Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko penerapan komputasi awan pada UMKM. Komputasi awan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas UMKM dengan biaya rendah, namun perubahan model bisnis membutuhkan manajemen risiko yang baik agar dapat meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang dari penerapan teknologi tersebut."
SV388: Platform Taruhan Sabung Ayam Online yang Populer
Manajemen risiko penerapan komputasi awan untuk umkm e ii 7
1. 129
MANAJEMEN RISIKO PENERAPAN KOMPUTASI AWAN PADA UMKM
Nurmaya Widuri, ST.1 dan Ir. Fajardhani, MBA.2
1
Mahasiswa Magister Manajemen Telekomunikasi Universitas Indonesia
2
Staf Pengajar Magister Manajemen Telekomunikasi Universitas Indonesia
nurmaya.widuri@gmail.com, fajardhani@ui.ac.id
Abstrak
Implementasi komputasi awan merupakan pilihan strategis guna membantu pertumbuhan usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM). Hal ini dikarenakan komputasi awan menyediakan efisiensi peran unit kerja sistem
informasi bagi UMKM yang umumnya memiliki sumberdaya yang terbatas. Selain diharapkan mampu
meningkatkan daya saing UMKM, penerapan komputasi awan memberikan peluang bagi UMKM untuk terlibat
dalam kolaborasi global dan penciptaan inovasi dalam berbagai jenis aspek usaha. Pada kenyataannya dalam
proses untuk mencapai tujuan selalu melibatkan risiko. Manajemen risiko sebagai metode pengelolaan risiko dan
implikasi yang ditimbulkannya perlu dilakukan. Metode dalam mengimplementasikan manajemen risiko ini
mengacu pada standard internasional ISO 31000. Tujuan dari manajemen risiko disini adalah untuk mengelola
risiko penerapan komputasi awan pada UMKM sehingga mampu meminimalisasi implikasi dari risiko yang
mungkin terjadi, dan mengoptimalkan manfaat dari penerapan komputasi awan.
penyediaannya. Hal ini sangat cocok untuk UMKM
1. PENDAHULUAN yang memiliki keterbatasan sumberdaya khususnya
sumber daya manusia dan infrastruktur teknologi
1.1 LATAR BELAKANG informasi.
Implementasi broadband di Indonesia menjadi
Masing-masing daerah di Indonesia memiliki salah satu fokus pembangunan. Hal ini dapat
ciri khas kedaerahan, sumber daya alam, dan mendukung penerapan komputasi awan yang akan
sumber daya manusia yang beragam. Sumber membawa kolaborasi teknologi sistem informasi
perekonomian masing-masing daerah tersebut kepada industri kecil dan menengah. Penerapan
memiliki keunikan tersendiri yang bergantung pada komputasi awan ini tentunya membawa perubahan
sumber daya alam yang tersedia di masing-masing pada rantai nilai UMKM. Manajemen risiko
daerahnya. Pemberdayaan sumberdaya lokal yang merupakan suatu metode formal yang bertujuan
optimal mampu membantu masyarakatnya menuju meminimalisasi risiko (down turn risk) dan
kemandirian ekonomi. Usaha mikro kecil dan memaksimalkan peluang (up turn risk). Sebagai
menengah (UMKM) merupakan bentuk usaha perbandingan, Korea Selatan memanfaatkan akses
sektor riil yang paling dekat dengan masyarakat broadband untuk mendukung implementasi
Indonesia di berbagai daerah. Pada tahun 1997- komputasi awan bagi SME dan berhasil
2006 jumlah UMKM mencapai 99% unit usaha di mengoptimalkan kegiatan bisnis serta memberi
Indonesia dan merupakan lapangan pekerjaan yang kontribusi yang besar pada perekonomian Korea
mampu menyerap usia kerja dalam jumlah sangat Selatan.
besar di di berbagai daerah.
