Buku ini berisi kumpulan 22 cerpen pendek dari berbagai penulis. Cerpen pembuka "Nyonya Fallacia" menceritakan tentang masyarakat yang senang mengarang cerita seram untuk menakuti diri sendiri. Cerpen selanjutnya "Siluman dan Mata Rembulan" menceritakan perasaan terpendam yang tak terungkap. Cerpen ketiga "Riwayat Tiga Codet" bercerita tentang rahasia masa lalu yang ingin diungkap ke calon istri. Buk
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi, karna atas berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan resensi cerpen yang berjudul “Dunia di Dalam Mata”
yang di terbitkan oleh Motion Publishing.
Dalam menyelesaikan resensi ini, kami ucapkan terimakasih kepada guru bahasa
Indonesia dan teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan
resensi ini.
Tujuan kami membuat resensi ini yaitu untuk menambah pengalaman sebagai
pelajar dalam membuat resensi cerpen, memudahkan kepada pembaca buku dalam
memahami isi buku secara keseluruhan dan untuk menjalankan dan memenuhi
tugas kami sebagai pelajar dalam mempelajari bahasa yang baik. Sekian maksud
dan tujuan kami dalam membuat resensi ini.
Setiap manusia tak luput dari berbuat kesalahan, untuk itu apabila ada kesalahan
penulisandan penyajian, kami mohon maaf atas kesalahan tersebut.
Demikian yang bisa kami tuliskan dalam kata pengantar resensi cerpen ini. Kritik
dan saran selalu terbuka untuk perbaikan resensi ini.
Batam, 20 September 2013
Penyusun
4. Judul : Dunia di Dalam Mata
Penulis : Agus Noor, Clara Ng, M. Aan Mansyur dkk
Editor : Khrisna Pabichara
Penerbit : Motion Publishing, Jakarta, Maret 2013
Tebal : 277 halaman
Dari dua puluh dua nama yang tertera di sampul buku Dunia di Dalam Mata, saya hanya
mengambil 3 cerpen yang menarik untuk di resensi . Selain cerita pendek berjudul Dunia di
Dalam Mata, di dalam buku ini ada 22 judul cerita pendek lainnya dari 18 penulis terseleksi dan
4 moderator @fiksimini: Agus Noor, Clara Ng, Eka Kurniawan, dan M. Aan Mansyur.
Mengisahkan beragam tema dengan gaya penulisan yang berbeda.
Buku ini diawali dengan sangat apik oleh Agus Noor dengan judul "Nyonya Fallacia".
Meski disampaikan dengan gaya bahasa yang jauh berbeda. Dalam "Nyonya Fallacia"
digambarkan betapa senangnya sebuah masyarakat mengarang-ngarang cerita seram untuk
menakuti dirinya sendiri dan menyalahkan orang lain untuk ketakutan itu. Mereka tidak tahu
sebenarnya cerita yang sebenarnya tentang suami nyonya Fallacia, dan mereka juga menduga
bahwa nyonya Fallacia memiliki ilmu ghaib dan terkutuk. Ini Sebuah cerita pembukaan yang
sukses.
Nama besar Agus Noor mungkin saja sengaja dipasang sebagai pembuka, sementara
cerpen-cerpen berikutnya sepertinya akan terasa "biasa-biasa saja". Namun cerpen "Siluman dan
Mata Rembulan" karya Adellia Rosa mematahkan pemikiran itu. Ceritanya sangat menyentuh,
suatu kesan yang sangat sulit untuk digambarkan, Siluman dan Mata Rembulan menceritakan
tentang sebuah perasaan yang terpendam namun ia tahu bahwa perasaannya tak mungkin bisa
tersampaikan karena orang yang di sukainya juga menyukai orang lain. Saya rasa Adellia
berhasil menuturkan cerita ini dengan baik dan tidak sulit untuk dipahami oleh para pemula.
Tidak mengecewakan.
Membaca cerpen-cerpen selanjutnya membuat saya merasa seperti Alice yang mengikuti
lompatan kelinci putih, terperosok dalam lubang aneh dan masuk ke dunia yang penuh kejutan.
Setiap pasang mata datang dengan cerita dan gaya yang beragam. Tidak semuanya bagus, namun
tidak ada yang mengecewakan. Sebagian ada yang kerepotan dengan kalimat-kalimat yang
terlampau sulit, namun tak ada satupun yang mengundang kantuk.
Kejutan hadir lewat "Riwayat Tiga Codet" oleh M. Aan Mansyur, sebuah nama yang
sebelumnya tidak saya kenal. Ini mungkin saja karena saya kurang gaul. Codet dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah bekas luka, yang awalnya saya bingung apa maksud penulis
membuat cerita bekas luka, dan ternyata maksud penulis membuat cerita ini adalah kenangan
masa lalu dimana ia dan kawan-kawannya mendapat bekas luka itu. "RIwayat Tiga Codet" hadir
dengan konflik yang bercerita tentang rahasia yang telah lama disembunyikan dan ingin
disampaikan kepada calon istrinya, berawal dari cerita dirinya yang memiliki “Codet” di
dagunya, sebelumnya ia berbohong bahwa codet itu ia dapat dari perkelahian dirinya dengan
seorang preman, tetapi ia mendapatkan codet itu dari seekor kucing yang dilemparkan oleh
mantan kekasihnya waktu SMA karena sakit hati. Codet yang kedua adalah tentang codet
temannya yang bernama Rahman, ia anak yang sangat nakal semasa SMP, mungkin codet yang
5. satu ini didapatkannya dengan cara yang agak tidak wajar, yaitu saat hari ulang tahunnya yang
ketiga belas, Rahman membenturkan kepalanya di gerbang sekolah hanya gara-gara ingin
dibelikan sepeda motor oleh orang tuanya. Dan yang ketiga juga dari temannya yang bernama
Beddu, Beddu mendapatkan codetnya dari ayah tirinya yang diajak berkelahi dengan Beddu, ia
sangat benci kepada ayah tirinya itu entah kenapa – tidak dijelaskan di isi ceritanya-, dan
akhirnya ayah tiri Beddu melayangkan parangnya tepat di pipi kiri Beddu sampai akhirnya bekas
codet itu tumbuh seperti bisul, namun lama kelamaan bisul itu semakin besar dan bernanah,
setelah ia tahu bahwa bisul raksasa itu adalah tumor.
Beberapa penulis-penulis muda, yang rata-rata lahir di akhir '80-an dan awal '90-an, layak
untuk diantisipasi. Jika tak cepat berpuas diri, saya kira dalam beberapa tahun ke depan mereka
akan menjadi penulis mapan yang meramaikan dunia cerpen Indonesia.
***
Buku ini juga diramaikan oleh beberapa fiksi mini di bagian akhirnya. Kicauan yang
dirangkum adalah kicauan pilihan moderator @fiksimini. Sulit bagi saya untuk berkomentar
tentang kicauan ini, mungkin karena saya tidak suka berkicau. Namun, sebagai pintu keluar dari
Wonderland, kicauan-kicauan itu membuat saya bahagia menjadi Alice yang terjebak di dunia
yang penuh cerita. Penuh selebrasi kata.
####
6. Tema:
Di dalam buku ini tidak ada tema besar yang diusung. Para kontributor dan penulis terseleksi bebas
berkspresi cerita apa saja yang ingin mereka tulis.
Alur :
1. Nyonya Fallacia : Alur Maju
2. Siluman dan Mata Rembulan : Alur Maju Mundur
3. Riwayat Tiga Codet : Alur Mundur
Latar Tempat dan Waktu :
1.Nyonya Fallacia : Di sebuah komplek perumahan mewah
: Siang dan Malam hari
2. Siluman dan Mata Rembulan : Di halaman rumah
: Siang hari yang sedang hujan
3. Riwayat Tiga Codet : Di sebuah kamar
: Malam hari
Amanat :
1. Nyonya Fallacia : Kita sebaiknya tidak boleh berprasangka buruk kepada orang lain
2. Siluman dan Mata Rembulan : Jika ada sesuatu hal yang ingin diungkapkan, ungkapkan saja sebelum
terlambat dan menyesal
3. Riwayat Tiga Codet : Di setiap luka pasti ada kenangan yang tak terlupakan
Kelebihan dan Kekurangan :
Kumpulan cerpen “Dunia di Dalam Mata” sangat apik dan menarik untuk dibaca, namun
ada beberapa kata yang sulit di mengerti oleh para pemula.