SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Télécharger pour lire hors ligne
BAB      2
                         RESUSITASI JANTUNG DAN PARU
                                                         Ns. Muhamad Adam, S.Kp, M.Kep.




B
        asic life support atau bantuan hidup dasar (BHD) sudah sering diperkenalkan
        dalam situasi kegawatdaruratan. Dalam perkembangannya, metode BHD selalu
        mengalami penyempurnaan. BHD sangat bermanfaat bagi penyelamatan
kehidupan mengingat dengan pemberian sirkulasi dan napas buatan secara sederhana,
BHD memberikan asupan oksigen dan sirkulasi darah ke sistem tubuh terutama organ
yang sangat vital dan sensitif terhadap kekurangan oksigen seperti otak dan jantung.
Berhentinya sirkulasi beberapa detik sampai beberapa menit, asupan oksigen ke dalam
otak terhenti, terjadi hipoksia otak yang yang mengakibatkan kemampuan koordinasi otak
untuk menggerakkan organ otonom menjadi terganggu, seperti gerakan denyut jantung
dan pernapasan.

Penyelamatan ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan sesegera mungkin dan sebaik
mungkin. Lebih baik ditolong, walupun tidak sempurna daripada dibiarkan tanpa
pertolongan. Pada saat henti napas, kandungan oksigen dalam darah masih tersedia
sedikit, jantung masih mampu mensirkulasikannya ke dalam organ penting, terutama
otak, jika pada situasi diberi bantuan pernapasan, kebutuhan jantung akan oksigen untuk
metabolisme tersedia dan henti jantung dapat dicegah.

      Keterlambatan BHD                     Peluang Keberhasilan (Hidup)
      1 menit                               98 dari 100 korban
      3 menit                               50 dari 100 korban
      10 menit                              1 dari 100 korban

Kasus-kasus penyebab terjadinya henti jantung dan henti napas dapat terjadi kapan saja,
dimana saja dan pada siapa saja. Contoh kasusnya antara lain adalah tenggelam, stroke,
obstruksi jalan napas, menghirup asap, kercunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma,
MCI (myocardial infarction) atau gagal jantung, dan masih banyak lagi. Kondisi diatas,
ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi karotis dan tidak adanya gerakan napas
dada.

Ketika American Heart Assocation (AHA) menetapkan pedoman resusitasi yang pertama
kali pada tahun 1966, resusitasi jantung paru (RJP) awalnya “A-B-C” yaitu membuka jalan
nafas korban (Airway), memberikan bantuan napas (Breathing) dan kemudian
memberikan kompresi dinding dada (Circulation). Namun, sekuensinya berdampak pada
penundaan bermakna (kira-kira 30 detik) untuk memberikan kompresi dinding dada yang
dibutuhkan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang kaya oksigen.

Dalam 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care, AHA menekankan fokus bantuan hidup dasar pada:

1. Pengenalan segera pada henti jantung yang terjadi tiba-tiba (immediate recognition
   of sudden cardiac arrest [SCA])
2. Aktivasi sistem respons gawat darurat (activation of emergency response system)
3. Resusitasi jantung paru sedini mungkin (early cardiopulmonary resuscitation)


HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                         17
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


4. Segera didefibrilasi jika diindikasikan (rapid defibrilation if indicated)

Dalam AHA Guidelines 2010 ini, AHA mengatur ulang langkah-langkah RJP dari “A-B-C”
menjadi “C-A-B” pada dewasa dan anak, sehingga memungkinkan setiap penolong
memulai kompresi dada dengan segera. Sejak tahun 2008, AHA telah
merekomendasikan bagi penolong tidak terlatih (awam) yang sendirian melakukan Hands
Only CPR atau RJP tanpa memberikan bantuan napas pada korban dewasa yang tiba-
tiba kolaps.




Setiap orang dapat menjadi penolong pada korban yang tiba-tiba mengalami henti
jantung. Keterampilan RJP dan penerapannya bergantung pada pelatihan yang pernah
dijalani, pengalaman dan kepercayadirian penolong. Kompresi dada merupakan fondasi
RJP sehingga setiap penolong baik terlatih maupun tidak, harus mampu memberikan
kompresi dada pada setiap korban henti jantung. Karena pentingnya, kompresi dada
harus menjadi tindakan prioritas pertama setiap korban dengan usia berapapun.
Penolong yang terlatih, harus memberikan kompresi dada yang dikombinasikan dengan
ventilasi (napas bantuan). Sedangkan penolong yang telah sangat terlatih diharapkan
bekerja secara bersama-sama dalam bentuk tim dalam memberikan ventilasi dan
kompresi dada.

Pedoman baru ini juga berisi rekomendasi lain yang didasarkan pada bukti yang telah
dipublikasikan, yaitu:
- Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba (suddent cardiact arrest) didasarkan pada
    pemeriksaan kondisi unresponsive dan tidak adanya napas normal (seperti, korban
    tidak bernapas atau hanya gasping/terengah-engah). Penolong tidak boleh
    menghabiskan waktu lebih dari 10 detik untuk melakukan pemeriksaan nadi. Jika nadi
    tidak dapat dipastikan dalam 10 detik, maka dianggap tidak ada nadi dan RJP harus
    dimulai atau memakai AED (automatic external defibrilator) jika tersedia.
- Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak pada
    bayi baru lahir.
- “Look, Listen and Feel" telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar.
- Jumlah kompresi dada setidaknya 100 kali per menit
- Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation
    (ROSC)
- Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi menjadi
    sedikitnya 2 inchi (5 cm)
- Peningkatan fokus untuk memastikan bahwa RJP diberikan dengan high-quality
    didasarkan pada :
     o Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan
         memungkinkan full chest recoil antara kompresi


HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                            18
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


    o   Meminimalkan interupsi saat memberikan kompresi dada
    o   Menghindari pemberian ventilasi yang berlebihan

Tujuan dari BHD adalah:

1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (melalui kompresi dada) dan
   ventilasi (melalui bantuan napas penolong) dari pasien yang mengalami henti jantung
   atau henti napas melalui rangkaian kegiatan Resusitasi Jantung Paru (RJP).


A. RANGKAIAN (SEKUENS) BANTUAN HIDUP DASAR

    Rangkaian bantuan hidup dasar pada dasarnya dinamis, namun sebaiknya tidak ada
    langkah yang terlewatkan untuk hasil yang optimal. Berikut ini adalah algoritma
    bantuan hidup dasar berdasarkan 2010 American Heart Association Guidelines for
    Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovacular Care, yaitu :


                                Korban ditemukan


                                Cek respon korban


                      Tidak ada respon (unresponsive)
                 Tidak bernapas atau tidak bernapas normal
                       (hanya gasping/terengah-engah)

                                                                Ada denyut
                                     Cek nadi :                    nadi        Beri 1 napas tiap 5 –
                                   Pastikan nadi                                6 detik
                                  dalam 10 detik?                              Cek ulang tiap 2
                                                                                menit
                                             Tak ada denyut nadi


                Mulai siklus 30 KOMPRESI dan 2 NAPAS


                            AED / defibrilator datang


                         Rekam irama jantung, apakah
                         bisa didefibrilasi atau tidak ?


              Berikan 1 shock                       Segera lanjutkan RJP selama 2 menit
           Segera lanjutkan RJP                      Cek irama setiap 2 menit, sampai tim
           untuk 5 siklus (2 menit)                   dengan alat lebih lengkap datang.

  Catatan : Kotak dengan garis putus-putus dilakukan oleh penolong
  profesional, bukan oleh penolong awam




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                                  19
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


1. Response
Pastikan situasi dan keadaan pasien dengan memanggil nama/sebutan yang umum
dengan keras disertai menyentuh atau menggoyangkan bahu dengan mantap. Prosedur
ini disebut sebagai teknik “touch and talk”. Hal ini cukup untuk membangunkan orang tidur
atau merangsang seseorang untuk bereaksi. Jika tidak ada respon, kemungkinan pasien
tidak sadar.

Terdapat tiga level tingkat kesadaran, yaitu:

   Sadar penuh: sadar, berorientasi baik terhadap diri, waktu dan tempat
   Setengah sadar: mengantuk atau bingung/linglung
   Tidak sadar: tidak berespon

Jika pasien berespon

Tinggalkan pada posisi dimana ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera lain
yang bisa terjadi. Analisa kebutuhan tim gawat darurat.

   Jika sendirian, tinggalkan pasien sementara, minta bantuan
   Observasi dan kaji ulang secara regular

                              Jika pasien tidak berespon

                                  Berteriak minta tolong
                                  Atur posisi pasien. Sebaiknya pasien terlentang
                                   pada permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak
                                   dalam posisi terlentang, terlentangkan pasien dengan
                                   teknik „log roll’, secara bersamaan kepala, leher dan
                                   punggung digulingkan.
                                  Atur posisi penolong. Berlutut sejajar dengan bahu
                                   pasien agar secara efektif dapat memberikan
                                   resusitasi jantung paru (RJP).
                                  Cek nadi karotis
                                   o AHA        Guideline    2010    tidak   menekankan
                                       pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme
                                       untuk menilai henti jantung karena penolong sering
                                       mengalami kesulitan mendeteksi nadi. Jikan dalam
                                       lebih dari 10 detik nadi karotis sulit dideteksi,
                                       kompresi dada harus dimulai.
                                   o Penolong awam tidak harus memeriksa denyut
                                       nadi karotis

                               Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tidak
                               sadar, tidak bernapas atau bernapas tapi tidak normal
                               (hanya gasping)




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                        20
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


2. Circulation (Sirkulasi)
                             Compressions
                             Bila tidak ada nadi

                                Mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi
                                 1. Lutut berada di sisi bahu korban
                                 2. Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu
                                    pada kedua tangan
                                 3. Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½
                                    sternum, diantara 2 putting susu dan telapak
                                    tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari
                                    saling bertaut atau dua jari pada bayi ditengah
                                    dada
                                 4. Tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan
                                    setidaknya 100x/menit (hampir 2 x/detik)

                                AHA Guideline 2010 merekomendasikan :
                                 1. Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam (push
                                    and hard)
                                 2. Kecepatan adekuat setidaknya 100 kali/menit
                                 3. Kedalaman adekuat
                                    o Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 : 2 (1 atau 2
                                      penolong)
                                    o Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2 (1
                                      penolong) dan 15 : 2 (2 penolong)
                                    o Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong)
                                      dan 15 : 2 (2 penolong)
                                 4. Memungkinkan terjadinya complete chest recoil
                                    atau pengembangan dada seperti semula setelah
                                    kompresi, sehingga chest compression time sama
                                    dengan waktu relaxation/recoil time.

3. Airway (Jalan Napas)
Pastikan jalan napas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapat bernapas

                             Bersihkan jalan napas

                                Amati suara napas dan pergerakan dinding dada
                                Cek dan bersihkan dengan menyisir rongga mulut
                                 dengan jari, bisa dilapisi dengan kasa untuk menyerap
                                 cairan.
                                Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger) untuk
                                 membuka mulut.




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                      21
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


                           Membuka jalan napas

                               Secara perlahan angkat dahi dan dagu pasien (Head
                                tilt & Chin lift) untuk buka jalan napas
                                 1. Head Tilt & Chin Lift
                                      a. Membaringkan korban terlentang pada
                                          permukaan yang datar dan keras
                                      b. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien
                                      c. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan
                                          dengan telapak tangan
                                      d. Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah
                                          dari tangan lainnya di bawah bagian ujung
                                          tulang rahang pasien
                                      e. Menengadahkan                kepala        dan
                                          menahan/menekan dahi pasien secara
                                          bersamaan sampai kepala pasien pada posisi
                                          ekstensi
                                 2. Jaw Trust
                                       a. Membaringkan korban terlentang pada
                                           permukaan yang datar dan keras
                                       b. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan
                                           kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah
                                           berada di depan barisan gigi atas, atau,
                                       c. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut
                                           korban dan bersama dengan jari-jari yang lain
                                           menarik dagu korban ke depan, sehingga
                                           otot-otot penahan lidah teregang dan
                                           terangkat
                                       d. Mempertahankan posisi mulut pasien tetap
                                           terbuka

                               Ambil benda apa saja yang telihat
                               Pada bayi, posisi kepala harus normal
                               Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas
                               Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan,
                                secukupnya untuk membuka jalan napas, karena bisa
                                berakibat cedera leher.
                               AHA Guideline 2010 merekomendasikan untuk :
                                o Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan
                                    napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan
                                    leher. Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal
                                    dan risiko cedera spinal meningkat jika pasien
                                    mengalami cedera kraniofasial dan/atau GCS <8
                                o Gunakan jaw thrust jika suspek cedera servikal
                                o Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan
                                    dilakukan restriksi manual (menempatkan 1
                                    tangan di ditiap sisi kepala pasien) daripada
                                    menggunakan spinal immobilization devices
                                    karena dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini
                                    bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal
                                    selama transportasi




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                       22
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


                           Jalan Napas Tersumbat

                               Miringkan pasien ke salah satu sisi
                               Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut
                                o Ambil gigi/palsu yang lepas
                                o Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya

                           Jalan Napas Bersih

                               Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanya
                                pernapasan normal
                               Jika dalam beberapa menit terdengar suara seperti
                                gurgling, atau batuk dengan pergerakan dada dan
                                abdomen, perlakukan tetap seperti tidak bernapas,
                                karena pernapasan ini tidak efektif.

                           Pemasangan Oro-pharingeal Airway (OPA)

                               Ukuran umum yang tersedia :
                                o Dewasa besar        = 100 cm (Guedel no. 5)
                                o Dewasa sedang       = 90 cm (Guedel no. 4)
                                o Dewasa kecil        = 80 cm (Guedel no. 3)
                                o Anak-anak           = Guedel no. 1 dan no. 2

                               Cara pemasangan
                                1. Menentukan ukuran OPA yang tepat bagi pasien
                                   dengan meletakkan OPA disamping pipi pasien
                                   dan memilih OPA yang panjangnya sesuai dari
                                   sudut mulut hingga ke sudut rahang bawah
                                   (angulus mandibulae)
                                2. Memasang alat, terdapat 2 cara :
                                   a. Cara pertama
                                       - Membuka mulut dan memasukkan OPA
                                          terbalik
                                       - Memutar/merotasi OPA jika telah
                                          mencapai palatum molle
                                   b. Cara kedua
                                       - Membuka mulut dengan spatel
                                       - Dengan hati-hati memasukkan OPA
                                          hingga ke belakang.
                                       - Pada anak-anak, sebaiknya memakai cara
                                          ini, karena rotasi dapat menyebabkan
                                          patahnya gigi dan kerusakan faring
                                3. Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan
                                   memberikan      ventilasi  pada    pasien.   Jika
                                   pemasangan tepat akan tampak pengembangan
                                   dada dan suara napas terdengar melalui
                                   auskultasi paru dengan stetoskop selama ventilasi




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                     23
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


                              Pemasangan Naso-pharingeal Airway (OPA)

                                  1. Menentukan ukuran NPA yang tepat bagi pasien
                                     a. Meletakkan NPA di samping pipi pasien dan
                                           memilih NPA yang panjangnya sesuai dari
                                           pangkal cuping hidung sampai cuping telinga
                                        b. NPA yang terlalu panjang dapat menstimulasi
                                           gag reflex sedangkan NPA yang telalu pendek
                                           tidak dapat menjauhkan lidah dari faring
                                           anterior
                                  2.    Melubrikasi ujung NPA dengan lubrikan larut air
                                        (water-soluble lubricant)   untuk meminimalkan
                                        tahanan dan menurunkan iritasi pada saluran
                                        lubang hidung
                                  3.    Memasukkan NPA dengan cara memegang NPA
                                        seperti memegang pensil dan secara perlahan
                                        dimasukkan ke dalam lubang hidung pasien
                                        dengan bevel menghadap ke nasal septum
                                  4.    Mendorong alat sepanjang dasar lubang hidung,
                                        mengikuti lekukan saluran lubang hidung, hingga
                                        pinggiran pangkal NPA rata dengan lubang hidung
                                  5.    Jika terjadi tahanan selama insersi, merotasi NPA
                                        bolak balik dengan lembut di antara kedua jari
                                  6.    Jika tahanan tetap terjadi, tidak memaksakan
                                        pemasangan alat karena dapat menyebabkan
                                        abrasi dan laserasi mukosa hidung yang dapat
                                        mengakibatkan perdarahan dan risiko aspirasi
                                  7.    Mengecek ketepatan pemasangan NPA dengan
                                        memberikan       ventilasi pada     pasien.    Jika
                                        pemasangan tepat akan tampak pengembangan
                                        dada dan suara napas terdengar melalui
                                        auskultasi paru dengan stetoskop selama
                                        ventilasi.

4. Breathing (Pernapasan)
Jika pasien bernapas
 Gulingkan ke arah recovery position
 Observasi secara regular

                              Jika tidak bernapas
                               Berikan 2 x napas buatan

                              Mulut ke mulut/hidung
                               Tutup hidung pasien
                               Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik
                               Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan
                               Beri tiupan yang kedua
                               Bila melalui hidung, mulut pasien harus ditutup




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                          24
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


                              Bag Valve Mask
                               Bisa digunakan secara efektif bila penolong minimal
                                 berdua
                               Oksigen dapat diberikan hingga 85% kapasitas
                                 reservoir
                               Prosedur :
                                 1. Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien
                                    dan memasangnya pada wajah pasien
                                 2. Menghubungkan bag dengan mask, jika belum
                                    tersambung
                                 3. Meletakkan bagian yang menyempit (apeks) dari
                                    masker di atas batang hidung pasien dan bagian
                                    yang melebar (basis) diantara bibir bawah dan
                                    dagu
                                 4. Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu
                                    jari dan jari teluntuk membentuk huruf “C”.
                                    Menggunakan jari yang lainnya pada tangan yang
                                    sama untuk mempertahankan ketepatan posisi
                                    kepala dengan mengangkat dagu sepanjang
                                    mandibula dengan jari membentuk huruf “E”
                                 5. Memberikan ventilasi dengan mengempiskan bag
                                    dengan menggunakan tangan lainnya
                                 6. Mengobservasi pengembangan dada pasien
                                    selama melakukan ventilasi

                              AHA Guideline 2010 merekomendasikan untuk :
                               Pemberian       rescue  breathing    sama   dengan
                                rekomendasi AHA 2005, yaitu :
                                a. Pemberian dilakukan sesuai tidal volume
                                b. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2
                                c. Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang
                                    penolong : selama pemberian RJP, ventilasi
                                    diberikan tiap 8-10 x/menit tanpa usaha
                                    sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi.
                                    Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian
                                    ventilasi
                               Tidak menekankan pemeriksaan breathing karena
                                penolong baik profesional maupun awam mungkin
                                tidak dapat menentukan secara akurat ada atau
                                tidaknya napas pada pasien tidak sadar karena jalan
                                napas tdk terbuka atau karena pasien occasional
                                gasping yg dpt terjadi pada beberapa menit pertama
                                setelah henti jantung.

      Kembali tangan dan jari secapatnya ke tengah dada dan beri kompresi dan
       ventilasi berikutnya
      Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas
      Sesudah 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian pasien dievaluasi kembali.
      Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan
       rasio 30 : 2.
      Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap
       (recovery position)
      Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12
       x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.
      Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar


HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                       25
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU    BAB 2


       jalan nafas tetap terbuka
      Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa
       apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala
       dan angkat dagu yang belum adekuat
      Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah
       posisi pasien ke recovery position, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
      Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika
       terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali
      Bila tersedia, gunakan Automated External Defibrillator (AED)


                               Kompresi dada saja

                                  Jika karena suatu kondisi napas buatan tidak dapat
                                   diberikan, tetap lakukan kompresi karena di dalam
                                   tubuh masih ada oksigen
                                  Cek ulang sirkulasi. Re-check dihentikan bila napas
                                   normal telah kembali, jangan menghentikan resusitasi

                               Multi penolong
                                Yakinkan ambulans (emergency team) telah dipanggil
                                Pastikan seseorang telah mengambil alat yang perlu
                                 digunakan
                                Lakukan pergantian setiap 2 menit untuk menghindari
                                 kelelahan
                                Hidari gap waktu dalam pergantian personel secara
                                 berlebihan

                                Kapan RJP dihentikan ?

                                  Area menjadi tidak aman
                                  Staf yang lebih ahli telah datang
                                  Tanda-tanda kehidupan muncul
                                  Tanda-tanda kematian: rigor mortis, dilatasi pupil
                                  Kelelahan fisik penolong atau sudah 30 menit tidak ada
                                   respon

II. OBSTRUKSI JALAN NAPAS KARENA BENDA ASING

Obstruksi jalan napas karena benda asing sering terjadi pada anak dan dewasa. Pada
orang dewasa, daging atau makan lain paling sering menyebabkan tersedak dan
menyumbat. Kondisi pada anak dapat semakin parah dengan penyebab yang sangat
bervariatif. Obstruksi jalan napas akut harsu di curigakan pada anak kecil/bayi yang tiba-
tiba mengalami gagal napas disertai batuk hebat, tercekik dan bunyi stridor.

Sumbatan parsial memungkinkan pasien masih dapat bernapas, namun kualitas
pernapasanya tidak menentu, biasanya pasien akan secara spontan melakukan batuk
dengan kuat untuk mengeluarkan sumbatan tersebut. Bila obstruksi parsial jalan napas
terjadi, namun tanda-tanda pernapasan tidak efektif, harus diperlakukan sama seperti
obstruksi jalan napas total. Pada obstruksi total, pasien tidak dapat bernapas, bicara atau
batuk. Biasaya pasein memegang lehernya sendiri. Konsentrasi oksigen semakin
menurun dan lama-kelamaan bisa tidak sadar dan mungkin meninggal bila tidak ditolong.




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                          26
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


Usahakan pasien dewasa atau pun anak untuk melakukan batuk dengan efektif. Usaha
mengeluarkan sumbatan lain dilakukan bila batuk tidak efektif untuk mengeluarkan
subatan dan tanda-tanda gangguan napas semakin hebat dan terdengar bunyi stridor.


Penatalaksanaan Maneuver Heimlich

Maneuver Heimlich. Merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan diafragma
secara mendadak, memaksa udara dalam paru untu keluar dengen cepat sehingga
penyumbat jalan napas dapat terdorong keluar. Hentakan dapat diulang 6-10 kali untuk
membersihkan jalan napas. Pertimbagnakn adanya kerusakan organ dibawah abdomen
atas dan torak bawah. Hentakan inidiberikan setelah kemungkinan sumbatan tidak bisa
diambil secara manual dengan mudah, atau dengan teknik pengambilan malahan
menyebabkan objek semakin dalam

                       Pasien sadar dan berdiri

                         -   Berdiri dibelakang pasien
                         -   Lingkari pinggang atas (lihat ilustrasi) dengan tangan
                             penolong
                         -   Letakan tangan yang mengepal ditopang dengn tangan
                             lain tepat dibawah prosesus xypoideus (uluhati)
                         -   Pegang erat-erat kepalan tangan
                         -   Tarik kedua tangan kita untu menekan dengan hentakan
                             keras kearah belakang pasien.
                         -   Ulangi kegiatan secara terpisah dengan gerakan kuat
                         -   Pada kasus obesitas atau kehamilan, berikan kompresi
                             dada
                         -   Bila pasien tidak sadar, baringkan dengan posisi terlentang




                       Pasien yang terlentang/tidak sadar

                         -   Terlentang kan pasien
                         -   Penolong berlutut diantara pahan pasien
                         -   Letakan satu tangan pada garis tengan abdomen, diatas
                             umbillikus dan agak jauh dibawah sternum, tangan kedua
                             diletakan pada tangan pertama.
                         -   Tekan kearah bawah depan dengan kuat dan menghentak.
                         -   Ulangi sampai 6-10 kali
                         -   Posisi ini bisa digunakan bila penolong terlau pendek
                             dbiandingkan dengan pasien




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                       27
RESUSITASI JANTUNG DAN PARU   BAB 2


                        Manuver untuk diri sendiri

                          -   Letakan tangan pada posisi seperti gambarilustrasi
                          -   Tekan kearah belakang atas
                          -   Bila tidak berhasil bisa ditekankan pada ujung meja/tepi
                          -   Ulangi sampai 6-10 kali




                        Pada bayi

                          -   Bayi ditunggangkan pada satu tangan penolong
                          -   Posisikan kepala menghadap ke bawah, lebih rendah dari
                              badan, tahan dengan tangan pada bagian rahang bayi.
                              Jangan menutup mulut dan hidung bayi
                          -   Dengan mengganakan tepalak tangan yang lain, berikan
                              4x pukulan diantara skapula
                          -   Setelah memukul letakan tangan yang bebsa di atas
                              punggung bayi untuk menjepit
                          -   Jika tidak berhasil, letakan 2-3 jari dibawah sternum (ps.
                              xypoideus), berikan 5 tekanan
                          -   Lihat adakah objek keluar, jika bisa dilihat, lepaskan
                              dengan jari, kemudian berikan 2 x napas bantuan
                          -   Bila tidak menolong minta bantuan yang lebih ahli sambil
                              terus memberikan tekanan punggung dan dada sampai
                              bayi terbatuk




Renungkan !

Ny. A datang menjenguk suaminya, tiba-tiba alarm berbunyi tanda terjadi henti jantung.
Perawat segera datang dan menutup gorden pasien, kemudian mulai melakukan tindakan
BLS. Ny. A tidak diperkankan melihat kejadian tersebut. Kemudian suster kepala
menghampiri dia dan mengatakan suaminya tidak bisa ditolong lagi. Ny A histeris dan
tidak terima karena tidak diberi kesempatan untuk melihat suaminya pada akhir hayatnya.
Apa yang sebaiknya dijawab dan direspon oleh perawat. Refleksikan bila hal ini menimpa
diri kita atau keluarga kita.




HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia                        28

Contenu connexe

Tendances

Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anak
Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anakResusitasi jantung paru pada dewasa dan anak
Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anakArnas Pamungkas
 
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup LanjutBantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup LanjutRobertus Arian Datusanantyo
 
Bantuan hidup dasar 2020 (1)
Bantuan hidup dasar 2020 (1)Bantuan hidup dasar 2020 (1)
Bantuan hidup dasar 2020 (1)rickygunawan84
 
fdokumen.com_case-1-av-block.ppt
fdokumen.com_case-1-av-block.pptfdokumen.com_case-1-av-block.ppt
fdokumen.com_case-1-av-block.pptTriSNingsih2
 
Model pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanModel pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanRahayoe Ningtyas
 
Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020rickygunawan84
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)ADam Raeyoo
 
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptxMayritaWahana
 
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanPenatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanUmpungeng
 
PPT-Triage.pptx
PPT-Triage.pptxPPT-Triage.pptx
PPT-Triage.pptxaini941298
 
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018Eri Yanuar Akhmad B Sunaryo
 
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwaStrategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwalutfinurariffani
 
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdf
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdfBANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdf
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdfJhyrotNyonkChailand
 
Kasus sistem-triage
Kasus sistem-triageKasus sistem-triage
Kasus sistem-triagejohanadi2
 
2. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 22. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 2Sri Rahayu
 

Tendances (20)

Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anak
Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anakResusitasi jantung paru pada dewasa dan anak
Resusitasi jantung paru pada dewasa dan anak
 
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup LanjutBantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
Bantuan Hidup Dasar dan Pengantar Bantuan Hidup Lanjut
 
Bantuan hidup dasar 2020 (1)
Bantuan hidup dasar 2020 (1)Bantuan hidup dasar 2020 (1)
Bantuan hidup dasar 2020 (1)
 
fdokumen.com_case-1-av-block.ppt
fdokumen.com_case-1-av-block.pptfdokumen.com_case-1-av-block.ppt
fdokumen.com_case-1-av-block.ppt
 
Model pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatanModel pemberian asuhan keperawatan
Model pemberian asuhan keperawatan
 
Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020Bantuan hidup dasar 2020
Bantuan hidup dasar 2020
 
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak)
 
Fisioterapi dada
Fisioterapi dadaFisioterapi dada
Fisioterapi dada
 
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx
480963324-BLS-AHA-2020-PPT-pptx.pptx
 
Rumus tetesan infus
Rumus tetesan infusRumus tetesan infus
Rumus tetesan infus
 
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah PernapasanPenatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
Penatalaksanaan Gangguan Masalah Pernapasan
 
Bahan ekg
Bahan ekgBahan ekg
Bahan ekg
 
PPT-Triage.pptx
PPT-Triage.pptxPPT-Triage.pptx
PPT-Triage.pptx
 
Trauma thorax
Trauma thoraxTrauma thorax
Trauma thorax
 
12 Thermal Trauma / Luka Bakar
12 Thermal Trauma / Luka Bakar12 Thermal Trauma / Luka Bakar
12 Thermal Trauma / Luka Bakar
 
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
Updated National Early Warning Score System versi 2 2018
 
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwaStrategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
Strategi pelaksanaan asuhan keperawatanjiwa
 
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdf
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdfBANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdf
BANTUAN HIDUP DASAR ( BHD) TLM_2023.pdf
 
Kasus sistem-triage
Kasus sistem-triageKasus sistem-triage
Kasus sistem-triage
 
2. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 22. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 2
 

En vedette

Trauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportTrauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportLee Oi Wah
 
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasResusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasvQhy
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasapjj_kemenkes
 
Resusitasi
ResusitasiResusitasi
Resusitasirakkas
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalpjj_kemenkes
 
Resuscitation techniques in pregnancy
Resuscitation techniques in pregnancyResuscitation techniques in pregnancy
Resuscitation techniques in pregnancyEmeka Anugom
 
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRIPERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRINunik Endang
 
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesia
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesiaPeraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesia
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesiaBilly Andreas
 
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurModul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurMuhammad Didit Prasodjo
 
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16Imelda Wijaya
 

En vedette (18)

BASIC LIFE SUPORT PADA IBU HAMIL
BASIC LIFE SUPORT PADA IBU HAMILBASIC LIFE SUPORT PADA IBU HAMIL
BASIC LIFE SUPORT PADA IBU HAMIL
 
Basic life support
Basic life supportBasic life support
Basic life support
 
Trauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life supportTrauma resuscitation and basic life support
Trauma resuscitation and basic life support
 
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang DewasResusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
Resusitasi Pada Bayi dan Orang Dewas
 
Rumus pemberian cairan infus
Rumus pemberian cairan infusRumus pemberian cairan infus
Rumus pemberian cairan infus
 
Tenggelam
TenggelamTenggelam
Tenggelam
 
Kb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasaKb 2 resusitasi pada dewasa
Kb 2 resusitasi pada dewasa
 
Resusitasi
ResusitasiResusitasi
Resusitasi
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
 
Resuscitation techniques in pregnancy
Resuscitation techniques in pregnancyResuscitation techniques in pregnancy
Resuscitation techniques in pregnancy
 
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRIPERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
 
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesia
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesiaPeraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesia
Peraturan dan tata tertib lomba debat bahasa indonesia
 
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 ArgamakmurModul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
Modul Debat Bahasa Indonesia - SMA Negeri 1 Argamakmur
 
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16
CPR 2015 oleh Bram, MD, Anesthesiologist 20.01.16
 
AHA CPR UPDATE 2015
AHA CPR UPDATE 2015AHA CPR UPDATE 2015
AHA CPR UPDATE 2015
 
Cpr 2015
Cpr 2015Cpr 2015
Cpr 2015
 
Basic Life Supoort
Basic Life SupoortBasic Life Supoort
Basic Life Supoort
 
Algoritmos AHA 2015 ESPAÑOL
Algoritmos AHA 2015 ESPAÑOLAlgoritmos AHA 2015 ESPAÑOL
Algoritmos AHA 2015 ESPAÑOL
 

Similaire à Resusitasi Jantung dan Paru (40/40

Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarpjj_kemenkes
 
Basic life support
Basic life supportBasic life support
Basic life supportArmy Of God
 
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptx
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptxPELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptx
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptxJeanneFransisca2
 
Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruResusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruSurangga Jaya
 
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)Dodit Mujiono
 
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014dki amin
 
bantuan-hidup-dasar
bantuan-hidup-dasarbantuan-hidup-dasar
bantuan-hidup-dasarKdp Kdp
 
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptx
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptxResusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptx
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptxUpiKomPeng1
 
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdf
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdfREFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdf
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdfTanSri4
 
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anak
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anakBANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anak
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anakichlasrahmadinanda
 
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut .pptx
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut  .pptxBHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut  .pptx
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut .pptxRSUPuriAsihKarawang
 
Bantuan hidup dasar melly
Bantuan hidup dasar mellyBantuan hidup dasar melly
Bantuan hidup dasar mellyInel Syafnil
 
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptxBANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptxMuthiaKhanza6
 
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptxRezaRamadhan80
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptMelvinFebrianto2
 
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdfanwarsoleh1
 

Similaire à Resusitasi Jantung dan Paru (40/40 (20)

Rjpo
RjpoRjpo
Rjpo
 
1. bhd 2015
1. bhd 20151. bhd 2015
1. bhd 2015
 
Kb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasarKb 3 bantuan hidup dasar
Kb 3 bantuan hidup dasar
 
Basic life support
Basic life supportBasic life support
Basic life support
 
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptx
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptxPELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptx
PELATIHAN RJP PRAJURIT LND JKT.pptx
 
MATERI BHD NON MEDIS.pptx
MATERI BHD NON MEDIS.pptxMATERI BHD NON MEDIS.pptx
MATERI BHD NON MEDIS.pptx
 
Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paruResusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru
 
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
LAPORAN BASIC LIFE SUPPORT (BLS)
 
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014FIRST AID By dr.Aminullah 2014
FIRST AID By dr.Aminullah 2014
 
bantuan-hidup-dasar
bantuan-hidup-dasarbantuan-hidup-dasar
bantuan-hidup-dasar
 
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptx
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptxResusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptx
Resusitasi Jantung Paru Pada Dewasa dan Anak.pptx
 
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdf
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdfREFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdf
REFERAT _ EMERGENCY_MARISA.pdf
 
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anak
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anakBANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anak
BANTUAN HIDUP DASAR pada dewasa dan anak
 
BHD DR.SULUNG.pptx
BHD DR.SULUNG.pptxBHD DR.SULUNG.pptx
BHD DR.SULUNG.pptx
 
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut .pptx
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut  .pptxBHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut  .pptx
BHD DAN BHL (bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Lanjut .pptx
 
Bantuan hidup dasar melly
Bantuan hidup dasar mellyBantuan hidup dasar melly
Bantuan hidup dasar melly
 
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptxBANTUAN HIDUP DASAR.pptx
BANTUAN HIDUP DASAR.pptx
 
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx
2)BASIC TRAUMA LIFE SUPPORT (CPR).pptx
 
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.pptFIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
FIRST AID VERSI AHA 2010.ppt
 
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf
183243666-PPT-RJP-ppt-pdf.pdf
 

Resusitasi Jantung dan Paru (40/40

  • 1. BAB 2 RESUSITASI JANTUNG DAN PARU Ns. Muhamad Adam, S.Kp, M.Kep. B asic life support atau bantuan hidup dasar (BHD) sudah sering diperkenalkan dalam situasi kegawatdaruratan. Dalam perkembangannya, metode BHD selalu mengalami penyempurnaan. BHD sangat bermanfaat bagi penyelamatan kehidupan mengingat dengan pemberian sirkulasi dan napas buatan secara sederhana, BHD memberikan asupan oksigen dan sirkulasi darah ke sistem tubuh terutama organ yang sangat vital dan sensitif terhadap kekurangan oksigen seperti otak dan jantung. Berhentinya sirkulasi beberapa detik sampai beberapa menit, asupan oksigen ke dalam otak terhenti, terjadi hipoksia otak yang yang mengakibatkan kemampuan koordinasi otak untuk menggerakkan organ otonom menjadi terganggu, seperti gerakan denyut jantung dan pernapasan. Penyelamatan ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan sesegera mungkin dan sebaik mungkin. Lebih baik ditolong, walupun tidak sempurna daripada dibiarkan tanpa pertolongan. Pada saat henti napas, kandungan oksigen dalam darah masih tersedia sedikit, jantung masih mampu mensirkulasikannya ke dalam organ penting, terutama otak, jika pada situasi diberi bantuan pernapasan, kebutuhan jantung akan oksigen untuk metabolisme tersedia dan henti jantung dapat dicegah. Keterlambatan BHD Peluang Keberhasilan (Hidup) 1 menit 98 dari 100 korban 3 menit 50 dari 100 korban 10 menit 1 dari 100 korban Kasus-kasus penyebab terjadinya henti jantung dan henti napas dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapa saja. Contoh kasusnya antara lain adalah tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas, menghirup asap, kercunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI (myocardial infarction) atau gagal jantung, dan masih banyak lagi. Kondisi diatas, ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi karotis dan tidak adanya gerakan napas dada. Ketika American Heart Assocation (AHA) menetapkan pedoman resusitasi yang pertama kali pada tahun 1966, resusitasi jantung paru (RJP) awalnya “A-B-C” yaitu membuka jalan nafas korban (Airway), memberikan bantuan napas (Breathing) dan kemudian memberikan kompresi dinding dada (Circulation). Namun, sekuensinya berdampak pada penundaan bermakna (kira-kira 30 detik) untuk memberikan kompresi dinding dada yang dibutuhkan untuk mempertahankan sirkulasi darah yang kaya oksigen. Dalam 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care, AHA menekankan fokus bantuan hidup dasar pada: 1. Pengenalan segera pada henti jantung yang terjadi tiba-tiba (immediate recognition of sudden cardiac arrest [SCA]) 2. Aktivasi sistem respons gawat darurat (activation of emergency response system) 3. Resusitasi jantung paru sedini mungkin (early cardiopulmonary resuscitation) HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 17
  • 2. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 4. Segera didefibrilasi jika diindikasikan (rapid defibrilation if indicated) Dalam AHA Guidelines 2010 ini, AHA mengatur ulang langkah-langkah RJP dari “A-B-C” menjadi “C-A-B” pada dewasa dan anak, sehingga memungkinkan setiap penolong memulai kompresi dada dengan segera. Sejak tahun 2008, AHA telah merekomendasikan bagi penolong tidak terlatih (awam) yang sendirian melakukan Hands Only CPR atau RJP tanpa memberikan bantuan napas pada korban dewasa yang tiba- tiba kolaps. Setiap orang dapat menjadi penolong pada korban yang tiba-tiba mengalami henti jantung. Keterampilan RJP dan penerapannya bergantung pada pelatihan yang pernah dijalani, pengalaman dan kepercayadirian penolong. Kompresi dada merupakan fondasi RJP sehingga setiap penolong baik terlatih maupun tidak, harus mampu memberikan kompresi dada pada setiap korban henti jantung. Karena pentingnya, kompresi dada harus menjadi tindakan prioritas pertama setiap korban dengan usia berapapun. Penolong yang terlatih, harus memberikan kompresi dada yang dikombinasikan dengan ventilasi (napas bantuan). Sedangkan penolong yang telah sangat terlatih diharapkan bekerja secara bersama-sama dalam bentuk tim dalam memberikan ventilasi dan kompresi dada. Pedoman baru ini juga berisi rekomendasi lain yang didasarkan pada bukti yang telah dipublikasikan, yaitu: - Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba (suddent cardiact arrest) didasarkan pada pemeriksaan kondisi unresponsive dan tidak adanya napas normal (seperti, korban tidak bernapas atau hanya gasping/terengah-engah). Penolong tidak boleh menghabiskan waktu lebih dari 10 detik untuk melakukan pemeriksaan nadi. Jika nadi tidak dapat dipastikan dalam 10 detik, maka dianggap tidak ada nadi dan RJP harus dimulai atau memakai AED (automatic external defibrilator) jika tersedia. - Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak pada bayi baru lahir. - “Look, Listen and Feel" telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar. - Jumlah kompresi dada setidaknya 100 kali per menit - Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation (ROSC) - Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi menjadi sedikitnya 2 inchi (5 cm) - Peningkatan fokus untuk memastikan bahwa RJP diberikan dengan high-quality didasarkan pada : o Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan memungkinkan full chest recoil antara kompresi HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 18
  • 3. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 o Meminimalkan interupsi saat memberikan kompresi dada o Menghindari pemberian ventilasi yang berlebihan Tujuan dari BHD adalah: 1. Mencegah berhentinya sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan 2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi (melalui kompresi dada) dan ventilasi (melalui bantuan napas penolong) dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui rangkaian kegiatan Resusitasi Jantung Paru (RJP). A. RANGKAIAN (SEKUENS) BANTUAN HIDUP DASAR Rangkaian bantuan hidup dasar pada dasarnya dinamis, namun sebaiknya tidak ada langkah yang terlewatkan untuk hasil yang optimal. Berikut ini adalah algoritma bantuan hidup dasar berdasarkan 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovacular Care, yaitu : Korban ditemukan Cek respon korban Tidak ada respon (unresponsive) Tidak bernapas atau tidak bernapas normal (hanya gasping/terengah-engah) Ada denyut Cek nadi : nadi  Beri 1 napas tiap 5 – Pastikan nadi 6 detik dalam 10 detik?  Cek ulang tiap 2 menit Tak ada denyut nadi Mulai siklus 30 KOMPRESI dan 2 NAPAS AED / defibrilator datang Rekam irama jantung, apakah bisa didefibrilasi atau tidak ? Berikan 1 shock Segera lanjutkan RJP selama 2 menit Segera lanjutkan RJP Cek irama setiap 2 menit, sampai tim untuk 5 siklus (2 menit) dengan alat lebih lengkap datang. Catatan : Kotak dengan garis putus-putus dilakukan oleh penolong profesional, bukan oleh penolong awam HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 19
  • 4. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 1. Response Pastikan situasi dan keadaan pasien dengan memanggil nama/sebutan yang umum dengan keras disertai menyentuh atau menggoyangkan bahu dengan mantap. Prosedur ini disebut sebagai teknik “touch and talk”. Hal ini cukup untuk membangunkan orang tidur atau merangsang seseorang untuk bereaksi. Jika tidak ada respon, kemungkinan pasien tidak sadar. Terdapat tiga level tingkat kesadaran, yaitu:  Sadar penuh: sadar, berorientasi baik terhadap diri, waktu dan tempat  Setengah sadar: mengantuk atau bingung/linglung  Tidak sadar: tidak berespon Jika pasien berespon Tinggalkan pada posisi dimana ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera lain yang bisa terjadi. Analisa kebutuhan tim gawat darurat.  Jika sendirian, tinggalkan pasien sementara, minta bantuan  Observasi dan kaji ulang secara regular Jika pasien tidak berespon  Berteriak minta tolong  Atur posisi pasien. Sebaiknya pasien terlentang pada permukaan keras dan rata. Jika ditemukan tidak dalam posisi terlentang, terlentangkan pasien dengan teknik „log roll’, secara bersamaan kepala, leher dan punggung digulingkan.  Atur posisi penolong. Berlutut sejajar dengan bahu pasien agar secara efektif dapat memberikan resusitasi jantung paru (RJP).  Cek nadi karotis o AHA Guideline 2010 tidak menekankan pemeriksaan nadi karotis sebagai mekanisme untuk menilai henti jantung karena penolong sering mengalami kesulitan mendeteksi nadi. Jikan dalam lebih dari 10 detik nadi karotis sulit dideteksi, kompresi dada harus dimulai. o Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi karotis Anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernapas atau bernapas tapi tidak normal (hanya gasping) HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 20
  • 5. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 2. Circulation (Sirkulasi) Compressions Bila tidak ada nadi  Mulai lakukan siklus 30 kompresi dan 2 ventilasi 1. Lutut berada di sisi bahu korban 2. Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan 3. Letakkan salah satu tumit telapak tangan pada ½ sternum, diantara 2 putting susu dan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama dengan jari saling bertaut atau dua jari pada bayi ditengah dada 4. Tekan dada lurus ke bawah dengan kecepatan setidaknya 100x/menit (hampir 2 x/detik)  AHA Guideline 2010 merekomendasikan : 1. Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam (push and hard) 2. Kecepatan adekuat setidaknya 100 kali/menit 3. Kedalaman adekuat o Dewasa : 2 inchi (5 cm), rasio 30 : 2 (1 atau 2 penolong) o Anak : 1/3 AP (± 5 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong) o Bayi : 1/3 AP (± 4 cm), rasio 30 : 2 (1 penolong) dan 15 : 2 (2 penolong) 4. Memungkinkan terjadinya complete chest recoil atau pengembangan dada seperti semula setelah kompresi, sehingga chest compression time sama dengan waktu relaxation/recoil time. 3. Airway (Jalan Napas) Pastikan jalan napas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapat bernapas Bersihkan jalan napas  Amati suara napas dan pergerakan dinding dada  Cek dan bersihkan dengan menyisir rongga mulut dengan jari, bisa dilapisi dengan kasa untuk menyerap cairan.  Dilakukan dengan cara jari silang (cross finger) untuk membuka mulut. HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 21
  • 6. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Membuka jalan napas  Secara perlahan angkat dahi dan dagu pasien (Head tilt & Chin lift) untuk buka jalan napas 1. Head Tilt & Chin Lift a. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras b. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien c. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan d. Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah dari tangan lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang pasien e. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi 2. Jaw Trust a. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras b. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, atau, c. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan bersama dengan jari-jari yang lain menarik dagu korban ke depan, sehingga otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat d. Mempertahankan posisi mulut pasien tetap terbuka  Ambil benda apa saja yang telihat  Pada bayi, posisi kepala harus normal  Cek tanda kehidupan: respon dan suara napas  Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan, secukupnya untuk membuka jalan napas, karena bisa berakibat cedera leher.  AHA Guideline 2010 merekomendasikan untuk : o Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan napas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher. Sekitar 0,12-3,7% mengalami cedera spinal dan risiko cedera spinal meningkat jika pasien mengalami cedera kraniofasial dan/atau GCS <8 o Gunakan jaw thrust jika suspek cedera servikal o Pasien suspek cedera spinal lebih diutamakan dilakukan restriksi manual (menempatkan 1 tangan di ditiap sisi kepala pasien) daripada menggunakan spinal immobilization devices karena dapat mengganggu jalan napas tapi alat ini bermanfaat mempertahankan kesejajaran spinal selama transportasi HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 22
  • 7. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Jalan Napas Tersumbat  Miringkan pasien ke salah satu sisi  Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut o Ambil gigi/palsu yang lepas o Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya Jalan Napas Bersih  Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanya pernapasan normal  Jika dalam beberapa menit terdengar suara seperti gurgling, atau batuk dengan pergerakan dada dan abdomen, perlakukan tetap seperti tidak bernapas, karena pernapasan ini tidak efektif. Pemasangan Oro-pharingeal Airway (OPA)  Ukuran umum yang tersedia : o Dewasa besar = 100 cm (Guedel no. 5) o Dewasa sedang = 90 cm (Guedel no. 4) o Dewasa kecil = 80 cm (Guedel no. 3) o Anak-anak = Guedel no. 1 dan no. 2  Cara pemasangan 1. Menentukan ukuran OPA yang tepat bagi pasien dengan meletakkan OPA disamping pipi pasien dan memilih OPA yang panjangnya sesuai dari sudut mulut hingga ke sudut rahang bawah (angulus mandibulae) 2. Memasang alat, terdapat 2 cara : a. Cara pertama - Membuka mulut dan memasukkan OPA terbalik - Memutar/merotasi OPA jika telah mencapai palatum molle b. Cara kedua - Membuka mulut dengan spatel - Dengan hati-hati memasukkan OPA hingga ke belakang. - Pada anak-anak, sebaiknya memakai cara ini, karena rotasi dapat menyebabkan patahnya gigi dan kerusakan faring 3. Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan memberikan ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi paru dengan stetoskop selama ventilasi HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 23
  • 8. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Pemasangan Naso-pharingeal Airway (OPA) 1. Menentukan ukuran NPA yang tepat bagi pasien a. Meletakkan NPA di samping pipi pasien dan memilih NPA yang panjangnya sesuai dari pangkal cuping hidung sampai cuping telinga b. NPA yang terlalu panjang dapat menstimulasi gag reflex sedangkan NPA yang telalu pendek tidak dapat menjauhkan lidah dari faring anterior 2. Melubrikasi ujung NPA dengan lubrikan larut air (water-soluble lubricant) untuk meminimalkan tahanan dan menurunkan iritasi pada saluran lubang hidung 3. Memasukkan NPA dengan cara memegang NPA seperti memegang pensil dan secara perlahan dimasukkan ke dalam lubang hidung pasien dengan bevel menghadap ke nasal septum 4. Mendorong alat sepanjang dasar lubang hidung, mengikuti lekukan saluran lubang hidung, hingga pinggiran pangkal NPA rata dengan lubang hidung 5. Jika terjadi tahanan selama insersi, merotasi NPA bolak balik dengan lembut di antara kedua jari 6. Jika tahanan tetap terjadi, tidak memaksakan pemasangan alat karena dapat menyebabkan abrasi dan laserasi mukosa hidung yang dapat mengakibatkan perdarahan dan risiko aspirasi 7. Mengecek ketepatan pemasangan NPA dengan memberikan ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi paru dengan stetoskop selama ventilasi. 4. Breathing (Pernapasan) Jika pasien bernapas  Gulingkan ke arah recovery position  Observasi secara regular Jika tidak bernapas  Berikan 2 x napas buatan Mulut ke mulut/hidung  Tutup hidung pasien  Tiup ke dalam mulut pasien sekitar 1 detik  Lihat adanya pengembangan dada pada tiap tiupan  Beri tiupan yang kedua  Bila melalui hidung, mulut pasien harus ditutup HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 24
  • 9. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Bag Valve Mask  Bisa digunakan secara efektif bila penolong minimal berdua  Oksigen dapat diberikan hingga 85% kapasitas reservoir  Prosedur : 1. Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien dan memasangnya pada wajah pasien 2. Menghubungkan bag dengan mask, jika belum tersambung 3. Meletakkan bagian yang menyempit (apeks) dari masker di atas batang hidung pasien dan bagian yang melebar (basis) diantara bibir bawah dan dagu 4. Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu jari dan jari teluntuk membentuk huruf “C”. Menggunakan jari yang lainnya pada tangan yang sama untuk mempertahankan ketepatan posisi kepala dengan mengangkat dagu sepanjang mandibula dengan jari membentuk huruf “E” 5. Memberikan ventilasi dengan mengempiskan bag dengan menggunakan tangan lainnya 6. Mengobservasi pengembangan dada pasien selama melakukan ventilasi AHA Guideline 2010 merekomendasikan untuk :  Pemberian rescue breathing sama dengan rekomendasi AHA 2005, yaitu : a. Pemberian dilakukan sesuai tidal volume b. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2 c. Setelah alat intubasi terpasang pada 2 orang penolong : selama pemberian RJP, ventilasi diberikan tiap 8-10 x/menit tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi  Tidak menekankan pemeriksaan breathing karena penolong baik profesional maupun awam mungkin tidak dapat menentukan secara akurat ada atau tidaknya napas pada pasien tidak sadar karena jalan napas tdk terbuka atau karena pasien occasional gasping yg dpt terjadi pada beberapa menit pertama setelah henti jantung.  Kembali tangan dan jari secapatnya ke tengah dada dan beri kompresi dan ventilasi berikutnya  Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas  Sesudah 5 siklus kompresi dan ventilasi kemudian pasien dievaluasi kembali.  Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30 : 2.  Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position)  Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12 x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.  Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 25
  • 10. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 jalan nafas tetap terbuka  Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat  Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke recovery position, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .  Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali  Bila tersedia, gunakan Automated External Defibrillator (AED) Kompresi dada saja  Jika karena suatu kondisi napas buatan tidak dapat diberikan, tetap lakukan kompresi karena di dalam tubuh masih ada oksigen  Cek ulang sirkulasi. Re-check dihentikan bila napas normal telah kembali, jangan menghentikan resusitasi Multi penolong  Yakinkan ambulans (emergency team) telah dipanggil  Pastikan seseorang telah mengambil alat yang perlu digunakan  Lakukan pergantian setiap 2 menit untuk menghindari kelelahan  Hidari gap waktu dalam pergantian personel secara berlebihan Kapan RJP dihentikan ?  Area menjadi tidak aman  Staf yang lebih ahli telah datang  Tanda-tanda kehidupan muncul  Tanda-tanda kematian: rigor mortis, dilatasi pupil  Kelelahan fisik penolong atau sudah 30 menit tidak ada respon II. OBSTRUKSI JALAN NAPAS KARENA BENDA ASING Obstruksi jalan napas karena benda asing sering terjadi pada anak dan dewasa. Pada orang dewasa, daging atau makan lain paling sering menyebabkan tersedak dan menyumbat. Kondisi pada anak dapat semakin parah dengan penyebab yang sangat bervariatif. Obstruksi jalan napas akut harsu di curigakan pada anak kecil/bayi yang tiba- tiba mengalami gagal napas disertai batuk hebat, tercekik dan bunyi stridor. Sumbatan parsial memungkinkan pasien masih dapat bernapas, namun kualitas pernapasanya tidak menentu, biasanya pasien akan secara spontan melakukan batuk dengan kuat untuk mengeluarkan sumbatan tersebut. Bila obstruksi parsial jalan napas terjadi, namun tanda-tanda pernapasan tidak efektif, harus diperlakukan sama seperti obstruksi jalan napas total. Pada obstruksi total, pasien tidak dapat bernapas, bicara atau batuk. Biasaya pasein memegang lehernya sendiri. Konsentrasi oksigen semakin menurun dan lama-kelamaan bisa tidak sadar dan mungkin meninggal bila tidak ditolong. HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 26
  • 11. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Usahakan pasien dewasa atau pun anak untuk melakukan batuk dengan efektif. Usaha mengeluarkan sumbatan lain dilakukan bila batuk tidak efektif untuk mengeluarkan subatan dan tanda-tanda gangguan napas semakin hebat dan terdengar bunyi stridor. Penatalaksanaan Maneuver Heimlich Maneuver Heimlich. Merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan diafragma secara mendadak, memaksa udara dalam paru untu keluar dengen cepat sehingga penyumbat jalan napas dapat terdorong keluar. Hentakan dapat diulang 6-10 kali untuk membersihkan jalan napas. Pertimbagnakn adanya kerusakan organ dibawah abdomen atas dan torak bawah. Hentakan inidiberikan setelah kemungkinan sumbatan tidak bisa diambil secara manual dengan mudah, atau dengan teknik pengambilan malahan menyebabkan objek semakin dalam Pasien sadar dan berdiri - Berdiri dibelakang pasien - Lingkari pinggang atas (lihat ilustrasi) dengan tangan penolong - Letakan tangan yang mengepal ditopang dengn tangan lain tepat dibawah prosesus xypoideus (uluhati) - Pegang erat-erat kepalan tangan - Tarik kedua tangan kita untu menekan dengan hentakan keras kearah belakang pasien. - Ulangi kegiatan secara terpisah dengan gerakan kuat - Pada kasus obesitas atau kehamilan, berikan kompresi dada - Bila pasien tidak sadar, baringkan dengan posisi terlentang Pasien yang terlentang/tidak sadar - Terlentang kan pasien - Penolong berlutut diantara pahan pasien - Letakan satu tangan pada garis tengan abdomen, diatas umbillikus dan agak jauh dibawah sternum, tangan kedua diletakan pada tangan pertama. - Tekan kearah bawah depan dengan kuat dan menghentak. - Ulangi sampai 6-10 kali - Posisi ini bisa digunakan bila penolong terlau pendek dbiandingkan dengan pasien HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 27
  • 12. RESUSITASI JANTUNG DAN PARU BAB 2 Manuver untuk diri sendiri - Letakan tangan pada posisi seperti gambarilustrasi - Tekan kearah belakang atas - Bila tidak berhasil bisa ditekankan pada ujung meja/tepi - Ulangi sampai 6-10 kali Pada bayi - Bayi ditunggangkan pada satu tangan penolong - Posisikan kepala menghadap ke bawah, lebih rendah dari badan, tahan dengan tangan pada bagian rahang bayi. Jangan menutup mulut dan hidung bayi - Dengan mengganakan tepalak tangan yang lain, berikan 4x pukulan diantara skapula - Setelah memukul letakan tangan yang bebsa di atas punggung bayi untuk menjepit - Jika tidak berhasil, letakan 2-3 jari dibawah sternum (ps. xypoideus), berikan 5 tekanan - Lihat adakah objek keluar, jika bisa dilihat, lepaskan dengan jari, kemudian berikan 2 x napas bantuan - Bila tidak menolong minta bantuan yang lebih ahli sambil terus memberikan tekanan punggung dan dada sampai bayi terbatuk Renungkan ! Ny. A datang menjenguk suaminya, tiba-tiba alarm berbunyi tanda terjadi henti jantung. Perawat segera datang dan menutup gorden pasien, kemudian mulai melakukan tindakan BLS. Ny. A tidak diperkankan melihat kejadian tersebut. Kemudian suster kepala menghampiri dia dan mengatakan suaminya tidak bisa ditolong lagi. Ny A histeris dan tidak terima karena tidak diberi kesempatan untuk melihat suaminya pada akhir hayatnya. Apa yang sebaiknya dijawab dan direspon oleh perawat. Refleksikan bila hal ini menimpa diri kita atau keluarga kita. HIPGABI Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia 28