SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  24
Télécharger pour lire hors ligne
INDONESIA MASA ORDE BARU

I.      LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU
     Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
     memisahkan antara kekuasaan masa Sukarno(Orde Lama) dengan
     masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru
     setelah pemberontakan PKI tahun 1965.
     Orde baru lahir sebagai upaya untuk :
          Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa
     Orde Lama.
         Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan
     negara Indonesia.
          Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
     konsekuen.
          Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan
     stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
     bangsa.
     Latar belakang lahirnya Orde Baru :
     1.     Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
     2.     Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena
        peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik
        di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
     3.      Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi
        mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan
        devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan
        timbulnya keresahan masyarakat.
     4.     Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk
        peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI.
        Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta
        Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
     5.       Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di
        masyarakat bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa
        “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan
        “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam
        Gerakan 30 September 1965.
     6.      Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di
        depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan”TRITURA”(Tri
        Tuntutan Rakyat) yang berisi :
        ü      Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
        ü      Pembersihan Kabinet Dwikora
        ü      Penurunan Harga-harga barang.
     7.     Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan
        Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan
        rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk
tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30
     September 1965.
  8.    Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun
     setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam
     peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan
     meskipun     telah   dibentuk    Mahkamah       Militer   Luar
     Biasa(Mahmilub).
  9.    Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari
     masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka
     Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966
     (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna
     mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi
     keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.


    Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :
         Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan
       penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai
       dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam
       lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan.
         Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya
       kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil
       memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.
       Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia.
       Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa
       sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana
       pemerintahan.
         Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai
       puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan
       diri   dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
       Suharto.
       Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang
       istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden
       Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden RI.
       Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan
       pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari
       Presiden Sukarno .
        12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden
       Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya
       kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
       Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral
       Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.
II.       KEHIDUPAN POLITIK MASA ORDE BARU
     Upaya untuk melaksanakan Orde Baru :
     §         Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh
         tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
§      Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas
  nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju
  masyarakat adil dan makmur.
§      Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan
  Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
§     Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada
  lembaga-lembaga negara.
Pelaksanaan Orde Baru :
ü    Awalnya kehidupan demokrasi di Indonesia menunjukkan
  kemajuan.
ü   Perkembangannya, kehidupan demokrasi di Indonesia tidak
  berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin.
ü    Untuk menjalankan Demokrasi Pancasila maka Indonesia
  memutuskan        untuk    menganut     sistem pemerintahan
  berdasarkan Trias Politika(dimana terdapat tiga pemisahan
  kekuasaan di pemerintahan yaitu Eksekutif,Yudikatif, Legislatif)
  tetapi itupun tidak diperhatikan/diabaikan.

Langkah yang diambil pemerintah untuk penataan
 kehidupan Politik :
A. PENATAAN POLITIK DALAM NEGERI
1.    Pembentukan Kabinet Pembangunan
   Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966)
   adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan
   nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan
   stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
   melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet
   AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah
   sebagai berikut.
       Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang
      dan pangan.
       Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5
      Juli 1968.
       Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk
      kepentingan nasional.
       Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme
      dalam segala bentuk dan manifestasinya.

    Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan
    Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka
    dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet
    Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan
    Pancakrida, yang meliputi :
        Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi
        Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima
                    Tahun Tahap pertama
Pelaksanaan Pemilihan Umum
        Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September
        Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan
                    daerah dari pengaruh PKI.

2.     Pembubaran PKI dan Organisasi masanya
     Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin
     keamanan,      ketenangan,      serta    kestabilan jalannya
     pemerintahan maka melakukan :
          Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang
        diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX
        Tahun 1966..
         Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI
        sebagai organisasi terlarang di Indonesia.
          Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15
        orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30
        September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan
        bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk
        memulihkan keamanan dan ketertiban.

3.     Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
     Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah
     partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
     sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai.
     Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan
     pada      ideologi   tetapi     atas   persamaan       program.
     Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-
     politik, yaitu :
          Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari
        NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada
        tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam)
          Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI,
        Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok
        partai politik yang bersifat nasionalis).
         Golongan Karya (Golkar)




4.     Pemilihan Umum
     Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan
     umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima
tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.
1)    Pemilu 1971
ü     Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan
   pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk perdana
   menteri yang berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut
   menjadi calon partai secara formal.
ü     Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol
   yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui mempunyai
   wakil di DPR/DPRD.
ü    Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih
   460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih
   dan 100 orang diangkat.
ü     Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai
   Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58
   kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional
   Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai
   Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba dan
   Partai IPKI (tak satu kursipun).
2) Pemilu 1977
   Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama
   DPR mengeluarkan UU No.3 tahun 1975 yang mengatur
   mengenai       penyederhanaan       jumlah     partai    sehingga
   ditetapkan bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI)
   serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3
   kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi
   untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI.
3) Pemilu 1982
   Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982.
   Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional meningkat.
   Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di
   Jakarta dan Kalimantan Selatan Golkar berhasil merebut
   kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh
   tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5
   kursi.
4) Pemilu 1987
   Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987.
   Hasil dari Pemilu 1987 adalah:
       PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33
      kursi dibanding dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan
      adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah
      mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila)
      dan diubahnya lambang partai dari kabah menjadi
      bintang.
        Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi
      sehingga menjadi 299 kursi.
PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil
         membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres tahun 1986
         oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.
     5) Pemilu 1992
       Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni
       1992 menunjukkan perubahan yang cukup mengagetkan.
       Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299 kursi menjadi
       282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI
       meningkat menjadi 56 kursi.
     6) Pemilu 1997
       Pemilu keenam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya:
           Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara
         mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi 325 kursi.
           PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar
         5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi.
           PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena
         hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan
         karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI
         Soerjadi dan PDI Megawati Soekarno Putri.

     Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru
     menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah
     tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan
     dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan
     Rahasia).
     Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta
     tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok
     sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu
     mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah
     dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR.
     Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi
     Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan.
     Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang-
     undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat
     persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.

5.      Peran Ganda ABRI
     Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah
     menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran
     hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan
     Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran
     bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara.
     Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di
     lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi
     dengan    pengangkatan.     Pertimbangan     pengangkatannya
     didasarkan pada fungsi stabilisator dan dinamisator.
6.      Pemasyarakatan P4
     Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan
     gagasan    mengenai     pedoman      untuk  menghayati    dan
     mengamalkan      Pancasila     yaitu   gagasan   Ekaprasetia
     Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai
     Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai
     “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” atau
     biasa dikenal sebagai P4.
     Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan
     Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka
     sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara
     menyeluruh pada semua lapisan masyarakat.
     Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman
     yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan
     pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
     nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan
     tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan
     yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
     Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa
     Pancasila telah dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru.
     Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada
     tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan
     Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu
     bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian
     dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial
     masyarakat Indonesia.

7.       Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di
     Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2
     Agustus 1969.

B. PENATAAN POLITIK LUAR NEGERI
   Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan
   kembali kepada jalurnya yaitu politik luar negeri yang bebas
   aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan
   yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana
   politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan kepentingan
   nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat,
   kebenaran, serta keadilan.
   1)     Kembali menjadi anggota PBB
      Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan
      adanya desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan
      dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia.
      Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa
      Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-
badan internasional lainnya dalam rangka menjawab
     kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan
     untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada
     banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi
     anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi
     akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28
     Desember 1966.
     Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari
     sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB sendiri hal ini
     ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua
     Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
     Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan
     dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah
     negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan
     sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat
     politik konfrontasi Orde Lama.

