Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
1. ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
MODUL
Asuhan Kebidanan Penyakit yang lazim terjadi
pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Esyuananik
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH DENGAN
PENYAKIT INFEKSI/TROPIK
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Daftar Istilah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
• Atelektasis: keadaan paru yang tidak berkembang pada kelahiran atau mengempisnya
paru
• Bronkiolitis: radang pada bronkeolus
• Bronkopneumoni: radang pada dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah
percabangan
• Coryza: batuk pilek
• Cutis Ansarina : Kulit Angsa
• Dehidrasi :Kekurangan Cairan
• Diatetik : Pemberian Makanan
• Echimosis: perdarahan, perubahan warna kulit karena perdarahan
• Emfisema : akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli
yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
• Encefalitis: radang otak
• Epistaksis: perdarahan lewat hidung/ mimisen
• Eritema:warna merah pada kulit akibat vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)
• Gravis: keadaan kekurangan sel darah merah
• Haemaptoe: batuk darah
• Hipersalivasi : Air Ludah Berlebihan
• Hipoglikemia :Penurunan Kadar Gula Darah
• Hipoksemia: kekurangan
• Hipotensi: darah rendah
• Invitro/Invivo: dalam sel
• Jasad Renik: kuman yang masuk dalam tubuh
• Kor Pulmonale : suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan
kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
• Lakrimasi: cucuran air mata
• Laringitis : infeksi pada laring
• Leukopenia: jumlah leukosit yang kurang dalam darah
• Limfositosis : jumlah limfosit yang bertambah dalam darah yang beredar
• Makrofag: fagosit mononuklear yang terdapat dalam darah dan jaringan
• Meningitis: radang selaput otak
• Miosis: kontraksi pupil
• Mukopurulen: cairan kental yang terdiri dari lendir dan nanah
• Nekrosis: kematian jaringna akibat kerusakan sel
• Pain :Nyeri
• Pallor : Muka Pucat:
• Paralysis :Kelumpuhan Otot
• Paresthesia : Mati Rasa
• Petechia:bintik merah akibat perdarahan intradermal/submukosa
• Pleuritis: infeksi pada pleura
• Pneumonia / Bronkopneumoni
• Polisitemia: jumlah eritrocit yang meningkat
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2• Post-Mortem :Data Fisik Setelah Meninggal.
• Pulselesness: Denyutan
• Purpura: perdarahan multiple dalam kulit atau selaput lendir
• Purulen: bernanah
• Universal precaution: upaya pencegahan
• Radiasi: pancaran
• Rehidrasi: pengembalian cairan tubuh
• Renjatan : kejang
• Saliva: air liur
• Secret: cairan
• Spondilitis: radang ruas tulang belakang
• Spora: sel reproduktif sporazoa atau tumbuhan kriptogam
• Stridor: dengkur, nafas yang berbunyi
• Taktil Fremitus: fibrasi ringan dinding dada selama bersuara dengan rabaan
• Tripod Sign: Terlihat Kekakuan Otot Spinal
• Trismus : Kesukaran Membuka Mulut
• Wheezing: bunyi terdengar pada ekspirasi
• Whoop :Batuk Yang Bunyinya Nyaring
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bagaimana kabar saudara hari ini? Semoga
sehat selalu sehingga dapat mempelajari
kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan
belajar ini ini memberikan kemampuan
pada saudara untuk memberikan asuhan
pada neonatus, bayi balita dan anak pra
sekolah yang didasari oleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Kegiatan belajar
ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan
pada penatalaksanaan penyakit yang lazim
dan dapat dicegah dengan imunisasi pada
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
Modul ini dikemas dalam lima kegiatan
belajar dan seluruh kegiatan diberi alokasi
waktu 12 x 60 menit, kegiatan belajar tersebut
meliputi:
Kegiatan Belajar 1 : asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Kegiatan Belajar 2 : asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyakit infeksi/tropik
Kegiatan Belajar 3 : asuhan kebidanan
pertolongan pertama kecelakaan pada
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Setelahmempelajarimodulinisaudara
akan dapat: 1) Menjelaskan tentang asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi balita dan
Neonatal
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
anak pra sekolah dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 2) Memahami
tentang asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita anak pra sekolah dengan penyakit
infeksi/tropik dan 3) memahami tentang pertolongan pertama kecelakaan pada neonatus,
bayi dan balita dan anak pra sekolah
Pemahaman tentang yang baik akan sangat mendukung saudara dalam memberikan
asuhan kebidanan pada anak. Karena anak mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap
tahap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul, maka akan mampu mendasari
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar. Kegiatan belajar
ini berkaitan dengan mata kuliah askeb ibu 1, askeb ibu II, askeb ibu III, KDK I dan II, askeb
kegawatdaruratan maternal neonatal, praktek kebidanan serta mutu layanan kebidanan.
Saudara, di dalam proses pembelajaran untuk materi asuhan kebidanan neonatus, bayi,
balita dan anak prasekolah yang sedang saudara ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan
lebih baik dan lancar bila anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1) Pahamibetultentangberbagaikegiatanpenting mulaidarikegiatanbelajarsebelumnya
2) Lakukan kajian terhadap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus,
bayi, balita dan anak prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara
3) Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar 1 dan lakukan latihan dalam pengamatan pada
penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara.
4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata kuliah ini sangat tergantung
kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan dan tugas-tugas yang
diberikan dalam setiap kegiatan belajar. Untuk itu berlatihlah secara mandiri dan
kelompok dengan teman anda.
5) Bila saudara menghadapi kesulitan, silakan hubungi fasilitator yang mengajar mata
kuliah ini.
Baiklah bagi semua mahasiwa selamat belajar semoga anda sukses dalam memahami
matakuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dengan hasil yang maksimal.
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Setelah mempelajari modul 9 KB II saudara diharapkan setelah mampu menjelaskan asuhan
kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan anak Pra Sekolah dengan penyakit infeksi/tropik.
Kegiatan
Belajar 2
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah Dengan Penyakit
Infeksi/Tropik
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Common Cold,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Bronkitis
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan dengan Diarhe,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Cacingan,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Parotitis,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Kejang,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan pneumonia,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan DHF,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan demam thypoid
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Meningitis,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Leukemia,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan thalassemia,
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan AIDS
• Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Varicella
Setelah menempuh kegiatan belajar ini diharapkan saudara mampu :
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Common
Cold,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Bronkitis
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Diarhe,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
Cacingan,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Parotitis,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan pada Kejang,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
pneumonia,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan DHF,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan demam
thypoid
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
Meningitis,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
Leukemia,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
thalassemia,
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan AIDS
• Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Varicella
Pokok-pokok Materi
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
Tahukah saudara tentang Common Cold?
Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering. Dijumpai pada
bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang
dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan.
Pada anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping
nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi mencakup daerah
terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi.
Apa etiologi / penyebab dari Common Cold?
Saudara....penyakit ini di sebab oleh virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum
gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi timbul akibat infasi
bakteri pathogen biasanya pneumococcus, Streptococcus, dan pada anak kecil H. influenza
dan Staphylococcus. Masa tunas atau masa masuknya virus sampai tanda penyakit muncul
sekitar 1-2 hari tergantung dari daya tahan tubuh setiap individu.
Apakah yang menjadi faktor predisposisi Common Cold?
Selain oleh virus yang menjadi penyebab utama, common cold juga dapat timbul
karena kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Walaupun umur bukan faktor yang
menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada
anak kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim.
Bagaimanakah patologi anatomi Common Cold?
