SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  86
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
MODUL
Asuhan Kebidanan Penyakit yang lazim terjadi
pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Esyuananik
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI,
BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH DENGAN
PENYAKIT INFEKSI/TROPIK
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Daftar Istilah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
•	 Atelektasis: keadaan paru yang tidak berkembang pada kelahiran atau mengempisnya
paru
•	 Bronkiolitis: radang pada bronkeolus
•	 Bronkopneumoni: radang pada dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah
percabangan
•	 Coryza: batuk pilek
•	 Cutis Ansarina : Kulit Angsa
•	 Dehidrasi :Kekurangan Cairan
•	 Diatetik : Pemberian Makanan
•	 Echimosis: perdarahan, perubahan warna kulit karena perdarahan
•	 Emfisema : akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli
yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
•	 Encefalitis: radang otak
•	 Epistaksis: perdarahan lewat hidung/ mimisen
•	 Eritema:warna merah pada kulit akibat vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah)
•	 Gravis: keadaan kekurangan sel darah merah
•	 Haemaptoe: batuk darah
•	 Hipersalivasi : Air Ludah Berlebihan
•	 Hipoglikemia :Penurunan Kadar Gula Darah
•	 Hipoksemia: kekurangan
•	 Hipotensi: darah rendah
•	 Invitro/Invivo: dalam sel
•	 Jasad Renik: kuman yang masuk dalam tubuh
•	 Kor Pulmonale : suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan
kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
•	 Lakrimasi: cucuran air mata
•	 Laringitis : infeksi pada laring
•	 Leukopenia: jumlah leukosit yang kurang dalam darah
•	 Limfositosis : jumlah limfosit yang bertambah dalam darah yang beredar
•	 Makrofag: fagosit mononuklear yang terdapat dalam darah dan jaringan
•	 Meningitis: radang selaput otak
•	 Miosis: kontraksi pupil
•	 Mukopurulen: cairan kental yang terdiri dari lendir dan nanah
•	 Nekrosis: kematian jaringna akibat kerusakan sel
•	 Pain :Nyeri
•	 Pallor  : Muka Pucat:
•	 Paralysis :Kelumpuhan Otot
•	 Paresthesia : Mati Rasa
•	 Petechia:bintik merah akibat perdarahan intradermal/submukosa
•	 Pleuritis: infeksi pada pleura
•	 Pneumonia / Bronkopneumoni
•	 Polisitemia: jumlah eritrocit yang meningkat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2•	 Post-Mortem :Data Fisik Setelah Meninggal.
•	 Pulselesness:  Denyutan
•	 Purpura: perdarahan multiple dalam kulit atau selaput lendir
•	 Purulen: bernanah
•	 Universal precaution: upaya pencegahan
•	 Radiasi: pancaran
•	 Rehidrasi: pengembalian cairan tubuh
•	 Renjatan : kejang
•	 Saliva: air liur
•	 Secret: cairan
•	 Spondilitis: radang ruas tulang belakang
•	 Spora: sel reproduktif sporazoa atau tumbuhan kriptogam
•	 Stridor: dengkur, nafas yang berbunyi
•	 Taktil Fremitus: fibrasi ringan dinding dada selama bersuara dengan rabaan
•	 Tripod Sign: Terlihat Kekakuan Otot Spinal
•	 Trismus : Kesukaran Membuka Mulut
•	 Wheezing: bunyi terdengar pada ekspirasi
•	 Whoop :Batuk Yang Bunyinya Nyaring
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bagaimana kabar saudara hari ini? Semoga
sehat selalu sehingga dapat mempelajari
kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan
belajar ini ini memberikan kemampuan
pada saudara untuk memberikan asuhan
pada neonatus, bayi balita dan anak pra
sekolah yang didasari oleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Kegiatan belajar
ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan
pada penatalaksanaan penyakit yang lazim
dan dapat dicegah dengan imunisasi pada
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
Modul ini dikemas dalam lima kegiatan
belajar dan seluruh kegiatan diberi alokasi
waktu 12 x 60 menit, kegiatan belajar tersebut
meliputi:
Kegiatan Belajar	 1 :  asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
Kegiatan Belajar	 2 : asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah dengan penyakit infeksi/tropik
Kegiatan Belajar	 3 : asuhan kebidanan
pertolongan pertama kecelakaan pada
neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
	 Setelahmempelajarimodulinisaudara
akan dapat: 1)  Menjelaskan tentang asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi balita dan
Neonatal
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
anak pra sekolah dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 2) Memahami
tentang asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita anak pra sekolah dengan penyakit
infeksi/tropik dan 3) memahami tentang pertolongan pertama kecelakaan pada neonatus,
bayi dan balita dan anak pra sekolah
Pemahaman tentang yang baik akan sangat mendukung saudara dalam memberikan
asuhan kebidanan pada anak. Karena anak mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap
tahap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul, maka akan mampu mendasari
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar. Kegiatan belajar
ini berkaitan dengan mata kuliah askeb ibu 1, askeb ibu II, askeb ibu III, KDK I dan II, askeb
kegawatdaruratan maternal neonatal,  praktek kebidanan serta mutu layanan kebidanan.
	