2)     Normalisasi hubungan dengan beberapa negara
     (1) Pemulihan hubungan dengan Singapura
        Sebelum      pemulihan  hubungan     dengan    Malaysia
        Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura
        dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan
        untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan
        nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada
        tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada Perdana
        Menteri     Lee   Kuan   Yew.    Akhirnya   pemerintah
        Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan
        untuk mengadakan hubungan diplomatik.
     (2) Pemulihan hubungan dengan Malaysia
        Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai
        dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1
        Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok,
        yang berisi:
        Ø      Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan
            kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai
            kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
        Ø       Pemerintah kedua belah pihak menyetujui
            pemulihan hubungan diplomatik.
        Ø      Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak
            akan dihentikan.
        Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-
        Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan
        di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani
        persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini
        dilanjutkan      dengan     penempatan       perwakilan
        pemerintahan di masing-masing negara..
3)      Pendirian ASEAN(Association of South-East Asian
                                   Nations)
                Indonesia menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi
                ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Latar belakang
                didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan
                untuk menjalin hubungan kerja sama dengan negara-
                negara secara regional dengan negara-negara yang ada
                di kawasan Asia Tenggara.
                Tujuan      awal    didirikan    ASEAN    adalah   untuk
                membendung perluasan paham komunisme setelah
                negara komunis Vietnam menyerang Kamboja.
                Hubungan kerjasama yang terjalin adalah dalam bidang
                politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun negara yang
                tergabung dalam ASEAN adalah Indonesia, Thailand,
                Malysia, Singapura, dan Filipina.

           4)      Integrasi Timor-Timur ke Wilayah Indonesia
                Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak
                abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah
                pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun
                1975 terjadi kekacauan politik di Timor-Timur antar partai
                politik yang tak terselesaikan sementara itu pemerintah
                Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur.
                Kekacauan tersebut membuat sebagian masyarakat
                Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai politik
                memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang
                disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Secara resmi
                akhirnya Timor-Timur menjadi bagian Indonesia pada
                bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada
                juga partai politik yang tidak setuju menjadi bagian
                Indonesia ialah partai Fretilin. Hingga akhirnya tahun
                1999 masa pemerintahan Presiden Habibie melakukan
                jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur.
                Berdasarkan jajak pendapat tersebut maka Timor-Timur
                secara resmi keluar dari Negara Kesatuan republik
                Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan
                nama Republik Demokrasi Timor Lorosae atau Timur
                Leste.


III.    KEHIDUPAN EKONOMI MASA ORDE BARU
       Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat
       ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga
       mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta.
       Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah
berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional
terutama     pada    usaha   mengendalikan    tingkat   inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan
pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya
kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat
inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab
kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan
pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai
berikut.



1.      Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
     Keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa
     Demokrasi Terpimpin,pemerintah menempuh cara :
         Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang
        Pembaruan        Kebijakan     ekonomi,    keuangan      dan
        pembangunan.
          MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni
        program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi,
        serta program pembangunan.
     Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan
     ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
     Stabilisasi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-
     barang tidak melonjak terus. Sedangkan rehabilitasi adalah
     perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat
     dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
     yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah
     terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
     Pancasila.
     Langkah-langkah         yang     diambil   Kabinet     AMPERA
     mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai
     berikut.
     1)    Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-
        sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti :
        §      rendahnya penerimaan negara
        §      tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara
        §      terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit
        bank
        §      terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri
        §       penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
            berorientasi pada kebutuhan prasarana.
     2)       Debirokratisasi    untuk     memperlancar     kegiatan
          perekonomian.
     3)    Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan
     tersebut maka ditempuh cara:
     Ø    Mengadakan operasi pajak
     Ø      Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan
        perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri
        dan menghitung pajak orang.
     Ø     Penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran
        konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi
        perusahaan negara.
     Ø    Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

     Program       Stabilisasi      dilakukan     dengan       cara
     membendung laju inflasi.
     Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi sebab
     harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil
     dibendung (pada tahun akhir 1967- awal 1968)
     Sesudah kabinet Pembangunan dibentuk pada bulan Juli 1968
     berdasarkan Tap MPRS No.XLI/MPRS/1968, kebijakan ekonomi
     pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap
     gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs
     valuta asing. Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif
     tercapai sebab sejak 1969 kenaikan harga bahan-bahan pokok
     dan valuta asing dapat diatasi.
     Program Rehabilitasi dilakukan dengan berusaha
     memulihkan kemampuan berproduksi.
     Selama 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada
     prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa,
     gerakan koprasi, perbankan disalah gunakan dan dijadikan alat
     kekuasaan     oleh   golongan     dan   kepentingan tertentu.
     Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya
     sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat.

2.      Kerja Sama Luar Negeri
     Keadaan ekonomi Indonesia pasca Orde Lama sangat parah,
     hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah
     Indonesia meminta negara-negara kreditor untuk dapat
     menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah
     mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor di
     Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi
     baik usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya
     akan digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya
     akan    dipakai  untuk    mengimpor   bahan-bahan   baku.
     Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai
     kesepakatan sebagai berikut.
         Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun
        1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979.
Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun
        1969 dan 1970 dipertimbangkan untuk ditunda juga
        pembayarannya.
     Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal
     23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan
     kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta
     kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunak yang
     selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for
     Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia
     berhasil mengusahakan bantuan luar negeri. Indonesia
     mendapatkan penangguhan dan keringanan syarat-syarat
     pembayaran utangnya.

3.      Pembangunan Nasional
     Dilakukan pembagunan nasional pada masa Orde Baru dengan
     tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
     berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan
     ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang.
     Pedoman        pembangunan       nasionalnya     adalah   Trilogi
     Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua
     pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan
     masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi
     Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut.
     1.      Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
        kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
        Indonesia.
     2.     Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
     3.     Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
     Pelaksanaannya pembangunan nasional                   dilakukan
     secara bertahap yaitu,
     ü     Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun
     ü        Jangka     pendek     mencakup     periode    5   tahun
        (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih
        rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita
        akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.




     Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
     1.     Pelita I
        Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang
        menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.
Tujuan Pelita I      : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
                       dan sekaligus meletakkan dasar-dasar
                       bagi    pembangunan         dalam   tahap
                       berikutnya.
   Sasaran Pelita I     : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana,
                       perumahan rakyat, perluasan lapangan
                       kerja, dan kesejahteraan rohani.
   Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai
                       dengan       tujuan     untuk    mengejar
                       keterbelakangan ekonomi melalui proses
                       pembaharuan bidang pertanian, karena
                       mayoritas penduduk Indonesia masih
                       hidup dari hasil pertanian.
   Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari)
   terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan
   kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini
   merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang
   menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di
   Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
   beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan
   pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2.    Pelita II
   Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret
   1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan,
   sandang,perumahan,            sarana       dan      prasarana,
   mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
   Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi
   rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan
   Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I
   laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun
   keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.
3.    Pelita III
   Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret
   1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada
   Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol
   pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan
   Jalur Pemerataan, yaitu:
   §        Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat,
       khususnya sandang, pangan, dan perumahan.
   §       Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan
       pelayanan kesehatan.
   §       Pemerataan pembagian pendapatan
   §       Pemerataan kesempatan kerja
   §       Pemerataan kesempatan berusaha
§        Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
              pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum
              perempuan
           §       Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh
              wilayah tanah air
           §      Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
        4.    Pelita IV
           Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret
           1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju
           swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
           menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada
           awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian
           Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan
           moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan
           ekonomi dapat dipertahankan.
        5.    Pelita V
           Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret
           1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri.
           Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan
           pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi
           perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang
           menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
           sebelumnya.
        6.    Pelita VI
           Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret
           1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada
           sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan
           pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas
           sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor
           ekonomi      dipandang    sebagai    penggerak     utama
           pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang
           melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
           Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri
           yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde
           Baru runtuh.

IV.     Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi masa Orde Baru
      Dampak positif dari kebijakan politik pemerintah Orba :
          Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi
        kekusaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin
        kuatnya peran negara dalam masyarakat.
          Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan
        terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi
        semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan
        Pancasila.
Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah
  dapat mengontrol parpol.
Dampak negatif dari kebijakan politik pemerintah Orba:
    Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter,
  dominatif, dan sentralistis.
     Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan
  bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan
  politik yang sangat merugikan rakyat.
     Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran
  berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia.
  Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang
  diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka
  agar tercipta citra sebagai negara demokrasi.
    Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan
  topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara
  sepihak. Dalam setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto
  selalu terpilih.
   Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi,
  Kolusi, dan Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang
  duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah
  yang diwakilinya.
    Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan
  cenderung KKN.
    Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi
  kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-
  bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi
  oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari
  intervensi TNI/Polri.
   Kondisi politik lebih payah dengan adanya upaya penegakan
  hukum yang sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan
  untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak
  mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi
  uang rakyat.

Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program
  pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan
  hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
    Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras
  terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras
  sendiri (swasembada beras).
   Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan
  kesejahteraan rakyat.
     Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi
  pendidikan dasar yang semakin meningkat.
Dampak Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
         Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber
       daya alam
         Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan,
       antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam.
        Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)
        Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN
       (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
        Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati
       oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan
       cenderung terpusat dan tidak merata.
         Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi
       tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang
       demokratis dan berkeadilan.
          Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara
       fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh.
        Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan
       di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa
       terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor
       inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya
       perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.


V.         PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU, TEKNOLOGI dan
          INDUSTRIALISASI
     Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal
     dengan sebutan Revolusi Hijau.
     Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari
     cara tradisional ke cara modern.
     Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu revolusi
     produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa
     benih unggul baru dari berbagai varietas, gandum, padi, dan
     jagung yang mengakibatkan tingginya hasil panen komoditas
     tersebut.
     Tujuan Revolusi hijau adalah mengubah petani-petani gaya
     lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers),
     memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi
     industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan
     semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca
     dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan
     teknologi dalam peningkatan produksi bahan makanan.
     Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena
     munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena
     pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak
     sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga
     dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha
pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang Pertanian.
Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Thomas Robert Malthus.
Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk
menggalakan revolusi hijau ditempuh dengan cara :
1.    Intensifikasi Pertanian
   Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama
Panca Usaha Tani yang meliputi :
   a.    Pemilihan Bibit Unggul
   b.     Pengolahan Tanah yang baik
   c.      Pemupukan
   d.     Irigasi
   e.    Pemberantasan Hama
2.    Ekstensifikasi Pertanian
   Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah
   yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru
   (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat
   ditanami, membuka hutan, dsb).
3.    Diversifikasi Pertanian
   Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan
   pertanian      melalui  sistem tumpang     sari.   Usaha   ini
   menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen
   pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan
   pendapatan para petani.
4.    Rehabilitasi Pertanian
   Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya
   pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan,
   serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf
   hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut
   akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai
   stabilisator lingkungan.

Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau:
Ø    Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada
  petani.
Ø    Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar
  sering perkembangan teknologi dan komunikasi.
Ø    Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal
  dengan monokultur, yaitu menanami lahan dengan satu jenis
  tumbuhan saja.
Ø    Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh
  bibit unggul yang diharapkan yang tahan terhadap serangan
  penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu.
Ø    Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut
  Penelitian Padi Internasional (IRRI=International Rice Research
Institute) yang bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi
  unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR.
Ø    Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola
  kapital dan komersialisasi.
Ø    Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi
  modern dan pembagunan industri pupuk nasional.
Ø     Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal
  dengan KUD (Koperasi Unit Desa).

Dampak Positif Revolusi Hijau :
   Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh
  pertanian.
    Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara
  terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal
  masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik karena
  revolusi hijau.
  Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
     Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga
  perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia
  mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke
  sektor agrobisnis.
Dampak Negatif Revolusi Hijau :
  Muncullah komersialisasi produksi pertanian
  Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah
    Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola
  hubungan antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar
  lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan
  kepentingan.
   Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang
  awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan.
  Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas
  tanah melalui jual beli.
   Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan
  ekonomi petani lapisan bawah sehingga petani kaya
  mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas tanah.
   Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yanmg
  berbeda menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda.
    Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya
  bangunan maupun gaya berpakaian penduduk yang menjadi
  lambang identitas suatu lapisan sosial.
   Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis
  yang lain seiring perkembagan teknologi.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh positif
bagi Indonesia khususnya bagi peningkatan industri
pangan:
§      Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk
  memberantas hama penyakit sehingga produksi pertanianpun
  meningkat.
§      Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan
  digunakan traktor
§     Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat
  penggiling padi

Adapun dampak negatif dari perkembangan teknologi
tersebut adalah
§       Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat
   penggunaan pestisida (pupuk kimia) yang berlebih. Sebab jika
   unsur nitrat maupun fosfat yang terkandung dalam pupuk
   dalam jumlah banyak masuk ke sungai akan menyebabkan
   pertumbuhan ganggang biru serta tanaman air lainnya yang
   menyebabkan      pengeringan     sungai    karena   banyaknya
   tumbuhan air (eutrofikasi).
§       Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman,
   serangga pemakan hama, burung, ikan dan hewan lainnya.
   Bahkan dari unsur-unsur yang terkandung dalam pestisida
   dapat berubah menjadi senyawa yang membahayakan
   kehidupan.
§       Pelaksanaan monokultur menyebabkan hubungan yang
   tidak seimbang antara tanah, hewan, dan tumbuh-tumbuhan
   sehingga    kesimbangan      alam    akan    terganggu     yang
   menyebabkan berjangkitnya hama dan penyakit.
§       Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan
   pohon dalam jumlah besar yang dilakukan oleh pihak
   pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) guna dibuat
   pemukiman     baru    menyebabkan      kerusakan    lingkungan
   kususnya pada ekosistem tanah.
§       Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi
   wilayah pemukiman dan industri.
§         Meningkatnya    kegitan    penggalian    sumber    alam,
   pertambangan liar yang kurang memperhatikan kondisi
   lingkungan.
§       Pengurangan jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat
   dalam proses produksi karena telah tergantikan oleh mesin-
   mesin sehingga bersifat padat modal dan hemat tenaga kerja.
   Berdampak pada munculnya pengangguran.

INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Revolusi Hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan
modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi
yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional.
Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme.
Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana
dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya
masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari
proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang
mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan industrialisasi
adalah :
-         Meningkatkan    perkembangan      jaringan informasi,
   komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi
   antarwilayah di Nusantara.
-      Mengembangkan industri pertanian
-       Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak
   dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat.
-        Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun
   galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL
   Indonesia.
-       Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN)
   yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia.
-      Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap,
   Surabaya, Medan, dan Batam.
-       Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan
   deregulasi di bidang industri dan investasi.

Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
    Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja.
     Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor
   industri.
     Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju
   pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat
   industri modern diantaranya rasionalisasi.
    Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai
   daerah khususnya di kawasan industri.
     Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan
   hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat
   untuk mendukung pertanian dan sebagainya.

Dampak positif industrialisasi adalah tercapainya efisiensi dan
efektifitas kerja.
Dampak       negatif dari industrialisasi adalah Munculnya
kesenjangan sosial dan ekonomi yang ditandai oleh kemiskinan
serta Munculnya patologi sosial (penyakit sosial) seperti kenakalan
       remaja dan kriminalitas



MENGUATNYA PERAN NEGARA PADA MASA ORDE BARU

       Sejarah membuktikan, peranan negara yang terlalu kuat dan
dominan dalam mengatur sendi-sendi kehidupan rakyatnya akan
berdampak tidak baik bagi kehidupan demokrasi dan kebebasan
warganegara. Pemerintah Orde Baru dalam perjalanannya
menunjukkan gejala-gejala tersebut. Walaupun semangat Orde Baru
pada awalnya amat luhur, yaitu menjalankan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen, perjalanan politiknya diwarnai oleh
usaha-usaha pemanfaatan Pancasila dan UUD 1945 itu untuk
kepentingan melanggengkan kekuasaan. Tindakan-tindakan
pelanggengan kekuasaan ini berbanding lurus dengan makin
menguatnya lembaga kepresidenan dalam kehidupan kenegaraan.
Lembaga kepresidenan pada akhirnya menjadi center of power,
menjadi pusat segala kekuasaan yang berjalan. Karena presiden
merupakan kepala negara, maka dengan terpusatnya kekuasaan pada
tangan presiden mengkibatkan peranan negara makin lama makin
kuat dan mendominasi seluruh alat-alat negara yang ada dibawahnya.

        Dalam pasal-pasal UUD 1945 (sebelum amandemen) yang
mengatur tentang kewenangan presiden, secara eksplisit dapat kita
tangkap bahwa kewenangan presiden memang begitu besar dalam
mengatur alat-alat negara. Kewenangan ini benar-benar dimanfaatkan
oleh Orde Baru untuk melanggengkan sekaligus mempertahankan
kekuasaannya, sehingga kekuasannya dapat berjalan sedemikian
lama. Dalam hal ini pasal 7 UUD 1945 (sebelum amandemen) punya
peranan besar, pasal ini menyebutkan bahwa masa jabatan presiden
berlangsung selama 5 tahun dan selanjutnya dapat dipilih kembali,
tidak ada pembatasan maksimal sampai berapa kali presiden boleh
menduduki jabatannya. Presiden menafsirkan pasal ini dengan dengan
terus menerus mencalonkan dirinya kembali setiap

lima

tahun.

         Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan presiden dapat
berkuasa begitu lama bisa kita simpulkan dari pemaparan sebelumnya
mengenai aspek-aspek politik dalam pemerintahan Orde Baru, yaitu:
kontrol presiden yang besar terhadap rekrutmen politik baik pada
institusi pemerintah maupun non-pemerintah; posisi presiden sebagai
panglima tertinggi angkatan bersenjata; otoritas personal (gelar)
presiden yang dijadikan sumber legitimasi kekuasaan; dan
sumberdaya keuangan presiden yang amat besar.




DAMPAK MENGUATNYA PERAN NEGARA TERHADAP KEHIDUPAN
MASYARAKAT PADA MASA ORDE BARU

1. Dampak di Bidang Politik

a.) Pemerintahan yang Otoriter

Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur
jalannya pemerintahan. Segala hal yang berhubungan dengan politik
dan pemerintahan ditentukan oleh presiden dengan tidak
mengindahkan posisi dan wewenang institusi-institusi negara yang
lain. Dengan kata lain, segala kekuasaan yang berjalan berpusat di
tangan presiden.

b.) Dominasi Golkar

        Golongan Karya (Golkar) merupakan mesin politik Orde Baru
yang paling diandalkan. Ia selalu meraup suara terbanyak dalam
setiap penyelenggaraan pemilu di masa Orde Baru, suara yang
diperoleh pun selalu melampaui prosentase 50%, tak pelak lagi, Golkar
menjadi satu-satunya kekuatan politik

Indonesia

yang paling dominan. Tidak ada partai politik lain yang bisa
menandingi kekuasaan Golkar baik di parlemen maupun eksekutif.

c.) Pemerintahan yang Sentralistis

       Menguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya

gaya
pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai
dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada
pemerintah pusat. Pemerintah daerah diberi peluang yang sangat kecil
untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya
sendiri.

2. Dampak di Bidang Ekonomi

        Meskipun pembangunan ekonomi Orde Baru menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, dampak negatifnya cukup
signifikan. Dampak negatif ini disebabkan karena kebijakan Orde Baru
yang terlalu mengkonsentrasikan pada pertumbuhan ekonomi.

a.) Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

       Kebijakan yang mengkonsentrasikan diri pada pertumbuhan
ekonomi berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya
korupsi para pejabat di

Indonesia



. Distribusi hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk
pembangunan tidak dibarengi dengan kontrol yang efektif dari
pemerintah terhadap aliran dana itu, sehingga sangat rawan untuk
disalahgunakan. Hal ini terjadi pada hampir semua institusi negara
baik pemerintah maupun swasta.

b.) Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

       Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya
akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada
masyarakat. Hal itu mengakibatkan kesenjangan sosial di masyarakat.
Presiden Soeharto sendiri mengakui hal itu, ia bahkan menyatakan
bahwa kesenjangan sosial lebih membahayakan daripada masalah
kemiskinan. Secara umum, kesenjangan sosial di

Indonesia

pada masa Orde Baru terbagi atas tiga bentuk: kesenjangan kaya dan
miskin, kesenjangan desa dan

kota

, serta kesenjangan sektor industri dan sektor pertanian.
c.) Konglomerasi

      Pola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru
berdampak pada munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia

. Pada awalnya, pemerintah memperkirakan bahwa konglomerasi ini
akan menjadi penggerak ekonomi nasional, namun perkiraan
pemerintah meleset, karena bagaimanapun para konglomerat lebih
mementingkan bisnisnya daripada negara. Konglomerasi ini
menguasai seluruh sektor usaha di Indonesia

dari mulai industri hulu sampai industri hilir, serta hampir menguasai
semua lahan bisnis yang tersedia di Indonesia baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Contenu connexe

