Dokumen tersebut merupakan tesis yang membahas perancangan infrastruktur teknologi informasi adaptif pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tesis ini menganalisis profil organisasi, proses bisnis, dan arsitektur teknologi informasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Selanjutnya dirancang model arsitektur infrastruktur teknologi informasi adaptif menggunakan kerangka kerja TOGAF dengan pendekatan Service Oriented Infrastructure untuk mend
1. UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
INFORMASI ADAPTIF PADA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
ERWIN BUDIARTO
0706194204
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
2. UNIVERSITAS INDONESIA
PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
INFORMASI ADAPTIF PADA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
Tesis diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
Oleh:
ERWIN BUDIARTO
0706194204
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDONESIA
2010
3. PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Erwin Budiarto
NPM : 0706194204
Tanda tangan :
Tanggal :
ii Universitas Indonesia
4. HALAMAN PENGESAHAN
Karya ini diajukan oleh :
Nama : Erwin Budiarto
NPM : 0706194204
Program Studi : Magister Teknologi Informasi
Judul : Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi
Adaptif pada Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
Telah berhasil dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi
Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Budi Yuwono, Ph.D 1.
Penguji : Wahyu Catur Wibowo, Ph.D 2.
Penguji : Ir. Benny Nugroho B.P, M.Kom 3.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 7 Januari 2010
iii Universitas Indonesia
5. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai Sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Erwin Budiarto
NPM : 0706194204
Program Studi : Magister Teknologi Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Berserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
ekskutif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 12 Januari 2010
Yang menyatakan
(Erwin Budiarto)
iv Universitas Indonesia
6. KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Alloh SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Kasih
Sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“PERANCANGAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI ADAPTIF
PADA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN” sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada :
1. Bapak Budi Yuwono, Ph.D yang telah memberikan segenap waktu dan tenaga
untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama mengerjakan
Tesis ini.
2. Bapak Sekretaris Badan Litbang Pertanian; Ibu Kapus Pustaka; Bapak
Bambang S Sankarto, MIM; Ibu Siti Nurjayanti, MSc, yang telah memberikan
ijin penelitian di unit kerja Badan Litbang Pertanian.
3. Rekan-rekan Tim Teknologi Informasi di seluruh unit kerja Badan Litbang
Pertanian yang telah membantu dalam pengumpulan data untuk Tesis ini.
4. Pimpinan, staf akademik, pengajar, serta karyawan pada Program Magister
Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, telah
memberikan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Kedua Orang Tua, Ibu dan Bapak Mertua, Istriku tersayang dan anak-anakku
yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Rekan-rekan MTI angkatan 2007 yang telah membantu penulis selama
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun guna
penyempurnaan tesis ini akan diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta semua pihak yang
memerlukannya.
Jakarta, Januari 2010
Penulis
v Universitas Indonesia
7. ABSTRACT
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian or Badan Litbang
Pertanian or Indonesian Agency for Agricultural Research and Development is
research body under Agriculture Ministry that especially carried out the research
of the agricultural field from the upstream to lower in supporting the development
of the Indonesian agricultural field that was known as the agricultural nation, the
aim of the development of Science And Technology, and the dynamics of the
strategic environment domestic and global, as well as the requirement for the
community.
This final assignment provides analysis and design of adaptive
infrastructure architecture to support and fasten the integration between
applications and services. The approach of architecture design is by using an
Enterprise Architecture Model that is decomposed from The Open Group
Architecture Framework (TOGAF). The architecture will use Service-Oriented
Infrastructure (SOI) as the main technology framework. Moreover, the network
topology design will use an approach called three-layer hierarchical network
model, which give some benefits related to scalability, availability, performance,
security, manageability, and maintainability issues.
Keywords : Indonesian Agency for Agricultural Research and Development,
Agriculture Research Institution, Adaptive, Infrastructure Architecture
Bla-bla-bla
vi Universitas Indonesia
8. ABSTRAK
Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam sebuah organisasi membantu
dalam mencapai tujuan bisnis organisasi. Pengembangan dan penerapan
teknologi informasi disesuaikan dengan jenis organisasi dalam menjalankan
kegiatan untuk mencapai tujuan bisnisnya. Penerapan yang sesuai dan selaras
dengan kegiatan organisasi dalam mencapai tujuannya memberi manfaat yang
signifikan dalam perkembangan organisasi tersebut.
Badan Litbang Pertanian merupakan lembaga penelitian di bawah
Departemen Pertanian RI yang khusus melakukan riset bidang pertanian dari hulu
hingga hilir dalam mendukung pembangunan bidang pertanian Indonesia yang
dikenal sebagai negara agraris, tujuan pembangunan IPTEK, dan dinamika
lingkungan strategis domestik dan global, serta kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai visi dan misinya, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian mengerahkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya termasuk di
dalamnya teknologi informasi. Secara bertahap, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian berusaha agar teknologi informasi tidak hanya sekedar
tools untuk memudahkan pekerjaan semata tetapi sebagai enabler. Atas dasar
tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berusaha untuk menyusun
IT Masterplan yang di dalamnya termasuk merancang bangun serta mengevaluasi
infrastruktur yang ada.
Perencanaan infrastruktur TI adaptif yang akan dibuat menggunakan turunan
dari kerangka kerja The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Model
TOGAF merupakan kerangka kerja (framework) untuk mengembangkan
arsitektur enterprise (EA). Teknologi yang digunakan adalah infrastruktur
berorientasi layanan (Service-Oriented Infrastructure, SOI). Dengan
menggunakan pendekatan kerangka TOGAF dengan teknologi SOI diharapkan
dapat membuat model arsitektur infrastruktur TI adaptif yang menjadi acuan
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan infrastruktur TI di Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kata Kunci : Infrastruktur Teknologi Informasi, Infrastruktur Adaptif, Badan
Litbang Pertanian.
vii Universitas Indonesia
9. DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................................................................III
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................IV
KATA PENGANTAR....................................................................................................................VI
ABSTRACT..................................................................................................................................VII
ABSTRAK...................................................................................................................................VIII
DAFTAR ISI...................................................................................................................................IX
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................XII
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................XIII
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................................XV
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................... 1
1.2 PERMASALAHAN...........................................................................................................................2
1.3 PEMBATASAN MASALAH................................................................................................................5
1.4 TUJUAN...................................................................................................................................... 5
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN...............................................................................................................5
BAB II................................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI........................................................................................................................7
2.1 DEFINISI UMUM INFRASTRUKTUR ...................................................................................................7
2.2 INFRASTRUKTUR YANG ADAPTIF...................................................................................................... 8
2.3 METODOLOGI PENDUKUNG...........................................................................................................10
2.3.1 TOGAF..........................................................................................................................11
2.3.1.1 Architecture Development Method (ADM)......................................................................... 12
2.3.2 Enterprise Architecture Model......................................................................................16
2.4 TEKNOLOGI PENDUKUNG.............................................................................................................17
2.4.1. Layanan (services)........................................................................................................17
2.4.2 Service Oriented Infrastructure.....................................................................................21
2.4.3 Enterprise Service Bus (ESB)........................................................................................24
2.4.4 Service Oriented Network Architecture.........................................................................26
2.4.5 Business Grid.................................................................................................................31
2.5 PERMASALAHAN IMPLEMENTASI....................................................................................................33
BAB III............................................................................................................................................35
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................35
3.1 TINJAUAN LITERATUR.................................................................................................................35
3.2 ALUR PIKIR...............................................................................................................................36
3.3 POLA PIKIR...............................................................................................................................37
BAB IV............................................................................................................................................ 39
PROFIL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN...........................39
4. 1 PROFIL ORGANISASI...................................................................................................................39
4.1.1 Sejarah...........................................................................................................................39
4.1.2 Visi dan Misi..................................................................................................................40
4.1.3 Kondisi Umum...............................................................................................................40
viii Universitas Indonesia
10. STRUKTUR ORGANISASI....................................................................................................................41
4.2.1 Sekretariat Badan Litbang.............................................................................................41
4.2.2 Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian..........................................43
4.2.3 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan..............................................45
4.2.4 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan........................................................ 46
4.2.5 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan........................................................48
4.2.6 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.......................................................50
4.2.7 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.............................................52
4.2.8 Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.................................... 54
4.2.9 Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian...................................................................56
4.2.10 Balai Besar Pengembangan dan Pengkajian Teknologi Pertanian............................58
4.2.11 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.......................... 60
4.2.12 Balai Besar Mekanisasi Pertanian..............................................................................62
BAB V..............................................................................................................................................65