Submukosa hidung edematous disertai faso dilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltasi
leukosit mula-mula sel mononukleus, kemudian poliformononukleus. Sel epitel supevisial
banyak yang lepas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
2.1 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
Common Cold,
Common COld
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
Bagaimanakah gejala klinis Common Cold?
Berupa gejala nasofaringitis, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar
sekret cair dan jernih yang dapat kental purulen bila terjadi infeksi sekunder oleh coccus.
Secret ini sangat merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak
bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-
kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung atau
kongesti disertai selaput lender tenggorokan yang kering menambah rasa nyeri.
Apakah komplikasi Common Cold?
1. Sinusitis paranasal
Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan biasanya di
daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang
disertaidengansumbatanhidungdannyerikepalayanghilangtimbul,bersinyangterus-
menerus disertai skret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi sinus
harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap dan rangsang
faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan dengan antibiotika.
2. Dapat terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi menembus
lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala
OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badab yang mendadak tinggi
(hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan demam dan disertai gejala muntah dan
diarhe.
3. Penyebaran infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran nafas bagian
bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan broncopneumonia.
Bagaimanakah pengobatan Common Cold?
Hanya sistomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk . Sedativum
untuk menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi
hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir dari hidung dengan berbagai
alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan
mengusahakan posisis bayi dalam “prone position”. Pada anak besar dapat diberikan tetes
hidung larutan efedrin 1%. Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.
Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontra indikasi pemberian
antitusif (misalnya codein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah
terjadi penumpukan secret sehingga dapat terjadi bronkoopneu
Asuhan Kebidanan Common Cold
A. Data Subjektif
1. Identitas anak dan orang tua agar dapat dibedakan dengan anak lain.
2. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
3. Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4. Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
5. Riwayat perkembangan anak dengan alat KMS anak.
6. Riwayat Imunisasi
Apakah anak pernah mendapat imunisasi tambahan selain imunisasi dasar Misal Hib.
7. Riwayat aktifitas sehari-hari
• Sebelum dan selama sakit terkait dengan perubahan sosial anak dengan lingkungan.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
B. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital:
1). Nadi, tekanan darah, respirasi sebagian besar mengalami perubahan / terganggu
karena adanya sekret dalam hidung serta bersin berulang.
2). Berat badan: biasanya menurun karena nafsu makan berkurang
3). Mata: tampak normal
4). Hidung : permukaan hidung terdapat sekret mukoid, dan pada palpasi ada nyeri
karena adanya inflamasi
5). Leher: tampak normal
6). Dada: pernafasan kadang mengalami gangguan karena adanya sekret pada hidung.
7). Perut : tampak normal
2. Pemeriksaan penunjang : sesuai dengan indikasi
- Pemeriksaan nasoendoskopi
- Pemeriksaan sitologi hidung
- Hitung eosinofil pada darah tepi
- Uji kulit allergen penyebab
C. Analisa
Diagnosa: Common Cold
Masalah: nafsu makan berkurang
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1). Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien :
Rasional: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan dengan
cara temani klien, dan perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien )
2). Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta
gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.
Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih kooperatif
3). Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : suara keras
Rasional: Dengan menghilangkan stimulus yang berlebih akan meningkatkan ketenangan
klien dengan cara tempatkan diruangan yang lebih tenang serta batasi kontak dengan
orang lain / klien lain yang kemungkinan mengalami sakit yang sama
4). Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Mengetahui perkembangan anak secara dini.
5). Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : Untuk mencegah komplikasi lanjut
6). Beri penjelasan gizi
Rasional : Dengan gizi cukup kesembuhan anak dapat segera teratasi.
• Bagaimanakah pola makan minum apakah ada perubahan?
• Bagaimanakah pola BAB dan BAK apa ada perubahan?
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Studi Kasus
Ditempat saudara bekerja misal polindes, datanglah seorang ibu sambil
membawa bayinya yang berusia 9 bulan mengeluh, bayinya sejak kamarin
rewel dan menangis, menyusu juga males serta keluar cairan dari hidung.
Badan agak panas serta selama ini diberi obat tradisional daun daunan
ditempel di keningnya. Saudara segera memeriksa dada dan suhu tubuh
serta pernafasan bayi. Saudara segera mengambil kesimpulan bahwa
bayi menderta common cold atau flu. Apa yang bisa saudara berikan asu-
hannya?
2.2 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan
kebidanan Bronkitis
Apa saudara tahu tentang bronkitis?
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran pernafasan (bronkhus). Bronkitis berarti
infeksi pada broncus, yakni adanya inflamasi lapisan mukosa jalan nafas trakea bronchial
yang secara terus-menerus memproduksi mucus yang berlebihan, juga peningkatan
progresif pada batuk produktif dan dispnea.
Apa etiologi Bronkitis?
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya bronchitis :
a. Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi
akut. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah
zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan
ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang
sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk. Bronkhitis
kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:
Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia.
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10Bagaimana gejala klinis dari Bronkitis?
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan
beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada
penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang
berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan . Bronchitis yang
mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala sebagai berikut:
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat.
2. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai
perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa
amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal
dari peredaran darah sistemik)
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena
bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batukya
minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama
komplikasi haemaptoe.
3. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi
dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai
akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema
yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat
adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya.
4. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang
pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
Kelainan fisik apa yang ada pada Bronkitis?
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-
tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang
jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu
atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi
diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat,
dapat menimbulkan kelainan berikut: terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya
gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah
paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai
dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
Bagaimana patofisiologi Bronkitis?
Bronkhitis terjadi karena adanya penebalan dan kekauan mukosa bronkhus akibat dari
vasodilatasi bendungan dan edema, sehingga area mukosa dapat terinfiltrasi dengan
leukosit, makrofag dan leukosit poti morfonuklean yang mengakibatkan sekresi yang
berlebihanditambahpenyempitanjalannafasyangmenyebabkanobstruksipertamapada
ekspirasi maksimal dan selanjutnya aliran udara inspirasi maksimal yang mengakibatkan
terjadinya sesak.
Tahukah saudara klasifikasi Bronkitis?
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak
dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat
dan suara mengi.disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia.
Bagaimana mendiagnosa Bronkitis?
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen
Penyebab Bronkitis
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
1. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaanfotothoraksposterior-anteriordilakukanuntukmenilaiderajatprogresivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
2. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru
Apa saudara tahu penatalaksanaan Bronkitis?
a. Batuk Efektif dan Napas Dalam
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret. Tujuan
napas dalam dan batuk adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi,
dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Pasien diberi posisi duduk tegak pada
tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Pasien dianjurkan untuk mengambil
napas dalam dan perlahan. Bila sekret terauskultasi, kemudian batuk dimulai pada
inspirasi maksimum.
b. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi dada. Biasanya
ketiga metode digunakan pada posisi drainase paru yang berbeda diikuti dengan napas
dalam dan batuk.
c. Terapi Aerosol Bronkodilator
Tujuan terapi ini adalah untuk merelaksasi jalan napas, mobilisasi sekresi, dan menrunkan
edema mukosa, sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru,
ventilasi alveolar diperbaiki.
d. Pelembaban Inhalasi
Tujuan utama pelembaban inhalasi adalah hidrasi terhadap mekanisme bersihan
mukosilia normal dan mengenceran sekret. Aspek paling penting terapi pelembaban
inhalasi adalah napas dalam aktif oleh pasien, diikuti oleh tahanan napas untuk
memungkinkan pelepasan vertikal aerosol dan kemudian melakukan ekhalasi penuh
dengan perlahan.
e. Pernapasan Tekanan Positif Intermitten (PTPI)
PTPI digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dan ekspansi paru. Pola ventilasi
yang adekuat selama tindakan PTPI terdiri dari inspirasi dalam ditujukan kepada
peningkatan volume tidal normal sebanyak 2-3 kali. Pasien kemudian diinstruksikan
untuk menahan napas untuk memberikan kedalaman dan pelepasan lebih besar pada
obat aerosol, air dan garam faal.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering digunakan diantaranya: bronkodilator, steroid, kromolin
Sodium, antikolinergik.
g. Terapi Oksigen
Terapi oksigen disesuaikan dengan persen konsentrasi pada udara dihisap. Tujuan terapi
ini untuk meningkatkan PaO2, dengan selanjutnya menurunkan vasokonstriksi, hipoksia,
pada vaskuler paru dan tekanan arteri paru, diharapkan perbaikan pada fungsi ventrikel
kanan dan pengiriman O2 ke jaringan.
h. Antibiotik
Antibiotik biasanya digunakan untuk sputum yang purulen akibat mikroba yang telah
teridentifikasi.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
Apa komplikasi Bronkitis?