Tendances

Makalah orde baru
Makalah orde baruMakalah orde baru
Makalah orde baruKinza_com
 
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3AbdulLatif324
 
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruMasa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruKiki Evi Wahyuliana
 
MASA TRANSISI ORBA.ppt
MASA TRANSISI ORBA.pptMASA TRANSISI ORBA.ppt
MASA TRANSISI ORBA.pptMaulanaAlFayed
 
Demokrasi Liberal
Demokrasi LiberalDemokrasi Liberal
Demokrasi LiberalIsaka Yoga
 
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasila
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasilaPeriodisasi perkembangan demokrasi pancasila
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasilaafifahdhaniyah
 
Demokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiDemokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiNisa Ghaisani
 
Sejarah demokrasi di indonesia
Sejarah demokrasi di indonesiaSejarah demokrasi di indonesia
Sejarah demokrasi di indonesia_aima
 
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)Cahya Mustikaroh
 
gerakan 30 september 1965 PKI
gerakan 30 september 1965 PKIgerakan 30 september 1965 PKI
gerakan 30 september 1965 PKIDicko Agustian
 
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)rogensamuel
 
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo IIKabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo IIGhina Salsabila
 
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...Shieni Rahmadani Amalia
 
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959University Of Tarbiyah
 
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"bawon15505124020
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanFrestiany Regina Putri
 

Tendances (20)

Makalah orde baru
Makalah orde baruMakalah orde baru
Makalah orde baru
 
Dekrit presiden
Dekrit presidenDekrit presiden
Dekrit presiden
 
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3
Demokrasi pada tahun 1959-1966 XI MIPA 3
 
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde BaruMasa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
Masa Pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru
 
Masa pemerintahan gus dur
Masa pemerintahan gus durMasa pemerintahan gus dur
Masa pemerintahan gus dur
 
MASA TRANSISI ORBA.ppt
MASA TRANSISI ORBA.pptMASA TRANSISI ORBA.ppt
MASA TRANSISI ORBA.ppt
 
Demokrasi Liberal
Demokrasi LiberalDemokrasi Liberal
Demokrasi Liberal
 
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasila
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasilaPeriodisasi perkembangan demokrasi pancasila
Periodisasi perkembangan demokrasi pancasila
 
Demokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasiDemokrasi pada masa reformasi
Demokrasi pada masa reformasi
 
Sejarah demokrasi di indonesia
Sejarah demokrasi di indonesiaSejarah demokrasi di indonesia
Sejarah demokrasi di indonesia
 
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
 
gerakan 30 september 1965 PKI
gerakan 30 september 1965 PKIgerakan 30 september 1965 PKI
gerakan 30 september 1965 PKI
 
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)
MASA REFORMASI DI INDONESIA (1998 - Sekarang)
 
Ppt teladan para tokoh persatuan
Ppt  teladan para tokoh persatuanPpt  teladan para tokoh persatuan
Ppt teladan para tokoh persatuan
 
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo IIKabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
 
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...
Sejarah Indonesia C : Dukungan dan Reaksi Rakyat Indonesia terhadap Proklamas...
 
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959
Ppt sistem pemerintahan pada masa demokrasi parlementer 1950 1959
 
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
Makalah PKN "Masalah HAM di Orde Lama"
 
Aksi Tritura
Aksi TrituraAksi Tritura
Aksi Tritura
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
 

En vedette

Pgri sejak lahirnya orde baru
Pgri sejak lahirnya orde baruPgri sejak lahirnya orde baru
Pgri sejak lahirnya orde baruWaQhyoe Arryee
 
Dampak Reformasi
Dampak ReformasiDampak Reformasi
Dampak Reformasiwidianbaron
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinNizar Dwi Cahyo
 
Pancasila di masa orde baru (p3)
Pancasila di masa orde baru (p3)Pancasila di masa orde baru (p3)
Pancasila di masa orde baru (p3)ahmad roery
 
Masa reformasi (pkn)
Masa reformasi (pkn)Masa reformasi (pkn)
Masa reformasi (pkn)Siti II
 
Pgri masa demokrasi liberal
Pgri masa demokrasi liberalPgri masa demokrasi liberal
Pgri masa demokrasi liberalWaQhyoe Arryee
 
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahun
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahunPenerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahun
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahunNadShop Ship
 
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologi
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologiBerfikir sejarah secara periodisasi dan kronologi
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologirandyzianca
 
Orde baru
Orde baruOrde baru
Orde baruLeni L
 
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrika
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrikaPeranan indonesia dalam konferensi asia afrika
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrikaSejarah Akademika
 
Krisis Multidimensional
Krisis MultidimensionalKrisis Multidimensional
Krisis MultidimensionalNabilla Aulia
 
Indonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruIndonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruMembangun city
 
Politik luar negeri masa Orde baru
Politik luar negeri masa Orde baruPolitik luar negeri masa Orde baru
Politik luar negeri masa Orde baruaswansetiawan
 

En vedette (20)

Pgri sejak lahirnya orde baru
Pgri sejak lahirnya orde baruPgri sejak lahirnya orde baru
Pgri sejak lahirnya orde baru
 
Tugas individu
Tugas individuTugas individu
Tugas individu
 
Dampak Reformasi
Dampak ReformasiDampak Reformasi
Dampak Reformasi
 
Orde baru
Orde baruOrde baru
Orde baru
 
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan TerpimpinDemokrasi Liberal dan Terpimpin
Demokrasi Liberal dan Terpimpin
 
Pancasila di masa orde baru (p3)
Pancasila di masa orde baru (p3)Pancasila di masa orde baru (p3)
Pancasila di masa orde baru (p3)
 
Politik Strategi Pembangunan Nasional
Politik Strategi Pembangunan NasionalPolitik Strategi Pembangunan Nasional
Politik Strategi Pembangunan Nasional
 
Masa reformasi (pkn)
Masa reformasi (pkn)Masa reformasi (pkn)
Masa reformasi (pkn)
 
Pgri masa demokrasi liberal
Pgri masa demokrasi liberalPgri masa demokrasi liberal
Pgri masa demokrasi liberal
 
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahun
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahunPenerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahun
Penerapan sistem pemerintahan parlementer di indonesia tahun
 
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologi
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologiBerfikir sejarah secara periodisasi dan kronologi
Berfikir sejarah secara periodisasi dan kronologi
 
ASEAN
ASEANASEAN
ASEAN
 
Orde baru
Orde baruOrde baru
Orde baru
 
orde baru
orde baruorde baru
orde baru
 
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrika
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrikaPeranan indonesia dalam konferensi asia afrika
Peranan indonesia dalam konferensi asia afrika
 
KERJA SAMA INTERNASIONAL
KERJA SAMA INTERNASIONALKERJA SAMA INTERNASIONAL
KERJA SAMA INTERNASIONAL
 
Krisis Multidimensional
Krisis MultidimensionalKrisis Multidimensional
Krisis Multidimensional
 
Indonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baruIndonesia pada masa orde baru
Indonesia pada masa orde baru
 
Politik luar negeri masa Orde baru
Politik luar negeri masa Orde baruPolitik luar negeri masa Orde baru
Politik luar negeri masa Orde baru
 
