SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I
                                PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
            Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga
      tengah dalam waktu yang singkat. Otitis media (OM) ini merupakan salah
      satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia dengan angka kejadian
      yang bervariasi pada tiap-tiap negara. (Canter RJ) Otitis Media berdasarkan
      durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3minggu), subakut (3-12 minggu)
      dan kronis (>12 minggu). (Healy GB). Otitis media berdasarkan gejala
      klinisnya dibedakan atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif
      akut (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media supuratif
      kronis (OMSK). (Canter RJ) Pada referat ini akan dibicarakan terapi otitis
      media supuratif akut.1
            Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga
      tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media
      sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
      atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai
      mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga
      merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat,
      diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis
      media sebelum usia tiga tahun dan hamper dari setengah mereka mengalami
      tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal
      satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media
      paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.2
            Otitis media supuratif akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena
      sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus.
      Penyebab (OMSA) dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak
      ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus
      dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab
      OMSA tersering adalah Streptokokus pneumonia, diikuti oleh Haemopilus
      influenzae dan Morexella Cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMSA,
walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang
      membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan tanpa antibiotikpun saluran
      Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama
      aliran lender.



1.2   Tujuan Penulisan
      Tujuan Umum :      Memberikan     gambaran    umum       tentang   OMSA,
                         penyebab, diagnosa, terapi dan komplikasi dari Otitis
                         Media Supuratif Akut. Sehingga dapat dilakukan
                         tindakan pertolongan yang tepat oleh tenaga medis
                         untuk mencegah timbulnya komplikasi yang tidak
                         diinginkan.
      Tujuan Khusus :    Memberikan gambaran karakteristik OMSA bagi
                         mahasiswa kedokteran sebagai bahan studi untuk
                         meningkatkan     pengetahuan    dan    penatalaksanaan
                         kesehatan terhadap OMSA.
BAB II
                              TINJAUAN PUSTAKA




2.1   Definisi
           Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga
      tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau
      kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri
      piogenik    sebagai    penyebabnya     yang     tersering   yaitu   Streptokokus
      hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang
      bakteri    penyebabnya     yaitu    Hemofilus     influenza,    Escheria   colli,
      Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa.
      Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan
      pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.1,2,4


2.2   Anatomi Telinga




                            Gambar 2.1 Anatomi Telinga5
Telinga terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar
terdiri dari aurikula, meatus acusticus externus dan dan membran timpani
bagian luar. Telinga tengah terdiri dari membran timpani bagian dalam,
cavitas timpani yang berisi ossicula auditiva, muskulus, cellulae mastoid;
aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga dalam terdiri dari labirintus
osseus dan labirintus membranaceus. Labirintus osseus yaitu koklea dan
labirintus membranacea terbagi menjadi labirintus vestibularis (sakulus,
utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala vestibule, skala
media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.1,3,4,10
A. Telinga Luar
            Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
    membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang
    telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan
    elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang
    rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
    rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm.
            Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
    serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
    telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
    serumen.
B. Telinga Tengah (Moore, 1989)
          Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam, cavitas
    timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus
    ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah berbentuk kubus, dengan:
    -     Batas luar        : membran timpani.
    -     Batas depan       : tuba eustachius
    -     Batas bawah       : vena jugularis
    -     Batas belakang    : aditus ad antrum
    -     Batas atas        : tegmen tympani (meningen/otak).
    -     Batas dalam       : berturut-turut dari atas kebawah (kanalis
                               semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval
                               window dan antrum promontorium.
Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid;
aditus ad antrum dan tuba auditiva.
1.   Osikula auditiva
2.   Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea
     Terdiri dari maleus, incus dan stapes
3.   Muskulus
     Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh N.
     facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi gerak
     dari tulang auditiva.
     Perlekatan dari m. tensor tympani dan pars ossea tuba auditiva
     menuju kolum mallei, berfungsi untuk mengatur keseimbangan
     tekanan udara antara cavum tympani dengan dunia luar.
4.   Perlekatan dari m.stapedius dari piramida menuju ke collom
     stapedius, berfungsi untuk meredam suara yang keras, frekwensi
     rendah dan amplitude yang tinggi.
5.   Celulae mastoid.
6.   Aditus ad antrum.
     Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum
     tympani dengan antrum mastoid.
7.   Tuba auditiva
          Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga
     telinga tengah dengan nasofaring.
          Tuba auditiva memiliki arti klinis karena nasofaring memiliki
     banyak flora normal, sehingga jika tekanan cavum tympani lebih
     rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani
     sehingga flora normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu
     infeksi diauris media.
          Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian:
      -     1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang.
      -     2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk
            huruf U.
          Fungsi dari Tuba auditiva.
-    Drainase, berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan
                     silia di mukosa tuba dimana gerakan silia seperti lecutan
                     cambuk yang bergerak dari arah cavum tympani ke
                     nasofaring sehingga menghambat pergerakan kuman yang
                     akan masuk ke auris media. Juga untuk mengeluarkan produk
                     atau kotoran dari auris media.
                -    Proteksi, dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari
                     mukosa tuba, sel goblet menghasilkan lisosom yang bersifat
                     bakterisid.
                -    Aerasi, yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam
                     telinga terhadap dunia luar melalui proses membuka-menutup
                     tuba, sebagai contoh saat menelan tuba akan membuka.9
      C.   Telinga dalam terdiri dari:
           a) Labirin osseus: koklea atau rumah siput, yang berupa setengah
               lingkaran.
           b) Labirin membranaseus, terdiri dari:
               1.   Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3
                    buah kanalis semisirkularis.
               2.   Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi
                    perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian
                    yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan
                    pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel
                    rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang
                    membentuk organ korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe)
               3.   Saccus dan ductus endolimfaticus


