SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  225
1 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Indonesia merupakan negara agraris karena kekayaan alam Indonesia 
sangat melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk 
bertani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris yang padat penduduknya, 
maka setiap jengkal tanah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun 
pemanfaatan dari hasil pertanian tersebut masih kurang maksimal. Teknologi 
Hasil Pertanian (THP) adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk merubah 
hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk (jadi atau setengah jadi), 
melalui proses automatis, semi automatis atau manual. Selama proses tersebut 
terjadi perubahan secara fisis, khemis dan organoleptis. Proses berlangsung 
secara khemis/ biokhemis, dan mikrobiologis. Produk yang dihasilkan harus 
memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI), memenuhi selera konsumen 
(organoleptis), aman (mikrobiologis dan khemis), mempunyai nilai gizi dan 
harga terjangkau. 
Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita menggunakan 
teknologi yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang 
pengolahan hasil pertanian kita dituntut menggunakan mesin dalam mengolah 
hasil pertanian. Selain itu kita juga terdorong untuk mengembangkan dan 
meningkatkan kualitas produk olahan hasil pertanian sehingga nilai jual produk 
meningkat.Dengan perkembangan teknologi yang bisa meningkatkan kualitas 
produk mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen atas 
produk yang dihasilkan. Pemenuhan ini dilakukan dengan memproduksi produk 
dengan jumlah besar dan menggunakan menggunakan mesin produksi yang telah 
didesain menurut kebutuhan. Sehingga dalam penciptaannya dapat 
dipertimbangkan efisiensi bahan baku atau bahan bakar mesin tersebut. 
Pengolahan bahan pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga 
tidak sedikit pengolahan pangan dilakukan dengan mesin-mesin yang modern.
Penggunaan alat dan mesin pertanian yang lebih modern akan lebih 
menguntungkan jika digunakan karena lebih efektif dan efisien. Namun sebelum 
mempelajari alat dan mesin pertanian yang lebih modern kita sebaiknya 
mempelajari mesin-mesin pengolah pangan yang sederhana terlebih dahulu. 
Melihat betapa pentingnya alat-alat mesin pengolahan dalam berbagai 
proses di bidang industri pertanian, maka praktikum pengenalan alat-alat mesin 
pengolahan sangat penting bagi kita sebagi mahasiswa dan mahasiswi pertanian. 
Pada praktikum akan mambahas mengenai alat dan mesin-mesin Teknologi Hasil 
Pertanian yang meliputi: konstrusi dasar alat dan mesin. Bagian-bagian alat atau 
mesin berikut masing-masing fungsi bagian tersebut, cara pengoprasian alat atau 
mesin, dan penampilan teknis alat atau mesin. 
Materi yang diarahkan oleh Dosen pembimbing mata kuliah alat dan mesin 
kepada mahasiswa secara intensif dalam hal ketepatan menggunakan alat dan 
mesin Teknologi Hasil Pertanian, terutama pada proses pengolahan yang 
dibutuhkan sebagai upaya sebagai upaya pendukung pemakaian alat dan mesin 
tersebut. Oleh sebab itu mata kuliah alat dan mesin pengolahan hasil pertanian 
secara akademis merupakan syarat kelulusan bagi mahasiwa program D3 
Teknologi Pertanian untuk mencapai derajad AMD. 
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat 
mempraktekkan ilmu yang diperoleh ini sewaktu terjun di masyarakat ataupun 
saat kita bekerja sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan produksi. Agar 
kita cepat beradaptasi dan dapat menciptakan ide-ide baru dalam membuat 
makanan yag sehat. Adapun beberapa alat dan mesin-mesin tersebut diantaranya 
adalah alat destilasi, perjangan, penepungan, pengeringan, goreng sangan, sortasi, 
penggilingan, pengadukan, pemarutan, press, vacuum frying, oven, sentrifugasi, 
rotary evaporator, pendinginan, conveying, vacuum sealer, pengalengan, cup 
sealer, bottoling, sealer. 
2
3 
B. Tujuan Praktikum 
Tujuan praktikum alat dan mesin adalah 
1. Mengetahui konstruksi dasar, bagian-bagian utama serta fungsi dari alat dan 
mesin. 
2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin. 
3. Mengetahui mekanisme kerja alat dan mesin. 
4. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat dan mesin berikut cara pengaturan 
sesuai dengan standar (persyaratan). 
5. Mengetahui penampilan teknis mesin antara lain : kapasitas mesin, 
randement, klasifikasi kualitas produk. 
C. Manfaat Praktikum 
Manfaat dari praktikum alat dan mesin pertanian adalah : 
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan produk pasca panen. 
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana suatu makanan di proses dengan 
kriteria pengolahan sendiri-sendiri. 
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat dan mesin pertanian. 
D. Waktu dan Tempat Praktikum 
Praktikum Alat dan Mesin dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 
tanggal 3 dan 4 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB – selesai bertempat di 
Laboraturium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas 
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4 
ACARA I 
DISTILASI (DISTILATION) 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan dari praktikum acara I Distilasi yaitu : 
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk distilasi, bagian-bagian, utama 
alat berikut fungsinya. 
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin. 
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat 
sesuai yang dikehendaki/persyaratan. 
4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain : 
a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga) 
b. Lama proses distilasi 
c. Randemen distilasi 
B. Tinjauan pustaka 
Jika sebuah cairan mengalir berupa senyawa”volatile” dan “non volatile” 
maka akan ada kemungkinan senyawa yang “volatile” akan mengalami 
penguapan dalam pipa. Pada proses destilasi umpan yang akan masuk kedalam 
alat bisa berupa uap lewat panas bias juga berupa cairan dibawah suhu didihnya 
dan bias juga cairan yang berada tepat pada suhu didihnya (cairan jenuh). Jika 
umpan masuk berupa cairan jenuh makan umpan tersebut akan menggalami 
“flashing” lebih dahulu didalam kolam destilasi, hasil flashing yang berupa 
cairan akan ikut arus cairan, sedangkan yang berupa uap akan mengikuti arus 
uap (Satrijo, 1987). 
Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-pengusahayang 
memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri 
yang memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga 
minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi 
kecil.Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang 
terjangkau oleh industry rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan
bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat 
agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan 
secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaanbaru yang 
menyerap sumber daya manusia. Untuk minyak nilam, daerah 
budidayatersebar di Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan dan Garut. Alat 
destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan sistem destilasi dengan 
menggunakan mesin yang ramah lingkungan (Ruhyat, 2011). 
Pada umumnya bunga cengkeh keringdisajikan dalam bentuk utuh, tetapi 
ada juga yangdisajikan dalam bentuk bubuk dengan caramenggiling bunga 
kering. Tingkat kehalusan daribubuk cengkeh yang dihasilkan bermacam-macam 
tergantung dari bahan baku, penggunaandan selera konsumen di tiap 
negara. Untukkeperluan ekstraksi dan destilasi diperlukanbubuk dengan butiran 
besar (kasar), sedangkanuntuk digunakan langsung dalam makanan 
(“foodseasonings”) diperlukan produk yang lebih halus.Untuk memperoleh 
bubuk yang halus prosesnyabiasa dilakukan dalam dua tahap. Menurut 
Gildemeister dan Hottman dalamGuenther (1950), destilasi dari bunga cengkeh 
utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol tinggi dan bobot jenis di atas 
1,06, sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan ukuran (digiling) 
menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah dan bobot jenis di 
bawah 1,06. Hal ini disebabkan karena terjadinya penguapan minyak selama 
proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan. 
Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harusdilakukan segera 
setelah proses penggilingan (Nurddjanah, 2004). 
Penelitian minyak atsiri daun sidaguri belum ada publikasinya. Oleh 
karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi minyak atsiri dari daun sidaguri 
dengan metode destilasi uap, serta menganalisis komponen-komponen kimia 
miyak atsiri daun sidaguri menggunakan alat GC-MS, serta mengetahui 
toksisitas minyak atsiri daun sidaguri dengan metodeBSLT, sehingga diketahui 
potensi kegunaan dari minyak atsiri daun sidaguri. Sebanyak 4,5 kg daun 
5
sidaguri kering didestilasi uap sebanyak 7 kali dengan sekali destilasi dilakukan 
selama enam jam sehingga diperoleh destilat berupa minyak atsiri daun sidaguri 
yang masih bercampur denganair. Isolasi minyak atsiri daun sidaguri dengan 
metode destilasi uap yangdiperoleh berwarna kuning berbentukseperti pasta 
berbau khas sidaguridengan rendemen 0,013 % danindeks bias 1,578 (25ºC) 
(Kusuma, 2009). 
Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan 
berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan 
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen komponennya yang cukup 
besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua 
proses seri, yakni difusi dari dalampadatan ke permukaan butiran dan transfer 
massa dari permukaan padatan ke solven (Guenther, 1987; Ketaren, 1985). 
Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani dari daun cengkeh 
dengan metode steamdistillation. Minyak cengkeh didestilasi dengan uap air 
pada kondisi atmosferis bersuhu 100C, lalu distilat yang merupakan campuran 
antara minyak dan air dipisahkan melalui prinsip beda fase danmassa jenis. 
Parameter yang paling berpengaruh pada biaya destilasi adalah waktu 
destilasi,karena waktu destilasi akan berbanding lurus dengan biaya bahan bakar. 
Penelitian ini bertujuanuntuk mempelajari pemakaian super-steam destillation 
dimana uap air jenuh yang digunakan untukmendestilasi minyak cengkeh 
bersuhu lebih tinggi dari titik didih normal air (100C). Uap jenuh bersuhu tinggi 
dapat diperoleh dengan mendidihkan campuran air dan gliserol atau pelarut 
lainnyayang bertitik didih tinggi dan larut sempurna dalam air (Sutijan, 2009). 
Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen 
di dalam suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa 
komponen lebih cepat menguap dari pada yang lain. Pada distilasi berfraksi, uap 
dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut 
terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan 
komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi drajat pemisahan dapat 
6
dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Apabila 
diinginkan kemurnian yang tinggi, distilasi yang berturut-turut dapat dilakukan 
(Earle, 1969). 
Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas 
dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. 
Contohnya destilasi atau penyulingan larutan, untuk menggurangi volumenya, 
untuk meningkatkan konsentrasi zat terlarut, atau untuk mengkristalkan bahan 
padat terlarut.pada dstilasi pemisahan terjadi oleh penguapan salah stu 
komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang 
sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap (Bernasconi, 1995). 
Untuk extrak minyak esensial dengan destilasi uap, materi sayuran 
ditempatkan dalam kolom kaca, yang rendah dan tinggi bagian yang terhubung 
ke air labu dan kondensor, masing-masing.Uap air diproduksi dalam labu 
melintasi tanaman, diisi dengan minyak esensial kemudian ke kondensor, di 
mana ia kental. Setelah kondensasi, minyak dipisahkan dari air dengan dekantasi. 
Ekstraksi minyak atsiri dengan destilasi dilakukan di bawah kondisi yang sama 
seperti distilasi uap. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam hal ini kasus 
masalah sayuran diletakkan dalam labu mengandung air dan unit dibawa ke 
mendidih.Uap campuran air-minyak yang diproduksi dalam labu kemudian lolos 
ke kondensor, di mana itu adalah kondensor.minyak pulih setelah dekantasi 
(Boutekedjiret,2003). 
Membran distilasi (MD) adalah suatu proses dimana uap diekstraksi dari 
aliran cairan melalui pori-pori membrane mampu mempertahankan antarmuka 
gas-cair. Komponen pakan menguap pada interface ini sesuai dengan 
keseimbangan uap-cair local dan diangkut melalui ruang pori didorong oleh 
gradien tekanan parsial dipertahankan melintasi membran. Dikasus, solusi ionik 
berair, spesies menguap adalah air, dan membran yang digunakan adalah 
hidrofobik di alam; ini mencegah air memasuki pori-pori membran hingga 
disebut tekanan masuk cair. Proses MD memiliki beberapa fitur berpotensi 
7
menguntungkan: yang didasarkan pada perubahan fase, adalah mungkin bagi 
proses untuk beroperasi pada solusi osmotik pres-Sures yang biasanya 
membatasi tekanan didorong pemisahan membran; pada kenyataannya, telah 
menunjukkan bahwa fluks yang cukup dapat dicapai bahkan dari solusi air garam 
jenuh (Ramon, 2009). 
Minyak mentah essestial diperoleh dengan destilasi uap dari berbagai 
produk alam seperti plats, rumput, tunggul kayu, serbuk gergaji, bunga, biji dan 
benih. Minyak therestelah memainkan peran penting dalam kebersihan pribadi 
dan sosial mandkind dalam hal penggunaannya dalam kosmetik, perlengkapan 
mandi, formulstoinsobat, aroma terapi, meluncur permukaan, minyak dll. 
Sebagian penting yang terjadi di alam, terdiri dari campuran hidrokarbon seperti 
terpene, seskuiterpen, senyawa oxyygenated seperti alkoholeters, etherd, aldehid, 
ketonlakton, fenoldan lilin (koul, 2004). 
Distilasi uap banyak digunakan untuk menghasilkan minyak esensial . 
pabrik Bahan terkena uap di bawah tekanan. Itu tidak datang ke kontak dengan 
air mendidih. Air mendidih pada 100 ° C , uap memiliki suhu yang lebih tinggi 
daripada air mendidih ; sebuah melepuh steam lebih buruk dari sebuah melepuh 
dari air mendidih. Penyulingan Minyak Atsiri oleh Steam DistillationAku akan 
menggunakan Rosemary lagi karena saya mengambil tempat aku 
tinggalkandalam artikel terakhir saya di musim dingin Avena masalah Hydrosols 
dan Hydro-distilasi. Saya harap saya bisa menggambarkan perbedaan antara dua 
metode distilasi dan perbedaan dalam hydrosols dihasilkan. Ramuan ditempatkan 
di kolom; kolom ditempatkan di atas panci air mendidih. Pelat saringan membuat 
bahan ramuan di atas air sehingga hanya uap datang ke dalam kontak dengan itu 
(Mulvaney, 2012). 
The distilasi residuum atmosfer (RAT) adalah fraksi minyak mentah 
dengan titik didih di atas 420 ° C, yang diperoleh sebagai aliran bawah dalam 
distilasi atmosfer dari minyak mentah. Ini adalah residuum berat molekul tinggi, 
viskositas tinggi, titik tuang dan nilai komersial yang rendah.Ekstraksi pelarut 
8
adalah proses pemisahan berdasarkankapasitas kelarutan selektif dari komponen 
campuran dengan pelarut tertentu dan umumnya digunakan untuk memulihkan 
pecahan nilai komersial tinggi hadir dalam RAT. Dalam ekstraksi superkritis 
substrat padat atau cair dipisahkan dari campuran melalui gas murni padat atau 
campuran gas yang padat yang digunakan sebagai agen ekstraksi. Hilir extractor, 
yang diinginkan dipisahkan dari pelarut superkritis dengan cara depressurization 
dari aliran produk. Teknik ini merupakan alternatif yang menjanjikan mengenai 
pemulihan produk berkualitas tinggi. Selain itu teknik ini dianggap sebagai 
teknologi bersih karena kemungkinan minimisasi konsumsi energi dalam pelarut 
pemulihan yang didaur ulang untuk proses (mehl, 2009). 
Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang sangat mudah 
menguap dari suatu campuran cair dngan cara menguapkanny, yang diikuti 
dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang 
dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut uap bebas, kondensasi 
yang jatuh sebagai destilat dan bagian cairan yang tidak menguap residu 
(Bersanconi, 1982). 
9 
C. Gambar Bagian dan Fungsi Alat 
Gambar 1.1 Alat/Mesin Distilasi
10 
Bagian Utama dan Fungsi : 
a. Kompor listrik : memanaskan bahan yang akan didistilasi, 
b. Erlenmeyer : menampung bahan yang akan didistilasi, 
c. Pipa penghubung : menghubungkan erlenmeyer dengan kondensor, 
d. Kondensor : mendinginkan cairan, 
e. Penampung air : menampung air dingin, 
f. Penampung produk : menampung produk distilasi. 
D. Prinsip kerja 
Prinsip kerja alat ini adalah memisahkan air dengan minyak berdasarkan titik 
didih. 
E. Mekanisme Kerja Alat 
Mekanisme kerja alat ini adalah produk dimasukkan dalam tabung yang berisi 
air kemudian air setelah itu dididihkan sehingga zat yang terkandung dalam 
produk larut dengan air yang mendidih. Campuran uap air dan zat destilan 
menguap melalui pipa pendingin sehingga menghasilkan embun dan akhirnya 
hasil destilat berupa minyak ditampung dalam bak penampung destilator. 
F. Cara Kerja 
Bahan daun jeruk 
Ditimbang 
Dimasukkan ke dalam tabung distilasi (steamer) 
Berat bruto gas metana ditimbang 
Pompa distilasi diaktifkan 
Gelas ukur dipasang 
Dicatat dan diamati
11 
G. Hasil dan Pembahasan 
1. Hasil 
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran destilasi 
Waktu 
(pukul 
) 
Uraian 
Kegiatan 
08.33 Memanaskan air - - 
08.41 Air mendidih - - 
08.41 
Pompa destilasi 
diaktifkan 
08.51 Proses Destilasi - Menetes satu tetes 
09.33 Sd 30 menit 123 
10.03 
Sd 60 menit 
10.33 
Sd 90 menit 
11.03 Sd 120 menit 460 
11.33 
Sd 150 menit 
12.03 Sd 180 menit 480 Volume tidak bertambah 
12.33 Sd 210 menit 480 Volume tidak bertambah 
13.03 Sd 240 menit 480 Volume tidak bertambah 
Sumber: laporan sementara 
2. Pembahasan 
Volume 
Produk 
destilasi 
(ml) 
Keterangan 
- - 
Volume mulai bertambah 
(kental dan wangi jeruk) 
300 
Volume bertambah 
banyak 
450 
Volume bertambah 
banyak 
Volume bertambah 
sedikit (kekentalan 
berkurang) 
480 
Volume bertambah 
sedikit 
Destilasi merupakan konstruksi alat yang berfungsi sebagai pemisah 
air dan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pada praktikum acara 
ini bahan yang didistilasi dapat berupa daun jeruk. Perlengkapan yang 
dipergunakan antara lain yaitu kompor listrik sebagai memanaskan bahan 
yang akan didistilasi, erlenmeyer sebagai menampung bahan yang akan 
didistilasi, pipa penghubung sebagai menghubungkan erlenmeyer dengan 
kondensor, kondensor sebagai mendinginkan cairan, penampung air sebagai
menampung air dingin, dan penampung produk sebagai menampung produk 
destilasi. Proses destilasi mengunakan suhu yang antara 70 -800 C. Rasio 
pelarut 1:4 dan waktu yang dibutuhkan 4-5 jam tergantung sesuai bahan dan 
keinginan kita. Produk dalam air yang telah dipanasi akan mendidih sehingga 
zat yang terkandung dalam produk larut dengan air yang mendidih dan 
menguap melalui pipa pendingin yang pada akhirnya mengembun menjadi 
cair. Cairan ini merupakan campuran antara air dengan minyak kemudian 
ditampung dalam bak penampung destilat. 
Kegunaan utama distilasi dalam industri pangan adalah untuk 
mengentalkan minyak atsiri. Hal ini membuat suatu kenyataan bahwa 
beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap 
terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, 
akan tetapi dalam proporsi ini yang ditentukan oleh daya menguap komponen 
tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang 
mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan pada distilasi berfraksi. Uap 
dimanfaatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih 
lanjut terjadi. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk mendapatkan 
komponen yang murni, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah 
dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah bahan yang 
digunakan dalam distilasi, jumlah air, dan alat distilasi. Di dalam proses 
distilasi ini bahan yang digunakan sangat berpengaruh dalam proses distilasi. 
Bahan yang akan didestilasi harus memiliki kandungan minyak dan bersifat 
volatile yaitu mudah menguap. Semakin volatile bahan maka proses destilasi 
akan semakin cepat, sebaliknya apabila bahan yang didestilasi sukar menguap 
(non volatile) maka proses destilasi juga lambat. Beberapa faktor lain yang 
mempengaruhi cepatnya poses destilasi adalah bobot produk, banyaknya air, 
berat bahan bakar, besarnya api pemanas dan suhu pemanasan. Banyaknya 
produk dan banyaknya air mempengaruhi kecepatan proses destilasi karena 
12
semakin banyak produk dan air maka untuk mencapai titik penguapan 
dibutuhkan waktu yang lama dan sebaliknya apabila produk sedikit dan air 
yang digunakan juga sedikit maka untuk mencapai titik uap semakin cepat 
sehingga proses destilasi berjalan cepat. Besarnya api pemanas akan 
mempengaruhi suhu pemanasan. Semakin besar api maka semakin cepat 
proses penguapan sehingga destilasi akan semakin cepat. Selain itu dalam 
proses destilasi juga harus diperhatikan jangan sampai ada kebocoran uap air 
karena ini akan sangat mempengaruhi hasil destilasi. Apabila terjadi 
kebocoran maka hasil destilasi tidak maksimal karena produk hasil destilasi 
menguap bebas diudara dan tidak masuk kedalam kondensor untuk 
didinginkan dan dipisahkan antara produk dengan air. 
Pada kondensor terdapat tabung berbentuk spiral, hal ini dibuat untuk 
mempertahankan kedinginan minyak di dalam spiral karena jika keadaan 
dalam tabung panas maka minyak tidak dapat turun kedalam tabung. Maksud 
dari dengan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya pada percobaan ini 
titik didih yang rendah adalah alkohol. Karena larutan yang titik didihnya 
rendah maka cepat menguap. 
13
14 
H. Kesimpulan 
Dari pelaksanaan praktikum Destilasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa : 
1. Distilasi adalah alat untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan 
titik didih. 
2. Distilasi berfungsi untuk memisahkan minyak dan air berdasarkan titik 
didihnya. 
3. Banyaknya produk dan banyaknya air akan mempengaruhi banyak 
sedikitnya hasil distilan. 
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil destilasi adalah banyaknya 
jumlah bahan/produk, waktu yang digunakan, banyaknya air yang 
digunakan, suhu pemanasan dan alat distilasi. 
I. Saran 
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat 
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
15 
DAFTAR PUSTAKA 
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, 
Jakarta. 
Boutekedjiret, C. 2003.Extraction of rosemary essential oil by steam distillation and 
hydrodistillation.Flavour fragr. J. 2003; 18: 481-484. 
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor. 
Ir. Satrijo, Herry. 1986. “Flash Calculation” Umpan pada Alat Destilasi. Media 
Teknik Edisi No. 1 Tahun IX Desember 1986-Maret 1987 No.ISSN 0216- 
3012. Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 
Koul, V, K. 2004. Stream distillation of lemon grass (cymbopogon spp.).Indian 
journal of chemical thechnology vol. 11, January 2004, pp. 135-139. 
Kusuma, ferawati, 2009.dkk. Isolasi, identifikasi, dan uji toksisitas minyak atsiri 
daun sidaguri (Sida rhombifolia Linn). Jurusan Kimia F MIPA. Universitas 
Diponeggoro . 
Mehl, A. 2009.Atmospheric destilation residuum extraction with supercritical 
propane: a study of the process variables influence. Brazilian journal of 
petroleum and gas | v. 3 n. 1 | p. 001-009 | 2009 | issn 1982-0593. 
Mulvaney, Jill. 2012. Essential Oils and Steam distillation. Journal of the New 
Zealand Association of Medical Herbalists. 
Nurddjanah, Nanan. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Balai besar penelitian 
dan pengembangan pasca panen pertanian. 
Ramon, guy. 2009. Heat transfer in vacuum membrane distillation: Effect of velocity 
slip. Journal of Membrane Science 331 (2009) 117–125. 