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan
gagal pernapasan. Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:
1. Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli
yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
2. Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang
dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
3. Polisitemia
Adanya batuk, sputum, dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter. Eksaserbasi akut
disebabkan oleh infeksi, pada auskultasi terdapat ronki basah, baik pada ekspirasi
maupun inspirasi. Sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda utama dari
bronkhitis. Bila sudah terdapat komplikasi kor pulmonale, maka proknosis dari penyakit
ini sudah buruk
Asuhan Kebidanan dengan Broncitis
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama ,umur , pendidikan , suku bangsa , pekerjaan , penanggung jawab, agama , status
kawin , alamat , no medical record , ruang rawat , tanggal masuk , diagnose medic ,
yang mengirim/merujuk , tinggi badan/berat badan , sumber informasi .
2. Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi, wheizing pada saat ekspirasi,
sering mengalami infeksi pada system respirasi dan sesak nafas .
3. Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan
paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.
4. Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita
penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi terhadap gangguan
pernapasan lebih tinggi. Selain itu,klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan
perokok(perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari
keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan
dengan polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan dengan KMS
6. Riwayat aktifitas sehari-hari termasuk diasuh siapa, makan, tidur sosialisasi dengan
teman.
B. Data objektif Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : lemah, sianosis, Kesadaran : composmentis .
Sistem Kardiovaskuler : Irama jantung, nyeri dada, peningkatan frekuensi jantung/
takikardia berat, Distensi vena leher, Bunyi jantung redup.
2. Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan
bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen
berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
3. Palpasi
Taktil fremitus biasanya normal.
4. Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
5. Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas
melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di
sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.
C. Analisa
Diagnosa Broncitis
Masalah: Gangguan pernafasan karena dahak
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
dan bronkospasme
Rasional. Jalan nafas bebas sehingga pemenuhan O2 terpenuhi.
2. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot
bantu pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
3. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi (semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
4. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
5. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
6. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien
Studi kasus
Pada suatu hari di Puskesmas saudara datanglah seorang ibu membawa
anaknya untuk berobat, dengan keluhan batuk berdahak sudah 4 hari,
kadang terdengar suara seperti mengi pada saat malam hari. Sebelum ba-
tuk 2 hari didahului demam ringan. Anak mengatakan nyeri telan dan nafsu
makan menurun. Batuk ini seringkali kambuh hampir tiap 2 bulan sekali
dan jika berobat sembuh. Dari anamnesa ayahnya ternyat perokok kretek
berat. Hasil pemeriksaan suhu 37,50c, terlihat ada tarikan nafas dan batuk
berdahak. Saudara berkolaborasi dengan dokter dalam hal terapi. Saudara
juga menjelaskan bahaya merokok, nutrisi anak harus lebih baik serta ka-
pan harus kontrol ulang.
Bagaimana saudara setelah mempelajari materi bronkitis ini? Apa semakin tertarik materi
selanjutnya. Baiklah selanjutnya saudara akan belajar tentang diarhe.
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Halo......apakah saudara tahu tentang diarhe?
Diarhe adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diarhe adalah buang air
besar encer lebih dari 3 x sehari. Diarhe terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
diarhe akut dan kronis.
Apa yang menjadi penyebab dari diarhe?
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
Ada berapa macam diarhe?
1. Diarhe Akut
Diarhe akut adalah diarhe yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat menjadi
berat. Penyebabnya sebagai berikut :
a. Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati
berbagai rintangan asam lambung
b. Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
c. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
d. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diarhe Kronis / Menahun / Persisten
Pada diarhe kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang menimbulkannya
terutama jika sering berulang pada anak. Diarhe kronis / diarhe yang menetap akan
berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
a. Gangguan bakteri jamur dan parasit
b. Malarbsorbsi kalori dan lemak
c. Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut.
Bagaimanakah diarhe itu dapat terjadi pada anak?
Saudara sekarang akan belajar mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diarhe:
1. Gangguan Osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diarhe.
2. Gangguan Sekresi
Akibatrangsangantertentu(misalnyatoksin)padadindingususakanterjadipeningkatan
reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diarhe
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diarhe. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan
2.3 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
Diarhe
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diarhe juga.
4. Patogenesis Diarhe Kronis
Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri, parasit, malarbsorbsi,
malnutrisi, dll.
Tahukah saudara patofisiologi diarhe?
Sebagai akibat diarhe, baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
asam basa (Asidosis Metabolic, Hipoglikemia)
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
Bagaimana gejala / Gambaran Klinis diarhe?
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat
b. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. Anus lecet
e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f. Muntah sebelum dan sesudah diarhe
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Apa saja Komplikasi diarhe?
a. Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat)
Renjatan hipovolemik
b. Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida, perubahan
elektrokardiogram)
c. Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim laktosa
d. Kejang
Bagimana penatalaksanaan/penanganan diarhe?
Saudarasekalinprinsiputamanyadalammenanganidiarheadalahrehidrasi/mengembalikan
cairan tubuh yang keluar. Prinsif perawatan diarhe adalah:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat )
b. Diatetik (pemberian makanan)
c. Obat – obatan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diarhe pada balita adalah LINTAS DIARHE
(Lima Langkah Tuntaskan Diarhe), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diarhe tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diarhe dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diarhe juga menjadi cara untuk mengobati diarhe.
Adapun program LINTAS DIARHE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diarhe untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi.
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
a. Diarhe tanpa dehidrasi
• Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
• Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
• Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diarhe dengan dehidrasi ringan sedang
Dosisoralityangdiberikandalam3jampertama75ml/kgbbdanselanjutnyaditeruskan
dengan pemberian oralit seperti diarhe tanpa dehidrasi.
c. Diarhe dengan dehidrasi berat
Penderita diarhe yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang di
sediakan dirumah
< 12
bulan
50-100 ml 400 ml/ hari (2 bungkus)
4 Tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4
bungkus)
>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari
(4-5bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI 2011
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara
1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.
Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan
dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diarhe berhenti
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diarhe dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diarhe.
Pemberian Zinc selama diarhe terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diarhe, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diarhe pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan
bukti ini semua anak diarhe harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diarhe.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
• Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
• Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Pemberian makanan selama diarhe bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diarhe
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4. Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diarhe pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita
diarhe dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diarhe juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diarhe
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diarhe disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
• Diarhe lebih sering
• Muntah berulang
• Sangat haus
• Makan/minum sedikit
• Timbul demam
• Tinja berdarah
• Tidak membaik dalam 3 hari.