Saudara, di dalam proses pembelajaran untuk materi asuhan kebidanan neonatus, bayi,
balita dan anak prasekolah yang sedang saudara ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan
lebih baik dan lancar bila anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1)	 Pahamibetultentangberbagaikegiatanpenting mulaidarikegiatanbelajarsebelumnya
2)	Lakukan kajian terhadap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus,
bayi, balita dan anak prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara
3)	 Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar 1 dan lakukan latihan dalam pengamatan pada
penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus, bayi, balita dan anak
prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara.
4)	Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata kuliah ini sangat tergantung
kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan dan tugas-tugas yang
diberikan dalam setiap kegiatan belajar. Untuk itu berlatihlah secara mandiri dan
kelompok dengan teman anda.
5)	Bila saudara menghadapi kesulitan, silakan hubungi fasilitator yang mengajar mata
kuliah ini.
Baiklah bagi semua mahasiwa selamat belajar semoga anda sukses dalam memahami
matakuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dengan hasil yang maksimal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Setelah mempelajari modul 9 KB II saudara diharapkan setelah mampu menjelaskan asuhan
kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan anak Pra Sekolah dengan penyakit infeksi/tropik.
Kegiatan
Belajar 2
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah Dengan Penyakit
Infeksi/Tropik
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Common Cold,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Bronkitis
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan dengan Diarhe,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Cacingan,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Parotitis,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Kejang,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan pneumonia,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan  DHF,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan  demam thypoid
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan  Meningitis,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan  Leukemia,
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan thalassemia,  
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan AIDS
•	 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Varicella
Setelah menempuh kegiatan belajar ini diharapkan saudara mampu :
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Common
Cold,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Bronkitis
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Diarhe,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan   dengan
Cacingan,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Parotitis,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  pada Kejang,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan   dengan
pneumonia,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan  DHF,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan demam
thypoid
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan   dengan
Meningitis,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan   dengan
Leukemia,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan
thalassemia,
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan AIDS
•	 Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  dengan Varicella
Pokok-pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
Tahukah saudara tentang Common Cold?
Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering. Dijumpai pada
bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang
dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan.
Pada anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping
nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi mencakup daerah
terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi.
Apa etiologi / penyebab dari Common Cold?
Saudara....penyakit ini di sebab oleh virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum
gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi timbul akibat infasi
bakteri pathogen biasanya pneumococcus, Streptococcus, dan pada anak kecil H. influenza
dan Staphylococcus. Masa tunas atau masa masuknya virus sampai tanda penyakit muncul
sekitar 1-2 hari tergantung dari daya tahan tubuh setiap individu.
Apakah yang menjadi faktor predisposisi Common Cold?
Selain oleh virus yang menjadi penyebab utama,   common cold juga dapat timbul
karena kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Walaupun umur bukan faktor yang
menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada
anak kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim.
Bagaimanakah patologi anatomi Common Cold?
Submukosa hidung edematous disertai faso dilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltasi
leukosit mula-mula sel mononukleus, kemudian poliformononukleus. Sel epitel supevisial
banyak yang lepas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut.
2.1 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
Common Cold,
Common COld
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
Bagaimanakah gejala klinis Common Cold?
Berupa gejala nasofaringitis, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar
sekret cair dan jernih yang dapat kental purulen bila terjadi infeksi sekunder oleh coccus.
Secret ini sangat merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak
bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-
kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung atau
kongesti disertai selaput lender tenggorokan yang kering menambah rasa nyeri.
Apakah komplikasi Common Cold?
1.	 Sinusitis paranasal
Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan biasanya di
daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan
gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang
disertaidengansumbatanhidungdannyerikepalayanghilangtimbul,bersinyangterus-
menerus disertai skret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi sinus
harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap dan rangsang
faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan dengan antibiotika.
2.	 Dapat terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi menembus
lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala
OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badab yang mendadak tinggi
(hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan demam dan disertai gejala muntah dan
diarhe.
3.	 Penyebaran infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran nafas bagian
bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan broncopneumonia.
Bagaimanakah pengobatan Common Cold?
Hanya sistomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk . Sedativum
untuk menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi
hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir dari hidung dengan berbagai
alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan
mengusahakan posisis bayi dalam “prone position”. Pada anak besar dapat diberikan tetes
hidung larutan efedrin 1%. Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.
Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontra indikasi pemberian
antitusif (misalnya codein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah
terjadi penumpukan secret sehingga dapat terjadi bronkoopneu
Asuhan Kebidanan Common Cold
A. Data Subjektif
1. Identitas anak dan orang tua agar dapat dibedakan dengan anak lain.
2. Keluhan utama
    Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal
3. Riwayat peyakit dahulu
Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.
4. Riwayat keluarga
Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien
5. Riwayat perkembangan anak dengan alat KMS anak.
6. Riwayat Imunisasi
Apakah anak pernah mendapat imunisasi tambahan selain imunisasi dasar Misal Hib.
7. Riwayat aktifitas sehari-hari
•	 Sebelum dan selama sakit terkait dengan perubahan sosial anak dengan lingkungan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
B. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital:
1).	Nadi, tekanan darah, respirasi sebagian besar mengalami perubahan / terganggu
karena adanya sekret dalam hidung serta bersin berulang.
2).	Berat badan: biasanya menurun karena nafsu makan berkurang
3).	Mata: tampak normal
4).	Hidung : permukaan hidung terdapat sekret mukoid, dan pada palpasi   ada   nyeri
karena adanya inflamasi
5).	Leher: tampak normal
6).	Dada: pernafasan kadang mengalami gangguan karena adanya sekret pada hidung.
7).	Perut : tampak normal
2. Pemeriksaan penunjang : sesuai dengan indikasi
-	 Pemeriksaan nasoendoskopi
-	 Pemeriksaan sitologi hidung
-	 Hitung eosinofil pada darah tepi
-	 Uji kulit allergen penyebab
C.  Analisa
Diagnosa: Common Cold
Masalah:  nafsu makan berkurang
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1).	Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien :
Rasional: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan dengan
cara temani klien, dan perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien )
2).	Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta
gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.
Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih kooperatif
3).	Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : suara keras
Rasional: Dengan menghilangkan stimulus yang berlebih akan meningkatkan ketenangan
klien dengan cara tempatkan diruangan yang lebih tenang serta batasi kontak dengan
orang lain / klien lain yang kemungkinan mengalami  sakit yang sama
4).	Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Mengetahui perkembangan anak secara dini.
5).	Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : Untuk mencegah komplikasi lanjut
6).	Beri penjelasan gizi
Rasional : Dengan gizi cukup kesembuhan anak dapat segera teratasi.
•	 Bagaimanakah pola makan minum apakah ada perubahan?
•	 Bagaimanakah pola BAB dan BAK apa ada perubahan?
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Studi Kasus
Ditempat saudara bekerja misal polindes, datanglah seorang ibu sambil
membawa bayinya yang berusia 9 bulan mengeluh, bayinya sejak kamarin
rewel dan menangis, menyusu juga males serta keluar cairan dari hidung.
Badan agak panas serta selama ini diberi obat tradisional daun daunan
ditempel di keningnya. Saudara segera memeriksa dada dan suhu tubuh
serta pernafasan bayi. Saudara segera mengambil kesimpulan bahwa
bayi menderta common cold atau flu. Apa yang bisa saudara berikan asu-
hannya?
2.2 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan
kebidanan Bronkitis
Apa saudara tahu tentang bronkitis?
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran pernafasan (bronkhus). Bronkitis berarti
infeksi pada broncus, yakni adanya inflamasi lapisan mukosa jalan nafas trakea bronchial
yang secara terus-menerus memproduksi mucus yang berlebihan, juga peningkatan
progresif pada batuk produktif dan dispnea.
Apa etiologi Bronkitis?
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya bronchitis :
a. Rokok
Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi
akut. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah
zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan
ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang
sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk. Bronkhitis
kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu:
Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10Bagaimana gejala klinis dari Bronkitis?
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan
beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada
penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan
pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang
berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan . Bronchitis yang
mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala sebagai berikut:
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik
dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat.
2. Haemaptoe
Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau
destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan.
Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai
perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa
amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal
dari peredaran darah sistemik)
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena
bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah
menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batukya
minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama
komplikasi haemaptoe.
3. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi
dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai
akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema
yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat
adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya.
4. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang
pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang)
Kelainan fisik apa yang ada pada Bronkitis?
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis
komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda-
tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang
jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu
atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi
diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat,
dapat menimbulkan kelainan berikut: terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya
gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah
paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai
dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
Bagaimana patofisiologi Bronkitis?
Bronkhitis terjadi karena adanya penebalan dan kekauan mukosa bronkhus akibat dari
vasodilatasi bendungan dan edema, sehingga area mukosa dapat terinfiltrasi dengan
leukosit, makrofag dan leukosit poti morfonuklean yang mengakibatkan sekresi yang
berlebihanditambahpenyempitanjalannafasyangmenyebabkanobstruksipertamapada
ekspirasi maksimal dan selanjutnya aliran udara inspirasi maksimal yang mengakibatkan
terjadinya sesak.
Tahukah saudara klasifikasi Bronkitis?
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1.	 Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak
dan keluhan lain yang ringan.
2.	 Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3.	 Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat
dan suara mengi.disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia.
Bagaimana mendiagnosa Bronkitis?
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen
Penyebab Bronkitis
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.
1.	 Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaanfotothoraksposterior-anteriordilakukanuntukmenilaiderajatprogresivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
2.	 Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru
Apa saudara tahu penatalaksanaan Bronkitis?
a. Batuk Efektif dan Napas Dalam
Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret. Tujuan
napas dalam dan batuk adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi,
dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Pasien diberi posisi duduk tegak pada
tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Pasien dianjurkan untuk mengambil
napas dalam dan perlahan. Bila sekret terauskultasi, kemudian batuk dimulai pada
inspirasi maksimum.
b.  Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi dada. Biasanya
ketiga metode digunakan pada posisi drainase paru yang berbeda diikuti dengan napas
dalam dan batuk.
c. Terapi Aerosol Bronkodilator
Tujuan terapi ini adalah untuk merelaksasi jalan napas, mobilisasi sekresi, dan menrunkan
edema mukosa, sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru,
ventilasi alveolar diperbaiki.
d. Pelembaban Inhalasi
Tujuan utama pelembaban inhalasi adalah hidrasi terhadap mekanisme bersihan
mukosilia normal dan mengenceran sekret. Aspek paling penting terapi pelembaban
inhalasi adalah napas dalam aktif oleh pasien, diikuti oleh tahanan napas untuk
memungkinkan pelepasan vertikal aerosol dan kemudian melakukan ekhalasi penuh
dengan perlahan.
e. Pernapasan Tekanan Positif Intermitten (PTPI)
PTPI digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dan ekspansi paru. Pola ventilasi
yang adekuat selama tindakan PTPI terdiri dari inspirasi dalam ditujukan kepada
peningkatan volume tidal normal sebanyak 2-3 kali. Pasien kemudian diinstruksikan
untuk menahan napas untuk memberikan kedalaman dan pelepasan lebih besar pada
obat aerosol, air dan garam faal.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering digunakan diantaranya: bronkodilator, steroid, kromolin
Sodium, antikolinergik.
g. Terapi Oksigen
Terapi oksigen disesuaikan dengan persen konsentrasi pada udara dihisap. Tujuan terapi
ini untuk meningkatkan PaO2, dengan selanjutnya menurunkan vasokonstriksi, hipoksia,
pada vaskuler paru dan tekanan arteri paru, diharapkan perbaikan pada fungsi ventrikel
kanan dan pengiriman O2 ke jaringan.
h. Antibiotik
Antibiotik biasanya digunakan untuk sputum yang purulen akibat mikroba yang telah
teridentifikasi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
Apa komplikasi Bronkitis?
Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan
gagal pernapasan. Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:
1.	 Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli
yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan.
2.	 Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang
dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya.
3.	 Polisitemia
Adanya batuk, sputum, dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter. Eksaserbasi akut
disebabkan oleh infeksi, pada auskultasi terdapat ronki basah, baik pada ekspirasi
maupun inspirasi. Sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda utama dari
bronkhitis. Bila sudah terdapat komplikasi kor pulmonale, maka proknosis dari penyakit
ini sudah buruk
Asuhan Kebidanan dengan Broncitis
A. Data Subjektif
1.	 Identitas
Nama ,umur , pendidikan , suku bangsa , pekerjaan , penanggung jawab, agama , status
kawin , alamat , no medical record , ruang rawat , tanggal masuk , diagnose medic ,
yang mengirim/merujuk , tinggi badan/berat badan , sumber informasi .
2.	 Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi, wheizing pada saat ekspirasi,
sering mengalami infeksi pada system respirasi dan sesak nafas .
3.	 Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan
paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.
4.	Riwayat kesehatan keluarga:
Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita
penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi terhadap gangguan
pernapasan lebih tinggi. Selain itu,klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan
perokok(perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari
keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan
dengan polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan.
5.	 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan dengan KMS
6.	Riwayat aktifitas sehari-hari termasuk diasuh siapa, makan, tidur sosialisasi dengan
teman.
B. Data objektif Pemeriksaan fisik
1.	 Keadaan Umum : lemah, sianosis, Kesadaran : composmentis .
Sistem Kardiovaskuler : Irama jantung, nyeri dada, peningkatan frekuensi jantung/
takikardia berat, Distensi vena leher, Bunyi jantung redup.
2.	Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya
menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan
bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen
berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
3.	Palpasi
Taktil fremitus biasanya normal.
4.	Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru.
5.	Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas
melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di
sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah.
C. Analisa
Diagnosa Broncitis
Masalah: Gangguan pernafasan karena dahak
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
dan bronkospasme
Rasional. Jalan nafas bebas sehingga pemenuhan O2 terpenuhi.
2.	 Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot
bantu pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
3.	 Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi  (semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
4.	Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
5.	 Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
6.	Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
7.	 Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
8.	Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien
Studi kasus
Pada suatu hari di Puskesmas saudara datanglah seorang ibu membawa
anaknya untuk berobat, dengan keluhan batuk berdahak sudah 4 hari,
kadang terdengar suara seperti mengi pada saat malam hari. Sebelum ba-
tuk 2 hari didahului demam ringan. Anak mengatakan nyeri telan dan nafsu
makan menurun. Batuk ini seringkali kambuh hampir tiap 2 bulan sekali
dan jika berobat sembuh. Dari anamnesa ayahnya ternyat perokok kretek
berat. Hasil pemeriksaan suhu 37,50c, terlihat ada tarikan nafas dan batuk
berdahak. Saudara berkolaborasi dengan dokter dalam hal terapi. Saudara
juga menjelaskan bahaya merokok, nutrisi anak harus lebih baik serta ka-
pan harus kontrol ulang.
Bagaimana saudara setelah mempelajari materi bronkitis ini? Apa semakin tertarik materi
selanjutnya. Baiklah selanjutnya saudara akan belajar tentang diarhe.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Halo......apakah saudara tahu tentang diarhe?
Diarhe adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diarhe adalah buang air
besar encer lebih dari 3 x sehari. Diarhe terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu
diarhe akut dan kronis.
Apa yang menjadi penyebab dari diarhe?
1.	 Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.	 Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3.	 Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.
4.	Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
5.	 Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
Ada berapa macam diarhe?
1.	 Diarhe Akut
	 Diarhe akut adalah diarhe yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat menjadi
berat.  Penyebabnya sebagai berikut :
a. 	Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati
berbagai rintangan asam lambung
b. 	Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus
c. 	Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
d. 	Kelebihan cairan usus akibat racun
2.	 Diarhe Kronis / Menahun / Persisten
	 Pada diarhe kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang menimbulkannya
terutama jika sering berulang pada anak. Diarhe kronis / diarhe yang menetap akan
berakhir 14 hari atau lebih lama, karena :
a. 	Gangguan bakteri jamur dan parasit
b. 	Malarbsorbsi kalori dan lemak
c. 	Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut.
Bagaimanakah diarhe itu dapat terjadi pada anak?
Saudara sekarang akan belajar mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diarhe:
1.	 Gangguan Osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diarhe.
2.	 Gangguan Sekresi
Akibatrangsangantertentu(misalnyatoksin)padadindingususakanterjadipeningkatan
reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diarhe
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3.	 Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diarhe. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan
2.3 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  
Diarhe
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diarhe juga.
4.	Patogenesis Diarhe Kronis
Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri, parasit, malarbsorbsi,
malnutrisi, dll.
Tahukah saudara patofisiologi diarhe?
Sebagai akibat diarhe, baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. 	Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
asam basa (Asidosis Metabolic, Hipoglikemia)
b. 	Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran bertambah)
c. 	Hipoglikemia
d. 	Gangguan sirkulasi darah
Bagaimana gejala / Gambaran Klinis diarhe?
a.	 Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat
b.	Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah
c.	 Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d.	Anus lecet
e.	 Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f.	 Muntah sebelum dan sesudah diarhe
g.	 Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h.	Dehidrasi (kekurangan cairan)
Apa saja Komplikasi diarhe?
a.	 Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat)
Renjatan hipovolemik
b.	Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida, perubahan
elektrokardiogram)
c.	 Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim laktosa
d.	Kejang
Bagimana penatalaksanaan/penanganan diarhe?
Saudarasekalinprinsiputamanyadalammenanganidiarheadalahrehidrasi/mengembalikan
cairan tubuh yang keluar. Prinsif perawatan diarhe adalah:
a. 	Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat )
b. 	Diatetik (pemberian makanan)
c. 	Obat – obatan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diarhe pada balita adalah LINTAS DIARHE
(Lima Langkah Tuntaskan Diarhe), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diarhe tetapi
memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diarhe dan
mencegah anak kekurangan gizi akibat diarhe juga menjadi cara untuk mengobati diarhe.
Adapun program LINTAS DIARHE yaitu:
1.   Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa
mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diarhe untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit
didasarkan pada derajat dehidrasi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
a.	 Diarhe tanpa dehidrasi
•	 Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
•	 Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
•	 Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. 	Diarhe dengan dehidrasi ringan sedang
Dosisoralityangdiberikandalam3jampertama75ml/kgbbdanselanjutnyaditeruskan
dengan pemberian oralit seperti diarhe tanpa dehidrasi.
c. 	Diarhe dengan dehidrasi berat
Penderita diarhe yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Jumlah oralit yang
diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang di
sediakan dirumah
< 12
bulan
50-100 ml 400 ml/ hari (2 bungkus)
4 Tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4
bungkus)
>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari
(4-5bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI 2011
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara
1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.
Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan
dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3
menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diarhe berhenti
2.	 Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini meningkat selama diarhe dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diarhe.
Pemberian Zinc selama diarhe terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diarhe, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diarhe pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan
bukti ini semua anak diarhe harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diarhe.
Dosis pemberian Zinc pada balita:  
•	 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
•	 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
3.	Teruskan pemberian ASI dan Makanan
Pemberian makanan selama diarhe bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diarhe
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4.	Antibiotik Selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diarhe pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita
diarhe dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diarhe juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diarhe
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak,
bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diarhe disebabkan oleh parasit (amuba,
giardia).
5.	 Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
•	 Diarhe lebih sering
•	 Muntah berulang
•	 Sangat haus
•	 Makan/minum sedikit
•	 Timbul demam
•	 Tinja berdarah
•	 Tidak membaik dalam 3 hari.
Asuhan Kebidanan dengan Diarhe
A. Data Subjektif
1.	Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diarhe terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.	 Keluhan Utama
      BAB lebih dari 3 kali atau lebih dengan konsitensi cair
3.	 Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diarhe akut), lebih dari 7
hari ( diarhe berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diarhe kronis).
4.	Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diarhe sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, campak.
5.	 Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
6.	Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diarhe.
7.	 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
8.	Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
•	 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB
6-10   cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
•	 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
•	 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
•	 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
•	 Apakah sesuai dengan perkembangan yang ada di KMS
9.	 Riwayat aktifitas sehari-hari
a. 	 Pola makan dan minum menjadi hal penting agar anak tidak mengalami dehidrasi
b. 	 Pola BAB/BAK menjadi lebih sering perlu diobservasi ketat
c. 	 Pola sosialisasi dengan keluarga dan lingkungan
B. Data Objektif / Pemeriksaan Fisik
1.	 Tanda-tanda vital
Suhu hal penting di observasi terkait peningkatan suhu tubuh karena dehidrasi serta
nadi dan respirasi
2.	 Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3.	 Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
4.	Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
5.	 Mata : cekung, kering, sangat cekung
6.	Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
7.	 Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
8.	Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diarhe
sedang .
9.	 Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun >, suhu meningkat > 3750 c,
akral hangat, akral dingin (waspada syok) kemerahan pada daerah perianal. (tergantung
derajat dehidrasi)
10.Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
11.Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
(1)	 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
(2)	 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
(3)	 AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20menurun )
(4)   Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)  Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
C. Analisa
Diagnosis: diarhe akut/kronis
Masalah :  Kekurangan cairan
                    Malas menyusu/makan
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	 Jelaskan kondisi anak yang mengalami diarhe pada keluarga
Rasional: agar keluarga mengerti tentang keadaan anaknya dan lbih kooperatif kepada  
petugas keshatan
2.	 Jelaskan anak perlu dilakukan rujukan ke fasiltas lebih lengkap puskesmas/rumah sakit
      Rasional : Rasional; agar anak mendapat penanganan yang lebih adekuat
3.	 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus, obat, nutrisi
Rasional: agar anak mendapatkan pengobatan yang baik, mencegah dehidrasi mendapat
infus RL, diit lunak serta menyusui dilanjutkan
4.	Jaga kebersihan daerah genatal
Rasional : untuk mencegah lecet daerah anus dan sekitar
5.	 Observasi ketat intake output makanan dan minuman
Rasional : agar anak mendapat cariran dan mencegah dehidrasi
6.	Jaga kenyamanan anak
Rasional : agar anak dapat istirahat
Studi kasus
Sewaktu saudara berdinas di polindes datanglah seorang anak usia 3 tahun
di gendong ibunya dan mengeluh hari ini anak sudah BAB 4 kali, cair bau
agak anyir tanpa muntah. Nafsu makan baik dan anak masih beraktifitas
seperti biasa. Dari hasil pemeriksaan saudara turgor kulit baik, dan belum
ada tanda-tanda dehidrasi.saudara segera memberikan zink  dan vitamin
kalau perlu antibiotik , serta menjelaskan bahaya jika tidak segera di obati.
Saudara menjelaskan jika BAB tidak berkurang setelah minum obat sebai-
knya anak langsung di bawa ke puskesmas. Bagaimana apa saudara sudah
mempunyai gambaran pemberian asuhan kebidanan pada anak dengan
diarhe.
2.4 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  
Cacingan
Apakah cacingan itu?
Penyakit infeksi cacing tambang atau dalam bahasa ilmiah disebut ankilostomiasis adalah
sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing ankilostoma dan atau cacing necator
americanus.
Bagaimana siklus hidup ankilostomiasis pada manusia?
Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfekasi oleh cacing tersebut. dalam
tanah lembab cacing menetas 1-2 hari, pada tanah yang kering/kurang baik menetas dalam
3 minggu. Larva menembus kulit dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit kemudian
memasuki saluran getah bening dan pembuluh darah. Sampai ke paru pada hari ketiga
sejak menembus kuli.  Dari paru larva keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam alveolus,
bronkus atau trakea dan bersama air ludah tertelah ke dalam usus.
Bagaimanakah gejala klinisnya?
Tergantung banyaknya cacing yang terdapat dalam rongga usus.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
Bagaimana diagnosis dengan Pemeriksaan Laboratorium?
1.	 Pada pemeriksaan darah dijumpai adanya kekurangan atau defisiensi ferum (fe-zat
besi)
2.	 Pemeriksaan TIBC (total iron binding capacity) menurun
3.	 Ditemukan cacing pada tinja/feces
Bagaimanakah penatalaksanaan penderita cacingan?
Tergantung kepada keadaan penderita, umumnya dapat dibedakan 3 macam pengobatan
yaitu:
1.	 Pertama-tama adalah memperbaiki kondisi umum pasien dengan pola makan atau
diet tinggi protein
2.	Pada pasien dengan kondisi anemia berat, tindakan yang dilakukan adalah dengan
transfusi darah. Pada pasien dengan kondisi anemia ringan, dengan pemberian tablet
ferum
3.	 Pemberianobatcacingyangspesifikuntukcacingtambangyaitualkopar,tetrakloretilen,
oleum kenopati, pirantel pamoat atau jonit.
Tahukah saudara jenis cacing askariasis lumbricoides?
Cara infeksinya dengan menelan telur ascaris yang telah dibuahi bersama makanan yang
terkontaminasi. Lama siklus 60-75 hari.  
Bagaimana gejala klinisnya?
1. spoilative action : keadaan distropfi dengan mengambil sedikit karbohidrat, protein,
lemak tidak diambil juga darah tak diambl. Biasanya diarhe dan anoreksia
2. toksin : ada protein asing
3. alergi: dapat timbu asma
4. traumatik action: abses pada dinding perut
5. Erratic action: mual muntah, nyeri perut dan kolik
6. Irritative action: muntah berlebih anak menjadi dehidrasi dan asidosis bahkan malnutrisi
7. Komplikasi lain: masuk ke otak, nefritis.
Bagaimana diagnosanya?
1.	 Adanya telur cacing dalam tinja
2.	 Cacing keluar bersama muntahan
Nah cacing selanjutnya adalah aksiyuris (enterobiasis)
Penyebabnya cacing oxiyuris vermicularis (cacing kremi)
Carapenularannyadenganmakanteluryangdibuahimelaluijari,makananterkontaminasi,
inhalasi debu, kadang retroinfeksi.
Bagaimanakah gejala klinisnya:
Pruritis anis (gatal-gatal pada anus) pada waktu malam hari, anoreksia, badan jadi kurus,
tidur tidak nyenyak dan anak irritable. Pada wanita dapat terjadi pruritis vulva dan vagina.
Bagaimanakah diagnosanya:
Ditemukannya cacing atau telur dalam tinja atau swab dari daerah sekitar anus anak.
Untuk menegakkan diagnosis adanya infeksi cacing tambang/ankilostomiasis yaitu
dengan cara :
1.	 Penderita mengalami tanda-tanda anemia
2.	 Perut buncit (apabila cacing dalam jumlah banyak)
3.	 Penderita lemas dan malaise/malas
4.	 Penderita mengalami penurunan nafsu makan
5.	 Cacing keluar bersama faeses
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22Asuhan kebidanan anak dengan cacingan
A. Data subjektif
1.	 Identitas anak
Nama, usia, serta identitas orang tua dan alamat
2.	Keluhan utama
Biasanya malam hari anak sering terbangun karena gatal sekitar anus.
3.	 Riwayat kesehatan
    Mengetahui apakah anak pernah menderita sakit cacingan sebelumnya
4.	Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga juga ada yang pernah / sedang sakit cacingan
yang bisa sebagai vektor penyebab penularan
5.	 Riwayat aktifitas sehari-hari
•	Bagaimana pola makan: anak dengan cacingan kadang nafsu makan menurun karena
adanya mual dan muntah
•	Bagaimana pola aktifitas bermain dengan teman sebaya
•	Bagimana pola istirahat: sering mengalami gangguan tidur karena sering terbangun
gatal sekitar anus.
Balita
B. Data Objektif
1.	 Tanda-tanda vital:
•  Suhu: untuk mengetahui adanya infeksi/ dehidrasi
•  Respirasi : apakah ada gangguan
2.	 Berat badan: sering kali mengalami penurunan
3.	 Muka: apakah tampak pucat terkait dengan adanya anemi
4.	Mata:  apakah pucat terkait anemi
5.	 Leher: apakah ada pembesaran untuk mengetahui adanya infeksi yang menyertai
6.	Dada: apakah ada tarikan nafas untuk melihat adanya penyakit penyerta
7.	 Perut; apakah buncit tanda malnutrisi
8.	Anus: apakah ada/ tampak cacing
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
C. Analisa
Diagnosa ; anak dengan cacingan
Masalah: Gangguan tidur malam
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	 Jelaskan kondisi anak pada keluarga
Rasional : keluarga dapat mengerti kondisi anak dan juga akan memberikan asuhan
yang lebih baik untum membantu mempercepat kesembuhan
2.	Jelaskan kebersihan diri
Rasional : dengan kebersihan dapat mencegah penyakit berulang
3.	Jelaskan makanan dan minuman
Rasional: dengan makan makanan yang bersih dan mengandung gizi yang baik dapat
membantu penyembuhan
4.	Jelaskan kebutuhan kenyamanan saat tidur
Rasional: dengan tidur yang sepi, nyaman dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak
5.	 Jelaskan cara minum obat
Rasional : dengan minum obat teratur maka proses penyembuhan dapat lebih baik
Studi kasus
Ada seorang anak di bawa ibunya datang ke tempat saudar bekerja
mengelur setiap malam anak laki-lakinya yang berusia 4 tahun sering ba-
ngunmalam sambil mengaruk anusnya. Ibu selalu mengambil lampu so-
rot sambil membawa kain untuk membersikan anusnya. Ketika dilihat ada
sekelompik cacing putih kecil menempel disekitar anusnya. Kejadian su-
dah berlangsung sekitar 2 bulan. Hasil pemeriksaan saudar menemukan
satu ekor cacing putih kecil di sekitar anus. Saudara mengambil kesimpu-
lan anak terkena infeksi cacing kremi. Dan saudara segera memberikan
pengobatan dan menjelaskan kebersihan diri dan lingkungan.
Halo....apa kabar??? Sudahkah saudara istirahat sejenak untuk menyegarkan fisik dan
fikiran? Sekarang saudara akan belajar kegiatan selanjutnya dengan parotitis.
2.5. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan
kebidanan Parotitis
Apakah Parotitis itu?
Sebagian dari kita mungkin sudah tahu apa itu penyakit parotitis atau mumps atau yang
paling terkenal gondongan. Tapi tahukah saudara penyebab dari penyakit gondongan ini,