Ruhyat, Nanang ST. MT. 2000. Pembuatan Prototype Alat Destilasi Minyak Atsiri 
Skala Industri Kecil. Fakultas Teknik Industri. Universitas Mercu Buana. 
Sutijan, dkk. 2009. Inovasi super steam distillation pada isolasi minyak cengkeh 
untuk menimasi kebutuhan energy.Seminar Nasional Teknik Kimia 
Indonesia – SNTKI 2009 .
16 
ACARA II 
PERAJANGAN (SLICING) 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan dari praktikum acara II Perajangan yaitu : 
1. Mengetahui Konstruksi dasar alat/mesin untuk perajangan, bagian-bagian 
utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama. 
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan 
alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : 
a. Kapasitas alat/mesin 
b. Klasifikasi kwalitas produk 
B. Tinjauan Pustaka 
Sawut dibuat dengan cara merajang ubikayu kupas menggunakan alat 
perajang atau penyawut. Alat penyawut tenaga mesin dengan tenaga penggerak 
mesin 2-3 HP maka dapat dilakuan penyawutan sampai kapasitas 500-600 kg 
umbi kupas per jam.Keuntungan menggunakan alat penyawut besar ini, semua 
ubikayu dapat terajang.Sedangkan dengan penyawut kecil bagian pangkal 
ubikayu ada sedikit yang tidak terajang.Bagain tak terajang ini dikumpulkan dan 
diiris dengan pisau biasa (Misgiyarta, 2011). 
Komoditas unggulan lahan lebak diantaranya adalah ubi-ubian dan 
hortikultura.Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan 
guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah.Teknologi 
pengolahan untuk masing-masing komoditas sangat spesifik, karena komoditas 
tersebur mempunyai karakteristik yang berbeda.Pengembangan pengolahan perlu 
didukung oleh penyediaan peralatan dan peningkatan pengetahuan SDM (sumber 
daya manusia) khususnya yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan
agroindustri.Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif 
penakeragaman produk sebagai penunjang agroindustri (Antarlina, 2000). 
Alat perajang yang ada umumnya memiliki pisau pemotong vertikal 
dengan sumber tenaga yang berasal dari manusia yaitu kayuahan. Untuk tujuan 
meningkatkanefisiensi dan efektifitas perajangan singkong sebagai bahan kripik 
maka dilakukan penelitian perancangan mesin perajang dengan pisau horisontal. 
Pisau yang umumnya nerputar stasioner pada arah vertical di modifikasi menjadi 
bergerak meju mundur arah horizontal (Lutfi, 2010). 
Proses perajangan memiliki tujuan agar supaya kelenjar minyak dapat 
terbuka sebanyak mungkin. Bahkan pada tanaman yang dirajang pun.Biji-bijian 
harus dihancurkan menjadi bentuk hancuran dengan harapan sebagian besar sel-selnya 
hancur dan minyak dapat keluar dengan mudah bila uap dialirkan melalui 
pecahan-pecahan tersebut.tujuan perajangan itu sendiri yaitu untuk 
mempersiapkan bahan siap disuling dan untuk memudahkan penguapan minyak 
atsiri dari bahan (Ketaren, 1987). 
Perajangan merupakan proses yang paling banyak mengeluarkan tenaga 
dan paling beresiko terjadinya kecelakaan merajang dilakukan dimalam hari 
supaya hasil rajangan dapat dijemur pada pagi harinya dan harus kering hari itu 
juga. selama ini perajangan hanya dilakukan oleh laki-laki. merajang tembakau 
secara tradisional umumnya dilakukan dengan posisi duduk menyamping. posisi 
perajang terhadap cacak adalah dari samping, sedangkan tumpukan daun 
tembakau terletak diatas lantai sehingga perajangan pada waktu mengambil daun 
dalam posisi membungkuk (ismayenti, 2004). 
Penyiang cakar beroda, dikerjakan dengan tenaga manusia, tetapi dapat 
mengurangi beban fisik karena pekerja tidak perlu membungkuk pada saat 
menyiang gulma.Pada kegiatan pascapanen, terdapat dua jenis Alsintan 
pascapanen, yaitu Alsintan primer dan Alsintan sekunder (Sihono, 2001). 
Alsintan pascapanen primer yaitu alat untuk penanganan hasil panen yang 
menyangkut prosesing hasil panen yang menyangkut: perontokan, pemipilan, 
17
pengepresan, perajangan, penepungan dsb. Alsintan ini mengolah bahan mentah 
sehingga dapat disajikan menjadi bahan siap olah dan siap disimpan.Alsintan 
pascapanen sekunder adalah alat pengolah hasil dari pascapanen primer menjadi 
berbagai macam produk olahan yang siap dimakan.Jenis Alsintan pascapanen 
sekunder pada umumnya dilayani anggota masyarakat perempuan 
(Suhaeti, 2005). 
Keripik dan makanan ringan lain di dunia menyumbang keseluruhan 
omset sebesar $ 2,2 miliar dolar mengingat 70 manufaktur dan teknologi pusat 
penelitian di dunia. Juga kualitas chip memainkan peran penting dalam 
manajemen hotel . Karena ketebalan yang tidak merata irisan yang timbul dari 
alat-alat yang tidak tepat banyak pemborosan sayuran yang terjadi menyebabkan 
hilangnya produktivitas dan kerusakan lain-lain untuk sayuran . Saat ini metode 
manufaktur chip konvensional dan sistem manajemen hotel tidak efisien dan 
aman ; ini dijelaskan dalam survei literatur dengan rincian lebih lanjut . Selama 
survei literatur dan wawancara sementara produsen chip lokal disadari bahwa ada 
kebutuhan yang kuat untuk desain dan pengembangan alat pengiris sayuran multi 
fungsional yang efisien , dan aman . Tujuan utama dari desain adalah untuk 
menciptakan cara cepat , aman , dan mudah untuk mengiris kentang dengan 
peningkatanproduktivitas dan efektivitas biaya . Hal ini juga diperlukan untuk 
mempersiapkan irisan yang estetis menarik . Desain ini juga membantu dalam 
mengurangi tingkat penolakan (Kartika, 2008). 
Salah satu teknik analisis program adalah program yang mengiris . 
Aplikasi utama dari program mengiris meliputi berbagai kegiatan rekayasa 
perangkat lunak seperti pemahaman Program, debugging, pengujian, 
pemeliharaan program pengukuran kompleksitas dan sebagainya . Program 
mengiris adalah suatu metode untuk membatasi fokus tugas untuk sub - 
komponen tertentu dari sebuah program . Hal ini juga dapat digunakan untuk 
mengekstrak laporan program yang relevan dengan perhitungan tertentu . Konsep 
sepotong Program diperkenalkan oleh Weiser. Menurut definisi asli, gagasan slice 
18
didasarkan pada penghapusan laporan. Slice A adalah subset eksekusi dari 
laporan program yang melindungi perilaku asli dari program ini sehubungan 
dengan subset dari variabel kepentingan dan pada titik program tertentu . 
Beberapa varian dari gagasan ini telah diusulkan dalam literatur, seperti mengiris 
dinamis, mengiris statis quasi, simultan mengiris dinamis, dan mengiris 
terkondisi. Makalah ini berisi berbagai teknik mengiris dan aplikasi 
(Sashirekha, 2011). 
Daging adalah daging hewan yang dikonsumsi untuk makanan dan itu 
adalah kelezatan makanan yang sangat penting yang telah makan sejak 
keberadaan manusia. Konsumsi daging bersama denganmakanan dasar lainnya 
sangat penting karena memperkaya baik kandungan gizi makanan dan juga 
bertindak sebagai hidangan penting. Ini adalah makanan bergizi yang 
mengandung beberapajumlah asam amino esensial, dalam bentuk protein dan juga 
mengandung kelompok vitamin. Daging hewan terdiri dari otot, tulang, lemak 
dan jaringan ikat,dan dapat dimakan dan gizi bagian utama dari daging adalah 
otot atau daging tanpa lemak. Oleh karena itu daging harus dipotong menjadi 
potongan besar, dan kemudian menjadi potongan-potongan sehingga membawa 
keluar rasa dan membuatnya dalam bentuk yang dapat dimakan. Daging dipotong 
menggunakan berbagai alat tajam seperti pertandingan, pisau dan gergaji daging. 
Alat ini hanya efisien dalam memotong daging menjadi potongan-potongan dan 
de-boning tetapi tidak dapat memotong daging menjadi potongan-potongan kecil 
dan sebagai akibat dari ini, mesin yang berbeda telah dikembangkan dari waktu 
ke waktu untuk mengiris daging. Prinsip-prinsip mengiris mesin didasarkan pada 
tindakan geser dengan pisau dan jenis-jenis pemotong dengan prinsip yang sama 
seperti mengiris yang meliputi dampak-jenis cutter, pemotong bar mesin 
pemotong dan sistem pisau drive (Odior, 2012). 
Dalam rangka untuk memperbaiki masalah terkait ledakan kombinatorial , 
kami memperkenalkan gagasan perhitungan slice. Secara formal, sepotong 
perhitungan sehubungan dengan predikat adalah (sub) perhitungan dengan 
19
sedikitnya jumlah pemotongan yang konsisten yang berisi semua potongan 
konsisten perhitungan predikat memuaskan. Secara intuitif ,slice adalah 
representasi singkat dari luka-luka yang konsisten dari perhitungan yang 
memenuhi kondisi tertentu . Untuk mendeteksi predikat , daripada mencari negara 
- ruang perhitungan , itu jauh lebih efisien untuk mencari negara - ruang slice 
.Kami membuktikan bahwa sepotong perhitungan didefinisikan unik untuk semua 
predikat . Kami juga menyajikan algoritma yang efisien untuk menghitung 
potongan untuk beberapa kelas berguna predikat. Untuk predikat sewenang-wenang, 
kita menetapkan bahwa masalah - com puting slice adalah NP - lengkap 
pada umumnya. Meskipun demikian, untuk predikat seperti itu, kami 
mengembangkan algoritma heuristik yang efisien untuk menghitung irisan 
perkiraan. Hasil eksperimen kami menunjukkan bahwa mengiris dapat 
menyebabkan peningkatan eksponensi alatas teknik untuk deteksi predikat yang 
ada dalam hal waktu dan ruang (Mittal, 2005). 
Sebuah algoritma mengiris adalah mekanisme untuk mengatur satu set 
node ke dalam kelompok k (irisan), sehingga setiap node dengan cepat belajar 
indeks dari slice mana ia berasal. Mengiris dilakukan sehubungan dengan atribut 
satu - dimensi . Dengan cara desentralisasi, adaptif bekerja menuju tujuan global 
dengan beberapa bentuk berbagi sumber daya proporsional, mengiris harus 
menarik . Misalnya, dengan k = 4 layanan mengiris akan mengatur node dalam 
kuartil . Dengan node n dan k = n, mengiris macam mereka Tidak ada asumsi 
yang dibuat tentang distribusi nilai atribut. Target kami adalah lingkungan sangat 
dinamis :node datang dan pergi (churn), dan atribut dapat berubah dengan cepat. 
Kami bukan yang pertama untuk mempelajari mengiris. Dalam, penulis 
menjelaskan paralel algoritma sorting komunikasi hemat dan sekarang klasifikasi 
simpul sebagai aplikasi mungkin, tetapi pendekatan membuat asumsi bahwa 
banyak sistem tidak akan memuaskan . Sebagai contoh, membutuhkan distribusi 
nilai acak seragam dan tidak dapat mentolerir churn berhubungan dengannilai 
atribut (Gramoli, 2009). 
20
21 
C. Gambar Alat dan Mesin 
Gambar 2.1 Alat/Mesin Perajangan 
Bagian Utama dan Fungsi : 
a. Tuas penekan : menekan produk agar terpotong pisau disk, 
b. Tempat produk : menempatkan produk, 
c. Pisau disk : mengiris atau memotong produk, 
d. Motor listrik : memutar pisau disk (sumber tenaga), 
e. Speed reduction : mengurangi kecepatan motor. 
D. Prinsip Kerja Alat 
Prinsip kerja alat ini adalah produk didorong oleh tuas penekan kemudian 
diiris atau dipotong dengan pisau disk.
22 
Mesin dibersihkan dan disiapkan 
Posisi blade (pisau pengiris) diatur 
Produk ditimbang 
Motor listrik diaktifkan 
Produk dimasukkan kedalam hopper 
Produk ditekan dengan pelan dengan hand feeding 
Produk rajangan ditimbang 
E. Mekanisme kerja 
Mekanisme kerja alat ini adalah tuas ditarik kebelakang dan produk 
diletakkan pada tempat produk kemudian produk ditekan agar produk tidak lepas. 
Bersamaan dengan itu motor listrik dinyalakan untuk menggerakkan pisau disk. 
F. Cara kerja
23 
G. Hasil dan Pembahasan 
1. Hasil pengamatan 
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran perajangan 
kelompok Berat 
awal(kg) 
Berat 
akhir(kg) 
Kapasitas 
(kg/jam) 
Rendemen 
(%) 
Waktu 
(jam) 
Laju 
perajangan 
(kg/jam) 
1 0,3 0,28 10,909 93,33 0,275 1,018 
2 0,3 0,22 3,859 73,33 0,057 3,839 
3 0,2 0,2 9,5 100 0,021 9,523 
4 0,20 0,22 11,976 110 0,0167 13.1736 
5 0,500 0,460 54,3478 92 0,0092 50 
6 0,0038 0,0034 0,19 89,47 0,02 0,17 
7 0,45 0,41 542,168 82 0,00083 493,97 
8 0,034 0,031 10,303 9 0,00083 10,303 
9 0,26 0,21 5 80,7 0,052 4,038 
10 0,38 0,38 15,833 100 0,024 15,83 
Sumber : laporan sementara 
2. Pembahasan 
Perajangan adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan 
menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih 
kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang 
dipotong. Perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan sehingga 
dapat mempercepat proses penepungan. Pada praktikum acara ini bahan yang 
digunakan dalam perajangan adalah singkong. Perlengkapan yang 
dipergunakan antara lain yaitu tuas penekan digunakan memudahkan 
pemotongan, tempat produk digunakan menempatkan produk, pisau disk 
digunakan untuk memotong produk, motor penggerak digunakan sumber 
tenaga pemutar mesin, speed reduction digunakan mengurangi kecepatan 
motor. Bahan yang bisa dirajang antara lain wortel, singkong, ketela, umbi-umbian 
lainnya. 
Pada praktikum perajangan ini, produk yang digunakan adalah 
singkong. Hasil praktikum perajangan ini didapatkan berat awal singkong 
adalah 0,26 kg dan berat akhir singkong adalah 0,21 kg dalam waktu 0,52 jam. 
Dalam praktikum ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena produk
yang digunakan terlalu besar sehingga harus dibagi menjadi dua bagian atau 
lebih dan kwalitas hasil perajangan dikatakan sedang karena dalam proses 
perajangan didapatkan hasil yang tidak sama tebal tipisnya. 
Kapasitas produk yang didapatkan adalah 5 kg/jam. Faktor-faktor 
yang mempengaruhi kapasitas produk perajangan adalah besar kecilnya produk 
yang akan dirajang, ketajaman pisau disk dan besar kecilnya tenaga atau 
kecepatan perputaran yang digunakan untuk memutar pisau disk. Kualitas 
perajangan pada praktikum kali ini adalah cukup baik (sedang), hasil rajangan 
dan ketebalan rajangannya cukup seragam meskipun bentuk rajangan tidak 
selalu sama. Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 
80,7%. 
Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 80,7 %. 
Pada praktikum yang dilakukan ini memperoleh hasil yang cukup baik 
(sedang) karena tidak terlalu banyak selisih antara berat awal produk sebelum 
dirajang dengan berat akhir produk setelah dirajang. Pada praktikum 
pengamatan perajangan yang dilakukan oleh kelompok 6,7,8,9,10 dihasilkan 
randement masing-masing 89,47%, 82%, 9%, 80,7%, 100%. Dari kelompok 
6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling besar adalah pada 
kelompok 10 yaitu dengan 100%. Sedangkan Randement yang paling kecil 
yaitu kelompok 8 yaitu dengan randement 9%. 
Hal yang berpengaruh pada hasil perajangan atau rendemen yang sedikit 
adalah alat perajang (slicer) mempunyai tiga mata pisau tetapi hanya dua yang 
aktif memotong atau mengiris dengan ketajaman pisau yang kurang, kecepatan 
rotasi pisau perajang juga rendah. Kualitas perajangan singkong adalah sedang, 
tidak semua hasil perajangan utuh sebagian ada yang utuh dan sebagian lagi 
ada yang hancur. Selain dikarenakan faktor pisau perajang, singkong yang 
dirajang terlalu lama disimpan sehingga menjadikan kadar airnya menurun 
yang mengakibatkan daging singkong agak layu sehingga sulit dirajang. 
24
Dalam menentukan kapasitas perajangan sangat dipengaruhi oleh 
beberapa faktor yaitu jumlah dari bahan yang dirajang, waktu yang diperoleh 
pada saat proses perajangan berlangsung, banyak sedikitnya produk yang 
dibuang, selain itu ketajaman pisau disk juga mempengaruhi. Ketajaman pisau 
disk sangat mempengaruhi besar randement, hal ini disebabkan bila tidak tajam 
maka hasil perajangan akan menempel pada dudukan pisau disk yang 
kemudian jatuh ke lantai. Sedangkan kapasitas mesin dipengaruhi oleh 
kecepatan motor penggerak mesin perajang. Motor penggerak sumber 
tenaganya dari berasal dari motor listrik. Hal ini bertujuan agar supaya produk 
tidak terkontaminasi bahan bakar motor tersebut. 
25 
H. Kesimpulan 
Dari pelaksanaan praktikum Perajangan diatas, dapat diambil kesimpulan 
bahwa : 
1. Perajangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperkecil 
ukuran bahan sehingga dapat mempercepat pengeringan karena 
permukaan yang diperkecil akan mempercepat penurunan kadar air. 
2. Kualitas perajangan dipengaruhi oleh tajamnya pisau disk, kualitas bahan yang 
dirajang dan kecepatan berputarnya mesin. 
3. Kapasitas mesin perajang sebesar 5 kg/jam dengan randement sebesar 80,7% . 
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat bruto dan 
berat netto dari singkong. 
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas perajangan adalah jumlah bahan, 
struktur serat bahan, ketajaman pisau, dan waktu yang diperlukan selama alat 
bekerja. 
I. Saran 
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat 
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
26 
DAFTAR PUSTAKA 
Antaralina, Sri Satya dan S. Umar. 2000. Teknologi Pengolahan Komoditas 
Unggulan Mendukung Pengembangan Agroindustri di Lahan Lebak. Balai 
Penelitian Pertanian lahan Rawa (Balittra). 
Gramoli . 1986. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Erlangga. Jakarta 
Ismayenti, L., Prakoso, D. dan Adi Heru Sutomo. 2011. Pengaruh Penggunaan Alat 
Ergonomis dan Posisi Kerja terhadap Kelelahan Otot dan Produktivitas 
Perajang Tembakau di Kecamatan Ngadirejo dan Bansari Kabupaten 
Temanggung. Sains Kesehatan Vol 17 No 4, Oktober 2004. 
kartika, Sartono. 2008. Perajang Mekanik Keripik. Jurnal Media Mesin, Vol.7 No.2, 
Juli 2006, 55-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 
Lutfi, mustofa. 2010. Rancang bangun perajang ubi kayu pisau horizontal. Jurnal 
Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 41-46. 
Misgiyarta, Suismono, dan Suyanti. 2011. Tepung Kasava Bimo Kian Prospektif. 
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). 
Mittal dan Nurdjannah, Nanan. 1993. Pengaruh Perajangan dan Lama Pelayuan 
terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Serai Dapur (Cymbopogon citratus 
stapf). Bul Litro, Vol VIII, No 1, 1993. 
Mustaniroh, Siti A., Mas’ud, E. dan Safira Aziz Mahdami. 2011. Analisis Kelayakan 
Teknis dan Finansial Pengembangan Usaha Kerupuk Waluh dengan Mesin 
Perajang Otomatis pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 
12 No 3. 
Odior , Riles M. 2008. Rancang Bangun Mesin Perajang Cengkeh Menggunakan 
Penggerak Motor Listrik 1 HP dengan Kapasitas 19 Kg/Jam. Jurnal Orbith 
Vol 4 No 3 Nopember 2008 : 513 - 520. 
Peason. 1990. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 5 
No 1 Hal 56. Jakarta. 
Rita, Nur Suhaeti dan Siwi, Sri Suharni. 2008. Inkorporasi Perspektif Gender dalam 
Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian, 
Puslitbang Sosek, Deptan Bogor, dan Balai Penelitian Bioternologi Tanaman 
Pangan. 
Sashirekha, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat Prasyarat Kebutuhan Mutlak 
Sehari-hari. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Widiyanti. 2006. Produksi Kripik Singkong Dengan Perajangan Mekanik. Institut 
Pertanian Bogor. Bogor.
27 
Lampiran Perhitungan Perajangan 
1) Data Kelompok 1 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,30 
0,275 
=1,091 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,28 
0,30 
x 100 % = 93,33% 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,28 
0,275 
= 1,018 kg/jam 
2) Data Kelompok 2 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,30 
0,057 
=5,263 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,22 
0,30 
x 100% = 73,33 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,22 
0,057 
= 3,859kg/jam 
3) Data Kelompok 3 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,20 
0,021 
=9,523 kg/jam
28 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,20 
0,20 
x 100% = 100 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,20 
0,021 
= 9,523kg/jam 
4) Data Kelompok 4 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,20 
0,0,0167 
= 11,976 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,22 
0,20 
x 100% = 110 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,22 
0,0167 
= 13,173kg/jam 
5) Data Kelompok 5 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,50 
0,0092 
= 54,347 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100 % 
= 
0,46 
0,50 
x 100% = 92 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,46 
0,0092 
= 50,00kg/jam
29 
6) Data Kelompok 6 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,0038 
0,02 
= 0,190 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,0034 
0,0038 
x 100% = 89,5 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,0034 
0,02 
= 0,170 kg/jam 
7) Data Kelompok 7 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,45 
0,00083 
= 542,168 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,41 
0,45 
x 100% = 91,1 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,41 
0,00083 
= 493,975 kg/jam 
8) Data Kelompok 8 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,34 
0,00083 
= 409,638 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100%
30 
= 
0,31 
0,34 
x 100% =91,2 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,31 
0,00083 
=373,493 kg/jam 
9) Data Kelompok 9 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,26 
0,052 
= 5,00 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,21 
0,26 
x 100% =80,7 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,21 
0,052 
= 4,038 kg/jam 
10) Data Kelompok 10 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,38 
0,024 
= 15,833 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,38 
0,38 
x 100% = 100 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,41 
0,024 
= 15,83kg/jam
31 
ACARA III 
PENGERINGAN (DRAYING) 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan praktikum acara III Pengeringan yaitu : 
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengering, bagian-bagian 
utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama. 
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/masin berikut cara pengaturan alat 
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : 
a. Kapasitas pengeringan 
b. Kadar air akhir 
c. Kwalitas pengeringan 
B. Tinjauan Pustaka 
Pengaruh pengeringan daun turi terhadap karakteristik degradasi 
dalam rumen, melalui metode in sacco menggunakan kantong nilon. Daun 
turi segar dan kering dipotong/dicincang untuk mendapatkan sampelyang 
homogen dengan ukuran partikel 1 mm. Sebanyak 2 gr dari masing masing 
sampel daun dimasukkan ke dalam kantong dan diinkubasi ke dalam fistula 
domba dengan tiga ulangan.penurunan yang sangat drastis pada komponen 
mudah larut akibat dari pengeringan daun turi. Kenyataan inimembuktikan 
bahwa perlakuan pengeringan dapat digunakan untuk memodifikasi kecernaan 
bahan makanan dalam rumen, tergantung pada tujuan yang ingin 
dicapai.Tentunya penurunan kecernaan di tingkat rumen diharapkan tidak 
menurunkan kecernaan bahan makanan tersebut dalam usus halus.Perlakuan 
seperti ini biasanya dilakukan untuk melindungi protein makanan dari 
terjadinya perombakan yang hebat dalam rumen, tetapi protein tersebut 
diharapkan tetap tersedia pascarumen, terutama pada bahan makanan yang 
bermutu tinggi, seperti daun turi (Rusdi, 2008).
Setiap jenis kayu memiliki respon yang berbeda terhadap pemakaian 
suhu dan kelembaban pengeringan sesuai dengan sifat-sifat kayunya. Sifat 
dasar kayu yang sangat mempengaruhi sifat pengeringan di antaranya adalah 
struktur anatomi dan sifat fisik kayu (Bramhall dan Wellwood 1976). 
Perbedaan yang ditunjukan oleh salah satu dari kedua sifat tersebut akan 
memberikan respon yang berbeda terhadap sifat pengeringan kayu. Untuk 
mendapatkan kualitas pengeringan yang baik dalam waktu yangoptimal pada 
kilang pengering (kiln drying), maka pengetahuan operator tentang perilaku 
kayu terhadapsuhu dan kelembaban sangat diperlukan. Responsuatu jenis 
kayu terhadap suhu tinggi merupakanproses awal dalam menetapkan 
jadwalpengeringannya. Jadwal pengeringan yang lazim digunakan diindustri 
perkayuan di Indonesia adalah jadwalpengeringan yang berbasis kadar air, 
yaitu suatusistem pengaturan besaran suhu dan kelembabanserta 
perubahannya dalam kilang pengeringanberdasarkan kadar air rata-rata kayu 
yang sedang dikeringkan (Basri, 2007). 
Salah satu proses dalam produksi krupuk adalah proses pengeringan, 
Proses pengeringanyang dilakukan kebanyakan oleh masyarakat masih secara 
konvensional, yaitu pengeringan dilakukandi tempat terbuka yang bergantung 
dari sinar matahari. Dalam pengeringan konvensional terdapatbeberapa 
permasalahan yaitu panas yang fluktuatif, kebersihan yang tidak terjaga dan 
memerlukantempat yang cukup luas.Mengingat di Indonesia terdapat dua 
musim yaitu musim kemarau danpenghujan, maka salah satu hal yang 
menjadi kendala dalam produksi kerupuk adalah prosespengeringan disaat 
musim penghujan. Dimana panas yang dibutuhkan dalam proses pengeringan 
tidak bisa terus menerus ada karena adanya hujan. Dengan perkembangan 
teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat pengering 
kerupuk sebagai pengganti pengeringan secara konvensional. Single chip 
ATmega 8535 inidigunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan, 
yaitu mengontrol suhu dan lama waktuproses pengeringan secara elektronik 
32
dan otomatis. Hal ini akan lebih mudah untuk mengeringkankerupuk tanpa 
harus menunggu cuaca cerah (Syafriyudin, 2007). 
Dalam sistemindustri, system pengeringan memiliki peranan yang 
sangat penting system pengeringan dalam aplikasinya dapat dilakukan dengan 
cara yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan dimana system itu 
diterapkan. Pada industri pangan proses pengeringan dilakukan untuk 
pengawetan makanan yaitu dengan cara menggurangi kadar air sampai batas 
tertentu pada makanan tersebut untuk disimpan dalam beberapa waktu. 
Makanan yang dimaksud berupa sayuran dan buah-buahan yang banyak 
mengandung air seperti jamur, brokoli, anggur, strawberry, pisang, dan lain-lain. 
Pada industry pengolahan jamur pasca panen harus melewati masa 
pengawetan terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke pasaran, sebab jamur itu 
sendiri merupakan produk tani yang tidak terlalu tahan lama. Proses 
pengeringan itu sendiri merupakan proses pemindahan sejumlah masa uap air 
secara simultan, dengan membutuhkan energy untuk menguapkan kandungan 
air yang dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses 
pemindahannya sejumlah masa uap air terjadi karena adanya perbedaan suatu 
konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya 
(Swarnadwipa, 2008). 
Menurut Soewarno T. Soekarto 1990, menyebutkan bahwa dalam 
memilih teknologi pengeringanhendaknya diarahkan pada aspirasi kelompok 
pengguna, efisiensi proses dan peningkatan mutu produk akhir. Efisiensi 
proses pengeringan tolok ukurnya meliputi : kecepatan proses, kapasitas 
produksi, penghematan biaya, kemudahan sumber energi dan kelestarian 
lingkungan. Perbaikan mutu tolok ukurnya meliputi keseragaman produk, 
peningkatan mutu dan nilai tambah. Dengan terus meningkatnya harga BBM 
dan kelangkaan minyak tanah, petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan 
telah mengadobsi mesin pengering bahan bakar sekam (Sutrisno, 2005). 
33
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau 
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air 
tersebut dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan 
tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi 
didalamnya.Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet 
dengan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat 
ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang 
sehingga memudahkan pengangkutan (Winarno, 1984). 
Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan 
pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan 
penguapan air yang terdapat didalam bahan pangan dan untuk ini panas laten 
penguapan harus diberikan. Pengeringan adalah metode tertua pada 
pengawetan bahan pangan.Lingkungan primitip melakukan pengeringan 
daging dan ikan dengan sinar matahari jauh sebelum catatan sejarah dimulai 
(Earle, 1969). 
Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan 
cara pemanasan sedemikian ruapa, sampai mencapai kadar air tertentu. 
Dengan sangat terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak 
aktif dan atau mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad 
mikroorganisme dapat dihambat bahkan dimatikan, karena mikroorganisme 
seperti umumnya jasad hiduo, membutuhkan air untuk proses 
metabolismenya. Enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang dikeringkan, 
karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya (Hudaya, 1982). 
Pengeringan biasanya dipakai untuk menentukan kadar air, atau 
dilakukan pada zat kimia padat yang akan ditimbang untuk standarisasi, 
membuat reagensi dll. Alat yang digunakan adalah oven yang dilengkapi 
dengan thermometer, thermostat dan pengatur waktu pengeringan yang 
dikehendaki. Alat yang akan dipai sebagai wadah bahan atau kemikalia yang 
akan ditimbang harus dikeringkan juga. Alat yang digunakan untuk 
34
menyimpan bahan yang sudah dikeringkan adalah eksikator yang kedap 
udara, didalamnya ditaruh zat yang bias menyerap uap air sehingga pengaruh 
uap air selama penyimpanan bias diabaikan (Sudarmadji, 1976). 
Beberapa tumbuhan atau tanaman yang habis dalam keadaan segar 
dan mungkin memburuk dalam Beberapa hari setelah panen. Salah satu cara 
untuk melestarikan produk tanaman ini adalah untuk mengeringkannya di 
baik dengan tradisional pengeringan matahari / naungan atau microwave 
pengeringan / oven pengeringan meskipun berfungsi untuk menonaktifkan 
enzim polifenol oksidase dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam 
Komposisi fitokimia. Umumnya, proses ini dapat menyebabkan atribut 
negative terhadap produk pangan akhir, namun penelitian membuktikan 
bahwa sifat antioksidan keseluruhan makanan tertentu malah ditingkatkan 
karena pembentukan Miliar Reaksi Produk (MRPs), yang dihasilkan dari 
reaksi kondensasi antara asam amino (atau protein) dan mengurangi gula atau 
produk oksidasi lipid (Annamalai, 2011). 
Microwave (MW) yang berhubungan (MW dibantu atau MW - 
disempurnakan)Kombinasi pengeringan adalah teknik dehidrasi cepat 
yangdapat diterapkan untuk makanan tertentu, khususnya untuk buah-buahan 
dan sayuran .Peningkatan kekhawatiran atas kualitas produk dan 
produksibiaya telah memotivasi para peneliti untuk menyelidiki danindustri 
untuk mengadopsi teknologi pengeringan kombinasi. Keuntungan UM terkait 
kombinasi pengeringan meliputi :waktu pengeringan yang lebih pendek, 
meningkatkan kualitas produk , danfleksibilitas dalam memproduksi berbagai 
macam produk kering . tapiaplikasi saat ini terbatas pada kategori kecil buah-buahandan 
sayuran karena biaya start-up tinggi dan relatif rumitteknologi 
dibandingkan dengan konveksi konvensionalpengeringan . MW yang 
berhubungan dengan kombinasi pengeringan mengambil keuntungan 
darimetode pengeringan konvensional dan pemanasan microwave , 
memimpindengan proses yang lebih baik daripada MW pengeringan saja. 
35
Makalah ini menyajikankajian komprehensif dari kemajuan terbaru dalam 
MW – terkaitdikombinasikanpengeringan penelitian dan rekomendasi untuk 
penelitian masa depan untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian 
laboratorium danaplikasi industri (Zhang, 2006). 
Pengeringan adalah unit operasi tertua yang ditemukan di sebagian 
besar sektor industri . Sebagai operasi energyintensive kenaikan terus-menerus 
dalam minat pengeringan R & D pada skala global terlihat dari 
berbagai konferensi internasional yang ditujukan untuk pengeringan . Namun, 
sejarah pengeringan R & D sebagai bidang multi -disiplin yang layak bahwa 
pasanganfenomena transportasi dengan ilmu material baru berusia sekitar 
empat dekade . Sebagian besar literatur teknis sebelum tahun 1980 muncul di 
lain selain bahasa Inggris , terutama di Rusia, Jerman , Perancis , Polandia dll 
R & sastra D dalam bahasa Inggris mulai muncul hanya sejak 80 's terutama 
sebagai hasil dari upaya tunggal tangan dari penulis senior ( ASM ) di McGill 
University, Kanada (Mujumdar, 2007). 
Untuk pengeringan termal , bahan basah dan gas panas melewati 
pengering untuk bertukar panas dan massa untuk mengeringkan bahan basah . 
Pengering langsung tersebut merupakan lebih dari 90 % dari pengering 
industri dalam operasi hari ini menurut beberapa perkiraan . Ketika gas buang 
keluar dari pengering , bahan entrained dalam gas buang harus melalui 
kolektor debu yang sesuai, seperti siklon dan rumah kantong untuk 
mengumpulkan produk entrained dan untuk memenuhi peraturan knalpot 
debit . Bahan , gas pengeringan , dan pengering adalah komponen utama yang 
perlu diperhatikan dalam proses pengeringan . Setelah sifat yang diperlukan 
material, persyaratan produk , dan skala produksi diketahui , jenis pengering 
yang sesuai dipilih . Pemilihan pengering harus mengambil banyak aspek 
menjadi pertimbangan . Banyak aturan dan metodologi yang telah diusulkan 
dalam literatur tentang pemilihan pengering berdasarkan karakteristik material 
dan produk persyaratan . (Wong, 2008). 
36
Drying adalah proses perpindahan panas dan massa yang 
mengakibatkan penghapusan kelembaban air , dengan penguapan dari padat , 
semi padat atau cair untuk mengakhiri dalam keadaan padat . Teknik 
pengeringan mungkin tertua dan metode yang paling penting dari pengawetan 
makanan dilakukan oleh manusia . Penghapusan kelembaban mencegah 
pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme yang menyebabkan 
pembusukan , dan meminimalkan banyak reaksi yg memburuk kelembaban - 
dimediasi . Dengan menggunakan metode ini , lebih seragam , higienis dan 
menarik berwarnaproduk kering dapat diproduksi dengan cepat . Namun, itu 
adalah operasi yang memakan energi dan efisiensi energi yang rendah , 
sehingga lebih banyak penekanan diberikan pada menggunakan sumber energi 
matahari karena harga yang tinggi dan kekurangan bahan bakar fosil . 
Pengering surya kini semakin banyak digunakan karena mereka adalah pilihan 
yang hemat energi lebih baik dan lebih (Wankhade, 2012). 
37 
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat 
Gambar 3.1 Alat Pengering Cabinet Dryer
38 
Bagian Utama Alat dan Mesin 
a. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan 
alat. 
b. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan alat. 
c. Setting suhu proses : mengeset suhu proses pengeringan. 
d. Kaca : melihat hasil pengeringan. 
e. Control suhu ruang : mengontrol suhu ruang pengeringan. 
f. Cerobong asap : mendistribusikan uap air. 
g. Lock : mengunci kabinet dryer. 
D. Prinsip Kerja 
Prinsip kerja dari alat ini adalah produk dikeringkan dengan sumber panas 
dari kompor listrik. 
E. Mekanisme Kerja 
Produk diletakan diruang pengering, kompor listrik dinyalakan, panas 
dari kompor akan mengeringkan produk secara radiasi. Uap air akan terhisap 
oleh blower. Suhu ruang pengering diukur dengan termometer.
39 
Produk yang telah ditimbang dimasukkan ke bin pengering 
Pemanas diaktifkan 
Kipas pengering diaktifkan dan debid udara pengering diatur 
Dicatat kadar air awal produk 
Kadar air selama pengeringan selang waktu 15 menit diukur 
Bila kadar air yang dikehendaki telah dicapai, proses pengeringan 
dihentikan 
Bobot produk kering ditimbang 
F. Cara kerja 
G. Hasil dan pembahasan 
1. Hasil pengamatan 
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengeringan 
Kel Berat 
Awal 
(kg) 
Berat 
akhir 
(kg) 
Waktu 
(jam) 
Kapasitas 
(kg/jam) 
Randemen 
(%) 
Laju 
Pengering 
1 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994 
2 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994 
3 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96 
4 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96
40 
5 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454 
6 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454 
7 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165 
8 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165 
9 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88 
10 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88 
Sumber : laporan sementara 
2. Pembahasan 
Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air 
produk pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses 
kimia, kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum 
diolah maupun pada saat dipanaskan. Prinsip kerja dari pengeringan adalah 
pengurangan kadar air bahan dengan cara pemanasan yang menggunakan 
heater/kompor gas (listrik) sebagai sumber panas sedangkan mekanisme kerja 
dari pengeringan adalah produk diletakkan dalam rak pengering, mesin 
dihidupkan, heater menyala, blower mendistribusikan udara panas ke produk 
kemudian blower penghisap menghisap uap air produk dan mendistribusikan 
keluar alat melalui cerobong. Pada praktikum ini menggunakan alat/mesin 
pengeringan cabinet dryer dan bin dryer, menggunakan bahan singkong hasil 
dari praktikum ”Perajangan”. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang 
berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. Dan faktor yang 
berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan seperti ukuran bahan, 
kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Makin tinggi suhu dan 
kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula proses pengeringan 
berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas 
yang dibawa oleh udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang 
diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara 
pengering makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang
dipindahkan ke udara. Kelembaban udara mempengaruhi proses pemindahan 
uap air. Kelembaban udara yang tinggi maka perbedaan tekanan uap air 
didalam dan diluar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan 
uap air dari dalam bahan ke luar. Selain itu pengeringan dengan mesin ini ini 
juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hisapan blower untuk menghisap uap air 
yang menguap dalam tempat pengeringan. 
Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan 
cabinet dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada 
pegeringan cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi 
dengan rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat 
akhir yang berbeda-beda tiap kelompok. Setelah diketahui hasil pengeringan 
maka dapat diperoleh laju pengeringan dengan cara berat awal dikurangi berat 
akhir dan dibagi waktu. Randemen berbanding lurus dengan berat netto dan 
berbanding terbalik dengan bruto. Laju pengeringan berbanding lurus dengan 
berat awal dan berat akhir dan berbanding terbalik dengan waktu, kapasitas 
berbanding lurus dengan berat awal dan berbanding terbalik dengan waktu. 
Dalam praktikum pengeringan ini yang mempengaruhi rendemen adalah 
berat akhir dari prodak yang di hasilkan. 
Dari praktikum dapat dilihat pada pengeringan ini digunakan waktu 
yang berbeda- beda seperti 0,107, 0,107, 0,25, 0,25, 0,33, 0,33,0,416, 0,416, 
0,5, 0,5 dan didapatkan kapasitas produk yang berbeda-beda pula. Kapasitas 
produk terkecil dihasilkan oleh kelompok 9 dan 10 yaitu 1, lalu pada 
kelompok 7 dan 8 sebesar 1,201, lalu pada kelompok 5 dan 6 sebesar1,51, 
lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 2 dan pada kelompok 1 dan 2 sebesar 
2,994. Dapat disimpulkan semakin lama waktu yang digunakan maka 
kapasitas produk semakin besar. Sedangkan pada rendemen 100,100,98,98, 96, 
96, 97, 97, 88, 88 dan diperoleh laju pengeringan dimulai dari dari yang ter 
kecil. Pada kelompok 9 dan 10 memperoleh laju pengeringan sebesar 0,88, 
lalu pada kelompok 7 dan 8 sebesar 1,165, lalu pada kelompok 5 dan 6 
41
sebesar 1,454, lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 1,96 dan pada kelompok 1 
dan 2 memperoleh nilai laju pengeringan paling besar yaitu 2,994. Maka dapat 
disimpulkan semakin tinggi rendemen makan semakin besar juga nilai laju 
pengeringan. 
42 
H. Kesimpulan 
1. Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air produk 
pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses kimia, 
kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum diolah 
maupun pada saat dipanaskan. 
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang 
berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. 
3. Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan cabinet 
dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada pegeringan 
cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi dengan 
rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat akhir 
yang berbeda-beda tiap kelompok. 
4. Pada hasil praktikum kapasitas produk paling besar adalah pada kelompok 1 
dan 2 sebesar 2,994 kg/jam , sedangkan rendemen terbesar juga pada 
kelompok 1 dan 2 sebesar 100% dan laju pengeringan terbesar juga pada 
kelompok 1 dan 2 sebesar 4,672 kg/jam. 
I. Saran 
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat 
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
43 
DAFTAR PUSTAKA 
Annamalai , N. dan W. Hendra. 2011. Pengeringan Jamur dengan dehumidifier. 
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008 (30-33). 
Basri, Efrida dan Yuniarti, Karnita. 2006. Sifat dan Bagan Pengeringan Sepuluh 
Jenis Kayu Hutan Rakyat untuk Bahan Baku Mebel. ISSN: 175-182. Bogor. 
Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya. 
Bogor. 
Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan 
Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder 
Maltodekstrin. Jurnal Penelitian Saintek, Vol.13, No.1, April 2008:1-18. 
Hudaya, Saripah dan Daradjat, Setiasih. 1981. Dasar-dasar Pengawetan 1. 
Depdikbud. Jakarta. 
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech. 
Yogyakarta. 
Mujumdar, Achmad. 2007. Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas 
Bumi untuk Pengeringan Kakao (Cokelat). Jurnal Sains dan Teknologi 
Indonesi Vol. 10 No. 3 Desember 2008 Hlm. 135-141. 
Sudarmadji , Herti. 1976. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh 
dan Peluruh Kolesterol. Gramedia. Jakarta. 
Sutrisno , G.B.A. 2005. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Mutu Tepung Siput 
Laut (Littoraria scabra). 
Sulikhah, Nelwan L.O. dan I Nengah Suastawa. 2008. Disain dan Uji Kinerja 
Pengering Rotari Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal 
Keteknikan Pertanian Vol.22, No.2, Agustus 2008. 
Wankhade, Lisdiana. 2012. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. 
Yogyakarta. 
Winarno, Fardiaz, S. dan Dedi Fardiaz. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT 
Gramedia. Jakarta. 
Wong , Muh. 2008. Perancangan Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering 
Hasil Perkebunan Rakyat. Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 April 2009.
44 
Lampiran Perhitungan Pengeringan 
1) Data Kelompok 1 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,167 
=2,994 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,5 
0,5 
x 100 % =100% 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,5 
0,167 
= 2,994 kg/jam 
2) Data Kelompok 2 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,167 
=2,994 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,5 
0,5 
x 100 % =100% 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,5 
0,167 
= 2,994 kg/jam 
3) Data Kelompok 3 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,25 
=2,00 kg/jam
45 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,5 
0,49 
x 100% = 98 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,49 
0,25 
= 1,96kg/jam 
4) Data Kelompok 4 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,25 
=2,00 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,5 
0,49 
x 100% = 98 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,49 
0,25 
= 1,96kg/jam 
5) Data Kelompok 5 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,33 
= 1,51kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100 % 
= 
0,48 
0,5 
x 100% = 96 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,48 
0,33 
= 1,454kg/jam
46 
6) Data Kelompok 6 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,33 
= 1,51kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100 % 
= 
0,48 
0,5 
x 100% = 96 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,48 
0,33 
= 1,454kg/jam 
7) Data Kelompok 7 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,416 
= 1,201 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,48 
0,5 
x 100% = 97 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,48 
0,416 
= 1,165 kg/jam 
8) Data Kelompok 8 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,416 
= 1,201 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100%
47 
= 
0,48 
0,5 
x 100% = 97 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,48 
0,416 
= 1,165 kg/jam 
9) Data Kelompok 9 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,5 
= 1,00 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,44 
0,5 
x 100% =88 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,44 
0,5 
= 0,88 kg/jam 
10) Data Kelompok 10 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 
= 
0,5 
0,5 
= 1,00 kg/jam 
Randement = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 
x 100% 
= 
0,44 
0,5 
x 100% =88 % 
Laju Perajangan = 
푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 
푤푎푘푡푢 
= 
0,44 
0,5 
= 0,88 kg/jam
48 
ACARA IV 
PENEPUNGAN (MILLING) 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan praktikum acara IV Penepungan yaitu : 
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin penepung, bagian-bagian utama alat 
berikut fungsi masing-masing bagian utama. 
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat 
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : 
a. Kapasitas alat/mesin 
b. Kwalitas produk (tepung) 
c. Randement produk. 
d. Tingkat/derajat kebersihan produk. 
B. Tinjauan Pustaka 
Keberadaan terigu sudah melekat dengan industri pengolahan 
pangan.Akibatnya, ketika harga terigu naik, para produsen makanan olahan dari 
terigu, terutama yang termasuk usaha kecil menengah (UKM) menghadapi 
masalahyang berat. Di satu sisi, produsen tertekan oleh kenaikan harga terigu, 
namun di sisi lain dihadapkan pada daya beli konsumen yang makin menurun. 
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tepung 
dari bahan pangan lokal dalam memproduksi makanan berbasis terigu.Budaya 
mengonsumsi tepung pada masyarakat Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan 
mengembangkan aneka tepung lokal untuk mengurangipenggunaan terigu. 
Berkaitan dengan hal tersebut, tantangan ke depan adalah mengkaji ulang dan 
memanfaatkan bahan pangan serealia lain yang dapat mensubstitusi terigu 
(Suarni, 2009).
Tepung umbi ialah bentuk hasil pengolahan bahan dengancara penggil 
ingan atau penepungan. Pada prosespenggilingan, ukuran bahan diperkecil 
dengan cara diremuk yaitu ditekan dengan gaya mekanis dari alatpenggiling. 
Perbedaan dengan proses tepung pati terletakpada adanya proses ekstraksi dengan 
cara pengepresan,pengendapan untuk memi sahkan pati nya. Pengamatan 
karakterisasi tepung umbi dan tepung patiumbi meliputi analisis sifat fisik 
proksimat, amilosa, danfungsional tepung dan pati . Karakteristik fisik tepung 
umbi dan tepung pati meliputirendemen, granula pati, absorbsi air, dan absorbsi 
minyak. Hal tersebut berkaitan erat dengan komposisi kimia. Secara spontan 
granula pati basah dapat terdespersi dalam air dan minyak, hal ini menunjukkan 
bahwa granula pati dapat memberikan gugus hidrofilik dan hidrofobik 
(Richana, 2004). 
Kadar serat tepung gadung selama percobaan.berkisar antara 1,59 – 
1,62%. menunjukkan bahwa lama perendaman dan besarnya konsentrasi larutan 
garam berpengaruh tidak nyata terhadap kadar serat tepung gadung. Kadar air 
tepung gadung dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 7,5% lebih 
tinggi dibandingkan dengan yang direndam dalam larutan garam 5%. Hal ini 
mungkin penyebabnya karena jumlah garam yang tertinggal pada tepung pada 
perlakuan perendaman dengan larutan garam 7,5% lebih banyak dari pada 
tepung dari perlakuan perendaman larutan garam 5%. Garam bersifat higroskopis 
sehingga makin banyak jumlah garam yang tertinggal dalam tepung, kadar air 
tepung semakin tinggi (Hardjo, 2005). 
Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai 
terutama untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya 
produk-produk yang lebih beragam juga dapat mendorong berkembangnya 
industri berbahan dasar tepung atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai 
jual komoditas talas. Penepungan talas juga diharapkan dapat menghindari 
kerugian akibat tidak terserapnyaumbi segar talas di pasar ketika produksi 
panenberlebih.Komposisi pati pada umumnya terdiri dariamilopektin sebagai 
49
bagian terbesar dan sisanyaamilosa. Adanya informasi mengenai komposisi 
patidiharapkan dapat menjadi data pendukung dalammenentukan jenis produk 
yang akan dibuat dari patiatau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi 
talasyang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat danKepualauan Solomon, 
diperoleh kadar pati rata-ratasebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46% 
(Hartati, 2003). 
Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan diperoleh degan cara 
memisahkan bagian minyak dari cairan hasil pengepresan. mutu minyak ikan 
diduga dipengaruhi oleh mutu bahan mentah yang diolah misalnya mutu minyak 
ikan lemburu yang digunakan untuk memproses ikan kalengan pada umumnya 
lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan untuk memproduksi tepung 
ikan bahkan tepung ikan juga diolah dengan menggunakan limbah pengalengan 
(Permana, 2003). 
Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan 
dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Perubahan tersebut sering 
meninmbulkan sifat organoleptik warna dan penampakan yang tidak diinginkan, 
baik selama proses penyimpanan maupun selama proses pembuatan produk 
pangan sehingga mengurangi mutu produk. Hal lain bahwa tepung terigu yang 
baru berwarna kekuning-kuningan dan bersifat kurang elastis. Bila dijadikan 
adonan roti tidak dapat berkaembang dengan baik (Cahyadi, 2006). 
Keripik tempe dihasilkan dari percampuran tempe pada adonan tepung 
yang telah dibumbui. Proses ini memegang peran penting karena akan 
menentukan rasa dari keripik tempe original dan berpengaruh terhadap proses 
selanjutnya. Tingkat keenceran suatu adonan menjadi kunci dalam adonan. 
Adonan yang terlalu encer akan membuat tepung susah melekat pada tempe, 
sedangkan adonan yang terlalu pekat membuat adonan menempel pada tempe 
terlalu tebal sehingga keripik tempe menjadi tidak renyah (Sa’diyah, 2009). 
Tepung gandung yang dibuat berwarna krem, karena adanya zat xatifil. 
Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses 
50
lambat. Oleh karena kesukaan konsumen akan tepung putih, penggunaan bahan 
pemutih tepung telah banyak dipakai. Bahan pemutih yang paling sering 
digunakan adalah benzyl peroksida.Mutu tepung roti yang dibuat dari tepung 
tertentu ternyata lebih baik bila umur tepung bertambah. Hal ini merupakan 
proses yang lambat tetapi dapat dipercepat dengan bahan peningkat mutu. 
(Buckle, 1978). 
Dalam penelitian berikut penepungan basah proses diselidiki di bawah 
penepungan yang berbeda kondisi kalsium karbonat bubur. Bahan grinding media 
yang berbed abervariasi dalam berat jenis, ukuran manik-manik dan kecepatan 
ujung pengaduk yang digunakan. Untuk menentukan optimum dari konsumsi 
energi untuk proses penepungan, berdasarkan modelstres Kwade (Weber, 2010). 
Komposisi proksimat dari sampel tepung menunjukkan penurunan sekitar 
14 sampai 38% kandungan protein tetapi dengan peningkatan yang signifikan 
dalam kadar serat ( 167-967 % ) tergantungpada tingkat substitusi . Lemak dan 
abu isinya , serta pH sampel tepung meningkatdengan peningkatan karena adanya 
setelah penepungan. Adonan dengan sifat viskoelastik yang baik dan dapat 
diterimaroti dengan kualitas yang mirip dengan roti gandum 100 % diproduksi 
dari 10 % penambahan tepung tigernut (Omowaye, 2006). 
51
52 
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat 
Gambar 4.1 Alat/Mesin Penepungan 
Bagian Utama Alat dan mesin 
a. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran. 
b. Belt transmition : menyalurkan tenaga dari motor. 
c. Inlet : tempat pemasukkan bahan. 
d. Gigi aktif : memukul produk menjadi tepung. 
e. Gigi pasif : untuk memukul produk jadi tepung. 
f. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran. 
g. Outlet : tempat keluarnya produk. 
h. Motor listrik : penggerak gigi aktif. 
D. Prinsip Kerja 
Prinsip kerja alat ini adalah produk dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif. 
E. Mekanisme Kerja 
Motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkan dalam inlet, 
kemudian masuk kedalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif dan 
gigi pasif. Produk yang belum halus tertahan oleh saringan kemudian dihantam 
lagioleh gigi aktif dan gigi pasif, kemudian produk keluar melalui outlet
53 
F. Cara kerja 
Produk yang akan ditepung 
Ditimbang dan dicatat bobotnya 
Motor penggerak dihidupkan 
Produk kering 
Dimasukkan ke dalam hopper penepung 
Dicatat lama waktu penepungan 
Produk yang telah menjadi tepung 
Ditimbang dan dicatat bobotnya 
Diamati tingkat kelembutan tepung
54 
G. Hasil dan pembahasan 
1. Hasil pengamatan 
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penepungan 
Kel Berat 
awal 
(kg) 
Berat 
akhir 
(kg) 
Waktu 
(jam) 
Kapasitas 
(kg/jam) 
Randemen 
(%) 
Kualitas 
1 0,5 0,460 0,072 6,944 92 Kasar 
2 0,5 0,020 0,140 3,571 4 Halus 
3 0,5 0,497 0,091 5,494 99,4 Kasar 
4 0,5 0,474 0,0868 5,760 94,8 Halus 
5 0,5 0,615 0,1007 4,965 94,8 Kasar 
6 0,5 0,482 0,113 4,424 96,4 Halus 
7 0,5 0,507 0,0542 9,225 101,4 Halus 
8 0,5 0,507 0,044 11,363 101,4 Kasar 
9 0,5 0,547 0,160 3,125 109,4 Kasar 
10 0,5 0,523 0,086 5,813 104,6 Halus 
Sumber : laporan sementara 
2. Pembahasan 
Penepungan adalah proses untuk menghaluskan produk dari bahan 
padat atau keras. Prinsip kerja dari penepungan ini adalah produk dihantam 
oleh gigi aktif dan gigi pasif sedangkan mekanisme kerja dari penepungan ini 
adalah motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkkan dalam inlet 
kemudian masuk ke dalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif 
dan gigi pasif kemudian disaring dan produk keluar melalui outlet. 
Pada praktikum penepungan ini bahan yang digunakan adalah beras. 
Sebelum dilakukan penepungan, beras yang akan ditepung direndam terlebih 
dahulu di dalam air selama 1 malam, kemudian ditiriskan, hal ini dilakukan 
agar beras dalam kondisi agak lembab dan mudah untuk digiling, selain itu 
tepung yang dihasilkan nantinya tidak terlalu kering sehingga debunya tidak 
berterbangan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kecepatan mesin dalam 
melakukan penepungan. Karena semakin tinggi kandungan air dalam produk 
maka kekerasan produk semakin rendah sehingga memudahkan proses
penepungan. Selain berpengaruh terhadap kecepatan penepungan kadar air 
dalam produk juga mempengaruhi tingkat kehalusan produk dalam air dalam 
produk juga berpengaruh pada tingkat kehalusan tepung yang penepungan. 
Semakin tinggi kadar air dalam produk maka tepung yang dihasilkan akan 
semakin halus. 
Dalam praktikum penepungan kelompok kami ini berat awal beras 
sebelum ditepungkan adalah 0,5 kg dan setelah dilakukan penepungan 
didapati berat akhir penepungan adalah 0,547 kg dalam waktu 0,160 jam 
sehingga dapat diperoleh kapasitas kerja mesin dengan membagi antara berat 
awal dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan penepungan. Dari 
perhitungan tersebut didapatkan kapasitas kerja mesin 3,125 kg/jam 
sedangkan randementnya 109,4%, diperoleh dengan membagi berat akhir 
dengan berat awal kemudian dikalikan 100 %. Pada kelompok 7, 8, 9 dan 10 
memperoleh randemen lebih dari 100%, hal ini tidak sesuai dengan teori. 
Seharusnya nilai randemen <100%. Hal tersebut terjadi karena kurang teliti 
sangat menimbang. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus 
dibandingkan beras kering yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. 
Hal ini karena beras yang telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih 
lembek, jadi ketika beras yang telah direndam dimasukkan ke mesin 
penepungan akan mudah dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas kerja mesin 
adalah berat awal produk dan kurang lancarnya produk saat masuk kedalam 
mesin penepung sehingga secara tidak langsung menambah waktu yang 
diperlukan untuk melakukan penepungan sedangkan faktor-faktor yang 
mempengaruhi besar kecilnya randement adalah masih tertinggalnya sebagian 
produk di dalam mesin sehingga mengurangi jumlah tepung yang dihasilkan. 
Selain itu juga karena masih tertinggalnya sebagian tepung dari kelompok 
sebelumnya yang melakukan penepungn sehingga menambah jumlah produk 
penepungan. Hal ini membuat kurang validnya data yang diperoleh. 
55
56 
H. Kesimpulan 
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Penepungan adalah: 
a. Pengeringan memiliki tujuan yaitu mengurangi kadar air bahan agar enzim-enzim 
tidak aktif dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. 
b. Salah satu alat pengeringan yaitu cabinet dryer. 
c. Kecepatan udara makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang 
dipindahkan. 
d. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus dibandingkan beras kering 
yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. Hal ini karena beras yang 
telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih lembek, jadi ketika beras yang 
telah direndam dimasukkan ke mesin penepungan akan mudah dihantam oleh 
gigi aktif dan gigi pasif. 
I. Saran 
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat 
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
57 
DAFTAR PUSTAKA 
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, 
Jakarta. 
Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta. 
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor. 
Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendinginan 
terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller. 
Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik, 
Universitas Kristen Petra, Surabaya. 
Hardjo, Muljo. 2005. Tepung Gadung (Dioascorea hispida DENNST) Beras Sianida 
dengan Merendam Parutan Umbi dalam Larutan Garam. Jurnal 
Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 6, Nomor, September 2005, 
92-99. Universitas Terbuka. 
Hartati, N Sri dan Titik K. Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung 
bebrapa kultivar Talas. (Coloccasia esculental. Schott). Jurnal Natur 
Indonesia 6(1) : 29-33 (2003) ISSN 1210-9379, Pusat Penelitian 
Bioteknologi LIPI, Cibinong. 
Ir. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta. 
Omowaye . 2007. Prediction of Breakage during Roller Milling of Mixtures of Wheat 
Kernels, Based on Single Kernel Measurements. Jurnal Teknologi, 48(F) 
Jun : 75-83, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia. 
Suarni. 2009. Prospek Pemafaatan Tepung Jagung untuk Kue kering (Cookies). 
Jurnal Litbang Pertanian 28(2). 2009. Balai Penelitian Tanaman Serelia, 
Universitas Terbuka. 
Weber, Sukandar. 2010. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan 
Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. Jurnal Gizi 
dan Pangan, Maret 2008 3(1): 49 – 60.
58 
Lampiran Perhitungan Penepungan dan pengayakan 
1) Data Kelompok 9 
Kapasitas = 
푏푒푟푎푡 푎푤푎푙 
푤푎푘푡푢 (푗푎푚) 
= 
0,5 
0,116 
= 4,310 kg/jam 
Rendement = 
푏푒푟푎푡 푎푘ℎ푖푟 
푏푒푟푎푡 푎푤푎푙 
푥 100% = 
0,547 
0,5 
푥 100% = 109,4% %
59 
ACARA V 
GORENG SANGAN (FRYING) 
A. Tujuan Praktikum 
Tujuan praktikum acara V Goreng sangan yaitu : 
1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng sangan, bagian-bagian, 
utama alat berikut fungsinya. 
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin. 
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat 
sesuai yang diingankan/disyaratkan. 
B. Tinjauan pustaka 
Proses penyaringan minyak kelapa sawit sebanyak 2 kali (pengambilan 
lapisan lemak jenuh) menyebabkan kandungan asam lemak tak jenuh menjadi 
lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak 
mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama menggoreng 
minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya 
konyak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi 
oksidasi pada minyak. Terdapat 2 (dua) cara proses menggoreng, yaitu pan frying 
dan deep frying. Menggoreng cara deep frying membutuhkan minyak dalam 
jumlah banyak sehingga bahan makanan dapat terendam seluruhnya di dalam 
minyak. Proses menggoreng adalah suatu proses persiapan makanan dengan cara 
memanaskan bahan makanan di dalam ketel yang berisi minyak (Sartika, 2009). 
Arang sekam pada penggorengan suhu tinggi pada penelitian tersebut 
memiliki sifat absorb. Penggorengan ini membuthkan banyak minyak dengan 
volume besar, sehingga ini membuktikan bahwa arang sekam bersifat absorb. 
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap (absorb) molekul-molekul radikal 
bebas pada minyak goreng bebas. Sifat arang sekam ini akan dimanfaatkan untuk 
mengatur kondisi suhu dan kelembapan udara dalam ruang (Setyowati, 2008).
Metode penggorengan yang biasa digunakan adalah deep frying.Metode 
deep frying merupakan metode menggoreng bahan pangan dengan minyak yang 
banyak sehinggabahan pangan terendam seluruhnya.Selain itu, metode ini juga 
menggunakan suhu tinggidan jangka waktu yang lama.Pemanasan minyak 
berulang pada suhu tinggi dapatmenyebabkan kerusakan minyak goreng. 
Kerusakan disebabkan karena proses oksidasidan polimerisasi asam lemak jenuh 
yang dikandungnya. Oksidasi lemak akan menghasilkanasam-asam lemak 
berantai pendek yang dapat menimbulkan perubahan bau dan rasa serta senyawa 
peroksida yang dapat membahayakan kesehatan tubuh (Mahmudan, 2014). 
Penggorengan adalah proses pemasakan dan pengeringan bahan melalui 
kontak dengan minyak panas secara simultan san terjadi pindah panas dan pindah 
massa. proses ini merupkan proses yang sangat vital dalam pembuatan sebuah 
kripik. dengan dilakukan penggorengan, akan diperoleh produk yang renyak, 
selain itu citarasa yang ditimbulkan juga akan berubah seiring dengan berjalannya 
beberapa reaksi seperti maillard dan karamelisasi, serta adanya penyerapan 
minyak (Manuel, 2006). 
Penggorengan vakum dirancang untuk membuat keripik dari buah-buahan 
yang mengandung kadar serat, gula, dan air tinggi, serta buah-buahan yang 
mudah mengalami reaksi pencoklatan bila sudah dikupas. Contoh produk hasil 
penggorengan vakum antara lain keripik apel, keripik nangka, dan keripik 
bengkuang. Selain dapat mengurangi kadar air, sistem penggorengan ini juga 
menghasilkan produk dengan tekstur yang baik dan stabil dalam penyimpanan 
(Matz, 1982). Penggorengan vakum dilakukan pada tekanan rendah, sehingga 
penguapan dapat berlangsung cepat dan merata karena terdapat kesenjangan 
tekanan dan kelembaban yang besar antara bagian luar dan bagian dalam bahan. 
Kerusakan sifat sensoris produk juga dapat ditekan karenadalam kondisi vakum 
tidak dibutuhkan suhu tinggi untuk menguapkan air (Ketaren, 1986). Keuntungan 
lain penggunaan sistem penggorengan vakum adalah warna dan zat-zat nutrisi 
60
yang terkandung dalam buah tidak banyak mengalami perubahan karena proses 
penguapan air berlangsung pada suhu rendah (Rosida, 2008). 
Metode dalam penggorengan ada duamacam, yaitu dengan menggunakan 
minyak pada suhu rendah (vacuum frying) dan suhu tinggi (deep 
frying).Penggoengan suhu rendah dilakukan untuk menjaga keutuhan kandungan 
gizi pada bahan, biasanya dilakukan pada sayuran dan buah. Penggorengan tempe 
dilakukan dengan metode deep frying, dimana tempe digoreng dengan seluruh 
bahan tecelup pada minyak dengan suhu 180-2400 C (Sa’diyah, 2009). 
Deep frying lemak adalah salah satu prosedur yang paling populer untuk 
pengolahan makanan karena cepat dan mengembangkan rasa diinginkan dan 
tekstur ( Sanibal dan Mancini - Filho , 2004) . Selama penggorengan tidak hanya 
uap air tetapi juga senyawa lain pindah dari makanan ke dalam lemak , yang 
dikombinasikan suhu penggorengan yang tinggi menyebabkan degradasi minyak 
goreng ( Mellema , 2003). Degradasi minyak goreng diproduksi senyawa volatil 
dan non -volatile . Sebagian besar senyawa volatil menguap di atmosfer dengan 
uapdan sisanya senyawa non -volatile dalam minyak mengalami reaksi kimia 
lebih lanjut atau diserap dalam makanan yang digoreng . Senyawa-senyawa non - 
volatile dalam minyak mempengaruhi sifat fisik dan kimia makanan yang 
digoreng , yaitu stabilitas aroma, rasa dan tekstur selama penyimpanan 
(Sunisa, 2011). 
Ada kekhawatiran konstan untuk menentukan efek bahwa berbagai faktor 
yang terlibat dalam proses termal , industri atau kuliner memiliki nilai gizi dari 
makanan yang diproses . Ketika lemak menembus makanan , mungkin selektif 
mengubah komposisi makanan , seolah-olah semacam proses kromatografi . 
Perubahan yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor , seperti komposisi 
lemak dan menggoreng makanan , tekstur , ukuran dan bentuk dari makanan dan 
kondisi penggorengan seperti suhu , durasi , dll Semua faktor ini mempengaruhi 
perubahan yang terjadi pada nilai gizi dari makanan yang digoreng . Perubahan 
yang tidak diinginkan dapat terjadi bersamaan dengan modifikasi yang 
61
diinginkan , salah satu perubahan tersebut menjadi kehilangan nutrisi , terutama 
vitamin dan , selama proses penggorengan (Ghidurus, 2010). 
Dalam 40 tahun terakhir , penggunaan proses menggoreng deep-fat di 
Amerika Serikat dan Eropa telah meningkat dengan pesat . Banyak dari produk 
ini adalah makanan ringan dengan kandungan minyak bervariasi dari 6 % 
(panggang kacang) ke 40 % (keripik kentang) (Moreira dan lain-lain 1999). Di 
Amerika Serikat, sekitar 1,2 miliar pon keripik kentang yang dikonsumsisetiap 
tahun (FSA / USDA 2002). Penelitian baru-baru ini dankepentingan dalam 
aplikasi vacuum frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain 
baru fryer (Moreira dan lain-lain1999) memberikan insentif untuk studi 
mendalam akrilamidagenerasi selama penggorengan , sehingga proses yang lebih 
baik dapat dirancang untukmengurangi pembentukan produk beracun ini dalam 
produk goreng (Granda, 2010). 
Goreng adalah salah satu metode memasak tertua dan paling populer yang 
ada . Deep frying lemak adalah metode untuk menghasilkan makanan kering di 
mana lemak dimakan dipanaskan di atas air mendidih berfungsi sebagai media 
transfer panas , lemak juga bermigrasi ke dalam makanan , memberikan nutrisi 
dan rasa ( Fan et al . , 2005 dan Tarmizi dan Niranjan , 2011 ) . Kondisi ini 
menyebabkan tingginya tingkat perpindahan panas , cepat memasak , browning , 
tekstur , dan pengembangan rasa. Oleh karena itu , menggoreng deep- fat sering 
dipilih sebagai metode untuk menciptakan rasa yang unik , warna , dan tekstur 
dalam makanan olahan . Namun, gelap permukaan dan banyak efek samping 
berlangsung selama menggoreng deep-fat karena suhu tinggi . Karena tekanan 
menurunkan , titik didih kedua lemak dan kelembaban dalam makanan 
diturunkan . Vacuum frying adalah teknik alternatif untuk meningkatkan kualitas 
makanan dehidrasi. Selama vacuum frying , sampeldipanaskan di bawah tekanan 
negatif yang menurunkan titik didih minyak goreng dan air dalam sampel 
(Amany, 2012). 
62
Antioksidan alami telah digunakan dalam minyak goreng ( Jaswir dan 
lain-lain 2000) dalam minyak goreng sawit . Para peneliti ini menunjukkan bahwa 
kombinasi rosemary , sage , dan asam sitrat adalah yang paling efektif dalam 
memperlambat degradasi asam lemak , tetapi asam sitrat saja hanya sedikit lebih 
baik daripada tidak ada aditif . Warner dan lain-lain ( 1985) juga melaporkan 
bahwa THBQ serta asam sitrat yang digunakan selama pemanasan minyak 
kedelai tidak berpengaruh dibandingkan dengan minyak kedelai tanpa aditif . 
Kurangnya pengaruh asam sitrat selama penggorengan tidak terduga karena asam 
sitrat juga volatilizes pada suhu tinggi seperti halnya antioksidan kimia. Asam 
sitrat yang ditambahkan selama pengolahan minyak nabati di tingkat 0,005 % 
sampai 0,01 % untuk bertindak sebagai chelator logam dan dengan demikian 
membantu melindungi minyak dari oksidasi ( Brekke 1980) . Namun, asam sitrat 
terurai pada suhu di atas 150 C , sehingga perlu ditambahkan ke minyak 
deodorized pada 130 ◦ Corlessduringcooling setelah deodorisasi ( Frankel 2005). 
Selain peran asam sitrat sebagai chelator logam , Jaswir dan Che Man ( 1999) 
melaporkan bahwa asam sitrat , bersama dengan antioksidan , dapat dianggap 
sebagai sinergis untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dalam minyak sawit 
(Warner, 2009). 
Pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu menggunakan cara 
menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka biji-biji melinjo yang 
digoreng sangan akan dapat masak secara merata ; karena pasir sifatnya cepat 
menerima panas (dari api tungku atau kompor), dan dengan mencampurkan biji-biji 
63 
melinjo berbaur dengan pasir (Sunanto, 1998). 
Penyangraian bji kopi merupakan proses yang penting dalam industri 
perkopian dan amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses 
mengubah biji-biji kopi yang tidak enak menjadi bahan minuman dengan aroma 
dan citarasa yang lezat. Proses pengolahannya menggunakan tekanan atmosfer 
dengan udara panas, dengan melalui kontak dengan bahan mutal panas 
(Siswoputranto, 2001).
64 
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat 
Gambar 5.1 alat/mesin goreng sangan 
Bagian Utama Alat dan mesin 
a. Silinder luar : menyalurkan radiasi panas ke dalam silinder. 
b. Silinder dalam : sebagai tempat produk. 
b. Tuas pengunci : mengunci agar produk tidak dapat keluar. 
c. Outlet : tempat keluar produk. 
d. Kompor gas : sumber panas. 
e. Belt : menghubungkan tiap-tiap pulley. 
f. Speed redustion : untuk mengurangi kecepatan motor listrik. 
g. Motor listrik : menggerakkan belt. 
h. Pulley mesin : penerima tenaga dari motor. 
D. Prinsip Kerja 
Prinsip kerja alat ini adalah produk dimatangkan dengan radiasi panas. 
E. Mekanisme Kerja 
Produk dimasukkan ke dalam silinder dalam, kemudian menutup tuas 
pengunci. Dengan mendapatkan sumber panas dari kompor gas. Kemudiaan 
diradiasikan ke silinder dalam untuk mematangkan produk.
65 
F. Cara kerja 
Produk (kacang tanah) 
Ditimbang 
Alat dibersihkan dan dirangkai 
Kompor dinyalakan 
Kacang tanah dimasukkan 
Motor listrik dihidupkan 
Diamati tingkat kematangan @10 menit sampai 60 menit 
Dihitung kapasitasnya 
Bobot produk kering/ berat akhir ditimbang
Kel Berat Awal (kg) Lama Proses (menit) Kadar Air % Tingkat masak 
1 1 10 21,1 Kurang masak 
2 1 10 21,1 Kurang masak 
3 0,5 20 18,7 Kurang masak 
4 0,5 20 18,7 Kurang masak 
5 0,5 30 16,2 Agak masak 
6 0,5 30 16,2 Agak masak 
7 0,5 20 18,7 Kurang masak 
8 0,5 20 18,7 Kurang masak 
9 0,5 15 9,4 Masak 
10 0,5 15 9,4 Masak 
66 
G. Hasil dan pembahasan 
1. Hasil pengamatan 
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran goreng sangan 
Sumber : laporan sementara 
2. Pembahasan 
Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk 
menggoreng suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan 
sangan banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan 
tingkat kematangan produk. Apabila produk olahan belum matang berarti 
masih banyak mengandung kadar air. Apabila produk sudah tidak 
mengandung kadar air maka produk tersebut sudah matang. 
Goreng sangan ini dilakukan dengan produk berdasarkan tingkat 
kematangan. Produk yang digunakan adalah kacang tanah yang masih mentah. 
Untuk lamanya proses pengorengan sangan ini tergantung pada kualitas 
kematangan dari kacang tanahnya. Dengan menyusun alat penggorengan 
sangan seperti pada rangkaian gambar diatas, maka goreng sangan dapat 
dilakukan. Metode yang dipakai dalam percobaan ini adalah merubah keadaan
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN
OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN

Contenu connexe

Tendances (20)

Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1
 
EKSTRAKSI
EKSTRAKSIEKSTRAKSI
EKSTRAKSI
 
Farmasi : Soxhletasi
Farmasi : SoxhletasiFarmasi : Soxhletasi
Farmasi : Soxhletasi
 
Analisis lemak
Analisis lemakAnalisis lemak
Analisis lemak
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
 
Ekstraksi-dengan-pelarut
Ekstraksi-dengan-pelarutEkstraksi-dengan-pelarut
Ekstraksi-dengan-pelarut
 
Tujuan percobaan
Tujuan percobaanTujuan percobaan
Tujuan percobaan
 
Ekstraksi kimia analitik
Ekstraksi kimia analitikEkstraksi kimia analitik
Ekstraksi kimia analitik
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
Analisis Lipid
Analisis LipidAnalisis Lipid
Analisis Lipid
 
Pemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organikPemisahan zat dalam organik
Pemisahan zat dalam organik
 
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh Laporan Pembuatan coffeine dari teh
Laporan Pembuatan coffeine dari teh
 
Destilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiDestilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksi
 
Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Membuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan GalenikaMembuat Sediaan Galenika
Membuat Sediaan Galenika
 
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaLap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)laporan DDPA (destilasi zat cair)
laporan DDPA (destilasi zat cair)
 
laporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cairlaporan ekstrasi cair cair
laporan ekstrasi cair cair
 
Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)Kimia koloid analitik (pulp orange)
Kimia koloid analitik (pulp orange)
 

En vedette

26.jurnal briket
26.jurnal briket26.jurnal briket
26.jurnal briketauliglesias
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasErnalia Rosita
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryerIffa M.Nisa
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2 mila_indriani
 
04 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-304 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-3Dang Sony
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visHafifa Marza
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarTeknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarZain Corps
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv viskhairul anwar
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
Laporan resmi tablet pct   granulasi basahLaporan resmi tablet pct   granulasi basah
Laporan resmi tablet pct granulasi basahKezia Hani Novita
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretDewi Izza
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganErnalia Rosita
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visiblenoerarifinyusuf
 

En vedette (20)

26.jurnal briket
26.jurnal briket26.jurnal briket
26.jurnal briket
 
Pembekuan
PembekuanPembekuan
Pembekuan
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
 
Laporan Pengeringan
Laporan PengeringanLaporan Pengeringan
Laporan Pengeringan
 
Pp 4 percobaan pilot plant
Pp 4 percobaan pilot plantPp 4 percobaan pilot plant
Pp 4 percobaan pilot plant
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryer
 
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2  laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
laporan anaisis spektroskopi percobaan 2
 
04 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-304 spektroskopi uv vis-3
04 spektroskopi uv vis-3
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk PasarTeknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
 
Presentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv visPresentasi spektroskopi uv vis
Presentasi spektroskopi uv vis
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
Laporan resmi tablet pct   granulasi basahLaporan resmi tablet pct   granulasi basah
Laporan resmi tablet pct granulasi basah
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
 
Laporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum PenepunganLaporan Praktikum Penepungan
Laporan Praktikum Penepungan
 
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - VisibleAnalisis Spektrofotometri UV - Visible
Analisis Spektrofotometri UV - Visible
 

Similaire à OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN

MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxMAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxIndahKusuma35
 
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...firmanahyuda
 
Kelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungKelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungSukardiEddie
 
Laporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payLaporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payNilna Arohmah
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanAnisa Fitri
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalMasyithahFauzi
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahSandi Purnama Jaya
 
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdf
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdfLaporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdf
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdfMuhammadFajarAgimNas
 
Laporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianLaporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianedhie noegroho
 
Alat – alat mekanisasi pertanian
Alat – alat mekanisasi pertanianAlat – alat mekanisasi pertanian
Alat – alat mekanisasi pertaniandedidarmaandrians
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Ifan Ifan
 
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...Siti Farida
 
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptxindustry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx20037ZONITRIAANANDA
 
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptx
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptxPengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptx
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptxFoxzeBaper
 

Similaire à OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN (20)

MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docxMAKALAH INDAH KUSUMA .docx
MAKALAH INDAH KUSUMA .docx
 
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...
PDF PROPOSAL RANCANG BAGUN ALAT PENCETAK BRIKET DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PRE...
 
Industri minyak jagung
Industri minyak jagungIndustri minyak jagung
Industri minyak jagung
 
Kelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunungKelapa sawit nunung
Kelapa sawit nunung
 
Laporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 payLaporan praktikum acara 5 pay
Laporan praktikum acara 5 pay
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaan
 
Indsutri kelapa sawit
Indsutri kelapa sawitIndsutri kelapa sawit
Indsutri kelapa sawit
 
Entrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemicalEntrepreneurship chemical
Entrepreneurship chemical
 
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahahRancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
Rancangan mekanisasi pertanian nu arek bener hahah
 
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdf
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdfLaporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdf
Laporan kelompok 3 ekonomi teknik.pdf
 
Laporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanianLaporan mekanisasi pertanian
Laporan mekanisasi pertanian
 
Feb
FebFeb
Feb
 
Dr.Ir. Gatot Trimulyadi-Training perencanaan cleaner production2
Dr.Ir. Gatot Trimulyadi-Training perencanaan cleaner production2Dr.Ir. Gatot Trimulyadi-Training perencanaan cleaner production2
Dr.Ir. Gatot Trimulyadi-Training perencanaan cleaner production2
 
Alat – alat mekanisasi pertanian
Alat – alat mekanisasi pertanianAlat – alat mekanisasi pertanian
Alat – alat mekanisasi pertanian
 
Peralatan pabrik
Peralatan pabrikPeralatan pabrik
Peralatan pabrik
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
 
Bimtek pasca panen tp banyuasin 2018
Bimtek pasca panen tp banyuasin   2018Bimtek pasca panen tp banyuasin   2018
Bimtek pasca panen tp banyuasin 2018
 
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...
Pengolahan dan Destilasi Minyak Bumi Serta Pengolahan Minyak Pelumas Bekas ya...
 
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptxindustry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx
industry 4.0-Revolution-PowerPoint-Templates.pptx
 
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptx
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptxPengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptx
Pengertian Tentang Mesin Manufaktur.pptx
 

Dernier

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 

Dernier (20)

Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 

OPTIMALKAN HASIL PERTANIAN

  • 1. 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena kekayaan alam Indonesia sangat melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk bertani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris yang padat penduduknya, maka setiap jengkal tanah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun pemanfaatan dari hasil pertanian tersebut masih kurang maksimal. Teknologi Hasil Pertanian (THP) adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk merubah hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk (jadi atau setengah jadi), melalui proses automatis, semi automatis atau manual. Selama proses tersebut terjadi perubahan secara fisis, khemis dan organoleptis. Proses berlangsung secara khemis/ biokhemis, dan mikrobiologis. Produk yang dihasilkan harus memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI), memenuhi selera konsumen (organoleptis), aman (mikrobiologis dan khemis), mempunyai nilai gizi dan harga terjangkau. Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita menggunakan teknologi yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang pengolahan hasil pertanian kita dituntut menggunakan mesin dalam mengolah hasil pertanian. Selain itu kita juga terdorong untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk olahan hasil pertanian sehingga nilai jual produk meningkat.Dengan perkembangan teknologi yang bisa meningkatkan kualitas produk mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen atas produk yang dihasilkan. Pemenuhan ini dilakukan dengan memproduksi produk dengan jumlah besar dan menggunakan menggunakan mesin produksi yang telah didesain menurut kebutuhan. Sehingga dalam penciptaannya dapat dipertimbangkan efisiensi bahan baku atau bahan bakar mesin tersebut. Pengolahan bahan pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak sedikit pengolahan pangan dilakukan dengan mesin-mesin yang modern.
  • 2. Penggunaan alat dan mesin pertanian yang lebih modern akan lebih menguntungkan jika digunakan karena lebih efektif dan efisien. Namun sebelum mempelajari alat dan mesin pertanian yang lebih modern kita sebaiknya mempelajari mesin-mesin pengolah pangan yang sederhana terlebih dahulu. Melihat betapa pentingnya alat-alat mesin pengolahan dalam berbagai proses di bidang industri pertanian, maka praktikum pengenalan alat-alat mesin pengolahan sangat penting bagi kita sebagi mahasiswa dan mahasiswi pertanian. Pada praktikum akan mambahas mengenai alat dan mesin-mesin Teknologi Hasil Pertanian yang meliputi: konstrusi dasar alat dan mesin. Bagian-bagian alat atau mesin berikut masing-masing fungsi bagian tersebut, cara pengoprasian alat atau mesin, dan penampilan teknis alat atau mesin. Materi yang diarahkan oleh Dosen pembimbing mata kuliah alat dan mesin kepada mahasiswa secara intensif dalam hal ketepatan menggunakan alat dan mesin Teknologi Hasil Pertanian, terutama pada proses pengolahan yang dibutuhkan sebagai upaya sebagai upaya pendukung pemakaian alat dan mesin tersebut. Oleh sebab itu mata kuliah alat dan mesin pengolahan hasil pertanian secara akademis merupakan syarat kelulusan bagi mahasiwa program D3 Teknologi Pertanian untuk mencapai derajad AMD. Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang diperoleh ini sewaktu terjun di masyarakat ataupun saat kita bekerja sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan produksi. Agar kita cepat beradaptasi dan dapat menciptakan ide-ide baru dalam membuat makanan yag sehat. Adapun beberapa alat dan mesin-mesin tersebut diantaranya adalah alat destilasi, perjangan, penepungan, pengeringan, goreng sangan, sortasi, penggilingan, pengadukan, pemarutan, press, vacuum frying, oven, sentrifugasi, rotary evaporator, pendinginan, conveying, vacuum sealer, pengalengan, cup sealer, bottoling, sealer. 2
  • 3. 3 B. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum alat dan mesin adalah 1. Mengetahui konstruksi dasar, bagian-bagian utama serta fungsi dari alat dan mesin. 2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin. 3. Mengetahui mekanisme kerja alat dan mesin. 4. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat dan mesin berikut cara pengaturan sesuai dengan standar (persyaratan). 5. Mengetahui penampilan teknis mesin antara lain : kapasitas mesin, randement, klasifikasi kualitas produk. C. Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum alat dan mesin pertanian adalah : 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan produk pasca panen. 2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana suatu makanan di proses dengan kriteria pengolahan sendiri-sendiri. 3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat dan mesin pertanian. D. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Alat dan Mesin dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 3 dan 4 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB – selesai bertempat di Laboraturium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
  • 4. 4 ACARA I DISTILASI (DISTILATION) A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara I Distilasi yaitu : 1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk distilasi, bagian-bagian, utama alat berikut fungsinya. 2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin. 3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat sesuai yang dikehendaki/persyaratan. 4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain : a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga) b. Lama proses distilasi c. Randemen distilasi B. Tinjauan pustaka Jika sebuah cairan mengalir berupa senyawa”volatile” dan “non volatile” maka akan ada kemungkinan senyawa yang “volatile” akan mengalami penguapan dalam pipa. Pada proses destilasi umpan yang akan masuk kedalam alat bisa berupa uap lewat panas bias juga berupa cairan dibawah suhu didihnya dan bias juga cairan yang berada tepat pada suhu didihnya (cairan jenuh). Jika umpan masuk berupa cairan jenuh makan umpan tersebut akan menggalami “flashing” lebih dahulu didalam kolam destilasi, hasil flashing yang berupa cairan akan ikut arus cairan, sedangkan yang berupa uap akan mengikuti arus uap (Satrijo, 1987). Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-pengusahayang memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri yang memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi kecil.Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang terjangkau oleh industry rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan
  • 5. bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaanbaru yang menyerap sumber daya manusia. Untuk minyak nilam, daerah budidayatersebar di Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan dan Garut. Alat destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan sistem destilasi dengan menggunakan mesin yang ramah lingkungan (Ruhyat, 2011). Pada umumnya bunga cengkeh keringdisajikan dalam bentuk utuh, tetapi ada juga yangdisajikan dalam bentuk bubuk dengan caramenggiling bunga kering. Tingkat kehalusan daribubuk cengkeh yang dihasilkan bermacam-macam tergantung dari bahan baku, penggunaandan selera konsumen di tiap negara. Untukkeperluan ekstraksi dan destilasi diperlukanbubuk dengan butiran besar (kasar), sedangkanuntuk digunakan langsung dalam makanan (“foodseasonings”) diperlukan produk yang lebih halus.Untuk memperoleh bubuk yang halus prosesnyabiasa dilakukan dalam dua tahap. Menurut Gildemeister dan Hottman dalamGuenther (1950), destilasi dari bunga cengkeh utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol tinggi dan bobot jenis di atas 1,06, sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan ukuran (digiling) menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah dan bobot jenis di bawah 1,06. Hal ini disebabkan karena terjadinya penguapan minyak selama proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan. Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harusdilakukan segera setelah proses penggilingan (Nurddjanah, 2004). Penelitian minyak atsiri daun sidaguri belum ada publikasinya. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi minyak atsiri dari daun sidaguri dengan metode destilasi uap, serta menganalisis komponen-komponen kimia miyak atsiri daun sidaguri menggunakan alat GC-MS, serta mengetahui toksisitas minyak atsiri daun sidaguri dengan metodeBSLT, sehingga diketahui potensi kegunaan dari minyak atsiri daun sidaguri. Sebanyak 4,5 kg daun 5
  • 6. sidaguri kering didestilasi uap sebanyak 7 kali dengan sekali destilasi dilakukan selama enam jam sehingga diperoleh destilat berupa minyak atsiri daun sidaguri yang masih bercampur denganair. Isolasi minyak atsiri daun sidaguri dengan metode destilasi uap yangdiperoleh berwarna kuning berbentukseperti pasta berbau khas sidaguridengan rendemen 0,013 % danindeks bias 1,578 (25ºC) (Kusuma, 2009). Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen komponennya yang cukup besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua proses seri, yakni difusi dari dalampadatan ke permukaan butiran dan transfer massa dari permukaan padatan ke solven (Guenther, 1987; Ketaren, 1985). Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani dari daun cengkeh dengan metode steamdistillation. Minyak cengkeh didestilasi dengan uap air pada kondisi atmosferis bersuhu 100C, lalu distilat yang merupakan campuran antara minyak dan air dipisahkan melalui prinsip beda fase danmassa jenis. Parameter yang paling berpengaruh pada biaya destilasi adalah waktu destilasi,karena waktu destilasi akan berbanding lurus dengan biaya bahan bakar. Penelitian ini bertujuanuntuk mempelajari pemakaian super-steam destillation dimana uap air jenuh yang digunakan untukmendestilasi minyak cengkeh bersuhu lebih tinggi dari titik didih normal air (100C). Uap jenuh bersuhu tinggi dapat diperoleh dengan mendidihkan campuran air dan gliserol atau pelarut lainnyayang bertitik didih tinggi dan larut sempurna dalam air (Sutijan, 2009). Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen di dalam suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap dari pada yang lain. Pada distilasi berfraksi, uap dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi drajat pemisahan dapat 6
  • 7. dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Apabila diinginkan kemurnian yang tinggi, distilasi yang berturut-turut dapat dilakukan (Earle, 1969). Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. Contohnya destilasi atau penyulingan larutan, untuk menggurangi volumenya, untuk meningkatkan konsentrasi zat terlarut, atau untuk mengkristalkan bahan padat terlarut.pada dstilasi pemisahan terjadi oleh penguapan salah stu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap (Bernasconi, 1995). Untuk extrak minyak esensial dengan destilasi uap, materi sayuran ditempatkan dalam kolom kaca, yang rendah dan tinggi bagian yang terhubung ke air labu dan kondensor, masing-masing.Uap air diproduksi dalam labu melintasi tanaman, diisi dengan minyak esensial kemudian ke kondensor, di mana ia kental. Setelah kondensasi, minyak dipisahkan dari air dengan dekantasi. Ekstraksi minyak atsiri dengan destilasi dilakukan di bawah kondisi yang sama seperti distilasi uap. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam hal ini kasus masalah sayuran diletakkan dalam labu mengandung air dan unit dibawa ke mendidih.Uap campuran air-minyak yang diproduksi dalam labu kemudian lolos ke kondensor, di mana itu adalah kondensor.minyak pulih setelah dekantasi (Boutekedjiret,2003). Membran distilasi (MD) adalah suatu proses dimana uap diekstraksi dari aliran cairan melalui pori-pori membrane mampu mempertahankan antarmuka gas-cair. Komponen pakan menguap pada interface ini sesuai dengan keseimbangan uap-cair local dan diangkut melalui ruang pori didorong oleh gradien tekanan parsial dipertahankan melintasi membran. Dikasus, solusi ionik berair, spesies menguap adalah air, dan membran yang digunakan adalah hidrofobik di alam; ini mencegah air memasuki pori-pori membran hingga disebut tekanan masuk cair. Proses MD memiliki beberapa fitur berpotensi 7
  • 8. menguntungkan: yang didasarkan pada perubahan fase, adalah mungkin bagi proses untuk beroperasi pada solusi osmotik pres-Sures yang biasanya membatasi tekanan didorong pemisahan membran; pada kenyataannya, telah menunjukkan bahwa fluks yang cukup dapat dicapai bahkan dari solusi air garam jenuh (Ramon, 2009). Minyak mentah essestial diperoleh dengan destilasi uap dari berbagai produk alam seperti plats, rumput, tunggul kayu, serbuk gergaji, bunga, biji dan benih. Minyak therestelah memainkan peran penting dalam kebersihan pribadi dan sosial mandkind dalam hal penggunaannya dalam kosmetik, perlengkapan mandi, formulstoinsobat, aroma terapi, meluncur permukaan, minyak dll. Sebagian penting yang terjadi di alam, terdiri dari campuran hidrokarbon seperti terpene, seskuiterpen, senyawa oxyygenated seperti alkoholeters, etherd, aldehid, ketonlakton, fenoldan lilin (koul, 2004). Distilasi uap banyak digunakan untuk menghasilkan minyak esensial . pabrik Bahan terkena uap di bawah tekanan. Itu tidak datang ke kontak dengan air mendidih. Air mendidih pada 100 ° C , uap memiliki suhu yang lebih tinggi daripada air mendidih ; sebuah melepuh steam lebih buruk dari sebuah melepuh dari air mendidih. Penyulingan Minyak Atsiri oleh Steam DistillationAku akan menggunakan Rosemary lagi karena saya mengambil tempat aku tinggalkandalam artikel terakhir saya di musim dingin Avena masalah Hydrosols dan Hydro-distilasi. Saya harap saya bisa menggambarkan perbedaan antara dua metode distilasi dan perbedaan dalam hydrosols dihasilkan. Ramuan ditempatkan di kolom; kolom ditempatkan di atas panci air mendidih. Pelat saringan membuat bahan ramuan di atas air sehingga hanya uap datang ke dalam kontak dengan itu (Mulvaney, 2012). The distilasi residuum atmosfer (RAT) adalah fraksi minyak mentah dengan titik didih di atas 420 ° C, yang diperoleh sebagai aliran bawah dalam distilasi atmosfer dari minyak mentah. Ini adalah residuum berat molekul tinggi, viskositas tinggi, titik tuang dan nilai komersial yang rendah.Ekstraksi pelarut 8
  • 9. adalah proses pemisahan berdasarkankapasitas kelarutan selektif dari komponen campuran dengan pelarut tertentu dan umumnya digunakan untuk memulihkan pecahan nilai komersial tinggi hadir dalam RAT. Dalam ekstraksi superkritis substrat padat atau cair dipisahkan dari campuran melalui gas murni padat atau campuran gas yang padat yang digunakan sebagai agen ekstraksi. Hilir extractor, yang diinginkan dipisahkan dari pelarut superkritis dengan cara depressurization dari aliran produk. Teknik ini merupakan alternatif yang menjanjikan mengenai pemulihan produk berkualitas tinggi. Selain itu teknik ini dianggap sebagai teknologi bersih karena kemungkinan minimisasi konsumsi energi dalam pelarut pemulihan yang didaur ulang untuk proses (mehl, 2009). Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang sangat mudah menguap dari suatu campuran cair dngan cara menguapkanny, yang diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut uap bebas, kondensasi yang jatuh sebagai destilat dan bagian cairan yang tidak menguap residu (Bersanconi, 1982). 9 C. Gambar Bagian dan Fungsi Alat Gambar 1.1 Alat/Mesin Distilasi
  • 10. 10 Bagian Utama dan Fungsi : a. Kompor listrik : memanaskan bahan yang akan didistilasi, b. Erlenmeyer : menampung bahan yang akan didistilasi, c. Pipa penghubung : menghubungkan erlenmeyer dengan kondensor, d. Kondensor : mendinginkan cairan, e. Penampung air : menampung air dingin, f. Penampung produk : menampung produk distilasi. D. Prinsip kerja Prinsip kerja alat ini adalah memisahkan air dengan minyak berdasarkan titik didih. E. Mekanisme Kerja Alat Mekanisme kerja alat ini adalah produk dimasukkan dalam tabung yang berisi air kemudian air setelah itu dididihkan sehingga zat yang terkandung dalam produk larut dengan air yang mendidih. Campuran uap air dan zat destilan menguap melalui pipa pendingin sehingga menghasilkan embun dan akhirnya hasil destilat berupa minyak ditampung dalam bak penampung destilator. F. Cara Kerja Bahan daun jeruk Ditimbang Dimasukkan ke dalam tabung distilasi (steamer) Berat bruto gas metana ditimbang Pompa distilasi diaktifkan Gelas ukur dipasang Dicatat dan diamati
  • 11. 11 G. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Tabel 1.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran destilasi Waktu (pukul ) Uraian Kegiatan 08.33 Memanaskan air - - 08.41 Air mendidih - - 08.41 Pompa destilasi diaktifkan 08.51 Proses Destilasi - Menetes satu tetes 09.33 Sd 30 menit 123 10.03 Sd 60 menit 10.33 Sd 90 menit 11.03 Sd 120 menit 460 11.33 Sd 150 menit 12.03 Sd 180 menit 480 Volume tidak bertambah 12.33 Sd 210 menit 480 Volume tidak bertambah 13.03 Sd 240 menit 480 Volume tidak bertambah Sumber: laporan sementara 2. Pembahasan Volume Produk destilasi (ml) Keterangan - - Volume mulai bertambah (kental dan wangi jeruk) 300 Volume bertambah banyak 450 Volume bertambah banyak Volume bertambah sedikit (kekentalan berkurang) 480 Volume bertambah sedikit Destilasi merupakan konstruksi alat yang berfungsi sebagai pemisah air dan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pada praktikum acara ini bahan yang didistilasi dapat berupa daun jeruk. Perlengkapan yang dipergunakan antara lain yaitu kompor listrik sebagai memanaskan bahan yang akan didistilasi, erlenmeyer sebagai menampung bahan yang akan didistilasi, pipa penghubung sebagai menghubungkan erlenmeyer dengan kondensor, kondensor sebagai mendinginkan cairan, penampung air sebagai
  • 12. menampung air dingin, dan penampung produk sebagai menampung produk destilasi. Proses destilasi mengunakan suhu yang antara 70 -800 C. Rasio pelarut 1:4 dan waktu yang dibutuhkan 4-5 jam tergantung sesuai bahan dan keinginan kita. Produk dalam air yang telah dipanasi akan mendidih sehingga zat yang terkandung dalam produk larut dengan air yang mendidih dan menguap melalui pipa pendingin yang pada akhirnya mengembun menjadi cair. Cairan ini merupakan campuran antara air dengan minyak kemudian ditampung dalam bak penampung destilat. Kegunaan utama distilasi dalam industri pangan adalah untuk mengentalkan minyak atsiri. Hal ini membuat suatu kenyataan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, akan tetapi dalam proporsi ini yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan pada distilasi berfraksi. Uap dimanfaatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut terjadi. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk mendapatkan komponen yang murni, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah bahan yang digunakan dalam distilasi, jumlah air, dan alat distilasi. Di dalam proses distilasi ini bahan yang digunakan sangat berpengaruh dalam proses distilasi. Bahan yang akan didestilasi harus memiliki kandungan minyak dan bersifat volatile yaitu mudah menguap. Semakin volatile bahan maka proses destilasi akan semakin cepat, sebaliknya apabila bahan yang didestilasi sukar menguap (non volatile) maka proses destilasi juga lambat. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi cepatnya poses destilasi adalah bobot produk, banyaknya air, berat bahan bakar, besarnya api pemanas dan suhu pemanasan. Banyaknya produk dan banyaknya air mempengaruhi kecepatan proses destilasi karena 12
  • 13. semakin banyak produk dan air maka untuk mencapai titik penguapan dibutuhkan waktu yang lama dan sebaliknya apabila produk sedikit dan air yang digunakan juga sedikit maka untuk mencapai titik uap semakin cepat sehingga proses destilasi berjalan cepat. Besarnya api pemanas akan mempengaruhi suhu pemanasan. Semakin besar api maka semakin cepat proses penguapan sehingga destilasi akan semakin cepat. Selain itu dalam proses destilasi juga harus diperhatikan jangan sampai ada kebocoran uap air karena ini akan sangat mempengaruhi hasil destilasi. Apabila terjadi kebocoran maka hasil destilasi tidak maksimal karena produk hasil destilasi menguap bebas diudara dan tidak masuk kedalam kondensor untuk didinginkan dan dipisahkan antara produk dengan air. Pada kondensor terdapat tabung berbentuk spiral, hal ini dibuat untuk mempertahankan kedinginan minyak di dalam spiral karena jika keadaan dalam tabung panas maka minyak tidak dapat turun kedalam tabung. Maksud dari dengan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya pada percobaan ini titik didih yang rendah adalah alkohol. Karena larutan yang titik didihnya rendah maka cepat menguap. 13
  • 14. 14 H. Kesimpulan Dari pelaksanaan praktikum Destilasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Distilasi adalah alat untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan titik didih. 2. Distilasi berfungsi untuk memisahkan minyak dan air berdasarkan titik didihnya. 3. Banyaknya produk dan banyaknya air akan mempengaruhi banyak sedikitnya hasil distilan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil destilasi adalah banyaknya jumlah bahan/produk, waktu yang digunakan, banyaknya air yang digunakan, suhu pemanasan dan alat distilasi. I. Saran Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta. Boutekedjiret, C. 2003.Extraction of rosemary essential oil by steam distillation and hydrodistillation.Flavour fragr. J. 2003; 18: 481-484. Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor. Ir. Satrijo, Herry. 1986. “Flash Calculation” Umpan pada Alat Destilasi. Media Teknik Edisi No. 1 Tahun IX Desember 1986-Maret 1987 No.ISSN 0216- 3012. Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Koul, V, K. 2004. Stream distillation of lemon grass (cymbopogon spp.).Indian journal of chemical thechnology vol. 11, January 2004, pp. 135-139. Kusuma, ferawati, 2009.dkk. Isolasi, identifikasi, dan uji toksisitas minyak atsiri daun sidaguri (Sida rhombifolia Linn). Jurusan Kimia F MIPA. Universitas Diponeggoro . Mehl, A. 2009.Atmospheric destilation residuum extraction with supercritical propane: a study of the process variables influence. Brazilian journal of petroleum and gas | v. 3 n. 1 | p. 001-009 | 2009 | issn 1982-0593. Mulvaney, Jill. 2012. Essential Oils and Steam distillation. Journal of the New Zealand Association of Medical Herbalists. Nurddjanah, Nanan. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Balai besar penelitian dan pengembangan pasca panen pertanian. Ramon, guy. 2009. Heat transfer in vacuum membrane distillation: Effect of velocity slip. Journal of Membrane Science 331 (2009) 117–125. Ruhyat, Nanang ST. MT. 2000. Pembuatan Prototype Alat Destilasi Minyak Atsiri Skala Industri Kecil. Fakultas Teknik Industri. Universitas Mercu Buana. Sutijan, dkk. 2009. Inovasi super steam distillation pada isolasi minyak cengkeh untuk menimasi kebutuhan energy.Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 .
  • 16. 16 ACARA II PERAJANGAN (SLICING) A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum acara II Perajangan yaitu : 1. Mengetahui Konstruksi dasar alat/mesin untuk perajangan, bagian-bagian utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama. 2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : a. Kapasitas alat/mesin b. Klasifikasi kwalitas produk B. Tinjauan Pustaka Sawut dibuat dengan cara merajang ubikayu kupas menggunakan alat perajang atau penyawut. Alat penyawut tenaga mesin dengan tenaga penggerak mesin 2-3 HP maka dapat dilakuan penyawutan sampai kapasitas 500-600 kg umbi kupas per jam.Keuntungan menggunakan alat penyawut besar ini, semua ubikayu dapat terajang.Sedangkan dengan penyawut kecil bagian pangkal ubikayu ada sedikit yang tidak terajang.Bagain tak terajang ini dikumpulkan dan diiris dengan pisau biasa (Misgiyarta, 2011). Komoditas unggulan lahan lebak diantaranya adalah ubi-ubian dan hortikultura.Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah.Teknologi pengolahan untuk masing-masing komoditas sangat spesifik, karena komoditas tersebur mempunyai karakteristik yang berbeda.Pengembangan pengolahan perlu didukung oleh penyediaan peralatan dan peningkatan pengetahuan SDM (sumber daya manusia) khususnya yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan
  • 17. agroindustri.Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif penakeragaman produk sebagai penunjang agroindustri (Antarlina, 2000). Alat perajang yang ada umumnya memiliki pisau pemotong vertikal dengan sumber tenaga yang berasal dari manusia yaitu kayuahan. Untuk tujuan meningkatkanefisiensi dan efektifitas perajangan singkong sebagai bahan kripik maka dilakukan penelitian perancangan mesin perajang dengan pisau horisontal. Pisau yang umumnya nerputar stasioner pada arah vertical di modifikasi menjadi bergerak meju mundur arah horizontal (Lutfi, 2010). Proses perajangan memiliki tujuan agar supaya kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Bahkan pada tanaman yang dirajang pun.Biji-bijian harus dihancurkan menjadi bentuk hancuran dengan harapan sebagian besar sel-selnya hancur dan minyak dapat keluar dengan mudah bila uap dialirkan melalui pecahan-pecahan tersebut.tujuan perajangan itu sendiri yaitu untuk mempersiapkan bahan siap disuling dan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri dari bahan (Ketaren, 1987). Perajangan merupakan proses yang paling banyak mengeluarkan tenaga dan paling beresiko terjadinya kecelakaan merajang dilakukan dimalam hari supaya hasil rajangan dapat dijemur pada pagi harinya dan harus kering hari itu juga. selama ini perajangan hanya dilakukan oleh laki-laki. merajang tembakau secara tradisional umumnya dilakukan dengan posisi duduk menyamping. posisi perajang terhadap cacak adalah dari samping, sedangkan tumpukan daun tembakau terletak diatas lantai sehingga perajangan pada waktu mengambil daun dalam posisi membungkuk (ismayenti, 2004). Penyiang cakar beroda, dikerjakan dengan tenaga manusia, tetapi dapat mengurangi beban fisik karena pekerja tidak perlu membungkuk pada saat menyiang gulma.Pada kegiatan pascapanen, terdapat dua jenis Alsintan pascapanen, yaitu Alsintan primer dan Alsintan sekunder (Sihono, 2001). Alsintan pascapanen primer yaitu alat untuk penanganan hasil panen yang menyangkut prosesing hasil panen yang menyangkut: perontokan, pemipilan, 17
  • 18. pengepresan, perajangan, penepungan dsb. Alsintan ini mengolah bahan mentah sehingga dapat disajikan menjadi bahan siap olah dan siap disimpan.Alsintan pascapanen sekunder adalah alat pengolah hasil dari pascapanen primer menjadi berbagai macam produk olahan yang siap dimakan.Jenis Alsintan pascapanen sekunder pada umumnya dilayani anggota masyarakat perempuan (Suhaeti, 2005). Keripik dan makanan ringan lain di dunia menyumbang keseluruhan omset sebesar $ 2,2 miliar dolar mengingat 70 manufaktur dan teknologi pusat penelitian di dunia. Juga kualitas chip memainkan peran penting dalam manajemen hotel . Karena ketebalan yang tidak merata irisan yang timbul dari alat-alat yang tidak tepat banyak pemborosan sayuran yang terjadi menyebabkan hilangnya produktivitas dan kerusakan lain-lain untuk sayuran . Saat ini metode manufaktur chip konvensional dan sistem manajemen hotel tidak efisien dan aman ; ini dijelaskan dalam survei literatur dengan rincian lebih lanjut . Selama survei literatur dan wawancara sementara produsen chip lokal disadari bahwa ada kebutuhan yang kuat untuk desain dan pengembangan alat pengiris sayuran multi fungsional yang efisien , dan aman . Tujuan utama dari desain adalah untuk menciptakan cara cepat , aman , dan mudah untuk mengiris kentang dengan peningkatanproduktivitas dan efektivitas biaya . Hal ini juga diperlukan untuk mempersiapkan irisan yang estetis menarik . Desain ini juga membantu dalam mengurangi tingkat penolakan (Kartika, 2008). Salah satu teknik analisis program adalah program yang mengiris . Aplikasi utama dari program mengiris meliputi berbagai kegiatan rekayasa perangkat lunak seperti pemahaman Program, debugging, pengujian, pemeliharaan program pengukuran kompleksitas dan sebagainya . Program mengiris adalah suatu metode untuk membatasi fokus tugas untuk sub - komponen tertentu dari sebuah program . Hal ini juga dapat digunakan untuk mengekstrak laporan program yang relevan dengan perhitungan tertentu . Konsep sepotong Program diperkenalkan oleh Weiser. Menurut definisi asli, gagasan slice 18
  • 19. didasarkan pada penghapusan laporan. Slice A adalah subset eksekusi dari laporan program yang melindungi perilaku asli dari program ini sehubungan dengan subset dari variabel kepentingan dan pada titik program tertentu . Beberapa varian dari gagasan ini telah diusulkan dalam literatur, seperti mengiris dinamis, mengiris statis quasi, simultan mengiris dinamis, dan mengiris terkondisi. Makalah ini berisi berbagai teknik mengiris dan aplikasi (Sashirekha, 2011). Daging adalah daging hewan yang dikonsumsi untuk makanan dan itu adalah kelezatan makanan yang sangat penting yang telah makan sejak keberadaan manusia. Konsumsi daging bersama denganmakanan dasar lainnya sangat penting karena memperkaya baik kandungan gizi makanan dan juga bertindak sebagai hidangan penting. Ini adalah makanan bergizi yang mengandung beberapajumlah asam amino esensial, dalam bentuk protein dan juga mengandung kelompok vitamin. Daging hewan terdiri dari otot, tulang, lemak dan jaringan ikat,dan dapat dimakan dan gizi bagian utama dari daging adalah otot atau daging tanpa lemak. Oleh karena itu daging harus dipotong menjadi potongan besar, dan kemudian menjadi potongan-potongan sehingga membawa keluar rasa dan membuatnya dalam bentuk yang dapat dimakan. Daging dipotong menggunakan berbagai alat tajam seperti pertandingan, pisau dan gergaji daging. Alat ini hanya efisien dalam memotong daging menjadi potongan-potongan dan de-boning tetapi tidak dapat memotong daging menjadi potongan-potongan kecil dan sebagai akibat dari ini, mesin yang berbeda telah dikembangkan dari waktu ke waktu untuk mengiris daging. Prinsip-prinsip mengiris mesin didasarkan pada tindakan geser dengan pisau dan jenis-jenis pemotong dengan prinsip yang sama seperti mengiris yang meliputi dampak-jenis cutter, pemotong bar mesin pemotong dan sistem pisau drive (Odior, 2012). Dalam rangka untuk memperbaiki masalah terkait ledakan kombinatorial , kami memperkenalkan gagasan perhitungan slice. Secara formal, sepotong perhitungan sehubungan dengan predikat adalah (sub) perhitungan dengan 19
  • 20. sedikitnya jumlah pemotongan yang konsisten yang berisi semua potongan konsisten perhitungan predikat memuaskan. Secara intuitif ,slice adalah representasi singkat dari luka-luka yang konsisten dari perhitungan yang memenuhi kondisi tertentu . Untuk mendeteksi predikat , daripada mencari negara - ruang perhitungan , itu jauh lebih efisien untuk mencari negara - ruang slice .Kami membuktikan bahwa sepotong perhitungan didefinisikan unik untuk semua predikat . Kami juga menyajikan algoritma yang efisien untuk menghitung potongan untuk beberapa kelas berguna predikat. Untuk predikat sewenang-wenang, kita menetapkan bahwa masalah - com puting slice adalah NP - lengkap pada umumnya. Meskipun demikian, untuk predikat seperti itu, kami mengembangkan algoritma heuristik yang efisien untuk menghitung irisan perkiraan. Hasil eksperimen kami menunjukkan bahwa mengiris dapat menyebabkan peningkatan eksponensi alatas teknik untuk deteksi predikat yang ada dalam hal waktu dan ruang (Mittal, 2005). Sebuah algoritma mengiris adalah mekanisme untuk mengatur satu set node ke dalam kelompok k (irisan), sehingga setiap node dengan cepat belajar indeks dari slice mana ia berasal. Mengiris dilakukan sehubungan dengan atribut satu - dimensi . Dengan cara desentralisasi, adaptif bekerja menuju tujuan global dengan beberapa bentuk berbagi sumber daya proporsional, mengiris harus menarik . Misalnya, dengan k = 4 layanan mengiris akan mengatur node dalam kuartil . Dengan node n dan k = n, mengiris macam mereka Tidak ada asumsi yang dibuat tentang distribusi nilai atribut. Target kami adalah lingkungan sangat dinamis :node datang dan pergi (churn), dan atribut dapat berubah dengan cepat. Kami bukan yang pertama untuk mempelajari mengiris. Dalam, penulis menjelaskan paralel algoritma sorting komunikasi hemat dan sekarang klasifikasi simpul sebagai aplikasi mungkin, tetapi pendekatan membuat asumsi bahwa banyak sistem tidak akan memuaskan . Sebagai contoh, membutuhkan distribusi nilai acak seragam dan tidak dapat mentolerir churn berhubungan dengannilai atribut (Gramoli, 2009). 20
  • 21. 21 C. Gambar Alat dan Mesin Gambar 2.1 Alat/Mesin Perajangan Bagian Utama dan Fungsi : a. Tuas penekan : menekan produk agar terpotong pisau disk, b. Tempat produk : menempatkan produk, c. Pisau disk : mengiris atau memotong produk, d. Motor listrik : memutar pisau disk (sumber tenaga), e. Speed reduction : mengurangi kecepatan motor. D. Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja alat ini adalah produk didorong oleh tuas penekan kemudian diiris atau dipotong dengan pisau disk.
  • 22. 22 Mesin dibersihkan dan disiapkan Posisi blade (pisau pengiris) diatur Produk ditimbang Motor listrik diaktifkan Produk dimasukkan kedalam hopper Produk ditekan dengan pelan dengan hand feeding Produk rajangan ditimbang E. Mekanisme kerja Mekanisme kerja alat ini adalah tuas ditarik kebelakang dan produk diletakkan pada tempat produk kemudian produk ditekan agar produk tidak lepas. Bersamaan dengan itu motor listrik dinyalakan untuk menggerakkan pisau disk. F. Cara kerja
  • 23. 23 G. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran perajangan kelompok Berat awal(kg) Berat akhir(kg) Kapasitas (kg/jam) Rendemen (%) Waktu (jam) Laju perajangan (kg/jam) 1 0,3 0,28 10,909 93,33 0,275 1,018 2 0,3 0,22 3,859 73,33 0,057 3,839 3 0,2 0,2 9,5 100 0,021 9,523 4 0,20 0,22 11,976 110 0,0167 13.1736 5 0,500 0,460 54,3478 92 0,0092 50 6 0,0038 0,0034 0,19 89,47 0,02 0,17 7 0,45 0,41 542,168 82 0,00083 493,97 8 0,034 0,031 10,303 9 0,00083 10,303 9 0,26 0,21 5 80,7 0,052 4,038 10 0,38 0,38 15,833 100 0,024 15,83 Sumber : laporan sementara 2. Pembahasan Perajangan adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang dipotong. Perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan sehingga dapat mempercepat proses penepungan. Pada praktikum acara ini bahan yang digunakan dalam perajangan adalah singkong. Perlengkapan yang dipergunakan antara lain yaitu tuas penekan digunakan memudahkan pemotongan, tempat produk digunakan menempatkan produk, pisau disk digunakan untuk memotong produk, motor penggerak digunakan sumber tenaga pemutar mesin, speed reduction digunakan mengurangi kecepatan motor. Bahan yang bisa dirajang antara lain wortel, singkong, ketela, umbi-umbian lainnya. Pada praktikum perajangan ini, produk yang digunakan adalah singkong. Hasil praktikum perajangan ini didapatkan berat awal singkong adalah 0,26 kg dan berat akhir singkong adalah 0,21 kg dalam waktu 0,52 jam. Dalam praktikum ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena produk
  • 24. yang digunakan terlalu besar sehingga harus dibagi menjadi dua bagian atau lebih dan kwalitas hasil perajangan dikatakan sedang karena dalam proses perajangan didapatkan hasil yang tidak sama tebal tipisnya. Kapasitas produk yang didapatkan adalah 5 kg/jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas produk perajangan adalah besar kecilnya produk yang akan dirajang, ketajaman pisau disk dan besar kecilnya tenaga atau kecepatan perputaran yang digunakan untuk memutar pisau disk. Kualitas perajangan pada praktikum kali ini adalah cukup baik (sedang), hasil rajangan dan ketebalan rajangannya cukup seragam meskipun bentuk rajangan tidak selalu sama. Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 80,7%. Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 80,7 %. Pada praktikum yang dilakukan ini memperoleh hasil yang cukup baik (sedang) karena tidak terlalu banyak selisih antara berat awal produk sebelum dirajang dengan berat akhir produk setelah dirajang. Pada praktikum pengamatan perajangan yang dilakukan oleh kelompok 6,7,8,9,10 dihasilkan randement masing-masing 89,47%, 82%, 9%, 80,7%, 100%. Dari kelompok 6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling besar adalah pada kelompok 10 yaitu dengan 100%. Sedangkan Randement yang paling kecil yaitu kelompok 8 yaitu dengan randement 9%. Hal yang berpengaruh pada hasil perajangan atau rendemen yang sedikit adalah alat perajang (slicer) mempunyai tiga mata pisau tetapi hanya dua yang aktif memotong atau mengiris dengan ketajaman pisau yang kurang, kecepatan rotasi pisau perajang juga rendah. Kualitas perajangan singkong adalah sedang, tidak semua hasil perajangan utuh sebagian ada yang utuh dan sebagian lagi ada yang hancur. Selain dikarenakan faktor pisau perajang, singkong yang dirajang terlalu lama disimpan sehingga menjadikan kadar airnya menurun yang mengakibatkan daging singkong agak layu sehingga sulit dirajang. 24
  • 25. Dalam menentukan kapasitas perajangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jumlah dari bahan yang dirajang, waktu yang diperoleh pada saat proses perajangan berlangsung, banyak sedikitnya produk yang dibuang, selain itu ketajaman pisau disk juga mempengaruhi. Ketajaman pisau disk sangat mempengaruhi besar randement, hal ini disebabkan bila tidak tajam maka hasil perajangan akan menempel pada dudukan pisau disk yang kemudian jatuh ke lantai. Sedangkan kapasitas mesin dipengaruhi oleh kecepatan motor penggerak mesin perajang. Motor penggerak sumber tenaganya dari berasal dari motor listrik. Hal ini bertujuan agar supaya produk tidak terkontaminasi bahan bakar motor tersebut. 25 H. Kesimpulan Dari pelaksanaan praktikum Perajangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Perajangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperkecil ukuran bahan sehingga dapat mempercepat pengeringan karena permukaan yang diperkecil akan mempercepat penurunan kadar air. 2. Kualitas perajangan dipengaruhi oleh tajamnya pisau disk, kualitas bahan yang dirajang dan kecepatan berputarnya mesin. 3. Kapasitas mesin perajang sebesar 5 kg/jam dengan randement sebesar 80,7% . 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat bruto dan berat netto dari singkong. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas perajangan adalah jumlah bahan, struktur serat bahan, ketajaman pisau, dan waktu yang diperlukan selama alat bekerja. I. Saran Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
  • 26. 26 DAFTAR PUSTAKA Antaralina, Sri Satya dan S. Umar. 2000. Teknologi Pengolahan Komoditas Unggulan Mendukung Pengembangan Agroindustri di Lahan Lebak. Balai Penelitian Pertanian lahan Rawa (Balittra). Gramoli . 1986. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Erlangga. Jakarta Ismayenti, L., Prakoso, D. dan Adi Heru Sutomo. 2011. Pengaruh Penggunaan Alat Ergonomis dan Posisi Kerja terhadap Kelelahan Otot dan Produktivitas Perajang Tembakau di Kecamatan Ngadirejo dan Bansari Kabupaten Temanggung. Sains Kesehatan Vol 17 No 4, Oktober 2004. kartika, Sartono. 2008. Perajang Mekanik Keripik. Jurnal Media Mesin, Vol.7 No.2, Juli 2006, 55-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Lutfi, mustofa. 2010. Rancang bangun perajang ubi kayu pisau horizontal. Jurnal Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 41-46. Misgiyarta, Suismono, dan Suyanti. 2011. Tepung Kasava Bimo Kian Prospektif. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra). Mittal dan Nurdjannah, Nanan. 1993. Pengaruh Perajangan dan Lama Pelayuan terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Serai Dapur (Cymbopogon citratus stapf). Bul Litro, Vol VIII, No 1, 1993. Mustaniroh, Siti A., Mas’ud, E. dan Safira Aziz Mahdami. 2011. Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Usaha Kerupuk Waluh dengan Mesin Perajang Otomatis pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Teknologi Pertanian Vol 12 No 3. Odior , Riles M. 2008. Rancang Bangun Mesin Perajang Cengkeh Menggunakan Penggerak Motor Listrik 1 HP dengan Kapasitas 19 Kg/Jam. Jurnal Orbith Vol 4 No 3 Nopember 2008 : 513 - 520. Peason. 1990. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 5 No 1 Hal 56. Jakarta. Rita, Nur Suhaeti dan Siwi, Sri Suharni. 2008. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian, Puslitbang Sosek, Deptan Bogor, dan Balai Penelitian Bioternologi Tanaman Pangan. Sashirekha, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat Prasyarat Kebutuhan Mutlak Sehari-hari. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar. Widiyanti. 2006. Produksi Kripik Singkong Dengan Perajangan Mekanik. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  • 27. 27 Lampiran Perhitungan Perajangan 1) Data Kelompok 1 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,30 0,275 =1,091 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,28 0,30 x 100 % = 93,33% Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,28 0,275 = 1,018 kg/jam 2) Data Kelompok 2 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,30 0,057 =5,263 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,22 0,30 x 100% = 73,33 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,22 0,057 = 3,859kg/jam 3) Data Kelompok 3 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,20 0,021 =9,523 kg/jam
  • 28. 28 Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,20 0,20 x 100% = 100 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,20 0,021 = 9,523kg/jam 4) Data Kelompok 4 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,20 0,0,0167 = 11,976 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,22 0,20 x 100% = 110 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,22 0,0167 = 13,173kg/jam 5) Data Kelompok 5 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,50 0,0092 = 54,347 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100 % = 0,46 0,50 x 100% = 92 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,46 0,0092 = 50,00kg/jam
  • 29. 29 6) Data Kelompok 6 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,0038 0,02 = 0,190 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,0034 0,0038 x 100% = 89,5 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,0034 0,02 = 0,170 kg/jam 7) Data Kelompok 7 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,45 0,00083 = 542,168 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,41 0,45 x 100% = 91,1 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,41 0,00083 = 493,975 kg/jam 8) Data Kelompok 8 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,34 0,00083 = 409,638 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100%
  • 30. 30 = 0,31 0,34 x 100% =91,2 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,31 0,00083 =373,493 kg/jam 9) Data Kelompok 9 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,26 0,052 = 5,00 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,21 0,26 x 100% =80,7 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,21 0,052 = 4,038 kg/jam 10) Data Kelompok 10 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,38 0,024 = 15,833 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,38 0,38 x 100% = 100 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,41 0,024 = 15,83kg/jam
  • 31. 31 ACARA III PENGERINGAN (DRAYING) A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara III Pengeringan yaitu : 1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengering, bagian-bagian utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama. 2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/masin berikut cara pengaturan alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : a. Kapasitas pengeringan b. Kadar air akhir c. Kwalitas pengeringan B. Tinjauan Pustaka Pengaruh pengeringan daun turi terhadap karakteristik degradasi dalam rumen, melalui metode in sacco menggunakan kantong nilon. Daun turi segar dan kering dipotong/dicincang untuk mendapatkan sampelyang homogen dengan ukuran partikel 1 mm. Sebanyak 2 gr dari masing masing sampel daun dimasukkan ke dalam kantong dan diinkubasi ke dalam fistula domba dengan tiga ulangan.penurunan yang sangat drastis pada komponen mudah larut akibat dari pengeringan daun turi. Kenyataan inimembuktikan bahwa perlakuan pengeringan dapat digunakan untuk memodifikasi kecernaan bahan makanan dalam rumen, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.Tentunya penurunan kecernaan di tingkat rumen diharapkan tidak menurunkan kecernaan bahan makanan tersebut dalam usus halus.Perlakuan seperti ini biasanya dilakukan untuk melindungi protein makanan dari terjadinya perombakan yang hebat dalam rumen, tetapi protein tersebut diharapkan tetap tersedia pascarumen, terutama pada bahan makanan yang bermutu tinggi, seperti daun turi (Rusdi, 2008).
  • 32. Setiap jenis kayu memiliki respon yang berbeda terhadap pemakaian suhu dan kelembaban pengeringan sesuai dengan sifat-sifat kayunya. Sifat dasar kayu yang sangat mempengaruhi sifat pengeringan di antaranya adalah struktur anatomi dan sifat fisik kayu (Bramhall dan Wellwood 1976). Perbedaan yang ditunjukan oleh salah satu dari kedua sifat tersebut akan memberikan respon yang berbeda terhadap sifat pengeringan kayu. Untuk mendapatkan kualitas pengeringan yang baik dalam waktu yangoptimal pada kilang pengering (kiln drying), maka pengetahuan operator tentang perilaku kayu terhadapsuhu dan kelembaban sangat diperlukan. Responsuatu jenis kayu terhadap suhu tinggi merupakanproses awal dalam menetapkan jadwalpengeringannya. Jadwal pengeringan yang lazim digunakan diindustri perkayuan di Indonesia adalah jadwalpengeringan yang berbasis kadar air, yaitu suatusistem pengaturan besaran suhu dan kelembabanserta perubahannya dalam kilang pengeringanberdasarkan kadar air rata-rata kayu yang sedang dikeringkan (Basri, 2007). Salah satu proses dalam produksi krupuk adalah proses pengeringan, Proses pengeringanyang dilakukan kebanyakan oleh masyarakat masih secara konvensional, yaitu pengeringan dilakukandi tempat terbuka yang bergantung dari sinar matahari. Dalam pengeringan konvensional terdapatbeberapa permasalahan yaitu panas yang fluktuatif, kebersihan yang tidak terjaga dan memerlukantempat yang cukup luas.Mengingat di Indonesia terdapat dua musim yaitu musim kemarau danpenghujan, maka salah satu hal yang menjadi kendala dalam produksi kerupuk adalah prosespengeringan disaat musim penghujan. Dimana panas yang dibutuhkan dalam proses pengeringan tidak bisa terus menerus ada karena adanya hujan. Dengan perkembangan teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat pengering kerupuk sebagai pengganti pengeringan secara konvensional. Single chip ATmega 8535 inidigunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan, yaitu mengontrol suhu dan lama waktuproses pengeringan secara elektronik 32
  • 33. dan otomatis. Hal ini akan lebih mudah untuk mengeringkankerupuk tanpa harus menunggu cuaca cerah (Syafriyudin, 2007). Dalam sistemindustri, system pengeringan memiliki peranan yang sangat penting system pengeringan dalam aplikasinya dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan dimana system itu diterapkan. Pada industri pangan proses pengeringan dilakukan untuk pengawetan makanan yaitu dengan cara menggurangi kadar air sampai batas tertentu pada makanan tersebut untuk disimpan dalam beberapa waktu. Makanan yang dimaksud berupa sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung air seperti jamur, brokoli, anggur, strawberry, pisang, dan lain-lain. Pada industry pengolahan jamur pasca panen harus melewati masa pengawetan terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke pasaran, sebab jamur itu sendiri merupakan produk tani yang tidak terlalu tahan lama. Proses pengeringan itu sendiri merupakan proses pemindahan sejumlah masa uap air secara simultan, dengan membutuhkan energy untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses pemindahannya sejumlah masa uap air terjadi karena adanya perbedaan suatu konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya (Swarnadwipa, 2008). Menurut Soewarno T. Soekarto 1990, menyebutkan bahwa dalam memilih teknologi pengeringanhendaknya diarahkan pada aspirasi kelompok pengguna, efisiensi proses dan peningkatan mutu produk akhir. Efisiensi proses pengeringan tolok ukurnya meliputi : kecepatan proses, kapasitas produksi, penghematan biaya, kemudahan sumber energi dan kelestarian lingkungan. Perbaikan mutu tolok ukurnya meliputi keseragaman produk, peningkatan mutu dan nilai tambah. Dengan terus meningkatnya harga BBM dan kelangkaan minyak tanah, petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan telah mengadobsi mesin pengering bahan bakar sekam (Sutrisno, 2005). 33
  • 34. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dengan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengangkutan (Winarno, 1984). Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan penguapan air yang terdapat didalam bahan pangan dan untuk ini panas laten penguapan harus diberikan. Pengeringan adalah metode tertua pada pengawetan bahan pangan.Lingkungan primitip melakukan pengeringan daging dan ikan dengan sinar matahari jauh sebelum catatan sejarah dimulai (Earle, 1969). Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan cara pemanasan sedemikian ruapa, sampai mencapai kadar air tertentu. Dengan sangat terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak aktif dan atau mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad mikroorganisme dapat dihambat bahkan dimatikan, karena mikroorganisme seperti umumnya jasad hiduo, membutuhkan air untuk proses metabolismenya. Enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya (Hudaya, 1982). Pengeringan biasanya dipakai untuk menentukan kadar air, atau dilakukan pada zat kimia padat yang akan ditimbang untuk standarisasi, membuat reagensi dll. Alat yang digunakan adalah oven yang dilengkapi dengan thermometer, thermostat dan pengatur waktu pengeringan yang dikehendaki. Alat yang akan dipai sebagai wadah bahan atau kemikalia yang akan ditimbang harus dikeringkan juga. Alat yang digunakan untuk 34
  • 35. menyimpan bahan yang sudah dikeringkan adalah eksikator yang kedap udara, didalamnya ditaruh zat yang bias menyerap uap air sehingga pengaruh uap air selama penyimpanan bias diabaikan (Sudarmadji, 1976). Beberapa tumbuhan atau tanaman yang habis dalam keadaan segar dan mungkin memburuk dalam Beberapa hari setelah panen. Salah satu cara untuk melestarikan produk tanaman ini adalah untuk mengeringkannya di baik dengan tradisional pengeringan matahari / naungan atau microwave pengeringan / oven pengeringan meskipun berfungsi untuk menonaktifkan enzim polifenol oksidase dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam Komposisi fitokimia. Umumnya, proses ini dapat menyebabkan atribut negative terhadap produk pangan akhir, namun penelitian membuktikan bahwa sifat antioksidan keseluruhan makanan tertentu malah ditingkatkan karena pembentukan Miliar Reaksi Produk (MRPs), yang dihasilkan dari reaksi kondensasi antara asam amino (atau protein) dan mengurangi gula atau produk oksidasi lipid (Annamalai, 2011). Microwave (MW) yang berhubungan (MW dibantu atau MW - disempurnakan)Kombinasi pengeringan adalah teknik dehidrasi cepat yangdapat diterapkan untuk makanan tertentu, khususnya untuk buah-buahan dan sayuran .Peningkatan kekhawatiran atas kualitas produk dan produksibiaya telah memotivasi para peneliti untuk menyelidiki danindustri untuk mengadopsi teknologi pengeringan kombinasi. Keuntungan UM terkait kombinasi pengeringan meliputi :waktu pengeringan yang lebih pendek, meningkatkan kualitas produk , danfleksibilitas dalam memproduksi berbagai macam produk kering . tapiaplikasi saat ini terbatas pada kategori kecil buah-buahandan sayuran karena biaya start-up tinggi dan relatif rumitteknologi dibandingkan dengan konveksi konvensionalpengeringan . MW yang berhubungan dengan kombinasi pengeringan mengambil keuntungan darimetode pengeringan konvensional dan pemanasan microwave , memimpindengan proses yang lebih baik daripada MW pengeringan saja. 35
  • 36. Makalah ini menyajikankajian komprehensif dari kemajuan terbaru dalam MW – terkaitdikombinasikanpengeringan penelitian dan rekomendasi untuk penelitian masa depan untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian laboratorium danaplikasi industri (Zhang, 2006). Pengeringan adalah unit operasi tertua yang ditemukan di sebagian besar sektor industri . Sebagai operasi energyintensive kenaikan terus-menerus dalam minat pengeringan R & D pada skala global terlihat dari berbagai konferensi internasional yang ditujukan untuk pengeringan . Namun, sejarah pengeringan R & D sebagai bidang multi -disiplin yang layak bahwa pasanganfenomena transportasi dengan ilmu material baru berusia sekitar empat dekade . Sebagian besar literatur teknis sebelum tahun 1980 muncul di lain selain bahasa Inggris , terutama di Rusia, Jerman , Perancis , Polandia dll R & sastra D dalam bahasa Inggris mulai muncul hanya sejak 80 's terutama sebagai hasil dari upaya tunggal tangan dari penulis senior ( ASM ) di McGill University, Kanada (Mujumdar, 2007). Untuk pengeringan termal , bahan basah dan gas panas melewati pengering untuk bertukar panas dan massa untuk mengeringkan bahan basah . Pengering langsung tersebut merupakan lebih dari 90 % dari pengering industri dalam operasi hari ini menurut beberapa perkiraan . Ketika gas buang keluar dari pengering , bahan entrained dalam gas buang harus melalui kolektor debu yang sesuai, seperti siklon dan rumah kantong untuk mengumpulkan produk entrained dan untuk memenuhi peraturan knalpot debit . Bahan , gas pengeringan , dan pengering adalah komponen utama yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan . Setelah sifat yang diperlukan material, persyaratan produk , dan skala produksi diketahui , jenis pengering yang sesuai dipilih . Pemilihan pengering harus mengambil banyak aspek menjadi pertimbangan . Banyak aturan dan metodologi yang telah diusulkan dalam literatur tentang pemilihan pengering berdasarkan karakteristik material dan produk persyaratan . (Wong, 2008). 36
  • 37. Drying adalah proses perpindahan panas dan massa yang mengakibatkan penghapusan kelembaban air , dengan penguapan dari padat , semi padat atau cair untuk mengakhiri dalam keadaan padat . Teknik pengeringan mungkin tertua dan metode yang paling penting dari pengawetan makanan dilakukan oleh manusia . Penghapusan kelembaban mencegah pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan , dan meminimalkan banyak reaksi yg memburuk kelembaban - dimediasi . Dengan menggunakan metode ini , lebih seragam , higienis dan menarik berwarnaproduk kering dapat diproduksi dengan cepat . Namun, itu adalah operasi yang memakan energi dan efisiensi energi yang rendah , sehingga lebih banyak penekanan diberikan pada menggunakan sumber energi matahari karena harga yang tinggi dan kekurangan bahan bakar fosil . Pengering surya kini semakin banyak digunakan karena mereka adalah pilihan yang hemat energi lebih baik dan lebih (Wankhade, 2012). 37 C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat Gambar 3.1 Alat Pengering Cabinet Dryer
  • 38. 38 Bagian Utama Alat dan Mesin a. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan alat. b. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan alat. c. Setting suhu proses : mengeset suhu proses pengeringan. d. Kaca : melihat hasil pengeringan. e. Control suhu ruang : mengontrol suhu ruang pengeringan. f. Cerobong asap : mendistribusikan uap air. g. Lock : mengunci kabinet dryer. D. Prinsip Kerja Prinsip kerja dari alat ini adalah produk dikeringkan dengan sumber panas dari kompor listrik. E. Mekanisme Kerja Produk diletakan diruang pengering, kompor listrik dinyalakan, panas dari kompor akan mengeringkan produk secara radiasi. Uap air akan terhisap oleh blower. Suhu ruang pengering diukur dengan termometer.
  • 39. 39 Produk yang telah ditimbang dimasukkan ke bin pengering Pemanas diaktifkan Kipas pengering diaktifkan dan debid udara pengering diatur Dicatat kadar air awal produk Kadar air selama pengeringan selang waktu 15 menit diukur Bila kadar air yang dikehendaki telah dicapai, proses pengeringan dihentikan Bobot produk kering ditimbang F. Cara kerja G. Hasil dan pembahasan 1. Hasil pengamatan Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengeringan Kel Berat Awal (kg) Berat akhir (kg) Waktu (jam) Kapasitas (kg/jam) Randemen (%) Laju Pengering 1 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994 2 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994 3 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96 4 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96
  • 40. 40 5 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454 6 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454 7 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165 8 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165 9 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88 10 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88 Sumber : laporan sementara 2. Pembahasan Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air produk pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses kimia, kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum diolah maupun pada saat dipanaskan. Prinsip kerja dari pengeringan adalah pengurangan kadar air bahan dengan cara pemanasan yang menggunakan heater/kompor gas (listrik) sebagai sumber panas sedangkan mekanisme kerja dari pengeringan adalah produk diletakkan dalam rak pengering, mesin dihidupkan, heater menyala, blower mendistribusikan udara panas ke produk kemudian blower penghisap menghisap uap air produk dan mendistribusikan keluar alat melalui cerobong. Pada praktikum ini menggunakan alat/mesin pengeringan cabinet dryer dan bin dryer, menggunakan bahan singkong hasil dari praktikum ”Perajangan”. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. Dan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan seperti ukuran bahan, kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas yang dibawa oleh udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang
  • 41. dipindahkan ke udara. Kelembaban udara mempengaruhi proses pemindahan uap air. Kelembaban udara yang tinggi maka perbedaan tekanan uap air didalam dan diluar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan ke luar. Selain itu pengeringan dengan mesin ini ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hisapan blower untuk menghisap uap air yang menguap dalam tempat pengeringan. Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan cabinet dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada pegeringan cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi dengan rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat akhir yang berbeda-beda tiap kelompok. Setelah diketahui hasil pengeringan maka dapat diperoleh laju pengeringan dengan cara berat awal dikurangi berat akhir dan dibagi waktu. Randemen berbanding lurus dengan berat netto dan berbanding terbalik dengan bruto. Laju pengeringan berbanding lurus dengan berat awal dan berat akhir dan berbanding terbalik dengan waktu, kapasitas berbanding lurus dengan berat awal dan berbanding terbalik dengan waktu. Dalam praktikum pengeringan ini yang mempengaruhi rendemen adalah berat akhir dari prodak yang di hasilkan. Dari praktikum dapat dilihat pada pengeringan ini digunakan waktu yang berbeda- beda seperti 0,107, 0,107, 0,25, 0,25, 0,33, 0,33,0,416, 0,416, 0,5, 0,5 dan didapatkan kapasitas produk yang berbeda-beda pula. Kapasitas produk terkecil dihasilkan oleh kelompok 9 dan 10 yaitu 1, lalu pada kelompok 7 dan 8 sebesar 1,201, lalu pada kelompok 5 dan 6 sebesar1,51, lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 2 dan pada kelompok 1 dan 2 sebesar 2,994. Dapat disimpulkan semakin lama waktu yang digunakan maka kapasitas produk semakin besar. Sedangkan pada rendemen 100,100,98,98, 96, 96, 97, 97, 88, 88 dan diperoleh laju pengeringan dimulai dari dari yang ter kecil. Pada kelompok 9 dan 10 memperoleh laju pengeringan sebesar 0,88, lalu pada kelompok 7 dan 8 sebesar 1,165, lalu pada kelompok 5 dan 6 41
  • 42. sebesar 1,454, lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 1,96 dan pada kelompok 1 dan 2 memperoleh nilai laju pengeringan paling besar yaitu 2,994. Maka dapat disimpulkan semakin tinggi rendemen makan semakin besar juga nilai laju pengeringan. 42 H. Kesimpulan 1. Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air produk pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses kimia, kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum diolah maupun pada saat dipanaskan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. 3. Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan cabinet dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada pegeringan cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi dengan rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat akhir yang berbeda-beda tiap kelompok. 4. Pada hasil praktikum kapasitas produk paling besar adalah pada kelompok 1 dan 2 sebesar 2,994 kg/jam , sedangkan rendemen terbesar juga pada kelompok 1 dan 2 sebesar 100% dan laju pengeringan terbesar juga pada kelompok 1 dan 2 sebesar 4,672 kg/jam. I. Saran Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
  • 43. 43 DAFTAR PUSTAKA Annamalai , N. dan W. Hendra. 2011. Pengeringan Jamur dengan dehumidifier. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008 (30-33). Basri, Efrida dan Yuniarti, Karnita. 2006. Sifat dan Bagan Pengeringan Sepuluh Jenis Kayu Hutan Rakyat untuk Bahan Baku Mebel. ISSN: 175-182. Bogor. Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya. Bogor. Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder Maltodekstrin. Jurnal Penelitian Saintek, Vol.13, No.1, April 2008:1-18. Hudaya, Saripah dan Daradjat, Setiasih. 1981. Dasar-dasar Pengawetan 1. Depdikbud. Jakarta. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech. Yogyakarta. Mujumdar, Achmad. 2007. Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas Bumi untuk Pengeringan Kakao (Cokelat). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesi Vol. 10 No. 3 Desember 2008 Hlm. 135-141. Sudarmadji , Herti. 1976. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Gramedia. Jakarta. Sutrisno , G.B.A. 2005. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Mutu Tepung Siput Laut (Littoraria scabra). Sulikhah, Nelwan L.O. dan I Nengah Suastawa. 2008. Disain dan Uji Kinerja Pengering Rotari Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol.22, No.2, Agustus 2008. Wankhade, Lisdiana. 2012. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Winarno, Fardiaz, S. dan Dedi Fardiaz. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta. Wong , Muh. 2008. Perancangan Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering Hasil Perkebunan Rakyat. Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 April 2009.
  • 44. 44 Lampiran Perhitungan Pengeringan 1) Data Kelompok 1 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,167 =2,994 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,5 0,5 x 100 % =100% Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,5 0,167 = 2,994 kg/jam 2) Data Kelompok 2 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,167 =2,994 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,5 0,5 x 100 % =100% Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,5 0,167 = 2,994 kg/jam 3) Data Kelompok 3 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,25 =2,00 kg/jam
  • 45. 45 Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,5 0,49 x 100% = 98 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,49 0,25 = 1,96kg/jam 4) Data Kelompok 4 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,25 =2,00 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,5 0,49 x 100% = 98 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,49 0,25 = 1,96kg/jam 5) Data Kelompok 5 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,33 = 1,51kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100 % = 0,48 0,5 x 100% = 96 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,48 0,33 = 1,454kg/jam
  • 46. 46 6) Data Kelompok 6 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,33 = 1,51kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100 % = 0,48 0,5 x 100% = 96 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,48 0,33 = 1,454kg/jam 7) Data Kelompok 7 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,416 = 1,201 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,48 0,5 x 100% = 97 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,48 0,416 = 1,165 kg/jam 8) Data Kelompok 8 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,416 = 1,201 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100%
  • 47. 47 = 0,48 0,5 x 100% = 97 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,48 0,416 = 1,165 kg/jam 9) Data Kelompok 9 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,5 = 1,00 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,44 0,5 x 100% =88 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,44 0,5 = 0,88 kg/jam 10) Data Kelompok 10 Kapasitas = 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢푝푒푟푎푗푎푛푔푎푛 = 0,5 0,5 = 1,00 kg/jam Randement = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푏푒푟푎푡푎푤푎푙푝푟표푑푢푘 x 100% = 0,44 0,5 x 100% =88 % Laju Perajangan = 푏푒푟푎푡푎푘ℎ푖푟푝푟표푑푢푘 푤푎푘푡푢 = 0,44 0,5 = 0,88 kg/jam
  • 48. 48 ACARA IV PENEPUNGAN (MILLING) A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara IV Penepungan yaitu : 1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin penepung, bagian-bagian utama alat berikut fungsi masing-masing bagian utama. 2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan. 3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi : a. Kapasitas alat/mesin b. Kwalitas produk (tepung) c. Randement produk. d. Tingkat/derajat kebersihan produk. B. Tinjauan Pustaka Keberadaan terigu sudah melekat dengan industri pengolahan pangan.Akibatnya, ketika harga terigu naik, para produsen makanan olahan dari terigu, terutama yang termasuk usaha kecil menengah (UKM) menghadapi masalahyang berat. Di satu sisi, produsen tertekan oleh kenaikan harga terigu, namun di sisi lain dihadapkan pada daya beli konsumen yang makin menurun. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tepung dari bahan pangan lokal dalam memproduksi makanan berbasis terigu.Budaya mengonsumsi tepung pada masyarakat Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan mengembangkan aneka tepung lokal untuk mengurangipenggunaan terigu. Berkaitan dengan hal tersebut, tantangan ke depan adalah mengkaji ulang dan memanfaatkan bahan pangan serealia lain yang dapat mensubstitusi terigu (Suarni, 2009).
  • 49. Tepung umbi ialah bentuk hasil pengolahan bahan dengancara penggil ingan atau penepungan. Pada prosespenggilingan, ukuran bahan diperkecil dengan cara diremuk yaitu ditekan dengan gaya mekanis dari alatpenggiling. Perbedaan dengan proses tepung pati terletakpada adanya proses ekstraksi dengan cara pengepresan,pengendapan untuk memi sahkan pati nya. Pengamatan karakterisasi tepung umbi dan tepung patiumbi meliputi analisis sifat fisik proksimat, amilosa, danfungsional tepung dan pati . Karakteristik fisik tepung umbi dan tepung pati meliputirendemen, granula pati, absorbsi air, dan absorbsi minyak. Hal tersebut berkaitan erat dengan komposisi kimia. Secara spontan granula pati basah dapat terdespersi dalam air dan minyak, hal ini menunjukkan bahwa granula pati dapat memberikan gugus hidrofilik dan hidrofobik (Richana, 2004). Kadar serat tepung gadung selama percobaan.berkisar antara 1,59 – 1,62%. menunjukkan bahwa lama perendaman dan besarnya konsentrasi larutan garam berpengaruh tidak nyata terhadap kadar serat tepung gadung. Kadar air tepung gadung dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 7,5% lebih tinggi dibandingkan dengan yang direndam dalam larutan garam 5%. Hal ini mungkin penyebabnya karena jumlah garam yang tertinggal pada tepung pada perlakuan perendaman dengan larutan garam 7,5% lebih banyak dari pada tepung dari perlakuan perendaman larutan garam 5%. Garam bersifat higroskopis sehingga makin banyak jumlah garam yang tertinggal dalam tepung, kadar air tepung semakin tinggi (Hardjo, 2005). Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai terutama untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya produk-produk yang lebih beragam juga dapat mendorong berkembangnya industri berbahan dasar tepung atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai jual komoditas talas. Penepungan talas juga diharapkan dapat menghindari kerugian akibat tidak terserapnyaumbi segar talas di pasar ketika produksi panenberlebih.Komposisi pati pada umumnya terdiri dariamilopektin sebagai 49
  • 50. bagian terbesar dan sisanyaamilosa. Adanya informasi mengenai komposisi patidiharapkan dapat menjadi data pendukung dalammenentukan jenis produk yang akan dibuat dari patiatau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi talasyang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat danKepualauan Solomon, diperoleh kadar pati rata-ratasebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46% (Hartati, 2003). Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan diperoleh degan cara memisahkan bagian minyak dari cairan hasil pengepresan. mutu minyak ikan diduga dipengaruhi oleh mutu bahan mentah yang diolah misalnya mutu minyak ikan lemburu yang digunakan untuk memproses ikan kalengan pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan untuk memproduksi tepung ikan bahkan tepung ikan juga diolah dengan menggunakan limbah pengalengan (Permana, 2003). Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Perubahan tersebut sering meninmbulkan sifat organoleptik warna dan penampakan yang tidak diinginkan, baik selama proses penyimpanan maupun selama proses pembuatan produk pangan sehingga mengurangi mutu produk. Hal lain bahwa tepung terigu yang baru berwarna kekuning-kuningan dan bersifat kurang elastis. Bila dijadikan adonan roti tidak dapat berkaembang dengan baik (Cahyadi, 2006). Keripik tempe dihasilkan dari percampuran tempe pada adonan tepung yang telah dibumbui. Proses ini memegang peran penting karena akan menentukan rasa dari keripik tempe original dan berpengaruh terhadap proses selanjutnya. Tingkat keenceran suatu adonan menjadi kunci dalam adonan. Adonan yang terlalu encer akan membuat tepung susah melekat pada tempe, sedangkan adonan yang terlalu pekat membuat adonan menempel pada tempe terlalu tebal sehingga keripik tempe menjadi tidak renyah (Sa’diyah, 2009). Tepung gandung yang dibuat berwarna krem, karena adanya zat xatifil. Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses 50
  • 51. lambat. Oleh karena kesukaan konsumen akan tepung putih, penggunaan bahan pemutih tepung telah banyak dipakai. Bahan pemutih yang paling sering digunakan adalah benzyl peroksida.Mutu tepung roti yang dibuat dari tepung tertentu ternyata lebih baik bila umur tepung bertambah. Hal ini merupakan proses yang lambat tetapi dapat dipercepat dengan bahan peningkat mutu. (Buckle, 1978). Dalam penelitian berikut penepungan basah proses diselidiki di bawah penepungan yang berbeda kondisi kalsium karbonat bubur. Bahan grinding media yang berbed abervariasi dalam berat jenis, ukuran manik-manik dan kecepatan ujung pengaduk yang digunakan. Untuk menentukan optimum dari konsumsi energi untuk proses penepungan, berdasarkan modelstres Kwade (Weber, 2010). Komposisi proksimat dari sampel tepung menunjukkan penurunan sekitar 14 sampai 38% kandungan protein tetapi dengan peningkatan yang signifikan dalam kadar serat ( 167-967 % ) tergantungpada tingkat substitusi . Lemak dan abu isinya , serta pH sampel tepung meningkatdengan peningkatan karena adanya setelah penepungan. Adonan dengan sifat viskoelastik yang baik dan dapat diterimaroti dengan kualitas yang mirip dengan roti gandum 100 % diproduksi dari 10 % penambahan tepung tigernut (Omowaye, 2006). 51
  • 52. 52 C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat Gambar 4.1 Alat/Mesin Penepungan Bagian Utama Alat dan mesin a. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran. b. Belt transmition : menyalurkan tenaga dari motor. c. Inlet : tempat pemasukkan bahan. d. Gigi aktif : memukul produk menjadi tepung. e. Gigi pasif : untuk memukul produk jadi tepung. f. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran. g. Outlet : tempat keluarnya produk. h. Motor listrik : penggerak gigi aktif. D. Prinsip Kerja Prinsip kerja alat ini adalah produk dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif. E. Mekanisme Kerja Motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkan dalam inlet, kemudian masuk kedalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif dan gigi pasif. Produk yang belum halus tertahan oleh saringan kemudian dihantam lagioleh gigi aktif dan gigi pasif, kemudian produk keluar melalui outlet
  • 53. 53 F. Cara kerja Produk yang akan ditepung Ditimbang dan dicatat bobotnya Motor penggerak dihidupkan Produk kering Dimasukkan ke dalam hopper penepung Dicatat lama waktu penepungan Produk yang telah menjadi tepung Ditimbang dan dicatat bobotnya Diamati tingkat kelembutan tepung
  • 54. 54 G. Hasil dan pembahasan 1. Hasil pengamatan Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penepungan Kel Berat awal (kg) Berat akhir (kg) Waktu (jam) Kapasitas (kg/jam) Randemen (%) Kualitas 1 0,5 0,460 0,072 6,944 92 Kasar 2 0,5 0,020 0,140 3,571 4 Halus 3 0,5 0,497 0,091 5,494 99,4 Kasar 4 0,5 0,474 0,0868 5,760 94,8 Halus 5 0,5 0,615 0,1007 4,965 94,8 Kasar 6 0,5 0,482 0,113 4,424 96,4 Halus 7 0,5 0,507 0,0542 9,225 101,4 Halus 8 0,5 0,507 0,044 11,363 101,4 Kasar 9 0,5 0,547 0,160 3,125 109,4 Kasar 10 0,5 0,523 0,086 5,813 104,6 Halus Sumber : laporan sementara 2. Pembahasan Penepungan adalah proses untuk menghaluskan produk dari bahan padat atau keras. Prinsip kerja dari penepungan ini adalah produk dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif sedangkan mekanisme kerja dari penepungan ini adalah motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkkan dalam inlet kemudian masuk ke dalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif dan gigi pasif kemudian disaring dan produk keluar melalui outlet. Pada praktikum penepungan ini bahan yang digunakan adalah beras. Sebelum dilakukan penepungan, beras yang akan ditepung direndam terlebih dahulu di dalam air selama 1 malam, kemudian ditiriskan, hal ini dilakukan agar beras dalam kondisi agak lembab dan mudah untuk digiling, selain itu tepung yang dihasilkan nantinya tidak terlalu kering sehingga debunya tidak berterbangan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kecepatan mesin dalam melakukan penepungan. Karena semakin tinggi kandungan air dalam produk maka kekerasan produk semakin rendah sehingga memudahkan proses
  • 55. penepungan. Selain berpengaruh terhadap kecepatan penepungan kadar air dalam produk juga mempengaruhi tingkat kehalusan produk dalam air dalam produk juga berpengaruh pada tingkat kehalusan tepung yang penepungan. Semakin tinggi kadar air dalam produk maka tepung yang dihasilkan akan semakin halus. Dalam praktikum penepungan kelompok kami ini berat awal beras sebelum ditepungkan adalah 0,5 kg dan setelah dilakukan penepungan didapati berat akhir penepungan adalah 0,547 kg dalam waktu 0,160 jam sehingga dapat diperoleh kapasitas kerja mesin dengan membagi antara berat awal dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan penepungan. Dari perhitungan tersebut didapatkan kapasitas kerja mesin 3,125 kg/jam sedangkan randementnya 109,4%, diperoleh dengan membagi berat akhir dengan berat awal kemudian dikalikan 100 %. Pada kelompok 7, 8, 9 dan 10 memperoleh randemen lebih dari 100%, hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya nilai randemen <100%. Hal tersebut terjadi karena kurang teliti sangat menimbang. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus dibandingkan beras kering yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. Hal ini karena beras yang telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih lembek, jadi ketika beras yang telah direndam dimasukkan ke mesin penepungan akan mudah dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas kerja mesin adalah berat awal produk dan kurang lancarnya produk saat masuk kedalam mesin penepung sehingga secara tidak langsung menambah waktu yang diperlukan untuk melakukan penepungan sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya randement adalah masih tertinggalnya sebagian produk di dalam mesin sehingga mengurangi jumlah tepung yang dihasilkan. Selain itu juga karena masih tertinggalnya sebagian tepung dari kelompok sebelumnya yang melakukan penepungn sehingga menambah jumlah produk penepungan. Hal ini membuat kurang validnya data yang diperoleh. 55
  • 56. 56 H. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Penepungan adalah: a. Pengeringan memiliki tujuan yaitu mengurangi kadar air bahan agar enzim-enzim tidak aktif dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. b. Salah satu alat pengeringan yaitu cabinet dryer. c. Kecepatan udara makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang dipindahkan. d. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus dibandingkan beras kering yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. Hal ini karena beras yang telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih lembek, jadi ketika beras yang telah direndam dimasukkan ke mesin penepungan akan mudah dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif. I. Saran Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
  • 57. 57 DAFTAR PUSTAKA Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta. Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta. Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor. Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendinginan terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller. Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Hardjo, Muljo. 2005. Tepung Gadung (Dioascorea hispida DENNST) Beras Sianida dengan Merendam Parutan Umbi dalam Larutan Garam. Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 6, Nomor, September 2005, 92-99. Universitas Terbuka. Hartati, N Sri dan Titik K. Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung bebrapa kultivar Talas. (Coloccasia esculental. Schott). Jurnal Natur Indonesia 6(1) : 29-33 (2003) ISSN 1210-9379, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong. Ir. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta. Omowaye . 2007. Prediction of Breakage during Roller Milling of Mixtures of Wheat Kernels, Based on Single Kernel Measurements. Jurnal Teknologi, 48(F) Jun : 75-83, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia. Suarni. 2009. Prospek Pemafaatan Tepung Jagung untuk Kue kering (Cookies). Jurnal Litbang Pertanian 28(2). 2009. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Universitas Terbuka. Weber, Sukandar. 2010. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2008 3(1): 49 – 60.
  • 58. 58 Lampiran Perhitungan Penepungan dan pengayakan 1) Data Kelompok 9 Kapasitas = 푏푒푟푎푡 푎푤푎푙 푤푎푘푡푢 (푗푎푚) = 0,5 0,116 = 4,310 kg/jam Rendement = 푏푒푟푎푡 푎푘ℎ푖푟 푏푒푟푎푡 푎푤푎푙 푥 100% = 0,547 0,5 푥 100% = 109,4% %
  • 59. 59 ACARA V GORENG SANGAN (FRYING) A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara V Goreng sangan yaitu : 1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng sangan, bagian-bagian, utama alat berikut fungsinya. 2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin. 3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat sesuai yang diingankan/disyaratkan. B. Tinjauan pustaka Proses penyaringan minyak kelapa sawit sebanyak 2 kali (pengambilan lapisan lemak jenuh) menyebabkan kandungan asam lemak tak jenuh menjadi lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya konyak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak. Terdapat 2 (dua) cara proses menggoreng, yaitu pan frying dan deep frying. Menggoreng cara deep frying membutuhkan minyak dalam jumlah banyak sehingga bahan makanan dapat terendam seluruhnya di dalam minyak. Proses menggoreng adalah suatu proses persiapan makanan dengan cara memanaskan bahan makanan di dalam ketel yang berisi minyak (Sartika, 2009). Arang sekam pada penggorengan suhu tinggi pada penelitian tersebut memiliki sifat absorb. Penggorengan ini membuthkan banyak minyak dengan volume besar, sehingga ini membuktikan bahwa arang sekam bersifat absorb. Arang sekam memiliki kemampuan menyerap (absorb) molekul-molekul radikal bebas pada minyak goreng bebas. Sifat arang sekam ini akan dimanfaatkan untuk mengatur kondisi suhu dan kelembapan udara dalam ruang (Setyowati, 2008).
  • 60. Metode penggorengan yang biasa digunakan adalah deep frying.Metode deep frying merupakan metode menggoreng bahan pangan dengan minyak yang banyak sehinggabahan pangan terendam seluruhnya.Selain itu, metode ini juga menggunakan suhu tinggidan jangka waktu yang lama.Pemanasan minyak berulang pada suhu tinggi dapatmenyebabkan kerusakan minyak goreng. Kerusakan disebabkan karena proses oksidasidan polimerisasi asam lemak jenuh yang dikandungnya. Oksidasi lemak akan menghasilkanasam-asam lemak berantai pendek yang dapat menimbulkan perubahan bau dan rasa serta senyawa peroksida yang dapat membahayakan kesehatan tubuh (Mahmudan, 2014). Penggorengan adalah proses pemasakan dan pengeringan bahan melalui kontak dengan minyak panas secara simultan san terjadi pindah panas dan pindah massa. proses ini merupkan proses yang sangat vital dalam pembuatan sebuah kripik. dengan dilakukan penggorengan, akan diperoleh produk yang renyak, selain itu citarasa yang ditimbulkan juga akan berubah seiring dengan berjalannya beberapa reaksi seperti maillard dan karamelisasi, serta adanya penyerapan minyak (Manuel, 2006). Penggorengan vakum dirancang untuk membuat keripik dari buah-buahan yang mengandung kadar serat, gula, dan air tinggi, serta buah-buahan yang mudah mengalami reaksi pencoklatan bila sudah dikupas. Contoh produk hasil penggorengan vakum antara lain keripik apel, keripik nangka, dan keripik bengkuang. Selain dapat mengurangi kadar air, sistem penggorengan ini juga menghasilkan produk dengan tekstur yang baik dan stabil dalam penyimpanan (Matz, 1982). Penggorengan vakum dilakukan pada tekanan rendah, sehingga penguapan dapat berlangsung cepat dan merata karena terdapat kesenjangan tekanan dan kelembaban yang besar antara bagian luar dan bagian dalam bahan. Kerusakan sifat sensoris produk juga dapat ditekan karenadalam kondisi vakum tidak dibutuhkan suhu tinggi untuk menguapkan air (Ketaren, 1986). Keuntungan lain penggunaan sistem penggorengan vakum adalah warna dan zat-zat nutrisi 60
  • 61. yang terkandung dalam buah tidak banyak mengalami perubahan karena proses penguapan air berlangsung pada suhu rendah (Rosida, 2008). Metode dalam penggorengan ada duamacam, yaitu dengan menggunakan minyak pada suhu rendah (vacuum frying) dan suhu tinggi (deep frying).Penggoengan suhu rendah dilakukan untuk menjaga keutuhan kandungan gizi pada bahan, biasanya dilakukan pada sayuran dan buah. Penggorengan tempe dilakukan dengan metode deep frying, dimana tempe digoreng dengan seluruh bahan tecelup pada minyak dengan suhu 180-2400 C (Sa’diyah, 2009). Deep frying lemak adalah salah satu prosedur yang paling populer untuk pengolahan makanan karena cepat dan mengembangkan rasa diinginkan dan tekstur ( Sanibal dan Mancini - Filho , 2004) . Selama penggorengan tidak hanya uap air tetapi juga senyawa lain pindah dari makanan ke dalam lemak , yang dikombinasikan suhu penggorengan yang tinggi menyebabkan degradasi minyak goreng ( Mellema , 2003). Degradasi minyak goreng diproduksi senyawa volatil dan non -volatile . Sebagian besar senyawa volatil menguap di atmosfer dengan uapdan sisanya senyawa non -volatile dalam minyak mengalami reaksi kimia lebih lanjut atau diserap dalam makanan yang digoreng . Senyawa-senyawa non - volatile dalam minyak mempengaruhi sifat fisik dan kimia makanan yang digoreng , yaitu stabilitas aroma, rasa dan tekstur selama penyimpanan (Sunisa, 2011). Ada kekhawatiran konstan untuk menentukan efek bahwa berbagai faktor yang terlibat dalam proses termal , industri atau kuliner memiliki nilai gizi dari makanan yang diproses . Ketika lemak menembus makanan , mungkin selektif mengubah komposisi makanan , seolah-olah semacam proses kromatografi . Perubahan yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor , seperti komposisi lemak dan menggoreng makanan , tekstur , ukuran dan bentuk dari makanan dan kondisi penggorengan seperti suhu , durasi , dll Semua faktor ini mempengaruhi perubahan yang terjadi pada nilai gizi dari makanan yang digoreng . Perubahan yang tidak diinginkan dapat terjadi bersamaan dengan modifikasi yang 61
  • 62. diinginkan , salah satu perubahan tersebut menjadi kehilangan nutrisi , terutama vitamin dan , selama proses penggorengan (Ghidurus, 2010). Dalam 40 tahun terakhir , penggunaan proses menggoreng deep-fat di Amerika Serikat dan Eropa telah meningkat dengan pesat . Banyak dari produk ini adalah makanan ringan dengan kandungan minyak bervariasi dari 6 % (panggang kacang) ke 40 % (keripik kentang) (Moreira dan lain-lain 1999). Di Amerika Serikat, sekitar 1,2 miliar pon keripik kentang yang dikonsumsisetiap tahun (FSA / USDA 2002). Penelitian baru-baru ini dankepentingan dalam aplikasi vacuum frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain baru fryer (Moreira dan lain-lain1999) memberikan insentif untuk studi mendalam akrilamidagenerasi selama penggorengan , sehingga proses yang lebih baik dapat dirancang untukmengurangi pembentukan produk beracun ini dalam produk goreng (Granda, 2010). Goreng adalah salah satu metode memasak tertua dan paling populer yang ada . Deep frying lemak adalah metode untuk menghasilkan makanan kering di mana lemak dimakan dipanaskan di atas air mendidih berfungsi sebagai media transfer panas , lemak juga bermigrasi ke dalam makanan , memberikan nutrisi dan rasa ( Fan et al . , 2005 dan Tarmizi dan Niranjan , 2011 ) . Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat perpindahan panas , cepat memasak , browning , tekstur , dan pengembangan rasa. Oleh karena itu , menggoreng deep- fat sering dipilih sebagai metode untuk menciptakan rasa yang unik , warna , dan tekstur dalam makanan olahan . Namun, gelap permukaan dan banyak efek samping berlangsung selama menggoreng deep-fat karena suhu tinggi . Karena tekanan menurunkan , titik didih kedua lemak dan kelembaban dalam makanan diturunkan . Vacuum frying adalah teknik alternatif untuk meningkatkan kualitas makanan dehidrasi. Selama vacuum frying , sampeldipanaskan di bawah tekanan negatif yang menurunkan titik didih minyak goreng dan air dalam sampel (Amany, 2012). 62
  • 63. Antioksidan alami telah digunakan dalam minyak goreng ( Jaswir dan lain-lain 2000) dalam minyak goreng sawit . Para peneliti ini menunjukkan bahwa kombinasi rosemary , sage , dan asam sitrat adalah yang paling efektif dalam memperlambat degradasi asam lemak , tetapi asam sitrat saja hanya sedikit lebih baik daripada tidak ada aditif . Warner dan lain-lain ( 1985) juga melaporkan bahwa THBQ serta asam sitrat yang digunakan selama pemanasan minyak kedelai tidak berpengaruh dibandingkan dengan minyak kedelai tanpa aditif . Kurangnya pengaruh asam sitrat selama penggorengan tidak terduga karena asam sitrat juga volatilizes pada suhu tinggi seperti halnya antioksidan kimia. Asam sitrat yang ditambahkan selama pengolahan minyak nabati di tingkat 0,005 % sampai 0,01 % untuk bertindak sebagai chelator logam dan dengan demikian membantu melindungi minyak dari oksidasi ( Brekke 1980) . Namun, asam sitrat terurai pada suhu di atas 150 C , sehingga perlu ditambahkan ke minyak deodorized pada 130 ◦ Corlessduringcooling setelah deodorisasi ( Frankel 2005). Selain peran asam sitrat sebagai chelator logam , Jaswir dan Che Man ( 1999) melaporkan bahwa asam sitrat , bersama dengan antioksidan , dapat dianggap sebagai sinergis untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dalam minyak sawit (Warner, 2009). Pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka biji-biji melinjo yang digoreng sangan akan dapat masak secara merata ; karena pasir sifatnya cepat menerima panas (dari api tungku atau kompor), dan dengan mencampurkan biji-biji 63 melinjo berbaur dengan pasir (Sunanto, 1998). Penyangraian bji kopi merupakan proses yang penting dalam industri perkopian dan amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses mengubah biji-biji kopi yang tidak enak menjadi bahan minuman dengan aroma dan citarasa yang lezat. Proses pengolahannya menggunakan tekanan atmosfer dengan udara panas, dengan melalui kontak dengan bahan mutal panas (Siswoputranto, 2001).
  • 64. 64 C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat Gambar 5.1 alat/mesin goreng sangan Bagian Utama Alat dan mesin a. Silinder luar : menyalurkan radiasi panas ke dalam silinder. b. Silinder dalam : sebagai tempat produk. b. Tuas pengunci : mengunci agar produk tidak dapat keluar. c. Outlet : tempat keluar produk. d. Kompor gas : sumber panas. e. Belt : menghubungkan tiap-tiap pulley. f. Speed redustion : untuk mengurangi kecepatan motor listrik. g. Motor listrik : menggerakkan belt. h. Pulley mesin : penerima tenaga dari motor. D. Prinsip Kerja Prinsip kerja alat ini adalah produk dimatangkan dengan radiasi panas. E. Mekanisme Kerja Produk dimasukkan ke dalam silinder dalam, kemudian menutup tuas pengunci. Dengan mendapatkan sumber panas dari kompor gas. Kemudiaan diradiasikan ke silinder dalam untuk mematangkan produk.
  • 65. 65 F. Cara kerja Produk (kacang tanah) Ditimbang Alat dibersihkan dan dirangkai Kompor dinyalakan Kacang tanah dimasukkan Motor listrik dihidupkan Diamati tingkat kematangan @10 menit sampai 60 menit Dihitung kapasitasnya Bobot produk kering/ berat akhir ditimbang
  • 66. Kel Berat Awal (kg) Lama Proses (menit) Kadar Air % Tingkat masak 1 1 10 21,1 Kurang masak 2 1 10 21,1 Kurang masak 3 0,5 20 18,7 Kurang masak 4 0,5 20 18,7 Kurang masak 5 0,5 30 16,2 Agak masak 6 0,5 30 16,2 Agak masak 7 0,5 20 18,7 Kurang masak 8 0,5 20 18,7 Kurang masak 9 0,5 15 9,4 Masak 10 0,5 15 9,4 Masak 66 G. Hasil dan pembahasan 1. Hasil pengamatan Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran goreng sangan Sumber : laporan sementara 2. Pembahasan Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk menggoreng suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan sangan banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan tingkat kematangan produk. Apabila produk olahan belum matang berarti masih banyak mengandung kadar air. Apabila produk sudah tidak mengandung kadar air maka produk tersebut sudah matang. Goreng sangan ini dilakukan dengan produk berdasarkan tingkat kematangan. Produk yang digunakan adalah kacang tanah yang masih mentah. Untuk lamanya proses pengorengan sangan ini tergantung pada kualitas kematangan dari kacang tanahnya. Dengan menyusun alat penggorengan sangan seperti pada rangkaian gambar diatas, maka goreng sangan dapat dilakukan. Metode yang dipakai dalam percobaan ini adalah merubah keadaan