Asuhan Kebidanan dengan Diarhe
A. Data Subjektif
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diarhe terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali atau lebih dengan konsitensi cair
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diarhe akut), lebih dari 7
hari ( diarhe berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diarhe kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diarhe sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diarhe.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
• Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB
6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
• Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
• Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
• Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
• Apakah sesuai dengan perkembangan yang ada di KMS
9. Riwayat aktifitas sehari-hari
a. Pola makan dan minum menjadi hal penting agar anak tidak mengalami dehidrasi
b. Pola BAB/BAK menjadi lebih sering perlu diobservasi ketat
c. Pola sosialisasi dengan keluarga dan lingkungan
B. Data Objektif / Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Suhu hal penting di observasi terkait peningkatan suhu tubuh karena dehidrasi serta
nadi dan respirasi
2. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
4. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
5. Mata : cekung, kering, sangat cekung
6. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
7. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
8. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diarhe
sedang .
9. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun >, suhu meningkat > 3750 c,
akral hangat, akral dingin (waspada syok) kemerahan pada daerah perianal. (tergantung
derajat dehidrasi)
10.Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
11.Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
(1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
(2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
(3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20menurun )
(4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
C. Analisa
Diagnosis: diarhe akut/kronis
Masalah : Kekurangan cairan
Malas menyusu/makan
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Jelaskan kondisi anak yang mengalami diarhe pada keluarga
Rasional: agar keluarga mengerti tentang keadaan anaknya dan lbih kooperatif kepada
petugas keshatan
2. Jelaskan anak perlu dilakukan rujukan ke fasiltas lebih lengkap puskesmas/rumah sakit
Rasional : Rasional; agar anak mendapat penanganan yang lebih adekuat
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus, obat, nutrisi
Rasional: agar anak mendapatkan pengobatan yang baik, mencegah dehidrasi mendapat
infus RL, diit lunak serta menyusui dilanjutkan
4. Jaga kebersihan daerah genatal
Rasional : untuk mencegah lecet daerah anus dan sekitar
5. Observasi ketat intake output makanan dan minuman
Rasional : agar anak mendapat cariran dan mencegah dehidrasi
6. Jaga kenyamanan anak
Rasional : agar anak dapat istirahat
Studi kasus
Sewaktu saudara berdinas di polindes datanglah seorang anak usia 3 tahun
di gendong ibunya dan mengeluh hari ini anak sudah BAB 4 kali, cair bau
agak anyir tanpa muntah. Nafsu makan baik dan anak masih beraktifitas
seperti biasa. Dari hasil pemeriksaan saudara turgor kulit baik, dan belum
ada tanda-tanda dehidrasi.saudara segera memberikan zink dan vitamin
kalau perlu antibiotik , serta menjelaskan bahaya jika tidak segera di obati.
Saudara menjelaskan jika BAB tidak berkurang setelah minum obat sebai-
knya anak langsung di bawa ke puskesmas. Bagaimana apa saudara sudah
mempunyai gambaran pemberian asuhan kebidanan pada anak dengan
diarhe.
2.4 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
Cacingan
Apakah cacingan itu?
Penyakit infeksi cacing tambang atau dalam bahasa ilmiah disebut ankilostomiasis adalah
sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing ankilostoma dan atau cacing necator
americanus.
Bagaimana siklus hidup ankilostomiasis pada manusia?
Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfekasi oleh cacing tersebut. dalam
tanah lembab cacing menetas 1-2 hari, pada tanah yang kering/kurang baik menetas dalam
3 minggu. Larva menembus kulit dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit kemudian
memasuki saluran getah bening dan pembuluh darah. Sampai ke paru pada hari ketiga
sejak menembus kuli. Dari paru larva keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam alveolus,
bronkus atau trakea dan bersama air ludah tertelah ke dalam usus.
Bagaimanakah gejala klinisnya?
Tergantung banyaknya cacing yang terdapat dalam rongga usus.
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
Bagaimana diagnosis dengan Pemeriksaan Laboratorium?
1. Pada pemeriksaan darah dijumpai adanya kekurangan atau defisiensi ferum (fe-zat
besi)
2. Pemeriksaan TIBC (total iron binding capacity) menurun
3. Ditemukan cacing pada tinja/feces
Bagaimanakah penatalaksanaan penderita cacingan?
Tergantung kepada keadaan penderita, umumnya dapat dibedakan 3 macam pengobatan
yaitu:
1. Pertama-tama adalah memperbaiki kondisi umum pasien dengan pola makan atau
diet tinggi protein
2. Pada pasien dengan kondisi anemia berat, tindakan yang dilakukan adalah dengan
transfusi darah. Pada pasien dengan kondisi anemia ringan, dengan pemberian tablet
ferum
3. Pemberianobatcacingyangspesifikuntukcacingtambangyaitualkopar,tetrakloretilen,
oleum kenopati, pirantel pamoat atau jonit.
Tahukah saudara jenis cacing askariasis lumbricoides?
Cara infeksinya dengan menelan telur ascaris yang telah dibuahi bersama makanan yang
terkontaminasi. Lama siklus 60-75 hari.
Bagaimana gejala klinisnya?
1. spoilative action : keadaan distropfi dengan mengambil sedikit karbohidrat, protein,
lemak tidak diambil juga darah tak diambl. Biasanya diarhe dan anoreksia
2. toksin : ada protein asing
3. alergi: dapat timbu asma
4. traumatik action: abses pada dinding perut
5. Erratic action: mual muntah, nyeri perut dan kolik
6. Irritative action: muntah berlebih anak menjadi dehidrasi dan asidosis bahkan malnutrisi
7. Komplikasi lain: masuk ke otak, nefritis.
Bagaimana diagnosanya?
1. Adanya telur cacing dalam tinja
2. Cacing keluar bersama muntahan
Nah cacing selanjutnya adalah aksiyuris (enterobiasis)
Penyebabnya cacing oxiyuris vermicularis (cacing kremi)
Carapenularannyadenganmakanteluryangdibuahimelaluijari,makananterkontaminasi,
inhalasi debu, kadang retroinfeksi.
Bagaimanakah gejala klinisnya:
Pruritis anis (gatal-gatal pada anus) pada waktu malam hari, anoreksia, badan jadi kurus,
tidur tidak nyenyak dan anak irritable. Pada wanita dapat terjadi pruritis vulva dan vagina.
Bagaimanakah diagnosanya:
Ditemukannya cacing atau telur dalam tinja atau swab dari daerah sekitar anus anak.
Untuk menegakkan diagnosis adanya infeksi cacing tambang/ankilostomiasis yaitu
dengan cara :
1. Penderita mengalami tanda-tanda anemia
2. Perut buncit (apabila cacing dalam jumlah banyak)
3. Penderita lemas dan malaise/malas
4. Penderita mengalami penurunan nafsu makan
5. Cacing keluar bersama faeses
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22Asuhan kebidanan anak dengan cacingan
A. Data subjektif
1. Identitas anak
Nama, usia, serta identitas orang tua dan alamat
2. Keluhan utama
Biasanya malam hari anak sering terbangun karena gatal sekitar anus.
3. Riwayat kesehatan
Mengetahui apakah anak pernah menderita sakit cacingan sebelumnya
4. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga juga ada yang pernah / sedang sakit cacingan
yang bisa sebagai vektor penyebab penularan
5. Riwayat aktifitas sehari-hari
• Bagaimana pola makan: anak dengan cacingan kadang nafsu makan menurun karena
adanya mual dan muntah
• Bagaimana pola aktifitas bermain dengan teman sebaya
• Bagimana pola istirahat: sering mengalami gangguan tidur karena sering terbangun
gatal sekitar anus.