Penggunaan teknologi informasi pada UMKM
akan memberikan kemudahan pada pengelolaan dan 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
memungkinkan kolaborasi dengan pihak lain untuk
memberi nilai tambah pada UMKM. Teknologi Berdasarkan latar belakang yang telah
komputasi awan merupakan salah satu solusi yang dipaparkan maka identifikasi masalah yang akan
diharapkan dapat mengoptimalkan pengelolaan dibahas adalah :
UMKM secara kolaboratif melalui sistem yang 1. Bentuk layanan komputasi awan yang
terintegrasi dengan produsen manufaktur, penyedia disediakan agar kompetitif dan akan
jasa, dan konsumen pada skala kecil dan menengah. meningkatkan produktivitas UMKM .
Penerapan komputasi awan memiliki efisiensi dan 2. Akan ada perubahan budaya dan rantai
efektifitas yang tinggi karena seluruh proses nilai pada UMKM setelah penerapan
komputasi, perangkat lunak hingga infrastruktur teknologi komputasi awan. Perubahan
dilakukan secara virtual tanpa harus tersebut justru akan meningkatkan risiko
menginvestasikan modal besar untuk jika tidak dikelola dengan baik.
2. 130
3. Sejumlah keterbatasan lain yang masih ada infrastruktur IT yang mahal, tidak perlu
yang berkontribusi pada tingkat membangun platform baru, serta tidak perlu
operasional . membangun departmen IT sendiri-sendiri untuk
menghemat CAPEX dan OPEX.
Dari identifikasi masalah tersebut, diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa bentuk layanan komputasi awan yang
sesuai dengan kondisi UMKM yang tidak
sama kemampuannya pada setiap wilayah
Indonesia?
2. Apa perubahan pada rantai nilai UMKM
setelah penerapan teknologi komputasi
awan?
3. Faktor-faktor risiko apa yang diperkirakan
akan menghambat? Gambar 1. Arsitektur Jaringan Komputasi Awan
1.3 TUJUAN Kemudahan lainnya adalah ready to use sehingga
menghemat waktu dan tenaga, kemudahan dalam
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan mengakses aplikasi darimana saja, kapan saja dan
analisis risiko pada penerapan komputasi awan dari perangkat IT apa saja.
dalam memfasilitasi pembentukan keunggulan Pengguna layanan komputasi awan terhubung
UMKM agar dapat memiliki daya saing untuk melalui internet kepada penyedia layanan, dan
memaksimalkan peluang dan meminimalkan risiko. dapat menggunakan infrastruktur komputasi dan
perangkat lunak secara virtual. Sedangkan
arsitektur teknis dari komputasi awan adalah sebagi
2. DASAR TEORI
berikut :
2.1 KOMPUTASI AWAN
Berdasarkan National Institute of Standards &
Technology (NIST) Agustus 2009, komputasi awan
didefinisikan sebagai sebuah model yang
memungkinkan kenyamanan, akses on-demand
terhadap kumpulan sumber daya komputasi
(contohnya jaringan, server, media penyimpanan,
aplikasi, dan layanan komputasi) yang
konfigurasinya dapat dilakukan dengan cepat dan
hanya disertai sedikit usaha untuk mengelola dan
berhubungan dengan penyedia layanannya. Lima
karakteristik utama komputasi awan adalah (1) On-
demand service – pengguna dapat menetapkan,
memonitor dan mengelola sumber daya komputasi
sesuai kebutuhan tanpa bantuan administrator, (2 ) Gambar 2. Arsitektur Teknis Komputasi Awan
Broad Network Access - layanan komputasi (Jaekel, 2010)
diberikan sesuai standard jaringan dan keberagaman
perangkat, (3) Rapid Elasticity- sumber daya Berdasarkan arsitektur teknis komputasi awan,
teknologi informasi dapat disesuaikan masukan dan model bisnisnya terbagi menjadi 3 jenis, yaitu (1)
keluarannya sesuai kebutuhan pengguna, (4) Infrastructure as a Service (IaaS) – berupa layanan
Resource Pooling - sumber daya teknologi server komputasi, media penyimpanan, hardware
informasi dibagi dalam beberapa aplikasi dan jaringan, (2) Platform as a Service (PaaS) –
penyewa yang tidak saling berhubungan , dan (5) menyediakan platform bagi para developer untuk
Measured Service - penggunaan sumberdaya membangun aplikasi serta mengelolanya. Aplikasi
teknologi informasi dapat ditelusuri sesuai masing- yang telah dibangun ini akan dapat digunakan oleh
masing aplikasi dan penyewanya untuk keperluan siapa saja, dan (3) Software as a Service (SaaS) –
penagihan. menyediakan layanan aplikasi bagi end-user yang
Secara umum, teknologi komputasi ini dapat diakses melalui web browser. Secara linear,
merupakan suatu bentuk konvergensi antara faedah rantai nilai (value chain) komputasi awan dapat
komputasi dan layanan sistem informasi secara diilustrasikan sebagai berikut :
virtual. Konvergensi ini merupakan revolusi pada
hardware, software dan brainware, dimana
pengguna komputasi awan tidak perlu membangun
3. 131
Melalui platform komputasi awan, berbagai
entitas yang saling berhubungan dapat terintegrasi
secara efektif dan efisien. Hal ini memudahkan
industri dalam merespon perubahan eksternal yang
terjadi dengan cepat, karena berbagai fungsi
komunikasi umum (dalam hal ini komputasi dan
sistem informasi) dapat dibagi dan digunakan
bersama-sama.