dan bagaimana cara mengobati gondongan dengan benar? Mari kita cari tahu mengenai
penyakit gondongan.
Tahukah saudara tentang penyakit parotitis/gondong?
Penyakit gondongan atau dalam bahasa medisnya parotitis atau mumps adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang sifatnya menular. Sesuai dengan naman-
ya parotitis dimana virus menyerang bagian kelenjar parotis (kelenjar ludah).
Virus apa sih yang menyebabkan gondongan? Jenis virus yang menyerang kelenjar parotis
atau penyebab gondongan adalah paramyxovirus. Biasanya tanda dan gejala terjadinya
penyakit gondongan sangat jelas dan mudah terbaca yaitu adanya pembengkakan dian-
tara leher dan rahang.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari parotitis?
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan
sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun
demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat
menjadisumberpenularanpenyakittersebut.Masatunas(masainkubasi)penyakitGondong
sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah
terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5
– 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian
belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakansalahsatusisikelenjar kemudiankedua kelenjar mengalamipembengkakan.
Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar
di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar
(testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit gondongan atau parotitis selain adanya
pembengkakan?
1.	Demam
2.	Menggigil
3.	Sakit kepala
4.	Tidak nafsu makan
5.	Nyeri pada rahang bagian belakang
6.	Nyeri saat mengunyah
7.	 Rahang terasa kaku
8.	Nyeri saat menelan
Bagaimana Penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan?
1.	 Kontak langsung
2.	 Percikan ludah (droplet)
3.	 Muntahan
4.	 Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%  penderita
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan
seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis
sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang
juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease.
Tahukah saudara klasifikasi Parotitis?
a.	 Parotitis Kambuhan
    Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi.
b.	Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan pembengkakan
pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada
penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan
anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
Bagaimana patofisiologi Parotitis?
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfek-
sinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1.	 Percikan ludah
2.	Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3.	Muntahan
4.	Urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terke-
na adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan
dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum
konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi prolif-
erasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke da-
lam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian
akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia,
sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembeng-
kakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang
spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler
dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi
dan nekrosis jaringan.
Tahukah saudara Komplikasi klinis parotitis?
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi
jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis.
Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, mio-
karditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat
menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal
tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.
Bagaimana pemeriksaan Diagnostik parotitis?
e.	 Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni
kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah ada-
lah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. 	Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan
parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase
normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
c. 	Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus  dilakukan dengan
biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan
dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fos-
fat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun
Tahukah saudara penatalaksanaan Parotitis?
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat sembuh atau hilang sendiri yang berlangsung
kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh
karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1.  Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
a. 	Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
b. 	Parasetamol  : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
c. 	Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan
Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak
yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga
sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.
2.  Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala
hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a.  Diet lunak, cair dan TKTP
b.  Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a.  Encephalitis
Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit
kepala.
b.  Orkhitis
•	 Istrahat yang cukup
•	 Pemberian analgetik
•	 Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari
c.  Pankreatitis dan ooporitis
Bagaimana pencegahan parotitis?
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi aktif. Dilakukan
denganmemberikanvaksinasidenganvirusparotitisepidemikayanghiduptapitelahdirubah
sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15
bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi
virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella.Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif
dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi
yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap
morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi:
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan
keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit;
sedang mendapat radiasi.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hanga. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin
lebih sesuai.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
Asuhan Kebidanan anak dengan parotitis
A. Data Subjektif
1.	 Identitas anak
•	 Nama agar membedakan dengan anak lain
•	 Usia agar menentukan pengobatan selanjutnya
•	 Alamat untuk memudahkan observasi
•	 Jenis kelamin sering mengenai anak lai-laki
2.	 Keluhan Utama  Pasien
Umumnya pada anak menderita parotitis, pasien mengeluhkan demam, nyeri di bawah
telinga, bengkak, dan sulit menelan
3.	 Riwayat Penyakit Sekarang pasien
Biasanya anak mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang
telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak
menyebar ke daerah pipi
4.	Riwayat Penyakit Dahulu:
•	 Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala    yang sama.
•	 Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi.
•	 Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)
5.	 Riwayat imunisasi
Menanyakan imunisasi apa yang pernah didapat agar tidak terjadi komplikasi selanjut-
nya.
6.	Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Apakah sesuai dengan tahap pertumbhan dan perkembangan sesuai dengan KMS anak
7.	 Riwayat  aktifitas sehari –hari
•	 Makan minum
Biasanya mengalami gangguan makan dan minum karena nyeri telan
•	 Istirahat
Sering terganggu dengan adanya nyeri di bawah telinga
•	 BAB / BAK
Umumnya sedikit mengalami gangguan
•	 Sosialisasi dengan keluarga dan teman
Anak-anak mengalami gangguan berinteraksi dengan karena rasa sakit
B. Data objektif/ Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Ukur Tanda-tanda Vital
Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Keadaran
b. Berat badan sering mengalami penurunan karena nyeri telan
2. Pemeriksaan Khusus
a. Mata cenderung sembab karena menangis
b. leher tampak dan teraba adanya pembengkaan
c. Dada normal
3. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
    Darah apakah terdapat virus yang menyebabkan parotitis
C. Analisa
Diagnosa:  Parotitis
Masalah: nafsu makan menurun
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
28D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	 Berikan penjelasan makanmakanan yang  lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil
tambahan yang tepat serta menghindari makanan asam
Rasional : agar anak semaksimal mungkin terpenuhi asupan makanan dan menghindari
rasa asam agar tidak menimbulkan rasa mual
2.	 Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnya
Rasional : untuk mendapat perawatan labih lanjut
3.	Ajarkan anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika
diperlukan
Rasional : agar keluarga mampu memberi perawatan sendiri
4.	Menyaran pasien beristirahat selama periode demam
Rasional : dengan intirahat maka anak akan lebih cepat pulih kesehatan
5.	 Beri kompres dingin pada daerah bengkak
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri
6.	Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik
Rasional :  untuk mengurangi terjadinya komplikasi
Studi Kasus
	 Saudara sedang dinas pagi di Puskesmas, datanglah seorang ibu di-
antar suaminya sambil mengendong anaknya yang berumur 4,5 tahun
mengelus leher sakit, bengkak sudah 2 hari yang lalu. Anak sekarang su-
lit makan dan minum karena nyeri saat menelan. Anak sulit tidur minta
gendong terus karena kepala sakit di buat miring. Kemudian apa tindakan
selanjutnya yang akan lakukan untuk membuat keputusan tentang pen-
yakit yang diderita anaik ini. Saudara segera melakukan penimbangan be-
rat badan dan pengukuran suhu tubuh, respirasi serta nadi dan tekanan
darah. Dalam periksa raba kelenjer di bawah telinga kanan dan kiri anak
mengalami pembengkaan. Saudara segera kolaborasi dengan dokter da-
lam pemberian antibiotik dan analgesik serta vitamin. Anjurkan keluarga
untuk memberi kompres dingin.
2.6. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  
Kejang
Apakah pengertian kejang?
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium. Kejang
pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada
anak dan orang dewasa.   Hal ini disebabkan karena ketidak matangan pada organisasi
korstek pada bayi baru lahir.
Apakah etiologi dari kejang?
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari
masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Ada banyakpenyebab
kejang pada neonatus:
1.	 Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang palingbsering. Timbul dalam
24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus
2.	Perdarahan otak sebagai akibat kekurangan oksigen atau trauma kepala
3.	 Gangguan metabolik seperti hipogikemi, hipoklasemia dan hiponatremia.
4.	Kelainan lain seperti ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resisten
terhadap antikonvulsan.
5.	 Infeksi sekunder akibat bakteri atau non bakteri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
Bagaimanakah penatalaksanaan kejang?
1.	 Atasi kejang
2.	Sebelum menhentikan kejang maka lakukan semua pakaian ketat buka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3.	 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4.	Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan okseigen
5.	 Segera kolaborasi dalam pemberian obat-obatan seperti IV diazepam dosis rata-rata
0,3 mg/kg BB atau diazepam rectal dosis BB kurang dari 10 kg, 5 mg.
6.	Jika tak ada diazepan beri febarbital
Penyebab Kejang anak
Tahukah saudara komplikasi kejang?
Demam kejang dapat menimbulkan :
1.	 Kejang ulang
2.	Kerusakan otak
3.	 Cedera (lidah tergigit)
4.	Dehidrasi
5.	Anoreksi
Apa tindakan saat terjadi kejang?
1.	 Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan
2.	Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
3.	 Singkirkanbenda-bendadisekitarklienlepaskanpakaianyangmengganggupernafasan
4.	Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
5.	Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
6.	Setelah klien sadar, diberi minum hangat
7.	 Hubungi dokter / konsul tim medis
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
30Asuhan kebidanan kejang
A. Data Subjektif
1.	 Identitas anak
Nama, usia, jenis kelamin serta nama orang tua dan alamat, untuk membedakan dengan
pasien lain
2.	Keluhan utama
Anak kejang setelah sakit demam atau panas
3.	 Riwayat kesehatan
    Bagaimana riwayat kesehatn sebelum kejang ini, apakah dulu pernah kejang dan apakah
sudah pernah diberi obat penurun panas
4.	Riwayat imunisasi
Bagaimana imunisasi apakah imunisasi dasar telah lengkap
5.	 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Apakah sesuai dengan KMS anak atau mengalami keterlambatan
6.	Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh dan bagaimana sosialisasi dengan teman sebaya
7.	 Riwayat aktifitas
Bagaimana nutrisinya apakah mengalami gangguan apa tidak?
     Bagaimana pola aktifitas/tidurnya
B. Data Objektif
1.	 Data Umum
    TTV, BB: apakah mengalami gangguan setelah terjadi kejang. Suhu tubuh biasanya diatas
380c
2.	Data khusus
a.  Mata: cekung atau kemerahan atau pucat
b.  Hidung: bagaimana pernafasannya
c.  Mulut : hati-hati lidah kalau terjadi kejang, usahakan jangan tergigit dan menekuk ke
belakang
d.  Leher: apakah ada pembengkaan pada kelenjar limfe sebagai tanda ada infeksi
e.  Dada: apakah ada tarikan interkostal
f.   Perut: apakah kekejangan pada perut
g.  Kaki : apakah terjadi kekejangan pada kaki dan warna kuku apakah pucat
3.	Pemeriksaan penunjang
    Darah: adakah kuman atau virus yang menjadi penyebab
C. Analisa:
Diagnosa: kejang pada anak
Masalah potensial: gangguan pernafasan, Lidah tergigit
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	 Beri penjelasan keadaan anak kepada orang tua
Rasional : agar orang tua mengerti kondisi anak sehingga saat di lakukan asuhan dapat
kooperatif
2.	 Cegah lidah tergigit dengan persiapan tong spatel yang telah dilapisi kain
Rasional ; agar tidak menimbulkan luka lidah dan mencegah lidah tertekuk ke dalam
yang bisa menghalangi pernafasan
3.	Posisikan anak nyaman
Rasional : agar anak beristirahat dengan tenang
4.	Beri penjelasan gizi
Rasional : agar anak mendapat gizi yang adekuat
5.	 Ajari kompres hangat di daerah leher, ubun-ubun dan selangkangan
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh
6.	Kolaborasi dengan dokter
Rasional: agar mendapat pengobatan antipiretik, anti kejang dan vitamin kalau perlu
antibiotik atau pemeriksaan laboratorium mencari penyebab
7.	 Beri penjelasan rujukan ke rumah sakit atau puskesmas
Rasional: agar orang tua dapat memahami jika sewaktu-waktu dilakukan rujukan untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut kalau perlu.
8.	Persiapan O2
Rasional : jika sewaktu kejang dan anak sesak langsung diberikan oksigen
Studi Kasus
Ada seorang anak usia 3 tahun mengalami kejang 2 kali di rumah serta batuk sudah
3 hari, dan sekarang dibawa ke tempat kerja saudara. Ibu juga mengatakan anak dulu
pernah sakit panas dan kejang satu tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan suhu 38,9 0c.
Pemeriksaan TTV lain dalam batas normal. Saudara segera memberikan antipiretik,
antikejang, vitamin dan antibiotik setelah saudara kolaborasi dengan dokter. Saudara
menjelaskan cara mengkompres air hangat, minum obat serta kapan harus kontrol lagi.
2.7. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan
pneumonia
Apakah saudara tahu tentang Pneumonia?
Pneumonia adalah radang parenhim paru. Banyak macam klasifikasi tentang pneumonia,
tetapi klasifikasi ini dianggap kurang memuaskan. Meskipun begitu klasifikasi masih
dianggap penting oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi atas dasar anatomi dan etiologi.
Menurut letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis
(bronchopneumonia) dan pneumonia inter stisialis.
Apakah yang menjadi penyebab Pneumonia ?
Berdasarkan etiologis pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia,
jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, sindrom loeffler. Secara klinis biasa, berbagai etiologi
ini sulit dibedakan. Untuk pengobatan tepat, pengetahuan tentang penyebab pneumonia
perlu sekali, sehingga pembagian etiologi lebih rasional daripada pembagian anatomis.
Bagaimana patofisiologi dari Pneumonia?
Dalam keadaan normal paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme. Infeki
paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme pertahanan terganggu dan organisme
secara ospirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering
terjadi. Pneumonia karena virus bisa menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu
enyakit virus seperti mobili atau varicella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia
tetapi juga merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus, sehingga merusak
clearance mukosilia. Bila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema
masuk kedalam alveoli, diikuti oleh lekusit dalam jumlah banyak. Kemudian makrofog akan
membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh pada segala atau
lobus yang sama, atau mungkin melalui cairan bronkial yang terinfeksi kebagian lain dari
paru. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro viscelaris.
Oleh karena jaringan paru mengalami konsolidasi, kapasitas vital dan comlience paru
menurun, dan aliran darah melalui darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau
/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch dan berakibat hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat  oleh karena satura oksigen yang menurun dan hypercapnea.
Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
32Apakah saudara tahu penggolongan Pneumonia berdasar MTBS?
Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana
berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosa medis dan bertujuan
untuk membantu petugas kesehatan yang berada dilapangan, menentukan tindakan yang
perlu diambil sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penanganan. Klasifikasi tersebut
adalah:
1.	 Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala
1)	Ada tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu
memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
2)	Terdapat tarikan dinding dada kedalam
3)	Terdapat stridor (suara nafas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi)
2.	 Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah
1)	 Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih
2)	Anak usia 12 bulan-5 tahun apabila frekuensi nafas 40 x/menit atau lebih.
3.	 Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit
sangat berat.
Pneumonia Pada Anak
Asuhan Anak dengan Pneumonia
A. Data Subjektif
1.	 Nama dan Usia. Penumonia sering terjadi pada bayi dan anak, terbanyak pada umur
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi kurang dari 2 bulan
2.	 Keluhan utama : sesak nafas
3.	 Riwayat penyakit
1)	 Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas termasuk rinitis dan batuk, suhu badan
lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak bisa dibedakan dengan
pneumonia bakteri dan mukuplasma.
2)	Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari
hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan adanya kesulitan pernafasan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
4.	Riwayat penyakit dahulu
1)	 anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas
2)	riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
5.	 Riwayat Imunisasi
Apakah lengkap imunisasinya
6.	Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
Apakah sesuai dengan KMS
7.	 Riwayat aktifitas sehari-hari
      1) Bagaimana nutrisinya: apakah ada perubahan
	 2) Bagaimana aktifitas: bermain
	 3) Bagaimana istirahatnya apakah ada gangguan
B. Data Objektif
1.	 Pemeriksaan fisik
1)	 Inspeksi. Perlu kita perhatikan adanya tachipnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral,
pernafasan cuping indung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi
produktif, nyeri dada pada waktu menarik nafas. Berdasarkan MTBS (2008), batasan
tachipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 x/menit atau lebih. Usia 12 bulan-5
bulan adalah 40 x/menit atau lebih. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada
kedalam saat fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam
akan tampak jelas.
2)	Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit. Nadi kemungkinan mengalami peningkatan
(tachicardia).
3)	Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit
4)	Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
kehidung/mulut bayi (MTBS, 208). Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Apabila dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada
sisi yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi,
bronkofomi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
2.	Data penunjang
1)	 Pemeriksaan laboratorium
a. leukosit 18.000 – 40.000/mm3
b.	hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
c.	 LED (laju endap darah) meningkat
2)	X – foto dada
Terdapat bercak-bercak infiltrat tersebar (bronko pneumonia), atau meliputi satu/
sebagian besar lobus/lobuler.
C. Analisa
Diagnosa: Pneumonia
Masalah: gangguan pernafasan
D. Planning/perencanaan/pelaksanaan
1.	 Jelaskan kondisi anak kepada orang tua
Rasional : agar orang tua mengetahui kondisi anaknya  dengan mudah dan kooperatif
saat perawatan di puskesmas / rumah sakit
2.	 Beri penjelasan kepada orang tua posisi anak
Rasional: agar anak dapat dengan mudah bernafas dan istirahat
3.	Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan pemeriksaan lab lanjutan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
34Rasional : agar anak mendapat asuhan dan pengobatan sesuai klasifikasi Pneumonia
dan dapat ditegakkan diagnosa selanjutnya
4.	Beri penjelasan tanda bahaya Pneumonia
Rasional : agar orang tua lebih memperhatikan dan mengerti tanda bahaya Pneumonia
seperti anak kebiruan atau muntah-muntah dan sesak berlebih
5.	 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makan/minum anak
Rasional : agar anak mendapat asupan gizi sesuai dengan kebutuhan saat sakit
7.	 Siapkan oksigen
Rasional : agar anak dapat diberikan oksigen sewaktu anak mengalami sesak
8.	Persiapan rujukan ke rumah sakit kalau ada indikasi rujukan.
Rasional : agar anak mendapat pengobatan lebih baik
Studi Kasus
Ada seorang anak usia 3 tahun di bawa ibunya mengeluh batuk-batuk sudah 4 hari,
sudah di beri obat yang ibu beli dari toko klontong, namun belum sembuh.dahulu anak
juga sering batuk pilike namun sembuh setelah berobat ke bidan. Anak juga kadang
panas pilek, terkadang batuk pada malam hari parah sampai muntah, nafsu makan
menurun, susu tidak mau dan anak selalu rewel. Hasil pemeriksaan saudara suhu 380c,
terdapat tarikan dada saat nafas. Respirasi 36 x/menit serta terlihat anak lemah. Badan
teraba hangat, teraba pembesaran kelenjar limfe. Saudara melakukan kolaborasi den-
gan dokter untuk melakukan rujukan ke rumah sakit dalam pemeriksaan lebih lanjut
untuk foto thorax. Saudara memberikan penjelasan pada ibu bahwa anak perlu dilaku-
kan rujukan untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
2.8. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan  
DHF
Apakah saudara tahu Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)?
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,
dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak,
serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Demam berdarah (DB) atau
demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Salah satu varian klinik
infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 2- 7 hari dan pada saat panas turun
disertai/disusul dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah virus dengue. Virus dengue ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang
berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih
dari 1000 m diatas permukaan air laut.
Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue?
Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD
akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar
biasa bagi penduduk disekitarnya.
Penyebab dan perantara penularan.
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami /
menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
1).	Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2).	Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit.
3).	Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut,
dubur dsb.
4).	Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Bagaimanakah patofisiologinya DHF?
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF hingga
kini belum diketahui secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary
Heterologous Infection Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis dari Halsteel
yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue
pertama kali mendapat infeksi berulang dengan type virus dengue yang berlainan.
Fenomena patofisiologis utama yang menentukan berat penyakit yang membedakan DHF
dari Dengue Klasik ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diastesis hemorrhagik. Pada
kasus berat renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan bahwa
renjatan terjadi akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang
rusak yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit.
Bukti dugaan ini adalah ditemukannya  cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu
rongga peritonium, pleura dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus
NYamuk Aedes Aegepty
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
36serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan.
Trombositopenihebat,gangguanfungsitrombositdankelainanfungsikoagulasimerupakan
penyebab utama perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler
dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masif akibat kelainan yang lebih kompleks
yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan oleh faktor DIC.
Patogenesis DHF berkaitan dengan sistem komplemen yaitu sistem dalam sirkulasi darah
yang terdiri dari 11 komponen protein, dengan bentuk tidak aktif dan labil terhadap panas.
Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi aktivasi komplemen dan akibat aktivasi komplemen,
maka dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a yang berdaya membebaskan histamin sebagai
mediator kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan berperan
dalam terjadinya renjatan. Seperti pada infeksi virus yang lain. Infeksi virus dengue juga
merupakan Self Limiting Infectious Disease yang akan berakhir sekitar 2 –7 hari.
Bagaimana manifestasinya klinis DHF?
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimptomatik, penyakit yang paling ringan (Mild Undifferentiated Febrile Illnes), Demam
Dengue (Dengue Fever), Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) sampai Sindrom Syok Dengue (SSD). Walaupun secara epidemiologis infeksi
ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi
ringan atau berat.
Bentuk ringan demam dengue menyerang segala golongan umur dan bermanivestasi lebih
berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan
disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal Sindrom
Trias Dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola
mata, punggung, dan sendi) dan timbul ruam makulo papular. Pasien penyakit demam
dengue biasanya sembuh tanpa gejala sisa.
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak, dapat
mencapai 40C atau lebih, yang terkadang disertai kejang demam, sakit kepala, anoreksia,
vomitting, epigastric discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut;
Perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif,
memar atau dapat juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-
hari pertama demam dan berlangsung selama 3–6 hari) pada extremitas, tubuh dan muka,
sampaiepistaksisdanperdarahangusi,sedangkanperdarahangastrointestinalmasivelebih
jarang terjadi dan biasanya dapat terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan dan
setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva
terkadang ditemukan, pada masa konvalesen seringkali ditemukan eritema pada telapak
tangan dan kaki;  Hepatomegali, pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit
dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali
ditemukan tanpa ikterus; Kegagalan peredaran darah (Circulatory Failure).
Tahukah saudara diagnosis  DHF menurut WHO?
Diagnosis DHF menurut patokan yang ditetapkan WHO (1997), yaitu
1.	 Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.
2.	 Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet positif dan bentuk
lain/perdarahan spontan (petechia, purpura, echimosis,  epistaksis,   perdarahan  gusi)
dan hematemesis melena.
3.	Pembesaran hati
4.	Syok, yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80
mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus    atau protozoa
seperti demam thypoid, campak, influenza, hepatitis,  demam chikungunya, leptospirosis
dan malaria. Adanya tombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan
DHF   dari penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah Sepsis, Meningitis, Meningocele,
Idiophatic Trombosytopenic Purpura (ITP), Leukimia, dan Anemia Aplastik.
Demam Chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya seluruh keluarga dengan gejala
demam mendadak , masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu diikuti
dengan ruam makulapopular, infeksi konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi.
Proporsi uji bendung positif, petekia, dan epistaksis hampir sama dengan DHF. Pada DC
tidak ditemukan perdarahan gastroinstestinal dan syok.
Pada hari-hari pertama ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang cepat menghilang
dan tidak di jumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan jumlah trombosit
pada DHF lebih cepat kembali. Perdarahan dapat juga terjadi pada Leukemia atau Anemia
Aplastik. Pada Leukimia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat
anemis. Pada Anemia Aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi
sekunder.   Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF atau
DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan
Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
daripada anak-anak.
Bagaimana Pengobatan DHF?
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Disarankan untuk menjaga
penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan,
penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi
dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet
menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji
kenyataannyadapatmengembalikancairanintravena.Meskipundemikiankombinasiantara
manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Bagaimanakah periode febris pada DHF terjadi?
Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris, dimana belum/tidak
dapat dibedakan apakah Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever, maka pengobatan
yang dapat diberikan adalah sbb :
1. Antipiretik
Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari.
Jangan memberikan aspirin dan brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis
dan atau perdarahan.
2. Antibiotika tidak diperlukan
Makan disesuaikan dengan kondisi napsu makannya. Apabila penderita ditetapkan rawat
jalan, maka kalau dalam perjalanan didapat keluhan dan tanda klinis seperti dibawah ini
dianjurkan untuk segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya.
Segera datang ke rumah sakit :
1).	 Nyeri abdomen
2).	 Tanda perdarahan dikulit, petekiae dan ekimosis
3).	 Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
4).	 Penderita tampak loyo dan pada perabaan terasa dingin
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
38
Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a.	Teknik
(a)	Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
(b)	Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
(c)	Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel tensimeter.
(d)	Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai
5 menit.
(e)	Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
(f)	Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak didaerah voles lengan bawah.
b. 	Kriteria :
( + ) bila jumlah petekil > 20
(+- )   bila jumlah petekil 10 - 20
( -  )   bila jumlah petekil 10
2. Perdarahan spontan
a.	 Petekil/ ekimosis
b.	Perdarahan gusi
c.	 Epistakeis
d.	Hematomesis/ melera
Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien
•  Ada kedaruratan:
• Syok
• Muntah terus menerus
• Kejang
• Kesadaran turun
• Muntah darah
• Berak hitam
Hematokrit cenderung meningkat setelah 2
kali pemeriksaan berturut-turut.
Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%)
•	 Tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik
•	 Nafsu makan membaik secara klinis
tampak perbaikan
•	 Hematokrit stabil
•	 Tiga hari setelah syok teratasi
•	 Trombosit > 50.000/uL
•	 Tidak dijumpai distres pernafasan
Penatalaksanaan penderita Demam Berdarah Dengue yang paling penting
adalah
•   Pemberian cairan intravena, sebatas cukup untuk mempertahankan  
sirkulasi yang efektif selama periode plasma leakage
•   Pengamatan yang ketat, teliti dan cermat secara periodik
Bagaimana pencegahan DHF?
Saudara...untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara yang
paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah
diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat-tempat berisi air bersih dengan
jarak terbang maximal 100 m. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat
berkembang biak lagi. Cara ini bisa dengan membakar sampah atau menimbun, menguras
tempat yang tergenang air, misal kamar mandi.
Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien
Sampai saat ini seringkali terjadi kontroversi dalam hal memulangkan pasien. Beberapa
pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat memulangkan penderita tetapi dokter
lainnya dianggap terlalun lama merawat penderita. Demuikian pula dalam indikasi rawat,
beberapa pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat mengadviskan dirawat
penderita tetapi dokter lainnya dianggap terlalu lama mengadviskan perawatan rumah
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
Asuhan pada Anak dengan DHF
A. Data Subjektif
1.	 Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak anak dengan usia kurang 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua.
2.	 Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit adalah
panas tinggi anak lemah.
3.	 Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demam kesadaran
kompos mentis. Panas menurun terjadi antara hari ke 3 dan ke 7, anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diarhe
/ konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),
melena atau hematemesis.
4.	Riwayat Penyakit yang pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita, pada Dengue Haemorrhagic Fever, anak bisa
mengalami serangan ulangan Dengue Haemorrhagic Fever dengan tipe virus yang lain.
5.	 Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasi dapat
dihindarkan.
6.	Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat
anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya menjadi kurang.
7.	 Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, dan lingkungan yang kurang
kebersihannya (air yang menggenang) gantungan baju di kamar.
8.	Pola Kebiasaan
1)	 Nutrisi dan metabolisme : frekwensi, jenis, pantangan, nafsu makan   berkurang, nafsu
makan menurun.
2)	Eliminasi  alvi (Buang air besar) kadang-kadang  anak mengalami   diarhe/       konstipasi.
DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3)	Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4)	Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang  tidur  karena  sakit/nyeri otot  dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahat kurang.
5)	Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
kurang terutama tempat sarangnya nyamuk aedes aegypt.
6)	Perilaku,  tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga   kesehatan.
B. Data Fisik
1.	 Tanda-tanda vital
a. 	Suhu mengalami peningkatan
b. 	Respirasi mengalami peningkatan
c. 	Tekanan darah mengalami penurunan
d. 	Denjut nadi mengalami peningkatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
402.	Pemeriksaan khusus
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujungrambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak  sbb :
1) Grade I  : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,  tanda  -  tanda  vital,  nadi
lemah. 	
2) Grade II;   kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, adanya   perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi, telinga, nadi lemah, kecil, tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil,  tidak
teratur, tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba tensi tidak terukur,
pernafasan tidak teratur, extrimitas dingin, berkeringat, dan kulit nampak biru.
3.	 Mata tampak berair, mata pada kunjungtiva tampak anemis
4.	Muka tampak kemerahan karena demam(flusy)
5.	 Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) grade II, III, IV.
6.	Bibir tampak kering dan didapatkan mukosa mulut kering, perdarahan gusi,
7.	 Leher teraba pembengkaan kelenjar limfe, Tenggorokan mengalami hyperemia pharing,
terjadi  perdarahan telinga (grade II, III, IV).
8.	Dada Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada thorax foto terdapat adanya caira  
yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales , Ronchi   biasanya pada
grade III, IV
9.	 Abdomen. Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), asites.
10.Extremitas. Akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang.
Pemeriksaan penunjang dengan Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1)  Hb dan PCV meningkat (> 20%).
2)  Trambositopenia (< 100.000 / ml).
3)  Leukopenia (mungkin normal atau Lekositosis).
4) Ig. D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponatremia
6)  Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7)  Asidosis metabolik :  pCO2 < 35 – 40 mmHg,  HCO3 Rendah.
8)  SGOT / SGPT mungkin meningkat.
C. Analisa
Diagnosa: DHF
Masalah yang dapat ditemukan pada anak dengan DHF antara lain :
•	 Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
•	 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan
D. Planning /perencanaan/pelaksanaan
Bila terdapat tanda-tanda DHF, segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan segera.
1.	 Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan menggunakan komunikasi
terapeutik.
Rasional:   Terciptanya hubungan yang baik dan terjalin kerjasama yang baik antara
keluarga pasien dengan tenaga kesehatan.
2.	 Jelaskan kondisi pasien terhadap keluarganya.
Rasional; Keluarga mengetahui kondisi anak pada saat ini.
3.	Konseling tentang kebutuhan gizi seimbang
Rasional:   Kebutuhan terpenuhi dan mempercepat pemulihan.
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik
Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik

Contenu connexe

Tendances

Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaanoovee
 
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptxssuserc493fe1
 
Siklus Hormonal (Askeb I)
Siklus Hormonal (Askeb I)Siklus Hormonal (Askeb I)
Siklus Hormonal (Askeb I)Nurul Wulandari
 
Fraktur humerus
Fraktur humerusFraktur humerus
Fraktur humerusMeri Fitri
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseaseSiti Afni Zulfah
 
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifas
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifasKebersihan diri ibu dan bayi masa nifas
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifasRifka Marwani
 
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kes
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kesprofessional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kes
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.KesPuskesmas palasa
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi pjj_kemenkes
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Yolly Finolla
 
Integrasi ims anc terpadu 1
Integrasi ims anc terpadu 1Integrasi ims anc terpadu 1
Integrasi ims anc terpadu 1Dokter Tekno
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibueka f
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsiaJoni Iswanto
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasSumiaty Syifah
 

Tendances (20)

Ppt bu ayu
Ppt bu ayuPpt bu ayu
Ppt bu ayu
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Hubungan antar manusia
Hubungan antar manusiaHubungan antar manusia
Hubungan antar manusia
 
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx
5. PENGANTAR PELATIHAN USG OBSTETRI DASAR TERBATAS VER4 - POKJA USG POGI.pptx
 
Siklus Hormonal (Askeb I)
Siklus Hormonal (Askeb I)Siklus Hormonal (Askeb I)
Siklus Hormonal (Askeb I)
 
Fraktur humerus
Fraktur humerusFraktur humerus
Fraktur humerus
 
Kunjungan ulang hamil
Kunjungan ulang hamilKunjungan ulang hamil
Kunjungan ulang hamil
 
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory diseasePenyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease
 
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifas
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifasKebersihan diri ibu dan bayi masa nifas
Kebersihan diri ibu dan bayi masa nifas
 
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kes
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kesprofessional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kes
professional self regulation of midwifery by Dr.emi nurjasmi, M.Kes
 
Distosia bahu
Distosia bahuDistosia bahu
Distosia bahu
 
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Elemen-elemen Pelayanan Kesehatan Reproduksi
 
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
Tindakan Invasif & Non Invasif (Digestive System)
 
Integrasi ims anc terpadu 1
Integrasi ims anc terpadu 1Integrasi ims anc terpadu 1
Integrasi ims anc terpadu 1
 
4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu4. asuhan sayang ibu
4. asuhan sayang ibu
 
Adaptasi post partum
Adaptasi post partumAdaptasi post partum
Adaptasi post partum
 
Malpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisiMalpresentasi dan malposisi
Malpresentasi dan malposisi
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
06 partograf
06 partograf06 partograf
06 partograf
 

En vedette

MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...Warnet Raha
 
Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1pjj_kemenkes
 
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...Warnet Raha
 
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanKokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanwidya lestari
 
237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7homeworkping3
 
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisEpiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisMuhammad Nasrullah
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalMJM Networks
 
Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikayu larissa
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimAchmad Wahid
 
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolahpjj_kemenkes
 
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"ChaCha Rosalena
 

En vedette (20)

Common cold
Common coldCommon cold
Common cold
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”H” DENGAN BAYI ...
 
Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1Pedoman Praktikum 1
Pedoman Praktikum 1
 
Sap sadari
Sap sadariSap sadari
Sap sadari
 
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDA...
 
Swamwdikasi ppt
Swamwdikasi pptSwamwdikasi ppt
Swamwdikasi ppt
 
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukanKokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
Kokeb mandiri,kolaborasi,rujukan
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7237321045 laporan-thalassemia-7
237321045 laporan-thalassemia-7
 
Askep thalasemia 1 AKPER PEMDA MUN
Askep thalasemia 1 AKPER PEMDA MUNAskep thalasemia 1 AKPER PEMDA MUN
Askep thalasemia 1 AKPER PEMDA MUN
 
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & TrakeitisEpiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
Epiglotitis, Faringitis, Laringitis & Trakeitis
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemiaAsuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
Asuhan keperawatan pada anak dengan thalasemia
 
Sle jadi
Sle jadiSle jadi
Sle jadi
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
 
Makalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrikMakalah tentang limbah pabrik
Makalah tentang limbah pabrik
 
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahimpermenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
permenkes no 34 th 2015 penanggulangan kanker payudara dan leher rahim
 
Contoh surat rujukan kebidanan
Contoh surat rujukan kebidananContoh surat rujukan kebidanan
Contoh surat rujukan kebidanan
 
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
10. praktik asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah
 
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"
SISTEM PERNAFASAN "LARINGITIS"
 

Similaire à Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik

Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasipjj_kemenkes
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalpjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukanKb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukanpjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakpjj_kemenkes
 

Similaire à Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik (20)

Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
 
Modul 6 kb 4
Modul 6    kb 4Modul 6    kb 4
Modul 6 kb 4
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Modul 6 kb 5
Modul 6   kb 5Modul 6   kb 5
Modul 6 kb 5
 
Modul 6 kb 3
Modul 6    kb 3Modul 6    kb 3
Modul 6 kb 3
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Modul 5 kb 2
Modul 5    kb 2Modul 5    kb 2
Modul 5 kb 2
 
Modul 7 kb 1
Modul 7    kb 1Modul 7    kb 1
Modul 7 kb 1
 
Modul 7 kb 5
Modul 7   kb 5Modul 7   kb 5
Modul 7 kb 5
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
 
Modul 7 kb 3
Modul 7   kb 3Modul 7   kb 3
Modul 7 kb 3
 
Modul 6 kb 6
Modul 6   kb 6Modul 6   kb 6
Modul 6 kb 6
 
Modul 5 kb 1
Modul 5    kb 1Modul 5    kb 1
Modul 5 kb 1
 
Modul 6 kb 2
Modul 6    kb 2Modul 6    kb 2
Modul 6 kb 2
 
Modul 7 kb 4
Modul 7   kb 4Modul 7   kb 4
Modul 7 kb 4
 
Kb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukanKb 1 konsep dasar rujukan
Kb 1 konsep dasar rujukan
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anak
 

Plus de pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

Plus de pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Dernier

Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxmarnitahm32
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.pptMUHAMMADHASINUDDIN
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfNurlianiNurliani4
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 

Dernier (13)

Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 

Kb 2 asuhan kebidanan dengan penyakit infeksi atau tropik

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH MODUL Asuhan Kebidanan Penyakit yang lazim terjadi pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Esyuananik Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 4 KEGIATAN BELAJAR 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI/TROPIK
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . • Atelektasis: keadaan paru yang tidak berkembang pada kelahiran atau mengempisnya paru • Bronkiolitis: radang pada bronkeolus • Bronkopneumoni: radang pada dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah percabangan • Coryza: batuk pilek • Cutis Ansarina : Kulit Angsa • Dehidrasi :Kekurangan Cairan • Diatetik : Pemberian Makanan • Echimosis: perdarahan, perubahan warna kulit karena perdarahan • Emfisema : akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan. • Encefalitis: radang otak • Epistaksis: perdarahan lewat hidung/ mimisen • Eritema:warna merah pada kulit akibat vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) • Gravis: keadaan kekurangan sel darah merah • Haemaptoe: batuk darah • Hipersalivasi : Air Ludah Berlebihan • Hipoglikemia :Penurunan Kadar Gula Darah • Hipoksemia: kekurangan • Hipotensi: darah rendah • Invitro/Invivo: dalam sel • Jasad Renik: kuman yang masuk dalam tubuh • Kor Pulmonale : suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya. • Lakrimasi: cucuran air mata • Laringitis : infeksi pada laring • Leukopenia: jumlah leukosit yang kurang dalam darah • Limfositosis : jumlah limfosit yang bertambah dalam darah yang beredar • Makrofag: fagosit mononuklear yang terdapat dalam darah dan jaringan • Meningitis: radang selaput otak • Miosis: kontraksi pupil • Mukopurulen: cairan kental yang terdiri dari lendir dan nanah • Nekrosis: kematian jaringna akibat kerusakan sel • Pain :Nyeri • Pallor : Muka Pucat: • Paralysis :Kelumpuhan Otot • Paresthesia : Mati Rasa • Petechia:bintik merah akibat perdarahan intradermal/submukosa • Pleuritis: infeksi pada pleura • Pneumonia / Bronkopneumoni • Polisitemia: jumlah eritrocit yang meningkat
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2• Post-Mortem :Data Fisik Setelah Meninggal. • Pulselesness: Denyutan • Purpura: perdarahan multiple dalam kulit atau selaput lendir • Purulen: bernanah • Universal precaution: upaya pencegahan • Radiasi: pancaran • Rehidrasi: pengembalian cairan tubuh • Renjatan : kejang • Saliva: air liur • Secret: cairan • Spondilitis: radang ruas tulang belakang • Spora: sel reproduktif sporazoa atau tumbuhan kriptogam • Stridor: dengkur, nafas yang berbunyi • Taktil Fremitus: fibrasi ringan dinding dada selama bersuara dengan rabaan • Tripod Sign: Terlihat Kekakuan Otot Spinal • Trismus : Kesukaran Membuka Mulut • Wheezing: bunyi terdengar pada ekspirasi • Whoop :Batuk Yang Bunyinya Nyaring
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bagaimana kabar saudara hari ini? Semoga sehat selalu sehingga dapat mempelajari kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan belajar ini ini memberikan kemampuan pada saudara untuk memberikan asuhan pada neonatus, bayi balita dan anak pra sekolah yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Kegiatan belajar ini menjelaskan tentang asuhan kebidanan pada penatalaksanaan penyakit yang lazim dan dapat dicegah dengan imunisasi pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Modul ini dikemas dalam lima kegiatan belajar dan seluruh kegiatan diberi alokasi waktu 12 x 60 menit, kegiatan belajar tersebut meliputi: Kegiatan Belajar 1 : asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Kegiatan Belajar 2 : asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah dengan penyakit infeksi/tropik Kegiatan Belajar 3 : asuhan kebidanan pertolongan pertama kecelakaan pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah Setelahmempelajarimodulinisaudara akan dapat: 1) Menjelaskan tentang asuhan kebidanan pada neonatus, bayi balita dan Neonatal
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 anak pra sekolah dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, 2) Memahami tentang asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita anak pra sekolah dengan penyakit infeksi/tropik dan 3) memahami tentang pertolongan pertama kecelakaan pada neonatus, bayi dan balita dan anak pra sekolah Pemahaman tentang yang baik akan sangat mendukung saudara dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak. Karena anak mempunyai ciri-ciri tersendiri pada setiap tahap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul, maka akan mampu mendasari mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar. Kegiatan belajar ini berkaitan dengan mata kuliah askeb ibu 1, askeb ibu II, askeb ibu III, KDK I dan II, askeb kegawatdaruratan maternal neonatal, praktek kebidanan serta mutu layanan kebidanan. Saudara, di dalam proses pembelajaran untuk materi asuhan kebidanan neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah yang sedang saudara ikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih baik dan lancar bila anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1) Pahamibetultentangberbagaikegiatanpenting mulaidarikegiatanbelajarsebelumnya 2) Lakukan kajian terhadap penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara 3) Pelajari terlebih dahulu kegiatan belajar 1 dan lakukan latihan dalam pengamatan pada penatalaksanaan penyakit yang lazim timbul pada neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah yang ada disekitar tempat tinggal saudara. 4) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mata kuliah ini sangat tergantung kepada kesungguhan saudara dalam mengerjakan latihan dan tugas-tugas yang diberikan dalam setiap kegiatan belajar. Untuk itu berlatihlah secara mandiri dan kelompok dengan teman anda. 5) Bila saudara menghadapi kesulitan, silakan hubungi fasilitator yang mengajar mata kuliah ini. Baiklah bagi semua mahasiwa selamat belajar semoga anda sukses dalam memahami matakuliah ini sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dengan hasil yang maksimal.
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 Setelah mempelajari modul 9 KB II saudara diharapkan setelah mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan anak Pra Sekolah dengan penyakit infeksi/tropik. Kegiatan Belajar 2 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah Dengan Penyakit Infeksi/Tropik Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Common Cold, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Bronkitis • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan dengan Diarhe, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Cacingan, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Parotitis, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Kejang, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan pneumonia, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan DHF, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan demam thypoid • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Meningitis, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Leukemia, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan thalassemia, • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan AIDS • Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Varicella Setelah menempuh kegiatan belajar ini diharapkan saudara mampu : • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Common Cold, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Bronkitis • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Diarhe, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Cacingan, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Parotitis, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan pada Kejang, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan pneumonia, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan DHF, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan demam thypoid • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Meningitis, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Leukemia, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan thalassemia, • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan AIDS • Menjelaskan definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan dengan Varicella Pokok-pokok Materi
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 Tahukah saudara tentang Common Cold? Common Cold adalah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering. Dijumpai pada bayi dan anak. Dibedakan istilah nasofaring akut untuk anak dan common cold untuk orang dewasa oleh karena manifestasi klinis penyakit ini pada orang dewasa dan anak berlainan. Pada anak infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah disamping nasofaring, disertai demam yang tinggi. Pada orang dewasa infeksi mencakup daerah terbatas dan biasanya tidak disertai demam yang tinggi. Apa etiologi / penyebab dari Common Cold? Saudara....penyakit ini di sebab oleh virus. Masa menular penyakit ini beberapa jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah hilangnya gejala. Komplikasi timbul akibat infasi bakteri pathogen biasanya pneumococcus, Streptococcus, dan pada anak kecil H. influenza dan Staphylococcus. Masa tunas atau masa masuknya virus sampai tanda penyakit muncul sekitar 1-2 hari tergantung dari daya tahan tubuh setiap individu. Apakah yang menjadi faktor predisposisi Common Cold? Selain oleh virus yang menjadi penyebab utama, common cold juga dapat timbul karena kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan. Walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini sering diderita pada waktu pergantian musim. Bagaimanakah patologi anatomi Common Cold? Submukosa hidung edematous disertai faso dilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltasi leukosit mula-mula sel mononukleus, kemudian poliformononukleus. Sel epitel supevisial banyak yang lepas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelah lewat stadium akut. 2.1 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Common Cold, Common COld
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 Bagaimanakah gejala klinis Common Cold? Berupa gejala nasofaringitis, batuk sedikit dan kadang-kadang bersin. Dari hidung keluar sekret cair dan jernih yang dapat kental purulen bila terjadi infeksi sekunder oleh coccus. Secret ini sangat merangsang anak kecil. Sumbatan hidung (kongesti) menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang- kadang didapat rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Sumbatan hidung atau kongesti disertai selaput lender tenggorokan yang kering menambah rasa nyeri. Apakah komplikasi Common Cold? 1. Sinusitis paranasal Gejala umum lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Proses sinusitis sering menjadi kronis dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi pada anak besar. Kadang-kadang disertaidengansumbatanhidungdannyerikepalayanghilangtimbul,bersinyangterus- menerus disertai skret purulen dapat unilateral maupun bilateral. Komplikasi sinus harus dipikirkan apabila di dapat pernapasan melalui mulut menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang tetap. Pengobatan dengan antibiotika. 2. Dapat terjadi penutupan tuba Eustachii dengan gejala tuli atau infeksi menembus lansung kedaerah telingah tengah yang menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badab yang mendadak tinggi (hiperpireksia), kadang-kadang menyebabkan demam dan disertai gejala muntah dan diarhe. 3. Penyebaran infeksi nasofaring kebawah dapat menyebabkan saluran nafas bagian bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronchitis dan broncopneumonia. Bagaimanakah pengobatan Common Cold? Hanya sistomatik, yaitu diberikan ekspetoran untuk mengatasi batuk . Sedativum untuk menenangkan dan antipiretikum untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisis bayi dalam “prone position”. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontra indikasi pemberian antitusif (misalnya codein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi penumpukan secret sehingga dapat terjadi bronkoopneu Asuhan Kebidanan Common Cold A. Data Subjektif 1. Identitas anak dan orang tua agar dapat dibedakan dengan anak lain. 2. Keluhan utama Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal 3. Riwayat peyakit dahulu Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya. 4. Riwayat keluarga Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami pasien 5. Riwayat perkembangan anak dengan alat KMS anak. 6. Riwayat Imunisasi Apakah anak pernah mendapat imunisasi tambahan selain imunisasi dasar Misal Hib. 7. Riwayat aktifitas sehari-hari • Sebelum dan selama sakit terkait dengan perubahan sosial anak dengan lingkungan.
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 B. Data Objektif 1. Tanda-tanda vital: 1). Nadi, tekanan darah, respirasi sebagian besar mengalami perubahan / terganggu karena adanya sekret dalam hidung serta bersin berulang. 2). Berat badan: biasanya menurun karena nafsu makan berkurang 3). Mata: tampak normal 4). Hidung : permukaan hidung terdapat sekret mukoid, dan pada palpasi ada nyeri karena adanya inflamasi 5). Leher: tampak normal 6). Dada: pernafasan kadang mengalami gangguan karena adanya sekret pada hidung. 7). Perut : tampak normal 2. Pemeriksaan penunjang : sesuai dengan indikasi - Pemeriksaan nasoendoskopi - Pemeriksaan sitologi hidung - Hitung eosinofil pada darah tepi - Uji kulit allergen penyebab C. Analisa Diagnosa: Common Cold Masalah: nafsu makan berkurang D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1). Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien : Rasional: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan dengan cara temani klien, dan perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien ) 2). Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti. Rasional : meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif 3). Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : suara keras Rasional: Dengan menghilangkan stimulus yang berlebih akan meningkatkan ketenangan klien dengan cara tempatkan diruangan yang lebih tenang serta batasi kontak dengan orang lain / klien lain yang kemungkinan mengalami sakit yang sama 4). Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Mengetahui perkembangan anak secara dini. 5). Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi Rasional : Untuk mencegah komplikasi lanjut 6). Beri penjelasan gizi Rasional : Dengan gizi cukup kesembuhan anak dapat segera teratasi. • Bagaimanakah pola makan minum apakah ada perubahan? • Bagaimanakah pola BAB dan BAK apa ada perubahan?
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Studi Kasus Ditempat saudara bekerja misal polindes, datanglah seorang ibu sambil membawa bayinya yang berusia 9 bulan mengeluh, bayinya sejak kamarin rewel dan menangis, menyusu juga males serta keluar cairan dari hidung. Badan agak panas serta selama ini diberi obat tradisional daun daunan ditempel di keningnya. Saudara segera memeriksa dada dan suhu tubuh serta pernafasan bayi. Saudara segera mengambil kesimpulan bahwa bayi menderta common cold atau flu. Apa yang bisa saudara berikan asu- hannya? 2.2 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Bronkitis Apa saudara tahu tentang bronkitis? Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran pernafasan (bronkhus). Bronkitis berarti infeksi pada broncus, yakni adanya inflamasi lapisan mukosa jalan nafas trakea bronchial yang secara terus-menerus memproduksi mucus yang berlebihan, juga peningkatan progresif pada batuk produktif dan dispnea. Apa etiologi Bronkitis? Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi timbulnya bronchitis : a. Rokok Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkotriksi akut. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. b. Infeksi Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. c. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai factor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid,ozon. d. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. e. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk. Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh, yaitu: Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia.
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10Bagaimana gejala klinis dari Bronkitis? Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronchitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya, dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan . Bronchitis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala sebagai berikut: 1. Batuk Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat. 2. Haemaptoe Hemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah ( pecah ) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah berasal dari peredaran darah sistemik) Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala satu-satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru, drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada tuberculosis paru, bronchitis ( sekunder ) ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe. 3. Sesak nafas ( dispnue ) Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya. 4. Demam berulang Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga sering timbul demam (demam berulang) Kelainan fisik apa yang ada pada Bronkitis? Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh, manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih lanjut dapat ditemukan tanda- tanda korpulmonal kronik maupun payah jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang terkena dan keadaannya menetap dari waku kewaktu atau ronci basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul lagi diwaktu yang lain. Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut: terjadi retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 Bagaimana patofisiologi Bronkitis? Bronkhitis terjadi karena adanya penebalan dan kekauan mukosa bronkhus akibat dari vasodilatasi bendungan dan edema, sehingga area mukosa dapat terinfiltrasi dengan leukosit, makrofag dan leukosit poti morfonuklean yang mengakibatkan sekresi yang berlebihanditambahpenyempitanjalannafasyangmenyebabkanobstruksipertamapada ekspirasi maksimal dan selanjutnya aliran udara inspirasi maksimal yang mengakibatkan terjadinya sesak. Tahukah saudara klasifikasi Bronkitis? Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni: 1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan. 2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan). 3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun miokardia. Bagaimana mendiagnosa Bronkitis? Tes diagnostik yang dilakukan pada klien bronkhitis kronik adalah meliputi rontgen Penyebab Bronkitis
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 thoraks, analisa sputum, tes fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas darah arteri. 1. Pemeriksaan radiologis Pemeriksaanfotothoraksposterior-anteriordilakukanuntukmenilaiderajatprogresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun. 2. Pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru Apa saudara tahu penatalaksanaan Bronkitis? a. Batuk Efektif dan Napas Dalam Batuk efektif adalah tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekret. Tujuan napas dalam dan batuk adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Pasien diberi posisi duduk tegak pada tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Pasien dianjurkan untuk mengambil napas dalam dan perlahan. Bila sekret terauskultasi, kemudian batuk dimulai pada inspirasi maksimum. b. Fisioterapi Dada Fisioterapi dada terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi dada. Biasanya ketiga metode digunakan pada posisi drainase paru yang berbeda diikuti dengan napas dalam dan batuk. c. Terapi Aerosol Bronkodilator Tujuan terapi ini adalah untuk merelaksasi jalan napas, mobilisasi sekresi, dan menrunkan edema mukosa, sehingga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru, ventilasi alveolar diperbaiki. d. Pelembaban Inhalasi Tujuan utama pelembaban inhalasi adalah hidrasi terhadap mekanisme bersihan mukosilia normal dan mengenceran sekret. Aspek paling penting terapi pelembaban inhalasi adalah napas dalam aktif oleh pasien, diikuti oleh tahanan napas untuk memungkinkan pelepasan vertikal aerosol dan kemudian melakukan ekhalasi penuh dengan perlahan. e. Pernapasan Tekanan Positif Intermitten (PTPI) PTPI digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dan ekspansi paru. Pola ventilasi yang adekuat selama tindakan PTPI terdiri dari inspirasi dalam ditujukan kepada peningkatan volume tidal normal sebanyak 2-3 kali. Pasien kemudian diinstruksikan untuk menahan napas untuk memberikan kedalaman dan pelepasan lebih besar pada obat aerosol, air dan garam faal. f. Obat-obatan Obat-obatan yang sering digunakan diantaranya: bronkodilator, steroid, kromolin Sodium, antikolinergik. g. Terapi Oksigen Terapi oksigen disesuaikan dengan persen konsentrasi pada udara dihisap. Tujuan terapi ini untuk meningkatkan PaO2, dengan selanjutnya menurunkan vasokonstriksi, hipoksia, pada vaskuler paru dan tekanan arteri paru, diharapkan perbaikan pada fungsi ventrikel kanan dan pengiriman O2 ke jaringan. h. Antibiotik Antibiotik biasanya digunakan untuk sputum yang purulen akibat mikroba yang telah teridentifikasi.
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 Apa komplikasi Bronkitis? Komplikasi bronchitis dapat berupa terjadinya korpulmonale, gagal jantung kanan dan gagal pernapasan. Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah: 1. Emfisema Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh bagian dari asinus alveoli yangdisertai dengan kerusakan dari sel pernapasan. 2. Kor pulmonale Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel kanan yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur paru atau keduannya. 3. Polisitemia Adanya batuk, sputum, dan tanda-tanda hipoksemia pada blublotter. Eksaserbasi akut disebabkan oleh infeksi, pada auskultasi terdapat ronki basah, baik pada ekspirasi maupun inspirasi. Sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda utama dari bronkhitis. Bila sudah terdapat komplikasi kor pulmonale, maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk Asuhan Kebidanan dengan Broncitis A. Data Subjektif 1. Identitas Nama ,umur , pendidikan , suku bangsa , pekerjaan , penanggung jawab, agama , status kawin , alamat , no medical record , ruang rawat , tanggal masuk , diagnose medic , yang mengirim/merujuk , tinggi badan/berat badan , sumber informasi . 2. Keluhan utama: Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi, wheizing pada saat ekspirasi, sering mengalami infeksi pada system respirasi dan sesak nafas . 3. Riwayat kesehatan dahulu: Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok. 4. Riwayat kesehatan keluarga: Penelitian terahir didapatkan bahwa anak dari orang tua perokok dapat menderita penyakit pernafasan lebih sering dan lebih berat serta prefalensi terhadap gangguan pernapasan lebih tinggi. Selain itu,klien yang tidak merokok tetapi tinggal dengan perokok(perokok pasif) mengalami peningkatan kadar karbon monoksida darah. Dari keterangan tersebut untuk penyakit familial dalam hal ini bronchitis mungkin berkaitan dengan polusi udara rumah,dan bukan penyakit yang diturunkan. 5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan dengan KMS 6. Riwayat aktifitas sehari-hari termasuk diasuh siapa, makan, tidur sosialisasi dengan teman. B. Data objektif Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum : lemah, sianosis, Kesadaran : composmentis . Sistem Kardiovaskuler : Irama jantung, nyeri dada, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia berat, Distensi vena leher, Bunyi jantung redup. 2. Inspeksi Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong. Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah.
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 3. Palpasi Taktil fremitus biasanya normal. 4. Perkusi Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada seluruh lapang paru. 5. Auskultasi Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses, maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah. C. Analisa Diagnosa Broncitis Masalah: Gangguan pernafasan karena dahak D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan bronkospasme Rasional. Jalan nafas bebas sehingga pemenuhan O2 terpenuhi. 2. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernapasan. Rasional: memantau adanya perubahan pola napas 3. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi (semi fowler) Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh 4. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri 5. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam Rasional : mencegah adanya dehidrasi 6. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi. Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa. 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien Studi kasus Pada suatu hari di Puskesmas saudara datanglah seorang ibu membawa anaknya untuk berobat, dengan keluhan batuk berdahak sudah 4 hari, kadang terdengar suara seperti mengi pada saat malam hari. Sebelum ba- tuk 2 hari didahului demam ringan. Anak mengatakan nyeri telan dan nafsu makan menurun. Batuk ini seringkali kambuh hampir tiap 2 bulan sekali dan jika berobat sembuh. Dari anamnesa ayahnya ternyat perokok kretek berat. Hasil pemeriksaan suhu 37,50c, terlihat ada tarikan nafas dan batuk berdahak. Saudara berkolaborasi dengan dokter dalam hal terapi. Saudara juga menjelaskan bahaya merokok, nutrisi anak harus lebih baik serta ka- pan harus kontrol ulang. Bagaimana saudara setelah mempelajari materi bronkitis ini? Apa semakin tertarik materi selanjutnya. Baiklah selanjutnya saudara akan belajar tentang diarhe.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Halo......apakah saudara tahu tentang diarhe? Diarhe adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diarhe adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diarhe terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diarhe akut dan kronis. Apa yang menjadi penyebab dari diarhe? 1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans). 2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak). 3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein. 4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang. 5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas Ada berapa macam diarhe? 1. Diarhe Akut Diarhe akut adalah diarhe yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat menjadi berat. Penyebabnya sebagai berikut : a. Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung b. Jasad renik yang berkembang pesat didalam usus halus c. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri d. Kelebihan cairan usus akibat racun 2. Diarhe Kronis / Menahun / Persisten Pada diarhe kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang menimbulkannya terutama jika sering berulang pada anak. Diarhe kronis / diarhe yang menetap akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena : a. Gangguan bakteri jamur dan parasit b. Malarbsorbsi kalori dan lemak c. Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut. Bagaimanakah diarhe itu dapat terjadi pada anak? Saudara sekarang akan belajar mekanisme dasar menyebabkan timbulnya diarhe: 1. Gangguan Osmotic Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diarhe. 2. Gangguan Sekresi Akibatrangsangantertentu(misalnyatoksin)padadindingususakanterjadipeningkatan reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diarhe karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan Motilitas Usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diarhe. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan 2.3 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Diarhe
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diarhe juga. 4. Patogenesis Diarhe Kronis Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri, parasit, malarbsorbsi, malnutrisi, dll. Tahukah saudara patofisiologi diarhe? Sebagai akibat diarhe, baik akut maupun kronik akan terjadi : a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan asam basa (Asidosis Metabolic, Hipoglikemia) b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukkan kurang, pengeluaran bertambah) c. Hipoglikemia d. Gangguan sirkulasi darah Bagaimana gejala / Gambaran Klinis diarhe? a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat b. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu d. Anus lecet e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang f. Muntah sebelum dan sesudah diarhe g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) h. Dehidrasi (kekurangan cairan) Apa saja Komplikasi diarhe? a. Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat) Renjatan hipovolemik b. Hipokalemia (dengan gejala meterosinus, hipotoni otot, lemak gradiksida, perubahan elektrokardiogram) c. Hipoglikemia Intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus defisiensi enzim laktosa d. Kejang Bagimana penatalaksanaan/penanganan diarhe? Saudarasekalinprinsiputamanyadalammenanganidiarheadalahrehidrasi/mengembalikan cairan tubuh yang keluar. Prinsif perawatan diarhe adalah: a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat ) b. Diatetik (pemberian makanan) c. Obat – obatan Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diarhe pada balita adalah LINTAS DIARHE (Lima Langkah Tuntaskan Diarhe), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diarhe tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diarhe dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diarhe juga menjadi cara untuk mengobati diarhe. Adapun program LINTAS DIARHE yaitu: 1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diarhe untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi.
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 a. Diarhe tanpa dehidrasi • Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret • Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret • Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret b. Diarhe dengan dehidrasi ringan sedang Dosisoralityangdiberikandalam3jampertama75ml/kgbbdanselanjutnyaditeruskan dengan pemberian oralit seperti diarhe tanpa dehidrasi. c. Diarhe dengan dehidrasi berat Penderita diarhe yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus. Kebutuhan oralit per kelompok umur Umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang di sediakan dirumah < 12 bulan 50-100 ml 400 ml/ hari (2 bungkus) 4 Tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4 bungkus) >5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5bungkus) Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari Sumber: Depkes RI 2011 Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diarhe berhenti 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diarhe dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diarhe. Pemberian Zinc selama diarhe terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diarhe, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diarhe pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diarhe harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diarhe. Dosis pemberian Zinc pada balita: • Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari • Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari. 3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan Pemberian makanan selama diarhe bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diarhe
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan. 4. Antibiotik Selektif Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diarhe pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diarhe dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan anti diarhe juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diarhe karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diarhe disebabkan oleh parasit (amuba, giardia). 5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang: a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : • Diarhe lebih sering • Muntah berulang • Sangat haus • Makan/minum sedikit • Timbul demam • Tinja berdarah • Tidak membaik dalam 3 hari. Asuhan Kebidanan dengan Diarhe A. Data Subjektif 1. Identitas Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diarhe terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya . 2. Keluhan Utama BAB lebih dari 3 kali atau lebih dengan konsitensi cair 3. Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diarhe akut), lebih dari 7 hari ( diarhe berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diarhe kronis). 4. Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diarhe sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, campak. 5. Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 19 6. Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diarhe. 7. Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal. 8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan a. Pertumbuhan • Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun. • Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya. • Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah • Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring. b. Perkembangan • Apakah sesuai dengan perkembangan yang ada di KMS 9. Riwayat aktifitas sehari-hari a. Pola makan dan minum menjadi hal penting agar anak tidak mengalami dehidrasi b. Pola BAB/BAK menjadi lebih sering perlu diobservasi ketat c. Pola sosialisasi dengan keluarga dan lingkungan B. Data Objektif / Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda vital Suhu hal penting di observasi terkait peningkatan suhu tubuh karena dehidrasi serta nadi dan respirasi 2. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. 3. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, 4. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih 5. Mata : cekung, kering, sangat cekung 6. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum 7. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) 8. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diarhe sedang . 9. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun >, suhu meningkat > 3750 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok) kemerahan pada daerah perianal. (tergantung derajat dehidrasi) 10.Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. 11.Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium : (1) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida (2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi (3) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 20menurun ) (4) Faal ginjal : UC meningkat (GGA) 2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni C. Analisa Diagnosis: diarhe akut/kronis Masalah : Kekurangan cairan Malas menyusu/makan D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Jelaskan kondisi anak yang mengalami diarhe pada keluarga Rasional: agar keluarga mengerti tentang keadaan anaknya dan lbih kooperatif kepada petugas keshatan 2. Jelaskan anak perlu dilakukan rujukan ke fasiltas lebih lengkap puskesmas/rumah sakit Rasional : Rasional; agar anak mendapat penanganan yang lebih adekuat 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus, obat, nutrisi Rasional: agar anak mendapatkan pengobatan yang baik, mencegah dehidrasi mendapat infus RL, diit lunak serta menyusui dilanjutkan 4. Jaga kebersihan daerah genatal Rasional : untuk mencegah lecet daerah anus dan sekitar 5. Observasi ketat intake output makanan dan minuman Rasional : agar anak mendapat cariran dan mencegah dehidrasi 6. Jaga kenyamanan anak Rasional : agar anak dapat istirahat Studi kasus Sewaktu saudara berdinas di polindes datanglah seorang anak usia 3 tahun di gendong ibunya dan mengeluh hari ini anak sudah BAB 4 kali, cair bau agak anyir tanpa muntah. Nafsu makan baik dan anak masih beraktifitas seperti biasa. Dari hasil pemeriksaan saudara turgor kulit baik, dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.saudara segera memberikan zink dan vitamin kalau perlu antibiotik , serta menjelaskan bahaya jika tidak segera di obati. Saudara menjelaskan jika BAB tidak berkurang setelah minum obat sebai- knya anak langsung di bawa ke puskesmas. Bagaimana apa saudara sudah mempunyai gambaran pemberian asuhan kebidanan pada anak dengan diarhe. 2.4 Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Cacingan Apakah cacingan itu? Penyakit infeksi cacing tambang atau dalam bahasa ilmiah disebut ankilostomiasis adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing ankilostoma dan atau cacing necator americanus. Bagaimana siklus hidup ankilostomiasis pada manusia? Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfekasi oleh cacing tersebut. dalam tanah lembab cacing menetas 1-2 hari, pada tanah yang kering/kurang baik menetas dalam 3 minggu. Larva menembus kulit dan masuk ke dalam jaringan di bawah kulit kemudian memasuki saluran getah bening dan pembuluh darah. Sampai ke paru pada hari ketiga sejak menembus kuli. Dari paru larva keluar dari pembuluh darah masuk ke dalam alveolus, bronkus atau trakea dan bersama air ludah tertelah ke dalam usus. Bagaimanakah gejala klinisnya? Tergantung banyaknya cacing yang terdapat dalam rongga usus.
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 21 Bagaimana diagnosis dengan Pemeriksaan Laboratorium? 1. Pada pemeriksaan darah dijumpai adanya kekurangan atau defisiensi ferum (fe-zat besi) 2. Pemeriksaan TIBC (total iron binding capacity) menurun 3. Ditemukan cacing pada tinja/feces Bagaimanakah penatalaksanaan penderita cacingan? Tergantung kepada keadaan penderita, umumnya dapat dibedakan 3 macam pengobatan yaitu: 1. Pertama-tama adalah memperbaiki kondisi umum pasien dengan pola makan atau diet tinggi protein 2. Pada pasien dengan kondisi anemia berat, tindakan yang dilakukan adalah dengan transfusi darah. Pada pasien dengan kondisi anemia ringan, dengan pemberian tablet ferum 3. Pemberianobatcacingyangspesifikuntukcacingtambangyaitualkopar,tetrakloretilen, oleum kenopati, pirantel pamoat atau jonit. Tahukah saudara jenis cacing askariasis lumbricoides? Cara infeksinya dengan menelan telur ascaris yang telah dibuahi bersama makanan yang terkontaminasi. Lama siklus 60-75 hari. Bagaimana gejala klinisnya? 1. spoilative action : keadaan distropfi dengan mengambil sedikit karbohidrat, protein, lemak tidak diambil juga darah tak diambl. Biasanya diarhe dan anoreksia 2. toksin : ada protein asing 3. alergi: dapat timbu asma 4. traumatik action: abses pada dinding perut 5. Erratic action: mual muntah, nyeri perut dan kolik 6. Irritative action: muntah berlebih anak menjadi dehidrasi dan asidosis bahkan malnutrisi 7. Komplikasi lain: masuk ke otak, nefritis. Bagaimana diagnosanya? 1. Adanya telur cacing dalam tinja 2. Cacing keluar bersama muntahan Nah cacing selanjutnya adalah aksiyuris (enterobiasis) Penyebabnya cacing oxiyuris vermicularis (cacing kremi) Carapenularannyadenganmakanteluryangdibuahimelaluijari,makananterkontaminasi, inhalasi debu, kadang retroinfeksi. Bagaimanakah gejala klinisnya: Pruritis anis (gatal-gatal pada anus) pada waktu malam hari, anoreksia, badan jadi kurus, tidur tidak nyenyak dan anak irritable. Pada wanita dapat terjadi pruritis vulva dan vagina. Bagaimanakah diagnosanya: Ditemukannya cacing atau telur dalam tinja atau swab dari daerah sekitar anus anak. Untuk menegakkan diagnosis adanya infeksi cacing tambang/ankilostomiasis yaitu dengan cara : 1. Penderita mengalami tanda-tanda anemia 2. Perut buncit (apabila cacing dalam jumlah banyak) 3. Penderita lemas dan malaise/malas 4. Penderita mengalami penurunan nafsu makan 5. Cacing keluar bersama faeses
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 22Asuhan kebidanan anak dengan cacingan A. Data subjektif 1. Identitas anak Nama, usia, serta identitas orang tua dan alamat 2. Keluhan utama Biasanya malam hari anak sering terbangun karena gatal sekitar anus. 3. Riwayat kesehatan Mengetahui apakah anak pernah menderita sakit cacingan sebelumnya 4. Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga juga ada yang pernah / sedang sakit cacingan yang bisa sebagai vektor penyebab penularan 5. Riwayat aktifitas sehari-hari • Bagaimana pola makan: anak dengan cacingan kadang nafsu makan menurun karena adanya mual dan muntah • Bagaimana pola aktifitas bermain dengan teman sebaya • Bagimana pola istirahat: sering mengalami gangguan tidur karena sering terbangun gatal sekitar anus. Balita B. Data Objektif 1. Tanda-tanda vital: • Suhu: untuk mengetahui adanya infeksi/ dehidrasi • Respirasi : apakah ada gangguan 2. Berat badan: sering kali mengalami penurunan 3. Muka: apakah tampak pucat terkait dengan adanya anemi 4. Mata: apakah pucat terkait anemi 5. Leher: apakah ada pembesaran untuk mengetahui adanya infeksi yang menyertai 6. Dada: apakah ada tarikan nafas untuk melihat adanya penyakit penyerta 7. Perut; apakah buncit tanda malnutrisi 8. Anus: apakah ada/ tampak cacing
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 23 C. Analisa Diagnosa ; anak dengan cacingan Masalah: Gangguan tidur malam D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Jelaskan kondisi anak pada keluarga Rasional : keluarga dapat mengerti kondisi anak dan juga akan memberikan asuhan yang lebih baik untum membantu mempercepat kesembuhan 2. Jelaskan kebersihan diri Rasional : dengan kebersihan dapat mencegah penyakit berulang 3. Jelaskan makanan dan minuman Rasional: dengan makan makanan yang bersih dan mengandung gizi yang baik dapat membantu penyembuhan 4. Jelaskan kebutuhan kenyamanan saat tidur Rasional: dengan tidur yang sepi, nyaman dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak 5. Jelaskan cara minum obat Rasional : dengan minum obat teratur maka proses penyembuhan dapat lebih baik Studi kasus Ada seorang anak di bawa ibunya datang ke tempat saudar bekerja mengelur setiap malam anak laki-lakinya yang berusia 4 tahun sering ba- ngunmalam sambil mengaruk anusnya. Ibu selalu mengambil lampu so- rot sambil membawa kain untuk membersikan anusnya. Ketika dilihat ada sekelompik cacing putih kecil menempel disekitar anusnya. Kejadian su- dah berlangsung sekitar 2 bulan. Hasil pemeriksaan saudar menemukan satu ekor cacing putih kecil di sekitar anus. Saudara mengambil kesimpu- lan anak terkena infeksi cacing kremi. Dan saudara segera memberikan pengobatan dan menjelaskan kebersihan diri dan lingkungan. Halo....apa kabar??? Sudahkah saudara istirahat sejenak untuk menyegarkan fisik dan fikiran? Sekarang saudara akan belajar kegiatan selanjutnya dengan parotitis. 2.5. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Parotitis Apakah Parotitis itu? Sebagian dari kita mungkin sudah tahu apa itu penyakit parotitis atau mumps atau yang paling terkenal gondongan. Tapi tahukah saudara penyebab dari penyakit gondongan ini, dan bagaimana cara mengobati gondongan dengan benar? Mari kita cari tahu mengenai penyakit gondongan. Tahukah saudara tentang penyakit parotitis/gondong? Penyakit gondongan atau dalam bahasa medisnya parotitis atau mumps adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang sifatnya menular. Sesuai dengan naman- ya parotitis dimana virus menyerang bagian kelenjar parotis (kelenjar ludah). Virus apa sih yang menyebabkan gondongan? Jenis virus yang menyerang kelenjar parotis atau penyebab gondongan adalah paramyxovirus. Biasanya tanda dan gejala terjadinya penyakit gondongan sangat jelas dan mudah terbaca yaitu adanya pembengkakan dian- tara leher dan rahang.
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 24Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari parotitis? Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadisumberpenularanpenyakittersebut.Masatunas(masainkubasi)penyakitGondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sdebagai berikut : Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakansalahsatusisikelenjar kemudiankedua kelenjar mengalamipembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah. Bagaimanakah tanda dan gejala penyakit gondongan atau parotitis selain adanya pembengkakan? 1. Demam 2. Menggigil 3. Sakit kepala 4. Tidak nafsu makan 5. Nyeri pada rahang bagian belakang 6. Nyeri saat mengunyah 7. Rahang terasa kaku 8. Nyeri saat menelan Bagaimana Penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan? 1. Kontak langsung 2. Percikan ludah (droplet) 3. Muntahan 4. Bisa pula melalui air kencing Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Tahukah saudara klasifikasi Parotitis? a. Parotitis Kambuhan Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi. b. Parotitis Akut Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 25 Bagaimana patofisiologi Parotitis? Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis (terinfek- sinya kelenjar parotis) antara lain akibat: 1. Percikan ludah 2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain 3. Muntahan 4. Urine Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terke- na adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi prolif- erasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke da- lam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembeng- kakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Tahukah saudara Komplikasi klinis parotitis? Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, mio- karditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis. Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Bagaimana pemeriksaan Diagnostik parotitis? e. Darah rutin Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah ada- lah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang. b. Amilase serum Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah. c. Pemeriksaan Virologi Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fos- fat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun Tahukah saudara penatalaksanaan Parotitis? Parotitis merupakan penyakit yang bersifat sembuh atau hilang sendiri yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 26 Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita: 1. Penderita rawat jalan Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik). a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres. b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup c. Kompres panas dingin bergantian d. Medikamentosa Analgetik-antipiretik bila perlu a. Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari b. Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis c. Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid. 2. Penderita rawat inap Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi a. Diet lunak, cair dan TKTP b. Analgetik-antipiretik c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi 3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi a. Encephalitis Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala. b. Orkhitis • Istrahat yang cukup • Pemberian analgetik • Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari c. Pankreatitis dan ooporitis Bagaimana pencegahan parotitis? Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi aktif. Dilakukan denganmemberikanvaksinasidenganvirusparotitisepidemikayanghiduptapitelahdirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella.Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi. Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hanga. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
  • 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 27 Asuhan Kebidanan anak dengan parotitis A. Data Subjektif 1. Identitas anak • Nama agar membedakan dengan anak lain • Usia agar menentukan pengobatan selanjutnya • Alamat untuk memudahkan observasi • Jenis kelamin sering mengenai anak lai-laki 2. Keluhan Utama Pasien Umumnya pada anak menderita parotitis, pasien mengeluhkan demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan 3. Riwayat Penyakit Sekarang pasien Biasanya anak mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi.dan timbul bengkak dan kemerahan ,adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi 4. Riwayat Penyakit Dahulu: • Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama. • Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit alergi. • Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela) 5. Riwayat imunisasi Menanyakan imunisasi apa yang pernah didapat agar tidak terjadi komplikasi selanjut- nya. 6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Apakah sesuai dengan tahap pertumbhan dan perkembangan sesuai dengan KMS anak 7. Riwayat aktifitas sehari –hari • Makan minum Biasanya mengalami gangguan makan dan minum karena nyeri telan • Istirahat Sering terganggu dengan adanya nyeri di bawah telinga • BAB / BAK Umumnya sedikit mengalami gangguan • Sosialisasi dengan keluarga dan teman Anak-anak mengalami gangguan berinteraksi dengan karena rasa sakit B. Data objektif/ Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum a. Ukur Tanda-tanda Vital Suhu,Nadi,Nafas ,tekanan darah,dan Keadaran b. Berat badan sering mengalami penurunan karena nyeri telan 2. Pemeriksaan Khusus a. Mata cenderung sembab karena menangis b. leher tampak dan teraba adanya pembengkaan c. Dada normal 3. Pemeriksaan penunjang a. pemeriksaan laboratorium Darah apakah terdapat virus yang menyebabkan parotitis C. Analisa Diagnosa: Parotitis Masalah: nafsu makan menurun
  • 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 28D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Berikan penjelasan makanmakanan yang lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat serta menghindari makanan asam Rasional : agar anak semaksimal mungkin terpenuhi asupan makanan dan menghindari rasa asam agar tidak menimbulkan rasa mual 2. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karektiristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasnya Rasional : untuk mendapat perawatan labih lanjut 3. Ajarkan anggota keluarga tentang mengetahui gelaja nyeri dan penanganannya, jika diperlukan Rasional : agar keluarga mampu memberi perawatan sendiri 4. Menyaran pasien beristirahat selama periode demam Rasional : dengan intirahat maka anak akan lebih cepat pulih kesehatan 5. Beri kompres dingin pada daerah bengkak Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik Rasional : untuk mengurangi terjadinya komplikasi Studi Kasus Saudara sedang dinas pagi di Puskesmas, datanglah seorang ibu di- antar suaminya sambil mengendong anaknya yang berumur 4,5 tahun mengelus leher sakit, bengkak sudah 2 hari yang lalu. Anak sekarang su- lit makan dan minum karena nyeri saat menelan. Anak sulit tidur minta gendong terus karena kepala sakit di buat miring. Kemudian apa tindakan selanjutnya yang akan lakukan untuk membuat keputusan tentang pen- yakit yang diderita anaik ini. Saudara segera melakukan penimbangan be- rat badan dan pengukuran suhu tubuh, respirasi serta nadi dan tekanan darah. Dalam periksa raba kelenjer di bawah telinga kanan dan kiri anak mengalami pembengkaan. Saudara segera kolaborasi dengan dokter da- lam pemberian antibiotik dan analgesik serta vitamin. Anjurkan keluarga untuk memberi kompres dingin. 2.6. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan Kejang Apakah pengertian kejang? Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium. Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak dan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak matangan pada organisasi korstek pada bayi baru lahir. Apakah etiologi dari kejang? Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Ada banyakpenyebab kejang pada neonatus: 1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang palingbsering. Timbul dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus 2. Perdarahan otak sebagai akibat kekurangan oksigen atau trauma kepala 3. Gangguan metabolik seperti hipogikemi, hipoklasemia dan hiponatremia. 4. Kelainan lain seperti ketergantungan piridoksin mengakibatkan kejang yang resisten terhadap antikonvulsan. 5. Infeksi sekunder akibat bakteri atau non bakteri.
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 29 Bagaimanakah penatalaksanaan kejang? 1. Atasi kejang 2. Sebelum menhentikan kejang maka lakukan semua pakaian ketat buka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung 3. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen 4. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan okseigen 5. Segera kolaborasi dalam pemberian obat-obatan seperti IV diazepam dosis rata-rata 0,3 mg/kg BB atau diazepam rectal dosis BB kurang dari 10 kg, 5 mg. 6. Jika tak ada diazepan beri febarbital Penyebab Kejang anak Tahukah saudara komplikasi kejang? Demam kejang dapat menimbulkan : 1. Kejang ulang 2. Kerusakan otak 3. Cedera (lidah tergigit) 4. Dehidrasi 5. Anoreksi Apa tindakan saat terjadi kejang? 1. Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan 2. Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa 3. Singkirkanbenda-bendadisekitarklienlepaskanpakaianyangmengganggupernafasan 4. Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt 5. Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan 6. Setelah klien sadar, diberi minum hangat 7. Hubungi dokter / konsul tim medis
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 30Asuhan kebidanan kejang A. Data Subjektif 1. Identitas anak Nama, usia, jenis kelamin serta nama orang tua dan alamat, untuk membedakan dengan pasien lain 2. Keluhan utama Anak kejang setelah sakit demam atau panas 3. Riwayat kesehatan Bagaimana riwayat kesehatn sebelum kejang ini, apakah dulu pernah kejang dan apakah sudah pernah diberi obat penurun panas 4. Riwayat imunisasi Bagaimana imunisasi apakah imunisasi dasar telah lengkap 5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Apakah sesuai dengan KMS anak atau mengalami keterlambatan 6. Riwayat sosial Siapa yang mengasuh dan bagaimana sosialisasi dengan teman sebaya 7. Riwayat aktifitas Bagaimana nutrisinya apakah mengalami gangguan apa tidak? Bagaimana pola aktifitas/tidurnya B. Data Objektif 1. Data Umum TTV, BB: apakah mengalami gangguan setelah terjadi kejang. Suhu tubuh biasanya diatas 380c 2. Data khusus a. Mata: cekung atau kemerahan atau pucat b. Hidung: bagaimana pernafasannya c. Mulut : hati-hati lidah kalau terjadi kejang, usahakan jangan tergigit dan menekuk ke belakang d. Leher: apakah ada pembengkaan pada kelenjar limfe sebagai tanda ada infeksi e. Dada: apakah ada tarikan interkostal f. Perut: apakah kekejangan pada perut g. Kaki : apakah terjadi kekejangan pada kaki dan warna kuku apakah pucat 3. Pemeriksaan penunjang Darah: adakah kuman atau virus yang menjadi penyebab C. Analisa: Diagnosa: kejang pada anak Masalah potensial: gangguan pernafasan, Lidah tergigit D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Beri penjelasan keadaan anak kepada orang tua Rasional : agar orang tua mengerti kondisi anak sehingga saat di lakukan asuhan dapat kooperatif 2. Cegah lidah tergigit dengan persiapan tong spatel yang telah dilapisi kain Rasional ; agar tidak menimbulkan luka lidah dan mencegah lidah tertekuk ke dalam yang bisa menghalangi pernafasan 3. Posisikan anak nyaman Rasional : agar anak beristirahat dengan tenang 4. Beri penjelasan gizi Rasional : agar anak mendapat gizi yang adekuat 5. Ajari kompres hangat di daerah leher, ubun-ubun dan selangkangan
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 31 Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh 6. Kolaborasi dengan dokter Rasional: agar mendapat pengobatan antipiretik, anti kejang dan vitamin kalau perlu antibiotik atau pemeriksaan laboratorium mencari penyebab 7. Beri penjelasan rujukan ke rumah sakit atau puskesmas Rasional: agar orang tua dapat memahami jika sewaktu-waktu dilakukan rujukan untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut kalau perlu. 8. Persiapan O2 Rasional : jika sewaktu kejang dan anak sesak langsung diberikan oksigen Studi Kasus Ada seorang anak usia 3 tahun mengalami kejang 2 kali di rumah serta batuk sudah 3 hari, dan sekarang dibawa ke tempat kerja saudara. Ibu juga mengatakan anak dulu pernah sakit panas dan kejang satu tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan suhu 38,9 0c. Pemeriksaan TTV lain dalam batas normal. Saudara segera memberikan antipiretik, antikejang, vitamin dan antibiotik setelah saudara kolaborasi dengan dokter. Saudara menjelaskan cara mengkompres air hangat, minum obat serta kapan harus kontrol lagi. 2.7. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan pneumonia Apakah saudara tahu tentang Pneumonia? Pneumonia adalah radang parenhim paru. Banyak macam klasifikasi tentang pneumonia, tetapi klasifikasi ini dianggap kurang memuaskan. Meskipun begitu klasifikasi masih dianggap penting oleh para ahli. Pada umumnya klasifikasi atas dasar anatomi dan etiologi. Menurut letak anatomi, pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia inter stisialis. Apakah yang menjadi penyebab Pneumonia ? Berdasarkan etiologis pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, pneumonia hypostatic, sindrom loeffler. Secara klinis biasa, berbagai etiologi ini sulit dibedakan. Untuk pengobatan tepat, pengetahuan tentang penyebab pneumonia perlu sekali, sehingga pembagian etiologi lebih rasional daripada pembagian anatomis. Bagaimana patofisiologi dari Pneumonia? Dalam keadaan normal paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme. Infeki paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari mekanisme pertahanan terganggu dan organisme secara ospirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi. Pneumonia karena virus bisa menerima infeksi primer atau komplikasi dari suatu enyakit virus seperti mobili atau varicella. Virus tidak hanya merusak sel epitel bersilia tetapi juga merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus, sehingga merusak clearance mukosilia. Bila kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema masuk kedalam alveoli, diikuti oleh lekusit dalam jumlah banyak. Kemudian makrofog akan membersihkan debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh pada segala atau lobus yang sama, atau mungkin melalui cairan bronkial yang terinfeksi kebagian lain dari paru. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah atau pluro viscelaris. Oleh karena jaringan paru mengalami konsolidasi, kapasitas vital dan comlience paru menurun, dan aliran darah melalui darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau / shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang mismatch dan berakibat hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena satura oksigen yang menurun dan hypercapnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal nafas.
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 32Apakah saudara tahu penggolongan Pneumonia berdasar MTBS? Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan dengan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukan diagnosa medis dan bertujuan untuk membantu petugas kesehatan yang berada dilapangan, menentukan tindakan yang perlu diambil sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penanganan. Klasifikasi tersebut adalah: 1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala 1) Ada tanda bahaya umum seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar. 2) Terdapat tarikan dinding dada kedalam 3) Terdapat stridor (suara nafas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi) 2. Pneumonia, apabila terdapat gejala nafas cepat. Batasan nafas cepat adalah 1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih 2) Anak usia 12 bulan-5 tahun apabila frekuensi nafas 40 x/menit atau lebih. 3. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat. Pneumonia Pada Anak Asuhan Anak dengan Pneumonia A. Data Subjektif 1. Nama dan Usia. Penumonia sering terjadi pada bayi dan anak, terbanyak pada umur dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi kurang dari 2 bulan 2. Keluhan utama : sesak nafas 3. Riwayat penyakit 1) Pneumonia virus Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas termasuk rinitis dan batuk, suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak bisa dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukuplasma. 2) Pneumonia stafilokokus (bakteri) Didahului oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan adanya kesulitan pernafasan.
  • 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 33 4. Riwayat penyakit dahulu 1) anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas 2) riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia) 5. Riwayat Imunisasi Apakah lengkap imunisasinya 6. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan Apakah sesuai dengan KMS 7. Riwayat aktifitas sehari-hari 1) Bagaimana nutrisinya: apakah ada perubahan 2) Bagaimana aktifitas: bermain 3) Bagaimana istirahatnya apakah ada gangguan B. Data Objektif 1. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi. Perlu kita perhatikan adanya tachipnea, dyspnea, cyanosis sirkumoral, pernafasan cuping indung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, nyeri dada pada waktu menarik nafas. Berdasarkan MTBS (2008), batasan tachipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 x/menit atau lebih. Usia 12 bulan-5 bulan adalah 40 x/menit atau lebih. Perlu kita perhatikan adanya tarikan dinding dada kedalam saat fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas. 2) Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit. Nadi kemungkinan mengalami peningkatan (tachicardia). 3) Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit 4) Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga kehidung/mulut bayi (MTBS, 208). Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Apabila dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofomi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura. 2. Data penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium a. leukosit 18.000 – 40.000/mm3 b. hitung jenis didapatkan geseran ke kiri c. LED (laju endap darah) meningkat 2) X – foto dada Terdapat bercak-bercak infiltrat tersebar (bronko pneumonia), atau meliputi satu/ sebagian besar lobus/lobuler. C. Analisa Diagnosa: Pneumonia Masalah: gangguan pernafasan D. Planning/perencanaan/pelaksanaan 1. Jelaskan kondisi anak kepada orang tua Rasional : agar orang tua mengetahui kondisi anaknya dengan mudah dan kooperatif saat perawatan di puskesmas / rumah sakit 2. Beri penjelasan kepada orang tua posisi anak Rasional: agar anak dapat dengan mudah bernafas dan istirahat 3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi dan pemeriksaan lab lanjutan
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 34Rasional : agar anak mendapat asuhan dan pengobatan sesuai klasifikasi Pneumonia dan dapat ditegakkan diagnosa selanjutnya 4. Beri penjelasan tanda bahaya Pneumonia Rasional : agar orang tua lebih memperhatikan dan mengerti tanda bahaya Pneumonia seperti anak kebiruan atau muntah-muntah dan sesak berlebih 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makan/minum anak Rasional : agar anak mendapat asupan gizi sesuai dengan kebutuhan saat sakit 7. Siapkan oksigen Rasional : agar anak dapat diberikan oksigen sewaktu anak mengalami sesak 8. Persiapan rujukan ke rumah sakit kalau ada indikasi rujukan. Rasional : agar anak mendapat pengobatan lebih baik Studi Kasus Ada seorang anak usia 3 tahun di bawa ibunya mengeluh batuk-batuk sudah 4 hari, sudah di beri obat yang ibu beli dari toko klontong, namun belum sembuh.dahulu anak juga sering batuk pilike namun sembuh setelah berobat ke bidan. Anak juga kadang panas pilek, terkadang batuk pada malam hari parah sampai muntah, nafsu makan menurun, susu tidak mau dan anak selalu rewel. Hasil pemeriksaan saudara suhu 380c, terdapat tarikan dada saat nafas. Respirasi 36 x/menit serta terlihat anak lemah. Badan teraba hangat, teraba pembesaran kelenjar limfe. Saudara melakukan kolaborasi den- gan dokter untuk melakukan rujukan ke rumah sakit dalam pemeriksaan lebih lanjut untuk foto thorax. Saudara memberikan penjelasan pada ibu bahwa anak perlu dilaku- kan rujukan untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. 2.8. Definisi, penyebab, gejala, komplikasi, serta asuhan kebidanan DHF Apakah saudara tahu Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)? Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Salah satu varian klinik infeksi virus dengue, yang ditandai oleh gejala panas 2- 7 hari dan pada saat panas turun disertai/disusul dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma (plasma leakage). Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue. Virus dengue ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue? Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi penduduk disekitarnya. Penyebab dan perantara penularan. Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan- perdarahan. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.
  • 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 35 Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini : 1). Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. 2). Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit. 3). Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb. 4). Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian. Bagaimanakah patofisiologinya DHF? Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika dan biokimia DHF hingga kini belum diketahui secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis dari Halsteel yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengan type virus dengue yang berlainan. Fenomena patofisiologis utama yang menentukan berat penyakit yang membedakan DHF dari Dengue Klasik ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopeni dan diastesis hemorrhagik. Pada kasus berat renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan terjadi akibat kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak yang mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit. Bukti dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu rongga peritonium, pleura dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus NYamuk Aedes Aegepty
  • 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 36serta terjadinya bendungan pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam sampai puncaknya pada masa renjatan. Trombositopenihebat,gangguanfungsitrombositdankelainanfungsikoagulasimerupakan penyebab utama perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masif akibat kelainan yang lebih kompleks yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan oleh faktor DIC. Patogenesis DHF berkaitan dengan sistem komplemen yaitu sistem dalam sirkulasi darah yang terdiri dari 11 komponen protein, dengan bentuk tidak aktif dan labil terhadap panas. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi aktivasi komplemen dan akibat aktivasi komplemen, maka dilepaskan anafilaktoksin C3a dan C5a yang berdaya membebaskan histamin sebagai mediator kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan berperan dalam terjadinya renjatan. Seperti pada infeksi virus yang lain. Infeksi virus dengue juga merupakan Self Limiting Infectious Disease yang akan berakhir sekitar 2 –7 hari. Bagaimana manifestasinya klinis DHF? Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimptomatik, penyakit yang paling ringan (Mild Undifferentiated Febrile Illnes), Demam Dengue (Dengue Fever), Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) sampai Sindrom Syok Dengue (SSD). Walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih banyak, tetapi pada awal penyakit hampir tidak mungkin membedakan infeksi ringan atau berat. Bentuk ringan demam dengue menyerang segala golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan disertai timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa dikenal Sindrom Trias Dengue berupa demam tinggi mendadak, nyeri pada anggota badan (kepala, bola mata, punggung, dan sendi) dan timbul ruam makulo papular. Pasien penyakit demam dengue biasanya sembuh tanpa gejala sisa. Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu : demam tinggi dan mendadak, dapat mencapai 40C atau lebih, yang terkadang disertai kejang demam, sakit kepala, anoreksia, vomitting, epigastric discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut; Perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif, memar atau dapat juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari- hari pertama demam dan berlangsung selama 3–6 hari) pada extremitas, tubuh dan muka, sampaiepistaksisdanperdarahangusi,sedangkanperdarahangastrointestinalmasivelebih jarang terjadi dan biasanya dapat terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan dan setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan subkonjungtiva terkadang ditemukan, pada masa konvalesen seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki; Hepatomegali, pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa ikterus; Kegagalan peredaran darah (Circulatory Failure). Tahukah saudara diagnosis DHF menurut WHO? Diagnosis DHF menurut patokan yang ditetapkan WHO (1997), yaitu 1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari. 2. Manifestasi perdarahan, termasuk setidak-tidaknya uji tourniquet positif dan bentuk lain/perdarahan spontan (petechia, purpura, echimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena. 3. Pembesaran hati 4. Syok, yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
  • 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 37 hidung, jari dan kaki, penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut. Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa seperti demam thypoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis dan malaria. Adanya tombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi membedakan DHF dari penyakit lain. Diagnosis banding lain adalah Sepsis, Meningitis, Meningocele, Idiophatic Trombosytopenic Purpura (ITP), Leukimia, dan Anemia Aplastik. Demam Chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya seluruh keluarga dengan gejala demam mendadak , masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu diikuti dengan ruam makulapopular, infeksi konjungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji bendung positif, petekia, dan epistaksis hampir sama dengan DHF. Pada DC tidak ditemukan perdarahan gastroinstestinal dan syok. Pada hari-hari pertama ITP dibedakan dengan DHF dengan demam yang cepat menghilang dan tidak di jumpai hemokonsentrasi, sedangkan pada fase penyembuhan jumlah trombosit pada DHF lebih cepat kembali. Perdarahan dapat juga terjadi pada Leukemia atau Anemia Aplastik. Pada Leukimia, demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pada Anemia Aplastik anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi sekunder. Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada DHF atau DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak. Bagaimana Pengobatan DHF? Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannyadapatmengembalikancairanintravena.Meskipundemikiankombinasiantara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan. Bagaimanakah periode febris pada DHF terjadi? Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris, dimana belum/tidak dapat dibedakan apakah Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever, maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sbb : 1. Antipiretik Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikan aspirin dan brufen/ibuprofen, sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan. 2. Antibiotika tidak diperlukan Makan disesuaikan dengan kondisi napsu makannya. Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kalau dalam perjalanan didapat keluhan dan tanda klinis seperti dibawah ini dianjurkan untuk segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya. Segera datang ke rumah sakit : 1). Nyeri abdomen 2). Tanda perdarahan dikulit, petekiae dan ekimosis 3). Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi 4). Penderita tampak loyo dan pada perabaan terasa dingin
  • 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 38 Tanda-Tanda Perdarahan 1. Karena manipulasi Rumpel leed test a. Teknik (a) Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya. (b) Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua. (c) Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksopel tensimeter. (d) Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit. (e) Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan. (f) Kemudian lihat apakah ada petekre/ tidak didaerah voles lengan bawah. b. Kriteria : ( + ) bila jumlah petekil > 20 (+- ) bila jumlah petekil 10 - 20 ( - ) bila jumlah petekil 10 2. Perdarahan spontan a. Petekil/ ekimosis b. Perdarahan gusi c. Epistakeis d. Hematomesis/ melera Kriteria rawat inap Kriteria memulangkan pasien • Ada kedaruratan: • Syok • Muntah terus menerus • Kejang • Kesadaran turun • Muntah darah • Berak hitam Hematokrit cenderung meningkat setelah 2 kali pemeriksaan berturut-turut. Hemokonsentrasi (Ht meningkat = 20%) • Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik • Nafsu makan membaik secara klinis tampak perbaikan • Hematokrit stabil • Tiga hari setelah syok teratasi • Trombosit > 50.000/uL • Tidak dijumpai distres pernafasan Penatalaksanaan penderita Demam Berdarah Dengue yang paling penting adalah • Pemberian cairan intravena, sebatas cukup untuk mempertahankan sirkulasi yang efektif selama periode plasma leakage • Pengamatan yang ketat, teliti dan cermat secara periodik Bagaimana pencegahan DHF? Saudara...untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara yang paling memadai saat ini. Vektor dengue khususnya Aedes Aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat-tempat berisi air bersih dengan jarak terbang maximal 100 m. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang biak lagi. Cara ini bisa dengan membakar sampah atau menimbun, menguras tempat yang tergenang air, misal kamar mandi. Kriteria rawat inap dan memulangkan pasien Sampai saat ini seringkali terjadi kontroversi dalam hal memulangkan pasien. Beberapa pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat memulangkan penderita tetapi dokter lainnya dianggap terlalun lama merawat penderita. Demuikian pula dalam indikasi rawat, beberapa pasien menganggap seorang dokter terlalu cepat mengadviskan dirawat penderita tetapi dokter lainnya dianggap terlalu lama mengadviskan perawatan rumah
  • 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 39 Asuhan pada Anak dengan DHF A. Data Subjektif 1. Identitas Pasien Nama, umur (pada DHF tersering menyerang anak anak dengan usia kurang 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua. 2. Keluhan Utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi anak lemah. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat demam kesadaran kompos mentis. Panas menurun terjadi antara hari ke 3 dan ke 7, anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia, diarhe / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis. 4. Riwayat Penyakit yang pernah Diderita Penyakit apa saja yang pernah diderita, pada Dengue Haemorrhagic Fever, anak bisa mengalami serangan ulangan Dengue Haemorrhagic Fever dengan tipe virus yang lain. 5. Riwayat imunisasi Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasi dapat dihindarkan. 6. Riwayat gizi Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status gizinya menjadi kurang. 7. Kondisi lingkungan Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, dan lingkungan yang kurang kebersihannya (air yang menggenang) gantungan baju di kamar. 8. Pola Kebiasaan 1) Nutrisi dan metabolisme : frekwensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, nafsu makan menurun. 2) Eliminasi alvi (Buang air besar) kadang-kadang anak mengalami diarhe/ konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena. 3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria. 4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahat kurang. 5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama tempat sarangnya nyamuk aedes aegypt. 6) Perilaku, tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga kesehatan. B. Data Fisik 1. Tanda-tanda vital a. Suhu mengalami peningkatan b. Respirasi mengalami peningkatan c. Tekanan darah mengalami penurunan d. Denjut nadi mengalami peningkatan
  • 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 402. Pemeriksaan khusus Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujungrambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak sbb : 1) Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda - tanda vital, nadi lemah. 2) Grade II; kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, adanya perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi, telinga, nadi lemah, kecil, tidak teratur. 3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, tidak teratur, tensi menurun. 4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, extrimitas dingin, berkeringat, dan kulit nampak biru. 3. Mata tampak berair, mata pada kunjungtiva tampak anemis 4. Muka tampak kemerahan karena demam(flusy) 5. Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) grade II, III, IV. 6. Bibir tampak kering dan didapatkan mukosa mulut kering, perdarahan gusi, 7. Leher teraba pembengkaan kelenjar limfe, Tenggorokan mengalami hyperemia pharing, terjadi perdarahan telinga (grade II, III, IV). 8. Dada Bentuk simetris, kadang-kadang sesak, pada thorax foto terdapat adanya caira yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), Rales , Ronchi  biasanya pada grade III, IV 9. Abdomen. Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), asites. 10.Extremitas. Akral dingin, nyeri otot dan sendi serta tulang. Pemeriksaan penunjang dengan Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : 1) Hb dan PCV meningkat (> 20%). 2) Trambositopenia (< 100.000 / ml). 3) Leukopenia (mungkin normal atau Lekositosis). 4) Ig. D. dengue positif. 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, hiponatremia 6) Urium dan pH darah mungkin meningkat. 7) Asidosis metabolik : pCO2 < 35 – 40 mmHg, HCO3 Rendah. 8) SGOT / SGPT mungkin meningkat. C. Analisa Diagnosa: DHF Masalah yang dapat ditemukan pada anak dengan DHF antara lain : • Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) • Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan D. Planning /perencanaan/pelaksanaan Bila terdapat tanda-tanda DHF, segera dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera. 1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan menggunakan komunikasi terapeutik. Rasional: Terciptanya hubungan yang baik dan terjalin kerjasama yang baik antara keluarga pasien dengan tenaga kesehatan. 2. Jelaskan kondisi pasien terhadap keluarganya. Rasional; Keluarga mengetahui kondisi anak pada saat ini. 3. Konseling tentang kebutuhan gizi seimbang Rasional: Kebutuhan terpenuhi dan mempercepat pemulihan.