ARSITEKTUR TI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN...........65
5.1 ARSITEKTUR PROSES BISNIS........................................................................................................ 65
5.1.1 Managemen Kepegawaian............................................................................................65
5.1.1.1 Umum.................................................................................................................................. 65
5.1.1.2 Pegawai Fungsional............................................................................................................. 67
5.1.1.3 Penggajian........................................................................................................................... 68
5.1.2 Managemen Fasilitas....................................................................................................68
5.13 Managemen Keproyekan................................................................................................70
5.1.3.1 Usulan kegiatan................................................................................................................... 70
5.1.3.2 Pelaksanaan kegiatan........................................................................................................... 71
5.1.3.3 Pelaporan hasil akhir kegiatan............................................................................................. 71
5.1.4 Managemen Pelayanan................................................................................................. 72
5.1.4.1 Perpustakaan........................................................................................................................ 72
5.1.4.2 Penelitian............................................................................................................................. 73
5.1.4.3 Hasil penelitian dan pengkajian........................................................................................... 74
5.1.5 Managemen Perkantoran .............................................................................................75
5.1.5.1 Korespondensi..................................................................................................................... 75
5.1.5.2 Otomasi............................................................................................................................... 76
5.1.6 Skenario bisnis...............................................................................................................76
5.1.6.1 Enterprise............................................................................................................................. 78
5.1.6.2 Hierarchical enterprise......................................................................................................... 79
5.1.6.3 Hosting................................................................................................................................ 79
5.1.6.4 Extended enterprise.............................................................................................................. 79
5.1.6.5 Dynamic Outsourcing.......................................................................................................... 80
5.1.6.6 Mergers & acquisitions........................................................................................................ 80
5.1.6.7 Virtual organisations............................................................................................................ 81
5.1.6.8 Value networks.................................................................................................................... 81
5.1.6.9 Mega Services...................................................................................................................... 81
5.2 PORTOFOLIO APLIKASI BADAN LITBANG PERTANIAN.......................................................................82
5.2.1 Layanan e-mail..............................................................................................................82
5.2.2 Aplikasi e-produk...........................................................................................................83
5.2.3 Aplikasi e-layanan.........................................................................................................84
5.2.4 Aplikasi Perpustakaan...................................................................................................85
5.2.4.1 Katalog................................................................................................................................ 85
5.2.4.2 ISIS Olah............................................................................................................................. 86
5.2.5 Aplikasi web service...................................................................................................... 87
5.2.6 Aplikasi Sistem Otomasi................................................................................................88
5.2.7 Aplikasi SIMPEG...........................................................................................................89
5.2.8 Aplikasi SIM Peneliti.....................................................................................................90
5.2.9 Aplikasi SIM Gaji.......................................................................................................... 91
5.2.10 Aplikasi SIM Presensi..................................................................................................92
5.2.11 Aplikasi SIMFAS..........................................................................................................92
5.2.12 Aplikasi SIMKEU........................................................................................................93
5.2.13 Aplikasi SIMPROG......................................................................................................94
ix Universitas Indonesia
11. 5.2.14 Aplikasi SIMONEV......................................................................................................95
5.2.15 Aplikasi RKAKL...........................................................................................................95
5.2.16 Aplikasi Dupak/TP2I................................................................................................... 96
5.2.17 Aplikasi SIM Mail........................................................................................................97
5.3 INFRASTRUKTUR DAN ARSITEKTUR TI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN...............98
5.3.1 Visi Arsitektur Teknologi Informasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98
5.3.2 Prinsip Perancangan Arsitektur....................................................................................98
5.3.2.1 Prinsip Bisnis....................................................................................................................... 98
5.3.2.2 Prinsip Data....................................................................................................................... 101
5.3.2.3 Prinsip Aplikasi................................................................................................................. 103
5.3.2.4 Prinsip Teknologi............................................................................................................... 104
5.3.3 Rancangan Arsitektur..................................................................................................107
5.3.3.1 Arsitektur Bisnis................................................................................................................ 108
5.3.3.2 Arsitektur Sistem Informasi............................................................................................... 109
5.3.3.2.1 Interoperabilitas antar aplikasi................................................................................... 109
5.3.3.2.2 Taktik Aliran Sistem Informasi.................................................................................. 111
5.3.3.2.3 Portofolio Solusi Sistem Informasi............................................................................ 112
5.3.3.2.4 Model Arsitektur Integrasi Sistem Informasi............................................................. 114
5.3.3.2.4.1 Skenario aliran informasi pada proses keproyekan............................................ 114
5.3.3.2.4.2 Skenario Aliran Informasi pada Proses Kepegawaian........................................ 116
5.3.3.2.4.3 Skenario Aliran Informasi pada Proses Layanan Publik.................................... 117
5.3.3.3 Arsitektur Teknologi.......................................................................................................... 118
5.3.3.3.1 Prinsip-prinsip Perancangan Infrastruktur.................................................................. 118
5.3.3.3.1.1 Platform............................................................................................................ 119
5.3.3.3.1.2 Pattern.............................................................................................................. 122
5.3.3.3.2 Rancangan Arsitektur Infrastruktur Aplikasi............................................................. 124
5.3.3.3.3 Rancangan Arsitektur Infrastruktur Komunikasi Data dan Jaringan.......................... 127
5.3.3.3.4 Standar Teknologi...................................................................................................... 131
5.3.3.3.4.1 Teknologi Jaringan dan Komunikasi................................................................. 131
5.3.3.3.4.2 Teknologi Keamanan Data dan Jaringan ........................................................... 134
5.3.3.3.5 Perencanaan Kapasitas............................................................................................... 137
5.3.3.3.5.1 Model Perencanaan Kapasitas........................................................................... 137
5.3.3.3.5.2 Perkiraan Kebutuhan Bandwidth....................................................................... 140
5.3.3.3.6 Managemen Perubahan.............................................................................................. 140
5.3.3.4 Kajian SOI dan implementasinya....................................................................................... 141
5.3.3.4.1 Elemen SOI............................................................................................................... 141
5.3.3.4.1.1 Data store.......................................................................................................... 141
5.3.3.4.1.2 Computing Resources........................................................................................ 142
5.3.3.4.1.3 Network............................................................................................................ 142
5.3.3.4.1.4 Infraware........................................................................................................... 143
5.3.3.4.2 Layer SOI.................................................................................................................. 143
5.3.3.4.2.1 Scheduling and load balancing.......................................................................... 143
5.3.3.4.2.2 Capacity On Demand (COD)............................................................................. 143
5.3.3.4.2.3 Workload management...................................................................................... 143
5.3.3.4.2.4 Monitoring dan management............................................................................. 144
5.3.3.4.2.5 Heterogeneous Policy Management................................................................... 144
5.3.3.4.3 Timeline..................................................................................................................... 144
BAB VI.......................................................................................................................................... 145
PENUTUP.....................................................................................................................................145
6.1 KESIMPULAN........................................................................................................................... 145
6.2 SARAN....................................................................................................................................146
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................147
DAFTAR SINGKATAN..............................................................................................................149
LAMPIRAN .................................................................................................................................152
x Universitas Indonesia
13. DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 LAYER INFRASTRUKTUR TI...............................................................................8
GAMBAR 2 ENTERPRISE ARCHITECTURE MODEL.........................................................16
GAMBAR 3 APLIKASI BERORIENTASI LAYANAN............................................................19
GAMBAR 4 FUNGSI-FUNGSI SEBELUM REFACTORING.................................................20
GAMBAR 5 FUNGSI-FUNGSI SESUDAH PENERAPAN SERVICE....................................20
GAMBAR 6 ELEMEN SOI...........................................................................................................21
GAMBAR 7 LAYER SOI..............................................................................................................22
GAMBAR 8 HUBUNGAN SOA DAN SOI..................................................................................23
GAMBAR 9 KEUNTUNGAN GANDA IMPLEMENTASI SOA DAN SOI............................23
GAMBAR 10 TAHAPAN SOI......................................................................................................24
