Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta diklat guru mata pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Metode ini dimulai dari identifikasi masalah, eksplorasi sumber belajar, diskusi kelompok, hingga konfirmasi hasil dengan guru.
3. Tujuannya agar peserta diklat memperoleh pengetahuan dan k
1. METODE PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PESERTA
DIKLAT GURU MATA PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK KEMENTERIAN AGAMA
SE-PROVINSI SUMATERA UTARA DAN ACEH
Oleh: Salmiah,S.Ag, M.Pd Widyaiswara BDK Medan
ABSTRAKSI
Salmiah, Penerapan Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah Bagi
Peserta Diklat Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kementerian Agama Se-
Provinsi Sumatera Utara Dan Aceh. Naskah ini disusun dilatar belakangi adanya
asumsi bahwa guru mata pelajaran Aqidah Akhlak belum profesional dalam
menerapkan metode pembelajaran berdasarkan masalah.
Yang dimaksud dengan metode pembelajaran berdasarkan masalah adalah
suatu proses kegiatan pembelajaran dimulai dengan pencarian/ penemuan masalah
dari indikator, pengorganisasian dan upaya penemuan materi pemecahan masalah,
sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.
Pengimplementasian metode ini dapat dilakukan dengan penugasan baik
secara kelompok maupun secara individu, mulai dari kegiatan exsplorasi,
elaborasi, dan komfirmasi. Strategi penerapan metode ini diawali dengan kegiatan
pengungkapan masalah dari materi indikator, lalu pembagian tugas, baik secara
individu maupun kelompok, dari masing-masing kelompok/ individu mencari
pemecahan masalahnya melalui sumber belajar dan bimbingan fasilitator, kegiatan
inilah yang disebut dengan Exspolasi.
Dari masing-masing kelompok/ individu telah memiliki/ menemukan
jawaban/pemecahan masalah, yang merukan hasil dari kegiatan exspolasi, hasil ini
didiskusikan sesama peserta didik untuk ditanggapi dari masing-masing temuan
kelompok/individu. Hasil diskusi ini dirumuskan sebagaimana mestinya. Kegiatan
inilah yang dikenal dengan elaborasi.
Hasil rumusan diskusi dilaporkan kepada guru, untuk mendapatkan
tanggapan dan bimbingan seperlunya dari guru. Manakala hasil laporan benar
maka fasilitator memberikan penguatan dan reward (penghargaan) seperlunya,
dan bila belum benar, fasilitator memberikan arahan dan bimbingan sehingga
pemecahan masalah ditemukan dan tuntas. Kegiatan ini lah yang disebut dengan
komfirmasi.
METODE PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
I. Pendahuluan
Motif yang mendorong penulis untuk menulis judul ini adalah
adanya asumsi yang kuat bahwa dalam proses kegiatan pembelajaran
mata diklat Model dan Strategi Pembelajaran, hanya merupakan kajian
lebih umum dan tidak mendalam. Hal ini terjadi karena kurikulum
menuntut demikian sementara waktu yang tersedia sangat terbatas
sehingga tidak memungkinkan membicarakannya secara detail,
sementara metode ini merupakan kebutuhan para dewan guru umumnya
dan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak khususnya.
Masalah kompetensi peserta diklat tentang penerapan metode
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan hal yang orisinal, yakni
hal yang baru dan penting karena selama ini belum terjamah secara baik
dan benar oleh peserta diklat, Oleh karena itu, hal ini merupakan sesuatu
2. yang perlu untuk dikaji sebab kompetensi ini dapat dijadikan salah satu
data keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu diklat. Dan lebih jauh dari
itu bila hal ini dapat diinformasikan sebagai mana mestinya, tentu akan
ditemukan kebermaknaannya. Belajar dari kebermaknaan ini akan
menemukan sesuatu pengalaman yang berharga bagi peserta diklat
dalam pengelolaan pembelajaran.,
Kespesifikasian topik yang dikaji ini adalah memberikan informasi
kepada peserta diklat melalui media cetak tentang bagaimana mendesain
kegiatan pembelajaran dengan memakai metode pembelajaran
berdasarkan masalah, metode ini mulai berangkat dari pencarian masalah
sampai kepada strategi pemecahan masalah. Lebih dari itu hal ini dapat
dijadikan modal dasar untuk pengembangan metode pembelajaran yang
lebih kaya dan bermakna.