Gambar 3. Rantai Nilai Linear Komputasi
Awan (Jaekel, 2010) 2.2 USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM)
Sebuah riset menunjukkan tren penggunaan
komputasi awan sebagai berikut : Definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan
menengah tercantum dalam Undang-Undang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UU UMKM)
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008. Kriteria
untuk ketiga jenis usaha tersebut adalah sebagai
berikut :
Usaha Kriteria
Asset Omzet
Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 Juta
Usaha Kecil >50 - 500 juta >300juta-2,5Miliar
Usaha Menengah >500juta-10Miliar >2,5-50 Miliar
Tabel 1. Kriteria UMKM
UMKM memiliki peran yang penting dalam
Gambar 4. Tren Penggunaan Layanan Komputasi perekonomian Indonesia. Data dari Departemen
Awan Koperasi dan UKM menunjukkan jumlah UMKM
pada tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun
Dari Gambar 4 di atas, dapat diamati bahwa 2007. Pada tahun 2007 jumlah UMKM sebanyak
penggunaan layanan komputasi awan yang terbesar 49,82 juta unit, sedangkan pada 2008 meningkat
saat ini adalah untuk kebutuhan manajemen aplikasi mencapai 51,26 juta unit. Produk Domestik Bruto
IT dan aplikasi kolaborasi. Dalam 3 tahun kedepan, (PDB) UKM pada tahun 2008 mencapai Rp. 2.609
diprediksi pemanfaatan komputasi awan yang triliun, dimana sebesar Rp. 1.505 triliun diantaranya
terbesar adalah untuk aplikasi kolaborasi yang disumbangkan oleh unit-unit usaha mikro. Selain
dapat diakomodir melalui bentuk layanan PaaS. itu, UMKM mampu menyerap rata-rata dari 90%
Hal tersebut juga membuktikan bahwa dimasa tenaga kerja dari total tenaga kerja yang ada.
depan, kolaborasi merupakan suatu paradigma baru
dalam menciptakan produk dan jasa hingga
perekonomian secara bersama-sama. Kolaborasi 2.3 MANAJEMEN RISIKO
antar entitas tersebut dapat diilustrasikan dalam Berdasarkan standard interasional, ISO 31000
sebuah keterhubungan melalui dunia maya sebagai mengenai manajemen risiko, manajemen risiko
berikut : terdiri dari 11 prinsip yang ditranslasikan ke dalam
framework pengendalian risiko untuk
melaksanakan proses pengelolaan resiko.
