Dokumen tersebut membahas tentang teori emulsi dan definisi emulsi. Emulsi didefinisikan sebagai sistem terdispersi yang mengandung minimal dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam bentuk globul dengan diameter 0,1-100 μm. Emulsi dikatakan sistem yang tidak stabil secara termodinamika dan membutuhkan bahan pengemulsi untuk mencegah koalescence antar globul. Bahan pengemulsi beker
1. TEORI EMULSI
DEFENISI EMULSI
1.
RPS 18th ; 298, 1534
-
Emulsi adalah sistem terdispersi yang mengandung paling sedikit dua fase cairan yang tidak saling bercampur. Kebanyakan emulsi yang berlaku dalam farmasi menggunakan partikel terdispersi dengan jarak diameter dari ,
0,1 - 100 μm.
-
Emulsi adalah sistm dua fase yang disiapkan oleh penggabungan dua cairan yang tidak saling campur, dimana salah satunya terdispersi seragam dalam cairan lainnya terdiri dari globul-globul dengan diameter yang sama
atau lebih besar dari partikel koloidal yang paling besar.
2.
LACHMAN ; 502
Emulsi adalah campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang pada dasarnya mengandung dua cairan yang tidak saling campur.
3.
FI III ; 9
4.
SCOVILLE’S ; 314
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dngan pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang terdiri dari dua cairan yang tidak saling bercampur, dimana salah satunya terdispersi secara seragam, sebagai tetesan kecil dalam pelarut lainnya.
5.
FARFIS ; 553
Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika terdiri dari dua atau lebih fase larutan yang tidak saling bercampur, dimana salah satunya terdispersi sebagai globul-globul dalam fase cair lainnya.
Kesimpulan : Emulsi adalah sediaan semipadat atau cair yang mengandung
bahan obat cair terdiri dari 2 fase cair yang tidak bercampur yang tidak stabil secara termodinamika dimana terdispersi sebagai globul dengan jarak
diameter 0,1 – 100 μm mengandung fase pendisprsi yang distabilkan dengan pengemulsi.
Emulsi Dikatakan Sistem Yang Tidak Stabil Secara Termodinamika (Lachman; 504)
Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak antarmuka yang luas dan untuk mnghasilkan hal ini memerlukan kerja yang sama dengan hasil dari tegangan antarmuka dan perubahan luas. Berbicara tentang
termodinamika, kerja ini adalah energi bebas antarmuka yang diberikan ke sistem. Suatu energi bebas antarmuka yang tinggi cenderung untuk mengurangi daerah antarmuka, pertama dengan membuat tetesan yang dianggap sebagai
suatu bentuk bulat (luas permukaan minimum untuk diberikan volume) dan kemudian membuat tetsan-tetesan tersebut bergabung (dengan hasil yang menurun dan jumlah tetesan). Ini adalah alasan untuk menerangkan kata “tidak
stabil secara termodinamika” dalam defenisi emulsi klasik.
Pembentukan dan Pemecahan Tetesan Cair Terdispersi (RPS 18th ; 299)
Suatu emulsi ada sebagai hasil dari dua proses yang berlawanan, yaitu dispersi dari salah satu cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan dan dengan kombinasi dari tetesan ini untuk membentuk kembali cairan massa
awal, proses pertama meningkatkan energi bebas sistem, sementara yang kedua untuk menurunkan energi bebas. Karena itu, proses kedua terjadi secara spontan dan berlanjut hingga pemecahan sempurna atau fase massa terbentuk
kembali.
Hal ini sedikit digunakan unrtuk membentuk emulsi yang terdispersi dengan baik jika pemecahannya cepat. Demikian pula, kecuali perhatian cukup diberikan untuk mencapai dispersi yang optimal selama penyediaan,
kestabilan dari sitem emulsi dapat dikompromikan dari awal. Dispersi dibuat dengan mesin yang didesain dan dioperasikan dngan baik, mampu mengahasilkan tetsan dalam periode waktu yang relatif pendek.
Proses Dispersi untuk Membentuk Tetesan
Dianggap 2 fase cair yang tidak saling bercapur dalam tabung uji. Untuk mendispersikan cairan yang sah sebagai tetesan dalam cairan yang lain antarmaka antara cairan harus diganggu dan saling memasuki sampai tingkat
yang cukup sehingga jari-jari atau benang dari cairan yang sah melewati cairan yang ke dua dan sebaliknya. Benang-benang ini tidak stabil dan menjadi bentangan. Bentangan-bentangan ini memisah dan menjadi bulat seperti yang
ditunjukkan pada gambar. Tergantungan dari pengadukan, kecepatan geser yang digunakan. Tetesan yang lebih besar juga terpisah menjadi benang-benang kecil yang kemudian menghasilkan tetesan yang lebih kecil.
1
2. Waktu pengadukan adalah penting. Ukuran dari tetesan-tetesan menurun secara cepat pada beberap detik pertama dari pengadukan. Range batasan ukuran secara umum dicapai 1 sampai dengan 5 menit dan dihasilkan dari
jumlah koalesen tetesan yang ekuivalen terhadap jumlah tetesan baru yang terbentuk, sehingga tidak ekonomis untuk kelanjutan pengadukan.
Emulgator
Parrot; 313
Bahan pengemulsi adalah bahan aktif permukaan yang mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air disekitar tetesan terdispersi dalam lapisan kuat mencegah koalesen dan pemisahan dari fase terdispersi.
2
3. Ensiklopedia; 144
Bahan pengemulsi adalah bahan yang digunakan baik untuk mempermudah proses emulsifikasi pada waktu pembuatan dan mengontrol stabilitas selama shelf life (umur sediaan) dapat bervariasi dari beberapa hati untuk
emulsi yang disiapkan secara sederhana sampai beberapa bulan atau beberapa tahun untuk sediaan komersial.
Kesimpulan : Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang membantu emulsifikasi dan mengontrol umur sediaan dengan cara menurunkan tegangan antara minyak dan air.
Mekanisme Emulgator (Lachman; 504)
Stabilitas tetesan. Dua konsep alternatif yang ada untuk membuat emulsi yang kenampakannya seperti susu, seperti dispersi yang dapat membentuk dan distabilkan dengan menurunkan tegangan antar muka dan atau dengan
mencegah tetesan koalesen. Menurut teori emulsi klasik, bahan aktif permukaan mampu membentuk kedua objek. Bahan aktif permukaan mengurangi tegangan antar muka dan bereaksi sebagai barier (penghalang) menjadi tetesan
koalesen diabsorpsi dan permukaan atau lebih tepatnya. Pada permukaan tetesan tersuspensi. Bahan pengemulsi membantu pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme :
1.
Mengurangi tegangan antar muka – kestabilan termodinamik.
2.
Membentuk lapisan antarmuka yang kaku – mekanisme penghalang untuk koalesens.
3.
Membentuk suatu lapisan listrik rangkap – penghalang listrik untuk mendekatkan partikel.
Tegangan antar muka. Meskipun pengurangan tegangan antar muka menurunkan energi bebas permukaan yang dihasilkan pada proses dispersi, ini merupakan hal yang paling penting. Hal ini dapat dilihat dengan jelas pada salah
satu yang dipertimbangkan banyak bahwa polimer dan padatan yang terbagi halus, tidak efisien dalam mengurangi tegangan antar muka yang baik, bereaksi untuk menghindari koalesen dan juga digunakan sebagai bahan pengemulsi.
Lapisan antarmuka. Pembentukan lapisan-lapisan oleh bahan emulgator pada permukaan tetesan air dan tetesan minyak telah dipelajari secara mendetail. Konsep dari lapisan (monomolekuler) dari bahan pengemulsi pada permukaan
dari fase internal suatu emulsi adalah dasar yang penting untuk menahan sebagian besar teori emulsifikasi. Skema berikut menggambarkan bagaimana bahan-bahan emulgator dipercaya untuk mengelilingi tetesan dari fase internal.
MEKANISME AKSI (RPS 18th; 300 – 301)
Bahan pengemulsi dapat diklasifikasi berdasarkan jenis lapisan yang dibentuk pada antarmuka antara dua fase :
Lapisan monomolekuler
Bahan 2 aktif permukaan yang mampu menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan tunggal dari ion atau molekul teradsorpsi beda antarmuka minyak cair. Berdasarkan hukum Gibbs adanya kelebihan antaramuka
membutuhkan penurunan tegangan antarmuka, hal ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sebagai energi bebas permukaan. Pengulangan ini bukan merupakan faktor utama yang meningkatkan stabilitas
yang lebih penting adalah kenyataan bahwa tetesan-tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal (monoplayer) terionisasi, adanya muatan yang kuat dan tetesan yang saling tolak menolak mengakibatkan stabilitas sistem. Dengan
bahan aktif permukaan nonionik yang tidak terionisasi, partikel masih dapat membawa muatan, hal ini timbul dari absorpsi dan ion-ion atau ion spesifik dari larutan.
Lapisan multimolekuler
Koloid lipofilik terhidrasi membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan minyak terdispersi. Penggunaan bahan-bahan ini menurun pada tahun-tahun belakangan ini karena besarnya jumlah bahan aktif permukaan sinttik
yang tersedia yang memiliki sifat-sifat pengemulsi yang baik ketika koloid hidrofilik ini tidak menyebabkan suatu penurunan tegangan permukaan, yang berarti. Tetapi efisiensinya tergantung kemampuannya untuk membentuk
lapisan multimolekuler sejenis yang kuat. Aksinya sebagai pelindung disekitar tetesan menyebabkan resistensi terhadap koalesen yang tinggi, bahkan dalam tidak adanya pengembang potensial permukaan yang baik. Lebih
lanjut, kebanyakan hidrokoloid yang tidak diadsorpsi pada antarmuka meningkatkan viskositas fase kontinyu berair, hal ini meningkatkan stabilitas emulsi.
Lapisan partikel padat
Partikel-partikel padat yang kcil yang membasahi beberapa serabut oleh fase cair berair dan tidak berair bertindak sebagai bahan pengmulsi. Jika partikel-partikel
sangat hidrofilik, partikel-partikel tetap dalam fase air. Jika sangat hidrofobik partikel-partikl yang memiliki ukuran partiekl yang lebih kecil daripada tetesan pada fase terdispersi.
3
4. Gambar Tipe lapisan yang dibentuk oleh bahan pengemulsi pada antarmuka minyak/air. Gambaran itu ditunjukkan oleh emulsi O/W
Minyak =
Air =
Muatan listrik (DOM : 514)
Ketika salah satu cairan terdispersi ke dalam cairan lainnya. Partikel terdispersi akan ditemukan memiliki muatan listrik. Sifat listrik dari partikel terdispersi menolong untuk menstabilkan sistem dan mengikat koalesen.
Muatan partikel terdispersi dapat berasal dalam satu dari 3 cara berikut :
1.
Ionisasi molekul-molekul pada permukaan partikel.
2.
Adsorbsi ion-ion oleh partikel dari medium sekitarnya.
3.
Kontak antar bagian partikel dengan medium disekitarnya.
Saat ini sangat sukar untuk menandai dengan jaminan nyata bahwa metode muatan bertanggung jawab untuk muatan dan paling banyak contoh dari muatan kemungkinan hasil dan kombinasi 2 atau lebih metode diatas.
Aspek teoritis dari karakteristik listrik dari tetesan emulsi yang esensial yang ditemukan oleh penemu yang mengembangkan secara ekstensif daerah dan koloid hidrotobils dalam beberapa kasus berbentuk padatan bulat.
Aspek dan teori ini dapat diaplikasikan dalam sistem emulsi.
Syarat-syarat pengemulsi (RPS 18th; 300)
Beberapa sifat yang dipertimbangkan dari bahan pengemulsi harus :
1.
Harus aktif pada prmukaan dan mngurangi tegangan permukaan sampai di bawah 10 dyne/cm.
2.
Diabsorbsi secara tepat disekitar tetesan terdisprsi sebagai lapisan kental, monoadehren dimana akan mencegah koalesen.
3.
Harus meningkatkan viskositas emulsi.
4.
Harus efektif pada konsentrasi yang tinggi.
5.
Memberikan tetesan-tetsan yang potensial listriknya cukup sehingga terjadi saling tolak menolak.
Tidak ada bahan pengemulsi yang memenuhi sifat-sifat ini pada tingkat yang sama, nyatanya tidak semua emulgator yang baik perlu memiliki sifat ini. Lebih lanjut lagi, tidak ada bahan pengemulsi yang ideal karena sifat
yang diinginkan tergantung sebagian pada sifat dua fase yang tidak bercampur dalam sistem tertentu dibawah pertimbangan.
4
5. JENIS-JENIS PENGEMULSI (RPS 18 th ; 301)
Bahan-bahan pengemulsi dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya .Ada hubungan antara klasifikasi ini yang didasarkan pada mekanisme aksi. Sebagai contoh : kebanyakan bahan pengemulsi yang membentuk
lapisan monomolekular adalah sintetik, bahan-bahan organik. Kebanyakan dari bahan pengemulsi yang membentuk lapisan multimolekuler diperoleh dari sumber-sumber atom, adalah organik. Kelompok ketiga tersusun dari partikel
padat termasuk inorganik, yang membentuk lapisan yang tersusun dari partikel–partikel padat terbagi halus. Klasifikasi yang diambil membagi dalam bahan pengemulsi ke dalam sintetik, natural, dan padatan terdispersi halus.
Kelompok keempat bahan-bahan khusus adalah bahan pengemulsi lemah. Bahan-bahan yang tertera menggambarkan tipe-tipe yang tresedia, bahan-bahan ini tidak dijelaskan secara mendalam.
5
6. Tabel : Klasifikasi bahan pengemulsi.
Sintetik
Tipe
(bahan
aktif
Tipe lapisan
Monomolekuler
permukaan)
Contoh
Anionik :
Sabun
Kalium laurat, trietanolamin starat sulfat
Sodium lauril sulfat, alkil polioksietilen sulfat
Sulfonat
Dioktil sodium sulfosuksinat
Kationik :
Campuran amonium kuartrner
Setil trimetil amonium bromida
Lauril dimetil benzil amonium klorida
Non ionik :
Lemak polioksi etilen alkohol eter
Ester asam lemak sorbitan
Polioksietilen ester asam sorbitan
Koloidihidrofilik : Akasia,gelatin
Lecithin, kolsterol
Lecithin, koloid
Tanah liat koloid, bentonit, veegum
Hidroksida logam, Mg – OH
Alami
Multimolekuler
Monomolekuler
Padat terbagi halus
Partikel padat
RPS 18th ; 298
Emulsi yang stabil paling stabil harus mengandung paling sedikit 3 komponen, yaitu fase terdispersi, medium pendispersi, dan bahan pengemulsi. Tanpa kecuali, satu dari dua cairan yang tidak bercampur adalah cairan
sementara yang kedua adalah minyak fase air atau fase minyak menjadi fase terdispersi tergantung bahan pengemulsi yang secara utama digunakan dan jumlah relatif dari 2 fase cairan. Oleh karena itu, suatu emulsi dimana minyak
terdispersi sebagai tetesan dalam fase berair diistilahkan sebagai tipe minyak dalam air o/w. Saat air adalah fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersi, emulsi tersebut tipe air dalam minyak w/o. Kebanyakan emulsi
farmasetik dibuat untuk pemberian oral adalah tipe o/w, pengemulsi lotio dan krim adalah o/w maupun w/o tergantung pada penggunaannya, mentega dan kream salad adalah emulsi w/o.