GAMBAR 11 ARSITEKTUR DASAR ESB................................................................................25
GAMBAR 12 ESB SEBAGAI PONDASI SOA...........................................................................26
GAMBAR 13 FRAMEWORK SONA..........................................................................................28
GAMBAR 14 HUBUNGAN SONA DALAM ARSITEKTUR TI..............................................28
GAMBAR 15 SONA SEBAGAI KOMPONEN PEDUKUNG PADA TOGAF ADM.............29
GAMBAR 16 HUBUNGAN SONA DENGAN TOGAF TRM...................................................30
GAMBAR 17 HUBUNGAN SONA DAN TOGAF SECARA DETAIL....................................31
GAMBAR 18 KONSEP BISNIS GRID........................................................................................32
GAMBAR 19 ALUR PIKIR PENYUSUNAN TESIS.................................................................36
GAMBAR 20 KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN TESIS.....................................................38
GAMBAR 21 STRUKTUR ORGANISASI BADAN LITBANG PERTANIAN......................41
GAMBAR 22 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT...................................................42
GAMBAR 23 STRUKTUR ORGANISASI PUSTAKA.............................................................44
GAMBAR 24 STRUKTUR ORGANISASI PUSLITBANG TANAMAN PANGAN..............46
GAMBAR 25 STRUKTUR ORGANISASI PUSLITBANGNAK.............................................47
GAMBAR 26 STRUKTUR ORGANISASI PUSLITBANGBUN..............................................49
GAMBAR 27 STRUKTUR ORGANISASI PUSLITBANGHOR.............................................51
GAMBAR 28 STRUKTUR ORGANISASI PSEKP...................................................................53
GAMBAR 29 STRUKTUR ORGANISASI BB BIOGEN..........................................................55
GAMBAR 30 STRUKTUR ORGANISASI BBSDLP.................................................................57
GAMBAR 31 STRUKTUR ORGANISASI BBP2TP.................................................................59
GAMBAR 32 STRUKTUR ORGANISASI BB PASCAPANEN...............................................61
GAMBAR 33 STRUKTUR ORGANISASI BB MEKTAN........................................................63
GAMBAR 34 PROSES BISNIS DI BADAN LITBANG PERTANIAN...................................65
GAMBAR 35 BISNIS PROSES KEPEGAWAIAN....................................................................66
xii Universitas Indonesia
14. GAMBAR 36 BISNIS PROSES KEPAGAWAIAN (LANJUTAN)..........................................66
GAMBAR 37 PROSES BISNIS DUPAK.....................................................................................68
GAMBAR 38 PROSES BISNIS FASILITAS..............................................................................69
GAMBAR 39 PROSES BISNIS FASILITAS (LANJUTAN).....................................................69
GAMBAR 40 PROSES BISNIS MANAGEMEN KEPROYEKAN..........................................72
GAMBAR 41 PROSES BISNIS KEPUSTAKAAN.....................................................................73
GAMBAR 42 PROSES BISNIS LAYANAN PENELITIAN.....................................................74
GAMBAR 43 PROSES BISNIS WEB SERVER.........................................................................75
GAMBAR 44 PROSES BISNIS KORESPONDENSI.................................................................76
GAMBAR 45 STAKEHOLDER BADAN LITBANG PERTANIAN.....................................108
GAMBAR 46 INTEROPERABILITAS SIMPEG....................................................................110
GAMBAR 47 INTEROPERABILITAS SIMFAS.....................................................................110
GAMBAR 48 INTEROPERABILITAS SIMKEU DENGAN SIM PENGELOLAAN
PROYEK.......................................................................................................................................111
GAMBAR 49 USULAN MODEL ARSITEKTUR INTEGRASI SISTEM INFORMASI....114
GAMBAR 50 SKENARIO ALIRAN INFORMASI PADA KEPROYEKAN........................115
GAMBAR 51 SKENARIO ALIRAN INFORMASI PROSES KEPEGAWAIAN.................116
GAMBAR 52 SKENARIO ALIRAN INFORMASI PADA LAYANAN PUBLIK................117
GAMBAR 53 INTEGRASI SISTEM INFORMASI MEMANFAATKAN SERVICE BUS125
GAMBAR 54 ARSITEKTUR INFRASTRUKTUR APLIKASI.............................................126
GAMBAR 55 JABARAN ARSITEKTUR GABUNGAN.........................................................127
GAMBAR 56 USULAN TOPOLOGI INFRASTRUKTUR JARINGAN BADAN LITBANG
DI TIAP MAN...............................................................................................................................131
xiii Universitas Indonesia
15. DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 RANGKUMAN SISTEM INFORMASI YANG ADA DI BADAN LITBANG
PERTANIAN ...............................................................................................................................152
LAMPIRAN 2 OFFICE NETWORK SERVICE......................................................................152
LAMPIRAN 3 DATABASE SERVICE.....................................................................................152
LAMPIRAN 4 WEB SERVICE..................................................................................................152
LAMPIRAN 5 DATA CENTER SERVICE..............................................................................153
LAMPIRAN 6 OFFICE DATA SERVICE................................................................................153
LAMPIRAN 7 GAP ANALISIS OFFICE NETWORK SERVICE........................................153
LAMPIRAN 8 GAP ANALISIS DATABASE SERVICE........................................................154
LAMPIRAN 9 GAP ANALISIS WEB SERVICE.....................................................................154
LAMPIRAN 10 GAP ANALISIS DATA CENTER SERVICE...............................................154
LAMPIRAN 11 GAP ANALISIS OFFICE DATA SERVICE................................................155
LAMPIRAN 12 INTEROPERABILITAS ARSITEKTUR TEKNOLOGI............................156
LAMPIRAN 13 JABARAN ARSITEKTUR GABUNGAN ....................................................156
LAMPIRAN 14 PERSPEKTIF ARSITEKTUR........................................................................157
LAMPIRAN 15 REKOMENDASI NETWORK JAKARTA...................................................157
LAMPIRAN 16 REKOMENDASI NETWORK BOGOR.......................................................158
LAMPIRAN 17 REKOMENDASI NETWORK CIMANGGU CYBER................................158
xiv Universitas Indonesia
16. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adaptasi sebuah perusahaan terhadap perubahan iklim ekonomi sangat
dipengaruhi oleh efisiensi dan kemampuannya untuk fleksibel. Efisiensi dalam
memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimilikinya untuk dimanfaatkan
secara optimal meraih keuntungan setinggi-tingginya. Prinsip ini juga berlaku
bagi institusi pemerintahan namun bukan keuntungan yang akan dicapai tetapi
pencapaian target sesuai dengan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Krisis ekonomi yang terjadi di awal era reformasi disinyalir akibat
corporate governance yang diterapkan secara buruk. Bahkan kondisi resesi
ekonomi tahun 2008 di Amerika yang merambah ke seluruh dunia ditengarai
karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance,
beberapa kasus skandal keuangan seperti Enron Corp., Worldcom, Xerox dan
lainnya melibatkan top eksekutif perusahaan tersebut menggambarkan tidak
diterapkannya prinsip-prinsip GCG.
Salah satu unsur sumberdaya bagi perusahaan adalah infrastruktur
termasuk di dalamnya adalah infrastruktur TI. Untuk menghadapi tantangan iklim
ekonomi, infrastruktur TI haruslah adaptif karena menurut Bruce Robertson dan
Valentin Sribar :
• Perubahan strategi bisnis lebih dinamis daripada perubahan dunia TI
itu sendiri. Dunia bisnis tidak mentolelir infrastruktur TI yang kaku
karena banyaknya kemungkinan perkembangan yang tidak terlihat
dan kebutuhan bisnis yang kompetitif.
• Infrastruktur yang bersifat adaptif memungkinkan perusahaan
beradaptasi dengan perubahan kebutuhan strategis organisasi yang
mungkin terjadi, sehingga risiko infrastruktur tidak terpakai atau
harus diganti karena tidak adaptif terhadap perubahan dapat
diminimalisir atau bahkan dihindari.
Selain itu, perancangan infrastruktur yang bersifat adaptif tersebut
memungkinkan organisasi dapat lebih memperkirakan peningkatan penggunaan
1
17. 2
(scale), beradaptasi (adapt), mengikuti perubahaan (change), dan berkembang
(grow) dalam menghadapi perubahaan kebutuhan strategis perusahaan dimasa
yang akan datang. Organisasi juga lebih memiliki kecepatan implementasi
layanan baru, kemudahan menambah komponen baru, serta mampu
mengakomodasi peningkatan penggunaan/beban. Hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan komponen oleh aplikasi secara
bersama, efektivitas pada interoperbilitas dan pengintegrasian komponen, dan
feksibilitas pada saat terjadi perubahan pada komponen-komponen sistem aplikasi
yang dapat mengurangi kompleksitas.
Salah satu pendekatan yang diambil adalah infrastruktur yang
berorientasi layanan atau Service-Oriented Infrastructure (SOI), di mana terdapat
suatu sistem virtualisasi yang nantinya berguna dalam deployment teknologi,
konsolidasi hardware penghematan sumberdaya keuangan, bandwidth dan
kelistrikan, dan meningkatkan kemampuan pemulihan bencana (disaster
recovery). Pendekatan tersebut dikembangkan pertama kali oleh Cisco System,
yang fokus utamanya pada prinsip-prinsip rancangan sejumlah aplikasi terpusat
yang menggambarkan dan menggolongkan suatu lingkungan jaringan yang
fleksibel, yang pada dasarnya menyediakan suatu platform yang terintegrasi untuk
layanan bisnis.
1.2 Permasalahan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atau lebih sering disebut
Badan Litbang Pertanian adalah lembaga penelitian dan pengembangan di bawah
Departemen Pertanian RI yang khusus melakukan riset dan pengembangan bidang
pertanian dari hulu hingga hilir dalam mendukung pembangunan bidang pertanian
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, tujuan pembangunan IPTEK, dan
dinamika lingkungan strategis domestik dan global, serta kebutuhan masyarakat.
Berdiri tahun 1974 berdasarkan Kepres no 44 dan 45 tahun 1974. Seiring
waktu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengalami evolusi
organisasi dan kelembagaan hingga tahun 2005 melalui Keputusan Mentri
Pertanian no 299/Kpts/OT.140/7/2005, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian terdiri dari satu Sekretariat Badan dan empat Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) dan dengan Kepmentan no 328/Kpts/OT.220/6/2005
Universitas Indonesia
18. 3
dibentuk Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian serta
Kepmentan no 329/Kpts/OT.220/6/2005, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian dibina sepenuhnya oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Selanjutnya berdasarkan Permentan No. 300/Kpts/OT.140/7/2005
telah dibentuk Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian (BBSDLP) sebagai perubahan dari Puslitbang Tanah dan Agroklimat,
sedangkan Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian berubah
menjadi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) berdasarkan Permentan No. 301/Kpts/OT.140/7/2005. BBSDLP
mengkoordinasikan kegiatan penelitian dan pengembangan yang bersifat lintas
sumberdaya di bidang tanah, agroklimat dan hidrologi, lahan rawa, serta
pencemaran lingkungan. Sedangkan BBP2TP mengkoordinasikan kegiatan
pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian yang bersifat spesifik lokasi di
28 BPTP. Perkembangan organisasi ini hingga tahun 2008 Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian terdapat penambahan dua UPT eselon III yaitu Balai
Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) dan BPTP Papua Barat sehingga
pada tahun 2008 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terdiri atas
Sekretariat Badan, 4 Puslitbang, 2 Pusat, 1 Lembaga Penelitian, 7 Balai Besar, 15
Balai Penelitian, 1 Balai PATP, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mempunyai visi menjadi
lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terunggul di Asia Tenggara
dalam menghasilkan inovasi mendukung pertanian tangguh, sesuai dinamika
kebutuhan pengguna. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian mengerahkan seluruh sumberdaya yang dimilikinya
termasuk di dalamnya teknologi informasi. Secara bertahap, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian berusaha agar teknologi informasi tidak hanya sekedar
tools untuk memudahkan pekerjaan semata tetapi sebagai enabler. Atas dasar
tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berusaha untuk menyusun
IT Masterplan yang di dalamnya termasuk merancang bangun serta mengevaluasi
infrastruktur yang ada. Komunikasi dan interaksi antara Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dengan instansi di bawahnya dilakukan melalui manual
Universitas Indonesia
19. 4
dan beberapa sudah berbasis internet walau masih terkendala dengan jaringan
yang belum terintegrasi. Aplikasi-aplikasi yang ada di Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian masih standalone dan belum saling terintegrasi secara
penuh meski ada interaksi antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya. Di sisi
lain, kendala pemahaman dari unit bisnis khususnya dalam penyusunan anggaran
belanja yang belum seragam antar instansi mengakibatkan beragamnya platform,
spesifikasi dan teknologi yang digunakan. Karena itu Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian merasa perlu untuk menyusun dan merancang suatu
layanan berbasis infrastruktur yang adaptif terhadap kemajuan dan perubahan
serta saling terintegrasi.
Infrastruktur yang bersifat adaptif tersebut memungkinkan organisasi
beradaptasi dengan perubahaan kebutuhan strategis organisasi yang mungkin
terjadi, sehingga risiko infrastruktur tidak terpakai atau harus diganti karena tidak
adaptif terhadap perubahan dapat diminimalisir atau bahkan dihindari. Selain itu,
perancangan Infrastruktur yang bersifat adaptif tersebut memungkinkan organisasi
dapat lebih memperkirakan peningkatan penggunaan (scale), beradaptasi (adapt),
mengikuti perubahan (change), dan berkembang (grow) dalam menghadapi
perubahaan kebutuhan strategis perusahaan dimasa yang akan datang. Organisasi
juga lebih memiliki kecepatan implementasi layanan baru, kemudahan menambah
komponen baru, serta mampu mengakomodasi peningkatan penggunaan/beban .[12]
Hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan komponen oleh
aplikasi secara bersama, efektivitas pada interoperbilitas dan pengintegrasian
komponen, dan feksibilitas pada saat terjadi perubahan pada komponen-
komponen sistem aplikasi yang dapat mengurangi kompleksitas.
Salah satu pendekatan yang berkaitan dengan infrastruktur adalah
arsitektur infrastruktur yang berorientasi layanan atau Service-Oriented
Infrastructure (SOI), di mana sumberdaya-sumberdaya infrastruktur dapat di-
configure untuk mendukung jalannya aplikasi-aplikasi. terdapat suatu system bus
(middleware) yang nantinya berfungsi sebagai container bagi layanan-layanan
yang akan digunakan aplikasi-aplikasi secara bersama-sama dan bersifat reusable.
Selain itu, terdapat suatu model rancangan topologi jaringan yang disebut dengan
three-layer hierarchical network model (model jaringan hirarkis yang terdiri dari
Universitas Indonesia
20. 5
3 layer). Topologi rancangan tersebut memiliki manfaat terkait dengan isu
skalabilitas, ketersediaan, kinerja, keamanan, kemudahan pengelolaan, dan
kemudahan perawatan.
1.3 Pembatasan Masalah
Lingkup masalah pada penelitian ini adalah perancangan infrastruktur
teknologi informasi pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Pembahasan penelitian dibatasi pada proses-proses bisnis inti Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
Keluaran rancangan meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi
dan arsitektur teknologi sesuai dengan kerangka kerja perancangan arsitektur yang
diturunkan dari kerangka kerja TOGAF.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tesis ini adalah untuk merancang model
infrastruktur TI yang adaptif untuk Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian dengan menerapkan teknologi pendukung berbasis service.
Manfaat rancangan model ini adalah :
1. Keluaran dari rancangan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan infrastruktur TI di Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian
2. Secara umum, rancangan ini dapat digunakan pada instansi atau
lembaga penelitian dan pengembangan sebagai dasar pengembangan
infrastruktur TI.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab, yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan tesis.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menguraikan dan menjelaskan mengenai landasan teori yang
digunakan yang berhubungan erat dengan dengan pokok-pokok
Universitas Indonesia
21. 6
landasan berpikir, yaitu yang relevan dengan topik penyusunan tesis
ini, seperti pengertian infrastruktur teknologi informasi, hal-hal
terkait dengan konsep service-oriented infrastructure (SOI),
metodologi pendukung.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi uraian mengenai metodologi penelitian yang digunakan pada
penelitian ini, termasuk di dalamnya alur pikir penelitian dan
kerangka berpikir yang digunakan pada penyusunan tesis ini.
BAB IV : ANALISIS PROSES BISNIS DAN PROFIL PERUSAHAAN
Berisi uraian singkat mengenai profil perusahaan serta proses bisnis
perusahaan saat penelitian dilakukan.
BAB V PERANCANGAN ARSITEKTUR INFRASTRUKTUR
Berisi uraian dan analisis perancangan arsitektur infrastruktur
teknologi informasi. Bab ini akan menghasilkan menghasilkan
usulan portofolio model infrastruktur teknologi pendukung sistem
informasi masa depan di Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dimana penulis berusaha menyimpulkan
temuan-temuan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
Selanjutnya penulis mencoba memberikan saran-saran yang kiranya
dapat berguna untuk perkembangan kegiatan perusahaan yang
bersangkutan maupun perbaikan untuk penelitian selanjutnya.
Sistematika Pembahasan
Universitas Indonesia
22. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Umum Infrastruktur
Infrastruktur asal kata dari “infra” yang berarti bawah dan “struktur”
yang berarti bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu
sama lain dalam satu kesatuan.
Secara umum terminologi infrastruktur merujuk pada kebutuhan dasar
publik, seperti air, listrik, gas, pembuangan air, transportasi, dan layanan
telekomunikasi. Dalam sistem informasi dan komunikasi terdapat 3 layer yaitu
layer infrastruktur, layer layanan dan layer regulasi. Pada layer infrastruktur
mempunyai karakteristik yang khas yaitu :
• Pemakaiannya lebih luas dibanding struktur di atasnya.
• Lebih permanen/statis dibanding struktur di atasnya.
• Terhubung secara fisik dengan struktur di atasnya.
• Sering diperhitungkan sebagai service/layanan pendukung.
• Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal
lifecycle-nya (plan, build, run change, exit).
• Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal
kepemilikannya dan orang-orang yang mengeksekusinya lifecycle-nya.
• Dimiliki dan dikelola oleh pihak yang berbeda dari struktur yang
didukungnya.
7
23. 8
Gambar 1 Layer Infrastruktur TI
Pada Gambar 1 Layer Infrastruktur TI dapat dijelaskan bahwa infrastruktur
sebagai struktur yang memberi layanan terhadap lapisan atasnya yaitu aplikasi.
2.2 Infrastruktur yang adaptif
Adaptif berarti mampu mengadaptasikan diri terhadap perubahan.
Kebutuhan infrastuktur yang adaptif yaitu bagaimana infrastuktur dapat mengikuti
perubahan dalam dunia bisnis. Perubahan yang terjadi di dunia bisnis sangat cepat
namun perubahan dunia TI tidak secepat dunia bisnis oleh karena itu perlu
dipersiapkan infrastruktur TI yang mampu mengantisipasi perubahan dalam
jangka waktu yang lama.
Manifestasi dari infrastruktur TI yang adaptif, adalah :
• Efficiency, dengan tersedianya komponen-komponen yang dapat dimanfaatkan
bersama oleh berbagai sistem aplikasi (lama & baru).
• Effectiveness, dengan komponen-komponen yang mudah dipadukan
(interoperable) dan diintegrasikan.
• Agility, dengan komponen-komponen yang mudah dirombak, di-upgrade, atau
diganti.
Universitas Indonesia
24. 9
Sedangkan tolok ukur dari adaptiveness infrastruktur, adalah :
• Time to market, kecepatan implementasi layanan baru.
• Scalability, mampu mengakomodasi peningkatan penggunaan/beban.
• Extensibility, kemudahan menambah komponen baru.
• Complexity Partitioning, partisi arsitektur aplikasi kedalam komponen-
komponen yang dapat dikelola secara terpisah (modular).
• Reusability, pemanfaatan ulang/silang komponen-komponen infrastruktur oleh
berbagai layanan TI perusahaan.
• Integration, pemanfaatan teknologi open standard yang memungkinkan
integrasi antar komponen-komponen infrastruktur.
Permasalahan umum yang sering timbul adalah penerapan infrastruktur
tidak terencana dengan baik serta tidak terkoordinasinya perencanaan infrastruktur
dengan strategi bisnis dan pengembangan sistem informasi. Sering kali,
pengembangan infrastruktur dilakukan dengan cara ad-hoc, yaitu menyesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan aplikasi-aplikasi baru tanpa adanya standarisasi.
Ketidak selarasan antara perencanaan infrastruktur dan strategi bisnis perusahaan
dapat berakibat pada terciptanya infrastruktur dengan kompleksitas yang tinggi,
tidak terfokus, serta biaya operasi dan pemeliharaan yang tinggi.
Penyelesaian dari permasalahan di atas, adalah dengan mengembangkan
infrastruktur teknologi informasi yang adaptif. Pengembangan teknologi
informasi yang adaptif dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
• Merencanakan infrastruktur secara menyeluruh, mencakup seluruh
institusi dengan berbagai tingkatan struktur yang ada.
• Mempertimbangkan kebutuhan infrastruktur di masa depan dengan
mengakomodasi perubahan dan pertumbuhan.
• Memaksimalkan penggunaan ulang dan silang (reuse) komponen
infrastruktur, termasuk di dalamnya infrastruktur sumber daya manusia.
• Memilih teknologi yang tepat. Dengan mempertimbangkan
perkembangan teknologi di masa depan, penerapan teknologi open
standard dapat lebih efisien untuk menjamin interoperabilitas dan
kebebasan dari ketergantungan pada vendor tertentu. Selain itu, harus
Universitas Indonesia
25. 10
dilihat juga kesesuaian dengan kebutuhan bisnis, kesiapan, serta
kemampuan institusi untuk mengadopsinya.
• Menerapkan prosedur standar dalam perencanaan dan pengelolaan
infrastruktur.
2.3 Metodologi pendukung
Perancangan infrastruktur ini akan menggunakan pendekatan Enterprise
Architecture Model yang diturunkan dari kerangka kerja The Open Group
Architecture Framework (TOGAF) versi 8.1.1 sebagai kerangka kerja penyusunan
rancangan. TOGAF sebagai kerangka kerja perancangan arsitektur memiliki
beberapa karakteristik, antara lain :
• Termasuk dalam 3 kerangka kerja perancangan arsitektur yang paling
sering digunakan.
• Merupakan kerangka kerja yang bersifat open-standard.
• Fokus pada siklus implementasi (ADM) dan proses.
• Bersifat netral.
• Diterima oleh masyarakat internasional secara luas.
• Pendekatannya bersifat menyeluruh (holistic).
• Memiliki alat-alat bantu (tools) untuk perencanaan dan proses yang
lengkap.
Kerangka kerja penyusunan tesis ini diturunkan dari kerangka kerja TOGAF
dengan pertimbangan bahwa :
• Dibutuhkan metode yang fleksibel untuk mengintegrasikan unit-unit
informasi dan juga sistem informasi dengan platform dan standar yang
berbeda-beda. TOGAF mampu untuk melakukan integrasi untuk berbagai
sistem yang berbeda-beda.
• TOGAF cenderung bersifat generik dan fleksibel. TOGAF dapat
mengantisipasi segala macam artefak yang mungkin muncul dalam proses
perancangan (karena Resource base TOGAF menyediakan banyak
material referensi), standarnya diterima secara luas, dan mampu mengatasi
perubahan.
Universitas Indonesia
26. 11
• TOGAF relatif mudah diimplementasikan.
• TOGAF bersifat open source, sehingga bersifat netral terhadap teknologi
dari vendor tertentu.
2.3.1 TOGAF
TOGAF merupakan sebuah framework untuk mengembangkan
arsitektur perusahaan. TOGAF memiliki metode yang detail sekaligus tools
pendukung untuk mengimplementasikannya. Framework ini dikeluarkan oleh The
Open Group’s Architecture Framework pada tahun 1995. Pada awalnya TOGAF
digunakan untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Selanjutnya TOGAF
telah diimplementasikan pada berbagai bidang seperti :
• Manufaktur
• Perbankan
• Departemen Negara
Perancangan infrastruktur dalam thesis ini akan menggunakan
pendekatan The Open Group Architecture Framework (TOGAF) versi 8.1.1
sebagai framework.
TOGAF terdiri dari 4 domain arsitektur, antara lain :
1. Arsitektur bisnis (business process architecture) yang mendefinisikan strategi
bisnis, tata kelola, organisasi, dan bisnis proses kunci dari organisasi.
2. Arsitektur aplikasi (applications architecture) yang merupakan blueprint bagi
sistem aplikasi secara individu yang di-deploy, interaksi antar aplikasi, dan
hubungan aplikasi dengan bisnis proses organisasi.
3. Arsitektur data (data architecture) yang menggambarkan struktur data
organisasi secara fisik maupun logik, serta sumber-sumber manajemen data
yang berhubungan.
4. Arsitektur teknologi (technical architecture/technology architecture) yang
menggambarkan hardware, software dan infrastruktur jaringan yang
diperlukan guna mendukung aplikasi-aplikasi SI.
Struktur dan komponen dari TOGAF, antara lain:
Universitas Indonesia
27. 12
2.3.1.1 Architecture Development Method (ADM)
Architecture Development Method (ADM) merupakan inti dari TOGAF
sebagai hasil kontribusi dari banyak praktisi arsitektur teknologi informasi di
dunia. Secara spesifik ADM dirancang untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan
teknologi informasi berskala enterprise. ADM dilengkapi dengan banyak alat
bantu (tools) baik dalam perencanaan maupun prosesnya, antara lain:
• Satu set arsitektur view yang mencakup view bisnis, data, aplikasi, dan
teknologi.
• Satu set deliverables yang direkomendasikan.
• Linkages dengan banyak studi kasus yang nyata.
• Metode untuk mengelola requirement.
Dalam memandu proses perancangan, ADM memiliki 8 fase utama. Untuk
lebih jelasnya, tahapan-tahapan pada ADM, adalah sebagai berikut:
1. Visi Arsitektur (Architecture Vision)
Tahap ini menggambarkan batasan-batasan dari rancangan arsitektur. Pada
tahap ini dilakukan pendefinisian ruang lingkup, batasan-batasan dan
ekspektasi dari rancangan arsitektur, untuk kemudian menetapkan visi
arsitektur yang diusulkan. Konteks bisnis divalidasi untuk menyusun
statement of architecture work.
2. Arsitektur Bisnis (Business Architecture)
Pengembangan arsitektur bisnis ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu
identifikasi arsitektur baseline (as is), menetukan target (to be) arsitektur, dan
melakukan gap analysis antara baseline dengan target.
Input yang dibutuhkan, antara lain:
• Statement of architecture work yang sudah disetujui.
• Prinsip-prinsip arsitektur.
• Visi arsitektur.
Output yang dihasilkan:
• Update dari statement of architecture work.
• Prinsip-prinsip bisnis, goal dan strategic drivers yang divalidasi.
• Target arsitektur bisnis.
Universitas Indonesia
28. 13
3. Arsitektur Sistem Informasi (Information Systems Architectures)
Pengembangan arsitektur Sistem Informasi ini dilakukan melalui 3 tahap,
yaitu identifikasi arsitektur baseline (as is), menetukan target (to be)
arsitektur, dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target. Tahap
ini terbagi menjadi 2, yaitu:
• Arsitektur Data (Data Architecture)
Arsitektur data melakukan indentifikasi entitas data, serta menggambarkan
asosiasi data dengan proses dan skema data. Indentifikasi entitas data
dilakukan berdasarkan arsitektur bisnis yang ada. Aliran informasi antar
sistem didekomposisikan sebagai entitas data.
• Arsitektur Aplikasi (Applications Architecture))
Sebagai bagian dari tahap Arsitektur Sistem Informasi, pada tahap ini
arsitektur dari aplikasi-aplikasi yang tersedia dan relevan dalam
Enterprise Continuum diidentifikasi dan dipertimbangkan. Pada tahap ini,
arsitektur aplikasi diusulkan sesuai dengan kebutuhan.
Input yang dibutuhkan, antara lain:
• Prinsip-prinsip aplikasi (jika ada).
• Prinsip-prinsip data (jika ada).
• Statement of architecture work.
• Visi arsitektur.
• Baseline arsitektur bisnis.
• Target arsitektur bisnis.
• Gap analysis dari arsitektur bisnis
Output yang dihasilkan:
• Statement of architecture work yang sudah di-update.
• Baseline arsitektur data.
• Target arsitektur data.
• Baseline arsitektur aplikasi.
• Target arsitektur aplikasi.
• Gap analysis.
Universitas Indonesia
29. 14
• Impact analysis.
4. Arsitektur Teknologi (Technology Architecture)
Sasaran dari tahapan ini adalah untuk membangun arsitektur teknologi yang
akan dijadikan dasar pada saat implementasi. Pengembangan arsitektur
Teknologi ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu identifikasi arsitektur baseline
(as is), menetukan target (to be) arsitektur, dan melakukan gap analysis antara
baseline dengan target.
Input yang dibutuhkan, antara lain:
• Prinsip-prinsip teknologi (jika ada).
• Statement of architecture work.
• Visi arsitektur.
• Output dari gap analysis pada tahap sebelumnya.
• Target arsitektur bisnis.
• Target arsitektur data.
• Target arsitektur aplikasi.
Output yang dihasilkan:
• Statement of architecture work yang sudah di-update.
• Baseline arsitektur teknologi.
• Target arsitektur teknologi.
• Gap report dari arsitektur teknologi.
5. Peluang dan solusi (Opportunities and Solutions)
Pada tahap ini peluang-peluang bisnis baru dari arsitektur pada tahap-tahap
sebelumnya yang mungkin muncul diidentifikasi. Hasil dari fase ini
merupakan dasar dari rencana implementasi yang diperlukan untuk mencapai
sasaran rancangan arsitektur.
6. Rencana Migrasi (Migration Planning)
Tahap ini bertujuan untuk membuat suatu rencana migrasi, termasuk prioritas
pekerjaan. Sasaran dari tahap ini adalah, memilah beberapa proyek-proyek
implementasi berdasarkan prioritas utama. Pada tahap ini roadmap dari
keseluruhan implementasi disusun.
7. Tata Laksana Implementasi (Implementation Governance)
Universitas Indonesia
30. 15
Tahap ini bertujuan untuk menyusun suatu tata laksana implementasi,
termasuk menyusun dan memformalisasi tim, menyusun manajemen proyek,
membuat suatu manajemen komunikasi dari proyek tersebut, dll.
8. Manajemen Perubahan terhadap Arsitektur (Architecture Change
Management)
Sasaran dari tahapan ini adalah membangun suatu proses manajemen
perubahan bagi dasar arsitektur yang baru untuk memastikan bahwa arsitektur
yang dikembangkan responsif dan adaptif terhadap perubahan-perubahan yang
akan terjadi sesuai dengan perkembangan kebutuhan bisnis.
Kedelapan tahapan utama tersebut didukung oleh suatu tahapan persiapan
dan tahapan manajemen prasyarat (requirement menagement) di akhir proses.
Pada tahapan persiapan, dibentuk organisasi proyek yang akan bertanggung jawab
dan berkoordinasi demi kesuksesan proyek. Sedangkan tahapan manajemen
prasyarat adalah untuk memeastikan bahwa setiap tahapan tervalidasi dan
berdasar pada kebutuhan bisnis.
ADM merupakan rangkaian proses yang berulang, baik di dalam
keseluruhan rangkaian proses, di antara tahapan tertentu, atau di dalam suatu
tahapan tertentu. Dalam setiap perulangan prosesnya, disarankan untuk
mempertimbangkan ruang lingkup, detail, jadwal, dan milestone yang akan
dicapai. Selain itu, setiap perulangan proses harus memperhatikan aset yang
dihasilkan pada proses perulangan sebelumnya dan juga kondisi pasar. Hal
tersebut untuk menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur, sumber daya
manusia, dan value dari model sistem dan model bisnis yang ada.
Dari semua tahapan ADM, terdapat banyak deriverables yang bisa
dihasilkan, baik sebagai input maupun output. Namun demikian, deliverables
tersebut adalah rekomendasi, bukan dimaksudkan untuk diikuti secara lengkap.
Jumlah deliverables tersebut bisa disesuaikan dengan ruang lingkup yang sudah
didefinisikan. Melakukan dokumentasi yang lengkap berikut versinya adalah
sangat dianjurkan, sehingga bisa diketahui perubahan-perubahan yang sudah
dilakukan.
Universitas Indonesia
31. 16
2.3.2 Enterprise Architecture Model
Tesis ini disusun menggunakan suatu model arsitektur enterprise
(Enterprise Architecture Model) yang didefinisikan seperti pada Gambar 2
Enterprise Architecture Model. Dekomposisi arsitektur perusahaan tersebut
diturunkan dari kerangka kerja TOGAF, sebagai berikut :
Gambar 2 Enterprise Architecture Model
• Business Function: Merupakan deskripsi dari semua elemen dan struktur
bisnis yang meliputi perusahaan atau organisasi.
• Business Architecture: Suatu formulasi aristektur dari fungsi bisnis.
• Information Function: Merupakan indentifikasi komprehensif dari data, aliran
data, dan hubungan antar data yang mendukung fungsi bisnis. Identifikasi,
sistemasasi, kategorisasi, dan informasi persediaan selalu diperlukan untuk
menjalankan bisnis, namun hal tersebut menjadi suatu yang mendasar bila
fungsi penanganan data telah terotomatisasi.
• Information Architecture: Suatu formulasi dari fungsi informasi (Information
Function) melalui suatu model data.
Universitas Indonesia
32. 17
• Solution Function (Systems/Application): Merupakan fungsi yang bertujuan
mensuplai/menyampailkan komputerisasi sistem TI yang dibutuhkan untuk
menunjang fungsi-fungsi tertentu yang diperlukan oleh fungsi bisnis.
• Solution Architecture (Systems/Application): Suatu definisi arsitektur dari
fungsi solusi.
• Technology Infrastructure Function: Lingkungan teknologi menyeluruh yang
diperlukan untuk menunjang fungsi informasi dan fungsi solusi.
• Technology Infrastructure Architecture: Suatu formulasi (deskripsi) dari
fungsi infrastruktur teknologi.
2.4 Teknologi Pendukung
Perancangan arsitektur pada tesis ini menggunakan teknologi arsitektur
infrastruktur berorientasi layanan (service-oriented architecture). Pertimbangan
pemilihan teknologi SOI (service-oriented infrastructure) didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut :
• SOI merupakan framework teknologi yang bersifat open standard. Hal
tersebut dapat mendorong perluasan serta pengembangan layanan yang
melibatkan pihak-pihak lain melalui kolaborasi.
• Layanan dapat di-align sedekat mungkin dengan strategi dan aktivitas bisnis.
• Sifat reusable dari layanan dapat menghemat biaya dan usaha pengembangan.
• Kebebasan dan keluwesan dalam implementasi layanan masih dapat
dipertahankan.
• SOI memungkinkan penerapan multiple access channel lebih mudah
dilakukan. Dengan menerapkan konsep SOI, masing-masing access-point
dapat diintegrasikan dengan lebih baik dengan menggunakan service bus
maupun web service.
2.4.1. Layanan (services)
Sebelum kita lebih jauh membahas tentang SOI, sebaiknya kita memahami
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan service. Service (layanan) merupakan
bagian yang fundamental dari konsep rancangan infrastruktur berbasis layanan.
Service merupakan komponen umum yang digunakan oleh beberapa sistem
aplikasi (reusable). Service dapat berupa modul program, aplikasi, atau gabungan
Universitas Indonesia
33. 18
dari beberapa aplikasi yang berhubungan. Service direalisasikan dengan
menambahkan interface (wrapper) pada satu atau sekelompok sistem aplikasi.
Sistem aplikasi berkomunikasi dengan service interface melalui API (application
programmer interface).
Secara umum, service maupun web service memiliki karakteristik dan
kemampuan, sebagai berikut :
1. Granularity. Implementasi penggunaan service secara umum meliputi banyak
fungsi dan bekerja pada sejumlah data yang besar, dibandingkan dengan
rancangan component-interface.
2. Interface-based definition. Service menggunakan interface yang terpisah satu
sama lain. Keuntungan dari hal tersebut adalah, multiple service dapat
menggunakan common interface (antarmuka umum) dan suatu service dapat
menggunakan beberapa interface.
3. Discoverability. Service harus ditemukan baik pada design time maupun pada
saat runtime, tidak hanya dengan suatu identitas yang unik tetapi juga melalui
identitas interface dan jenis dari service.
4. Single-instance nature. Tidak seperti pengembangan berbasis komponen, yang
menginisiasi komponen yang diperlukan, setiap service adalah satu, obyek
yang selalu bekerja dan berkomunikasi dengan client.
5. Loosely coupled nature. SOI merupakan arsitektur yang secara logis terpisah
antara masing-masing interface dan implementasi. Selain itu, runtime
discovery mengurangi ketergantungan antara pengguna dan penyedia layanan
dan memubat SOI semakin terpisah secara logis. Masing-masing service
terhubung dengan client dan service lainnya menggunakan metode-metode
pertukaran pesan yang baku, tak bergantung, terpisah seperti pertukaran
dokumen berbasis XML.
6. Asynchronous nature. Secara umum, service menggunakan perndekatan
pengiriman pesan secara asynchronous, namun hal tersebut bukan suatu
keharusan. Kenyataannya banyak service yang menggunakan pendekatan
pengiriman pesan secara synchronous sampai beberapa kali.
Universitas Indonesia
34. 19
7. Reusability. Service merupakan aset yang dapat digunakan kembali secara
berulang dalam konteks yang berbeda-beda, tanpa memperhatikan komponen
arsitekturnya.
Gambar 3 Aplikasi Berorientasi Layanan
Menurut Bruce Robertson dan Valentin Sribar, keuntungan menyediakan
layanan (service) adalah :
• Dapat memanfaatkan ulang keahlian
• Meningkatkan kecepatan(agility) pengembangan sistem aplikasi.
• Menurunkan kompleksitas pengembangan sistem aplikasi
• Memudahkan penjaminan keandalan dan kinerja semua sistem
aplikasi yang menggunakannya.
Masih menurut Bruce Robertson dan Valentin Sribar, layanan yang ideal
mempunyai kriteria sebagai berikut :
• Decoupled (terpisah secara logis) dari aplikasi penggunanya.
• Terpisah secara fisik dari aplikasi penggunanya (hubungan melalui
network).
• Menggunakan teknologi interface standar netral (open standard)
yang dapat berjalan pada platform yang berbeda, dibangun dengan bahasa
pemrograman yang berbeda, serta bukan proprietary dari vendor tertentu.
Universitas Indonesia
35. 20
Untuk dapat menerapkan dan mengembangkan service, terdapat beberapa
langkah.
• Melakukan identifikasi semua fungsi yang ada pada system aplikasi. Untuk
itu dibutuhkan dokumentasi yang lengkap berupa DFD, flow chart, dll.
• Memetakan fungsi-fungsi umum yang sama (refactoring).
• Memindahkan fungsi-fungsi tersebut dari layer aplikasi ke layer infrastruktur.
Pengelolaan service-service tersebut dilimpahkan ke bagian infrastruktur
berikut dengan pengaturan service level-nya.
Ilustrasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4 Fungsi-fungsi sebelum refactoring
Gambar 5 Fungsi-fungsi sesudah penerapan service
Setelah berada di layer infrastruktur, barulah dilakukan perancangan
terhadap service-service tersebut dengan melakukan generalisasi, yang meliputi
nama service, nama fungsi (method), struktur serta format parameter fungsi, kode
status, dan pesan error (exception). Langkah terakhir adalah melakukan
Universitas Indonesia
36. 21
dokumentasi terhadap service. Dokumentasi merupakan hal yang penting karena
akan mengawal proses implementasi secara lebih baik dan terorganisir dengan
tersedianya dokumen acuan yang lengkap
2.4.2 Service Oriented Infrastructure
Service Oriented Infrastructure (SOI) adalah suatu cara mengorganisir
perangkat keras dalam sebuah organisasi. Secara garis besar mainstream SOI ada
dua yaitu GRID Technology dan Virtualisasi. Kedua mainstream tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu mengkonsolidasi hardware, penghematan
biaya power supply dan pendingin serta meningkatkan kemampuan disaster
recovery. Disamping itu untuk memastikan standar mutu dan konsistensi behavior
dari layanan infrastruktur. Hal ini berlaku pada server, storage, dan network. SOI
mempresentasikan suatu model dimana fungsi-fungsi dari unit-unit yang terpisah
dengan service yang sama dibangun dan dikonsolidasikan menjadi satu dalam
penggunaan bersama-sama suatu perangkat keras.
Gambar 6 Elemen SOI
Universitas Indonesia
37. 22
Awalnya Intel mengembangkan konsep pada tiga domain yaitu Enterprise,
Infrastruktur dan Arsitektur aplikasi. Aspek penting dalam SOI termasuk di
dalamnya yaitu virtualisasi dan industrialisasi. Komponen-komponen ini
menyediakan infrastruktur TI melalui suatu pool sumberdaya. SOA lebih banyak
diadopsi secara luas oleh industri TI sedangkan SOI lebih lembat dalam
pengadopsiannya. Namun dengan berkembangnya solusi yang lebih luas dari SOI
seperti GRID database, penyimpanan secara virtual (virtualized storage) dan
aplikasi GRID server dan virtualized server. Mengikuti jejak Intel, muncul
pemain baru seperti Capgemini, HP dan Cisco yang mendefinisikan ulang SOI
sebagai virtualisasi infrastruktur TI yang terdiri dari komponen-komponen yang
umumnya diatur dalam industrialized fashion yang terdiri atas SOA Aplication
support dan mengatur untuk expose service catalog.
SOI terdiri dari beberapa layer yang juga mencerminkan enterprise TI.
Gambar 7 Layer SOI
Ungkapan SOI dipakai lebih luas yang memasukkan sumberdaya
infrastruktur yang configurable termasuk di dalamnya storage, computing,
networking software dan hardware yang secara efektif mendukung aplikasi yang
dijalankan. SOI secara konsisten mendukung sepenuhnya aplikasi SOA. SOI
bekerja untuk memudahkan penggunaan kembali (reuse) dan mengalokasi sumber
daya infrastruktur.
Universitas Indonesia
38. 23
Gambar 8 Hubungan SOA dan SOI
SOA dan SOI dapat dilakukan dan bekerja secara terpisah, namun
kombinasi kedua strategi menghasilkan keuntungan yang lebih. Gambar 9
Keuntungan ganda implementasi SOA dan SOI menjelaskan pernyataan tersebut.
Gambar 9 Keuntungan ganda implementasi SOA dan SOI
Dalam implementasinya SOI melalui beberapa tahapan berjenjang sesuai
dengan skala kemampuan baik SDM maupun finansial yang akan diterapkan.
Tahapan ini masing-masing terdapat fitur implementasi, keuntungan dan hasil
yang didapat. Gambar 6 merupakan tahapan implementasi SOI.
Universitas Indonesia
39. 24
Gambar 10 Tahapan SOI
2.4.3 Enterprise Service Bus (ESB)
Enterprise Service Bus (ESB) merupakan salah satu dari beberapa
pendekatan untuk membangun suatu infrastruktur aplikasi berbasis service-
oriented infrastructure (SOI), di samping web service melalui protokol SOAP
atau POX (plain old XML) melalui protokol HTTP. ESB sendiri dapat diartikan
sebagai middleware yang menyediakan interoperabilitas dan layanan pengiriman
pesan yang aman pada infrastruktur berbasis SOI. Suatu ESB menggunakan
XML, web service interface, penerima pesan, dan rules-based routing untuk
menghasilkan layanan-layanan bisnis yang dapat bekerjasama satu sama lain dan
terpisah secara logis yang dapat secara mudah digunakan bersama-sama di dalam
dan di antara institusi/enterprise.
ESB dianjurkan untuk infrastruktur yang:
• Besar, memiliki service yang relatif banyak (misalnya, lebih dari 20 service).
• Dinamis, seringkali terjadi perubahan atau penambahan service.
• Kompleks, pengiriman dan pengaturan pesan yang berpengaruh besar untuk
mendukung workflow dan menghasilkan layanan dari komponen-komponen
yang sederhana.
Universitas Indonesia
40. 25
SOAP Service
Portal Request B2B
Service (e.g. J2EE, .NET) Interactions
Common
Enterprise Service Bus Runtime
Environment
Service Data Existing New Service
Flow Applications Logic
Gambar 11 Arsitektur Dasar ESB
Enterprise Service Bus (ESB) merupakan meta-data yang mendeskripsikan
penyedia (provider) dan pengguna (requestor) layanan, mediasi dan operasinya
pada informasi yang mengalir antara penyedia dan pengguna layanan, dan
discovery, routing, dan penyesuai yang menghasilkan suatu lingkungan SOI yang
dinamis dan autonomis.
ESB menyediakan tools dan infrastruktur runtime untuk menghasilkan
formulasi SOI dalam ikon segitiga “publish-find-bind” (Gambar 12 ESB sebagai
pondasi SOA), yang popular pada awal kemuculan konsep SOA dengan
menggunakan Web Service. ESB mengelola dan mengeksploitasi meta-data yang
mendekripsikan endpoint interaksi sebagaimana model domain yang digunakan
untuk mendeskripsikan kemampuan dari end point-end point tersebut. ESB
mendukung konfigurasi dari jalur yang menghubungkan layanan yang diminta
oleh pengguna dan yang ditawarkan oleh penyedia, secara dinamis mecocokkan
pengguna dengan penyedia dan pada proses pembuatan kontrak prosedur antara
interaksi tersebut.
Universitas Indonesia
41. 26
Gambar 12 ESB sebagai pondasi SOA
2.4.4 Service Oriented Network Architecture
SONA mengadopsi suatu pendekatan arsitektural yang menghubungkan
jaringan berbasis layanan dengan aplikasi untuk menghasilkan solusi bisnis.
Pendekatan ini fokus terutama pada pembangunan prinsip-prinsip perancangan
aplikasi terpusat yang menggambarkan dan menggolongkan suatu lingkungan
networking yang fleksibel, yang pada dasarnya untuk menyediakan suatu
platform yang terintegrasi. Menggunakan elemen-elemen SONA bersama dengan
Cisco Validated Design (CVDs), dapat menghasilkan infrastruktur di mana
layanan dapat berkomunikasi satu sama lain, yang dapat diandalkan, memiliki
skalabilitas yang tinggi, aman, mudah diprediksi, dan dapat direplikasi dengan
mudah sehingga memudahkan pada saat implementasi.
SONA terdiri tiga layer teknologi (Gambar 7), yaitu:
1. Network Systems Layer, adalah desain dasar jaringan dan layanan-layanan
penting yang saling berhubungan yang merupakan dasar blok untuk
infrastruktur jaringan. Layer ini menyediakan suatu blueprint bagi rancangan
modul-modul jaringan yang fleksibel, aman, dan memiliki skalabilitas serta
performa yang tinggi.
2. Integrated Network Services Layer, merupakan guidelines untuk
mempercepat, dan mengoptimalkan deployment aplikasi. Integrated Network
Services Layer digolongkan ke dalam dua jenis:
Universitas Indonesia
42. 27
• Transparent service, di mana layanan-layana beroperasi dengan
cara yang transparan bagi sistem dan fungsi pada tingkat aplikasi.
Beberapa contoh dari jasa yang transparan meliputi:
- Dynamic routing
- Switching dan VLANs
- Server load balancing
- MPLS dan MPLS VPNs
- Firewall jaringan
- Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System
(IPS)
- Wide Area Application Services (WAAS), seperti Payload
Compression
- XML Firewall dan Content-based Routing
- Email Spam dan Virus Protection
• Exposed service, berupa layanan yang dirancang untuk saling
berhubungan dengan sistem dalam tingkatan aplikasi dengan menyediakan
interface yang dapat diakses dalam wujud API dan protokol umum.
Beberapa contoh dari exposed service adalah:
- Wireless/mobility location services (menggunakan APIs)
- Integrated services router IVR scripting (menggunakan TCL)
- Network admission control (menggunakan EAP, API, HCAP)
- Authentication, authorization, dan accounting (menggunakan
RADIUS, HCAP, XML)
3. Application Layer, yaitu layer yang merepresentasikan sistem-sistem aplikasi
yang operasi sebagai entitas yang terhubungan, baik secara fisik maupun
logik, ke infrastruktur jaringan. Aplikasi ini bertindak sebagai pengguna dari
layanan jaringan, baik secara transparan dan terekspos. Beberapa contoh dari
layanan tingkat aplikasi meliputi:
• Unified Communications Directory Access (dengan
AXL/XML/SOAP)
• Unified Communications Click-to-Dial
• IP Phone Web Services (menggunakan XML/HTTP)
Universitas Indonesia
43. 28
Gambar 13 Framework SONA
SONA menggambarkan bagaimana suatu komunikasi jaringan berorientasi
layanan yang fleksibel, dibangun, dan mengidentifikasi hubungan yang tingkat
tinggi dan interface antar jaringan dan sistem setingkat aplikasi secara umum.
Sehingga, SONA framework bukan ditujukan sebagai kerangka arsitektur IT
perusahaan secara keseluruhan dan bukan sebagai pengganti enterprise
architecture tingkat tinggi, seperti The Open Group Architecture Framework
(TOGAF).
Gambar 14 Hubungan SONA dalam arsitektur TI
Universitas Indonesia
44. 29
SONA framework dapat diterapkan sebagai komponen dari siklus TOGAF
Architecture Development Method (ADM) untuk menghasilkan dasar struktur
proses perancangan pada fase Technology Architecture (Gambar 14). Dalam hal
ini, TOGAF tidak menetapkan metodologi desain secara spesifik untuk
infrastruktur komunikasi, tetapi lebih mengacu kepada arsitektur yang ada seperti
SONA Places in the Network (PINs) dan Cisco Validated Designs (CVDs). Selain
itu, kerangka arsitektur berputar menghasilkan sistem yang dapat direplikasi
dengan mudah. TOGAF merekomendasikan pendekatan ini dengan menyediakan
petunjuk pengembangan pendekatan pembangunan disesuaikan untuk replikasi.
PINS adalah bersifat modular dan menyediakan rincian terstruktur, teruji, desain
jaringan yang dapat diprediksi. TOGAF ADM juga tidak menguraikan rincian
spesifik interaksi atau interface antar sistim informasi dan infrastruktur
komunikasi, yang digambarkan pada tingkat atas.
Gambar 15 SONA sebagai Komponen Pedukung pada TOGAF ADM
Ketika prinsip desain dan kemampuan SONA seharusnya dipertimbangkan
sepanjang tahap Architecture Vision pada model TOGAF, CVDs dan SONA PINS
dapat digunakan sebagai sebagai titik awal penerapan TOGAF Technical
Reference Model (TRM), yaitu model terperinci yang memusatkan pada perangkat
lunak aplikasi, platform aplikasi, dan infrastruktur komunikasi (Gambar 15).
Universitas Indonesia
45. 30
Gambar 16 Hubungan SONA dengan TOGAF TRM
PINS fokus pada layer jaringan dan layanan jaringan selaras dengan model
tingkat atas TOGAF TRM yang merepresentasikan "infrastruktur komunikasi"
dengan layanannya, interface layanan, dan API sebagai subset yang berperan bagi
pengembangan dari platform aplikasi, yangdalam hal ini secara parsial berada di
dalam jaringan dalam bentuk layanan.
Secara detail, SONA CVDs dapat menyediakan detil terstruktur untuk
solusi bagi sub seksi layanan jaringan TRM, interface infrastruktur komunikasi,
dan infrastruktur komunikasi (Gambar 17 Hubungan SONA dan TOGAF secara
detail).
Universitas Indonesia
46. 31
Gambar 17 Hubungan SONA dan TOGAF secara detail
2.4.5 Business Grid
Grid Service merupakan representasi dari sintesis servis jaringan dengan
paradigma grid computing. Network service jaringan menyediakan sarana kepada
modularisasi perangkat lunak, memungkinkan sintesis yang bergandeng secara
longgar dan baru. Grid komputing menyingkirkan batasan antara komponen
fungsional software dan specific hosting hardware, memungkinkan perangkat
lunak disebarkan secara dinamis pada jaringan (misal, intra-, ekstra- atau inter-
net). Penggunaan gagasan grid computing pada enterprise software yang service
oriented akan membolehkan business service network untuk menggunakan lebih
banyak service yang khusus. Ontologi service di atas memungkinkan business
grid berhubungan grid hosting platform. Diperlukan pengetahuan untuk enterprise
software, hosting server dan domain yang dapat digunakan baik SLA maupun
reservation system.
Kemunculan paradigma grid bisa digambarkan seperti yang
"mengkoordinasikan sumber daya yang dapat dibagi pakai dan pemecahan
masalah secara dinamis, virtual organisasi yang multi-institusional". Desain grid
sebaiknya menjamin interoperabilitas cross platform, discovery, re-usability dan
integrasi sistem pada konteks heterogen; sebagai syarat pokok business process.
Universitas Indonesia
47. 32
Business process pada sistem enterprise yang besar berinteraksi dengan bermacam
stakeholder seperti mitra bisnis dan pelanggan untuk mengintegrasikan service
yang heterogen terdistribusi. Teknologi grid computing membantu memecahkan
permasalahan kapasitas yang kurang dipakai dan menerapkan sebagai pemecah
masalah bisnis dan menyediakan IT level infrastruktur untuk mendukung aplikasi
bisnis. Business grid akan menyediakan infrastruktur tervirtual untuk mendukung
penggunaan secara transparan dan berbagi pakai fungsi dari bisnis secara
orkestrasi. Hal ini juga harus dapat membangun solusi bisnis dari multi grid
service dan sumberdaya IT.
Jangkauan Business Process Grids meliputi penyediaan business process
dan outsourcing, integrasi, kolaborasi, monitoring dan pengelolaan infrastruktur.
Grid teknologi membutuhkan minimum set dari basic service untuk berfungsi
dengan semestinya dan dapat dibedakan dari bentuk komputasi terdistribusi.
Gambar 18 Konsep Bisnis Grid
Susskind 2000 mendeskripsikan tentang Business Grid sebagai konsep
horizontal dan vertikal. Konsep horizontal merupakan deskripsi antara teknologi,
informasi dan pengetahuan (knowledge). Sedangkan garis atas – bawah
menunjukkan konsep external dan internal dimana organisasi mengatur. Bagian
atas menunjukkan eksternal client dan bagian bawah menunjukkan organisasi.
Pada kuadran kiri bawah dimana organisasi dan teknologi berinteraksi, kita akan
menemukan dukungan teknologi terhadap organisasi sedangkan pada kuadran kiri
atas akan ditemukan sistem dukungan pelanggan yang berbeda. Dukungan
Universitas Indonesia
48. 33
teknologi mewakili infrastruktur TI dasar seperti hardware, operating systems,
network. Hal terpenting dalam kuadran ini adalah managemen dokumen yang
memudahkan mengolah, attachment dan penyimpanan bermacam-macam
dokumentasi yang masuk ke organisasi. Research management penting untuk
mengikuti proses penelitian dari awal hingga akhir. Human resources
management digunakan untuk mengelola data pegawai. Sistem di atas berbeda-
beda database namun sebaiknya bekerja sebagai satu sistem yang koheren dan
interoperabel. Pada kuadran kiri atas menggambarkan bagaimana client organisasi
menggunakan teknologi. Organisasi harus memberikan layanan internet yang
berguna. Klien banyak tertarik pada pelacakan hasil penelitian, mengumpulkan
data dan mendapatkan data dari dokumen yang terarsip. Profesional klien seperti
peneliti akan lebih suka menyimpan dokumen penelitian dalam bentuk elektronik.
Bergerak ke arah kanan, online research service pada sisi kanan atas dari grid,
data akan menjadi lebih aplikabel, lebih user friendly.
2.5 Permasalahan Implementasi
Terdapat beberapa permasalahan yang sering kali muncul dalam
pengembangan infrastruktur aplikasi berbasis SOA, antara lain :
• Kurangnya pemahaman (lack of understanding).
Permasalahan umum yang dihadapi pada implemetasi adalah menghubungkan
beberapa aplikasi dengan menggunakan web service. Baik melalui
pendekatan langsung maupun secara bertahap, keberhasilan dari implementasi
SOA bergantung pada fundamental perubahan pada bisnis itu sendiri dan
bukan pada teknologinya. Arsitektur yang dihasilkan harus menyediakan
suatu platform untuk membangun layanan-layanan di masa mendatang yang
mungkin diperlukan disamping yang telah ada.
• Interoprabilitas perangkat lunak (software interoperability)
Implementasi SOA umumnya menggunakan web service untuk melakukan
pertukaran pesan SOAP dengan protokol HTTP yang meng-enkapsulasi XML
data. Permasalahan sering kali timbul ketika mengintegrasikan layanan-
layanan yang heterogen tersebut. Sebagai contoh, perbedaan antara format
koding SOAP pada teknologi Java Enterprise Edition dan (document/literal
Universitas Indonesia
49. 34
encoding) dan Microsoft .NET (RPC/literal encoding) dapat menyebabkan
timbulnya masalah.
• Keterbatasan dan kinerja (limitations and performance)
Serializing pada memory data object ke dokumen XML dapat menjadi mahal
karena obyek tersebut harus dikonversi ke bentuk representasi ASCII-based
XML. Tergantung pada ukuran obyek tersebut, besarnya dokumen XML
mungkin perlu untuk ditransfer antar jaringan perusahaan dan internet.
Pertukaran dokumen XML melalui HTTP dapat menjadi lambat dan
berpotensi menjadi tidak dapat diandalkan (unreliable) pada situasi-situasi
tertentu. Akibatnya, hal tersebut dapat menyebabkan permasalahan yang
terkait dengan waktu maupun misi proses bisnis yang penting, terutama ketika
tingkat aktifitas dari layanan-layanan meningkat.
Universitas Indonesia