusan 4. Pembalikan dan Perlawanan 5. Penyimpulan 6. Silogisme 7. Asas-asas Pemikiran 1. D. Contoh Pemanfaatan Logika Dalam Kehidupan Tindakan Sengaja Tindakan adalah proses yang dijalani manusia, sebagai pelaku, dalam mencapai suatu tujuan. Ada tiga anasir di dalam tindakan; proses, pelaku dan tujuan. Sebagai sebuah proses, tindakan punya titik awal dan titik akhir. Titik akhir tindakan adalah tujuan itu.Lalu, apakah titik awal tindakan?
  • 13. Tindakan manusia akan lahir setelah melalui empat jenjang; 1. Pengetahuan (hudzuri dan husuli). Bahwa manusia mengetahui tujuan tindakannya dan hal-hal yang mengarah kepada tujuan tersebut. 1. Motivasi. Pengetahuan itu disusul oleh dorongan hasrat (keinginan) dirinya untuk mencapai tujuan yang diketahuinya. Hasrat itu beragam, sebanyak sumbernya; tuntutan-tuntutan fisiologis, kecenderungan-kecenderungan instingsial, kecondongan-kecondongan intuitif, tendensi-tendensi emosional, yang semuanya adalah serpihan-serpihan dari sebauh naluri, yaitu ingin kekal dan ingin sempurna yang disingkat menjadi cinta diri, sebagai naluri induk yang terpatri pada diri manusia. Maka, sesorang hanya akan menginginkan sesuatu yang sesuai dengan tuntutan naluri cinta diri. Dan sebaliknya, ia tidak akan terdorong untuk melakukan tindakan yang mengancam kelanggengan hidupnya, mengurangi atau menjauhkan suatu kesempurnaan dari dirinya. (al- maidah, 105- al-hasyr 18). 1. Kehendak. Tatkala manusia tahu dan termotivasi (oleh cinta diri) untuk bertindak, ketika itu pula ia akan menghendaki tindakan itu secara puas, suka rela dan bebas. 1. Kemampuan. Tindakannya bersifat aktif, bukan pasif. Dengan demikian, pertama: asal-usul tindakan manusia adalah pengetahuan, motivasi, kehendak dan kemampuan. Inilah yang disebut tindakan sengaja (ikhtiyari). Jadi, tindakan sengaja adalah tindakan yang disadari, diingini dan dikehendaki pelakunya serta bersifat aktif. Sementara, tindakan yang minus satu dari empat jenjang di atas adalah tindakan tak sengaja. Ngantuk, ngigau, degup jantung, minum secara terpaksa, mendengar secara pasif (terdengarnya sesuatu), adalah sebagian corak tindakan tak sengaja. Maka, ada dua macam tindakan manusia; tindakan sengaja dan tindakan tak sengaja. Kedua: ada keterkaitan di antara, paling tidak, dua jenjang pertama. Mula-mula manusia tahu dan menyadari suatu kekurangan pada dirinya atau suatu kesempurnaan di luar dirinya, lalu naluri cinta dirinya membangkitkan hasrat untuk mengatasi kekurangan itu atau mengejar kesempurnaan tersebut. Oleh karena itu, manusia bertindak karena cinta dirinya atau egoisme. Ketiga: berdasarkan poin kedua tadi, bahwa manusia bertindak demi memenuhi egoismenya. Maka, tujuan tindakannya adalah kepentingan diri sendiri. Tegasnya, titik akhir atau tujuan tindakan manusia adalah kepentingan diri sendiri (self-interested).