2.3   Epidemiologi
            60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90%
      terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari
      OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekwensi OMSA terjadi pada masa
      anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit
      dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung
kerugian akibat OMSA untuk biaya pengobatan dan waktu yang hilang
      untuk sekolah dan bekerja mendekati angka tiga milyar pada tahun 1995.


2.4   Etiologi
           Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik, seperti
      Streptokokus haemolitikus, stafilakokus aureus, Pneumokokus. Selain itu
      juga kadang-kadang ditemukan juga Haemopilus influenza, Esherichia colli,
      streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas auregenosa.
      Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5 tahun.
      (Canter RJ).


2.5   Patofisiologi
           Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan
      menimbang banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing
      dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya
      muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila
      telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media
      akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme
      pelengkap pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang
      penting menyediakan pula faktor–faktor humoral, leukosit polimorfonuklear
      dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor
      penyebab dasar pada otitis media akut.
           Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya
      pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa
      pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara
      tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka
      akan terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada
      telinga tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan
      mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi
      invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang
      jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama
      disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut
disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain
Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta
hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme
penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza
adalah patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,
meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis
media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang – kadang
nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak – anak dapat terjadi
anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun
dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian
membrane timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan pembuluh
– pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai maleus berdilatasi
dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses
telinga tengah.
      Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan factor
presdiposisi pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak
kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang
mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan
tuba eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari
penimbunan secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap
bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab utama OMA.
Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasopharinx kedalam cavum
tympani dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum
tympani melalui tuba eustachius serta persamaan jenis mukosa antara kedua
tempat tersebut.
      Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat
menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang
kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga
dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami
sekitar 24 db (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran pembicaraan
       normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
       cairan yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena
       tekanannya.
            Pada anak lebih mudah terserang OMSA disbanding orang dewasa
       karena beberapa hal :
        System      kekebalan   tubuh     anak   masih   dalam   perkembangan.
           Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan
           lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA
           lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
        Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan
           dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang
           dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara eustachius sehingga
           adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain
           itu saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut
           kemudian menyebar ketelinga tengah lewat saluran eustachius.