Bahan Ajar PPL 2
Bahan Ajar PPL 2Bahan Ajar PPL 2
Bahan Ajar PPL 2
 

Similaire à MASA ORDE BARU

Makalahnya kewarganegaraan
Makalahnya kewarganegaraanMakalahnya kewarganegaraan
Makalahnya kewarganegaraanminyuna
 
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)SMAN 2 Genteng
 
masa pemerintahan orde baru
masa pemerintahan orde baru masa pemerintahan orde baru
masa pemerintahan orde baru Winda Sabrina
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - Nama
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - NamaPPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - Nama
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - NamaFauzanHabibAlHadad
 
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...inka -chan
 
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdf
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdfPKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdf
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdfpacarjeje
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruPerkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruEnggita Aprilika Yustian
 
Orde baru sejarah
Orde baru sejarahOrde baru sejarah
Orde baru sejarahPuspa Ckski
 
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Rifda Nadifah
 
PPT ORDE BARU.pptx
PPT ORDE BARU.pptxPPT ORDE BARU.pptx
PPT ORDE BARU.pptxAliNurAlfian
 
demokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptdemokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptpancaparhusip1
 
demokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptdemokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptDARIUSDARIUS24
 
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.ppt
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.pptKel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.ppt
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.pptYuniaMertisanfara4
 
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.ppt
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.pptKel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.ppt
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.pptudin100
 

Similaire à MASA ORDE BARU (20)

Makalahnya kewarganegaraan
Makalahnya kewarganegaraanMakalahnya kewarganegaraan
Makalahnya kewarganegaraan
 
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
 
Sejarah Indonesia
Sejarah IndonesiaSejarah Indonesia
Sejarah Indonesia
 
masa pemerintahan orde baru
masa pemerintahan orde baru masa pemerintahan orde baru
masa pemerintahan orde baru
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - Nama
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - NamaPPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - Nama
PPT Kewirausahaan seleksi Pramuka Penegak Garuda Kabupaten Malang - Nama
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
MAKALAH SEJARAH : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI TERP...
 
Perekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesiaPerekonomian di indonesia
Perekonomian di indonesia
 
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdf
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdfPKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdf
PKN PDmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmF.pdf
 
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde BaruPerkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
Perkembangan Masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru
 
Dekrit presiden
Dekrit presidenDekrit presiden
Dekrit presiden
 
Orde baru sejarah
Orde baru sejarahOrde baru sejarah
Orde baru sejarah
 
Sejarah 131129184832-phpapp01
Sejarah 131129184832-phpapp01Sejarah 131129184832-phpapp01
Sejarah 131129184832-phpapp01
 
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998)
 
PPT ORDE BARU.pptx
PPT ORDE BARU.pptxPPT ORDE BARU.pptx
PPT ORDE BARU.pptx
 
demokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptdemokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.ppt
 
demokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.pptdemokrasi_terpimpin.ppt
demokrasi_terpimpin.ppt
 
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.ppt
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.pptKel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.ppt
Kel-2%20PANCASILA%20PADA%20MASA%20ORDE%20BARU 2.ppt
 
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.ppt
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.pptKel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.ppt
Kel-2 PANCASILA PADA MASA ORDE BARU.ppt
 

Plus de Alfian Akatsuki

Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikAlfian Akatsuki
 
Andai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAndai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAlfian Akatsuki
 
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945Lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945Alfian Akatsuki
 
Agenda sekulerisasi di dunia islam
Agenda sekulerisasi di dunia islamAgenda sekulerisasi di dunia islam
Agenda sekulerisasi di dunia islamAlfian Akatsuki
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaAlfian Akatsuki
 
Pancasila sebagai sumber nilai
Pancasila sebagai sumber nilaiPancasila sebagai sumber nilai
Pancasila sebagai sumber nilaiAlfian Akatsuki
 
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaSikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaAlfian Akatsuki
 
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012Alfian Akatsuki
 

Plus de Alfian Akatsuki (10)

Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Andai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan zAndai a lebih dekat dengan z
Andai a lebih dekat dengan z
 
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945Lembaga negara pasca amandemen uud 1945
Lembaga negara pasca amandemen uud 1945
 
Dampak globalisasi
Dampak globalisasiDampak globalisasi
Dampak globalisasi
 
Agenda sekulerisasi di dunia islam
Agenda sekulerisasi di dunia islamAgenda sekulerisasi di dunia islam
Agenda sekulerisasi di dunia islam
 
Pancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbukaPancasila sebagai ideologi terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Pancasila sebagai sumber nilai
Pancasila sebagai sumber nilaiPancasila sebagai sumber nilai
Pancasila sebagai sumber nilai
 
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbukaSikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
Sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka
 
Water cycle
Water cycleWater cycle
Water cycle
 
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012
Kisi kisi untuk smp/mts-smplb-sma-ma-smalb-dan-smk 2012
 

