1. join facebook.com/suryaonline
hal
2
DIGITAL NEWSPAPER
edisi pagisurabaya.tribunnews.com surya.co.id | SELASA, 25 JUNI 2013 | Terbit 2 halaman
Spirit Baru Jawa Timur
follow @portalsurya
Festival Lima
Gunung
SURYA Online - Rupanya menjadi
yang tercepat masih tak cukup
untuk Veyron. Meskipun akan
segera turun tahta, Bugatti masih
ingin tingkatkan pamor Veyron.
Berdasarkan berita yang dilansir
carbuzz, Senin (24/6/2013),
Bugatti Veyron baru akan meng-
gunakan otot sekuat 1.500 hp dan
diluncurkan awal tahun depan.
Karena seri terakhir, Veyron Su-
per Sport, yang bermesin 1.200 hp
dirasa masih kurang mantap oleh
Bugatti. Walaupun Veyron Super
Sport 16.4 (juga dikenal sebagai
EB 16/4 Veyron) sebenarnya sudah
menjadi mobil terkuat di dunia.
Mobil ini dibuat oleh anak
perusahaan Bugatti Automobiles
SAS di pabriknya di Molsheim,
Prancis, dan dijual dengan merek
Bugatti. Nama mobil ini diambil
dari nama seorang pembalap dari
Prancis, Pierre Veyron yang berhasil
memenangkan 24 hours of Le Mans
Tahun 1939 sebagai pembalap
yang mewakili perusahaan Bugatti.
Menurut Top Gear, mobil ini dibuat
perusahaan untuk eksperimen
bahwa kecepatan mobil 100 km/
jam dapat ditempuh dibawah 3 detik.
Sampai-sampai perusahaan asuransi
tidak berani menjamin.
Kecepatan Bugatti Veyron Super Sport
ini bisa mencapai hingga 431 km/
jam. Veyron Super Sport juga mampu
menembus kecepatan 0-60 dalam waktu
hanya 2,5 detik saja.
Mobil ini memiliki tenaga mesin
8.000 cc W16 guad turbocharged dan
mencapai hingga 1.200 daya kuda serta
torsi 1.500 Nm. Bugatti Veyron Super
Sport sendiri dibandrol seharga sekitar
US$ 1.700.000 (sekitar Rp 16,8 miliar).
Bugatti Veyron Super Sport 16,4
berhasil masuk Guinness Book of Record
atau GBR karena berhasil menembus
kecepatan tertinggi lebih dari 430
km/jam di trek Ehra-Lessien Group
Volkswagen, dekat Wolfsburg, Jerman,
akhir pekan lalu.
Dengan mesin baru tersebut,
kabarnya Veyron baru ini akan mampu
berlari dengan kecepatan maksimal
hingga 450 km/jam. Dibalut dengan
frame menggunakan bahan super ringan
dari serat karbon, generasi terakhir
Veyron ini dikatakan memiliki berat 220
kg lebih ringan dari Super Sport.
Model terakhir Bugatti Veyron ini
akan dijual dengan harga US$ 7 juta
atau setara dengan Rp 69.5 milyar.
Sebagai salah satu kendaraan utama
di era modern ini, mobil tentu menjadi
salah satu produk yang paling dicari.
Untuk mengembangkan pasar, banyak
produsen-produsen mobil terkenal,
seperti Ferrari atau Lamborghini yang
menarik konsumen dengan meluncurkan
mobil-mobil yang super. Mobil-mobil
tersebut tentu juga memiliki bandrol
harga yang tidak sedikit sehingga
juga bisa dikategorikan sebagai mobil
termahal.
Namun dengan mengesampingkan
harga mobil, ada 3 mobil yang masuk
dalam daftar mobil-mobil dengan laju
kecepatan paling cepat di muka bumi
ini. Berikut ini 3 adalah mobil tercepat
di dunia.
Saingan dekat Buggati Veyron soal
kecepatan adalah Koenigsegg Agera R.
Mobil ini bisa menembus kecepatan
0-60 dalam waktu 2,8 detik dengan
kecepatan maksimal mencapai 418,43
km/jam. Koenigsegg Agera R memiliki
mesin 5.0-liter V8 Engine yang mengha-
silkan 1.099 tenaga kuda.
Di pasaran, mobil ini memiliki harga
di kisaran US$ 1.600.000 (sekitar 15,8
miliar). Pihak perusahaan membatasi
kecepatan mobil ini hanya diperboleh-
kan mempergunakan kecepatan 378
km/jam saja.
Koenigsegg Agera merupakan mobil
sport mid-engined dari produsen mobil
Swedia Koenigsegg. Agera hadir sebagai
pengganti serie CCX yang tahun lalu
yang sempat menempati posisi sebagai
salah satu mobil termahal.
Koenigsegg Agera R, diklaim lebih
baik dari Ferrari LaFerrari dan McLaren
P1. Hal ini didorong dengan fakta-fakta
tentang kekuatan dan kecepatan Agera
R yang lebih baik dari LaFerrari dan
McLaren P1.