Balita
B. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital:
• Suhu: untuk mengetahui adanya infeksi/ dehidrasi
• Respirasi : apakah ada gangguan
2. Berat badan: sering kali mengalami penurunan
3. Muka: apakah tampak pucat terkait dengan adanya anemi
4. Mata: apakah pucat terkait anemi
5. Leher: apakah ada pembesaran untuk mengetahui adanya infeksi yang menyertai
6. Dada: apakah ada tarikan nafas untuk melihat adanya penyakit penyerta
7. Perut; apakah buncit tanda malnutrisi
8. Anus: apakah ada/ tampak cacing
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
C. Analisa
Diagnosa ; anak dengan cacingan
Masalah: Gangguan tidur malam
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Jelaskan kondisi anak pada keluarga
Rasional : keluarga dapat mengerti kondisi anak dan juga akan memberikan asuhan
yang lebih baik untum membantu mempercepat kesembuhan
2. Jelaskan kebersihan diri
Rasional : dengan kebersihan dapat mencegah penyakit berulang
3. Jelaskan makanan dan minuman
Rasional: dengan makan makanan yang bersih dan mengandung gizi yang baik dapat
membantu penyembuhan
4. Jelaskan kebutuhan kenyamanan saat tidur
Rasional: dengan tidur yang sepi, nyaman dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak
5. Jelaskan cara minum obat
Rasional : dengan minum obat teratur maka proses penyembuhan dapat lebih baik
Studi kasus
Ada seorang anak di bawa ibunya datang ke tempat saudar bekerja
mengelur setiap malam anak laki-lakinya yang berusia 4 tahun sering ba-
ngunmalam sambil mengaruk anusnya. Ibu selalu mengambil lampu so-
rot sambil membawa kain untuk membersikan anusnya. Ketika dilihat ada
sekelompik cacing putih kecil menempel disekitar anusnya. Kejadian su-
dah berlangsung sekitar 2 bulan. Hasil pemeriksaan saudar menemukan
satu ekor cacing putih kecil di sekitar anus. Saudara mengambil kesimpu-
lan anak terkena infeksi cacing kremi. Dan saudara segera memberikan
pengobatan dan menjelaskan kebersihan diri dan lingkungan.
Halo....apa kabar??? Sudahkah saudara istirahat sejenak untuk menyegarkan fisik dan
fikiran? Sekarang saudara akan belajar kegiatan selanjutnya dengan parotitis.
2.5. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan
kebidanan Parotitis
Apakah Parotitis itu?
Sebagian dari kita mungkin sudah tahu apa itu penyakit parotitis atau mumps atau yang
paling terkenal gondongan. Tapi tahukah saudara penyebab dari penyakit gondongan ini,
dan bagaimana cara mengobati gondongan dengan benar? Mari kita cari tahu mengenai
penyakit gondongan.
Tahukah saudara tentang penyakit parotitis/gondong?
Penyakit gondongan atau dalam bahasa medisnya parotitis atau mumps adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang sifatnya menular. Sesuai dengan naman-
ya parotitis dimana virus menyerang bagian kelenjar parotis (kelenjar ludah).
Virus apa sih yang menyebabkan gondongan? Jenis virus yang menyerang kelenjar parotis
atau penyebab gondongan adalah paramyxovirus. Biasanya tanda dan gejala terjadinya
penyakit gondongan sangat jelas dan mudah terbaca yaitu adanya pembengkakan dian-
tara leher dan rahang.
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari parotitis?
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan
sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun
demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat
menjadisumberpenularanpenyakittersebut.Masatunas(masainkubasi)penyakitGondong
sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah
terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5
– 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakansalahsatusisikelenjar kemudiankedua kelenjar mengalamipembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar
di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit gondongan atau parotitis selain adanya
pembengkakan?
1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Tidak nafsu makan
5. Nyeri pada rahang bagian belakang
6. Nyeri saat mengunyah
7. Rahang terasa kaku
8. Nyeri saat menelan
Bagaimana Penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan?
1. Kontak langsung
2. Percikan ludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan
seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis
sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang
juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.
Tahukah saudara klasifikasi Parotitis?
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan pembengkakan
pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada
penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan
anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
Bagaimana patofisiologi Parotitis?
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfek-
sinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terke-
na adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan
dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi prolif-
erasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke da-
lam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian
akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia,
sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembeng-
kakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang
spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler
dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi
dan nekrosis jaringan.
Tahukah saudara Komplikasi klinis parotitis?
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi
jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.
Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, mio-
karditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Bagaimana pemeriksaan Diagnostik parotitis?
e. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni
kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah ada-
lah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan
parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
c. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fos-
fat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun
Tahukah saudara penatalaksanaan Parotitis?
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat sembuh atau hilang sendiri yang berlangsung
kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh
karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
a. Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
b. Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
c. Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan
Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak
yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga
sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit
kepala.
b. Orkhitis
• Istrahat yang cukup
• Pemberian analgetik
• Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari
c. Pankreatitis dan ooporitis
Bagaimana pencegahan parotitis?
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi aktif. Dilakukan
denganmemberikanvaksinasidenganvirusparotitisepidemikayanghiduptapitelahdirubah
sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15
bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi
virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella.Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif
dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi
yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap
morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi:
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hanga. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin
lebih sesuai.
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
Asuhan Kebidanan anak dengan parotitis
A. Data Subjektif
1. Identitas anak
• Nama agar membedakan dengan anak lain
• Usia agar menentukan pengobatan selanjutnya
• Alamat untuk memudahkan observasi
• Jenis kelamin sering mengenai anak lai-laki
2. Keluhan Utama Pasien
Umumnya pada anak menderita parotitis, pasien mengeluhkan demam, nyeri di bawah
telinga, bengkak, dan sulit menelan
3. Riwayat Penyakit Sekarang pasien
Biasanya anak mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang
telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak
menyebar ke daerah pipi
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
• Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
• Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.
• Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
5. Riwayat imunisasi
Menanyakan imunisasi apa yang pernah didapat agar tidak terjadi komplikasi selanjut-
nya.
6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Apakah sesuai dengan tahap pertumbhan dan perkembangan sesuai dengan KMS anak
7. Riwayat aktifitas sehari –hari
• Makan minum
Biasanya mengalami gangguan makan dan minum karena nyeri telan
• Istirahat
Sering terganggu dengan adanya nyeri di bawah telinga
• BAB / BAK
Umumnya sedikit mengalami gangguan
• Sosialisasi dengan keluarga dan teman
Anak-anak mengalami gangguan berinteraksi dengan karena rasa sakit
B. Data objektif/ Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Ukur Tanda-tanda Vital
Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Keadaran
b. Berat badan sering mengalami penurunan karena nyeri telan
2. Pemeriksaan Khusus
a. Mata cenderung sembab karena menangis
b. leher tampak dan teraba adanya pembengkaan
c. Dada normal
3. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
Darah apakah terdapat virus yang menyebabkan parotitis
C. Analisa
Diagnosa: Parotitis
Masalah: nafsu makan menurun
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
28D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Berikan penjelasan makanmakanan yang lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil
tambahan yang tepat serta menghindari makanan asam
Rasional : agar anak semaksimal mungkin terpenuhi asupan makanan dan menghindari
rasa asam agar tidak menimbulkan rasa mual
2. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnya
Rasional : untuk mendapat perawatan labih lanjut
3. Ajarkan anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika
diperlukan
Rasional : agar keluarga mampu memberi perawatan sendiri
4. Menyaran pasien beristirahat selama periode demam
Rasional : dengan intirahat maka anak akan lebih cepat pulih kesehatan
5. Beri kompres dingin pada daerah bengkak
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional : untuk mengurangi terjadinya komplikasi
Studi Kasus
Saudara sedang dinas pagi di Puskesmas, datanglah seorang ibu di-
antar suaminya sambil mengendong anaknya yang berumur 4,5 tahun
mengelus leher sakit, bengkak sudah 2 hari yang lalu. Anak sekarang su-
lit makan dan minum karena nyeri saat menelan. Anak sulit tidur minta
gendong terus karena kepala sakit di buat miring. Kemudian apa tindakan
selanjutnya yang akan lakukan untuk membuat keputusan tentang pen-
yakit yang diderita anaik ini. Saudara segera melakukan penimbangan be-
rat badan dan pengukuran suhu tubuh, respirasi serta nadi dan tekanan
darah. Dalam periksa raba kelenjer di bawah telinga kanan dan kiri anak
mengalami pembengkaan. Saudara segera kolaborasi dengan dokter da-
lam pemberian antibiotik dan analgesik serta vitamin. Anjurkan keluarga
untuk memberi kompres dingin.