2.3.1 PRINSIP MANAJEMEN RISIKO
Agar efektif, manajemen risiko yang dilakukan
suatu organisasi sebaiknya mengikuti prinsip-
prinsip berikut :
(1) menciptakan nilai tertentu, (2) bagian yang
terintegrasi dengan proses yang dilakukan
organisasi, (3) manajemen risiko dijadikan bagian
dari proses pengambilan keputusan, (4) menyatakan
ketidakpastian (uncertainty) secara eksplisit, (5)
Gambar 5. Keterhubungan Berbagai Entitas terstruktur, sistematis dan memiliki kurun waktu,
(6) dibuat berdasarkan informasi terbaik yang
dimiliki, (7) disesuaikan, (8) memasukkan faktor
4. 132
manusia dan budaya dalam penyusunan manajemen
risiko, (9) transparan dan memasukan unsur
stakeholder, (10) dinamis, iteratif, dan merespon
pertumbuhan, dan (11) memfasilitasi
pengembangan organisasi secara berkelanjutan dan
meningkatkan organisasi.
Kesebelas prinsip tersebut merupakan
prinsip dasar manajemen risiko yang harus
diterapkan pada penyusunan manajemen risiko
hingga implementasinya.
2.3.2 FRAMEWORK MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko merupakan kegiatan Gambar 7. Proses Pengelolaan Risiko
yang bersifat itetatif berdasarkan framework yang
dapat digambarkan sebagai berikut : Proses tersebut meliputi 3 bagian utama, yaitu
establishing context, risk assessment dan risk
treatment, ketiga bagian utama tersebut masing-
masing dimonitor dan direview, serta
dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan
seluruh stakeholder yang terlibat. Proses
establishing context ini mempertimbangkan faktor
eksternal dan faktor internal yang akan
mempengaruhi jalannya kegiatan UMKM.
Dalam proses risk assessment terdapat 3
subproses yaitu risk identification, risk analysis dan
risk evaluation. Identifikasi risiko (risk
Gambar 6. Framework Manajemen Risiko identification) merupakan subproses awal dari
proses risk assessment yang bertujuan
mengidentifikasi serta membuat daftar risiko yang
Manajemen risiko hanya bisa dirancang dan mungkin terjadi. Selain itu, pada subproses ini juga
dijalankan dengan baik apabila didasari oleh dilakukan pengidentifikasian mengenai probabilitas
komitmen seluruh lapisan organisasi untuk terjadinya risiko, penyebab dan juga dampak yang
melaksanakan pengelolaan risiko yang telah mungkin ditimbulkan risiko tersebut. Selanjutnya,
didisain. Setelah terdapat komitmen kuat yang setelah semua risiko diidentifikasi, dilakukan proses
mendasar, proses disain framework yang sesuai penilaian terhadap masing-msing risiko untuk
untuk mengelola risiko pada UMKM dilakukan mengetahui kategori dari masing-masing risiko.
dengan tujuan untuk membuat sistem pengelolaan Penilaian ini bisa dibantu dengan memanfaatkan
risiko yang paling sesuai, dengan (1) memahami matriks probabilitas dan konsekuensi risiko sebagai
betul apa konteks dan bagaimana kegiatan UMKM berikut :
tersebut, (2) membuat aturan pengelolaan risiko, (3)
mengintegrasikan ke dalam proses bisnis / kegiatan
UMKM, (4) membuat ukuran kinerja yang terukur,
(5) alokasi sumber daya, (6) membangun
komunikasi internal beserta mekanisme pelaporan,
(7) membangun komunikasi eksternal beserta
mekanisme pelaporanya.
2.3.3 PROSES PENGELOLAAN RISIKO
Proses pengelolaan risiko dapat digambarkan
seperti bagan berikut ini : Tabel 2. Risk Matriks Probability vs
Consequency
Penilaian level risiko ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui risiko mana saja yang masuk
dalam kategori high, dimana biasanya risiko level
ini menjadi pusat perhatian pengelola risiko untuk
meminimalisasi dampaknya yang pastinya
berhubungan dengan alokasi sumberdaya untuk
5. 133
mengelolanya. Subproses yang ketiga dalam proses deindustrialisasi. Saat itu pemerintah Korea
risk assessment ini adalah risk evaluation. Evaluasi mengambil langkah strategis memacu pertumbuhan
yang dilakukan didasarkan pada keluaran informasi SME dan melakukan restrukturisasi terhadap SME
dari kedua subproses sebelumnya. Dari informasi yang ada. Restrukturisasi tersebut meliputi
tersebut, akan dilakukan pemberian prioritas pembuatan regulasi yang lebih mendukung SME
terhadap pengelolaan risiko. dan menginvestasikan dana yang besar untuk
mengimplementasikan teknologi informasi pada
3. IMPLEMENTASI KOMPUTASI AWAN SME. Hingga saat ini pemerintah Korea Selatan
DI SME-KOREA SELATAN terus melakukan investasi tersebut, salah satu
layanan pendukung UKM tersebut adalah
Korea Selatan merupakan contoh negara yang penerapan komputasi awan untuk pengelolaan
mengalami pertumbuhan ekonomi sangat pesat UKM.
dalam beberapa puluh tahun terakhir. Pertumbuhan Peran pemerintah untuk memanfaatkan
ekonomi yang signifikan tersebut terjadi melalui komputasi awan pada usaha kecil diwujudkan
evolusi ekonomi yang panjang. Di tahun 1905-1945 melalui the Korea Technology and Information
industri Korea didominasi oleh perusahaan Jepang, Promotion Agency for SMEs (TIPA) yang
dan 1945-1961 industri dalam negeri mulai tumbuh meluncurkan program untuk UKM dengan 50%-
dengan bantuan biaya dari US aid. Tahun 1950an 70% biaya layanan komputasi awan disubsidi dari
pemerintah Korea baru mempromosikan SME pemerintah. Proyek ini telah berlangsung sejak
(Small Medium Enterprise) dan membangun 2010 dan berkolaborasi dengan operator
hubungan antara SME dan perusahaan besar. telekomunikasi serta penyedia layanan IT untuk
Pemerintah juga membangun hubungan vertikal mensukseskannya.
antara SME dengan perusahaan eksportir, sehingga Teknologi komputasi awan yang diterapkan
SME memiliki kompetensi global dan kapasitas pada UKM di Korea Selatan adalah jenis layanan
untuk menghasilkan produk untuk kebutuhan Software as a Service (SaaS). Untuk mendukung
ekspor. hal tersebut, pemerintah Korea Selatan pun
menginvestasikan dananya untuk membantu
perkembangan industri perangkat lunak domestik
yang dapat mendukung UKM. Selama tahun 2010
pemerintah Korea Selatan juga menginvestasikan
dana yang besar untuk menyelenggarakan program
training yang bertujuan menciptakan lebih banyak
lagi pengusaha perangkat lunak domestik. Hal ini
Tabel 3. Pertumbuhan Rata-rata Enterprise di didukung pula oleh para operator telekomunikasi
Korea Selatan 1963-1997 (dalam persen) yang mulai menggerakkan bisnisnya menuju
(KFSB 2008) penyedia layanan IT juga, karena ini merupakan
peluang usaha yang mendatangkan revenue bagi
para operator. Tahun 2013 Pemerintah Korea
Selatan akan menyelesaikan reformasi regulasi
untuk mendukung implementasi komputasi awan.
Gambar 8. Jumlah UKM di Korea Selatan
Tahun 2001-2006
(NSO 2008a)
Baru pada tahun 1990an, penetrasi teknologi Gambar 9. Jumlah Eksport dari SME di Korea
informasi SME Korea Selatan memiliki kapabilitas Selatan pada 2003-2006
melakukan aktivitas ekspor secara langsung dan (KFSB, 2008)
jenis usaha ini menyumbang 40% dari total ekspor
Korea Selatan. Selain itu juga memenuhi kebutuhan SME Korea memiliki kekuatan finansial
pasar domestik. (Financial Strength-FS) yang cukup baik karena
Pada tahun 1997, Korea Selatan mengalami dukungan serius dari pemerintahnya sehingga SME
krisis ekonomi yang mengakibatkan mampu menciptakan keunggulan kompetitif
6. 134
(Competitive Advantages-CA) yang cukup baik Faktor Eksternal Utama
untuk bersaing di pasar global. Pada era 1990 Pertumbuhan positif jumlah pengguna
hingga saat ini, dimana terjadi penetrasi teknologi internet
informasi pada SME memberikan kekuatan Tingkat pendidikan masyarakat
finansial yang lebih tinggi dan membawa produk 3 Kekuatan Politik, Pemerintahan, Hukum
SME memiliki kekuatan industri (Industry Dukungan pada implementasi ‘cloud
Strenght-IS) yang sangat tinggi. computing’ pada UMKM relatif masih
rendah dibandingkan dengan Korsel
Akses UMKM terhadap lembaga keuangan
masih sulit karena beberapa sebab
Belum ada payung hukum tentang
keamanan informasi yang melindungi
keamanan data / informasi dan sistem
pembayaran elektronik
4 Kekuatan Teknologi
Ketergantungan dalam negeri pada teknologi
produksi luar
ICT yang handal dengan harga terjangkau
dan hemat energi
Potensi ‘green energy’ yang besar dan
dukungan teknologi pembangkit
Gambar 10. Matrix SPACE
Ketersediaan teknologi yang handal guna
Dengan kekuatan ini, SME Korea Selatan
mendukung ‘cloud computing’
berani mengambil strategi agresif di pasar. Produk
Menuju ketersediaan jaringan backbone
mereka mampu bersaing secara baik di pasar
broadband di seluruh Indonesia
global. SME Korea Selatan mampu menguasai
pasar global dan menyumbangkan devisa pada 5 Kekuatan Kompetitif
Negara. Penguasaan pasar oleh SME Korea Selatan,
Cina dan negara-negara lain
4. ANALISIS IMPLEMENTASI Kolaborasi dengan pesaing untuk
KOMPUTASI AWAN DI INDONESIA pengembangan produk, penetrasi pasar, dan
pembuatan produk-produk baru
Untuk meningkatkan perekonomian nasional Tabel 4. Faktor Eksternal Utama
dengan pemanfaatan komputasi awan pada UMKM
merupakan tugas bersama yang melibatkan banyak Faktor Internal Utama
stakeholder yang dalam hal ini pemerintah pusat, 1 Manajemen
pemerintah daerah, usaha kecil menengah, usaha Multi shareholder
besar, perbankan, dan masyarakat. Struktur organisasi UMKM yang ‘sederhana’
Sebaiknya UMKM telah memiliki visi bersama 2 Pemasaran
dengan misi yang selaras. Pernyataan visi dan misi Masih minimnya riset pemasaran di UMKM
akan menjadi pedoman langkah strategis yang Peluang melakukan pemasaran secara on-line
ditempuh bersama serta dapat menggalang Saluran distribusi yang belum handal
komitmen seluruh stakeholder. 3 Keuangan
Analisis industri (faktor eksternal) dan faktor Penghematan CAPEX dan OPEX
internal selanjutnya menjadi tindakan yang penting menghasilkan produk berkualitas dengan
untuk menilai peluang, ancaman, kekuatan, dan harga kompetitif
kelemahan sekaligus identifikasi sumber risiko 4 Produksi
yang mungkin timbul. Diantara faktor eksternal dan Jenis usaha padat karya
faktor internal yang terkait dengan penerapan Inovasi sistem produksi berbasis IT
komputasi awan untuk UMKM dapat OPEX yang lebih rendah
diidentifikasikan antara lain sebagai berikut : Efisiensi dan efektifitas produksi
5 Penelitian & Pengembangan
Faktor Eksternal Utama Fasilitas untuk melakukan riset untuk
1 Kekuatan Ekonomi pengembangan prosuk masih kurang tersedia
UMKM “kebal” terhadap gejolak ekonomi Untuk IT, tidak membutuhkan biaya dan
Pergeseran sistem ke “innovation hasilnya ‘sudah tersedia di cloud’
economics” 6 Sistem Informasi Manajemen
2 Kekuatan Sosial Budaya, Demografi, Didukung sistem informasi yang efisien dan
Lingkungan efektif
Gaya hidup e-life style Tabel 5. Faktor Internal Utama
7. 135
Selain faktor eksternal dan internal, penerapan No RISIKO Level
komputasi awan pada UMKM juga akan mengubah elektronik termasuk keamanan
rantai nilai UMKM. Pada analisis rantai nilai sistem pembayaran elektronik
terdapat 2 kelompok aktivitas besar, yaitu aktivitas 2 Dukungan lembaga keuangan bagi High
utama dan aktivitas pendukung. Teknologi pengembangan UMKM
komputasi awan dapat mengubah keduanya sesuai 3 Penguasaan pasar oleh SME luar High
dengan jenis aplikasi (SaaS) yang digunakannya. negeri di pasar global dan dalam
negeri
Risiko Mikro
1 Sumber Daya Manusia yang kurang High
memadai untuk mengoperasikan
teknologi ini
2 Gagalnya operasional teknologi High
informasi harian
3 Infrastruktur jaringan yang belum High
mamadai dan belum merata
4 Kerusakan infrastruktur IT akibat High
lemahnya pemeliharaan
5 Disaster Recovery dan Backup Plan High
yang tidak memadai
Gambar 11. Rantai Nilai
6 Minimnya pengetahuan untuk High
trouble shouting
Beberapa keunggulan kompetitif yang dapat
7 Jaringan ke server terganggu, High
diperoleh UMKM dengan keberhasilan penerapan
sehingga tidak bisa mengakses data
teknologi komputasi awan dibandingkan dengan
8 Perbedaan kualitas hasil UMKM High
kegagalan yang mungkin terjadi antara lain :
masih tinggi sehingga produk sulit
• Memungkinkan UMKM membentuk dan
diterima
memelihara kompetensi inti (core
9 Kapasitas produksi masih terbatas High
competence) di dalam aktivitas-aktivitas
sehingga kesulitan untuk delivery
rantai nilai dalam bisnis global.
tepat waktu
• Memungkinkan UMKM berkolaborasi
10 Kegagalan menjaga kerahasiaan, High
dengan SME-SME luar negeri dalam
integritas, dan kehandalan data dan
kegiatan-kegiatan yang inovatif, pembuatan
informasi
produk/jasa baru, pengembangan/jasa
produk, pemasaran dan penjualan
produk/jasa yang mendorong kemandirian Tabel 6. Identifikasi & Analisis Risiko Utama
dan lincah dalam merespon perubahan
landscape bisnis yang terjadi dengan cepat. Risiko yang telah diidentifikasi dan hasil
analisisnya diklasifikasikan memiliki tingkat risiko
• Fokus pada core business dan
‘high’ menjadi prioritas untuk segera ditangani.
meminimalisasi kompleksitas IT.
Contoh rencana pengendalian terhadap risiko-
• Menghemat CAPEX dan OPEX dan
risiko yang memiliki level high adalah sebagai
mempersingkat setup dan startup time.
berikut :
• Mengurangi biaya kepemilikan (Total Cost
of Ownership / TCO) hingga 90% melalui
No AKSI PENGENDALIAN RISIKO
pemanfaatan layanan Software as a Service.
Risiko Makro
• Memfasilitasi kegiatan pemasaran online
1 Menerbitkan undang-undang tentang sistem
bagi produk / jasa UMKM, dan
manajemen keamanan informasi salah satunya
memanfaatkan pasar potensial melalui social
mengacu pada ISO 27001
media.
2 Mengkaji kembali kebijakan penyaluran
• Meningkatkan mobilitas pelaku bisnis
kredit kepada UMKM dan manajemen risiko
UMKM.
kredit perbankan
3 Membangun kompetensi inti UMKM
Berdasarkan identifikasi faktor ekternal,
Indonesia untuk dapat bersaing dan
internal dan analisis rantai nilai, maka contoh dari
berkolaborasi sejajar dengan SME asing.
hasil identifikasi dan analisis risiko utama adalah
Risiko Mikro
sebagai berikut :
1 Menentukan Person in charge untuk
mengoperasikan teknologi ini di sisi UMKM
No RISIKO Level
dan mengadakan training untuk
Risiko Makro
menggunakannya
1 Keamanan data / informasi High
8. 136
No AKSI PENGENDALIAN RISIKO untuk mencapai tujuan yang disebutkan dalam
2 Mengidentifikasikan data operasional mana makalah ini perlu didukung oleh sejumlah
saja yang perlu di simpan di server cloud , faktor penting yang sebagiannya dapat
mana yang perlu disimpan secara domestik diidentifikasi, dianalisis, dan disusun langkah
sesuai dengan tingkat kepentingannya. Data penanganannya.
yang sangat penting sebaikya diback-up
secara terpisah dari sistem cloud Sebagai kesimpulan dari makalah.