2.6    Manifestasi Klinis
              Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi
      menjadi 5 stadium:
      A. Stadium Oklusi Tuba Eustachius.
              Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi
         membrane tympani akibat terjadinya tekanan negative dalam telinga
         tengah, akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di
         mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut
         ke mukosa tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba
         eustachius dan mukosa cavum tympani. Akibatnya mukosa tuba
         eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba
         eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu
         (fungsi ventilasi dan drainase). Gangguan fungsi ini antara lain
         menyebabkan berkurangnya pemberian oksigen kedalam cavum tympani
         berkurang (hipotensi), menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vacum.
Kondisi vakum selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada
  mukosa tympani, berupa:
    Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.
    Peningkatan permeabilitas dinding sel.
    Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa.
       Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut,
   mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani
   (transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadang-
   kadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
   berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan
   akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga
   terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada
   telinga (otalgia), tinnitus.
       Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membrane tympani
   berubah menjadi retraksi/tertarik ke medial (dengan tanda-tanda) lebih
   cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih horizontal dan
   lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang
   atau berubah
B. Stadium Hiperemis.
        Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
   membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis
   serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
   yang serousa sehingga masih sukar terlihat.
C. Stadium Supurasi (Bombans).
        Edeme yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
   epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum
   tympani, menyebabkan membrane tympani menonjol (bulging) kearah
   liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan
   suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
   Apabila tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi
   iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis
   pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini
pada membrane tympani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
   kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture.
        Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat,
   pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA
   yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada
   meatus akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani
   tampak hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans), Terkadang tampak
   adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan
   denyutan nadi.
D. Stadium Perforasi.
       Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic
   atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrane
   tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
   luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu
   disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat
   kumpulan mucous, ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrane
   tympani.
       Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena tekanan di
   cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar cairan dari
   telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran nafas atas
   masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus masih
   didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak
   membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di
   sentral
E. Stadium Resolusi
   Bila membrane tympani tetap utuh, maka keadaan membrane tympani
   berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
   secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan
   virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa
   pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya
   gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi.
   Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus externus bersih dari secret,
membrane tympani tidak tampak lagi, warnanya sudah kembali lagi
          seperti mutiara, yang masih tampak adalah perforasi pars tensa.
2.7    Gejala Klinis
             Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) tergantung dari
       stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa
       demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala
       klinik otitis media supuratif akut (OMSA) berdasarkan umur penderita,
       yaitu :
        Bayi dan anak kecil.
           Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-tiba
           menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang
           memegang telinga yang sakit. Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya :
           biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk
           pilek.
        Anak lebih besar dan orang dewasa.
           Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan
           pendengaran berkurang).


2.8    Diagnosis
             Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut
       A. Penyakitnya timbul mendadak (akut)
       B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga
           tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
           antara tanda berikut:
          1. Menggembungnya gendang telinga.
          2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga.
          3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
          4. Cairan yang keluar dari telinga.
      C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan
          adanya salah satu tanda berikut:
          1. Kemerahan pada gendang telinga
          2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Anak dengan OMSA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat
   menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
   berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta
   rewel. Namun gejala-gejala ini ( kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak
   sepesifik untuk OMSA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
         Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop, dengan otoskop dapat
   dilihat gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang
   telinga menjadi kemerahan atau agak kuning atau suram, serta cairan di liang
   telinga.
         Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan tympanosentesis
   (penusukan terhadap gendang telinga). Namun tympanosintesis tidak
   dilakukan pada sembarAng anak. Indikasi dilakukannya tympanosentesis
   antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia 6 minggu dengan riwayat
   perawatan intensif di rumah sakit anak dengan gangguan kekebalan tubuh,
   anak yang tidak memberikan respon pada pemberian antibiotic atau dengan
   gejala yang sangat berat dan komplikasi.


2.8 Penatalaksanaan
         Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya.
   A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba
       eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi
       sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema.
       Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang
       dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi
       ISPA misalnya golongan aspirin.
   B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di berikan adalah antibiotic, obat
       tetes hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan
       ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular
       agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian
       dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-
       100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan
         miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane
         tympani dapat dihindari.
      D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan
         yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
         antibiotic yang adekuat.
      E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan
         lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk
         menjaga kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek
         guna menghindari kekambuhan.


2.9    Komplikasi
             Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara
       kronik dari satu atau dua telinganya. Jika gendang telinga telah pecah lebih
       dari 2 minggu, resiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan
       yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama
       beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
             Otitis media yang tidak diobati dapat mnyebar ke jaringan sekitar
       telinga tengah, termasuk otak. Namun umumnya komplikasi ini jarang
       terjadi, salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan
       OMA yang tidak diobati.
             Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya
       pendengaran permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik
       dapat mngurangi pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah
       dalam kemampuan bicara dan bahasa.


2.10 Prognosis
           Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic
      yang tepat dan dosis cukup).
DAFTAR PUSTAKA




1.    Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s
      Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, London,
      1997, 3/9/1-7.
2.    Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
      Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
      kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62
3.    Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In:
      Ballenger’s Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth edition.
      BC Decker Inc. Ontario, 2003, 249-59.
4.    Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu
      Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas
      Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
5.    Anatomy               of             Inner             Ear.            2010;
      http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm
6.    D. Steward Rowe. Acute Suppurative Otitis Media. Pediatric 1975:56:285.
      Available                                                                 at
      http://pediatrics.aappublications.org/content/56/2/285.full.pdf+html
7.    Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
      Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5.
8.    dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar,
      Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
9.    Kumar S, 1996, Surgical anatomy and Physiology,’ In Fundamental of Ear
      Nose and Throat Disease and Head Neck Surgery, Ed 6, Calcuta, 17-36
10.   Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, 1989,’ Anatomy and Embriology of the
      Ear,’ In Lee KJ (Ed). Text Book of Otolaryngology and Head and Neck
      Surgery, Elseiver, New York, 1-22

More Related Content

What's hot

case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblemuhammad ikhlas yakin
 
Trakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomiTrakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomimita1304
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Ajo Yayan
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen pptSalimah Aj
 
Penyakit Meniere
Penyakit MenierePenyakit Meniere
Penyakit MeniereAntox Utomo
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikAnna Lestari
 
Perdarahan ante partum
Perdarahan ante partumPerdarahan ante partum
Perdarahan ante partumDokter Tekno
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hatiandikabudiarto
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 

What's hot (20)

case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Trakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomiTrakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomi
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Bronkiektasis
BronkiektasisBronkiektasis
Bronkiektasis
 
Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman Abses paru by dr.Yanuarman
Abses paru by dr.Yanuarman
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Morbus hansen ppt
Morbus hansen pptMorbus hansen ppt
Morbus hansen ppt
 
Penyakit Meniere
Penyakit MenierePenyakit Meniere
Penyakit Meniere
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Perdarahan ante partum
Perdarahan ante partumPerdarahan ante partum
Perdarahan ante partum
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 

Similar to Otitis media supuratif akut ok

oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akutaade wahyuni
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Thary's Phyup
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)pjj_kemenkes
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxZulAme
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergijelly hariyati
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Otitis media supuratif akut ok (20)

oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 
Otitis media akuta
Otitis media akutaOtitis media akuta
Otitis media akuta
 
otitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptxotitis Media Akut.pptx
otitis Media Akut.pptx
 
Ompa
OmpaOmpa
Ompa
 
OMSK
OMSKOMSK
OMSK
 
Makalah oma
Makalah omaMakalah oma
Makalah oma
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUNOtitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
Otitis 222222222222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
Vertigo
VertigoVertigo
Vertigo
 
Mengenal indra pembau
Mengenal indra pembauMengenal indra pembau
Mengenal indra pembau
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA TELINGA (OTITIS MEDIA)
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergi
 
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkelAskep pada otitis eksterna atau furunkel
Askep pada otitis eksterna atau furunkel
 
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUNAskep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
Askep otitis media akut 2222222222 AKPER PEMDA MUN
 
Sap omsk
Sap omskSap omsk
Sap omsk
 

Otitis media supuratif akut ok

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat. Otitis media (OM) ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia dengan angka kejadian yang bervariasi pada tiap-tiap negara. (Canter RJ) Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3minggu), subakut (3-12 minggu) dan kronis (>12 minggu). (Healy GB). Otitis media berdasarkan gejala klinisnya dibedakan atas 4 kelompok yaitu miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA), otitis media sekretori (OMS) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). (Canter RJ) Pada referat ini akan dibicarakan terapi otitis media supuratif akut.1 Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukusa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hamper dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun.2 Otitis media supuratif akut (OMSA) banyak terjadi pada anak karena sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi terus menerus. Penyebab (OMSA) dapat berupa virus atau bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri. Bakteri penyebab OMSA tersering adalah Streptokokus pneumonia, diikuti oleh Haemopilus influenzae dan Morexella Cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMSA,
  • 2. walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan tanpa antibiotikpun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lender. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan Umum : Memberikan gambaran umum tentang OMSA, penyebab, diagnosa, terapi dan komplikasi dari Otitis Media Supuratif Akut. Sehingga dapat dilakukan tindakan pertolongan yang tepat oleh tenaga medis untuk mencegah timbulnya komplikasi yang tidak diinginkan. Tujuan Khusus : Memberikan gambaran karakteristik OMSA bagi mahasiswa kedokteran sebagai bahan studi untuk meningkatkan pengetahuan dan penatalaksanaan kesehatan terhadap OMSA.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik dan mengeluarkan nanah. Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur di bawah 5 tahun.1,2,4 2.2 Anatomi Telinga Gambar 2.1 Anatomi Telinga5
  • 4. Telinga terdiri dari bagian luar, tengah dan dalam. Telinga bagian luar terdiri dari aurikula, meatus acusticus externus dan dan membran timpani bagian luar. Telinga tengah terdiri dari membran timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossicula auditiva, muskulus, cellulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. Telinga dalam terdiri dari labirintus osseus dan labirintus membranaceus. Labirintus osseus yaitu koklea dan labirintus membranacea terbagi menjadi labirintus vestibularis (sakulus, utrikilus, canalis semisirkularis), duktus koklearis (skala vestibule, skala media, skala timpani), sakus duktus endolimpatikus.1,3,4,10 A. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 ± 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. B. Telinga Tengah (Moore, 1989) Telinga tengah terdiri dari membrane timpani bagian dalam, cavitas timpani yang berisi ossikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva, telinga tengah berbentuk kubus, dengan: - Batas luar : membran timpani. - Batas depan : tuba eustachius - Batas bawah : vena jugularis - Batas belakang : aditus ad antrum - Batas atas : tegmen tympani (meningen/otak). - Batas dalam : berturut-turut dari atas kebawah (kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, oval window dan antrum promontorium.
  • 5. Cavitas tympani berisi osikula auditiva, muskulus, celulae mastoid; aditus ad antrum dan tuba auditiva. 1. Osikula auditiva 2. Berfungsi untuk menghantarkan suara dari udara ke koklea Terdiri dari maleus, incus dan stapes 3. Muskulus Terdiri dari m. tensor tympani dan m. stapedius, diinervasi oleh N. facialis dan N. trigeminus dimana berfungsi untuk membatasi gerak dari tulang auditiva. Perlekatan dari m. tensor tympani dan pars ossea tuba auditiva menuju kolum mallei, berfungsi untuk mengatur keseimbangan tekanan udara antara cavum tympani dengan dunia luar. 4. Perlekatan dari m.stapedius dari piramida menuju ke collom stapedius, berfungsi untuk meredam suara yang keras, frekwensi rendah dan amplitude yang tinggi. 5. Celulae mastoid. 6. Aditus ad antrum. Merupakan muara atau lubang yang menghubungkan cavum tympani dengan antrum mastoid. 7. Tuba auditiva Tuba auditiva adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Tuba auditiva memiliki arti klinis karena nasofaring memiliki banyak flora normal, sehingga jika tekanan cavum tympani lebih rendah maka udara akan masuk dari nasofaring ke cavum tympani sehingga flora normal akan ikut masuk, hail ini dapat memicu infeksi diauris media. Tuba auditiva dibagi menjadi 2 bagian: - 1/3 bagian superior, tersusun oleh tulang. - 2/3 bagian inferior, tersusun oleh kartilago yang berbentuk huruf U. Fungsi dari Tuba auditiva.
  • 6. - Drainase, berdasarkan gerakan membuka tuba dan gerakan silia di mukosa tuba dimana gerakan silia seperti lecutan cambuk yang bergerak dari arah cavum tympani ke nasofaring sehingga menghambat pergerakan kuman yang akan masuk ke auris media. Juga untuk mengeluarkan produk atau kotoran dari auris media. - Proteksi, dilakukan oleh jaringan limpoid dan sel goblet dari mukosa tuba, sel goblet menghasilkan lisosom yang bersifat bakterisid. - Aerasi, yaitu menjaga keseimbangan tekanan udara dalam telinga terhadap dunia luar melalui proses membuka-menutup tuba, sebagai contoh saat menelan tuba akan membuka.9 C. Telinga dalam terdiri dari: a) Labirin osseus: koklea atau rumah siput, yang berupa setengah lingkaran. b) Labirin membranaseus, terdiri dari: 1. Labirin Vestibuler, yang terdiri dari saculus, utrikulus dan 3 buah kanalis semisirkularis. 2. Duktus koklearis, yang terdiri dari skala vestibule (berisi perilimfe), skala media (berisi endolimpe dan terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis korti, yang membentuk organ korti)dan sekala tympani (berisi perilimfe) 3. Saccus dan ductus endolimfaticus 2.3 Epidemiologi 60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan 90% terjadi pada usia 2-3 tahun. Di Amerika Serikat angka kejadian tertinggi dari OMSA terjadi pada usia 6-24 bulan, frekwensi OMSA terjadi pada masa anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan anak perempuan. Secara langsung atau tidak langsung
  • 7. kerugian akibat OMSA untuk biaya pengobatan dan waktu yang hilang untuk sekolah dan bekerja mendekati angka tiga milyar pada tahun 1995. 2.4 Etiologi Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik, seperti Streptokokus haemolitikus, stafilakokus aureus, Pneumokokus. Selain itu juga kadang-kadang ditemukan juga Haemopilus influenza, Esherichia colli, streptokokus anhemolitikus, proteus vulgaris dan pseudomonas auregenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia 5 tahun. (Canter RJ). 2.5 Patofisiologi Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang banyaknya flora organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil mucus (misalnya muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler sub epitel yang penting menyediakan pula faktor–faktor humoral, leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar pada otitis media akut. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka akan terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada telinga tengah merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus namun sebagian besar infeksi otitis media akut
  • 8. disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus beta hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza adalah patogen yang sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan patogen pada orang dewasa. Gejala klasik otitis media akut antara lain berupa nyeri, demam, malaise dan kadang – kadang nyeri kepala di samping nyeri telinga; khusus pada anak – anak dapat terjadi anoreksia, mual dan muntah. Demam dapat tinggi pada anak kecil namun dapat pula tidak ditemukan pada 30% kasus. Seluruh atau sebagian membrane timpani secara khas menjadi merah dan menonjol dan pembuluh – pembuluh darah di atas membrane timpani dan tangkai maleus berdilatasi dan menjadi menonjol. Secara singkatnya dapat dikatakan terdapat abses telinga tengah. Genetik, infeksi, imunologi dan lingkungan merupakan factor presdiposisi pada anak-anak untuk terkena infeksi telinga. Pada banyak kasus pencetus OMA disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas yang mengakibatkan kongesti, bengkak dari mukosa nasalis, nasopharynx dan tuba eustachius. Sumbatan dari isthmus tuba auditiva akibat dari penimbunan secret dari telinga tengah: hasil perlawanan tubuh terhadap bakteri atau virus yang berupa nanah sebagai penyebab utama OMA. Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasopharinx kedalam cavum tympani dimungkinkan akibat ada hubungan langsung hidung dan cavum tympani melalui tuba eustachius serta persamaan jenis mukosa antara kedua tempat tersebut. Pembengkakan pada jaringan sekitar saluran tuba eustachius dapat menyebabkan lender yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah berkumpul di belakang gendang telinga. Jika lender dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami sekitar 24 db (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
  • 9. menyebabkan gangguan pendengaran hingaa 45 db (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang banyak tersebut dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. Pada anak lebih mudah terserang OMSA disbanding orang dewasa karena beberapa hal :  System kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan. Saluran Eustachius pada anak masih lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek bila dibandingkan dengan orang dewasa sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.  Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar disbanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara eustachius sehingga adenoid yang besar mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain itu saluran eustachius sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ketelinga tengah lewat saluran eustachius. 2.6 Manifestasi Klinis Perubahan mukosa tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi menjadi 5 stadium: A. Stadium Oklusi Tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane tympani akibat terjadinya tekanan negative dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara, hal ini diakibatkan oleh adanya radang di mukosa hidung dan nasofaring karena infeksi saluran nafas atas berlanjut ke mukosa tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius dan mukosa cavum tympani. Akibatnya mukosa tuba eustachius mengalami edema yang akan menyempitkan lumen tuba eustachius. Keadaan ini mengakibatkan fungsi tuba eustachius terganggu (fungsi ventilasi dan drainase). Gangguan fungsi ini antara lain menyebabkan berkurangnya pemberian oksigen kedalam cavum tympani berkurang (hipotensi), menjadi kurang dari 1 atm dan disebut vacum.
  • 10. Kondisi vakum selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan pada mukosa tympani, berupa:  Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan limfe.  Peningkatan permeabilitas dinding sel.  Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa. Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum tympani tersebut, mengakibatkan terjadinya perembesan cairan kedalam cavum tympani (transudasi). Keadaan ini disebut sebagai Hidrops ex vacuo. Kadang- kadang membrane tympani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Dimana gangguan telinga yang dirasakan akibatnya vacuum hydrops ex vacuo. Keluhan yang dirasakan: telinga terasa penuh (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, nyeri pada telinga (otalgia), tinnitus. Pada pemeriksaan otoskopi didapat gambaran membrane tympani berubah menjadi retraksi/tertarik ke medial (dengan tanda-tanda) lebih cekung, brevis lebih menonjol, manubrium mallei lebih horizontal dan lebih pendek, plika anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang atau berubah B. Stadium Hiperemis. Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane tympani atau seluruh membrane tympani tampak hiperemis serta edema secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serousa sehingga masih sukar terlihat. C. Stadium Supurasi (Bombans). Edeme yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum tympani, menyebabkan membrane tympani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, seerta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum tympani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan sub mukosa. Nekrosisi ini
  • 11. pada membrane tympani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan. Ditempat ini akan terjadi rupture. Pada orang dewasa biasanya datang dengan keluhan otalgia hebat, pada penderita bayi dan anak rewel dan gelisah, demam tinggi dan ISPA yang disertai biasanya masih ada. Pada pemeriksaan otoskopi: pada meatus akustikus externus tidak didapatkan secret, membrane timpani tampak hiperemi, cembung kea rah lateral (bombans), Terkadang tampak adanya pulsasi (keluar nanah dari lubang perforasi sesuai dengan denyutan nadi. D. Stadium Perforasi. Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi kuman yang tinggi, maka terjadi rupture membrane tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, akibatnya nyeri yang dirasakan penderita berkurang. Selain itu disebabkan oleh tekanan yang tinggi pada cavum tympani akibat kumpulan mucous, ahkirnya menimbulkan perforasi pada membrane tympani. Keluhan yang di rasakan sudah banyak berkurang, karena tekanan di cavum tympani sudah banyak berkurang, selain itu keluar cairan dari telinga, penurunan pendengaran dan keluhan infeksi saluran nafas atas masih di rasakan, pada pemeriksaan otoskopi meatus externus masih didapati banyak mukopus dan setelah dibersihkan akan tampak membrane tympani yang hiperemis dan perforasi paling sering terletak di sentral E. Stadium Resolusi Bila membrane tympani tetap utuh, maka keadaan membrane tympani berlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkuran dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Pada stadium ini kebanyakan yang masih dirasakan adanya gangguan pendengaran, keluhan sebelumnya sudah tidak dirasakan lagi. Pada pemeriksaan otoskopi meatus akustikus externus bersih dari secret,