2.6. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
Kejang
Apakah pengertian kejang?
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium. Kejang
pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada
anak dan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak matangan pada organisasi
korstek pada bayi baru lahir.
Apakah etiologi dari kejang?
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari
masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Ada banyakpenyebab
kejang pada neonatus:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang palingbsering. Timbul dalam
24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus
2. Perdarahan otak sebagai akibat kekurangan oksigen atau trauma kepala
3. Gangguan metabolik seperti hipogikemi, hipoklasemia dan hiponatremia.
4. Kelainan lain seperti ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resisten
terhadap antikonvulsan.
5. Infeksi sekunder akibat bakteri atau non bakteri.
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
Bagaimanakah penatalaksanaan kejang?
1. Atasi kejang
2. Sebelum menhentikan kejang maka lakukan semua pakaian ketat buka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan okseigen
5. Segera kolaborasi dalam pemberian obat-obatan seperti IV diazepam dosis rata-rata
0,3 mg/kg BB atau diazepam rectal dosis BB kurang dari 10 kg, 5 mg.
6. Jika tak ada diazepan beri febarbital
Penyebab Kejang anak
Tahukah saudara komplikasi kejang?
Demam kejang dapat menimbulkan :
1. Kejang ulang
2. Kerusakan otak
3. Cedera (lidah tergigit)
4. Dehidrasi
5. Anoreksi
Apa tindakan saat terjadi kejang?
1. Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan
2. Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
3. Singkirkanbenda-bendadisekitarklienlepaskanpakaianyangmengganggupernafasan
4. Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
5. Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
6. Setelah klien sadar, diberi minum hangat
7. Hubungi dokter / konsul tim medis
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
30Asuhan kebidanan kejang
A. Data Subjektif
1. Identitas anak
Nama, usia, jenis kelamin serta nama orang tua dan alamat, untuk membedakan dengan
pasien lain
2. Keluhan utama
Anak kejang setelah sakit demam atau panas
3. Riwayat kesehatan
Bagaimana riwayat kesehatn sebelum kejang ini, apakah dulu pernah kejang dan apakah
sudah pernah diberi obat penurun panas
4. Riwayat imunisasi
Bagaimana imunisasi apakah imunisasi dasar telah lengkap
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Apakah sesuai dengan KMS anak atau mengalami keterlambatan
6. Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh dan bagaimana sosialisasi dengan teman sebaya
7. Riwayat aktifitas
Bagaimana nutrisinya apakah mengalami gangguan apa tidak?
Bagaimana pola aktifitas/tidurnya
B. Data Objektif
1. Data Umum
TTV, BB: apakah mengalami gangguan setelah terjadi kejang. Suhu tubuh biasanya diatas
380c
2. Data khusus
a. Mata: cekung atau kemerahan atau pucat
b. Hidung: bagaimana pernafasannya
c. Mulut : hati-hati lidah kalau terjadi kejang, usahakan jangan tergigit dan menekuk ke
belakang
d. Leher: apakah ada pembengkaan pada kelenjar limfe sebagai tanda ada infeksi
e. Dada: apakah ada tarikan interkostal
f. Perut: apakah kekejangan pada perut
g. Kaki : apakah terjadi kekejangan pada kaki dan warna kuku apakah pucat
3. Pemeriksaan penunjang
Darah: adakah kuman atau virus yang menjadi penyebab
C. Analisa:
Diagnosa: kejang pada anak
Masalah potensial: gangguan pernafasan, Lidah tergigit
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Beri penjelasan keadaan anak kepada orang tua
Rasional : agar orang tua mengerti kondisi anak sehingga saat di lakukan asuhan dapat
kooperatif
2. Cegah lidah tergigit dengan persiapan tong spatel yang telah dilapisi kain
Rasional ; agar tidak menimbulkan luka lidah dan mencegah lidah tertekuk ke dalam
yang bisa menghalangi pernafasan
3. Posisikan anak nyaman
Rasional : agar anak beristirahat dengan tenang
4. Beri penjelasan gizi
Rasional : agar anak mendapat gizi yang adekuat
5. Ajari kompres hangat di daerah leher, ubun-ubun dan selangkangan
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh
6. Kolaborasi dengan dokter
Rasional: agar mendapat pengobatan antipiretik, anti kejang dan vitamin kalau perlu
antibiotik atau pemeriksaan laboratorium mencari penyebab
7. Beri penjelasan rujukan ke rumah sakit atau puskesmas
Rasional: agar orang tua dapat memahami jika sewaktu-waktu dilakukan rujukan untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut kalau perlu.
8. Persiapan O2
Rasional : jika sewaktu kejang dan anak sesak langsung diberikan oksigen
Studi Kasus
Ada seorang anak usia 3 tahun mengalami kejang 2 kali di rumah serta batuk sudah
3 hari, dan sekarang dibawa ke tempat kerja saudara. Ibu juga mengatakan anak dulu
pernah sakit panas dan kejang satu tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan suhu 38,9 0c.
Pemeriksaan TTV lain dalam batas normal. Saudara segera memberikan antipiretik,
antikejang, vitamin dan antibiotik setelah saudara kolaborasi dengan dokter. Saudara
menjelaskan cara mengkompres air hangat, minum obat serta kapan harus kontrol lagi.
2.7. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
pneumonia
Apakah saudara tahu tentang Pneumonia?
Pneumonia adalah radang parenhim paru. Banyak macam klasifikasi tentang pneumonia,
tetapi klasifikasi ini dianggap kurang memuaskan. Meskipun begitu klasifikasi masih
dianggap penting oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi atas dasar anatomi dan etiologi.
Menurut letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia inter stisialis.
Apakah yang menjadi penyebab Pneumonia ?
Berdasarkan etiologis pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia,
jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, sindrom loeffler. Secara klinis biasa, berbagai etiologi
ini sulit dibedakan. Untuk pengobatan tepat, pengetahuan tentang penyebab pneumonia
perlu sekali, sehingga pembagian etiologi lebih rasional daripada pembagian anatomis.
Bagaimana patofisiologi dari Pneumonia?
Dalam keadaan normal paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme. Infeki
paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme pertahanan terganggu dan organisme
secara ospirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering
terjadi. Pneumonia karena virus bisa menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu
enyakit virus seperti mobili atau varicella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi juga merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus, sehingga merusak
clearance mukosilia. Bila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema
masuk kedalam alveoli, diikuti oleh lekusit dalam jumlah banyak. Kemudian makrofog akan
membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh pada segala atau
lobus yang sama, atau mungkin melalui cairan bronkial yang terinfeksi kebagian lain dari
paru. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro viscelaris.
