1. ILMU BUDAYA DASAR
PERAN AGAMA DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL
1KA07
DISUSUN OLEH:
VITA DWI PUTRI
19113173
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
JURUSAN SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati saya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang
telah membantu saya dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai
sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula
dengan makalah ini yang telah saya selesaikan. Tidak semua hal dapat saya deskripsikan dengan
sempurna dalam makalah ini. Saya melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
saya miliki.
Maka dari itu, seperti yang telah dijelaskan bahwa saya memiliki keterbatasan dan juga
kekurangan, saya bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah saya dimasa datang. Dengan menyelesaikan makalah ini
saya mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari makalah ini.
Depok, April 2014
Vita Dwi Putri
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Peradaban Islam Klasik........................................................ 5
2.2 Faktor-Faktor Pembentuk Keragaman Kebudayaan..................................... 5
2.3 Apresiasi Islam Terhadap Kebudayaan Lokal.............................................. 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 8
4. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyajian Ilmu Budaya Dasar merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah kebudayaan dan manusia, salah
satunya mahasiswa. Mahasiswa adalah orang muda yang sedang mempelajari cara memberikan
tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terjadi atas dirinya sendiri dan masyarakat
sekitarnya. Sudah tentu mahasiswa perlu dibimbing untuk menemukan cara terbaik yang sesuai
dengan dirinya sendiri tanpa harus mengorbankan masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidak
langsung, Ilmu Budaya Dasar membantu para mahasiswa untuk mencapai tujuan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Terhadap makalah ini yang menjadi persoalan adalah apakah kebudayaan yang dibentuk Islam itu
merupakan kebudayaan tunggal atau kebudayaan beragam. Makalah ini mencoba menjawab
masalah dengan menggunakan perndekatan historis yang bersumber dari peradaban Islam. Berawal
dari perkembangan peradaban Islam klasik, kemudian dilanjutkan dengan faktor-faktor pembentuk
keragaman kebudayaan dan apresiasi Islam terhadap kebudayaan lokal.
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
yang diberikan oleh dosen Bapak Novianto, SAg.. Dan tujuan berikutnya dimaksudkan agar
mahasiswa lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan masalah yang dibahas dan untuk
menunjukkan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan pengalaman hidup manusia.
5. BAB II PEMBAHASAN
Salah satu syarat dalam kehidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan, yang oleh
sebagian orang dianggap menjelma sebagai agama. Agama bertujuan untuk mencapai kedamaian
rohani dan kesejahteraan jasmani. Untuk mencapai kedamaian ini harus diikuti dengan syarat, yaitu
percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan dan memelihara semua yang ada
di dunia ini. Agama Islam diturunkan Tuhan untuk manusia, sementara manusia memikul amanat
untuk menjalankannya. Islam merupakan agama sekaligus kebudayaan atau peradaban. Dalam
perspektif Islam terkait erat dengan kebudayaan. Agama menjadi unsur objektif pembentukan
peradaban atau kebudayaan.
2.1 Perkembangan Peradaban Islam Klasik
Pada periode kekhalifahan tinggi (692-945), masayarakat Muslim membentuk sebuah
Negara dan kebudayaan tunggal yang sangat luas wilayahnya dengan sebuah bahasa tunggal ilmu
pengetahuan dan kebudayaan yang semakin dominan sebagai faktor pembentuk utama kebudayaan.
Pada periode pertengahan awal (945-1258), peradaban Islam berkembang menjadi
peradaban internasional yang menyebar ke luar batar wilayah Irano-Semitik. Integrasi umat
dipertahankan melalui lembaga sosial otonom yang melampaui batas kekhalifahan dan mendorong
terbangunnya kecanggihan kultural. Dengan kata lain, peradaban Islam memasuki babak baru:
peradaban dengan keragaman kebudayaan.
2.2 Faktor Pembentuk Keragaman Kebudayaan
Faktor pertama adalah otoritas kekuasaan dalam kerangka persaingan dan perebutan
hegemoni dan dominasi kebudayaan sebagai ekspresi politik. Faktor kedua adalah faham
keagamaan, baik dalam bentuk mazhab fikih maupun orde sufi (tarekat). Faktor ketiga adalah ciri-
ciri etnis rasial pemeluk Islam. Ciri-ciri ini telah mempengaruhi bahasa dan kesusasteraan segala
bentuk seni termasuk musik, variasi kaligrafi, ornament dan arsitektur, bahkan pakaian dan
perhiasan.
6. Faktor keempat adalah sejarah. Kesamaan pengalaman sejarah dan jenis kesadaran yang
dimiliki sebuah masyarakat tertentu di masa lampau tidak saja berpengaruh kuat dalam membentuk
identitas kebudayaan tetapi juga dalam menetapkan pola kebudayaan lokal.
Faktor kelima yang tidak kalah pentingnya adalah ciri-ciri demografis dan geografis.
Kawasan-kawasan yang dihuni masyarakat agraris yang menetap secara penuh. Segi-segi geografis
yang telah menyebabkan sebagian masyarakat Muslim terisolasi dalam jangka waktu lama atau
menyerah pada kondisi alamiah tertentu, telah cukup berperan dalam menjadikan mereka bagian
dari salah satu tipe kebudayaan Islam tertentu.
2.3 Apresiasi Islam Terhadap Keragaman Kebudayaan Lokal
Dialektika antara agama dan budaya (pra-Islam) terjadi antara agama dan budaya lokal. Di
kawasan Arab dapat dijumpai wilayah kebudayaan lokal, baik atas dasar etnik, bahasa dan faham
keagamaan yang mempunyai sifat khusus maupun atas dasar ciri geografis yang terisolir. Selain itu
ada masyarakat kebudayaan Alawiyah dan Nuasairi di Syria yang secara geografis telah lama
terisolasis, serta Druze yang membentuk wilayah kebudayaan sendiri bukan hanya karena alasan
keagamaan tetapi bahkan karena alasan etnik.
Islam ketika harus diaktualisasikan dalam kebudayaan telah menampilkan wajahnya yang
beragam, dan dalam keragaman kebudayaan Islam yang bersifat regional itu masih tersedia tempat
bagi kebudayaan Islam lokal.
Dari keanekaragaman kebudayaan, terimplisitkan beberapa pengembangan kebudayaan
Islam. Pertama, prinsip keterbukaan. Islam datang pada sebuah kebudayaan dengan berbagai faktor
yang melekat pada dirinya untuk kemudian memberikannya sebuah visi keagamaan sesuai dengan
faham hasil internalisasi masyarakat pendukungnya.
Kedua, prinsip toleransi. Keterbukaan membutuhkan toleransi sebagai konsekuensi dari
prinsip yang pertama. Ketiga, prinsip kebebasan. Aktualisasi dari pemberian visi keagamaan
menuntut kebebasan untuk mengembangkan kebudayaan sebagai proses eksistensi kreatif. Dan
yang keempat adalah prinsip otentisitas yang tersirat dari visi keagamaan yang melandasi
bekerjanya prinsip kebebasan.
7. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Islam dan kebudayaan yang memberi tempat pada keragaman kebudayaan Islam tidak saja
regional, bahkan lokal, merupakan aktualisasi dari empat prinsip dengan tidak mengabaikan lima
faktor pembentuk keragaman. Faktor pembentuk keragaman dalam pengalaman historisnya tidak
bekerja sendirian, kombinasi antar faktor biasanya bertanggung jawab atas penciptaan keragaman
kebudayaan dalam peradaban Islam. Keragaman yang lahir dari aktualisasi tiga prinsip pertama
terintegrasikan dalam kesatuan spiritualitas melalui prinsip otentisitas ini.