Bobot dari dari Agera R juga
lebih ringan dibanding dua
supercar tersebut berkat peng-
gunaan serat karbon terbaru.
Koenigsegg Agera R dipersenjatai
mesin V8 berkapasitas 5,0 liter
twin turbo. Mesin tersebut
mampu menghasilkan total
output mencapai 1.115 tenaga
kuda dengan torsi maksimal 885
lb-ft.
Satu lagi produk mobil super
hero adalah SSC Ultimate Aero
yang merupakan mobil tercepat
ketiga di dunia. Mobil ini bisa
mencapai kecepatan maksimal
413,6 km/jam dengan kemam-
puan menembus kecepatan 0-60
dalam waktu 2,7 detik.
SSC Ultimate Aero memiliki
mesin twin-turbo V8 Engine
dengan 1183 tenaga kuda. Har-
ganya di pasaran adalah sekitar
US$ 654,400 (Rp 6,3 miliar).
SSC Ultimate Aero adalah
mobil ciptaaan perusahaan
supercar asal Amerika Shelby
SuperCars. Tercatat terdapat
24 unit dalam produksi saat ini.
SSC Ultimate Aero sangat dikenal dalam
kecepatan, bahkan mobil sport keren
ini membukukan rekor dan dicatat
oleh Guinness World Book sebagai yang
tercepat pada tahun 2007 sampai juli
2010 dengan kecepatan maksimal mobil
ini mencapai 257 mph atau sekitar 414
km per jam.
Posisi selanjutnya mobil tercepat di
dunia diduduki Saleen S7 Twin-Turbo.
Saleen adalah hasil kerja sama
produsen mobil Saleen, Hidden Creek
Industries, Phil Frank Design dan Ray
Mallock Ltd telah melahirkan sebuah
mobil sport bernama S7 Twin-Turbo.
S7 muncul dengan mesin V8 yang
memproduksi 750 tenaga kuda dan
menghasilkan kecepatan maksimum
hingga 402 km/jam.
Dan peringkat kelima adalah McLaren
F1, mobil balap jalanan tercepat yang
diproduksi McLaren Automotive. Dulu-
nya mobil ini merupakan mobil tercepat
di dunia. Kecepatan maksimumnya
mencapai 371 km/jam.(*)
Bugatti Veyron
YANG
TERCEPAT
2. join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya
SELASA, 25 JUNI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com2
SURYA Online - Selagi puluhan lelaki
dewasa sibuk menyiapkan panggung
pertunjukan Festival Lima Gunung XII
di kawasan Gunung Andong, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, dari dalam
rumah sang petinggi komunitas seniman
petani setempat terdengar tabuhan
demung berpadu dengan kendang.
Tabuhan perangkat musik tradisional
gamelan oleh sejumlah bocah yang
masih usia anak-anak itu, bukan dalam
rangka latihan untuk pertunjukkan.
Akan tetapi, mereka dengan riang
sekadar bermain di dalam rumah Supadi
Haryanto yang juga Ketua Komunitas
Lima Gunung, belum lama ini.
Mereka yang bermain dengan
gamelan itu masing-masing, Ahmad
Widianto (6), Tofik Andiranto (7), Ahmad
Khoirudin (6), dan Wentriantono (5).
Widianto dan Tofik, masih duduk di
Kelas I SD Negeri Girirejo II, sedangkan
Khoirudin di TK Srigading, Girirejo,
serta Wentriantono, masih duduk di TK
Pongangan, Kabupaten Semarang yang
berbatasan dengan Ngablak.
Mereka adalah anak-anak Dusun
Mantran Wetan, Desa Girirejo, Keca-
matan Ngablak, Kabupaten Magelang,
lokasi Festival Lima Gunung XII, 28-30
Juni 2013.
Festival itu diselenggarakan secara
mandiri setiap tahun oleh seniman
petani yang tergabung dalam Komu-
nitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu,
Andong, Sumbing dan Menoreh). Pada
2009, dusun itu juga menjadi lokasi
festival serupa.
Hampir setiap hari, setelah pulang
sekolah, anak-anak setempat bermain-
main dengan perangkat gamelan di
rumah Supadi Haryanto itu dan juga
bermain-main dengan gerak tarian
tradisional mereka.
Seniman petani Dusun Mantran Wetan
yang berkelompok dalam Sanggar
Andong Jinawi itu, menjadi bagian dari
Komunitas Lima Gunung dengan basis
kesenian tradisional, antara lain Tarian
Jaran Papat, Kuda Lumping, Topeng
Ireng, Warok, Bronto Lungit, dan
sendratari.
Jumlah warga setempat sekitar 550
jiwa atau 142 kepala keluarga dengan
mayoritas kehidupan sehari-hari
bekerja sebagai petani hortikultura.
Tak seberapa lama kemudian, tiga di
antara empat anak itu beralih bermain-
main gerak Tarian Warok dan Kuda
Kumping dengan sejumlah komposisinya
di dalam rumah tersebut, sedangkan
satu lainnya masih asyik dengan tabuh-
an kendang dan sesekali memainkan
pukulan saron.
Kesenian Anak
Sanggar Andong Jiwani memiliki
seperangkat gamelan terbuat dari
perunggu yang setiap hari digelar di ru-
mah Supadi yang juga juragan sayuran
di kawasan Gunung Andong tersebut.
“Kono madhep ngalor, madhep nga-
lor!” (Kamu menghadap utara, Red.),”
kata Widianto yang akrab dipanggil Dian
itu, saat memberi perintah Khoirudin
sewaktu bermain-main dengan gerakan
Tarian Warok Bocah.
Kali ini musik pengiring gerakan
tarian itu untuk bermain-main, bukan
dari tabuhan gamelan, melainkan irama
gamelan dari mulut yang terdengar
bervariasi, berirama dan tidak putus-
putus.
Mereka tampak lincah bermain-main
tarian tersebut dengan keringat yang
mengucur deras dari tubuh masing-
masing.
“Kowe ndhodhok, ndhodhok!’(Kamu
jongkok, Red.),” kata Dian yang terke-
san polos memerintah Khoirudin untuk
berjongkok sambil terus menari.
Mereka adalah bagian dari grup
kesenian anak setempat yang baru
dibentuk, bernama “Kumpul Bocah
Mantran” dengan jumlah anggota saat
ini sekitar 35 anak.
Pembentukannya terdorong oleh
keputusan para petinggi Komunitas
Lima Gunung terkait lokasi festival
tahunan mereka Tahun 2013 di Dusun
Mantran Wetan.
Mereka saat ini telah bisa memainkan
tarian yang disebut sebagai Warok,
Jatilan Klana, Soreng, Leak, dan
Tombak, setelah secara khusus dilatih
oleh seorang anggota Sanggar Andong
Jinawi, Gianto.
Saat hari pertama Festival Lima
Gunung XII mendatang, mereka juga
akan pentas drama dengan lakon yang
terinspirasi dari puisi “Tuyul” karya
W.S. Rendra.
Seorang pegiat Komunitas Lima Gu-
nung yang juga guru bahasa Indonesia di
SMP Kristen Kota Magelang, Wicahyanti
Rejeki melatih mereka untuk memain-
kan drama itu.
“Pesan melalui drama anak-anak
Mantran itu bahwa kita semua harus
banyak bersyukur dan berusaha dalam
keadaan apapun,” kata Wicah yang juga
penyair Magelang itu.
Beberapa anak laki-laki akan me-
nyuguhkan Tarian Warok Bocah dengan
iringan tabuhan gamelan secara “live”,
sedangkan anak-anak putri menyajikan
tarian berjudul Sekar Gumadung,
karya Gianto. Tarian itu menceritakan
sekelompok remaja berkelana untuk
berguru, mencari ilmu, sebagai pegang-
an hidup kelak.
“Kalau Warok Bocah menjadi simbol
kegagahan orang dusun, tetapi karena
dimainkan anak-anak sehingga gerakan-
nya sederhana dan kostumnya dikemas
secara lebih efisien,” kata Gianto.
Supadi menyebut, hal biasa untuk
anak-anak setempat bermain-main
dengan kesenian tradisionalnya.
Permainan itu biasanya mereka
lakukan siang hari, setelah pulang
sekolah.
Mereka juga selalu menonton latihan
kesenian tradisional di rumah itu,
yang dijalani orang-orang dewasa
anggota sanggar setempat secara rutin,
seminggu sekali.
“Setiap latihan, anak-anak itu ikut
kumpul, sehingga mudah saja ketika
kami mengajari mereka tarian Warok,
hanya tiga kali latihan, seminggu sekali.
Tinggal mengumpulkan dan mengolah,
mereka langsung bisa, “ katanya.
Bentuk Karakter
Kedekatan anak-anak setempat
terhadap tarian tradisionalnya, ber-
manfaat dalam pembentukan karakter
mereka. Supadi menyebut mereka
menjalani olah rasa melalui kesenian
tradisional yang dihidupi oleh warga
dusunnya.
Namun, dapat dipastikan bahwa
tidak semua orang tua di dusun itu
berhadap bahwa anak-anak mereka
kelak sebatas menjadi seniman dusun.
Mereka tentu ingin anak-anak mencapai
cita-cita masing-masing dengan tumbuh
menjadi pribadi yang dewasa, mandiri,
dan bertanggung jawab, serta berguna
untuk masyarakat, lingkungan, bangsa,
dan negerinya.
Kalau hingga sekarang warga dusun
itu intensif menghidupi kesenian
tradisionalnya hingga membalutkannya
kepada keseharian anak-anak setempat,
tentunya mereka sedang menjalankan
pendidikan nilai kepada generasi
penerus tersebut.
Seandainya kesadaran ini dimiliki oleh
semua insan warga negara Indonesia,
tentu moralitas bangsa yang sekarang
lagi terpuruk, tidak akan separah yang
terjadi sekarang ini. Kiranya apa yang
dilakukan oleh Komunitas Lima Gunung
ini bisa menjadi tauladan yang lain.
(antara)
Festival Lima Gunung
FUNDAMENNASIONALISME