Oleh karena jaringan paru mengalami konsolidasi, kapasitas vital dan comlience paru
menurun, dan aliran darah melalui darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau
/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch dan berakibat hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena satura oksigen yang menurun dan hypercapnea.
Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas.
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
32Apakah saudara tahu penggolongan Pneumonia berdasar MTBS?
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana
berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosa medis dan bertujuan
untuk membantu petugas kesehatan yang berada dilapangan, menentukan tindakan yang
perlu diambil sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penanganan. Klasifikasi tersebut
adalah:
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala
1) Ada tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
2) Terdapat tarikan dinding dada kedalam
3) Terdapat stridor (suara nafas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi)
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah
1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih
2) Anak usia 12 bulan-5 tahun apabila frekuensi nafas 40 x/menit atau lebih.
3. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat.
Pneumonia Pada Anak
Asuhan Anak dengan Pneumonia
A. Data Subjektif
1. Nama dan Usia. Penumonia sering terjadi pada bayi dan anak, terbanyak pada umur
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi kurang dari 2 bulan
2. Keluhan utama : sesak nafas
3. Riwayat penyakit
1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas termasuk rinitis dan batuk, suhu badan
lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak bisa dibedakan dengan
pneumonia bakteri dan mukuplasma.
2) Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari
hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan adanya kesulitan pernafasan.
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
4. Riwayat penyakit dahulu
1) anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas
2) riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
5. Riwayat Imunisasi
Apakah lengkap imunisasinya
6. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
Apakah sesuai dengan KMS
7. Riwayat aktifitas sehari-hari
1) Bagaimana nutrisinya: apakah ada perubahan
2) Bagaimana aktifitas: bermain
3) Bagaimana istirahatnya apakah ada gangguan
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi. Perlu kita perhatikan adanya tachipnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral,
pernafasan cuping indung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi
produktif, nyeri dada pada waktu menarik nafas. Berdasarkan MTBS (2008), batasan
tachipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 x/menit atau lebih. Usia 12 bulan-5
bulan adalah 40 x/menit atau lebih. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada
kedalam saat fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam
akan tampak jelas.
2) Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit. Nadi kemungkinan mengalami peningkatan
(tachicardia).
3) Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit
4) Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
kehidung/mulut bayi (MTBS, 208). Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Apabila dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada
sisi yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi,
bronkofomi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
2. Data penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. leukosit 18.000 – 40.000/mm3
b. hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
c. LED (laju endap darah) meningkat
2) X – foto dada
Terdapat bercak-bercak infiltrat tersebar (bronko pneumonia), atau meliputi satu/
sebagian besar lobus/lobuler.
C. Analisa
Diagnosa: Pneumonia
Masalah: gangguan pernafasan
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1. Jelaskan kondisi anak kepada orang tua
Rasional : agar orang tua mengetahui kondisi anaknya dengan mudah dan kooperatif
saat perawatan di puskesmas / rumah sakit
2. Beri penjelasan kepada orang tua posisi anak
Rasional: agar anak dapat dengan mudah bernafas dan istirahat
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan pemeriksaan lab lanjutan
35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
34Rasional : agar anak mendapat asuhan dan pengobatan sesuai klasifikasi Pneumonia
dan dapat ditegakkan diagnosa selanjutnya
4. Beri penjelasan tanda bahaya Pneumonia
Rasional : agar orang tua lebih memperhatikan dan mengerti tanda bahaya Pneumonia
seperti anak kebiruan atau muntah-muntah dan sesak berlebih
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makan/minum anak
Rasional : agar anak mendapat asupan gizi sesuai dengan kebutuhan saat sakit
7. Siapkan oksigen
Rasional : agar anak dapat diberikan oksigen sewaktu anak mengalami sesak
8. Persiapan rujukan ke rumah sakit kalau ada indikasi rujukan.
Rasional : agar anak mendapat pengobatan lebih baik
Studi Kasus
Ada seorang anak usia 3 tahun di bawa ibunya mengeluh batuk-batuk sudah 4 hari,
sudah di beri obat yang ibu beli dari toko klontong, namun belum sembuh.dahulu anak
juga sering batuk pilike namun sembuh setelah berobat ke bidan. Anak juga kadang
panas pilek, terkadang batuk pada malam hari parah sampai muntah, nafsu makan
menurun, susu tidak mau dan anak selalu rewel. Hasil pemeriksaan saudara suhu 380c,
terdapat tarikan dada saat nafas. Respirasi 36 x/menit serta terlihat anak lemah. Badan
teraba hangat, teraba pembesaran kelenjar limfe. Saudara melakukan kolaborasi den-
gan dokter untuk melakukan rujukan ke rumah sakit dalam pemeriksaan lebih lanjut
untuk foto thorax. Saudara memberikan penjelasan pada ibu bahwa anak perlu dilaku-
kan rujukan untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
2.8. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
DHF
Apakah saudara tahu Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)?
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak,
serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Demam berdarah (DB) atau
demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Salah satu varian klinik
infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 2- 7 hari dan pada saat panas turun
disertai/disusul dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah virus dengue. Virus dengue ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang
berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut.
Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue?
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD
akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar
biasa bagi penduduk disekitarnya.
Penyebab dan perantara penularan.
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti.
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
1). Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2). Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit.
3). Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,
dubur dsb.
4). Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Bagaimanakah patofisiologinya DHF?
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF hingga
kini belum diketahui secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary
Heterologous Infection Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis dari Halsteel
yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue
pertama kali mendapat infeksi berulang dengan type virus dengue yang berlainan.
Fenomena patofisiologis utama yang menentukan berat penyakit yang membedakan DHF
dari Dengue Klasik ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diastesis hemorrhagik. Pada
kasus berat renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan bahwa
renjatan terjadi akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang
rusak yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit.
Bukti dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu
rongga peritonium, pleura dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus
NYamuk Aedes Aegepty
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
36serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan.
Trombositopenihebat,gangguanfungsitrombositdankelainanfungsikoagulasimerupakan
penyebab utama perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler
dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masif akibat kelainan yang lebih kompleks
yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan oleh faktor DIC.
Patogenesis DHF berkaitan dengan sistem komplemen yaitu sistem dalam sirkulasi darah
yang terdiri dari 11 komponen protein, dengan bentuk tidak aktif dan labil terhadap panas.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi aktivasi komplemen dan akibat aktivasi komplemen,
maka dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a yang berdaya membebaskan histamin sebagai
mediator kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan berperan
dalam terjadinya renjatan. Seperti pada infeksi virus yang lain. Infeksi virus dengue juga
merupakan Self Limiting Infectious Disease yang akan berakhir sekitar 2 –7 hari.
Bagaimana manifestasinya klinis DHF?
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimptomatik, penyakit yang paling ringan (Mild Undifferentiated Febrile Illnes), Demam
Dengue (Dengue Fever), Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) sampai Sindrom Syok Dengue (SSD). Walaupun secara epidemiologis infeksi
ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi
ringan atau berat.
Bentuk ringan demam dengue menyerang segala golongan umur dan bermanivestasi lebih
berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal Sindrom
Trias Dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola
mata, punggung, dan sendi) dan timbul ruam makulo papular. Pasien penyakit demam
dengue biasanya sembuh tanpa gejala sisa.