3 Pemerataan infrastruktur jaringan backbone MANAJEMEN RISIKO PENERAPAN
internet KOMPUTASI AWAN PADA UMKM dapat
4 Mendisain alur kerja yang dapat memiliki disebutkan bahwa penerapan proses-proses
alternatif operasional ketika infrastruktur IT manajemen risiko yang baik pada penerapan
sedang tidak bisa beroperasi komputasi awan untuk UMKM merupakan kunci
5 Membuat prosedur Disaster Recovery dan penting untuk mencapai keberhasilan.
Backup Plan yang terintegrasi dengan
kegiatan sehari-hari
6 Membuat program training dan pemantauan
DAFTAR PUSTAKA
yang berkelanjutan
7 Menyiapkan alternatif penyimpanan data
8 Mengadakan penyuluhan dan pelatihan tetap Bakiewiez, Anna, Small and Medium Enterprises in
secara berkala. South Korea in the Shadow of Big Brothers.
Warsae : Asia Pacific Studies, 2008
Tabel 7. Strategi Pengendalian Risiko Chapman, Robert J. Risk Enterprise. England : John
Wiley, 2006
Sebelum memutuskan jenis aplikasi apa yang akan David, Fred R., Strategic Management,Jakarta :
digunakan, dibutuhkan studi kelayakan mengenai Penerbit Salemba 4, 2009
sumber daya manusia yang mengoperasikanya,
infrastruktur utama (jaringan internet) dan model Frame, Risk Management Methodology, Sydney :
bisinis UMKM tersebut. Dalam kegiatan 2008
operasional, aktivitas teknis yang berhubungan Inconsult, ISO 3100 Overview and Implication for
dengan operasional komputasi awan perlu Managers,Australia : 2009
dibuatkan backup plan untuk menghindari gagal Jaekel, Michael and Dr.Achim Luhn, Cloud
operasional akibat masalah teknis. Computing White Paper_e.pdf. Germany.
Siemens IT Solution and Service : 2010
Jogiyanto, Sistem Informasi Strategik, Yogyakarta :
5. KESIMPULAN Penerbit Andi, 2006
Dari pembahasan yang dilakukan dapat KFSB (Korea Federation of Small and Medium
dibentuk sejumlah simpulan yang mendukung Business), 2008, Current status of SMEs.
tujuan penulisan makalah ini. http://kbiz.or.kr
Penerapan teknologi ‘cloud computing’ Meredith, Jack.R and Samuel J.Mantel, Project
dengan dukungan infrastruktur jaringan dan Management, A Managerial Approach, 6th
layanan informasi dan telekomunikasi di ed.Asia : Willey 2006
Korea Selatan menunjukkan bahwa teknologi Merna, Tony and Faisal R. Al-Thani. Corporate
ini dapat memajukan SME di negara tersebut. Risk Management. England : John Wiley, 2008
Kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi
NSO 2008a : Report of the Mining and
laut dan terdiri dari pulau-pulau merupakan
Manufacturing Cencus and Survey (various
suatu tantangan tersendiri dalam penyediaan
year), http://www.nso.go.kr
infrastruktur jaringan dan layanan informasi
dan telekomunikasi yang baik secara merata. Susilo, Leo J dan Victor Riwu Kaho. Manajemen
Penerapan komputasi awan dapat menjadi Risiko Berbasis ISO 31000. Jakarta : Penerbit
salah satu solusi untuk meningkatkan PPM, 2010
kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui
penggunaan teknologi informasi dengan
menghilangkan kendala-kendala pada Jakarta, 12 Mei 2011
pengadaan infrastuktur, platform, unit kerja
penyedia layanan informasi berikut
sumberdaya manusia yang mahal pada sisi
UMKM.
Namun demikian, ‘cloud computing’ bukanlah
solusi tunggal. Keberhasilan penerapannya