Kerangka berpikir penulis bahwa dengan pengkajian dan
pemaparan penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah,
melalui media cetak, peserta diklat menemukan kompetensi pengetahuan,
keahlian, keterampilan dan sikap, sebagai pengembangan wawasan yang
lebih luas dan mendalam. Tujuannya untuk menjadi bekal ketika kembali
ke tempat tugasnya dalam rangka penajaman dan pengembangan
pengalaman, dalam rangka meningkatkan hasil kinerja yang lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis berasumsi bahwa
melalui bahasan dan kajian ini akan melahirkan kompetensi alumni diklat
guru mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam menerapkan model dan
strategi pembelajaran. Lalu penulis memberikan saran dan rekomendasi
kepada pihak yang terkait untuk memberikan bantuan seperlunya dalam
proses penerapan model dan strategi pembelajaran di lapangan.
II. Metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Landasan Yuridis
Teori pendukung dalam kajian ini adalah peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.41 Tahun 2007, tentang standar proses kegiatan.
Dalam Peraturan menteri ini ditemukan bahwa dalam proses kegiatan
pembelajaran adanya tiga tahapan pembelajaran, yakni kegiatan
pembelajaran pendahuluan, kegiatan pembelajaran inti, dan kegiatan
pembelajaran penutup. Dalam kegiatan inti ditemukan adanya tiga proses
tahapan kegiatan pembelajaran, yakni proses kegiatan pembelajaran
eksplorasi, elaborasi dan komfirmasi. Proses ini dilakukan model dengan
pendekatan metode pembelajaran berdasarkan masalah.
2. Pengertian metode pembelajaran berdasarkan masalah
Metode pembelajaran berdasarkan masalah dikenal dengan istilah
“metode problem solving”, dan metode ini telah lahir sejak manusia
memanfaatkan akal pikirannya dalam kehidupannya sehari-hari, karena
masalah lahir dari adanya pertanyaan, otak manusia selalu bertanya
tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya. Manusia mengenal
masalah dalam kondisi ini belum tersusun dan terstruktur secara ilmiah.
Dewasa ini banyak para ahli mengemukakan tentang pengertian metode
pembelajaran berdasarkan masalah,
S. Nasution mengemukakan dalam bukunya Berbagai Pendekatan
dalam Proses belajar dan mengajar, bahwa memecahkan masalah
merupakan metode belajar yang mengharuskan pelajar untuk menemukan
3. jawabannya tanpa ada bantuan khusus. Syaiful Bahri Djamarah dalam
bukunya Strategi Belajar Mengajar, mengomentari bahwa metode
pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data
sampai kepada menarik kesimpulan.
Dalam buku Profesionalisasi Guru Dan Implementasi KTSP oleh
Martinus Yamin, memberi pandangan dengan istilah metode pemecahan
masalah dan metode studi kasus. Ia mengatakan bahwa metode
pemecahan masalah dikenal metode Brainstorming, ia merupakan metode
yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat
kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Sementara metode studi
kasus ia mengemukakan bahwa metode ini berbentuk penjelasan tentang
masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugasi mencari
alternatif pemecahannya. Abdullah Majid dalam bukunya Perencanaan
Pembelajaran mengemukakan bahwa metode pemecahan masalah
merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik
untuk memperhatikan, menelaah dan berpikir tentang suatu masalah
untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk
memecahkan masalah.
3. Ruang lingkup metode pembelajaran berdasarkan masalah
Ruang lingkup metode pembelajaran berdasarkan masalah
mencakup seluruh materi mata pembelajaran tanpa kecuali, baik yang
abstrak maupun yang kongkret, baik masalah dunia maupun masalah
akhirat, mencakup seluruh proses dalam kehidupan manusia. Kontek ini
diilhami oleh pemikiran Abdul Majid yang mengatakan bahwa hakyikat dari
metode pemecahan masalah adalah untuk memperhatikan, menelaah dan
berpikir terhadap suatu masalah.
4. Prinsip penggunaan metode pembelajaran berdasarkan
masalah
Dalam metode pembelajaran berdasarkan masalah ditemukan
beberapa prinsip. Martinus Yamin mengisyaratkan bahwa siswa telah
berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan prestasi yang lebih tinggi
pula dan memiliki pengetahuan awal tentang masalah itu. S. Nasution
menambahkan siswa harus mengetahui dan memahami aturan-aturan
dalam pemecahan masalah.. .
5. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran berdasarkan
masalah
Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa metode problem
solving ada kelebihannya dan ada kekurangannya. Ia mengemukakan
sebagai berikut:
Kelebihan metode pembelajaran berdasarkan masalah:
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil.
c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir
siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti
4. permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahannya.
Kekurangan metode pembelajaran berdasarkan masalah
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya
serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan keterampilan dan kemampuan guru.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini
sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering
terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar
merupakan kesulitsn sendiri bagi siswa.
6. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran berdasarkan
masalah
Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
mengemukakan bahwa dalam menerapkan metode pembelajaran
berdasarkan masalah mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini
harus tumbuh dari siswa sesuai dengan tarap kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
S. Nasution mengemukakan bahwa langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah
adalah sebagai berikut: (1) Pelajar dihadapkan dengan masalah. (2)
Pelajar merumuskan masalah itu. (3) Ia merumuskan hepotesis.d. Ia
menguji hepotesis itu.
Apa yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, dikembangkan/
disingklutkan kedalam tiga tahapan, yakni tahapan eksploraso. Elaborasi,
dan komfirmasi. Tahapan eksplorasi adalah tahapan kesibukan peserta
didik mencari materi dari sumber pembelajaran. Pada tahapan ini guru
mempersiapkan bersama-sama dengan peserta didik, apa msalah yang
mau dipecahkan, apa yang menjadi sumber belajarnya, siapa yang
memecahkan, bagaimana memecahkan.
Untuk menentukan apa masalah yang akan dipecahkan, berangkat
mulai dari analisis SK, KD, dan Indikator, melalui penelusuran dengan
pertanyaan: Kompetensi apa yang hendak dicapai, materi apa yang harus
diraih. Berbicara tentang kompetensi, ada kompetensi kognitif,
psikomotorik, dan kompetensi afektif. Berbicara tentang materi ada materi
fakta, materi konsep, materi prinsip, dan ada materi prosedur. Kejelasan
unsur-unsur ini memudahkan peserta didik untuk mengenali masalah.
Pengenalan masalah perlu bagi peserta didik, sebab dengan kejelasan
masalah memberi petunjuk tentang sikap dan upaya apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik, supaya tidak salah dalam pengambilan
5. keputusan.
Setelah peserta didik mengetahui dan mengenali masalah
(kompetensi apa dan materi apa), maka peserta didik menentukan sumber
belajar, artinya apa yang menjadi sumber materi pembelajaran.
Maksudnya dimana ada materi yang dijadikan pemecahan masalah itu.
Apakah sumber belajar dalam bentuk media cetak, elektronik,
laboratorium, mesium, kebun binatang dan lain-lain sebagainya yang ada
dialam semesta ini.
Setelah jelas sumber belajar, dilanjutkan dengan pengorganisasian,
yakni menentukan siapa melakukan apa, apakah secara individual atau
kelompok, yang jelas setiap peserta didik telah mengetahui fungsi dan
tugasnya. Setelah jelas masalah, apa yang menjadi sumber belajarnya,
siapa yang melakukannya, maka ditindak lanjuti dengan bagaimana
melakukannya, artinya langkah-langkah apa yang harus ditempuh secara
sistemaist, efesien dan efektif, sehingga dalam waktu tertentu, materi yang
dicari ketemu dan terkumpul, sesuai dengan tugas masing-masing.