  • 14. Keempat: tindakan sengaja bermuatan nilai baik atau buruk. Semua contoh di atas tadi tidak punya nilai (zero value). Ngigau dan kawan-kawannya itu tidak baik, juga tidak buruk. Permasalahan yang muncul di sini adalah ―Apakah tindakan sengaja yang baik dan tindakan sengaja yang buruk?‖. Singkatnya, ―Apakah kebaikan dan keburukan?‖. Akhirnya, ―Sampaikanlah (wahai Muhammad)! Tahukah kalian akan orang-orang yang paling rugi tindakannya? Merekalah yang sia-sia jerih payahnya di dunia, sementara dirinya mengira telah bertindak sebaik-baiknya.‖ (al-Kahfi, 103-104). BAB III
  • 15. SILOGISME 1. A. PENGERTIAN SILOGISME (Qiyas) 1. Menurut Bahasa Sebuah silogisme (bahasa Yunani: συλλογισμός – syllogismos – ―kesimpulan,‖ ―inferensi‖) atau banding logis adalah jenis argumen logis di mana satu proposisi (kesimpulan) yang disimpulkan dari dua orang lain (tempat) dari suatu bentuk tertentu, yaitu kategori proposisi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat-Silogisme/) 1. Menurut Istilah 1. Dalam Bahasan Mantiq Silogisme atau Qiyas diartikan sebagai kumpulan dari beberapa qadhiyyah yang berkaitan yang jika benar, maka dengan sendirinya (li dzatihi) akan menghasilkan qadhiyyah yang lain (baru).(From:‖SONYMAN‖<sonyman@uk2.net>Thu, 8 Jun 2000 16:56:05 +0700) Beberapa macam hujjah (argumentasi). Manusia disaat ingin mengetahui hal-hal yang majhul, maka terdapat tiga cara untuk mengetahuinya(Husein Al-Kaff. 1999): 1. Pengetahuan dari juz’i ke juz’i yang lain. Argumenatsi ini sifatnya horisontal, dari sebuah titik yang parsial ke titik parsial lainnya. Argumentasi ini disebut tamtsil (analogi). 2. Pengetahuan dari juz’i ke kulli. Atau dengan kata lain, dari khusus ke umum (menggeneralisasi yang parsial) Argumentasi ini bersifat vertikal, dan disebut istiqra‘ (induksi). 3. Pengetahuan dari kulli ke juz’i. Atau dengan kata lain, dari umum ke khusus. Argumentasi ini disebut qiyas (silogisme). Silogisme/Qiyas dibagi menjadi dua; 1. Iqtirani (silogisme kategoris) 2. istitsna‘i (silogisme hipotesis). Sesuai dengan definisi qiyas di atas, satu qadhiyyah atau beberapa qadhiyyah yang tidak dikaitkan antara satu dengan yang lain tidak akan menghasilkan qadhiyyah baru. Jadi untuk memberikan hasil (konklusi) diperlukan beberapa qadhiyyah yang saling berkaitan. Dan itulah yang namanya qiyas. (Husein Al-Kaff. 1999) 1. Pengertian Silogisme dalam buku ―Sebelum Analytics ―, Aristoteles mendefinisikan silogisme sebagai ―sebuah wacana di mana, hal-hal tertentu yang telah seharusnya, sesuatu yang berbeda dari hal-hal seharusnya hasil dari kebutuhan karena hal-hal ini begitu.‖ (24b18–20) (24b18-20) Meskipun definisi yang sangat umum ini, ia membatasi diri pertama silogisme kategoris (dan kemudian untuk modal silogisme). Silogisme berada pada inti tradisional penalaran deduktif,
  • 16. dimana fakta ditentukan dengan menggabungkan laporan yang ada, berbeda dengan penalaran induktif dimana fakta ditentukan oleh pengamatan berulang. Silogisme digantikan oleh orde pertama logika predikat mengikuti karya Gottlob Frege , khususnya Nya Begriffsschrif (Konsep Script) (1879) Silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan, dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama, dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga, yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya. (wikipedia.org/wiki/Proposition-Silogisme) Maka bisa disimpulkan, bahwa silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif, yang disusun dari pernyataan dan konklusi (kesimpulan).Penalarannya bertolak dari pernyataan bersifat umum menuju pada pernyataan/simpulan khusus. Absah dan Benar Dalam membicarakan silogisme mengenal dua istilah yaitu absah dan benar. Absah (valid) berkaitan dengan prosedur apakah pengambilan konklusi sesuai dengan patokan atau tidak. Dikatakan valid apabila sesuai dengan patokan dan tidak valid bila sebaliknya. Benar berkaitan dengan: 1. Proposisi dalam silogisme itu. 2. Didukung atau sesuai dengan fakta atau tidak. Bila sesuai fakta, proposisi itu benar, bila tidak ia salah. Keabsahan dan kebenaran dalam silogisme merupakan satuan yang tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan yang sah dan benar. Hanya konklusi dari premis yang benar prosedur yang sah konklusi itu dapat diakui. Mengapa demikian? Karena bisa terjadi: Dari premis salah dan prosedur valid menghasilkan konklusi yang benar. Demikian juga dari premis salah dan prosedur invalid dihasilkan konklusi benar. 1. 1. Variasi-Variasi(Nasution Hakim, Andi. 2005: 78-82) 1. Prosedur valid, premis salah dan konklusi benar. Semua manusia itu penjahat. (salah) Semua penjahat itu sholeh. (salah) Jadi: Semua penjahat itu manusia. (benar)
  • 17. 1. Prosedur invalid(tak sah),premis benardan konklusi salah. Drs. Roshicin adalah dosen UNISMA. (benar) Prof. Musthofa bukan Drs Rishicin. (benar) Jadi: Prof. Musthofa bukan dosenUNISMA. (salah) 1. Prosedur invalid, premis salahdan konklusi benar. Sebagian mahasiswa adalah batu. (salah) Sebagian manusia adalah batu. (salah) Jadi: Sebagian manusia adalah mahasiswa. (benar) 1. Prosedur valid,premis salah dan konklusi salah. Semua perempuan tidak shalat. (salah) Semua mahasiswa adalah perempuan. (salah) Jadi: Semua mahasiswa tidak shalat. (salah) 1. B. HUKUM-HUKUM SILOGISME Supaya silogisme dapat merupakan jalan pikiran yang baik ada beberapa hukum dalam silogisme. Hukum tersebtu bukanlah buatan para ahli-pikir, tapi hanya dirumuskan oleh para ahli itu. Di bawah ini hukum-hukum yang menyangkut term-term antara lain: 1. Hukum pertama. Silogisme tidak boleh lebih atau kurang dari tiga term. Kurang dari tiga term berarti bukan silogisme. Jika sekiranya ada empat term, apakah yang akan menjadi pokok perbandingan, tidak mungkinlah orang membandingkan dua hal denga dua hal pula, dan lenyaplah dasar perbandingan. 2. Hukum kedua. Term antara atau tengah (medium) tidak boleh masuk (terdapat) dalam kesimpulan. Term medium hanya dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan term-term. Perbadingan ini terjadi dalam premis-premis. Karena itu term medium hanya berguna dalam premis-premis saja. 3. Hukum ketiga. Wilayah term dalam konklusi tidak boleh lebih luas dari wilayah term itu dalam premis. Hukum ini merupakan peringatan, supaya dalam konklusi orang tidak melebih-lebihkan wilayah yang telah diajukan dalam premis. Sering dalam praktek orang tahu juga, bahwa konklusi tidak benar, oleh karena tidak logis (tidak menurut aturan logika), tetapi tidak selalu mudah menunjuk, apa salahnya itu. 4. Term antara (medium) harus sekurang-kurangnya satu kali universal. Jika term antara paticular, baik dalam premis mayor maupun dalam premis minor, mungkin saja term antara itu menunjukkan bagian-bagian yang berlainan dari seluruh luasnya. Kalau demikian term antara, tidak lagi berfungsi sebagai term antara, dan tidak lagi menghubungkan atau memisahkan subyek dengan predikat. Contoh: Beberapa politikus pembohong.
  • 18. Utsman adalah politikus. Utsman adalah pembohong. 1. C. HUKUM-HUKUM PREMIS DALAM SILOGISME Sedangkan hukum-hukum yang menyangkut premis-premis (keputusan-keputusan) antara lain: (Mundiri. 1994: 30-48) 1. Jika kedua premis (mayor dan minor) positif, maka kesimpulannya harus positif juga. 2. Kedua premis tidak boleh negatif, sebab term antara (medium) tidak lagi berfungsi sebagai penghubung atau pemisah subyek dengan predikat. Dalam silogisme sekurang- kurangnya subyek atau predikat harus dipersamakan oleh term antara (medium) Contoh: Batu adalah bukan binatang Anjing adalah bukan batu Anjing adalah bukan binatang. 1. Kedua premis tidak boleh particular. Sekurang-kurangnya satu premis harus universal. Kalau tidak, berarti melanggar hukum c, d bagian hukum-hukum term. Contoh: Ada orang kaya tidak tentram hatinya Ada orang jujur bukan orang kaya Orang jujur tidak tentram hatinya. 1. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Keputusan particular adalah keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan universal. Keputusan negatif adalah keputusan yang lemah dibandingkan dengan keputusan positif karena itu jika ada satu premis particular, maka kesimpulan harus particular. Jika salah satu premis negatif, maka kesimpulannya harus negatif. Jika salah satu premis negatif dan particular, maka kesimpulannya harus negatif dan particular juga. Kalau tidak akan terjadi ketidak beresan lagi dalam kesimpulan. 1. D. PENARIKAN SIMPULAN Penarik simpulan dengan silogisme dibedakan menjadi dua macam 1. Menarik simpulan berdasarkan satu premis(pernyataan) CONTOH Premis[1] : Bujur sangkar adalah segi empat sama sisi.
  • 19. Simpulan : Bujur sangkar pasti segi empat,tetapi segi empat belum tentu bujur sangkar. Segi empat yang sisi-sisinya horisontal tidak sama panjang dengan tegak lurusnya bukan bujur sangkar. 1. Menarik Simpulan berdasarkan berdasarkan dua premis/pernyataan. Silogisme Kategorik Premis umum à premis khusus à simpulan Keterangan: A : Semua anggota golongan tertentu B : Sifat atau kegiatan A C : Seseorang atau bagian dari A Silogisme Hipotetis Silogisme Disyungtif PU :A=B PK :C=A S :C =B PU : Semua profesor pandai PK : Albert Enstein seorang profesor S : Albert Enstein pandai 1. Silogisme yang diperpendek disebut ENTINEM Contoh : C=B karena C=A Albert Enstein pandai karena beliau seorang profesor. 1. E. PENJABARAN SILOGISME BERDASARKAN KATEGORI 1. 1. Silogisme Kategorik 1. Pengertian Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). (Mundiri. 1994: 44)
  • 20. Contoh: Semua Tanamanmembutuhkan air (premis mayor) ……………….M………………..P Akasia adalah Tanaman (premis minor) ….S……………………M Akasiamembutuhkan air (konklusi) ….S……………..P (S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term) 1. Hukum-Hukum Silogisme Katagorik (Mundiri. 1994: 45-53). 1. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak menjadi kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premis positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah. CONTOH (1): Kerbau bukan bunga mawar. Kucing bukan bunga mawar.….. (Tidak ada kesimpulan) CONTOH (2): Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukkan. Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukkan. Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah) 1. Paling tidak salah satu dari term penengah harus mencakup. Dari dua premis yang term penengahnya tidak tentu menghasilkan kesimpulan yang salah. CONTOH Semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin Jadi: Binatang ini adalah ikan.(Padahal bisa juga binatang melata) 1. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah. CONTOH
  • 21. Kerbau adalah binatang. Kambing bukan kerbau. Jadi: Kambing bukan binatang.(‗Binatang‘ pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif) 1. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis layor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna beda kesimpulan menjadi lain. CONTOH Bulan itu bersinar di langit. Januari adalah bulan. Jadi: Januari bersinar di langit.(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktuyang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayorberarti planet yang mengelilingi bumi). 1. Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah diambil kesimpulan. CONTOH Beberapa politikus tidak jujur. Banyak cendekiawan adalah politikus. Jadi :Banyak cendekiawan tidak jujur. Jadi : Beberapa pedagang adalah kikir. 1. 2. Silogisme Hipotesis 1. Pengertian Adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 91) 1. Hukum-Hukum Silogisme Hipotesis Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis- premisnya merupakan pernyataan yang benar. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 92) CONTOH Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah: 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
  • 22. 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi.Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana) Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya, Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah) Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain. 1. 3. Silogisme Disyungtif 1. a. Pengertian Adalah silogisme yang premis mayornya keputusan disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya. (Arikunto, Suharsimi. 2006: 97) Maka silogisme Janis ini terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. (Arikunto, Suharsimi. 2006:99) CONTOH: My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah Mn : Kucing berada di luar rumah K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah 1. b. Macam-Macam Silogisme Disyungtif dan Hukum-Hukumnya 1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif. CONTOH: la lulus atau tidak lulus. Ternyata ia lulus Jadi la bukan tidak lulus.
