Makalah ini membahas tentang higiene, sanitasi, dan keselamatan kerja dalam menciptakan kebun binatang yang sesuai dengan standar kesehatan. Terdapat lima prinsip untuk kesejahteraan satwa yakni pemberian makanan dan air minum, lingkungan yang nyaman, perawatan kesehatan, kesempatan untuk berperilaku alami, serta perlindungan dari rasa takut dan stres. Makalah ini juga menjelaskan cara pemberian makanan, lingkun
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
ZOO_KESEHATAN
1. Higiene, Sanitasi, dan Keselamatan Kerja
Menciptakan Kebun Binatang Sesuai dengan
Standar Kesehatan
Disusun oleh :
AKH. BORIES YASIN ABDILLAH 115030800111005
BISNIS PARIWISATA “A”
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
2. KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ” Menciptakan Kebun Binatang Sesuai dengan Standar Kesehatan ”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh berbagai informasi dari
beberapa sumber. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Hegiene,
Sanitasi, dan Keselamatan Kerja yang telah memberikan bimbingan dan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada
para pembaca pada umumnya dan pada penulis pada khusunya
Penulis
Malang, 18 Desember 2013
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada pepatah yang mengatakan “Men Sana In Corpore Sano”, yang artinya dalam tubuh yang
sehat, akan terdapat jiwa yang sehat. Akan tetapi masih banyak juga orang yang sakit dan
biasanya karena pola hidup mereka sendiri yang kurang baik dan kebiasaan yang kurang baik
sehingga dapat melemahkan dan merusak tubuh termasuk juga binatang.
Petunjuk praktek untuk pelaksanaan dan menjalankan Kebun Binatang ini disusun untuk
pimpinan management kebun binatang dan staff untuk merawat semua satwa yang berada
dikebun binatang.
Petunjuk ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada operator kebun binatang dalam
menata jalannya usaha kebun binatang untuk memberikan kesejahteraan kepada semua satwa
dan hewan, yang menjadi pusat perhatian pengunjung. Karena kebanyakan operator atau
pemimpin kebun binatang yang tidak memepunyai background bidang biology, zoology atau
lingkungan, sehingga tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan konsep animal welfare
(kesejahteraan hewan) dan cara merawat satwa dikebun binatang sesungguhnya.
Pengelolaan atau operator kebun binatang harus mengerti cara-cara transportasi hewan,
pencegahaan kebakaran dan kebersihan makanan satwa/hewan dan hal lain yang berkaitan
dengan tata kerja kebun binatang yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemberian makan dan minum yang baik pada satwa kebun binatang?
2. Bagaimana pemberian lingkungan yang cocok dan nyaman pada satwa kebun binatang?
3. Bagaimana pemberian kesehatan pada satwa kebun binatang?
4. Bagaimana pemberian kesempatan untuk berprilaku atau menunjukan sifat-sifat khas
alami bagi satwa kebun binatang?
5. Bagaimana pemberian perlindungan dari rasa takut dan stress pada hewan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemberian makan dan minum yang baik pada satwa kebun
binatang.
2. Untuk mengetahui lingkungan yang cocok dan nyaman pada satwa kebun binatang.
3. Untuk mengetahui pemberian kesehatan yang baik pada satwa kebun binatang.
4. Untuk mengetahui pemberian kesempatan dalam berperilaku bagi satwa kebun binatang.
5. Untuk mengetahui pencegahan rasa takut dan stress pada hewan.
4. BAB II
PEMBAHASAN
Animal Welfare (kesejahteraan satwa) di Kebun Binatang
Lima prinsip dibawah, diuraikan dengan jelas untuk memeberikan rangka kerja didalam praktek
kebun binatang. Kelima dasar prinsip ini dari “Lima kebebasan”, Yaitu:
1. Bebas rasa lapar dan haus (pemberian makanan cukup dan air minum bersih setiap
harinya)
2. Bebas rasa tidak nyaman (pemberian lingkungan akomodasi hidup yang nyaman)
3. Bebas dari sakit dan luka (pemberian perawatan untuk satwa sakit, pencegahan penyakit)
4. Bebas berprilaku liar alami (pemberian lingkungan hidup dan kesempatan mengutarakan
sifat2 dsn prilaku khas alami)
5. Bebas rasa takut dan stress (pemberian perlindungan untuk menghindari rasa takut dan
stress)
2.1 PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN
Makanan dan air adalah keperluan dasar. Cara pemeberian makanan dan seringnya
(frequency) pemberian makanan dan nutrisi dan kadar gizi perlu diperhatikan. Makanan
dan frekuensinya harus diberikan sedemikian rupa untuk menyamai dan disesuaikan
dengan kebiasaan dan prilaku alami satwa tersebut, begitu pula dengan keperluan gizi
dan nutrisi, yang berbeda tergantung dari musim, jenis satwa.
Pemberian makanan harus makanan alami, sesuai dengan makanan satwa dihutan.
Informasi jenis makanan ini bisa dipelajari dan didapat dari ahli2 satwa. Satwa tidak
boleh diberikan makanan manusia yang tidak normal untuk mereka, seperti makanan
berminyak gorengan, garam, gula, minuman yang mengandung bahan kimia, makanan
yang diolah.
Pengunjung harus dilarang untuk tidak sembarangan memeberikan makananjenis
tersebut, apabila pengunjung ingin memeberi makanan, pihak kebun binatang bisa
menyediakan atau menjual makanan satwa yang alami seperti aneka sayur2an, ubi,
jagung mentah, daun segar, buah2an atau kacang2 yang tidak digoreng atau diproses.
Pemberian makan oleh pengunjung harus dikontrol oleh keeper atau staff, agar
mengatur jumlah dan jadwal makannya.
Pengunjung tidak boleh memberikan makanan semuanya dalam bungkusan plastik
kepada satwa, karena sangat berbahaya apabila termakan. Keeper harus mencegah.
Air minum yang diberikan harus higienis bersih dan disediakan setiap hari. Wadah
air harus dicuci rutin untuk mencegah kuman penyakit.
5. Jumlah takaran dan jumlah makanan dan minuman harus cukup dan sesuai dengan
keperluan satwa.Berdasarkan besar dan ukuran satwa, gizi2 yang diperlukan (satwa
hamil perlu nutrisi dan gizi), kwalitet makanan dan kesehatan satwa.
Wadah tempat makanan harus dicuci setiap hari sebelum dan sesudah dipakai.
Makanan kering dan air minum harus disimpan dandipersiapkan dengan cara yang
hygienis. Terutama makanan tidak boleh lembab basah (sehingga jamuran) atau terkena
kontaminasi oleh serangga, kecoak,burung, tikus atau hama lainnya.
Makanan basah atau minuman seperti susu segar, harus disimpan dilemari dingin
(kulkas) supaya tidak basi atau rusak. Satwa tidak boleh diberikan makanan yang sudah
rusak dan basi.
Pekerja dan animal keeper harus mengikuti intruksi ketat untuk kebersihan diri
masing masing, dan harus mengikuti praktek hygiene (kebersihan) dalam
memepersiapkan makanan satwa, untuk menghindari cross contamination
(penjangkitan atau penyebaran kuman) dari alat alat yang digunakan dan tempat
memepersiapkan makanan tersebut.
Wadah tempat makanan dan minuman untuk satwa tidak boleh dipergunakan untuk
lainnya. Harus dicuci bersih secara rutin.
Keeper harus memeberi pertimbangan dan pemikiran hal prilaku alami satwa
sewaktu memeberikan makanan dan minuman. Ukuran dan model wadah tempat
makanan dan minuman harus disesuaikan dengan kebutuhan satwa, supaya mudah
dijangkau dan dikonsumsi.
Cara pemberian makanan dan minuman harus memikirkan keselamatan pekerja dan
animal keeper.
Wadah makanan dan minuman harus ditaruh diposisi tertentu agar menghidari
kontaminasi, supaya makanan dan minuman tidak gampang dikotori oleh satwa itu
sendiri, atau oleh tikus, burung liar atau hama lain.
Pekerja harus mengecek dua kali sehari, makanan dan minuman yang dikonsumsi
satwa, menghindari pengunjung yang memberikan makanan yang tidak cocok.
Mencatat bila ada satwa yang tidak nafsu makan atau minum dan melaporkan kepada
dokter hewan.
Makanan yang tidak termakan harus diambil dan dibersihkan,supaya kandang tetap
hygienis bersih. Sampah menarik kecoak dan tikus, tikus membawa kuman, kuman
pembawa penyakit.
Gizi dan nutrisi harus berdasarkan jumlsh ysng cocok ysng diberikan dokter hewan.
Semua jenis dan jadwal pemberian makanan dan minuman harus tercatat lengkap
dibuku,dan dimasuk kan dalam daftar makanan dan minuman yang bisa diperiksa
sewaktu waktu oleh dokter hewan.
6. 2.2 PEMBERIAN LINGKUNGAN YANG COCOK DAN NYAMAN:
Lingkungan tempat hidup satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan seetiap satwa.
Tempat hidup mereka harus termasuk tempat berteduh dari basahnya hujan, daari panas
matahari, dingin dan tempat bernaung yang cocok. Misalnya, untuk satwa yang
kebiasaannya mengagali lubang ditanah, harus diberi fasilitas untuk membuat lubang.
Satwa yang bersifat memanjat,harus diberikan fasilitas memanjat tiga dimensi
(keatas, kesamping dan kebawah). Satwa harus diberikan kesempatan menggerakan
otot badan mereka. Suatu balance harus didapatkan untuk memeberikan fasilitas
tersebut dengan memperhatikan soal hygigene (kebersihan) dan kebutuhan byologi
satwa.
Suhu, ventilasi hawa, sinar alami dan suara didalam kandang harus disesuaikan
dengan kenyamanan dan kebaikan satwa masing2. terutama harus diperhatikan satwa2
yang hamil dan baru mempunyai anak, mereka memerlukan ruangan tersendiri yang
tenang.
Satwa yang baru datang dikebun binatang harus diberikan kesempatan untuk
menyesuaikan diri kelingkungan baru. Penyesuaian itu harus dilaksanakan bertahap
untuk tidak membuat satwa stress. Keeper dan staff harus mempunyai pengertian
terhadap satwa yang stress dan memperlakukan dengan sabar dan tidak membuat satwa
bertambah takut dan stress.
Tank atau kolam air untuk satwa harus ada pergantian hawa, dan kebersihan harus
dijaga rutin.
Kwalitet air harus diperiksa terutama untuk satwa air yang tinggal dikolam. Air
genangan kotor menjadi pembiakan kuman dan wabah penyakit.
Semua satwa yang hidup dialam terbuka harus diberikan shelter (tempat berteduh)
yang nyaman untuk kebaikan satwa. Memepunyai ruang untuk berlindung atau
bersembunyi, apalagi satwa yang nervous (takut) harus diberikan shelter apabila ingin
berlindung dari perhatian ramai para pengujung. Kandang satwa harus dibuat
sedemikian rupa agar satwa bisa bertingkah laku dan menunjukan prilaku alami, baik
untuk lari kabur ketakutan,bersembunyi, memeanjat, berenang, dsb.
Kandang dan pagar harus dirawat dengan rutin dan dalam kondisi yang baik,
sehingga tidak melukai satwa dan animal keeper.
Setiap kerusakan bangunan yang mebahayakan satwa, pekerja dan para
pengunjung, harus diperbaiki dan merupakan tanggung jawab kebun binatang. Setiap
kerusakan harus dilaporkan oleh pekerja dan dicatat dibuku daftar, dan pemimpin bisa
memeriksa perbaikan yang belum dilakukan.
Apabila ada kerusakan kandang akan memebuat celaka satwa, dan tidak bisa segera
diperbaiki, satwa harus dipindahkan kekandang yang lebih aman, sampai kerusakan itu
diperbaiki.
Tumbuhan2 liar yang beracun yang tumbuh didalam kandang yang bisa
mencelakakan satwa bila termakan harus disingkirkan segera.
7. Kolam atau tempat satwa berkubang harus mempunyai tempat berinjak untuk
keluar dan masuk kolam dengan mudah.
Setiap bahan bangunan baik cat, produk lain atau makanan, harus tidak
mengandung kimia atau racun untuk satwa. Keselamatan dan kesehatan satwa harus
diperhatikan.
Kebun binatang harus memepunyai fasilitas back-up (penyanggah) dan kesiagaan
stok makanan untuk mencegah atau antisipasi keadaan darurat. Persediaan simpanan air
minum yang cukup, persediaan stok simpanan untuk makanan satwa yang cukup, staff
darurat, dokter hewan, obat2an darurat dll. Persediaan ini harus senantiasa diperiksa
dan diperbaharui.
Persediaan dasar harud ada untuk perawatan dan maintenance kebun binatang
apabila ada kondisi darurat, untuk menjamin agar satwa tidak menjadi korban sewaktu
ada keadaan darurat.
Alat2 kerja dan perlengkapan harus disimpan setelah dipakai agar tidak melukai
satwa.
Sampah harus dibersihkan rutin setiap hari untuk mencegah bahaya termakan dan
penyakit.
Standar hygienis harus ditentukan oleh pemimpin dan diterapkan, baik kebersihan
diri para staff dan ruang kerja untuk merawat satwa perlu dijaga.
Perhatian utama harus diberikan oleh pimpinan dan management kebun binatang,
cara2 metode pembersihaan alat2, kandang, makanan dan minuman, untuk mengurangi
bahaya terjangkitnya penyakit. Untuk satwa air aquatic, perlu dijaga kwalitet air
kolamnya.
Perlengkapan2 dan bahan pembersih yang cocok harus disediakan senantiasa oleh
pimpinan, begitu pula dengan persediaan air bersih dan alat2 kerja lainnya.
Nasihat2 tehnis dari dokter harus selalu didapatkan dan diikuti tentang pembersihan
rutin, sanitasi kebun binatang, kebersihan kandang dan area lainya. Penting sekali
memperhatikan apabila ada penyakit yang menjalar (infectious diseases), mengetahui
satwa yang sakit. Mencegah penjalaran penyakit itu kesatwa lain atau kemanusia,
dengan memindahkan satwa sakit keruangan terpisah untuk diobati dan menjaga
kebersihan total dilingkungan kebun binatang.
Sanitasi got (drainage) untuk semua saluran air tertutup dan terbuka, harus efesien
dan lancar, tidak ada genangan air yang menjadi sarang kuman dan penyakit.
2.3 PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN SATWA
Luka: tempat tinggal satwa harus dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi
bahaya luka terhadap satwa. Kandang harus mempunyai ruangan yang dirancang
supaya satwa bisa memisahkan diri apabila ada perkelahian oleh satwa. Enclosure
akomodasi satwa harus dirancang untuk mencegah supaya tidak ada ancaman dari
satwa lain. Perlu dijaga agar satwa yang ditaruh dalam satu enclosure atau akomodasi,
8. tidak tidak saling melukai dan berkelahi. Satwa harus diperkenalkan bertahap untuk
bersosialisasi.
Penyakit: pengobatan dari dokter hewan yang ahli dan pencegahan penyakit harus
diberikan dengan seksama. Setiap upaya harus diberikan untuk memberikan makanan
yang cocok, longkungan dan akomodasi yang bersih, untuk mencegah berjangkitnya
kuman berkembang biak menjadi wabah penyakit yang bisa menukar kesatwa lain atau
menular kemanusia.
Pengecekan dan observasi kesehatan rutin: kondisi, kesehatan dan prilaku semua
satwa harus diperiksa paling sedikit dua kali sehari oleh staff yang bertanggung jawab
atau wakilnya. Setiap satwa sakit harus dijadikan suatu kasus yang harus diselidiki
sebabnya, apakah karena stress, luka atau sebab lainnya. Perlu sekali satwa sakit
diberikan pengobatan oleh dokter hewan. Daftar harian mencatat oleh setiap animal
keeper yang bertanggung jawab, tentang perubahaan makanan, kesehatan satwa, atau
prilaku dan aktivitas lain, agar pengobatan mempunyai data penting ini.
Peralatan dan fasilitas klinik dan dokter hewan: peralatan klinik dan kedokteran
untuk pengecekan kesehatan dan pengobatan satwa harus lengkap dengan unut
sterilisasi untuk menjaga hygienis yang baik, cadangan obat2an yang selalu tersedia.
Kebersihan kandang (enclosure) akomodasi untuk menjaga kesehatan:
Ukuran dan rancangan kandang harus disesuaikan dengan keperluan satwa.
Menghidari menempatkan satwa sembarangan sehingga terjadi dominasi atau
perkelahian.
Tidak menaruh satwa dikandang sempit sehingga tidak mempunyai ruangan
untuk bergerak atau menunjuk prilaku normal (memanjat, terbang, dsb), atau
menaruh beberapa satwa disatu kandang sehingga menjadi wabah penyakit.
Membersihkan kandang dan saluran air didalamnya dengan rutin.
Pohon yang tumbuh didalam kandang harus diperiksa agar tidak rubuh atau
mencelakai satwa dan keeper, pohon dan tumbuh2an dalam kandang tidak boleh
beracun.
Jarak antara pengunjung dan satwa harus cukup jauh agar menghindari
bahaya atau penjalaran penyakit menular.
Perawatan kesehatan satwa:
pimpinan harus mempunyai program yang comprehensive untuk perawatan yang
dijaga dan dikontrol oleh seorang dokter hewan yang ahli dan berpengalaman
dengan perawatan satwa liar ataau mempunyai keahlian zoology. Tidak semua
dokter hewan berpengalaman dan mempunyai keahlian dalam terhadap semua
satwa2 yang ada dikebun binatang. Setiap satwa membutuhkan perlakuan dan
perawatan yang berlainan. Dokter hewan yang ditunuk harus mempunyai kode etik
berdedikasi dan minat dalam untuk memberikan perawatan baik terhadap satwa.
Dokter hewan yang ditunjuk harus bertanggung jawab untuk memberikan inpeksi
kesehatan rutin.
9. Memberi intruksi jelas kepada keeper dan staff untuk cara perawatan dan
pengobatan satwa.
Memberi vaccines, obat anti cacing, dan obat2an lain untuk pencegahan penyakit
yang sesuai.
Mengambil sample darah dan kotoran satwa untuk diperiksa dilabolatorium.
Menyimpan data2 kesehatan satwa, persiapan untuk mengobati satwa yang sakit,
memberi diagnosis yang cepat dan tepat
Mengecek cara perawatan satwa sehari-harinya, gizi, nutrisi, kebersihan dll
Tingkat perawatan satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan animal welfare
satwa.
Dan data informasi harus tertulis dan disimpan untuk kebun binatang, bisa dilihat
sewaktu-waktu oleh yang berkepentingan. Misalnya; ibat2an pencegahan penyakit
yang diberikan, operasi, dan metode pengobatan lainnya. Penemuan hasil pathology
dan hasil post morten apabila ada kematian satwa untuk mengetahui sebab2 dan
penyakit.
Pimpinan dan direktur kebun binatang harus menjaga kesiagaan dokter hewan
untuk memberikan pengobata apabila ada keperluan darurat. Apabila ada satwa
yang sakit berat dan menderita sudah tidak bisa disembuhkan lagi dan dalam
keadaan sakit, maka dokter hewan harus bisa memberikan euthasia, tanpa membuat
sakit dan agar satwa tidak menderita kesakitan yang berkepanjangan.
Satwa yang mati harus diselidiki sebab kematiannya, apabila ada penyakit
menular mengambil tindakan pencegahan penularan. Laporan dan data labolatorium
harus disimpan.
Isolasi dan karantina:
Sampah dari klinik dari pemeriksaan kesehatan dan pengobatan satwa harus
dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah. Sampah yang mengandung
kuman harus dimusnahkan atau dibakar ditempat khusus, diluar kebun binatang.
Kesehatan orang orang yang bekerja dikebun binatang dan animal keeper juga
harus diperhatikan agar tidak terjadi penularan penyakit manusia kesatwa dan
sebaliknya. Primata dan satwa lain mudah ketularan penyakit hepatitis dan tbc dari
manusia. Oleh karena itu tanggung jawab dari pemimpin kebun binatang harus
mutlak untuk menyediakan alat perlengkapan dan bahan2 pembersih yang cocok,
menjaga agar kebersihan dilaksanakan oleh semua pihak.
Pekerja dan animal keeper harus dicek kesehatannya setiap tahun, untuk
mencegah tertular penyakit dari satwa dan sebaliknya.
2.4 PEMBERIAN KESEMPATAN UNTUK BERPRILAKU ATAU MENUNJUKAN
SIFAT-SIFAT KHAS ALAMI (MOST NORMAL BEHAVIOR)
Setiap satwa harus diberikan kesempatan untuk mengexpresi atau menunjuk sifat prilaku alami
yang sangat normal untuk mereka. Dalam konsep ini semua satwa harus memiliki
fasilitas ”enrichment” dan ”husbandry” (pemeliharaan) yang baik.
10. Perkawinan dan pembiakan hanya boleh dilakukan apabila fasilitas mengijinkan dan mencukupi,
dan adanya pengawasan dan perawatan dari dokter hewan, untuk mencegah kecelakaan atau
kematian induk atau bayi satwa.
Pimpinan dan pengelola kebun binatang harus mendapat pengetahuan biology, zoology, dan
informasi tehnis lengkap yang mutahir dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) atau
universitas kedokter hewanan, tentang cara pemeliharaan dan perawatan (husbandry), terutama
jenis2 satwa yang jarang dan susah ditemui. Penanganan yang salah atau kekurang informasi
tehnis akan mengakibatkan satwa menjadi sakit, bahkan mati.
Akomodasi untuk satwa harus dirancang berdasarkan kehidupan satwa dihutan alami, dan harus
bisa memenuhi keperluan physiology (badan) dan phychological (mental) satwa yang dipelihara.
Akomodasi kandang harus dilengkapi dengan keperluan satwa, dengan tempat alas tidur (jerami
kering bersih, daun2an bersih yang diganti rutin), batang2 pohon besar yang bercabang untuk
memanjat dan berayun, lahan atau tanah tempat mereka membuaat lubang, kotak buatan untuk
membuat sarang, kolam mereka. Fasilitas kandang harus memenuhi kebutuhan satwa dari masa
mereka kecil atau sampai mereka tumbuh besar dan dewasa.
Kelompok social satwa harus diperhatikan agar cocok. Satwa yang biasa hidup berkelompok
harus diberikan untuk hidup bersama, tidak hidup menyendiri, untuk menghidari stress.
Pembentukan kelompok ini harus diawasi dan dijaga pada musim tertentu, untuk menghidaru
perkelahian.
Satwa tidak boleh dibiarkan semaunya atau kawin dengan saudara sendiri. Staff dan animal
keeper harus tahu, kapan dan cara memisahkansatwa betina dan jantan pada waktu musim
berkembang biak, apabila mereka masih ada pertalian darah. Perkawinan antara satwa yang
masih bersaudara sangat buruk untuk kesehatan.
Keeper harus belajar memberikan program enrichment yang cocok untuk satwa, program ini
bertujuan memberikan aktivitas kepada satwa yang hidup dikurung dikebun bunatang. Satwa
yang tidak mempunyai kegiatan dan menjadi bosan, akan menjadi stress. Satwa yang stress
akhirnya tidak suka makan atau gampang sakit. Maka disuatu zoo yang baik, keeper dengan giat
memberikan aneka ragam program enrichment setiap harinya.
Program enrichment harus dicatat dan dimasukan daftar, untuk membuat jadwal. Bahan dan
materi enrichment harus alami, tidak boleh tajam atau melukai satwa. Biasanya enrichment
terdiri dari pelbagai bentuk. Misalnya enrichment aktifitas pencarian makan, makanan disebar
dan disembunyikan, sehingga satwa harus ”bekerja” mencari makanan, baik mengorek dari
lubang2 makanan atau pun dari kantung2 yang digantung didalam kandang. Karena didalam
habitatnya, satwa semua mempunyai aktifitas mencari makanan.
Enrichment mainan, bisa diberikan baik berupa tempat2 memanjat, ranting2 dan daun2 segar
untuk membuat sarang atau alas tidur. Bola2 rotan yang tidak membahayakan, bola karet yang
besar untuk bermain. Ayunan enrichment macam ini untuk memberikan hiburan dan permainan
kepada satwa.
11. 2.5 PEMBERIAN PERLINDUNGAN DARI RASA TAKUT DAN STRESS
Hal2 yang harus dicek adalah: susunan kelompok satwa, jumlah persentasi antara
jantan dan betina, jumlah satwa perkandang, besarnya ruangan akomodasi, peralatan
hidup baik di alam terbuka dan kandang tertutup. Satwa harus mendapat kebebasan hidup
dialam terbuka dan tidak tinggal terkurung lama.
Susunan dan rancangan akomodasi harus memberikan fasilitas untuk berorilaku
normal sebanyak mungkin, dan memberikan tempat atau ruangan untuk berlindung,
apabila satwa ingin menyendiri atau berlindung dari satwa lain dan pengunjung.
Satwa yang tidak bisa hidup rukun dalam satu kandang harus segera dipisahkan, setiap
perkelahian dan aniaya membuat satwa stress. Perlu sekali keeper mengecek dengan
rutin, mencatat setiap perkelahian tersebut untuk mengambil tindakan, demi keamanan
satwa dan keeper.
Satwa2 hanya boleh dipegang oleh staff yang berpengalaman. Penanganan ini harus
sehati-hati mungkin untuk melindungi satwa dari kecemasan, ketakutan dan stress. Satwa
yang takut gampang stress, bahkan bisa menggigit dan menyerang. Misal beberapa
satwa yang nervous, perlu ditutupi matanya dengan kain lembut supaya tenang, pada
waktu dipindahkan.
Setiap satwa harus dilindungi dari pengunjung2 yang iseng atau menyakiti satwa.
Keeper harus bertindak cepat untuk mencegah pengunjung yang membuat satwa stress.
Satwa tidak boleh diprovokasi atau ditantang sewaktu ditonton. Satwa yang gugup dan
nervous harus punya tempat untuk berlindung agar tidak stress.
Induk2 dan bayinya harus diberikan akomodasi yang tenang dan luas, dengan shelter
(tempat bersembunyi), karena gangguan dari pengunjung yang terlalu banyak, akan
memebuat stress.
Satwa2 tidak boleh dibiarkan hidup menyendiri kelamaan apabila tidak sakit, karena
akan susah hidup berkelompok dan stress. Mereka bisa dikumpulkan sesuai dengan
musim tertentu.
Merokok didepan satwa harus dilarang, terlebi-lebih memberi rokok kepada orangutan
Transportasi dan pemindahan satwa liar hidup
Satwa hanya bisa diberikan atau ditransfer kepada pihak yang mampu bertanggung jawab penuh
untuk memberikan fasilitas dan keahlian yang menjamin kesejahteraan satwa. Harus ada ijin sah
dan pengetahuan dalam mengenai perawatan satwa tersebut.
Fasilitas untuk memindahkan satwa, menaikan, memesukan kedalam box transit, transportasi
satwa dari dalam kebun binatang atau keluar dari kebun binatang ketujuan didalam dan diluar
kebun binatang harus tersedia. Harus mematuhi peraturan CITES (Convention on International
Trade in Endangered Species) dan BKSDA.
12. Transpor harus mematuhi peraturan IATA dan MAFF, m mperhatikan agar satwa tidak stress
dan terluka, mengerti prilaku dan sifat satwa alami untuk menengani lebih baik.
Konversi, Pendidikan dan Riset
Dimana terdapatnya satwa, taman marga satwa (zoo) harus aktif ikut dalam
management prigram species. Program ini harus memberi kontribusi pengertian dan
pendidikan jauh mengenai konservasi satwa dialam habitat liar.
Zoo harus mendemonstrasikan peranan dalam konservasi yang bisa diukur, baik dari
segi edukasi dan riset.
Area yang diperiksa adalah:
Kebijakan strategy konservasi dan pendidikan, bagaimana ini dikaitkan dengan strategy
kebun binatang dunia
Suatu kebun binatang harus mempunyai strategy pendidikan yang tertulis dan aktif ikut
dalam program, pendidikan dan mengajar masyarakat untuk melindungisatwa dialam
habitatnya, memperlakukan satwa dengan sayang, memberi informasi yang tepat dan
akurat mengenai nama ilmiah satwa, dan sifat2 prilaku satwa, makanan alami serta sifat
biology satwa. Perlu sekali dalam informasi ini ditulis jelas status konservasi satwa ini.
Ancaman apa yang ada terhadap populasi satwa dialam, misalnya karena hilangnya hutan
dan sebagainya.
Kebun binatang harus memperlihatkan upaya riset yang bisa dilaksanakan dengan
membangun jembatan untuk bekerja sama dengan pihak pendidikan tinggi, seperti
universitas kedokteran hewan, demi kesejahteraan dan perlindungan satwa. Tentu riset,
baik berupa pengumpulan data, pengamatan satwa atau lainnya harus memenuhi peraturan
yang berada, etikal. Metode2 riset harus disetujui terlebih dulu, mengutamakan
keselamatan dan kesejahteraan satwa. Hasil riset ini harus diterbitkan untuk keperluan
masyarakat dan bisa diperiksa apabila perlu.
Daftar Stock Satwa (Stock Records)
Daftar data stock harus disimpan dan selalu diperbaharui, harus dicatat oleh staff atau
keeper untuk mengenal kelompok satwa, jumlah, kelamin, dsb. Satwa harus gampang
dikenal oleh staff.
Daftar ini harus disimpan dengan baik2 dann ada dupllikat/copy supaya terjaga, boleh
dicatat dikartu atau dicomputer, tetapi bisa dilihat oleh semua staff.