Tahapan elaborasi adalah pengumpulan materi dari hasil
eksplorasi, untuk didiskusikan, dikaji untuk menguji kebenaran data,
melalui penyiangan, yaitu membuang data yang tidak benar dan
menyusun data yang benar. Setelah terbukti kebenaran data, disusun
dalam sebuah format, yang dijadikan pelaporan sebagai wujud
pemecahan masalah oleh peserta didik.
Tahapan berikutnya adalah komfirmasi, yaitu tanggapan guru
terhadap hasil pemecahan masalah oleh peserta didik, untuk
menunjukkan benar atau salah,memadai atau belum memadai. Bila hasil
pemecahan masalah oleh peserta didik benar dan memadai, maka guru
harus memberikan penguatan dan reward atau penghargaan. Dan bila
ternyata salah/ belum benar, guru menunjukkan kesalahannya dan
memberikan bimbingan dan pengawasan kepada peserta didik, supaya ia
dapat melakukan kembali upaya-upaya pencarian dan penemuan materi,
sehingga tuntas.
III. Penutup
1. Kesimpulan
Metode pembelajaran berdasarkan masalah adalah cara guru
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan terlebih dahulu
mencari atau mengemukakan masalah yang ada dalam indikator
pembelajaran, lalu diorganisasikan, yakni siapa melakukan apa. Setelah
jelas pengorganisasian ini barulah melakukan pencarian materi
pemecahan masalah. Materi pemecahan masalah ini dirumuskan
sedemikian rupa secara sistematis, lalu diuji kebenarannya dengan
memberikan laporan kepada guru dan guru memberikan komfirmasi.
Penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah diawali
dengan persiapan awal, yakni persiapan yang dilakukan berkaitan dengan
persiapan materi, alat bantu, waktu dan penyusunan perencanaan
pembelajaran.Langkah-langakah kegiatan metode pembelajaran
berdasarkan masalah terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan
komfirmasi,
2. Saran-Saran
Untuk terwujudnya apa yang telah disimpulkan di atas, penulis
menyarankan sebagai berikut:
6. 1. Kepada Kepala Balai Diklat kiranya dapat memfasilitasi kajian tulisan ini
bagi setiap peserta diklat umumnya dan peserta diklat guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak khususnya.
2. Kepada Ketua Perpustakaan Balai Diklat Keagamaan Medan kiranya
dapat menginventarisasi tulisan ini, agar dapat dibaca oleh semua
kalangan peserta diklat umumnya dan peserta diklat guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak khususnya..
3. Kepada Ketua Panitia Penyelenggara diklat, kiranya menyarankan
kepada peserta diklat supaya membaca kajian tulisan ini
diperpustakaan.
4. Kepada Fasilitator penyampai materi diklat model dan strategi
pembelajaran supaya memberi tugas kepada peserta diklat yang
berkenaan dengan kajian metode pembelajaran berdasarkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Rahman, Guru Powerful Guru Masa depan,Cet.3, Bandung: Kalbu,
2009
Didang Stiawan dkk, (2005), Modul Diklat Rumpun Bidang Pendidikan dan
akademis: Model Intraksi Pembelajaran kurikulum 2004
Sekolah/ Madrasah,Jakarta:Departemen Agama RI Badan
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Pusdiklat Tenaga teknis
Keagamaan
......................, (2006), Modul Diklat Rumpun Bidang Pendidikan dan
Akademis, Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat.
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan demokratis, Cet.1, Jakarta:
Kencana, 2002
Departemen P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cet.1, Jakarta: Balai
Pustaka, 1975
Fakhruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru,,
Cet.1, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP,Cet.6,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2009
Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru,Cet. 1, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2010
Tim Redaksi Fokus Media, ( 2006 ), Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun
2005,Cet.1, Bandung: Fokus Media
Tim Redaksi Fokus Media, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003,Cet.1, Bandung: Fokus Media, 2003
Tim Redaksi Fokus Media, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005,Cet.1, Bandung: Fokus Media, 2005