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak, dapat
mencapai 40C atau lebih, yang terkadang disertai kejang demam, sakit kepala, anoreksia,
vomitting, epigastric discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut;
Perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif,
memar atau dapat juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-
hari pertama demam dan berlangsung selama 3–6 hari) pada extremitas, tubuh dan muka,
sampaiepistaksisdanperdarahangusi,sedangkanperdarahangastrointestinalmasivelebih
jarang terjadi dan biasanya dapat terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan dan
setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva
terkadang ditemukan, pada masa konvalesen seringkali ditemukan eritema pada telapak
tangan dan kaki; Hepatomegali, pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit
dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali
ditemukan tanpa ikterus; Kegagalan peredaran darah (Circulatory Failure).
Tahukah saudara diagnosis DHF menurut WHO?
Diagnosis DHF menurut patokan yang ditetapkan WHO (1997), yaitu
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet positif dan bentuk
lain/perdarahan spontan (petechia, purpura, echimosis, epistaksis, perdarahan gusi)
dan hematemesis melena.
3. Pembesaran hati
4. Syok, yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa
seperti demam thypoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis
dan malaria. Adanya tombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan
DHF dari penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah Sepsis, Meningitis, Meningocele,
Idiophatic Trombosytopenic Purpura (ITP), Leukimia, dan Anemia Aplastik.
Demam Chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya seluruh keluarga dengan gejala
demam mendadak , masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu diikuti
dengan ruam makulapopular, infeksi konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi.
Proporsi uji bendung positif, petekia, dan epistaksis hampir sama dengan DHF. Pada DC
tidak ditemukan perdarahan gastroinstestinal dan syok.
Pada hari-hari pertama ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang cepat menghilang
dan tidak di jumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan jumlah trombosit
pada DHF lebih cepat kembali. Perdarahan dapat juga terjadi pada Leukemia atau Anemia
Aplastik. Pada Leukimia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pada Anemia Aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi
sekunder. Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF atau
DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan
Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
daripada anak-anak.
Bagaimana Pengobatan DHF?
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Disarankan untuk menjaga
penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan,
penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet
menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
kenyataannyadapatmengembalikancairanintravena.Meskipundemikiankombinasiantara
manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Bagaimanakah periode febris pada DHF terjadi?
Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris, dimana belum/tidak
dapat dibedakan apakah Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever, maka pengobatan
yang dapat diberikan adalah sbb :
1. Antipiretik
Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari.
Jangan memberikan aspirin dan brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis
dan atau perdarahan.
2. Antibiotika tidak diperlukan
Makan disesuaikan dengan kondisi napsu makannya. Apabila penderita ditetapkan rawat
jalan, maka kalau dalam perjalanan didapat keluhan dan tanda klinis seperti dibawah ini
dianjurkan untuk segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya.
Segera datang ke rumah sakit :
1). Nyeri abdomen
2). Tanda perdarahan dikulit, petekiae dan ekimosis
3). Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
4). Penderita tampak loyo dan pada perabaan terasa dingin
39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
38
Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a. Teknik
(a) Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
(b) Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
(c) Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel tensimeter.
(d) Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai
5 menit.
(e) Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
(f) Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak didaerah voles lengan bawah.
b. Kriteria :
( + ) bila jumlah petekil > 20
(+- ) bila jumlah petekil 10 - 20
( - ) bila jumlah petekil 10
2. Perdarahan spontan
a. Petekil/ ekimosis
b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis
d. Hematomesis/ melera
Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
• Ada kedaruratan:
• Syok
• Muntah terus menerus
• Kejang
• Kesadaran turun
• Muntah darah
• Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2
kali pemeriksaan berturut-turut.
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
• Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
• Nafsu makan membaik secara klinis
tampak perbaikan
• Hematokrit stabil
• Tiga hari setelah syok teratasi
• Trombosit > 50.000/uL
• Tidak dijumpai distres pernafasan
Penatalaksanaan penderita Demam Berdarah Dengue yang paling penting
adalah
• Pemberian cairan intravena, sebatas cukup untuk mempertahankan
sirkulasi yang efektif selama periode plasma leakage
• Pengamatan yang ketat, teliti dan cermat secara periodik
Bagaimana pencegahan DHF?
Saudara...untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara yang
paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah
diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat-tempat berisi air bersih dengan
jarak terbang maximal 100 m. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat
berkembang biak lagi. Cara ini bisa dengan membakar sampah atau menimbun, menguras
tempat yang tergenang air, misal kamar mandi.
Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Sampai saat ini seringkali terjadi kontroversi dalam hal memulangkan pasien. Beberapa
pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat memulangkan penderita tetapi dokter
lainnya dianggap terlalun lama merawat penderita. Demuikian pula dalam indikasi rawat,
beberapa pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat mengadviskan dirawat
penderita tetapi dokter lainnya dianggap terlalu lama mengadviskan perawatan rumah
40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
Asuhan pada Anak dengan DHF
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak anak dengan usia kurang 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit adalah
panas tinggi anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demam kesadaran
kompos mentis. Panas menurun terjadi antara hari ke 3 dan ke 7, anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diarhe
/ konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),
melena atau hematemesis.
4. Riwayat Penyakit yang pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita, pada Dengue Haemorrhagic Fever, anak bisa
mengalami serangan ulangan Dengue Haemorrhagic Fever dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasi dapat
dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat
anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, dan lingkungan yang kurang
kebersihannya (air yang menggenang) gantungan baju di kamar.
8. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekwensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu
makan menurun.
2) Eliminasi alvi (Buang air besar) kadang-kadang anak mengalami diarhe/ konstipasi.
DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahat kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama tempat sarangnya nyamuk aedes aegypt.
6) Perilaku, tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga kesehatan.
B. Data Fisik
1. Tanda-tanda vital
a. Suhu mengalami peningkatan
b. Respirasi mengalami peningkatan
c. Tekanan darah mengalami penurunan
d. Denjut nadi mengalami peningkatan
41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
402. Pemeriksaan khusus
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujungrambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak sbb :
1) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda - tanda vital, nadi
lemah.
2) Grade II; kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, adanya perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi, telinga, nadi lemah, kecil, tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, tidak
teratur, tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba tensi tidak terukur,
pernafasan tidak teratur, extrimitas dingin, berkeringat, dan kulit nampak biru.
3. Mata tampak berair, mata pada kunjungtiva tampak anemis
4. Muka tampak kemerahan karena demam(flusy)
5. Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) grade II, III, IV.
6. Bibir tampak kering dan didapatkan mukosa mulut kering, perdarahan gusi,
7. Leher teraba pembengkaan kelenjar limfe, Tenggorokan mengalami hyperemia pharing,
terjadi perdarahan telinga (grade II, III, IV).
8. Dada Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada thorax foto terdapat adanya caira
yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales , Ronchi biasanya pada
grade III, IV
9. Abdomen. Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), asites.
10.Extremitas. Akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang.
Pemeriksaan penunjang dengan Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (> 20%).
2) Trambositopenia (< 100.000 / ml).
3) Leukopenia (mungkin normal atau Lekositosis).
4) Ig. D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponatremia
6) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg, HCO3 Rendah.
8) SGOT / SGPT mungkin meningkat.
C. Analisa
Diagnosa: DHF
Masalah yang dapat ditemukan pada anak dengan DHF antara lain :
• Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
D. Planning /perencanaan/pelaksanaan
Bila terdapat tanda-tanda DHF, segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan segera.
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan menggunakan komunikasi
terapeutik.
Rasional: Terciptanya hubungan yang baik dan terjalin kerjasama yang baik antara
keluarga pasien dengan tenaga kesehatan.
2. Jelaskan kondisi pasien terhadap keluarganya.
Rasional; Keluarga mengetahui kondisi anak pada saat ini.
3. Konseling tentang kebutuhan gizi seimbang
Rasional: Kebutuhan terpenuhi dan mempercepat pemulihan.