MASA ORDE BARU

  • 1. INDONESIA MASA ORDE BARU I. LATAR BELAKANG LAHIRNYA ORDE BARU Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan masa Sukarno(Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun 1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk : Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Latar belakang lahirnya Orde Baru : 1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965. 2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama. 3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. 4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili. 5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965. 6. Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan tuntutan”TRITURA”(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi : ü Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya ü Pembersihan Kabinet Dwikora ü Penurunan Harga-harga barang. 7. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk
  • 2. tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965. 8. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub). 9. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan. Upaya menuju pemerintahan Orde Baru : Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno . 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia. II. KEHIDUPAN POLITIK MASA ORDE BARU Upaya untuk melaksanakan Orde Baru : § Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
  • 3. § Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. § Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. § Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga negara. Pelaksanaan Orde Baru : ü Awalnya kehidupan demokrasi di Indonesia menunjukkan kemajuan. ü Perkembangannya, kehidupan demokrasi di Indonesia tidak berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin. ü Untuk menjalankan Demokrasi Pancasila maka Indonesia memutuskan untuk menganut sistem pemerintahan berdasarkan Trias Politika(dimana terdapat tiga pemisahan kekuasaan di pemerintahan yaitu Eksekutif,Yudikatif, Legislatif) tetapi itupun tidak diperhatikan/diabaikan. Langkah yang diambil pemerintah untuk penataan kehidupan Politik : A. PENATAAN POLITIK DALAM NEGERI 1. Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan. Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi : Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama
  • 4. Pelaksanaan Pemilihan Umum Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 3o September Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI. 2. Pembubaran PKI dan Organisasi masanya Suharto sebagai pengemban Supersemar guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka melakukan : Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966.. Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. 3. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial- politik, yaitu : Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). Golongan Karya (Golkar) 4. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima
  • 5. tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. 1) Pemilu 1971 ü Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk perdana menteri yang berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal. ü Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD. ü Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang diangkat. ü Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu kursipun). 2) Pemilu 1977 Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI. 3) Pemilu 1982 Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional meningkat. Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan Golkar berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi. 4) Pemilu 1987 Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987 adalah: PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila) dan diubahnya lambang partai dari kabah menjadi bintang. Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi.
  • 6. PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam. 5) Pemilu 1992 Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat menjadi 56 kursi. 6) Pemilu 1997 Pemilu keenam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya: Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi 325 kursi. PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi. PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dan PDI Megawati Soekarno Putri. Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia). Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban, Rancangan Undang- undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan. 5. Peran Ganda ABRI Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Peran ini dilandasi dengan adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan pada fungsi stabilisator dan dinamisator.
  • 7. 6. Pemasyarakatan P4 Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4. Guna mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. 7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969. B. PENATAAN POLITIK LUAR NEGERI Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan kembali kepada jalurnya yaitu politik luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Dimana politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan kepentingan nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan. 1) Kembali menjadi anggota PBB Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-
  • 8. badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966. Kembalinya Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India, Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat politik konfrontasi Orde Lama. 2) Normalisasi hubungan dengan beberapa negara (1) Pemulihan hubungan dengan Singapura Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik. (2) Pemulihan hubungan dengan Malaysia Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi: Ø Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia. Ø Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik. Ø Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan. Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia- Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan di masing-masing negara..
  • 9. 3) Pendirian ASEAN(Association of South-East Asian Nations) Indonesia menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967. Latar belakang didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan negara- negara secara regional dengan negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Tujuan awal didirikan ASEAN adalah untuk membendung perluasan paham komunisme setelah negara komunis Vietnam menyerang Kamboja. Hubungan kerjasama yang terjalin adalah dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun negara yang tergabung dalam ASEAN adalah Indonesia, Thailand, Malysia, Singapura, dan Filipina. 4) Integrasi Timor-Timur ke Wilayah Indonesia Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang diperhatikan oleh pemerintah pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975 terjadi kekacauan politik di Timor-Timur antar partai politik yang tak terselesaikan sementara itu pemerintah Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut membuat sebagian masyarakat Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai politik memilih untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia. Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian Indonesia pada bulan Juli 1976 dan dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga partai politik yang tidak setuju menjadi bagian Indonesia ialah partai Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden Habibie melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak pendapat tersebut maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan republik Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorosae atau Timur Leste. III. KEHIDUPAN EKONOMI MASA ORDE BARU Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah
  • 10. berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut. 1. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi Keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi Terpimpin,pemerintah menempuh cara : Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan. Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang- barang tidak melonjak terus. Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet AMPERA mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut. 1) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor- sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti : § rendahnya penerimaan negara § tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara § terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank § terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri § penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana. 2) Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian. 3) Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
  • 11. Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara: Ø Mengadakan operasi pajak Ø Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang. Ø Penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan negara. Ø Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor. Program Stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil dibendung (pada tahun akhir 1967- awal 1968) Sesudah kabinet Pembangunan dibentuk pada bulan Juli 1968 berdasarkan Tap MPRS No.XLI/MPRS/1968, kebijakan ekonomi pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional relatif tercapai sebab sejak 1969 kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing dapat diatasi. Program Rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selama 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa, gerakan koprasi, perbankan disalah gunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat. 2. Kerja Sama Luar Negeri Keadaan ekonomi Indonesia pasca Orde Lama sangat parah, hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979.
  • 12. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1969 dan 1970 dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya. Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar negeri. Indonesia mendapatkan penangguhan dan keringanan syarat-syarat pembayaran utangnya. 3. Pembangunan Nasional Dilakukan pembagunan nasional pada masa Orde Baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut. 1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. 3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu, ü Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun ü Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan. Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu : 1. Pelita I Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru.
  • 13. Tujuan Pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian. Muncul peristiwa Marali (Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang. 2. Pelita II Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%. 3. Pelita III Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: § Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan. § Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. § Pemerataan pembagian pendapatan § Pemerataan kesempatan kerja § Pemerataan kesempatan berusaha
  • 14. § Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan § Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air § Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. 4. Pelita IV Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan. 5. Pelita V Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. 6. Pelita VI Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. IV. Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi masa Orde Baru Dampak positif dari kebijakan politik pemerintah Orba : Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekusaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila.
  • 15. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol. Dampak negatif dari kebijakan politik pemerintah Orba: Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralistis. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang- bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri. Kondisi politik lebih payah dengan adanya upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat. Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru : Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat.