  • 12. membrane tympani tidak tampak lagi, warnanya sudah kembali lagi seperti mutiara, yang masih tampak adalah perforasi pars tensa. 2.7 Gejala Klinis Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMSA) berdasarkan umur penderita, yaitu :  Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.  Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang). 2.8 Diagnosis Diagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut A. Penyakitnya timbul mendadak (akut) B. Ditemukanya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan disuatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: 1. Menggembungnya gendang telinga. 2. Terbatas/tidak gerakan gendang telinga. 3. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga. 4. Cairan yang keluar dari telinga. C. Adanya tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan adanya salah satu tanda berikut: 1. Kemerahan pada gendang telinga 2. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
  • 13. Anak dengan OMSA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini ( kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak sepesifik untuk OMSA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata. Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop, dengan otoskop dapat dilihat gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning atau suram, serta cairan di liang telinga. Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan tympanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun tympanosintesis tidak dilakukan pada sembarAng anak. Indikasi dilakukannya tympanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberikan respon pada pemberian antibiotic atau dengan gejala yang sangat berat dan komplikasi. 2.8 Penatalaksanaan Pengobatan OMSA tergantung pada stadium penyakitnya. A. Pada stadium oklusi tujuannya adalah mengembalikan fungsi tuba eustachius secepatnya. Untuk itu digunakan tetes hidung yang berfungsi sebagai vasokonstriktor untuk mengatasi penyempitan tuba akibat edema. Obat yang dapat digunakan adalah solution efedrin 1% untuk orang dewasa dan 0.25-0.5% untuk bayi danak-anak. Obat lain untuk mengatasi ISPA misalnya golongan aspirin. B. Pada stadium hiperemis, terapi yang di berikan adalah antibiotic, obat tetes hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan adalah golongan ampicillin dan penisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan kosentrasi yang lebih adekuat di dalam darah, pemberian dianjurkan selama 7 hari. Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50- 100 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis.
  • 14. C. Pada stadium supurasi, selain antibiotic, idealnya harus dilakukan miringotomi, bila membrane masih utuh, sehingga rupture membrane tympani dapat dihindari. D. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar, pengobatan yang dilakukan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotic yang adekuat. E. Pada stadium resolusi ini penderita sudah tidak memerlukan obat-obatan lagi, karena ISPA juga sudah sembuh. Penderita disarankan untuk menjaga kebersihan telinga, tidak boleh kemasukan air atau dikorek-korek guna menghindari kekambuhan. 2.9 Komplikasi Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau dua telinganya. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, resiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar. Otitis media yang tidak diobati dapat mnyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun umumnya komplikasi ini jarang terjadi, salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran permanent, cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mngurangi pendengaran anak serta dapat menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. 2.10 Prognosis Prognosis pada OMA baik bila diberikan terapi yang adekuat (antibiotic yang tepat dan dosis cukup).
  • 15. DAFTAR PUSTAKA 1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, London, 1997, 3/9/1-7. 2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 49-62 3. Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In: Ballenger’s Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth edition. BC Decker Inc. Ontario, 2003, 249-59. 4. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. 5. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm 6. D. Steward Rowe. Acute Suppurative Otitis Media. Pediatric 1975:56:285. Available at http://pediatrics.aappublications.org/content/56/2/285.full.pdf+html 7. Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. 8. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. 9. Kumar S, 1996, Surgical anatomy and Physiology,’ In Fundamental of Ear Nose and Throat Disease and Head Neck Surgery, Ed 6, Calcuta, 17-36 10. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ, 1989,’ Anatomy and Embriology of the Ear,’ In Lee KJ (Ed). Text Book of Otolaryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver, New York, 1-22