2. KONSEP POSTMODERNISME
• Postmodernisme, secara etimologis berasal dari kata Post-
modern-isme. Post dapat diartikan setelah, Isme diartikan
sebuah faham. Jadi, postmodernisme dapat diartikan
sebagai sebuah faham yang berkembang setelah masa
modern.
• Konsep postmodernisme lebih menekankan pada emosi
daripada rasio, media daripada isi, tanda daripada makna,
kemajemukan daripada penunggalan, kemungkinan
daripada kepastian, permainan daripada keseriusan,
keterbukaan daripada pemusatan, lokal daripada universal,
fiksi daripada fakta, estetika daripada etika, dan narasi
daripada teori
3. • Postmodernisme merupakan sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Dominic Strinati dalam kajian
budaya populer. Konsep ini digunakan untuk
menggambarkan dan menganalisis aspek penting
dalam kebudayaan kontemporer atau budaya masa
kini.
• Dalam konsep postmodernisme, keterkaitan antara
media massa dan budaya sangat erat. Keduanya tidak
bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya karena
keduanya mempunyai kepentingan yang saling
menguntungkan.
4. KARAKTERISTIK POSTMODERNISME
• Runtuhnya batasan antara kebudayaan dan
masyarakat, dimana budaya tidak lagi ‘agung’ karena
media massa sudah merefleksikannya dalam dunia
sosial masyarakat. Artinya media massa menjadi
cermin realitas sosial. Exp: budaya konsumsi
• Penekanan pada gaya daripada substansi. Singkatnya
dalam budaya populer pencitraan lebih penting
daripada nilai manfaat.
• Runtuhnya batasan kebudayaan tinggi dengan budaya
populer, dimana masyarakat tidak lagi bisa
membedakan karya seni dengan karya populer.
5. • Kekacauan antara ruang dan waktu, disebabkan karena
teknologi yang berkembang pesat. Masyarakat seringkali
dibuat bingung dengan konsep ‘kekinian’ dan ‘keakanan’.
• Memudarnya META-NARATIVES, dalam hal ini budaya
populer telah melonggarkan batasan nilai agama, ilmu
pengetahuan, dan seni, sehingga masyarakat tidak tahu
lagi apa yang menjadi pijakan hidupnya.
• Semakin kuatnya hiperealitas media yang dikuasai oleh
dua hal, yaitu kekuatan politik dan kekuatan ekonomi.
Hal ini menyebabkan media massa menjadi mudah untuk
direkayasa sesuai dengan keinginan para pemilik modal.
6. CIRI-CIRI POSTMODERNISME
1. Uang dianggap sangat penting bukan hanya digunakan
sebagai alat tukar melainkan juga sebagai simbol bagi
pemiliknya.
2. Budaya yang cenderung mengeksploitasi kesenangan
daripada manfaatnya.
3. Memudarnya kepercayaan pada agama yang dianutnya.
4. Meledaknya industri media massa yang menjelma menjadi
“Tuhan” yang menentukan kebenaran.
5. Munculnya radikalisme etnis dan agama sebagai reaksi dari
kekuatan media massa.
7. 6. Semakin kuatnya perkotaan sebagai pusat kebudayaan
dibandingkan pedesaan yang dianggap daerah pinggiran.
7. Semakin terbukanya peluang bagi pelbagai kelas sosial atau
kelompok minoritas untuk mengemukakan pendapat secara
lebih bebas dan terbuka.
8. Bahasa yang digunakan seringkali tidak memiliki kejelasan
makna sehingga terdengar ambigu.
9. Hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari
karena orang seringkali mengatasnamakan “seni” sebagai
pembiasaan.
8. BUDAYA POSTMODERNISME
BUDAYA KAPITALIS
• Budaya kapitalis muncul sebagai akibat dari meledaknya
industri media massa.
• Pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya diindustri
media massa karena keuntungan lebih menggiurkan, seperti
menjadi sponsor atau partnership.
• Adanya monopoli pemilik modal sebagai penentu
keberlangsungan konten media massa.
• Iklan menjadi lahan “eksklusif” bagi pemilik modal karena
media massa akan selalu bergantung pada hal tersebut.
10. BUDAYA KONSUMSI
• Objek-objek konsumsi menjadi bagian internal pada diri
seseorang. Sehingga sangat berpengaruh dalam pembentukan
dan pemahaman konsep diri, seperti ketika seorang remaja
dianggap “gaul” maka remaja itu harus berpenampilan
mengikuti tren saat itu.
• Saat ini objek konsumsi mampu menentukan prestise, status
dan simbol-simbol sosial tertentu bagi pemakainya. orang
cenderung menilai dan mengenali seseorang dari penempilan
luarnya, apa yang dikenakannya, aksesorisnya—mulai dari tas,
sepatu, kacamata, dsb.
• Barang-barang bermerek merupakan simbol sosial yang
menunjukkan kelas dan status seseorang yang tinggi dan
cenderung eksklusif.
12. • Pada era postmodernisme banyak sekali kelompok-kelompok
sosial yang terbentuk berdasarkan konsumsi terhadap produk
tertentu.
• Tren yang berkembang ini adalah membangun fanatisme
konsumen melalui inklusi konsumen dalam komunitas
tertentu.
• Dalam komunitas, sense of belonging anggota terhadap
produk tertentu akan meningkat sehingga mereka menjadi
fanatik terhadap produk tersebut sebagai wujud loyalitas
terhadap komunitasnya.
• Tidak sampai disitu, saat ini hampir setiap produk yang
dipasarkan sudah memiliki komunitas tersendiri sehingga
para produsen bisa mengikuti tren pasar.