  • 16. Dampak Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru : Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial) Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997. V. PERKEMBANGAN REVOLUSI HIJAU, TEKNOLOGI dan INDUSTRIALISASI Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau. Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan suatu revolusi produksi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varietas, gandum, padi, dan jagung yang mengakibatkan tingginya hasil panen komoditas tersebut. Tujuan Revolusi hijau adalah mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers), memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan produksi bahan makanan. Latar belakang munculnya revolusi Hijau adalah karena munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha
  • 17. pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang Pertanian. Upaya ini terjadi didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Robert Malthus. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menggalakan revolusi hijau ditempuh dengan cara : 1. Intensifikasi Pertanian Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca Usaha Tani yang meliputi : a. Pemilihan Bibit Unggul b. Pengolahan Tanah yang baik c. Pemupukan d. Irigasi e. Pemberantasan Hama 2. Ekstensifikasi Pertanian Ekstensifikasi pertanian, yaitu Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb). 3. Diversifikasi Pertanian Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani. 4. Rehabilitasi Pertanian Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan. Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau: Ø Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani. Ø Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering perkembangan teknologi dan komunikasi. Ø Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan monokultur, yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja. Ø Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya cocok ditanam di lahan tertentu. Ø Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI=International Rice Research
  • 18. Institute) yang bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih dikenal dengan bibit IR. Ø Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital dan komersialisasi. Ø Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan pembagunan industri pupuk nasional. Ø Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD (Koperasi Unit Desa). Dampak Positif Revolusi Hijau : Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian. Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik karena revolusi hijau. Kekurangan bahan pangan dapat teratasi. Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia terutama terlihat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga orang beralih usaha ke sektor agrobisnis. Dampak Negatif Revolusi Hijau : Muncullah komersialisasi produksi pertanian Muncul sikap individualis dalam hal penguasaan tanah Terjadi perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antarlapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan. Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan. Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli. Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan bawah sehingga petani kaya mempunyai peluang sangat besar untuk menambah luas tanah. Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yanmg berbeda menyebabkan tingkat pendapatanpun akan berbeda. Muncul kesenjangan yang terlihat dari perbedaan gaya bangunan maupun gaya berpakaian penduduk yang menjadi lambang identitas suatu lapisan sosial. Mulai ada upaya para petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain seiring perkembagan teknologi. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
  • 19. Perkembangan teknologi memberikan pengaruh positif bagi Indonesia khususnya bagi peningkatan industri pangan: § Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk memberantas hama penyakit sehingga produksi pertanianpun meningkat. § Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan digunakan traktor § Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat penggiling padi Adapun dampak negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah § Timbulnya pencemaran pada air maupun tanah akibat penggunaan pestisida (pupuk kimia) yang berlebih. Sebab jika unsur nitrat maupun fosfat yang terkandung dalam pupuk dalam jumlah banyak masuk ke sungai akan menyebabkan pertumbuhan ganggang biru serta tanaman air lainnya yang menyebabkan pengeringan sungai karena banyaknya tumbuhan air (eutrofikasi). § Penggunaan pestisida dapat membunuh hama tanaman, serangga pemakan hama, burung, ikan dan hewan lainnya. Bahkan dari unsur-unsur yang terkandung dalam pestisida dapat berubah menjadi senyawa yang membahayakan kehidupan. § Pelaksanaan monokultur menyebabkan hubungan yang tidak seimbang antara tanah, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sehingga kesimbangan alam akan terganggu yang menyebabkan berjangkitnya hama dan penyakit. § Adanya sistem peladangan berpindah atau penebangan pohon dalam jumlah besar yang dilakukan oleh pihak pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) guna dibuat pemukiman baru menyebabkan kerusakan lingkungan kususnya pada ekosistem tanah. § Semakin sempit lahan pertanian karena diubah menjadi wilayah pemukiman dan industri. § Meningkatnya kegitan penggalian sumber alam, pertambangan liar yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan. § Pengurangan jumlah tenaga kerja manusia yang terlibat dalam proses produksi karena telah tergantikan oleh mesin- mesin sehingga bersifat padat modal dan hemat tenaga kerja. Berdampak pada munculnya pengangguran. INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
  • 20. Revolusi Hijau ini menyebabkan upaya untuk melakukan modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri. Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat. Upaya pemerintah untuk meningkatkan industrialisasi adalah : - Meningkatkan perkembangan jaringan informasi, komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antarwilayah di Nusantara. - Mengembangkan industri pertanian - Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat. - Perkembangan industri perkapalan dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia. - Pembangunan Industri Pesawat Terbang Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia. - Pembangunan kawasan industri di daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam. - Sejak tahun 1985 pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi di bidang industri dan investasi. Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh : Tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja. Banyaknya tenaga kerja terserap ke dalam sektor-sektor industri. Terjadinya perubahan pola-pola perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat di berbagai daerah khususnya di kawasan industri. Menigkatnya kebutuhan masyarakat yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat untuk mendukung pertanian dan sebagainya. Dampak positif industrialisasi adalah tercapainya efisiensi dan efektifitas kerja. Dampak negatif dari industrialisasi adalah Munculnya kesenjangan sosial dan ekonomi yang ditandai oleh kemiskinan
  • 21. serta Munculnya patologi sosial (penyakit sosial) seperti kenakalan remaja dan kriminalitas MENGUATNYA PERAN NEGARA PADA MASA ORDE BARU Sejarah membuktikan, peranan negara yang terlalu kuat dan dominan dalam mengatur sendi-sendi kehidupan rakyatnya akan berdampak tidak baik bagi kehidupan demokrasi dan kebebasan warganegara. Pemerintah Orde Baru dalam perjalanannya menunjukkan gejala-gejala tersebut. Walaupun semangat Orde Baru pada awalnya amat luhur, yaitu menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, perjalanan politiknya diwarnai oleh usaha-usaha pemanfaatan Pancasila dan UUD 1945 itu untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Tindakan-tindakan pelanggengan kekuasaan ini berbanding lurus dengan makin menguatnya lembaga kepresidenan dalam kehidupan kenegaraan. Lembaga kepresidenan pada akhirnya menjadi center of power, menjadi pusat segala kekuasaan yang berjalan. Karena presiden merupakan kepala negara, maka dengan terpusatnya kekuasaan pada tangan presiden mengkibatkan peranan negara makin lama makin kuat dan mendominasi seluruh alat-alat negara yang ada dibawahnya. Dalam pasal-pasal UUD 1945 (sebelum amandemen) yang mengatur tentang kewenangan presiden, secara eksplisit dapat kita tangkap bahwa kewenangan presiden memang begitu besar dalam mengatur alat-alat negara. Kewenangan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk melanggengkan sekaligus mempertahankan kekuasaannya, sehingga kekuasannya dapat berjalan sedemikian lama. Dalam hal ini pasal 7 UUD 1945 (sebelum amandemen) punya peranan besar, pasal ini menyebutkan bahwa masa jabatan presiden berlangsung selama 5 tahun dan selanjutnya dapat dipilih kembali, tidak ada pembatasan maksimal sampai berapa kali presiden boleh menduduki jabatannya. Presiden menafsirkan pasal ini dengan dengan terus menerus mencalonkan dirinya kembali setiap lima tahun. Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan presiden dapat berkuasa begitu lama bisa kita simpulkan dari pemaparan sebelumnya mengenai aspek-aspek politik dalam pemerintahan Orde Baru, yaitu: kontrol presiden yang besar terhadap rekrutmen politik baik pada institusi pemerintah maupun non-pemerintah; posisi presiden sebagai
  • 22. panglima tertinggi angkatan bersenjata; otoritas personal (gelar) presiden yang dijadikan sumber legitimasi kekuasaan; dan sumberdaya keuangan presiden yang amat besar. DAMPAK MENGUATNYA PERAN NEGARA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA ORDE BARU 1. Dampak di Bidang Politik a.) Pemerintahan yang Otoriter Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan. Segala hal yang berhubungan dengan politik dan pemerintahan ditentukan oleh presiden dengan tidak mengindahkan posisi dan wewenang institusi-institusi negara yang lain. Dengan kata lain, segala kekuasaan yang berjalan berpusat di tangan presiden. b.) Dominasi Golkar Golongan Karya (Golkar) merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan. Ia selalu meraup suara terbanyak dalam setiap penyelenggaraan pemilu di masa Orde Baru, suara yang diperoleh pun selalu melampaui prosentase 50%, tak pelak lagi, Golkar menjadi satu-satunya kekuatan politik Indonesia yang paling dominan. Tidak ada partai politik lain yang bisa menandingi kekuasaan Golkar baik di parlemen maupun eksekutif. c.) Pemerintahan yang Sentralistis Menguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya
  • 23. pemerintahan yang sentralistis. Pemerintahan sentralistis ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah diberi peluang yang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri. 2. Dampak di Bidang Ekonomi Meskipun pembangunan ekonomi Orde Baru menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dampak negatifnya cukup signifikan. Dampak negatif ini disebabkan karena kebijakan Orde Baru yang terlalu mengkonsentrasikan pada pertumbuhan ekonomi. a.) Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) Kebijakan yang mengkonsentrasikan diri pada pertumbuhan ekonomi berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya korupsi para pejabat di Indonesia . Distribusi hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk pembangunan tidak dibarengi dengan kontrol yang efektif dari pemerintah terhadap aliran dana itu, sehingga sangat rawan untuk disalahgunakan. Hal ini terjadi pada hampir semua institusi negara baik pemerintah maupun swasta. b.) Kesenjangan Ekonomi dan Sosial Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal itu mengakibatkan kesenjangan sosial di masyarakat. Presiden Soeharto sendiri mengakui hal itu, ia bahkan menyatakan bahwa kesenjangan sosial lebih membahayakan daripada masalah kemiskinan. Secara umum, kesenjangan sosial di Indonesia pada masa Orde Baru terbagi atas tiga bentuk: kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan desa dan kota , serta kesenjangan sektor industri dan sektor pertanian.
  • 24. c.) Konglomerasi Pola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru berdampak pada munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia . Pada awalnya, pemerintah memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan menjadi penggerak ekonomi nasional, namun perkiraan pemerintah meleset, karena bagaimanapun para konglomerat lebih mementingkan bisnisnya daripada negara. Konglomerasi ini menguasai seluruh sektor usaha di Indonesia dari mulai industri hulu sampai industri hilir, serta hampir menguasai semua lahan bisnis yang tersedia di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung.