1. DIGITAL NEWSPAPER
Perjalanan Dosen
Surabaya Menuju
World Research L
hal
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2
| SENIN, 09 DESEMBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Finalis Venezuela
Menangi Miss Earth 2013
SURABAYA, SURYA-Kecantikan dan
kemolekkan tubuh memang merupakan
syarat utama untuk menjadi finalis
kontes kecantikan, tetapi sebenarnya
dua persyaratan tersebut tidak menjadi
penilaian utama.
Pada kompetisi Miss Earth 2013,
selain penampilan, para kontestan
dituntut untuk memiliki pengetahuan
yang luas mengenai lingkungan hidup,
juga visi, misi, dan tujuan sebagai
solusi dari persoalaan lingkungan,
baik secara global atau pun nasional.
Karena, kontestan yang didaulat
menjadi Miss Earth, nantinya akan
mengemban tanggung jawab sebagai
duta penyelamat lingkungan dan bumi
di seluruh dunia.
Ajang yang dihelat di Muntinlupa
City, Filipina pada Sabtu (7/12/2013)
ini diikuti oleh 88 negara di seluruh
dunia. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia juga mengirimkan
perwakilan, Miss Earth Indonesia 2013,
Nita Sofiani.
Sayangnya, impian Nita menjadi Miss
Earth 2013 harus berhenti, karena gagal
menembus 16 besar Miss Earth 2013.
Setelah babak 16 besar, proses penyaringan dilanjutkan dengan pemilihan
delapan besar. Yang terpilih sebagai
delapan besar ini antara lain Andjelka
Tomasevic (Miss Earth Serbia), Katia
Wagner (Miss Earth Austria), Aleksandra
Szczesna (Miss Earth Polandia), Alyz
Henrich (Miss Earth Venezuela),Angelee
delos Reyes (Miss Earth Filipina), Punika
lain:
1. Miss Congeniality
Prestasi ini merupakan prestasi yang
sangat membanggakan. Hal ini sesuai
dengan tradisi bangsa Indonesia yang
menjunjung tinggi keramahtamahan
serta persahabatan pada semua orang.
2. Miss Earth National Costume
Nita berhasil menjadi juara pertama
untuk kategori National Costume yang
digelar pada 25 November 2013 di F1
hotel. Ia menjadi juara pertama untuk
wilayah Asia dan Oceania.
3. I Love My Planet School Campaign
Kampanye ini merupakan kampanye
yang harus diikuti oleh setiap kontestan untuk membantu proses belajar
mengajar di sekolah. Tergabung dalam
grup pertama yang harus mengajar
para siswa di Binangonan Elementari
School, Filipina, Nita
Kulsoontornrut (Miss Earth Thailand),
Catharina Choi (Miss Earth Korea) dan
Kristal Silva (Miss Earth Mexico).
Di babak final ini, para juri melemparkan pertanyaan berkaitan dengan isu
lingkungan hidup, dan para kontestan
harus memberikan jawaban yang tepat
yang dapat memukau para juri.
Dari tahanpan ini, akhirnya para juri
menetapkan empat juara Miss Earth.
Juara Miss Earth Fire 2013 diraih oleh
Catharina Choi dari Korea, Miss Earth
Water 2013 diraih oleh Punika Kulsoon-
tornrut
dari
Thailand,
Miss Earth
Air diraih
oleh Katia
Wagner dari
Austria.
Sedangkan
juara Miss
Earth 2013
direbut
oleh Alyz
Henrich dari
Venezuela.
Alyz Henrich
berhasil merebut mahkota
Miss
Earth dari tangan Tereza Fajksova, Miss
Earth 2012. Semenjak tahun 2005, ini
adalah kali kedua Venezuela meraih
gelar Miss Earth!
Nita Sofiani
Miss Earth Indonesia 2013, Nita
Sofiani memang gagal masuk ke dalam
babak 16 besar Miss Earth Internasional,
apalagi merebut mahkota Miss Earth
2013. Meski gagal, prestasi Nita tetap
harus dipuji dan dihargai. Ia sudah
berjuang keras untuk mengharumkan
nama Indonesia di kancah dunia.
Di Miss Earth 2013, Nita ternyata
berhasil menorehkan sejumlah prestasi
membanggakan untuk Indonesia antara
join facebook.com/suryaonline
berhasil merebut
posisi ketiga. Posisi pertama ditempati
Ashanti Mbanga (Afrika Selatan), dan
Angelee delos Reyes (Filipina) di posisi
kedua.
4. Miss Ever Bilena
Ini adalah award khusus yang
diselenggarakan oleh para sponsor
Miss Earth. Nita berhasil menjadi juara
dalam kategori perempuan cantik versi
produk make-up Ever Bilena.
5. Miss Siama Hotel
Sama seperti Miss Ever Bilena, Miss
Siama Hotel juga adalah kategori penghargaan khusus yang diberikan kepada
salah satu kontestan yang dianggap
berhasil menjadi duta dari hotel ini.
Dan pemenangnya adalah Nita Sofiani
dari Indonesia.
follow @portalsurya
2. 2
SENIN 09 DESEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Perjalanan Dosen Surabaya
Menuju World Research Leader
SURABAYA, SURYA-Pada 2011, Djuwari,
dosen STIE Perbanas Surabaya, ikut
mendirikan asosiasi internasional di
kota De Oro City, Mindanao, Filipina.
Awalnya, pada acara konferensi internasional di Tagatay city, dekat Manila,
Filipina, Djuwari menjadi salah satu
juru bicara mewakili Indonesia di SEAIR
conference. SEAAIR (South East Asia
for Institutional Research), diadakan di
Tagatay city pada 10 September 2009.
Saat itulah, Djuwari berkenalan dengan
Prof. Dr. Angelica M. Baylon, cendekiawan dari Maritime Association of ASIA
Pacific (MAAP), Bataan Filipina.
Melalui perkenalan itu, Djuwari
kemudian diperkenalkan oleh Angelica
kepada President of PAIR (Philippines
Association of Institutional Research),
yaitu Dr. Genaro V. Japos. Ilmuwan
bergelar lima Doktor dan sangat
jenius. Setelah itu, Dr. Genaro V. Japos
mengundang Djuwari untuk menjadi
key note speaker di PAIR international
conference di kota De Oro city, Mindanao, Filipina Selatan. 23-27 Agustus 2011
. Pada saat itu, Djuwari mulai diketahui
oleh Dr. Japos tentang minat dan bakatnya dalam karya tulis ilmiah dalam
bahasa Inggris. Pada saat itu pula,
Djuwari bersama Dr. Japos mendirikan
IAMURE (International Association for
Multidisciplinary Research).
Dia bersama Dr. Japos, dan Dr.
Veneracion C. Cabana, menandatangani
buku setebal 90 halaman dan tiap
halaman berupa-pasal-pasal, yang
ditandatangai satu persatu. Ternyata
buku itu berupa pedoman dan proposal
pendirian IAMURE di Filipina yang diberikan kepada Notaris di sana. Tiga orang
bertandatangan diantaranya adalah
join facebook.com/suryaonline
Dr. Genaro V. Japos dari Liceo. University, Filipina, Dr. Veracion C. Cabana,
University of Chicago Pritzker School
of Medicine, Chicago University, dan
Djuwari dari STIE Perbanas Surabaya,
Indonesia. sendiri.
Dua bulan berikutnya, 25-28 Oktober
2011, Djuwari diundang lagi untuk
memberikan pelatihan kepada seluruh
dosen di Filipina, tetntang publikasi
jurnal ilmiah. Djuwari menyampaikan
konsep dan prosedur penerbitan jurnal
ilmiah kepada kurang lebih 250 dosen
se-Asia di N-hotel, De Oro city, Filipina.
Pada saat itulah, Djuwari mulai mengikuti berbagai even intelektual yang
tergabung baik dalam PAIR maupun
IAMURE.
Pada saat itu, Djuwari baru dianugrahi penghargaan Finalist. Saat itu,
Djuwari masih belum siap dengan
berbagai catatan tertulis curriculum
Vitae (CV) terkait semua hasil karyanya.
Padahal, sudah banyak tulisan yang dia
tulis baik penelitian maupun tulisan
makalah seminar.
Pada event berikutnya, IAMURE
sudah beranggotakan 40 negara. Ketika
diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia,
pada 25-27 Agustus 2012, Djuwari sudah
mendapatkan penghargaan internasional Outstanding Asian Researcher dan
Outstanding Asian Editor. Dua penghargaan internasional ini setelah Djuwari
mempresentasikan hasil penelitian
tentang Arguments in the Conclusion
Sections of Academic Journals. Di samping itu, Djuwari sudah menyusun CV
lengkap dengan semua karya tulisnya.
Kemudian dua bulan beriktunya,
IAMURE mengadakan international
conference di Marina Bay, Singapore,
pada 25-27 Oktober. Pada saat inilah,
Djuwari sudah memperoleh penghargaan bukan tingkat Asia tetapi sudah
Global. Djuwari memperoleh penghargaan Outstanding Global researcher
dan Outstanding Global Journal Editor.
Ini berarti sudah meningkat dari Asian
level menjadi Global level.
Dua bulan berikutnya, IAMURE
mengadakan konferensi di JW Marriot
hotel, Jakarta, pada 25-27 Januari
2013. Di even ini Djuwari atas nama
lembaganya STIE Perbanas Surabaya,
menjadi tuan rumah. Pada saat seleksi,
Djuwari mendapatkan penghargaan Outstanding Research Life
Management and Productivity.
Penghargaan ini bukan hanya
sebagai peneliti saja, melainkan
sudah dianggap mampu berkarya
tanpa henti selama dalam kurun
waktu sejak dia ditetapkan
sebagai global researcher.
Akhir bulan November pada
tahun yang sama, tepatnya
25-28 November 2013, IAMURE
mengadakan international
conference di hotel JW Marriot,
Manila, Filipina. Dalam even
inilah Djuwari memperoleh tujuh
penghargaan internasional. Pertama adalah outstanding world
research leader. Kedua adalah
penghargaan sebagai outstanding
world researcher. Ketiga adalah
outstanding world journal editor.
Tiga pengarhargaan itu diberikan
pada saat panel discussion di
aula JW Marriot hotel, Manila.
Adapun empat penghargaan
lainnya adalah penghargaan internasional yang diberikan pada acara concurrent sessions. Penghargaan ini meliputi
penghargaan sebagai best oral presenter diamond first prize, best dress
researcher diamond first prize, best talent researcher diamond first prize, dan
best power point presentation platinum
second prize. Jadi, total penghargaan
internasional yang diterima dalam satu
event tersebut tujuh buah.
Dalam kaitannya dengan penghargaan
itu, Djuwari harus mempresentasikan
sebuah makalah terkait dengan
penelitian bahasa ilmiah di dalam
tulisan jurnal ilmiah berbahasa Inggris.
Di samping itu, Djuwari juga harus
mengirimkan curriculum vitae dan
berbagai tulisan essay yang diminta
panitia. Bahkan Djuwari jga disuruh
menulis kata pengantar pada halaman
depan buku konferensi sesuai dengan
tema yang diambil saat itu.
Ada beberapa tim juri di dalam
seleksi penentuan penerima awards
tersebut. Seleksinya dilakukan oleh
beberapa juri dari berbagai Negara.
Board of the Judges adalah Dr. Fatimah
Shad Kaneez dari Brunei Darussalam, Dr.
Jose Gerardo Martinez dari Puerto Rico,
Dr. Pedro B. Bernadez dari South Korea,
Dr. Chew Fong Peng dari Malaysia,
Dr. Edwin R. Tadiosa dari Filipina, Dr.
Yuan Horng Lin dari Taiwan, Dr. Ricardo
Bagarinao dari Filipina, Dr. Bernado C.
Lunar dari Filipina, dan Dr. Lesley C.
Lubos dari Filipina.
Mereka itulah yang mengevaluasi
dan menobatkan Djuwari untuk berhak
menerima semua penghargaan itu.(rr)
follow @portalsurya