  • 23. Hukum Silogisme Dalam Arti Sempit 1. Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain. CONTOH: la berada di luar atau di dalam. Ternyata tidak berada di luar. Jadi ia berada di dalam. 1. Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain. CONTOH: Budi di masjid atau di sekolah. la berada di masjid. Jadi ia tidak berada di sekolah. Budi di masjid atau di sekolah. o la berada di sekolah. 1. 2. Silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. CONTOH: Hasan di rumah atau di pasar. Ternyata tidak di rumah. Jadi di pasar. Hukum Silogisme Dalam Arti Luas 1. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar). CONTOH: Budi menjadi guru atau pelaut. Ia adalah guru. Jadi bukan pelaut. 1. Bila premis minor mengingkari salah satu konklusinya tidak sah (salah) CONTOH (1):
  • 24. Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya. Ternyata tidak lari ke Yogya. Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain). CONTOH (2): Budi menjadi guru atau pelaut. Ternyata ia bukan pelaut. Jadi ia guru. (Bisa jadi ia seorang pedagang) BAB IV CONTOH PEMANFAATAN SILOGISME DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI 1. A. Kajian Seputar Label Halal pada Makanan-Minuman di Indonesia yang Mayoritas Berpenduduk Muslim. 2. 1. Kutipan Keputusan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia: (http://www.halalguide.info _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 10 March, 2007, 03:51) Penetapan Produk Halal Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Penetapan Produk Halal KEPUTUSAN FATWAKOMISI FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Tentang PENETAPAN PRODUK HALAL Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, dalam Rapat Komisi bersama LPPOM MUI, pada hari Rabu tanggal 17 Ramadhan 1421 H/13 Desember 2000 M, setelah: MENIMBANG: Bahwa makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika, dan lain-lain yang akan dikonsumsi atau dipergunakan oleh umat Islam wajib diperhatikan dan diyakini kehalalan dan kesuciannya; Bahwa produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetikan dan lain-lain yang merupakan hasil olahan sering diragukan kehalalan atau kesuciannya; Bahwa oleh karena itu, produk-produk olahan sebagaimana terlampir yang terhadapnya telah dilakukan pemeriksaan, penelitian, pembahasan, dan penilaian dalam rapat Komisi
  • 25. Fatwa bersama LPPOM MUI, Komisi Fatwa memandang perlu untuk menetapkan kehalalan dan kesuciannya untuk dijadikan pedoman oleh umat. MENGINGAT : Firman Allah SWT tentang keharusan mengkonsumsi yang halal, antara lain : 1. ―Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi balik dari apa yang terdapat dibumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.‖ (QS. Al-Baqarah [2]:168). 2. ―Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah ‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 172) 3. ―Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertawakalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya‖ (QS. Al- Mai‘dah [5]: 88) 4. ―Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah‖ (QS. An-Nahl [16]:114) Firman Allah SWT tentang kehalalan makhluk Allah 1. secara umum, antara lain : 2. ―Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu …‖ (QS. Al- Baqarah [2]: 29) 3. ―Katakanlah : ‖ Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapakah yang mengharamkan) rezki yang baik ?‘ Katakanlah : ‗Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan, khususnya (untuk mereka saja) di hari kiamat.‘ Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui‖ (Qs. Al-A‘raf [7] : 32). 4. ―Dan Dia (Allah) telah menundukkan untuk kamu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir‖ (QS. Al-Jasiyah [45] : 13 ) Firman Allah SWT tentang beberapa jenis makanan (dan minuman) yang diharamkan, antara lain: 1. ―Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun, Maha penyayang‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 173). 2. ‗Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya,
  • 26. dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih untuk berhala…‖(QS. Al- Ma‘idah [5]: 3) 3. ―Katakanlah Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, darah yang mengalir, atau daging babi –karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang‖ (QS. Al- An‘am [6]:145) 4. ―Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang isi tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang‖ (QS. Al-Baqarah [2] : 173). 5. ―….dan ia (Nabi) mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…‖ (QS. Al-A‘raf [7] : 157), Maksud buruk (khaba‘its) di sini menurut ulama adalah najis. 1. ―… Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan….‖ (QS. Al- Baqarah [2] : 195). Hadist-hadist Nabi berkenaan dengan kehalalan maupun keharaman sesuatu yang dikonsumsi, antara lain: 1. ―Wahai umat manusia ! Sesungguhnya Allah adalah thayyib (baik), tidak akan menerima kecuali yang thayyib (baik dan halal); dan Allah memerintahkan kepada orang beriman segala apa yang ia perintahkan kepada para rasul. Ia berfirman, ‗Hai rasul-rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan‘ (QS. al-Mu‘minun [23]: 51), dan berfirman pula, ‗Hai orang yang berfirman ! Makanlah di antara rizki yang baik- baik yang Kami berikan kepadamu…‘(QS al-Bagarah [2]: 172).` 2. Kemudian nabi menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acakacakan, dan badan berlumur debu. Sambil menengadah tangan ke langit ia berdoa,‘ya tuhan, ya tuhan..‘(berdoa dalam perjalanan, apalagi dengan kondisi seperti itu, pada umumnya dikabulkan oleh Allah—pen) sedangkan, makanan orang itu haram, minumananya haram, pakaiannya haram, dan ia selalu menyantap yang haram. (Nabi memberi komentar),‘jika demikian halnya, bagaimana mingkin ia akan dikabulkan doanya?‖ (HR.Muslim dari Abu Hurairah). 3. ―yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan diantara keduanya ada hal-hal yang musytabihat (Syubhat, samara-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya..‖(HR.Muslim) 4. ―Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh (pula) membahayakan orang lain‖(HR.Ahmad dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shamit).
  • 27. 5. ―Yang halal adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya, dan yang haram adalah apa yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya; sedang yang tidak dijelaskan- Nya adalah yang dimaafkan‘(nail al-Authar;8:106) 6. ―Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban; janganlah kamu abaikan, telah menetapkan beberapa batasan, janganlah kamu langgar, telah mengharamkan beberapa hal, janganlah kamu rusak, dan tidak menjelaskan beberapa hal sebagai kasis sayang kepadamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu Tanya-tanya hukumnya‖ (HR. Daraquthni dan dinilai sahih oleh Imam Nawawi). Kaidah fiqih: 1. ―Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh dan hukum asal sesuatu yang berbahaya adalah haram‖. 2. ―Hukum asal mengenai sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil muktabar yang mengharamkannya.‖ Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tanga MUI periode 2000-2005. Pedoman Penetapan Fatwa MUI. MEMPERHATIKAN : Berita Acara hasil audit terhadap sejumlah produk olahan dan penjelasan Direktur LP.POM-MUI, serta saran dan pendapat peserta rapat dalam rapat bersama dimaksud.