6
7. Akhir-akhir ini yang disebut sebagai emulsi ganda telah dikembangkan dengan sedikit memperlambat pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini, ada tiga fase emulsi yaitu emulsi yang memiliki bentuk w/o/w atau o/w/o. Dalam
hal ini “emulsi dengan emulsi”, kebanyakan obat ada dalam fase yang paling dalam yang harus melalui dua fase disekelilinginya untuk mencapai fase eksternal, kontinyu.
Ini penting bagi ahli farmasi untuk mngetahui tipe emulsi yang disiapkannya, atau yang disetujui, karena itu mempengaruhi sifat dan penampilannya. Sayangnya, beberapa metode yang ada dapat memberikan hasil yang
tidak berair, dan juga tipe emulsi ditentukan oleh suatu metode harus selalu dikonfirmasikan dengan pengertian metode kedua.
7
8. LACHMAN ; 502
Tipe emulsi yang umum dari emulsi farmasetik dan kosmetik mengandung air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak sebagai fase lainnya, jika tetesan minyak didispersikan dalam fase kontinu berair emulsi
diistilahkan minyak dalam air (o/w). Jika minyak adalah fase kontinu, emulsi adalah tipe air dalam minyak (w/o). telah diamati bahwa emulsi o/w kadang-kadang berubah menjadi emulsi w/o dan sebaliknya. Perubahan tipe emulsi
ini disebut inversi.
Sejak kira-kira 1978, dua tipe emulsi ditambahkan, diklasifikasikan sebagai emulsi ganda. Perhatian diterima dari permukaan kimia. Ini secara keseluruhan untuk menyiapkan emulsi ganda dengan sifat minyak dalam air
dalam minyak o/w/o, atau air dalam minyak dalam air w/o/w. beberapa emulsi juga dapat berubah, meskipun selama perubahan itu biasanya membentuk emulsi yang sederhana. Jadi emulsi w/o/w normalnya berubah menjadi emulsi
o/w.
CARA MEMPERKIRAKAN TIPE EMULSI
DOM Martin ; 509
Beberapa metode yang cocok untuk menentukan tipe emulsi. Beberapa metode yang umum meliputi pengenceran tetesan , kelarutan, warna, pembentukan kimia, konduktifitas listrik dan test fluorosensi.
Pengenceran tetesan
Metode III didasarkan pada prinsip bahwa emulsi bercampur dengan fase luarnya. Akibatnya jika air ditambahkan ke dalam emulsi o/w, air akan terdispersi secara tepat ke dalam emulsi. Jika minyak ditambahkan minyak tidak
akan terdispersi tanpa pengadukan yang kuat, begitu pula sebaliknya emulsi w/o.
Uji kelarutan warna
Uji didasarkan pada prinsip bahwa warna terdisprsi secara seragam ke dalam emulsi, jika pewarna larut dalam fase eksternal. Amaranth pewarna larut air mewarnai emulsi tipe o/w tetapi tidak pada emulsi tipe w/o. Sudan (III)
larut dalam minyak mewarnai emulsi tipe w/o tetapi tidak pada emulsi tipe o/w.
Uji pembentuksn creaming
Creaming adalah fenomena pembentukan dua emulsi yang terpisah dari emulsi adanya dengan satu diantaranya mengapung di atas salah satu emulsi yang terpisah dibanding yang lain. Jika BJ dua fase diketahui, pembentukan
creaming dari tipe emulsi yang terbentuk. Jika cream emulsi ke atas emulsi adalah tipe o/w, sebaliknya jika cream ke bawah maka emulsi adalah tipe w/o. Ini didasarkan pada anggapan bahwa minyak BJ-nya kurang dari air.
Uji konduktivitas listrik
Uji ini didasarkan pada prinsip bahwa air menghantarkan arus listrik semntara minyak tidak. Jika elektroda ditempatkan dalam suatu emulsi maka menghantarkan arus listrik, ini diindikasikan sebagai emulsi o/w. Jika sistem
tidak menghantarkan arus listrik emulsi adalah tipe w/o.
Uji fluorosensi
Kebanyakan minyak saat dipaparkan dengan cahaya UV akan terpendar/berfluorosensi. Jika tetesan emulsi diuji pada sinar fluorosensi di bawah mikroskop dan seluruh bagiannya terpendar, berarti emulsi tipe w/o.
Bagaimanapun emulsi tipe o/w maka fluorosensinya berupa bercak.
8
9. Lachman ; 507
Untuk memprediksikan tipe emulsi yang terbentuk di bawah kumpulan kondisi tertentu, interaksi berbagai tolak ukur harus diperkirakan. Perkiraan ini hampir tidak mungkin dan hanya berupa aturan umum serta aturan
berupa empiris dapat diberikan.
1.
Jika amfipil pada dasarnya larut dalam air atau misalnya, sabun kalium
polioksil etilen lebih dari lima unit etilen oksida, amfipil tersebut biasanya akan cenderung menghasilkan emulsi o/w. Jika surfaktan terutama larut
dalam lemak (sabun kalsium, polioksietilen eter dngan kurang dari lima unit etilen oksida) . Amfipil tersebut dapat menghasilkan emulsi w/o jika kondisi lainnya baik.
2.
Bagian-bagian polar dari molekul pengemulsi umumnya merupakan batas yang lebih baik sebagai penggabungan daripada rekannya, hidrokarbon. Oleh karena itu emulsi o/w mungkin dapat dibuat dengan volum fase dalam
yang relatif tinggi. Disamping itu emulsi w/o (dimana batas tersebut merupakan bahan hidrokarbon) dibatasi dalam hal ini dan mengubah atau menginversi dengan mudah. Jika air terdapat dalam jumlah yang berarti sebagai
contoh, sisteem air minyak sorbitan monooleat, yang biasanya diharapkan membntuk mulsi w/o karena kurangnya satuan etilen oksida, terjadi demikian jika jumlah air yang terdapat kurang dari 90% volume. Pada jumlah air
yang lebih banyak hanya emulsi o/w yang terbentuk.
3.
Walaupun pada konsentrasi 20-30% , emulsi w/o dibentuk hanya jika air ditambahkan dalam minyak dengan pngocokan. Penambahan dua fase bersama-sama diikuti oleh pengocokan cenderung membentuk emulsi w/o pada
berbagai konsentrasi air di atas 10%.
4.
Akhirnya tipe emulsi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh viskositas dari masing-masing fase. Penambahan viskositas dalam suatu fase memudahkan fase tersebut menjadi fase luar.
Meskipun ada kesulitan ini, seseorang dapat mngharapkan suatu pengemulsi yang larut dalam air secara dahulu membentuk emulsi tipe o/w. Sedangkan kebalikannya adalah benar untuk surfaktan yang pada dasarnya yang
larut dalam minyak . Kadang-kadang perlu ditentukan tipe emulsi yang terbentuk, metode untuk tujuan ini terlihat dalam tabel.
Tabel : Metode untuk penentuan tipe emulsi.
Uji
Uji
pengenceran
Pengamatan
Emulsi dapat diencerkan dengan
fase luar
Keterangan
Hanya berguna untuk
emulsi cairan
Uji warna
Zat warna padat yang larut dalam
air hanya mewarnai emulsi o/w dan
sebaliknya
dan
pengamatan
mikroskopik biasanya membantu
bisa gagal jika ada pengemulsi ionik
CaCl2/kertas
saring
Fluorosensi
Daya hantar
Kertas saring dijenuhkan dengan
CaCl2 dan dikeringkan (belum)
berubah menjadi merah muda bila
emulsi o/w ditambahkan
Karena minyak berfluorosensi di
bawah sinar UV, emulsi o/w
menunjukkan
pada
titik-titik,
emulsi
w/o
berfluorosensi
seluruhnya
Aliran listrik dihantarkan oleh emulsi
o/w karena adanya zat-zat ionik
dalam air
Bisa gagal jika emulsi tidak stabil atau pecah
dengan adanya elektrolit
Tidak selalu dapat diterapkan
Bagai dalam emulsi o/w nonionik
9
11. RPS 18th ;299
Adalah penting bagi seorang farmasis untuk diketahui tipe emulsi yang disiapkannya uatau disetujui karena dapat mempengaruhi sifat dan penampilannya. Sayangnya beberapa metode yang ada dapat memberikan hasil
yang tidak tepat dan tipe emulsi yang ditentukan dengan suatu metode harus dikonfirmasikan dengan arti metode kedua.
Uji pengenceran. Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi o/w dapat diencerkan dengan air dan emulsi w/o dengan minyak. Saat minyak ditambahkan dalam emulsi o/w atau air ke emulsi w/o yang ditambahkan
tidak akan tercampur ke dalam emulsi dan akan nampak pemisahan nyata. Uji ini telah banyak diperbaiki jika penambahan air atau minyak diamati secara mikroskopik.
Uji konduktifitas . Emulsi yang mana fase kontinyunya adalah cair dapat dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi yang mana fase kontinyunya adalah minyak. Berdasarkan semuanya terjadi jika sepasang
elektroda dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik, dimasukkan ke dalam emulsi o/w lampu akan menyala karena menghantarkan arus antara dua elektroda. Jika lampu tidak menyala diasumsikan bahwa sistem adalah
tipe w/o.
Uji kelarutan warna. Pernyataan bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam emulsi tipe o/w. Sementara zat warna larut minyak akan larut dalam emulsi minyak, menghasilkan metode ketiga dari penentuan tipe emulsi. Jika ketiga
pengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu, kita setuju itu adalah emulsi tipe o/w. Jika zat warna tidak tinggal dalam fase kontinyu, uji ini diulangi mrnggunakan sejumlah kecil
dari pewarna larut minyak. Pewarnaan fase kontinyu menunjukkan tipe w/o.
METODE PEMBUATAN EMULSI
RPS18th ; 306
* Pembuatan emulsi skala kecil
1. Lumpang dan alu
Pendekatan ini tidak tetap, digunakan hanya untuk emulsi yang distabilkan dengan adanya lapisan multimolekuler (seperti aksia, tragakan, agar, dan chondrus) pada permukaan. Ada dua metode dasar untuk membuat emulsi
dngan lumpang dan alu yatiu metode gom basah (metode inggris) dan metode kering (metode kontinental).
2. Metode Gom basah
Pada metode ini bahan pengemulsi ditempatkan dalam lumpang dan didispersikan dalam air menjadi bentuk mucilago. Minyak ditambahkan dalam jumlah kecil dengan triturasi secara kontinyu, tiap ion dari minyak
diemulsikan dalam jumlah kecil sebelum penambahan bahan tambahan selanjutnya. Akasia paling sering digunakan sebagai bahan pengemulsi saat emulsi disiapkan dengan lumpang dan alu. Bahan pengemulsi minyak
tertentu, ratio optimum dari minyak : air : akasia untuk menyiapkan emulsi awal adalah 4 : 2 : 1. jadi penyiapan 60 ml dari 40 % mulsi minyak hati ikan kod adalah sebagai berikut :
Minyak hati ikan kod
24 g
Akasia
6g
Air q.s
60 ml
Mucilago akasia dibentuk dengan penambahan 12 ml air dan 6 g akasia dalam lumpang dan triturasi 24 g minyak ditambahkan dalam jumlah yang meningkat dari 1-2 g dan didispersikan. Produk pada tahap ini dikatahui
sebagai emulsi dasar atau nukleus. Emulsi dasar seharusnya ditriturasi selama paling kurang 5 menit setelah itu ditambahkan air secukupnya untuk volume akhir produk 60 ml.
3. Metode gum kering
Metode ini disukai oleh farmasis, gum ditambahkan kedalam minyak lebih baik daripada air dngan metode gum basah. Selanjutnya, pertimbangan untuk penyiapan emulsi dasar dari produk dapat diperoleh dengan melarutkan
dengan fase kontinyu. Jika pengemulsi adalah akasia dan minyak tertntu diemulsikan, perbandingan minya : air : gum adalah 4 : 2 : 1 lagi.
11
12. Penyiapan dispersi dari akasia dalam minyak dicukupkan, metode gum kering dapat menjamin untuk menghasilkan emulsi yang diinginkan, karena penambahan salah satu komponen tidak ditingkatkan, penyiapan emulsi dari
metode ini cepat.
Dengan metode kedua, ratio minyak : air : gum bervariasi tergantung pada tipe minyak yang akan diemulsikan dan bahan pengemulsi yang digunakan. Biasanya ratio untuk tragakan dan akasia ditunjukkan pada tabel.
Penyiapan emulsi dan kedua metode gum basah dan kering dapat dicampur dalam botol lebih baik daripada dengan lumpang dan alu.
Tabel : Perbandingan dari minyak air dan gum yang digunakan untuk menghasilkan emulsi.
Sistem
Fixed oil (cairan petrolatum dan linseed oil)
Air
Gum
Minyak menguap
Air
Gum
4. Metode lain
akasia
4
2
1
2–3
2
1
tragakan
40
20
1
20 – 30
20
1
Peningkatan jumlah emulsi yang diformulasi dengan bahan pengemulsi sintetik, khususnya tipe non ionik. Komponen seperti formulasi dipisahkan kedalam yang larut minyak dan yang larut air, dilarutkan dalam pelarutnya
masing-masing dengan pemanasan sekitar 70° sampai 75°. Ketika melarut sempurna., dua fase dicampur dan produk diatur sampai dingin. Metode ini tidak membutuhkan alat lain selain 2 beker, termometer dan sumber panas,
digunakan dalam penyiapan sampel yang mengandung wax dan bahan lain yang mempunyai titik lebur tinggi, harus dilebur sebelum didispersikan dalam emulsi. Metodologi sederhana secara relatif meliputi penggunaan
pengemulsi tipe surfaktan sintetik adalah salah satu faktor penggunaan luas dalam sediaan emulsi. Ini menyebabkan penurunan dalam bahan emulgator alam.
Dengan penghomogen tangan, emulsi awalnya dibentuk dengan triturasi dalam lumpang atau pengadukan dalam botol. Emulsi dalam beberapa waktu melalui homogenizer. Reduksi ukuran partikel diterima sebagai beberapa
waktu dengan daya melalui penyempitan rongga didalam teknik. Harusnya homogenizer untuk menghasilkan produk adequate, formulasi, lebih baik dari teknik,seharusnya diperkirakan.
REKOMENDASI TAMBAHAN (Lachman : 523)
Pada laboratorium, perkembangan emulsi umumnya praktis disiapkan , fase minyak mengandung semua bahan yang larut dalam minyak dan dipanaskan pada temperatur yang sama dan kemudian dua fase dicampur. Beker
berisi emulsi panas tersebut mendingin dengan cepat pada temperatur kamar, tetapi tank produksi berisi beratus-ratus gallon bahan panas mendingin dengan lambat kecuali jika bagian luar didinginkan.Ini salah satu alasan sederhana
proses perpindahan lab pada produksi. Diperlukan studi ekstensif dari waktu pendinginan dan pengadukan. Juga disarankan untuk menggunakan peralatan pelindung untuk sediaan emulsi skala besar, jadi siklus pemanasan dan
pendinginan dapat dikontrol dengan hati-hati.
Pada sediaan anionik atau kationik emulsi o/w, biasanya ditambahkan fase air kedalam fase minyak. Pada kasus emulsi non ionik menunjukkan PIT yang tidak dibutuhkan ketika temperatur tunggal dapat digunakan untuk
mengontrol tahap emulsifikasi ini. Jika sabun digunakan sebagai bahan pengemulsi, biasanya disiapkan in situ dengan kombinasi alkali dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Serupa pula, pengemulsi larut minyak
umumnya ditambahkan dalam fase minyak. Pengemulsi larut air dilarutkan dalam fase air. Kadang-kadang ini memberi keuntungan untuk memasukkan pengemulsi larut air kedalam fase minyak. Pada penyiapan emulsi w/o, paling
selalu membutuhkan pnambahan fase air secara lambat dalam campuran pengemulsi minyak.
Untuk mencegah kehilangannya, pengaroma yang mudah menguap atau parfum lebih disukai ditambahkan pada temperatur yang lebih rendah yang mana percampurannya dalam emulsi adalah mungkin (biasanya 4555°C).
Jika gum dikerjakan, seharusnya ditriturasi atau dilarutkan scara sempurna dalam fase cair sebelum tahap emulsifikasi. Jika gum yang digunakan sensitif terhadap pemanasan, percampuran larutan gum emulsi telah
terbentuk. Penggunaan dua gum organik berbeda dapat menyebabkan incompabilitas. Sebagai catatan bahwa pengemulsi anionik dan kationik yang sama jarang menghasilkan emulsi yang diinginkan.
12
13. Diduga, emulsi didesain untuk penggunakan parenteral dapat disiapkan hanya dibatasi jumlah dan bahan pengemulsi (lihat tabel). Ketika digunakan pengawet konvensional dikontraindikasikan, seperti sediaan dibuat setril
pada temperatur tinggi tetapi masih menghasilkan emulsi yang dapat diterima setelah siklus pemanasan atau pendinginan. Direkomendasikan bahwa emulsi parenteral khususnya didesain untuk infeksi intravena, dihomogenkan
sampai ukuran partikel cukup diterima.
Emulsi yang dibentuk dengan penurunan suhu, kehilangan air dalam penguapan harus diatur. Ini paling baik dilakukan dengan pengatur “berat akhir” dengan air buat emulsi dngan suhu 35°C.
Tabel
Klasifikasi surfaktan untuk emulsi farmasetik
Tipe pemberian ulang
Kelompok anionik
Asam karboksilat
Sulfur dan Ester
Sulfonal alkil dan alkil aril
Ester asam fosfat
Subtitusi alkilamida
Hemiesters
Kelompok kationik
Amina
Quartener
Kelompok amfoter
Amonium karboksilat
Amonium fosfat
Kelompok anionik
Polioksi ester
Sabun
Lactylates
Kondensasi polipeptida
Sulfat monogliserin
Alkil sulfat
Deodesil benzen sulfonat
Trioleil fosfat
Sarcosinate
Laurat
Sulfosuksinat
T
TO
T
TO
TO
T
T
TO
T
TO
Lakoksialkilamin
Benzalkonium klorida
N-alkilaminoacid
Lecitin
Polioksietilenalkil/asil eter
Polioksietilen polioksipropilen blok polimer
Polioksietilen ester asam lemak
Polioksietilen asam ester sorbitan
Polialkoksi ester
Polioksi amidel
Ester asam lemak alkohol
Penggunaan
Ester sorbitan
Ester gliseril
Ester sukrosa
Lauril alcohol
TO
TOP
T
TOP
TO
TO
T
TO
TO
TO
T
Alkohol lemak
T : Topikal
O : Oral
P : Parenteral
13
14. INTERMITTEN SHAKING / PENGOCOKAN BERSELANG (RPS18th; 299)
Cairan diaduk atau dikocok dengan beberapa maksud. Pngocokan umumnya dilakukan untuk bahan dengan viskositas rendah. Pngocokan berselang lebih efisien daripada pengocokan terus menerus, mungkin karena
interval waktu yang singkat sehingga kekuatan menyilang antar muka untuk memecah kedalam tetesan-tetesan kemudian dijerat pada fase yang berlawanan. Selanjutnya, pengadukan tepat tergantung dari pemecahan ini kedalam
bentuk tetesan. Lumpang dan alu sering digunakan dalam penyiapan emulsi. Ini adalah teknik yang sangat tidak efisien dan tidak dapat digunakan dalam skala besar. Peningkatan dispersi diterima dengan penggunaan mikser dngan
kecepatan tinggi, blendere, melalui koloid dan penghomogn teknik ultrasonik juga telah dilakukan.
KESTABILAN EMULSI (RPS18th; 307)
Ada beberapa kriteria yang ditemui dalam pembuatan emulsi. Mungkin yang paling penting dan nyata adalah emulsi yang memiliki stabilitas fisik adequate, tanpa ini, emulsi akan segera kembali menjadi dua bagian fase.
Sebagai tambahan, jika produk emulsifikasi mempunyai aktivitas antimikroba (seperti lotio pengobatan), harus dijamin bahwa formulasi memiliki derajat aktivitas. Sering bahan menunjukkan aktivitas antimokroba rendah dalam
emulsi daripada dalam larutan. Umumnya ini karena pembagian efek antara fase minyak dan fase air yang mana menyebabkan penurunan konsentrasi “efektif” dari bahan aktif. Pembagian juga diambil kedalam jumlah dimana
pengawet dipertimbangkan untuk mencegah mikrobiologi yang mengganggu pada emulsi. Akhirnya stabilitas kimia dari bahan bervariasi pada emulsi seharusnya diterima dngan beberapa perhatian, seperti bahan mungkin mudah
mengalami degradasi pada tahap emulsifikasi daripada ketika berada pada fase baik.
Pada diskusi, pertimbangan detail akan batasan pertanyaan dari stabilitas fisik diulang pada topik ini setelah dipublikasikan oleh Garret dan Kitchnrer dan Musseilwhite. Untuk informasi pada pengaruh bahwa emulsifikasi
dapat mempunyai aktivitas biologi dan kimia dari material dalam emulsi.
Teori dari stabilitas emulsi telah didiskusikan oleh Eccleston dalam percobaan untuk situasi yang dimengerti pada kedua emulsi sederhana o/w dan w/o, dan sistem komersial kompleks.
Tiga fenomena besar dengan stabilitas fisik, adalah :
1.
Perpindahan keatas atau kebawah dari tetesan terdispersi relatif pada fase kontinyu, diistilahkan dengan kriming atau sedimentasi.
2.
Agregat dan koalesens, dispersi tetesan untuk pemisahan kembali menjadi fase massa.
3.
Inversi, perubahan emulsi o/w menjadi emulsi w/o dan sebaliknya
Kriming dan Sedimentasi (RPS 18th; 307)
Kriming adalah perpindahan ke atas dari tetesan terdispersi relatif dalam fase kontinyu, sedangkan sedimentasi adalah proses kebalikan yakni gerakan ke bawah dari partikel. Pada emulsi satu proses atau lebih, bergantung
dari berat jenis dari fase terdispersi dan fase kontinyu. Ini tidak diinginkan pada produk farmasi dimana keseragaman adalah pnting pada pmberian dosis yang tepat dan seragam. Kriming dan sedimentasi membawa partikel-partikel
berdekatan bersama dan mungkin memudahkan masalah yang lebih serius dari koalisens.
Kecepatan pada mana tetesan bulat atau endapan partikel dalam suatu cairan diatur oleh hukum Stokes. Sementara persamaan lain telah dikembangkan untuk sistem massa. Hukum Stokes masih digunakan ketika faktor
berpengaruh pada jumlah sedimentasi atau kriming. Diameter dari tetesan terdispersi, viskositas medium pensuspensi dan perbedaan antara berat jenis antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Biasanya hanya digunakan dua faktor utama adalah ,mungkin mempengaruhi kriming atau sedimentasi. Pengurangan kontribusi ukuran partikel mungkin meningkatkan atau mengurang kriming, ketika jumlah perpindahan
adalah fungsi akar kuadrat dari diameter partikel. Bagaimanapun teknik yang sulit dalam mengurangi diameter tetesan dibawah 0,1 μm. Paling sering digunakan untuk meningkatkan viskositas dari fase kontinyu, meskipun ini dapat
dilakukan hanya secara luas pada emulsi masih dapat dipercepat beberapa derajat dari wadah dan atau diberikan dengan baik sekali
14
15. Agregat dan Koalesens (RPS 18 th ; 307)
Setiap kriming dan sedimentasi yang tidak diinginkan, tidak dibutuhkan hasil dalam pemecahan emulsi. Ketika tetesan terdispersi dalam bentuk tunggal, selanjutnya tetesan dapat didispersikan dngan pengadukan sedang.
Stabilitas serius dari emulsi adalah proses agregat dan koalesens. Pada agregasi (flokulasi), tetesan terdispersi, bersama tapi tidak menyatu. Koalesens, tetesan menyatu sempurna. Keduanya berperan penting untuk mengurangi jumlah
tetesan dan pemisahan menjadi dua fase yang tidak saling bercampur. Agregasi mndahului koalesens dalam emulsi. Agregasi adalah perluasan yang dapat balik, sementara koalesens cukup serius, koalesens akan mempercepat kriming
atau sedimentasi, ketika agregat menunjukkan tetesan tunggal.
Agregat berhubungan dengan potensial listrik pada tetesan, koalesens bergantung pada sifat struktur lapisan antarmuka. Stabilitas emulsi dapat mengemulsi tipe surfaktan pembentuk lapisan monomolekuler. Koalesens
bertentangan dengan elastisitas dan kohesif dari lapisan antara dua tetesan. Pada kenyataannya, dua tetesan bersentuhan tidak menyatu karena adanya lapis tipis dan akhirnya hilang, Lapisan multimolekuler dan partikel padat
memberikan emulsi dengan resistensi derajat yang tinggi terhadap koalesens karena kekuatan mekaniknya.
Inversi Fase (RPS 18 th; 307)
Emulsi dikatakan mengalami inversi ketika berubah dari emulsi o/w ke w/o atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang dapat dibawa dengana penambanhan elektrolit atau dengan perubahan rasio volume fase. Sebagai contoh,
emulsi o/w diberikan natrium stearat sebagai pengemulsi yang dapat berubah dengan penambahan kalsium klorida, karena kalsium stearat membentuk pengemulsi lipofilik dan membentuk hasil w/o.
Inversi sering dapat diperlihatkan ketika emulsi disiapkan dengan pemanasan dan percampuran dua fase saat didinginkan. Ini kira-kira karena tergantung dari perubahan temperatur dalam larutan dari bahan pengemulsi.
Temperatur fase inversi (PIT) dari surfaktan nonionik telah ditunjukkan oleh Shinoda dkk, dipengaruhi oleh nilai HLB dan nilai PIT surfaktan yang lebih tinggi memberikan resistensi yang lebih besar terhadap inversi.
Bagian dari nilai PIT kerja metabolit telah dikeluarkan pada proses inversi. Mungkin kelihatan bahwa pengaruhnya dapat dikurangi dengan menggunakan bahan pengemulsi yang pantas dalam konsentrasi adequate.
Mungkin volume fase terdiri dari seharusnya tidak melebihi 50% dari volume total emulsi.
KESTABILAN EMULSI (Lachman; )
Kestabilan termodinamika emulsi berbeda dari kestabilan yang didefenisikan oleh pembuat formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan subjektif secara menyeluruh. Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk
sediaan farmasi tidak membutuhkan kestabilan termodinamika. Jika suatu emulsi membentuk creaming diatas atau dibwah, emulsi bisa tetap dapat diterima secara farmasetik selama emulsi tersebut dapat dibentuk kembali dengan
pengocokan biasa. Pertimbangan serupa dapat digunakan untuk emulsi kosmetik tetapi dalam kosmetik pembentukan krim biasanya tidak dapat diterima, karena tiap pemisahan yang tidak bagus dipandang membuat produk tidak
elegan secara kosmetik. Oleh karena itu penting untuk mengingat bahwa standar kestabilan sebagian besar tergantung pada pengamat, karena pengamatan subjektif atau opini dengan sendirinya tidak mencukupi untuk menentukan
aturan seperti kestabilan tang dapat diterima. Kestabilan harus didefnisikan dalam arti yang diberikan oleh barret, yaitu berdasarkan tujuan objektif murni. Shelf life (umur sediaan) adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan evaluasi kestabilan subjektif.
Umur sediaan suatu produk busa secara langsung dihubungkan dengan kestabilan kinetiknya. Kestabilan kinetik berarti sifat-sifat fisika kimia dari suatu emulsi tidak berubah secara berarti selama periode waktu yang
cuikup lama. Dilain pihak, kestabilan termodinamik dari tipe yang dipostulatkan secara umum untuk sistem terlarut atau mikroemulsi umumnya tergantung pada temperatur. Dengan demikian, setelah suhu dari suatu produk terlarut
diganggu, akhirnya akan kembali ke keadaan aslinya (dalam hal ini jernih atau transparan) bila temperatur dikembalikan ke normal. Termodinamika tidak dapat meramalkan bagaimana keadaan asli (jernih) dikembalikan dengan
cepat.
Gejala ketidakstabilan,
1.
Pembentukan krim
15
16. 2.
Flokulasi
3.
Penggumpalan
Cara Menaksir Umur Sediaan (Lachman)
Tidak ada metode yang cepat dan sensitif untuk menentukan ketidakstabilan potensi dalam suatu emulsi yang tersedia bagi formulator. Malah formulator terpaksa harus menunggu pada waktu yang tidak terbatas pada
kondisi lingkungan sebelum tanda shelf life yang buruk tampak jelas dalam emulsi. Untuk mempercepat program kestabilannya, pembuat formula biasanya menempatkan emulsi pada semacam tekanan. Cara lain, ia bisa mencari
suatu uji atau tipe yang lebih sensitif untuk deteksi ketidakstabilan daripada hanya pengamatan mikroskopik saja.
Kondisi yang dipaksakan atau ditekan,
Kondisi ini biasa digunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi meliputi :
1.
Umur sediaan
2.
Sentrifugasi
3.
Pengocokan atau pengadukan
Tipe Kimia
Perlunya untuk kestabilan kimia dari komponen-komponen emulsi telah dikenal. Masalah khas yang meliputi adanya PEG atau derivat-derivat PEG adalah kecenderungannya terhadap autooksidasi. Fenomena ini dapat
menyebabkan pembentukan bau yang tidak dikehendaki, senyawa asam, dan semua tipe produk sampingan yang bersifat oksidatif. Ketidakstabilan ester-ester nonionik yang mengakibatkan degradasi hidrolitik bisa mnghasilkan
perubahan dalam konstanta dielektrik dari emulsi tersebut. Feenomena ini sejalan dengan pengamatan ketidakstabilan fisik dan dilengkapi dengan pembentukan asam stearat misalnya polisorbat 80.
Tipe Fisika
Tipe yang paling berguna yang biasanya diukur untuk menaksir pengaruh kondisi tekanan pada emulsi meliputi :
1.
Pemisahan fase
2.
Viskositas
3.
Sifat-sifat elektrofonetik
4.
Analisis ukuran partikel serta bilangan partikel
16
17. TEORI TENTANG SHAMPO
Definisi Shampo (Balsam II;74)
Harry (3) mendefinisikan shampoo sebagai “sediaan dari surfaktan” (bahan aktif permukaan) dalam bentuk yang sesuai-cair,padat, atau serbuk, dimana jika digunakan di bawah kondisi khusus dapat menghilangkan lemak,
kotoran dan kulit terkelupas pada permukaan dari rambut dan kulit kepala tanpa menimbulkan efek merugikan bagi rambut, kulit kepala atau kesehatan dari yang menggunakan.
Fungsi shampo
Menurut Balsam II;75
Fungsi utama dari shampo adalah membersihkan rambut dan kulit kepala, kotoran rambut termasuk sekresi alami dari kulit, kulit kepala yang terkelupas, penumpukan kotoran dari lingkungan dan sisa dari produk perawatan
rambut yang digunakan oleh konsumen. Setelah aksi pembersihan sempurna dapat memberikan kepuasan bagi pemakai. Shampo akan menghasilkan rambut yang lembut, berkilau, dan mudah diatur. Formulasi dari shampo dapat
pula berupa campuran yang ditekankan untuk beberapa kemampuan khusus seperti meminimalkan rasa perih pada mata, mengontrol ketombe atau memberikan keharuman yang menarik untuk bau wangi yang dapat diterima.
Menurut Formulary Of Cosmetic Preparation;26
Fungsi shampo adalah untuk membersihkan lemak (seperti sebum) dan melapisi rambut dari kotoran tersebut yang terikat pada rambut dan kulit kepala. Evaluasi shampo berdasarkan kriteria berikut:
1.
Keefektifan dari deterjen
2.
Kemampuannya berbusa dalam air sadah
3.
Kemampuan shampoo untuk dapat terdistribusi pada rambut
4.
Kemampuan untuk membersihkan lemak
5.
Keharuman yang menyenangkan
6.
Mudah untuk dibilas
7.
Kemampuan untuk memberikan busa dan kelembutan pada rambut
8.
Tidak mengiritasi
Tipe-tipe Shampo (Balsam II;75)
17
18. Shampo tersedia dalam beberapa varietas bentuk dan tipe. Beberapa
Metode dari klasifikasi disesuaikan dengan keperluan dan berubah –ubah sesuai dengan sudut pandang. Klasifikasi menurut bentuk produk terdiri dari cairan jernih, lotion, pasta, gel, dan akhirnya aerosol dan produk kering.
Shampo lebih lanjut dibedakan berdasarkan pertimbangan khusus yang komponennya tidak biasa atau kombinasi dari komponen yang tersedia, sebagai contoh: Shampo untuk rambut dan kulit kepala dengan kondisi khusus,
shampoo untuk anak-anak, atau bayi, shampoo untuk laki-laki, dll.
1.
Shampo cair jernih (Jellineck;247)
Produk ini pada dasarnya mengandung larutan berair dari deterjen, yang memiliki konsentrasi surfaktan bervariasi antara 10% dan 30%. Selain dari persyaratan umum yang harus ditemui pada semua shampoo;
dua atau lebih ditambahkan disini.
Sediaan harus memiliki konsistensinya yang sesuai. Jika sediaan terlalu encer, sediaan tersebut terlalu mudah mengalir dari kulit kepala menuju ke wajah (mata!) dan turun ke leher. Jika sediaannya terlalu
kental, sediaan itu sangat lambat (susah dituang dari botol dan tidak akan mudah tercampur dengan air pada rambut sehingga sediaan tersebut kehilangan keefektifan penuhnya. Sediaan harus tetap jernih pada kondisi
penyimpanan normal. Titik kabutnya harus berada di bawah 5oC.
Untuk memberikan sifat yang diinginkan pada shampoo cair, beberapa zat tambahan seringkali digunakan. Zat tambahan tersebut dapat dibagi menjadi kelompok di bawah ini tergantung pada keefektifannya:
a. Bahan pendispersi garam kalsium
Tujuan dari produk ini adalah untuk mencegah pengendapan sabun kalsium dan perlekatanatau rambut yang lepek yang disebabkan oleh bahan ini. Aksi ini menyebabkan peningkatan busa. Bahan pendispersi
garam kalsium adalah secara khusus penting pada sabun shampoo. Tapi bahan inijuga digunakan dengan alkil aril sulfonat dan sarkosida. Diantara bahan-bahan ini adalah Igenon T, produk asam lemak alylolamine
terkondensasi, alkil polioksietilen fenol, dan bahan etylen oksida terkondensasi non ionik lainnya.
b. Bahan sequestrant
Bahan-bahan ini juga untuk mencegah pengendapan garam kalsium dan karenanya menjadi sangat penting dalam shampoo busa. Mengingat keefektifan bahan pendispersi tergantung pada aktifitas
permukaannya, sequestrant memiliki efek kimia murni. Sequestrant menahan kalsium dan ion logam polyvalent lainnya menjadi kompleks larut air yang stabil, dan melalui cara ini mencegah pembentukan garam
kalsium yang tidak larut.
Bahkan penambahan sejumlah kecil (± 1%) dari sequestrant akan menjernihkan semua kabut karena air yang kaya akan kalsium dari sabun shampoo dan juga mencegah flokulasi yang dapat terjadi
pada botol oleh pelepasan garam kalsium.
c. Pelarut
Seperti yang telah dilihat pada bab 2, sudah menjadi sifat
yang melekat pada deterjen bahwa deterjen tidak mudah larut dalam air, dan bagian molekul yang tidak larut dalam air harus cukup kuat untuk
membawa molekul ke antar muka dari larutan. Dalam penyiapan dari konsentrasi shampoo kadang-kadang dibutuhkan untuk mendekati batas dari larutan dimana larutan akan menjadi berkabut. Bagaimanapun shampoo
yang jernih secara absolut dapat berkabut setelah pengocokan yang kuat atau diletakkan pada suhu rendah. Pelarut-pelarut ini ditambahkan untuk mencegah sifat pengkabutan ini. Yang paling sering digunakan adalah
alkohol (ethyl n-propil atau isopropyl alkohol) , glikol (1,2-propilenglikol, 1,3-butilenglikol, polyglikol) dan gliserol. Pelarut sering meningkatkan aksi pembusaan dari shampoo kecuali yang berviskositas lebih rendah.
d.
Bahan pengental
18
19. Dalam penambahan bahan-bahan yang secara umum diguanakan untuk mengentalkan larutan berair (alginate, polivinil alkohol, metilseslulosa, dan silikat koloidal). Beberapa tipe lainnya adalah garam inorganic
yang cocok (ammonium klorida) yang paling efektif dan paling umum digunakan;( walaupun ammonium klorida meningkatkan sedikit aroma amoniak yang harus ditutupi dengan menggunakan parfum), ester polietilen
glikol (ex. Polietilenglikol 400 distearat) . Konsistensi yang diminta mungkin juga dicapai melalui campuran dari surfaktan sebagai dasar shampoo, minyak kastor tersulfonkan sebagai contoh, meningkatkan dari
shampoo tergantung pada minyak zaitun tersulfonkan dan dasar shampoo alkil aril trietanolamin sulfonat dapat ditingkatkan oleh penambahan garam ammonium.
e. Bahan pelembut rambut dan kulit
Karena sebelumnya telah diterangkan beberapa deterjen mempunyai efek menghilangkan lemak yang kuat pada rambut. Ini dengan demikian tidak menyenangkan; bila dalam penambahan surfaktan cenderung untuk
diserap pada rambut. Ini dapat menyebabkan rambut rapuh dan rambut menjadi susah diatur.
Lanolin dan turunan lanolin, cetyl dan oleat alkohol mempunyai efek yang baik tetapi harus digunakan dengan hemat; konsentrasi di atas 2% biasanya memberikan efek pembentukan busa dari shampoo. Lanolin
sering memberi efek rambut menjadi jarang yang nyata pada konsistensinya pada shampoo.
f. Bahan finishing
Beberapa bahan pelembut juga memperbaiki kilapan dari rambut setelah pencucian; rambut berminyak tidak menghasilkan busa. Dispersi sequestrant dan sabun kalsium juga mencegah rambut menjadi tidak
mengkilap setelah shampoo tertentu digunakan.
g. Pembentuk busa
Sequestrant dalam sabun shampoo memperbaiki busa dengan menghambat pembentukan dari sabun kalsium dimana menekan pembentukan busa. Dalam shampoo yang didasarkan pada lemak alkohol
tersulfonkan dengan penambahan 1-2% bebas alkoho, (ex. Cetyl alkohol) dapat menurunkan volume busa tetapi membuat padat dan lebih stabil. Bagian kecil dari asam lemak alkil amin dipertimbangkan untuk
ditambahkan ke dalam deterjen anionic untuk mencapai pembentukan kabut dan busa padat yang cepat. Derivat amfoterik dapat memberikan efek yang sama.
h. pengawet
menurut Bryce & Smart, shampoo komersial yang tersedia sering mengandung jumlah yang besar dari bakteri gram negatif. Garam fenil merkuri dan formaldehid kadang-kadang digunakan, walaupun kestabilan
keduanya tidak cukup. Bryce & Smart merekomendasikan penggunaan 2-bromo-2 nitropropan-1,3 diol.
2.
Shampo Krim
Shampo krim dipertimbangkan, sebuah kesalahan estetika yang serius jika cairan shampoo emulsi mengkabut setelah penyimpanan jangka panjang atau pendinginan yang kuat. Ahli kimia kosmetika membatasi
formula ini dengan persyaratan bahwa sisa produk jelas di bawah keadaan sekitar yang normal. Beberapa deterjen dapat ditambahkan hanya dalam konsentrasi yang terbatas; sebagai contoh, beberapa kelas dari lemak alkohol
sulfat dengan kandungan tinggi garam sulfat (yang mana kristalisasi pada temperatur rendah). Pengabutan dapat lebih kuat dicegah dengan penambahan lemak lebih dari 5%.
3.
Sabun shampoo
Shampo sabun cair yang biasa adalah larutan berair garam kalium dari minyak kelapa mudah larut dan dikembangkan cukup berbusa yang berhubungan dengan asam laurat yang dikandung cukup besar oleh
minyak. Minyak kelapa dapat keseluruhan atau sebagian digantikan oleh minyak palm yang juga tinggi kadar asam lauratnya tapi mengandung sedikit asam kaprilat dan asam kaproat. Penambahan minyak zaitun
(mengandung kebanyakan rioleine) memberi tekstur yang halus, busa lebih stabil dan aksi meredakan iritasi kulit darti sabun minyak kelapa; Ada 3 cara untuk menyiapkan shampoo sabun:
19
20. (1)
(2)
Asam lemak bebas dapat dinetralisasi dengan alkali
(3)
4.
dasar sabun yang lengkap dapat dilarutkan dalam air
Sabun dapat disiapkan dengan mensaponifikasi lemak bebas
Shampo Gel
Jika kandungan bahan pengental dalam shampoo cair atau krim secara kuat ditingkatkan, hasilnya produk seperti jelly yang transparan. Menurut Djikstra, dasar yang baik untuk tipe ini dari penyiapannya terdiri
dari bagian seimbang dari TEA lauryl sulfat dan TEA miristat.
5.
Shampo Kering
Shampo kering menghasilkan jenis yang paling murah dari sediaan pembersih rambut. 5 g serbuk deterjen cukup untuk satu penggunaan dan harga kemasan yang rendah juga lebih praktis, lebih lagi, mudah
untuk mengemas dalam bagian penggunaan tunggal yang pasti untuk keuntungan (shampoo cair jernih dan shampoo cair krim juga dapat terdapat dalam kemasan tunggal, walaupun metode ini pengemasannya terhitung
mahal. Ini lebih popular khususnya di Eropa). Pada pihak lain, ini adalah keuntungan shampoo kering yang bahan kondisionernya rambut dapat ditambahkan pada batas jumlah yang dipilih. Dari deterjen aktif, shampoo ini
biasanya juga mengandung beberapa garam inorganic, karena garam ini mempunyai reaksi alkali lemah dalam larutan (soda bikarbonat, borax), dapat meningkatkan kekuatan pembersihan untuk tinghkat tertentu. Fungsi
utamanya, bagaimanapun adalah pengaruh fisiologis pada pembeli. Mereka meningkatkan volume serbuk. Pengguna menemukan hanya satu sendok teh penuh dari serbuk dalam kemasan shampoo sehingga pengguna merasa
ditipu.
Formulasi Shampo (Modern Cosmet;378)
Setelah penggambaran sebelumnya dari banyak deterjen yang berharga untuk shampoo, bagian formualsi tidak lengkap, hanya diindikasikan dari tipe. Dimana formula yang diberikan didasarkan pada beberapa
deterjen khusus, ini biasanya diasumsikan bahwa deterjen lain atau campuran malahan dapat digunakan, membolehkan untuk beberapa bahan karena kelarutannya, dsb. Dengan pengertian ini formula sederhana yang
digunakan sebagai dasar untuk formula berikutnya.
Sebagai catatan penting, bahwa konsumen di negara yang berbeda mempunyai ide yang berbeda mengenai konsentrasiideal untuk shampoo. Di Inggris, untuk contoh, kebanyakan konsumen lebih menyukai
sejumlah besar shampoo cair. Dimana di Jerman tampak bahwa konsumen mengharapkan untuk memperoleh beberapa shampoo dari kemasan kecil yang agak baik. Perbedaan ini dalam kebiasaan social dan permintaan
membuat sulit untuk direkomendasikan tingkat deterjen yang mana akan cocok secara universal. Formula yang ditemukan mengikuti hak paten Inggris dari 12-20 ml per kepala.
Tipe shampoo di pasaran mengikuti kategori berikut:
(a)
Shampo cair jernih
(b)
Shampo krim cair
20
21. (c)
Shampo krim padat
(d)
Shampo serbuk
(e)
Shampo aerosol
(f)
Shampo kering (tipe serbuk)
(g)
Shampo kering (tipe cair
Penjelasan :
(a)
Shampo cair jernih
Shampo ini ada pada kebanyakan tipe yang popular, dan mempunyai variasi penampilan dari formulasi yang paling baik. Dimana tidak ada gambaran yang sangat jelas dari mayarakat yang
mengharapkan shampoo cair jernih, hal ini dapat dilihat bahwa formula ini dapat dibagi secara kasar ke dalam dua bagian besar dari kekuatan membersihkan untuk rambut berminyak (yang mana dikategorikan
sebagai shampoo pembersih) dan karena dengan janji dari pembersihan, mereka menyarankan bahwa rambut berada dalam keadaan baik setelah penyampoan. Hal ini popular pada konsumen dengan rambut kering
dan dapat disebut sebagai “shampoo kosmetik”.
Tipe pembersih lebih mudah diformulasikan, karena hanya cocok untuk larutan dari deterjen seperti TEA lauril sulfat atau lauril eter sulfa; TEA lauril sulfat biasanya digunakan 30-33% Larutan dan
50 bagian dari ini, parfum, pewarna, dan air hingga 100 bagian akan membuat bergerak, larutan jernih dengan kekuatan pembusaan yang baik untuk produk yang lebih kental, eter sulfat mungkin digunakan.
Kebanyakan shampoo pengobatan di pasaran termasuk dalam kelas ini dan mereka dibuat dengan dasar “pembersihan” dan penambahan germisida. Shampo yang tertinggal pada kulit kepala dan
rambut untuk waktu yang singkat, germisida harus pada tipe yang nyata, sehingga dapat meninggalkan kulit kepala dan menghasilkan aksi. Bahan yang cocok adalah Hexacloropen pada 0,2-1%, lebih detail dapat
ditemukan pada chapter antiseptik dan pengawet.
Tipe kosmetik dari shampoo cair dapat diformulasikan dengan mengoleksi deterjen direkomendasikan untuk efek baik setelahnya seperti metil laurina, amfoterik, dsb. Dan juga dari lauril sulfat
dengan penggunaan tambahan alkohol amida.
(b)
Shampo krim cair
Shampo bentuk ini adalah bentuk yang khusus dari kelas “kosmetik”, karena masyarakat berharap shampoo ini menjadi sangat lembut dalam aksinya pada rambut. Kemunculan dari krim cair ini
diperhitungkan untuk memberi kelembutan, karena tidak bijaksana untuk memasukkan sangat banyak bahan berlemak ke dalam produk seperti ini, atau rambut akan menjadi berminyak lagi setelah penggunaan
Pengopak biasanya ditambahkan untuk mengubah shampoo, “kosmetik” tipe cair jernih ke dalam shampoo krim cair adalah stearat non ionic, seperti propilenglikol stearat, polietilenglikol 400 distearat atau
dietilenglikol stearat, bersama dengan logam stearat yang tidak larut, seerti Mg, Zn, atau Cu stearat; penambahan yang terakhir ini karena ester glikol cenderung larut kembali dalam shampoo pada suhu yang panas
kemudian shampoo lebih berkabut daripada krim (Mod. Cosmet:378)
21
22. Sementara krim cair secara nyata adalah emulsi, lotion susu ini adalah emulsi yang sangat larut dan dengan melarutkannya dianggap bahwa tidakakan mempunyai sifat warna putih dari emulsi atau merupakan
larutan atau dispersi dari bahan –bahan dalam air. Jadi, untuk alasan ini, pengopak ditambahkan untuk memberikan penampilan putih seperti susu.
Shampo krim cair dan shampoo lotion susu adalah tipe yang sama secara essensial, yang pertama biasanya adalah sesuatu yang mempunyai kekentalan lebih tinggi daripada yang terakhir. Utamanya shampoo ini
adalah emulsi. Bagaimanapun pada saat ini bahwa pengopak ditambahkan dan menghasilkan produk dan biasanya dipilih sebagai lotion atau shampoo susu. Ada beberapa deterjen digunakan dalam formulasi cair
ini, dan ini sama baiknya dengan tipe pasta, sedikit pilihan ditunjukkan untuk lemak alkohol sulfat. Bahan pelembut rambut ditambahkan dalam kasus ini, juga adalah bahan yang didesain untuk memberikan
bentuk dan untuk pengemulsi adanya lemak. Kebanyakan krim cair ini mempunyai beberapa polietilenglikol larut air sebagai bahan pembentuk, pendispersi, dan penstabil busa, biasanya bahan pengemulsi yang
digunakan adalah TEA, etanolamin lain yang berhubungan dari amino glikol, 2-amino 2-metil-1,3 propandiol. Sebagai contoh bahan pelembut tertentu ditambahkan dalam emulsifikasi sebagai deterjen (Keithler;
196).
Anatomi Rambut
Rambut adalah bagian tubuh yang terdiri dari satu bagian muncul dalam kulit (akarnya), dan satu bagian keluar dari kulit (batang rambut), dimulai dari luar, penampang melintang dari rambut dapat dilihat
mengandung tiga lapis:
(1)
Kutikula terdiri dari sel keratin tipis pada sebelah dalam dan bekerja sebagai proteksi/pelindung untuk mencegah kekeringan dan penetrasi dari bahan-bahan asing. Kutikula dapat rusak oleh tekanan mekanik.
(2)
Korteks, terdiri dari serta yang tersusun secara longitudinal yang berikatan bersama. Menurut Astbury, serat ini terjadi secara normal dalam bentuk lipatan alfa. Jika rambut dilembutkan dan direnggangkan, rambut
ini dapat tertarik menjadi bentuk beta dan jika ini dilakukan secara lambat suatu serat dapat diperpanjang 1,5 dari panjang aslinya. Lapisan ini mengandung bagian utama dari pigmen rambut dan ruang udara.
Korteks dapat ada pada bagian utama rambut, strukturnya menentukan tipenya (luirus, keriting, ikal).
(3)
Medula disusun atas 3-4 lapisan seperti sel kubus yang mengandung keratohialin, granul lemak, dan ruang udara. Lapisan tipis tidak mempunai medulla.
Menurut Mod. Cosmet;301
(1)
Batang rambut adalah bagian yang memanjang ke luar pada permukaan kulit. Batang rambut terdiri dari lapisan luar dari sel-selyang cenderung membelah, seperti kutikula, disekeliling lapisan sel epitel tipis
terdapat pigmen (ke korteks). Pusat dari korteks dilewati oleh sebuah kolom dari sel yang sangat besar yang dibebankan (medulla) dalam bentuk kanal pusat, yang mana inti yang dekat dengan papilla akan
kehilangan intinya dengan bertambahnya jarak. Larugo mengatakan bahwa rambut halus tidak mempunyai medulla.
(2)
Akar rambut, yaitu bagian yang tertanam dinamakan akar. Akar mengandung pada bagian paling bawahnya sebuah bola (konkau pada bagian bawah permukaan), membentuk jalan melalui papilla dimana darah
akan mengalir untuk memberi nutrisi pada rambut. Setiap rambut dikandung di bawah permukaan kulit dalam suatu invasinasi dari kulit yang disebut folikel. Ini terdiri dari kantung sempit dibentuk sebagian oleh
dermis dan sebagian oleh epidermis. Bahan pelapis yang paling luar yang disambung ke bawah oleh lapisan malphigi, sementara yang paling dalam diperoleh dari lapisan tanduk dari epidermis. Folikel ini
bersambung dengan rambut, dan jika yang terakhir terlepas dengan terpaksa pembentukannya mengikuti itu dan kemudian terlihat dengan mata telanjang. Dasar dari kantung ini mengandung penampakan yang
seperti jari, yang terdiri dari jaringan penghubung dimana rambut baru akan tumbuh disebut sebagai papilla.
22
23. Folikel tidak berada dalam kulit kepala tetapi folikel duduk pada sudut sehingga bagian dari rambut di bawah permukaan memiliki kemiringan yang alami dengan yang lain. Ikatan pada sisi bawah pada setiap
kemiringan folikel rambut adalah otot kecil tidak mengelupas. Arrector pili, disebut karena dia adalah otot yang menyebabkan rambut akhirnya tegak saat dikontraksi oleh rasa takut, dll.
Kelenjar sebaseus adalah struktur yang bulat terletak dalam dermis dan berhubungan dengan folikel rambut, kecuali pada kelenjarpenis, kulit khatom, labia minor, dan bagian merah dari bibir. Kelenjar
sebaceous mensekresi senyawa lemak yang disebut sebum, tempat dimana rambut akan menyerap dengan efek kapiler dan berfungsi memberikan busa dan lunak, dan menjaga permukaan kulit lembut dan liat. Kondisi dari
kelenjar endokrin yang memberikan pengaruh yang baik dalam sekresi. Pada puberitas kelenjar ini akan lebih efektif tetapi aktivitasnya biasanya menurun setelah umur pertengahan.
Bahan Utama (Balsam II)
Karena komponen utama dalam shampoo adalah surfaktan (sabun dan deterjen sintetik) maka tepat untuk mengulang kegunaan masing-masing, poerbedaan,dan keuntungannya.
Sabun, Umumnya didefinisikan sebagai garam dari asam lemak. Asalnya sabun diperoleh dengan saponifiksi lemak alamimhewan dan lemak tumbuhan/nabati dan minyak dengan alkali, seperti NaOH dan KOH.
Baru-baru ini alkanolamida telah digunakan.
Setelah beberapa tahun mungkin untuk memformulasikan shampoo sabun yang didasarkan campuran dari minyak, sehingga diperoleh bagian yang meragukan dari asam lemak.
Deterjen sintetik, Kecenderungan dari shampoo sabun untuk membentuk garam yang tidak larut karena adanya gugus karboksilat terikat pada ujung rantai panjang hidrokarbon. Dengan menghilangkan gugus ini,m bayak
surfaktan yang mencegah pembusaan dan pembersihan negatif dari sabun yang telah dikembangkan.
Deterjen sintetik secara normal, diklasifikasikan dengan kealamian gugus hidrofiliknya . Anionik yang paling luas digunakan, dengan nono ionic sebagai pilihan kedua.
Anionik
Bagian hidrofilik dari surfaktan anionic membawa muatan negatif dalam larutan. Deterjen ini umumnya lebih bagus dari kelas alin dalam istilah pembusaannya, pembersihandan hasil akhir. Beberapa anggota
kelas ini; o Alkil benzen sulfonat; o alkil sulfat primer; o alkohol sulfat kedua; o alkil benzen polioksietilen sulfonat; o monogliserida tersulfat; o alkohol eter sulfat; o Sarkosina; o sulfasuksinat; o igepon; o
Maypon.
23
24.
Kationik
Deterjen kationik dipertimbangkan kurang terkenal dari anionic. Dengan gugus ini, bagian hidrofilik dari senyawa ini bermuatan positif, biasanya adalah garam ammonium kuartener.Kationik adalah
deterjen yang umumnyakurang aksinya, kasar untuk kulit dan mata, dan lebih mahal. Satu keuntungan bahwa kationik memiliki aktivitas bakterisida. Beberapa tipe kationik adalah distearil dimesik, ammonium
klorida, dilauril dimetil ammonium klorida, diiso butyl penoksietoksi etil dimetil benzil ammonium klorida, cetil trimetril ammonium bromida, N-cetil piridin bromida dan benzetonium klorida.
Ketika anionic dan kationik dikombinasikan, sering sifat yang paling banyak/buruk dari keduanya dihasilkan. Anionik kehilangan sifat pembusaannya dan kationik kehilangan aktivitas bakterisidnya
yang mungkin telah dimiliki.
Amfoter
Meskipun kationik dan anionic tidak bercampur, mungkin untuk mengkombinasikan gugus pembentuk anion dengan gugus pembentuk kation dalam molekul deterjen yang sama dan memperoleh
produk yang berguna. Ini disebut deterjen amfoterik (amfofilik) atau zwitter ion.
Non ionic
Kelas kedua yang paling luas digunakan dari deterjen sintetik adalah nonionic. Non ionic busanya rendah, bagaimanapun telah dibatasi penggunaannya sebagai komponen utama formula. Non ionic
mempunyai ketahanan yang sangat baik terhadap air sadah, juga air laut, sama efektifnya dalam larutan alkali/basa, dan umumnya lembut pada kulit.
Kombinasi sabun-deterjen sintetik
Kebanyakan shampoo didasarkan pada kombinasi formula sabun dan deterjen sintetik, kekurangan air sadah dari sabun dapat diatasi secara baik dan sifat kosmetik dari shampoo yang dihasilkan
adalah modifikasi dari kombinasi ini.
Zat tambahan Shampo
Peningkatan jumlah senyawa yang telah dikembangkan memperbesar pada penampilan dari shampoo. Ini dapat mempengaruhi busa, perasaan, konsistensi atau hasil akhir yang diberikan untuk shampoo. Kebanyakan
dilindungi oleh hak paten, dan ilmu pengetahuan lainnya dirahasiakan. Beberapa zat tambahan yang paling dikenal adalah sebagai berikut menurut fungsinya:
Pembentuk busa
Pembentuk busa atau penstabil busa adalah bahan yang ketika ditambahkan ke dalam formulasi meningkatkan kualitas, volume, dan kestabilan busa. Sering bahan ini juga keran viskositas dan memberikan
sedikit efek melembutkan pada rambut. Dasar dari pembentuk busa adalah asam lemak alkalonamida (seperti lauril dietanolamida, lauil monoetanolamida, coconut monoetanolamida), “super” amida, lemak alkohol dalam
konsentrasi rendah dan pada jumlah sedikit sarkosinat, dan fosfat.
Bahan pelembut
Perbedaan antara surfaktan yang biasanya dengan hampo terletak pada aksi akhir atau pelembutan dari shampoo. Kebanyakan surfaktan membersihakn rambut dengan baik sehingga menjadi bercahaya dan
mengkilap. Bahan pelembut menyaluti rambut dengan sejumlah kecil bahan yang memperbaiki sifat penanganan dari serat rambut atau melicinkan rambut untuk tergelincir dan kehalusannya.
24
25. Bahan pengopak
Karena shampoo krim dan lotio mencatat untuk bagian yang besar dari konsumsi total shampoo, ada ketertarikan yang besar pada bahan ini. Pengopak yang paling dikenal termasuk alkohol tinggi, sepertio
stearil dan cetil alkohol, dan asam kuat seperti asam beneat (22 karbon).
Bahan penjernih
Kebutuhanakan bahan penjernih sama besarnya dengan bahan pengopak, karena shampoo jernih merupakan bentukyang paling popular. Umumnya Bahan pelarut membentuk, memelihara kejernihan shampoo
pada range suhu yang luas. Pemeliharaan harus dilatih dalam pemilihan seragam dari tipe ini. Bahan ini harus dicek untuk kemungkinan iritasi mata dan toksisitasnya. Beberapa contoh dari bahan ini adalah butyl alkohol,
isopropyl alkohol, terpineol, dietilenglikol, propilenglikol, dan dietil carbitol.
Bahan sequestrant
Untuk mencegah pembentukan kapur sabun, ada dua pertimbangan, yaitu pembentukan sabun kalsium/magnesium tidak larut saat shampoo dicampur dengan air sadah, dan pengendapan lapisan sabun kapur saat
rambut bershampo dibilas dengan air sadah. Pada kasus terakhir, batas-batas bagian shampoo mungkin dibilas denagn sebanyak 25-50 bagian akhir.
Bahan anti ketombe
Ada banyak shampoo a ntiketombe di pasaran, kebanyakan didasarkan pada bahan antimikroba dalam alam. Shampoo mengandung sejumlah kecil bahan efektif ini, yang berhubungan dengan kulit kepala dalam
waktu singkat. Agar menjadi efektif bahan aktif ini harus bekerja di lingkungan minyak-air pada kulit kepala dan berada di kulit kepala untuk melanjutkan aktivitasnya. Karena itu, mudah dimengerti mengapa shampoo
antiketombe tidak cukup keefektifannya. Senyawa antiketombe tradisional termasuk belerang, asam salisilat, hexakloroform, resorsinol, dan tar.
Bahan pengental
Masalah dalam kekentalan shampoo adalah tidak sesederhana dalam memilih gum sintetik atau gum alam yang tepat. Karena banyak ester dan amida yang baik juga memperbesar viskositas shampoo. Pada
umumnya gum alam ex. Tragakan, gum akasia, dan gum locust bean juga digantikan oleh gum sintetik seperti hidroksietilselulosa, metil selulosa, karboksimetilselulosa, dan carbopol, suatu karboksi polimer vinil, tetapi
jumlah sintetik ini harus digunakan dengan beberapa pemeliharaan karena gum sintetik dapat membentuk lapisan pada rambut.
Pengawet
Ada masalah yang muncul dalam melindungi shampoo dari keburukan oleh aksi bakteriatau jamur. Larutan atau bahan dari pemilihan pengawet yang tepat dari daftar yang mungkin termasuk formaldehid,
etanol, metil, propil, butyl hidroksibenzoat, fenil merkuri asetat, fenil merkuri nitrat,. Alkil anisol, alkil kresol, zat tambahan amida, dan beberapa zat seperti parfum menunjukkan beberapa Aktivitas antibakteri.
Bahan penstabil lainnya
Kadang-kadang dibutuhkan untuk melindungi shampoo dengan menambahkan pesntabil yang diantaranya adalah antioksidan, sunscreen, bahan pensuspensi, dan bahan pengontrol pH.
Bahan pereduksi melindungi produk dari kehilangan warna atau perubahan bau atau karena oksidasi. Sunscreen, seperti benzophenol atau turunan benzotriazol mempunyai sifat mengabsorbsi radiasi UV dan
kemudian menurunkan kerusakan produk dari paparan cahaya matahari. Bahan pensuspensi seperti veegum dan bentonit lain, menstabilkan shampoo dimana partikel padat disuspensikan dalam cairan. Variasi bahan
pengontrol yang dapat sesederhana asam dan basa umum, melindungi produk dari perubahan warna, bau, atau tingkat iritasi karena perubahan dalam pH.
Zat tambahan kosmetik lain
25
26. Semua shampoo memiliki parfum dan zat warna, untuk meyakinkan konsumennya tentang penerimaan kosmetiknya dan beberapa kandungan zat tambahan seperti pemberi warna atau pigmen seperti mutiara,
untuk mempengaruhi penerimaan kosmetiknya.
26
27. Formula I
I.
Formula Asli
Cleansing lutio
II.
Rancangan Formula
Tiap 100 ml mengandung:
Parafin cair
50 %
Cetyl alcohol
1 %
Lanolin anhidrat
3 %
Tween 40 ( 51,7 % )
5 %
Span
40 ( 48,3 % )
Na-CMC
1 %
Metil paraben
0,05 %
Propil paraben
0,045 %
Tokoferol
0,1 %
Rose oil
0,0005 %
Tritrosin
0,5 %
Air suling
ad 100 ml
III. Master Formula
Nama produk
: SARI’S ® Cleansing lotion
Jumlah produk
: 1 botol
Tanggal produksi
: 17 Maret 2004
Nomor registrasi
: POM CD. 1003001512
Nomor batch
: D 151281
100 ml
27
29. Produksi
Bidadari Lab’s
MKS – INA
No. Kode bahan
1. PC - 01
2. CA - 02
3. LA - 03
4. AS - 04
5. GL - 05
6. NA - 06
7. TEA- 07
8. MP - 08
9. PP - 06
10. TK - 10
11. RO - 11
12. ET - 12
13. A - 13
IV.
tgl formula
17 Maret 2003
Nama bahan
Parafin cair
Cetyl alcohol
Lanolin anhidrat
Asam stearat
Gliserin
Na-CMC
Trietanolamin
Metil paraben
Propil paraben
Tokoferol
Rose oil
Eritrosin
Air suling
tgl Produksi
17 Maret 2004
Fungsi bahan
Pembersih
Emolien
Emolien
Emulgator
Humektan
Pengental
Emulgator
Pengawet
Pengawet
Antioksidan
Parfum
Pewarna
Pelarut
GenTazyl ® lotio
Dibuat oleh Disetujui oleh
Bidasari
Nur Ida S.si
Per batch
Per dosis
40 g
1
3
5
2
1
3
0,2
0,02
0,5
0,5
0,5
100 ml
DASAR FORMULASI
Alasan dibuat clensing lotio
Cleansing lotio disediakan lebih seragam dan mudah digunakan dibandinkan cream, karena lotio tersebar pada lapisan tipis dan kadang- kadang lebih
ekonomis digunakan . ( Balsam I : 20 )
Cleansing crem dan lotio bertujuan membersihkan make up wajah dari debu serta mimyak pada muka dan leher ( Jellinek : 203 )
Parafin ( Pembersih )
-
Minyak mineral : pelarut yang umum adalah minyak yang mengikat debu make up yang melekat pada kulit. Kemampuan membersihkan krim , lotio berhubungan dengan kandungan minyak mineral . Minyak mineral
mempunyai keuntungan bila tertingggal cukup lama dikulit. Dapat dihilangkan secara mekanik dengan menggunakan tissue ( Balsam I : 7 ).
-
Pada dasarnya meskipun semua range pada minyak mineral digunakan dalam krim kosmetik kebanyakan cocok untuk krem pembersih dengan dasar viskositas yang rendah dan sedang. Viskositas yang tinggi menghasilkan
lapisan yang tidak mudah mengalir pada kulit (Balsam, I : 7)
Cetil alcohol ( emollient )
-
Cetil alcohol dalam bagian kira-kira 1 % bereaksi sebagai emollient dan penstabil emulsi . Harus diperhatikan untuk tidak menggunakan terlalu banyak karena krim akan berkurang / hilang kerapatannya.
-
Emollient digunakan untuk mencegah kekeringan pada permukaan kulit yang melindungi kulit ( Balsam I : 27 ).
-
Dalam lotio, krem dan salep digunkan Cetil alcohol sebagai emolient, penyerap air, dan bahan pengemulsi. Penembahan cetil alcohol membantu kestabilan memperbaiki jaringan dan meningkatkan konsisitensi sifat
emollient diberikan oleh cetil alcohol yang diabsorsi dan dikembalikan oleh epidermis yang melembutkan kulit seperti beludru ( exp : 65 ).
-
Minyak emollient meliputi cairan hidrokarbon, silicon, dan minyak tumbuhan dan hewan ester alkil. ( Balsam I : 7 )
29
30. -
Digunakan dalam formula larut air dan minyak, jika dicampur dengan minyak nabati yang sesuai dengan paraffin yang lembut , memberikan krim emollient yang dapat berpenetrasi pada kulit, dapat mengabsorsi 30 % air
( MD 31 th : 1411).
- Konsentrasi : 2-5 % ( Keitler : 300 )
Bagian lanolin umumnya digunakan dalam krim dan lotio, hampir kurang lebih 75 %. Alasan penambahan ini adalah sifat lengket yang diberikan pada
produksi akhir jika konsentrasi terlalu tinggi ( Balsam :
182 ).
Asam stearat
-
Gliseril monostearat, alcohol lemak, dan asam stearat disintesi dari tumbuhan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan emulsi ( Balsam : 120 )
Digunakan sebagai lubrikan pada tablet atau kapsul, bahan pengemulsi dan bahan Solubilisasi.
Bahan pengental lipofilik : penstabil untuk O /w lotio dan salep membentuk
emulsi yang nyata ketika bereaksi dengan alkali ( RPS 18 th : 350 )
Gliserin (humektan)
-
Bahan humektan, pelarut, lubrikan, emollient, dan pengawet ( exp : 123 )
-
Konsentrasi emollient : Humektan sampai 30 % ( exp : 123 )
-
Humektan berfungsi sebagai krim tangan dan lotio . zat ini juga adalah penyalut yang bagus dan kadar akhir lotio dalam humektan ditentukan oleh jumlah dan tipe padatan ysng prlu disalut. Kriam atau lotio yang ssalut
akan deigunakan dengan baik dan seragam. Dan gejala caking dapat dicegah. Kemampuan humektan untuk melepaskan air . Pelahan-lahan paling bagus dikombinasikan selama proses penggunaan krim pada tangan .
Hilangnya air perlahan-lahan.
Paling bagus dimungkinkan selama proses penggunaan krim pada tangan . hilangnya air perlahan-lahan dari emulsi memungkinknan inversi yang halus sehingga mencegah emulsi dan rasa berair yang tidak diinginkan
(Balsam I :199)
Trietanolamin (TEA)
-
Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan bahan pelarut ( exp : 334 )
-
TEA membentuk sabun dengan asam lemak bebas, sabun mempunyai sifat berharga sebagai detergen dan pengemulsi. Bersifat netral ( pH sekitar 8 ) dan seharusnya bebas efek infeksi terhadap kulit .
-
Sabun membentuk emulsi stabil dari kebanyakan minyak lemak atau untuk penggunaan luar ( exp : 335 )
-
Konsentrasi yang umum digunakan dalam emulsi : 2-4 %, trietanolamin dan
2-5 kali banyaknya dari minyak lemak ( exp : 335 )
-
TEA stearat dalam praktek umumnya dibentuk melalui proses emulsifikasi dengan menggunakan kesetaraan baku dari TEA dan asam staerat kira-kira 2 bagian ( asam stearat digunakan untuk 2 bagiab TEA ) Asam stearat
ditambahkan dengan minyak danTEA dengan air ( Balsam I : 21 )
30
31. -
PH TEA : 8 ( MD 29 th : 49 )
Konsentrasi TEA stearat sekitar 2-10 % ditambahkan pada emulsi
( Amphar : 255 )
Kombinasi TEA dengan asam lemak bebas membentuk massa yang netral dan membentuk emulsi a/ m yang stabil dalam penggunaan secara luas
( Scov : 372 )
Metil Paraben dan Propil Paraben (pengawet)
-
Kombinasi pengawet sering dilakukan karena kombinsi tersebut meningkatkan efektifitas kerja pengawet, baik dengan penambahan spetrum aktifitas atau beberapa sifat sinergis ( Lach : 622 ).
-
Seringkali kombinasi dari 2 ester asam N- hidroksi benzoat digunakan untuk mencapai efek antimikroba
yng dikehendaki. Sebagai contoh : asam metil dan propil hidroksi bnezoat sering digunakan dengan
perbandingan 10 : 1 penggunaaan lebih dari 1 ester memungkinkan konsentrasi pengawet total lebih tinggi karena masing-masing berefek antimikroba .
-
Pengwet metil paraben dan propil paeraben paling terkenal karena melawan bakteri khamir dan jamur. . kombinasi 0,2 % propil poarabwen sebagai kombinasi ( Presc : 225 )
-
Kombinasi 0,02 % propil paraben dengan 0,2 % metip paraben ( DOM :518)
-
Metil parabenb digunakan sebagai antiseptik dan pengawet yang digunakan dalam sediaan farmasi dalam konsentrasi bervariasi ( 0,05 – 0,25 % ) , juga digunakan dalm sediaan kosmetik yang mengandung lemak
tumbuhan dan hewan serta minyak yang muda terurai.
Span 80
-
Digunakan sebagai bahan pengemulsi dan atau bahan pensolubilisasi
( exp : 281 )
-
Span merupakan bahan suspensi nonionic ( exp :281 )
-
Pengemulsi ini umumnya menghasilkan tipe emulsi w/o karena sifat yang lebih besar pada bagian hidrofobik ( DOM : 527 )
-
Tween 80 digunakan sendiri dalam emulsi A/M 1-15 % ( exp : 327 )
-
Tween 80 : Pengendapan dapat terjadi dengan beberapa bahan khususnya fenol, tannin, tar dan senyawa seperti tar ( exp : 27 )
31
32. Tokoferol (antioksidan)
-
Digunakan sebagai antioksi dan ( lach: 1068 )
-
Antioksidan bias digunakan pada konsentrasi yang berkisar darin 0,001 %- 0,1 % (lachman : 1066)
-
Pada antioksidan, minyak tidak jernih seperti minyak nabati, menimbulkan ketengikan dengan bau dan rasa yang tidak menyenankan ( lach : 1067 ).
Rose Oil (pengaroma)
-
Pemilihan farfum untuk kream dan lutio tangan berdasarkan nilai estetika
( balsam : 208 )
-
Bahan pengaroma ditambahkan untuk memperbaiki penerimaan
( Parrot : 365 )
-
Konsentrasi farfum 0,25 %- 0,5 % ( Lachman I I : 16 )
-
Incomp dengan larutan berair pada pH dibawah 4 ( exp : 81).
32
33. Na-CMC (pengental)
-
Bahan pengental hidrofilik dan penstabil untuk emulsi tipe O/W
( RPS 18 th : 302)
-
Bahan penambah kekentalan atau bahan pensuspensi
-
Konsentrasi sebagai bahan pengemulsi 0,25 % - 10 % ( exp : 48 )
-
Dalam larutan berair menunjukkan aliran yang resisten terhadap komposisi
Bakteri danmenghsilkan viskositas yang seragam dalam range standar (Balsam I : 72 ).
V.
Uraian bahan
1.
Cetyl alcohol
Nama resmi
: Cetyl alcohol
Nama lain
: Cetanol
RM
: CH3(CH2) 14 CH2)H
Pemerian
: Serpihan putih, granul berwarna redup, rasa yang lemah seperti rasa lilin dari lemak alcohol
Kelerutan
: Tidak larut dalam air, larut dalam alcohol, kloroform,
Dan eter
Penyimpanan
Kegunaan
2.
: Dalam wadah terutup baik
: Memberiksn tekstur yang lembut bagi kulit.
Natrium CMC
Nama resmi
: Natrium Carboksimetil celulosa
Nama lain
: Carboksi metil selulosa sodium
RM
: ( (C6H7O2(OH)3-x(OCH2-COONa)x )n
BM
: 90.000-700.000
Pemerian
: Putih atau kuning, tidak berbau, granul atau serbuk
Penyimpanan
yang higroskopis
: Dalam wadah tetutup rapat
33
35. 3.
Lanolin anhidrat
Nama resmi
Nama lain
: Adeps lannae
: Lanolin anhidrat
Pemerian
: Bahan berwarna pitih kekuningan menyerupai salep, rapuh, bau khas.
Kelarurtan
: Praktis tidak larut dalam air, larut sebagian dalam alcohol
Titik leleh
: 38-44 o C
Kegunaan
4.
: Sebagai emollient
Air
Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Aquadest
RM/ BM
: H20 / 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
5.
: Sebagai pelarut
Gliserin
Nama resmi
Nama lain
: Gliserin, gliserol
RM/BM
: C3H9O3 / 92,09
Pemerian
: Cairan seperti sirup, jernih, , tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, membentuk massa hablur pada penyimpanan lama, rasa manis
Kelarurtan
: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam eter
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai humektan
Stabilitas
6.
: Glycerin
: Gliserin mudah terurai dengan pemanasan
Metyl paraben
Nama resmi
: Metylis pharabenum
35
36. Sinonim
: Metil paraben
RM/BM
: C8 H18 O3 / 76,09
Pemerian
: Serbuk hablur tidak berwarna , tidak berbau dan sedikit rasa seperti terbakar
Kelarutan
Kegunaan
: Sebagai pengawet
Penyimpanan
: dalam wadah terturup baik
Incomp
: Metil paeraben menjadi tidak nberwarna dengan adanya besi dan Dihidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat
Kestabilan
V.
: sukar larut dalam air, dalam brnzen dan kloroform, mudah larut dalam Etanol dan eter
: Metil paraben disimpan dalam wadah , larutan berair pada pH 3-6, dapat disterilkan pada 120 o C selama 20 menit mengubah posisinya
Perhitungan bahan
Dibuat 100 ml dilebihkan
Liquid paraffin
10 %
= 110 ml
= 50 % x 110 ml
Cetyl zlkohol
= 55 g
= 1 % x 110 ml
Lanolin anhydrat
= 3 % x 110 ml
= 3,6 g
Propilen glikol
= 10 % x 110 ml
= 11 g
Tween 40
= 49,8 % x 110 ml
= 2,7 g
Span 40
= 30,2 % x 110 ml
= 2,8 g
Na- CMC
=
= 1,1 g
Metil paraben
= 0,9 % x 110 ml
= 0,99 g
Propil paraben
= 0,09 % x 110 ml
= 0,099 g
Tokoferol
= 0,1 % x 110 ml
= 0,1 g
Rose oil
= 0,5 % x 110 ml
= 0,55 ml
Eritrosin
= 1,1 g
= 0,0005 % x 110 ml = 0,55 mg
Air
1 % x 110 ml
= 100 % - ( 50 % + 1 % + 3 % + 10 % + 5 % + 1 % + 0,3 %
+ 0,09 % + 0,1 % + 0,5 % + 0,0005 % )
= 28,41 g
36
( exp : 185 )
37.
-
Perhitungan pengenceran
Propil paraben
22 mg x 15
= 330 mg
330 mg
15 ml ( parafinn cair )
1g (
-
22 mg ) = 0,22 g
Eritrosin
( 0,55 mg x 30 = 16,5 g )
165 mg
10 g air
1g
30 g air
1 g ( 2,55 mg )
VI. CARA KERJA
Dibuat pemisahan bahan fase air dan minyak :
a. fase air
-
Propilenglikol
-
Ween 40
-
Na- CMC
-
Metil paraben
37
38. B.
Air suling
bahan fase minyak
-
Liquit parafin
-
Cetyl alcohol ( 40 –50 o C )
-
Span 40
-
Propil paraben ( 95 – 98 o C )
-
Tokoferol
-
Eritrosin
38
39.
CARA KERJA
2.
Alat dan bahan disiapkan
3.
Ditimbang bahan sesui perhitungan
4.
Dibuat pengenceran eritrosin dengan cara ditimbang 165 mg lalu dilarutkan dalam 100 mg air lalu diambil 1 ml,larutkan dan addkan sampai 30 g air lalu ambil 1 g
5.
Dilarutkan bahan dan pengemulsi larut minyak dalam minyak :
Cetyl alcohol dilebur pada suhu 70 o C + Lanolin anhidrat + liquid parafin + lalu tambahkan span 40 . propil paraben dan alfa tokoferol panaskan pada suhu sampai suhu 70 o C.
5.
Dilarutkan bahan –bahan larut air dalam sejumlah air yang cukup, panaskan air hingga suhu 70 o C, dispersikan Na CMC dalam 27,41 mg air + metil paraben + tween 40 + propilenglikol + eritrosin.
6.
Setelah mencapai 70 o C tambahkan fase internal ( fase minyak no. 4 ) ke dalam fase air dengan pengadukan menggunakan mixer secara intermiten
Shakin ( 2 menit istirahat 20 detik ), lalu ditambahkan minyak mawar
7.
Dimasukkan dalam wadah diberi brosur dan etiket
39
40. Formula II
I.
Formula Asli (Shampo)
Na lauril sulfat
q.s
Pengopak
as required
Other additives for shampoo as required
Pure water to make 100 ml
II.
Formula yang disetujui
Tiap 100 ml mengandung:
Na lauril sulfat
30%
Trietanolamin
3%
Asam sterat
6%
Cetyl alkohol
1%
Propil gallat
0,1%
Na-EDTA
0,1%
Metil paraben
0,2%
Propil paraben
0,02%
Jasmin oil
0,5%
PEG 400 distearat
2%
Mg stearat
1%
Pure water
ad 100 ml
III. Master Formula
Nama produk
: SARI’S ®Shampo
Jumlah produk
: 1 botol @100 ml
No. Registrasi
: Depkes RI No. POM CD 06020004150
No. Batch
: CD 160304
40
41. Produksi :
Pharmacy-2k
MKS-INA
Tgl.formula
16 Maret 03
SARI’S® Shampo
Tgl. produk
16 Maret 04
Dibuat oleh
Pharmacy 2k
Disetujui oleh
Asisten
Kode bahan
Nama bahan
Na lauril sulfat
Trietanolamin
Asam sterat
Cetyl alkohol
Propil gallat
Na-EDTA
Metil paraben
Propil paraben
Jasmin oil
PEG400distearat
Mg stearat
Air suling
NAL-01
TEA-02
AST-03
CAL-04
PGT-05
NET-06
MPN-07
PPN-08
JML-09
P4D-10
MgS-11
ARS-12
IV.
kegunaan
Pembersih
Emulgator
Emulgator
Penstabil
Antioksidan
Sequestrant
Pengawet
Pengawet
Pengaroma
Pengopak
Pengopak
Pelarut
Perbatch
30%
3%
perdosis
6%
1%
0,1%
0,1%
0,2%
0,02%
0,5%
2%
1%
ad 100 ml
DASAR FORMULASI
Alasan pemilihan shampoo krim
o
Shampo bentuk ini adalah bentuk yang khusus dari kelas “kosmetik”, karena masyarakat berharap shampoo ini menjadi sangat lembut dalam aksinya pada rambut (Mod. Cosmet;378)
o
Shampo krim dipertimbangkan karena kesalahan estetis yang serius jika shampoo cair mulai berkabut setelah penyimpanan yang lama serta pendinginan yang kuat(Jellineck;254)
o
Shampoo krim mempunyai keuntungan lain, konsistensi baru dapat dicapai, viskositas dari shampoo cair jernih berkisar dari cairan seperti air sampai sirup kental, sedangkan shampoo krim cair /padat dapat diatur
sehingga tidak mengalir atau tidak terlalu kental tetapi dapat dengan mudahnya cepat tercampur dengan air (Jellineck;254)
o
Shampo krim umumnya lebih mahal untuk diproduksi karena itu harganya lebih mahal dari sediaan cair. Shampo krim juga mengandung bahan pengopak (Jellineck;254)
Na Lauril Sulfat
o
Deterjen sintetik secara normal diklasifikasikan berdasarkan kealamiahan gugus hidrofiliknya, adalah anionic yang paling luas digunakan. Bagian hidrofilik dari surfaktan anionic membawa muatan negatif dalam
larutan. Deterjen umumnya lebih bagus daripada kelas lain dalam hal pembusaan, pembersihan, dan hasil akhir (BalsamII;88)
o
Asam laurat sebagai contoh sabun yang kehilangan aktivitasnya dalam air sadah. Akan tetapi, dengan mereduksi asam laurat menjadi lauril alkohol dan selanjutnya tersulfat. Mengandung Na lauril sulfat deterjen yang
paling unggul dalam bahan shampoo, secara lengkap efektif dengan air sadah. Banyak shampoo tergantung popularitasnya pada kondisi alkil sulfat, mudah diberi parfum, bebas dari ketengikan/mudah dibilas dari
rambut yang membantu penjualannya di pasaran shampoo (Balsam II;89-90)
41
42. o
Kebanyakan deterjen sintetik untuk shampoo yang paling sering digunakan adalah garam alkil sulfat terutama Na dan TEA lauril sulfat. Mudah dibuat, ekonomis, memiliki aksi deterjen yang kuat dan berbusa pada
bagus pada air sadah. Bahan ini memiliki kelarutan yang baik dalam air yang menghasilkan aksi pada rambut dan membantu pembilasan. Na lauril sulfat paling sering digunakan pada deterjen sintetik. Kekurangan
yang paling penting dari Na lauril sulfat adalah efek menghilangkan minyak dan cenderung mengabsorbsi pada batang rambut yang membuat rambut terasa kering dan kaku. Efek ini bagaimanapun dapat dikurangi
dengan bahan tambahan yang cocok (Jellineck;243)
o
Konsentrasi Na Lauril sulfat –deterjen dalam shampoo pengobatan 9-45% (Exp;272)
o
Konsentrasi Na lauril sulfat –shampo krim cair 50% & 49% dalam contoh formula (Keithler;201)
o
Konsentrasi Na lauril Sulfat 10% dalam contoh formula (Mod. Cosmet;303)
o
Deterjen yang paling umum digunakan pada shampoo krim adalah Na lauril sulfat pada bentuk yang sangat berat pada aturan umum shampoo yang dibuat dengan Na lauril sulfat kadang-kadang mengandung 40%
pasta dan paling umum hingga 50% (Keithler;195)
Trietanolamin & Asam stearat (TEA Stearat)
o
TEA membentuk sabun dengan asam lemak bebas. Sabun ini mempunyai sifat sebagai deterjen dan emulsi sabun ini TEA dengan asam lemak bebas adalah netral (pH kira-kira 8,0) dan kemudian membentuk efek iritasi
pada kulit. Sabun membentuk emulsi yang sangat stabil dari kebanyakan minyak,lemak atau lilin untuk pengunaan luar. Konsentrasi biasanya digunakan untuk pengemulsi 2-5% dari TEA dan 2-5 kali banyaknya asam
lemak. Sediaan dibuat dengan sabun TEA cenderung menjadi gelap pada penyimpanan. Hindari dari cahaya dan kontak dengan logam dapat menghilangkan warna (EXP;335)
o
Banyak shampoo didasarkan pada kombinasi sabun dan deterjen sintetik. Kerugian dalam air sadah dari shampoo dapat diatasi dan sifat kosmetik yang dihasilkan dari shampoo yang dimodifikasi dengan kombinasi
(Balsam II;97)
o
Saat TEA direaksikan dengan asam stearat, sabun yang dibentuk akan bertindak sebagai emulgator o/w yang sangat baik (Presc;220)
o
TEA stearat umumnya dalam praktek dibentuk selama proses emulsifikasi dengan menggunakan kesetaraan halus dari TEA dan asam stearat kira-kira 2 bagian asam asam stearat digunakan untuk 1 bagian TEA (Balsam
I;21)
o
Asam stearat ditambahkan dengan minyak dan TEA dengan air (Balsam I;21)
Cetyl alkohol
o
Kekurangan yang paling penting dari Na lauril sulfat adalah efek menghilangkan minyak dan cenderung mengabsorbsi pada batang rambut yang membuat rambut terasa kering dan kaku. Efek ini bagaimanapun dapat
dikurangi dengan bahan tambahan yang cocok (Jellineck;243)
o
Emolien adalah bahan yang digunakan untuk mencegah kekeringan permukaan sama baiknya untuk perlindungan bagi kulit (Balsam I;27)
42
43. o
Cetil alkohol kadang-kadang ditambahkan p[ada shampoo krim, mempunyai kecenderungan untuk penstabil busa dan mungkin untuk memperlama busa. Cetil alkohol mungkin ditemukan mempunyai kecenderungan
untuk mengurangi efek kekeringan dari shampoo alkaline kuat (keithler;198)
o
Cetil alkohol dalam bagian kira-kira 1% sebagai emolien dan penstabil (Balsam I;8)
o
Konsentrasi cetyl alkohol sebagai emolien 2-5% (EXP;65)
Antioksidan (Propil Gallat) & Sequestrant (Na-EDTA)
o
Penyebab ketengikan: Secara kimia, ketengikan adalah degradasai dari asam lemak dengan BM tinggi dengan oksidasi secara umum dihasilkan dengan oksigen atmosfir (Jellineck;125)
o
Mekanisme ketengikan: mekanisme dari efek ini dapat dijelaskan mengapa antioksidan dibutuhkan untuk mencegah oksidasi dari campuran lemak. Secara teoritis kasus oksidasi dari semua asam lemak tak jenuh
dalam campuran lemak akan terjadi dalam molekul suatu rantai dari antioksidan yang akan cukup untuk memutuskan rantai (Jellineck;127)
o
Reaksi oksidasi dapat dihambat dengan bahan berikut (Kenneth;39):
(1)
Bahan pengkhelat untuk ion logam darireaksi oksidasi molekul besar,
(2)
Bahan pereduksi adalah substansi yang dapat mengurangi oksidasi obat,
(3)
(4)
Bahan pencegah oksidasi adalah bahan yang lebih cepat dioksidasi dari bahan yang dilindunginya
(5)
Rantai terminator adalah bahan yang mungkin bereaksi dengan radikal dalam larutan untuk mengurangi spesies baru, radikal rantai terminal, yang tidak masuk kembali dalam siklus propagasi radikal . radikal
baru mungkin stabil secara intrinsic atau dimerisasi membentuk membentuk molekul yang stabil.
o
Kadang-kadang dibutuhkan untuk melindungi shampoo dengan penambahan penstabil yang mana adalah antioksidan, sunscreen, bahan pensuspensi dan bahan penontrol pH (Balsam II;101)
o
Keamanan BHT : Toleransi local dan sistemik; bahan padat agak mengiritasi kulit atau mata jika tidak dihilangkan dengan cepat. Pada hewan dosis toksik akut dari BHT meningkatkan salvias, miosis sedang,
kegelisahan, hiper reaksi, keadaan tidak tenang, meningkatkan urinasi, tremor, paralysis. Kontak sensitisasi alergi dari BHT telah dilaporkan (Exp;22)
o
BHA/BHT dapat mengiritasi kulit mata dan membran mukosa dan dapat menyebabkan depigmentasi. Hasil dari reaksi hipersensitivasi lambat (tipe IV) dan reaksi kulit nonimunogenik berpengaruh pada darah.
Hasil dari methaemoglobineamia berhubungan dengan antioksidan (BHA/BHT dan propil gallat) digunakan untuk pengawet minyak dalam makanan bayi (MD 32 th;1104-1105)
o
Ester gallat adalah satu kelas antioksidan yang paling penting. Ester propil adalah hanya satu zat yang diizinkan dalam industri makanan pada kebanyakan negara-negara (Belanda membiarkan penggunaan ester
oktil dan dodekil) tetapi metil, etil, propil, oktil dan dodecyl gallat umumnya digunakan dalam kosmetik. Asam gallat sendiri adalah antioksidan yang paling kuat, tetapi cenderung menjadi biru dengan adanya
besi (Mod. Cosmet;618)
43
44. o
Konsentrasi propil gallat umumnya dikatakan pada tingkat 0,01-0,1% (Mod. Cosmet;620)
o
Alkil ester dari asam gallat (3,4,5-asam trihidroksibenzoat) mempunyai sifat antioksidan dan juga digunakan sebagai pengawet dalam farmasetik. Alkil gallat juga digunakan sebagai antioksidan dalam makanan dan
berguna dalam mengubah keburukan dan ketengikan dari lemak dan minyak. Penggunaannya pada konsentrasi 0,01-0,1% (Mod. Cosmet;620)
o
Untuk meningkatkan penerimaan dan kemanjuran, alkil gallat sering digunakan dalam kombinasi dengan antioksidan lain seperti BHA atau BHT dan dengan sequestrant dan sinergisseperti asam sitrat (MD
32th;1101)
o
Penambahan sequestrant seperti asam sitrat, Versene 100, atau Nullapon (yaitu garam dari EDTA) mencegah pembentukan sabun kapur, disediakan dengan bagian sampai 1% digunakan (Balsam II;93)
o
Na-EDTA; Antioksidan sinergis –Edetat telah digunakan sebagai sequester untuk ion logam, khususnya Cu, Fe dan Mn, yang dapat digunakan untuk mengkatalisis reaksi autooksidasi. Digunakan baik sendiri dan
dalam kombinasi dengan antioksidan sebenarnya, range konsentrasi 0,005-0,1% telah digunakan (EXP;110)
o
PH dari Na-EDTA 6,5-8,0
o
Kelarutan : 1 dalam 11 bagian air, agak larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter P.
Metil paraben & Propil paraben
o
Kombinasi pengawet sering digunakan karena hal tersebut berarti meningkatkan efektivitas kerja pengawetbaik dengan penambahan spectrum aktivitas atau dengan beberapa sifat sinergis (Lachman;522)
o
Seringkali kombinasi dari dua atau lebih ester asam parahidrokisbenzoat digunakan untuk mencapai efek antimikroba yang dikehendaki sebagai contoh asam metil dan propil hidroksibenzoat seringkali digunakan
bersama dalam perbandingan 10:1. Penggunaan lebih dari 1 ester memungkinkan konsentrasi pengawet total lebih tinggi karena kelarutan bebas masing-masing bertindak memperkuat efek antimikroba
(Lachman;962)
o
Pengawet metil paraben dan propil paraben paling terkenal karena melawan bakteri, khamir dan jamur, kombinasi 0,2% metil paraben dan 0,02% propil paraben sebagai pilihan kombinasi (Presc;275)
o
Alasan penggunaan pengawet: Emulsi seringkali mengandung bahan seperti karbohidrat, protein, dan fosfatida dan semua bahan yang menunjang pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan adanya salah satu
bahan yang disebutkan berikut. Adanya suatu campuran lemak dan air yang bersentuhan seringkali memungkinkan mikroorganisme meneta, karena itu penggunaan pengawet merupakan hal yang perlu dalam
proses pemisahan (Lachman;530)
o
Suibstrat yang mudah ditumbuhi mikroba dalam kosmetik (Balsam II;349):
(1)
Karbohidrat dan glikosida; gom alam, mucilage, pectin, pati
(2)
Alkohol, gliserol, manitol, dan lemak alkohol
(3)
Asam lemak dan ester-esternya, lemak hewan, dan tumbuhan, minyak dan lilin
44
45. (4)
Steroid, kolesterol, lanolin
(5)
Protein, pepton, asam amino
(6)
Vitamin
PEG 400 distearat & Mg Stearat
o
PEG 400 distearat sebagai pengopak bersama dengan logam Mg stearat (Mod. Cosmet;380)
o
Pengopak biasanya ditambahkan untuk mengubah shampoo, “kosmetik” tipe cair jernih ke dalam shampoo krim cair adalah stearat non ionic, seperti propilenglikol stearat, polietilenglikol 400 distearat atau
dietilenglikol stearat, bersama dengan logam stearat yang tidak larut, seerti Mg, Zn, atau Cu stearat; penambahan yang terakhir ini karena ester glikol cenderung larut kembali dalam shampoo pada suhu yang panas
(Mod. Cosmet:378)
o
Fungsi pengopak
(1)
Pengaruh pengopak ketika konsentrasi dikontrol secara hati-hati jadi sebagai saltiong out surfaktan tanpa menyebabkan gelatin atau pemisahan (Balsam II;98)
(2)
Pengopak ditambahkan untuk memberikan penampakan warna seperti susu pada shampoo (Keithler;96)
Jasmin Oil
o
Bahan pengaroma ditambahkan untuk memperbaiki penerimaan (parrot;365)
o
Digunakan sebagai parfum, juga sebagai bahan tambahan dalam salep dan kosmetik (RPS 18 th;1298)
o
Semua shampoo mempunyai parfum dan warna untuk meyakinkan kosmetik untuk diterima dan mengandungn bahan tambahan seperti pewarna dan pigmen penerang untuk memperbaiki penampakan kosmetik
(Balsam II;101)
o
V.
Konsentrasi parfum 0,25-0,5% (Balsam II;16)
Uraian Bahan
1.
Natrium lauril Sulfat (RPS 18th;1307, FI III;713)
Nama resmi
: Sodium lauryl sulfate
Nama lain
: Sulfonic acid menodecyl ester sodium
RM/BM
: C12H25OSO3Na
45
46. Pemerian
: kristal putih atau kuning muda, memiliki bau yang khas,
bongkahan hablur; putih
Kelarutan
: 1 g dalam 10 ml air, membentuk suatu larutan yang sangat
mudah larut dalam air, membentuk larutan berkabut, larut
dalam etanol (95%) P
Incomp
: Bereaksi dengan bahan aktif permukaan kationik dengan
kehilangan aktivitas, dengan konsentrasi yang terlalu rendah menyebabkan pengendapan. Tidak seperti sabun, Na lauril sulfat bersifat
kompatibel dengan larutan asam dan ion natrium dan Mg.
Kegunaan
2.
: Sebagai pembersih (deterjen sintetik anionic)
Asam stearat (FI III;57, EXP;298)
Nama resmi
: Acidum stearicum
Nama lain
: asam stearat
RM/BM
: C18H36O2/284,47
Pemerian
: Cairan kental, kekuningan sampai coklat muda , bau dan rasa khas
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam eter minyak tanah
Kestabilan : Stabil dalam bentuk murni, mengandung hidroksi tanena terbutilasi (0,005%) sebagai antioksidan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh,terlindung dari cahaya
Incomp
: Incomp kebanyakan dengan metil hidroksida
TL
: 69 – 70o C
Cetyl alkohol (Exp;63, RPS 18th;1312)
3.
Nama resmi
: Cetyl alkohol
Nama lain
: Cetanon, palmytil alkohol
RM/BM
: CH3(CH2)14CH2OH
Pemerian
: Serpihan putih, granul, kubus, atau berwarna redup, bau khas dan rasa yang lunak, mempunyai rasa seperti lilin, terdiri dari lemak alkohol
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, kloroform, eter dan minyak nabati
Kestabilan
: Stabil dalam kehadiran asam atau alkali, cahaya dan udara dan tidak menajdi tengik
Penyimpanan : dalam wadah yang tertutup baik
Incomp
Kegunaan
: Sebagai penstabil dan emolien
4.
: Tidak ada literature yang menyebutkan
Trietanolamin (FI III;612, EXP;334)
46
47. Nama resmi
: Trietanolamin
Nama lain
: Trihidroksietilamin, TEA
RM/BM
: (CHO-CH2CH3)3 = N/ 149,19
Pemerian
: Cairan kental jernih, tidak berwarna atau kuning lemah, dan bau seperti amonia
Kelarutan
: Bercampur dengan air, methanol, aseton
TL
: 21,2oC
Kestabilan
: Akan berwarna jika ada absorbsi dari O2 tidak masalah jika ditangani secara normal
Incomp
: Akan bereaksi dengan asam untuk membentuk garam dan esterTEA bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam yang kompleks. Perubahan warna terjadi jika ada logam berat
Kegunaan
Penyimpanan
5.
: Sebagai emulgator 2-4%
: dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya dan suhu tidak lebih dari 50oC
Metil paraben ( EXP;284, FI III;378)
Nama resmi
: Methylis parabenum
Nama lain
: Nipagin
RM/BM
: C8H8O3/152,15
Rumus bangun
:
COOCH3
OH
Pemerian
: Serbuk hablur halus putih; hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal
Kelarutan
: Larut dalam 500 bagian air , dalam 20 bagian air mendidih. Dalam 3,5 ml etanol (95%) P dan dalam 3 bagain aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam
600 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas
Kestabilan
: Metil paraben harus disimpan dalam tempat yang tertutup baik . Larutan berair pada pH 5-6 disterilkan pada 120 oC selama 20 menit tanpa penguraian larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang
dari 10% penguraian) selama hampir 4 tahun pada suhu kamar
Incomp
Kegunaan
6.
: Bahan antimikroba dari bahan metil paraben dikurangi dengan adanya surfaktan non ionic.
: Sebagai pengawet
Propil paraben (Exp;244, FI III;535)
47
48. Nama resmi
: Propylis parabenum
Nama lain
: Nipasol
RM/BM
: C10H12O3/180,21
Rumus bangun
:
COOC3H7
Pemerian
: Serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa
OH
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dan 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Kestabilan
: Larutan berair pada pH 3-6 dapat disterilkan pada 20 menit tanpa penguraian
Penyimpanan
Kegunaan
7.
: Dalam wadah tertutup baik
: Sebagai pengawet
Propil gallat (MI;1017)
Nama resmi
: Propyl gallate
Nama lain
: Gallat acid propil ester
TL
: 150o
Kelarutan
Pemerian
Kegunaan
8.
: dalam air 25o = 0,35 g/100 ml; alkohol =103 g/100g; eter= 83 g/100g; minyak cottoseed = 1,23 g/100 g
: Kristal, gelap dengan kehadiran besi dan garam besi
: antioksidan untuk makanan, lemak, minyak, dan eter, emulsi, lilin, dan minyak transformer
PEG 400 distearat (RPS 18th;1314)
Nama resmi
: Polietilenglicolum-400
Nama lain
: Makrogol-400
Pemerian
: Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik
Kelarutan
: Larut dalam air, dalam etanol (95%)P, dalamaseton, dan glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidroksrbon alifatik
Kegunaan
: Sebagai pengopak
48
49. 9.
EDTA (FI III)
Nama resmi
: Dinatrium etilendiaminatertraasetat dihidrat
Nama lain
: Dinatrium Edetat
RM/BM
: C10H14N2Na2O8.2H2O/372,24
Pemerian
: Serbuk hablur; putih; tidak berbau, rasa agak asam
Kelarutan
Kegunaan
: Larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%)P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P
: Sebagai titran
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
10. Air suling (6)
Nama resmi
: Aqua destillata
Nama lain
: Air suling
RM/BM
: H2O/18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna,m tidak berbau,
Tidak mempunyai rasa
VI. Perhitungan Bahan
Shampo dibuat 100 ml + 10 % = 110 ml
1. Na lauril sulfat
2. Trietanolamin
3. Asam sterat
= 30% x 110 ml = 33 g
=
=
3% x 110 ml = 3,3 g
6% x 110 ml = 6,6 g
4. Cetyl alkohol
=
1% x 110 ml = 1,1 g
5. Propil gallat
= 0,1% x 110 ml = 0,11 g
6. Na-EDTA
= 0,1% x 110 ml = 0,11 g
7. Metil paraben
= 0,2% x 110 ml = 0,22 g
8. Propil paraben
= 0,02% x 110 ml = 0,022 g
9. Jasmin oil
= 0,5% x 110 ml = 0,55 g
10. PEG 400 distearat =
2% x 110 ml
= 2,2 g
11. Mg stearat
1% x 110 ml
= 1,1 g
=
49
50. 12. Pure water
= 66,08%x 110 ml = 72,69 g
Perhitungan pengenceran
Untuk propil paraben
22 mg
x 160 mg = 70,4 mg = 70 mg
50 mg
Ditimbang propil paraben 50 mg di adkan hingga 160 mg dengan Mg stearat lalu digerus kemudian diambil 70 mg. Jadi: Mg stearat yang digunakan untuk pengenceran: 70 mg – 22 mg = 48 mg
VII.Cara kerja
Fase air
Metil paraben
Fase minyak
Asam stearat (54o)
Na lauriul sulfat
Cetyl alkohol (45-50o)
Trietanolamin
PEG 400 distearat
Na-EDTA
Mg stearat
Propil paraben danPropil gallat
1.
Alat dan bahan disiapkan
2.
bahan ditimbang sesuai perhitungan
3.
Fase minyak dibuat dengan cara melebur: PEG 400 distearat + Mg stearat + cetyl alkohol + asam stearat hingga suhu 70 oC lalu + Hp Propil paraben + propil gallat
4.
Fase air dibuat dengan cara melarutkan metil paraben + Na-EDTA dalam air suling 70 oC kemudian ditambahkan Na lauril sulfat, + TEA diaduk hingga homogen
5.
Fase minyak dituang ke dalm fase air lalu dimixer dengan intermittten shaking (dimixer selama 1 menit istirahat selama 20 detk) dilakukan sebanyak 5 X
6.
Ditambahkan pengaroma jasmine oil pada suhu 450, aduk ad homogen
7.
Dimasukkan dalam wadah dan diberi etiket
50