Nama latin biology satwa harus tepat dan jelas, usia satwa tanggal lahir,asalnya dan
sumber satwa tsb didatangkan, orang tua (induk dan ayah), saudara2nya, tanggal masuk
kebun binatang, tanggal meninggalkan kebun binatang dan apabila ditransfer, nama jelas
kemana satwa tersebut dipindahkan. Tanda2 penganal khas satwa, berat badan,kesehatan
umumnya, sifat dan prilaku khas, tanggal mati, sebab2 kematian beserta laporan dokter
hewan, tanggal lolos, sebab2nya, jenis makanan, jadwal makan dan takarannya, sejarah
13. satwa, tanggal dilahirkan, data anak2 yang dilahirkan dan kelaminya, dsb. Kebun binatang
harus memeriksa dan membuat sensus satwa setiap tanggal 1 january tiap tahun.
Staff dan latihan / training
Jumlah staff dan pengalaman masing2 dan training/ latihan harus mencukupi untuk menjamin
standar ini dilaksanakan dengan penuh senantiasa. Rota kerja harus dibuat dan dirancang agar
mempunyai cadangan staff cukup untuk menghadapi hari libur, staff sakit, atau absent.
Daftar pekerjaan dan tugas harus dicatat teratur, dan staff yang bekerja dengan satwa harus
dicatat dan diberikan petunjuk intruksi jelas tentang tanggung jawab dan daftar tugas masing-masing.
Seorang staff yang terampil harus ditunjuk sebagai penanggung jawab harian.
Semua staff dan keeper harus mampu menunjukan keahlian dalam melaksanakan tugas dan
intruksi, dan harus diberikan kesempatan untuk mendapat training (latihan) yang resmi untuk
mencapai kwalifikasi, menambah keprofesionalan, dan untuk menjalankan tugas dengan baik.
Training dan update harus selalu diberikan dengan rutin, mengenai pengetahuan tehnis dan cara-cara
baru dalam merawat dan menagani satwa.
Pimpinan dan direktur kebun binatang harus mengecek bahwa staff tidak mepunyai sejarah atau
latar belakang yang pernah menganiaya atau menyakiti satwa dan hewan.
Fasilitas untuk Publik Pengunjung
Kotak darurat
Kotak darurat harus senantias diperiksa isinya komplit dan senantiasa tersedia. Staff bertugas
harus berlatih memberikan bantuan darurat, apabila diperlukan selamat ada pengunjung masuk.
Latihan (Training) untuk satwa:
Tiga faktor mengapa satwa harus dilatih dikebun binatang
Untuk membantu process penangkapan, yang sesuai dengan perawatan rutin harian.
Misalnya untuk memeindahkan satwa supaya kandang bisa dibersihkan.
Menambah kesejahteraan satwa, misalnya dengan melatih satwa agar mudah diajak
untuk pemeriksaan kesehatan tanpa berontak, bahkan tanpa obat anestetik.
Agar satwa bisa berpartisipasi bila ditunjjukan oleh pengunjung sebagai suatu
pendidikan
14. Tujuan training atau latihan harus jelas dan terang, dengan memperhatikan unsur:
Kesejahteraan satwa
Keselamatan staff keeper
Keselamatan pengunjung
Setiap latihan harus memberikan hasil demi kesejahteraan satwa.
Tehnik dan cara latihan harus berdasarkan positive reinforcement (bantuan positif), dengan cara
memberi imbalan makanan sewaktu latihan untuk melatih satwa berbuat sesuatu. Memberi
elusan sayang apabila satwa mengikuti latihan. Apabila satwa tidak menurt, tidak boleh hukum
atau dipukul sama sekali. Tujuan positif reinforcement adalah menyanjung hal positif dan
mendiamkan hal negative. Latihan harus dilaksanakan dengan hati hati agar tidak membuat
satwa stress. Tidak boleh terlalu lama dan membosankan.
Setiap latihan harus dicatat jelas, tanggal dan metode cara latihan, jangka waktu latihan,
hasil2nya. Latihan harus mengutamakan keselamatan keeper dan satwa, dan tidak menyakitkan.
Staff harus mendapat keahlian training dari orang2 profesional yang sudah berpengalaman
melatih satwa yang memakai cara positive reinforcement.
15. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Higiene dan sanitasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan yang lain. Higiene dan sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia. Usaha kesehatan masyarakat
yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta
membuat kondisi lingkungan yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan lingkungan disebut higiene (Depkes RI, 2009).
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya
yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses
pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penyajian, sampai pada saat makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada pasien.(Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Dinjen
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular).