SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  26
Télécharger pour lire hors ligne
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) i
Tren Batubara ASEAN
Tantangan dan Peluang Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC)
Asra Virgianita, Ph.D
Santi Hapsari Paramitham, S.Sos
Meliana Lumbantoruan, M.A
ii
Tren Batubara ASEAN:
Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC)
ISBN : .....
KDT : .....
Writer
Asra Virgianita,Ph.D.
Dosen, Jurusan Hubungan Internasional,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia
Santi Hapsari Paramitham,S.Sos.
Pemakalah, Pusat Studi ASEAN,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia
Meliana Lumbantoruan,M.A.
Manajer Riset dan Pengetahuan, Publish What You Pay Indonesia
Peninjau
Maryati Abdullah
Koordinator Nasional, Publish What You Pay Indonesia
Jensi Sartin
Manajer Pengembangan Program, Publish What You Pay Indonesia
Hak cipta dilindungi
Edisi Pertama, 2015
Makalah ini diterbitkan oleh Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif-Publish What You
Pay Indonesia, dengan dukungan dari Natural Resource Governance Institute, United Stated
Agency for International Development (USAID). Isi makalah adalah tanggung jawab Publish
What You Pay (PWYP) Indonesia dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan USAID,
pemerintah Amerika Serikat, atau Natural Resource Governance Institute (NRGI).
Publish What You Pay Indonesia
Jl. Tebet Utara 2C No.22B, Jakarta Selatan 12810, Indonesia
Telp/Fax :+62-21-8355560 | E: sekretariat@pwyp-indonesia.org
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) iii
Daftar Isi
Abstrak.............................................................................................................................3
Pengantar........................................................................................................................4
Pola Perdagangan Batubara dan Rantai Suplai Global: Sebuah Tinjauan..................6
Masyarakat Ekonomi ASEAN: Jalan menuju Integrasi................................................10
Tren Batubara dan Kesiapan Negara-negara ASEAN Menyongsong AEC................12
Prospek Batubara di Kawasan ASEAN ....................................................................12
Kebijakan Energi ASEAN .........................................................................................14
Strategi Negara-negara ASEAN ...............................................................................16
Penggunaan Batubara Bersih dan Efisien di ASEAN: Manfaat Ekonomi..............17
Tantangan dan Peluang Sektor Batubara Menghadapi AEC.....................................19
Penutup.........................................................................................................................22
Daftar Pustaka...............................................................................................................23
iv
K
onsumsi energi ASEAN diprediksi akan meningkat karena
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang signifikan di
kawasan ini. Penggunaan batubara secara terus-menerus meningkat
sebagai pengganti minyak dan gas. ASEAN memegang peran yang penting
dalam konsumsi dan produksi batubara di Asia Pasifik. Berdasarkan
pendekatan rantai nilai, negara produsen batubara di ASEAN berpeluang
untuk memaksimalkan pasar baik melalui perdagangan bilateral maupun
kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/
AEC). AEC dapat membantu mengintegrasikan pasar di ASEAN,
membangun kesadaran negara-negara ASEAN untuk mengembangkan
prasarana kecukupan energi maupun teknologi batubara bersih. Produksi
batubara di ASEAN masih akan bersandar pada Indonesia sebagai eksportir
utama di ASEAN. Kebijakan energi di tiap negara ASEAN memiliki banyak
kesamaan, sehingga menyediakan ruang untuk mengembangkan lebih
lanjut kerjasama regional di dalam mengelola aspek-aspek energi. Masa
depan sektor batubara di ASEAN akan sangat bergantung pada kemajuan
teknologi, perbaikan tata kelola, efisiensi transportasi, dan konektivitas
antar negara. Penguatan kerjasama dan koordinasi haruslah menjadi
strategi kunci bagi negara-negara ASEAN untuk memastikan kesiapan di
dalam menyambut AEC.
Kata kunci: Batubara, ASEAN, AEC, energi, rantai nilai, tata kelola
Abstrak
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 1
Gambar 1. Produksi dan konsumsi batubara berdasarkan kawasan
Sumber: British Petroleum (BP) Statistical Review 2014 of World Energy 2014,
diakses pada 21 December 2014, melalui http://www.bp.com/en/global/
corporate/about-bp/energy-economics/statistical-review-of-world-energy/
review-by-energy-type/coal/coal-consumption.html
P
ertumbuhan ekonomi dan kegiatan
industrial adalah dua aspek yang sangat
berkaitan erat. Di era pasar global dan
regional, negara-negara diharapkan
kompetitif agar bisa bertahan dari arus
komoditas asing maupun bersaing melalui
produk-produknya di pasar luar negeri. Hal
ini membutuhkan prasarana yang berkualitas
tinggi, termasuk teknologi, transportasi,
listrik dan pasokan energi. Pasokan energi
menjamin konsumsi energi yang
berkelanjutan untuk transportasi, listrik dan
teknologi.
Penggunaan batubara untuk menghasilkan
listrik terus-menerus meningkat. Batubara
bahkan diramalkan akan menggantikan
Pengantar
minyak dan gas alam berkat cadangannya
yang melimpah dan harganya yang
terjangkau. Berkat harganya yang lebih
murah, batubara muncul sebagai “opsi
sumber energi baru yang disukai” di dalam
memenuhi kebutuhan energi. Hal ini
didorong oleh gejolak harga minyak,
kelangkaan cadangan minyak yang
meningkatkan kebutuhan untuk mencari
sumber energi alternatif seperti batubara.
Data di dalam Gambar 1 menunjukkan angka
kenaikan konsumsi dan produksi dunia secara
umum, di mana kawasan Asia-Pasifik
menyumbang jumlah yang cukup signifikan.
Kontribusi ini menyingkap kemungkinan
pertumbuhan produksi dan konsumsi
batubara di tingkat regional maupun global.
Coal production/consumption by region
Million tonnes ooil equivalent
Production by region
Asia Pacific
Africa
Middle East
Europe & Eurasia
S & Cent. America
North America
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
88	93	98	03	08	13
Consumption by region
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
88	93	98	03	08	13
BP Statistical Review of World Energy 2014
© BP 2014
2
Dalam konteks perdagangan, Indonesia
tercatat sebagai negara pengeksportir
batubara terbesar di dunia (sekitar 46% dari
total perdagangan batubara), sedangkan
China merupakan negara pengkonsumsi
batubara terbesar di dunia.1
Menurut Gambar 1, sumber daya batubara
masih melimpah dan pasokannya pun masih
aman. Ramalan Energi Dunia (World Energy
Outlook) memprediksi bahwa permintaan
global batubara akan naik sebesar 15% pada
2040. Produsen batubara yang utama adalah
China, India, Indonesia, dan Australia. Di Asia
Pasifik, ASEAN berperan penting dalam
produksi maupun konsumsi batubara.
Dewasa ini, di negara-negara ASEAN, dengan
terbentuknya AEC pada 2015, pertumbuhan
ekonomi akan memacu kegiatan industri.
Stimulus ini lantas akan mempengaruhi
1	 BP Statictical Review of World Energy 2014, diakses
pada 21 Desember 2014 melalui http://www.bp.com/en/
global/corporate/about-bp/energy-economics/statistical-
review-of-world-energy/review-by-energy-type/coal/
coal-consumption.html
konsumsi energi ASEAN. Lebih lanjut,
konsumsi energi ASEAN diramalkan akan
terus menanjak karena pertumbuhan
ekonomi dan penduduk yang signifikan.
Lintasan ini akan menempatkan ASEAN
sebagai pemain utama di dalam sistem energi
dunia sekarang dan di masa yang akan
datang. 2
Kendati ASEAN memiliki banyak
sumber daya alam, negara-negara di kawasan
ini masih bergantung pada impor energi.
Selain itu, masing-masing negara memiliki
pola penggunaan energi yang berbeda.
Makalah ini bermaksud melihat tantangan
dan peluang sektor batubara menghadapi
AEC. Naskah ini akan menggunakan
pendekatan rantai nilai, tata kelola yang
baik, kerangka ASEAN dan kerjasama yang
diperkuat melalui pelbagai strategi tiap
negara anggota.
2	 Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook,
diakses pada 20 Desember 2014 melalui
	 http://www.iea.org/publications/freepublications/
p u b l i c a t i o n / s o u t h e a s t a s i a e n e r g y o u t l o o k _
weo2013specialreport.pdf
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 3
R
antai nilai menggambarkan sekumpulan kegiatan dari fase
produksi yang berbeda-beda, termasuk perpaduan antara
perubahan fisik and masukan jasa dari produsen, proses
penyampaian produk kepada konsumen dan sampah yang timbul
akibat penggunaannya.3
Rantai nilai memperhatikan dinamika
kesalingterkaitan antara kegiatan produksi yang selanjutnya
menghantarkan pada peran-peran tradisional ilmu ekonomi dan
analisis sosal. Lebih jauh, nilai produk yang lengkap ditentukan oleh
rantai ini ini.
Dalam kasus batubara, rantai nilai bisa dipahami sebagai
sekumpulan kegiatan mulai dari persiapan, eksplorasi, manajemen
dan logistik, pemasaran, penambahan nilai dan investasi. Dari
serangkaian kegiatan ini, eksplorasi, produksi, manajemen
(termasuk tata kelola) merupakan elemen-elemen kunci yang
menjamin nilai batubara. Berikutnya adalah pemasaran, investasi
dan garansi terhadap pembangunan berkelanjutan dari pemakaian
batubara dan tambang. Proses ini menggambarkan bahwa investasi
untuk perbaikan prasarana, termasuk rel kereta dan pelabuhan,
krusial untuk mengantarkan dan mendistribusikan produk akhir.
Rantai nilai yang sederhana ini ditunjukkan oleh Gambar 2.
Oleh sebab itu, menentukan pola dari perdagangan batubara saat
ini dalam rantai nilai menjadi penting. Menurut temuan, tidak ada
peruabahan yang signifikan di dalam pola perdagangan, baik
ekspor maupun impor. Ekspor batubara uap lebih disukai daripada
batubara kokas dan lignit. Meskipun demikian, negara-negara yang
menghasilkan batubara uap masih terbatas.
3	 Raphael Kaplinsky and Mike Morris, A Handbook for Value Chain Paper, 4.
Preparation:
Infrastructure,
Policy,
technology
Exploration
and
Development
of Product
Management/
Governance
and Logistic
Marketing Investing
• Host Country:
ASEAN Countries
• Direct Use
• Conversion
• High Quality of
Coal and Mining
(Upgrading)
• Ensuring Revenue
Transparancy
• Energy Security
• Transportation/
delivery/distribution
• Intra Trade
ASEAN (based on
AEC)
• Outside ASEAN/
Global Market
• CCTs
• Energy Efficiency
• Sustainable
development
Gambar 2. Rantai Nilai Batubara
Sumber: Modifikasi dari berbagai sumber
Pola Perdagangan Batubabara dan Rantai Suplai Global:
Sebuah Tinjauan
4
Lebih jauh, volume perdagangan batubara
uap global pada 2013 hampir mencapai 1028
Mt, di mana pola perdagangannya didomi-
nasi oleh ekspor batubara uap dari Indonesia
(432 Mt), Australia (182 Mt) dan Rusia (118
Mt).4
Pada saat yang sama importir terbesar
adalah Cina, Jepang, India, Korea Selatan,
Taiwan dan Jerman. Ini membukti-kan bahwa
pusat perdagangan batubara pada saat ini
mengarah ke Asia. Pada 2013, Cina mempro-
duksi 3034 Mt batubara yang lantas
menjadikannya sebagai negara penghasil
batubara terbesar melampaui AS (756 Mt),
India (486 Mt), dan Indonesia (486 Mt).
Keadaan ini memperlihatkan fakta yang
menarik yaitu bahwa Cina memegang
peranan baik sebagai importir maupun
produsen batubara yang terbesar.
Sementara itu di ASEAN, Indonesia memiliki
cadangan batubara yang tertinggi sejumlah
22,5 milyar ton, diikuti Vietnam sebesar 3,4
milyar ton dan Thailand sebesar 1,1 milyar
ton. Namun, dalam hal sumber daya
batubara, Vietnam berada di urutan pertama
dengan jumlah 203,4 milyar ton, sedangkan
Indonesia hanya mempunyai 92,3 milyar ton.
Meskipun pemakaian domestik masih kecil
4	 World Coal Association, “Coal Fact 2014”, International
Energy Agency , Coal Information 2014, BP Statistical
Review of World Energy 2014.
karena ketergantungan yang tinggi pada
pasokan minyak dan gas, Indonesia
mengendalikan pola perdagangan batubara
dalam konteks perdagangan di ASEAN.
Batubara Indonesian paling banyak diekspor
ke Filipina, Myanmar dan Singapura. Detil
perdagangan batubara dan tambang intra-
ASEAN digambarkan dalam Tabel 2:
Data dalam Tabel 2 memperlihatkan bahwa
perdagangan batubara dan tambang intra-
ASEAN masih potensial untuk digali. Negara-
negara penghasil akan memiliki kesempatan
untuk memaksimalkan pasar intra-ASEAN
melalui perdagangan bilateral maupun
kerangka MEA. Misalnya, Thailand dilaporkan
memproduksi kira-kira 1,372 juta ton
batubara per tahun (2009). Namun, batubara
yang dihasilkan tersebut dikategorikan
sebagai batubara lignit hingga sub-
bituminus, yaitu batubara berkualitas
rendah.5
Situasi ini membuka peluang
dagang dengan negara-negara ASEAN
lainnya untuk memperoleh kualitas batubara
yang diharapkan. Selain itu, perdagangan
batubara intra-ASEAN secara potential akan
menguntungkan karena mereka berada di
fase yang sama untuk meningkatkan
5	 Viroj Sivavong, Electricity Generating Authority
Thailand, Coal Demand/Supply Outlook in Thailand,
2009, 2, diakses pada 10 November 2014 melalui http://
www.kier.re.kr/upload/2009APEC-EGCFE/%28Session3-
B%29Coal%20Demand-Supply%20Outlook%20in%20
Thailand.pdf
Tabel 1. Cadangan dan Sumber Daya Batubara per Negara dan Tipe, 2011 (dalam
milyar ton)
  Batubara Keras Batubara Coklat Total
  Cadangan Sumber
Daya
Cadangan Sumber
Daya
Cadangan Sumber
Daya
Indonesia 13.5 73.3 9 19 22.5 92.3
Vietnam 3.1 3.5 0.2 199.9 1.4 203.4
ASEAN lainnya 0.4 2.4 1.7 2.2 2.1 4
Total ASEAN 17 79.2 11 221.1 27.9 300.3
Andil di dunia 2.30% 0.50% 3.90% 5.30% 2.70% 1.40%
Sumber: Tabel ini diadopsi dari from Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook,
diakses pada 20 December 2014 melalui http://www.iea.org/publications/freepublications/
publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 5
kapasitas industry mereka menghadapi MEA.
Meskipun demikian, beberapa negara ASEAN hanya menempatkan batubara
sebagai komoditas minor di dalam keseluruhan ekspor intra-ASEAN mereka.
Menyimpan batubara untuk keperluan mereka sendiri adalah alasan
mendasar dari tindakan tersebut karena mereka sudah memiliki permintaan
energi domestik yang tinggi untuk industri dan listrik, seperti Laos dan
Vietnam. Inilah yang menjelaskan mengapa beberapa negara lainnya yang
memiliki sumber daya batubara yang terbatas perlu mengimpor dari negara
lain, sementara karena kedekatan jaraknya, mengimpor dari negara
tetangga di ASEAN merupakan pilihan yang menarik. Malaysia adalah satu
contoh produsen batubara di ASEAN yang menghasilkan batubara tetapi
masih membutuhkan suplai dari impor. Ini terjadi karena Malaysia hanya
mampu memproduksi 1 juta ton batubara per tahun, sementara permintaan
mencapai hampir 30 juta tiap tahun.6
Oleh sebab itu, Malaysia harus
membeli batubara dari negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia yang kini
diakui sebagai sumber energi primer Malaysia yang dapat diandalkan.7
6	 IEA Clean Coal Centre, http://www.iea-coal.org/documents/82373/7605/Prospects-for-coal-and-
clean-coal-technologies-in-Malaysia-%28CCC/171%29
7	 Ibid.
Tabel 2. Ekspor-Impor Tambang & Batubara Intra-ASEAN 2013 (dalam Dolar AS)
Sumber : ASEAN Stats Database berdasarkan ASEAN countries’ report, diakses berdasarkan permintaan
pada ASEAN Stats Database Officer pada 2014
Negara
Brunei
Darussalam
Kamboja Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Phillippines Singapore Thailand Vietnam
Brunei
Pertambangan 531.195.045 370.727.641 - 73.860.279 378.122.631 466.747.623 593.266.643
Batubara
Kamboja
Pertambangan 522.537 1.184 16 1.004 749.477 2.673.466 42.336.525
Batubara 19.006.068 1.246.633.530 - 802.148.711 28.934.970 962.556.934 117.701.068
Indonesia
Pertambangan 10.946.750 22.177.064 15.434 5.279.104.587 84.376.438 1.609.142.244 6.788.530.765 2.303.483.460 368.384.679
Batubara 21.511.813 1.136.928.627 1.546.249 1.007.207.109 19.608.561.066 834.864.654 130.606.674 755.000
Lao PDR
Pertambangan 3.122.743 733.697 - - 704.231.954 102.806.500
Batubara - - - 497.580 16.497.799 876.926
Malaysia
Pertambangan 249.025.497 10.399.660 4.837.167.607 153.689 226.842.937 461.976.182 10.650.869.362 2.800.851.009 751.037.765
Batubara 173.109 504.999 - 25.945.558 5.518.537
Myanmar
Pertambangan 15.136.482 - 733.482 727.253 117.896.275 3.765.764.484 49.120
Batubara - - 799.200
Philippines
Pertambangan 1.412.272 183.223 189.796.451 5.141 303.945.904 1.521.561 444.319.340 178.005.850 32.408.726
Batubara 2.362 13.201.200 66.278.084 31.747 361.236 2.262.000 16.794.594 263.395.991 89.653.832
Singapore
Pertambangan 103.048.201 580.590.615 15.955.904.738 104.223 20.418.909.369 780.488.527 1.140.933.034 1.086.288.936 2.559.611.766
Batubara 3.506 264.704 206.286 112.869 32.933
Thailand
Pertambangan 21.037.629 997.766.847 979.352.633 1.345.661.415 2.702.160.901 740.171.772 671.166.580 3.856.884.031 973.621.382
Batubara 1.742 81.497 6.684 474.358 232.001 14.062 21.961
Vietnam
Pertambangan 621.687 1.363.956.350 464.294.156 244.760.576 1.231.615.244 66.125.090 239.662.441 383.614.651 460.642.517
Batubara 750 4.147.504 10.963.990 23.836.954 12.326.804 835.221.845 16.160.492
6
Tabel 3. Perdagangan Tambang dan Batubara
ASEAN 2010 – 2013 (Dolar AS)8
Sumber: ASEAN Stats Database berdasarkan the
ASEAN countries’ report, diakses dengan permintaan
pada the ASEAN Stats Database Officer in 2014
Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa sejak 2010
hingga 2013, periode semenjak Rencana
APAEC ketiga dilaksanakan, ekspor batubara
dan tambang meningkat pesat di beberapa
negara ASEAN. Hal ini selanjutnya
menyediakan bukti bawa impor juga
mengalami sedikit kenaikan. Fenomena ini
mengesankan bahwa Masyarakat Ekonomi
ASEAN yang akan datang mengembangkan
pasar ASEAN yang terintegrasi sekaligus
mendorong kesadaran negara-negara ASEAN
untuk mengembangkan prasarana
kecukupan energi untuk listrik dan kegiatan
industri.
Dampak dari integrasi pasar ASEAN
membuka kesempatan bagi perusahaan-
perusahaan asing untuk menanamkan
modalnya dan melakukan eksplorasi
8	 Data ini diukur melalui jenis-jenis sumber daya berikut:
Tambang (besi dan baja; partikel besi dan baja; bijih,
kerak, dan abu; tembaga dan partikelnya; alumunium
and partikelnya; timah hitam dan partikelnya; seng
dan partikenlya; timah dan partikelnya) dan batubara
(batubara antrasit yang tak beraglomerasi); batubara
bituminous yang tak beraglomesi; batubara lainnya
yang tak beraglomerasi; briket, ovoid, minyak padat
dari batubara).
batubara dan tambang di negara-negara
ASEAN. Pada 2013, the Pemerintah Kamboja
melaporkan bahwa sebanyak 91 perusahaan,
yang terdiri dari perusahaan domestik dan
asing, sudah diberi izin untuk melakukan
kegiatan eksplorasi.9
Perusahaan-perusahaan
tersebut berasal dari Australia, Cina,
Thailand, dan Vietnam.
Namun demikian, haruslah dicatat bahwa
investasi asing merupakan satu dari faktor-
faktor penting bukan hanya bagi
perkembangan industri batubara dan
tambang, melainkan juga bagi
pengembangan industri batubara dan
tambang yang ramah lingkungan. Ini
berhubungan dengan pemakaian teknologi
batubara bersih yang juga membutuhkan
investasi untuk instalasi teknologi dan proses-
proses terkait lainnya. Dengan demikian,
kerjasama internasional harus diwujudkan
secara merata dalam investasi, teknologi dan
sumber daya manusia.
9	 Chrea Vichett, Current Situation of Mining Industry in
Cambodia, General Department of Mineral Resources of
Cambodia, 2013.
Tabel 3. Perdagangan Tambang dan Batubara ASEAN 2010 – 2013 (Dolar AS)8
Tahun 2010 2011 2012 2013
NCegara E I E I E I E I
Brunei Darussalam 818.450.727 287.302.215 1.429.178.511 413.557.339 1.248.681.128 551.270.625 2.413.919.861 407.612.209
Kamboja 6.477.649 1.736.181.566 1.272.968 2.532.482.403 4.999.898 2.747.191.945 3.223.265.489 2.992.941.773
Indonesia 15.622.651.672 18.544.618.722 15.317.893.317 20.552.598.175 21.621.354.440 21.328.473.993 39.208.142.614 23.073.252.218
Lao PDR 889.808.661 863.559.029 712.239.553 1.129.360.367 620.958.285 1.445.296.146 8.282.767.199 2.752.178.450
Malaysia 12.729.699.087 22.158.194.175 14.535.309.602 28.935.047.677 17.728.160.664 31.122.993.454 20.020.465.911 31.556.817.894
Myanmar 2.963.400.096 2.008.252.380 2.945.464.591 1.001.307.797 2.268.839.598 1.358.840.844 3.901.106.297 2.921.336.316
Phillippines 972.203.554 5.476.287.895 1.298.606.006 5.276.410.303 828.685.216 5.082.631.287 1.796.276.353 25.662.595.508
Singapore 36.900.984.567 15.162.277.865 44.605.001.469 16.814.626.185 44.769.653.129 23.887.909.044 42.626.499.706 23.535.038.241
Thailand 7.804.496.361 10.465.497.274 11.307.853.909 11.973.504.100 12.299.508.276 11.849.134.052 12.288.800.705 13.131.789.570
Vietnam 3.662.483.628 5.668.484.811 4.279.796.783 7.696.818.404 4.686.403.623 6.703.502.867 5.357.951.051 5.631.633.006
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 7
M
asyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/
AEC) merupakan salah satu dari tiga pilar yang didesain
untuk menopang terwujudnya Masyarakat ASEAN pada
2015. Gagasan pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 dicetuskan
dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur, Malaysia, pada
1997 yang menyepakati Visi ASEAN 2020 dengan tujuan
menciptakan kawasan yang stabil dan berdaya saing dan
pembangunan ekonomi yang berimbang. Meskipun demikian,
Konferensi Tingkat Tinggi pada 2003 menyetujui percepatan Visi
ASEAN 2020 tersebut pada 2015. Ada dua alasan mengapa
pembentukan Masyarakat ASEAN dilakukan lebih cepat.10
Pertama,
meningkatnya pengaruh dan persaingan Cina terhadap kawasan.
Kedua, munculnya integrase ekonomi di pelbagai kawasan di
dunia tanpa keikutsertaan ASEAN.
AEC diharapkan berjalan selaras dengan Masyarakat Sosial-Budaya
ASEAN dan Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN di dalam
mensukseskan Masyarakat ASEAN.11
Tujuan MEA sendiri ialah
untuk mencapai tingkat dinamisme ekonomi yang lebih tinggi,
kemakmuran yang berkelanjutan, pertumbuhan yang inklusif dan
pembangunan ASEAN yang terintegrasi melalui peningkatan
kesalingtergantungan antara negara-negara ASEAN. Tiga
karakteristik AEC adalah sebagai berikut, (1) Pasar dan Basis
Produksi Tunggal; (2) Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing; dan
(3) Pertumbuhan Ekonomi yang Adil. Hal-hal ini menyoroti
pelaksanaan perjanjian di mana para penandatangannya akan bisa
berdagang dan berinvestasi secara optimal dengan mitra intra-
kawasan.
Namun demikian, terdapat pro dan kontra terhadap AEC. Pihak
yang pro sering memandang bahwa AEC bisa merangsang
perdagangan intra-ASEAN, yang lalu memperkuat pasar ASEAN
yang terintegrasi. Di sisi lain, seperti halnya pendapat kontra yang
klasik terhadap integrasi pasar, kekuatiran berkisar di seputar
“pintu yang terbuka lebar” di pasar yang akan berakibat pada
ketatnya persaingan dan membahayakan berbagai komoditas
domestik.
10	 Justyna Szczudlik-Tatar, “Regionalism in East Asia: A Bumpy Road to Asia Integration,”
Policy Paper No. 16, (2013), 3.
11	 ASEAN Economic Community Blueprint, (ASEAN Secretariat, 2008), 5, diakses pada
20 November 2014 melalui http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf
Masyarakat Ekonomi ASEAN:
Jalan menuju Integrasi
8
Terlepas dari perdebatan mengenai
pandangan positif dan negatif mengenai
AEC, dukungan terhadap cita-cita ini dapat
diindikasikan melalui pencapaian Kartu Skor
AEC. Berdasarkan data Kartu Skor AEC pada
2011, dari 277 ukuran liberalisasi yang
diharapkan, ASEAN sudah melakukan 187
atau sekitar 67,9% dari keseluruhan. Pada
2014, persentase tersebut naik menjadi
82,1%.12
Hal ini dengan jelas
menggambarkan upaya bersama negara-
negara ASEAN untuk menjalankan liberalisasi
dan integrasi ASEAN melalui AEC.13
Implementasi AEC tidak hanya
menghapuskan tarif perdagangan dan aliran
investasi secara bebas, tetapi juga
mendiskusikan perjanjian terkait energi dan
pertambangan. Secara khusus di point B4,
aspek energi disebutkan sebagai bagian dari
daftar yang harus dikerjakan oleh AEC untuk
mempromosikan pembangunan prasarana
yang melibatkan pemenuhan kerjasama
energi dan tambang.14
Kerjasama energi ini,
termasuk batubara dan tambang, diatur
dalam Cetak Biru AEC Pasal 53-56 yang secara
eksplisit menempatkan ketahanan energi dan
penguatan perdagangan dan investasi di
bidang energi sebagai tujuan bersama.15
Sementara itu, kerangka kerjasama
perdagangan batubara dan tambang muncul
dalam pembentukan Forum Batubara ASEAN
(AFOC) pada 1999 yang merupakan suatu
transformasi dari Jaringan Sub-sektor
Batubara yang sebelumnya terbentuk melalui
Program Kerjasama Energi ASEAN
Sudah disepakati bahwa diperlukan suatu
kebijakan energi kawasan yang
12	 The 12th
AEC Council Meeting, August 26, 2014 diakses
pada 28 December 2014, melalui http://ditjenkpi.
kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_
detail&news_content_id=1501&detail=true
13	ASEAN Economic Community Scorecard: Charting
Progress Toward Regional Economic Integration Phase
1 (2008-2009) and Phase II (2010-2011) diakses pada 23
November 2014, melalui http://www10.iadb.org/intal/
intalcdi/PE/2012/10132.pdf
14	 Ibid., 20
15	ASEAN Economic Commnuity Blueprint, ASEAN
Secretariat, 2008. Diakses pada 23 November 2014,
melalui http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf
memungkinkan tercapainya tujuan tersebut.
Hal ini untuk menjamin terwujudnya cita-cita
MEA sebagai satu pasar dan basis produksi
tunggal, kawasan ekonomi yang berdaya
saing dan kawasan ekonomi dengan
pembangunan ekonomi yang adil dan
kawasan yang terintegrasi secara penuh ke
dalam ekonomi global pada. APAEC 2010-
2015 menyebutkan bahwa agenda kebijakan
energi AEC ditargetkan untuk meraih
sasaran-sasaran akhir sebagai berikut:16
1)
untuk menjamin pasokan energi yang aman
dan handal, termasuk bio-fuel, yang krusial
untuk mendukung dan menopang kegiatan-
kegiatan ekonomi dan industri; 2) untuk
memperlancar pembangunan jaringan listrik
ASEAN (ASEAN Power Grid/APG) dan Pipa Gas
Trans-ASEAN (Trans-ASEAN Gas Pipeline/
TGAP) yang memungkinkan optimalisasi
sumber daya energi kawasan untuk
ketahanan yang lebih besar dan
menyediakan peluang bagi keterlibatan
sektor swasta dalam investasi, termasuk
pembiayaan dan alih teknologi. Jejaring
listrik dan pipa gas yang terintegrasi
menawarkan aneka keuntungan yang
signifikan dalam hal ketahanan, fleksibilitas
dan kualitas pasokan energi; 3) untuk
memastikan pembangunan energi yang
berkelanjutan melalui mitigasi emisi gas
rumah kaca antara lain lewat perangkat
kebijakan dan langkah-langkah yang efektif;
dan 4) memperkuat pengembangan energi
terbarukan, seperti bio-fuel, maupun promosi
perdagangan yang terbuka, fasilitasi dan
kerjasama di bidang energi terbarukan dan
industri terkait maupun investasi di prasarana
yang diperlukan untuk pengembangan
energi terbarukan.
16	 ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation, 2, diakses
pada 10 November 2014, melalui http://aseanenergy.
org/media/filemanager/2012/10/11/f/i/file_1.pdf
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 9
Prospek Batubara di Kawasan ASEAN
ASEAN diakui sebagai kawasan dengan sumber daya energi yang
memadai, khususnya dalam produksi batubara. Secara geografis,
negara-negara ASEAN berada pada tanah yang mengandung sumber
daya batubara dan tambang. Hal ini dibuktikan oleh laporan terbaru
yang menunjukkan bahwa hampir semua negara ASEAN mempunyai
kapasitas pada dirinya sendiri untuk memasok permintaan energinya di
mana pemerintah di tiap negara memainkan peran paling besar seperti
apa yang dilakukan Vietnam dengan mengoptimalkan peran badan
usaha negaranya, yakni Vinacom, untuk 100% menjalankan ekstraksi
batubara.17
Vinacom juga bertanggung jawab untuk mengontrol
produksi batubara dengan tujuan mengamankan cadangan batubara.
Antara 2001-2005, Vietnam menyaksikan produksi batubara yang naik
dengan cepat, yang dianggap sebagai ancaman terhadap cadangan
domestiknya. Namun, pertumbuhan yang tinggi ini sukses dikendalikan
oleh otoritas pemerintah dengan alasan cadangan domestik.18
17	 Global Methane Initiative diakses pada 12 Desember 2014 melalui https://www.
globalmethane.org/documents/toolsres_coal_overview_ch37.pdf
18	 Ibid.
Chart 1. Percentage of Growth Averages of Primary Energy Demand in
Selected ASEAN Countries by fuel (Mtoe) 2011-2035
Sumber: Data berdasarkan Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook,
diakses pada 20 December 2014 melalui http://www.iea.org/publications/
freepublications/publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf
Tren Batubara dan Kesiapan Negara-
negara ASEAN untuk Menyongsong AEC
Coal
Oil
Gas
Hydro
Bio Energy
Other RE
60
50
40
30
20
10
0
-10
Indonesia Thailand Phillipines Malaysia
10
Pada kasus Indonesia, prospek batubara
masih cerah dan diprediksi ini akan berlanjut
hingga 2035.19
Produksi batubara Indonesia
mewakili 85% produksi di ASEAN,
menjadikannya eksportir batubara terbesar di
dunia. Volume sumber daya batubara
Indonesia mencapai 120,53 milyar ton dan
cadangannya senilai 31,36 milyar ton, hanya
setara dengan 6% dari total cadangan
batubara di dunia.20
Indonesia juga dilaporkan menjadi konsumen
energi terbesar di ASEAN, disusul oleh
Thailand dan Malaysia di posisi kedua dan
ketiga. Namun demikian, konsumsi
domestiknya masih lebih rendah daripada
ekspor. Situasi ini mengakibatkan
ketergantungan dan multiplikasi nilai impor
minyak Indonesia, bahkan terhadap
keseluruhan ASEAN.
Di sisi lain, rata-rata pertumbuhan
permintaan energi, termasuk batubara, dari 4
negara ASEAN yang lebih besar pada 2011-
2035 sangatlah beragam. Kenaikan
permintaan batubara akan terjadi di tiap
negara dengan persentase antara 5.5%
hingga 3.9% (Grafik 1).21
Sementara itu,
19	 Maria van der Hoeven, Op.Cit.
20	 BP Statistical Review of Energy 2013.
21	 Maria van der Hoeven, Op.Cit.
peningkatan permintaan minyak dan gas
yang tertinggi akan datang dari Filipina,
sedangkan pertumbuhan permintaan untuk
hidro, bio-energi dan energi terbarukan
lainnya akan terjadi di Malaysia.
Prospek batubara di ASEAN tampaknya agak
tinggi karena listrik di ASEAN masih
menggunakan batubara sebagai sumbernya,
dan listrik berperan penting bukan hanya
dalam kebutuhan sehari-hari, melainkan juga
dalam menjalankan kegiatan industri. Ini
juga didukung fakta bahwa meskipun
beberapa negara mempunyai sumber daya
batubara dan tambang yang melimpah,
kualitas komoditas ini bagaimanapun juga
berbeda-beda dari satu tempat ke tempat
lainnya.
Keadaan-keadaan saat ini seperti yang telah
diuraikan di atas mengindikasinya dua hal
penting. Pertama, produksi batubara di
ASEAN masih akan bertumpu pada Indonesia
sebagai eksportir utama di ASEAN. Kedua,
cara alterntif untuk menggunakan batubara
sebagai pilihan bahan bakar menawarkan
prospek nilai perdagangan batubara baik
intra-ASEAN maupun di luar kawasan ini.
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 11
M
EA yang akan datang mendorong
pertumbuhan ekonomi negara-
negara ASEAN karena perdagangan
intra-ASEAN membuka peluang bagi seluruh
komoditas untuk melintasi negara lainnya di
kawasan tanpa batas. Pertumbuhan ekonomi
ini diikuti oleh kegiatan industri secara masif
di negara ASEAN yang tak terelakkan terus
meningkat. Untuk memenuhi permintaan
pasar, diperlukan kecukupan sumber daya
energi (seperti minyak, batubara dan gas)
sehingga kegiatan industri bisa dilakukan
sebagaimana mestinya.
Terkait dengan kebutuhan energi yang
sangat banyak, ASEAN menciptakan inisiatif
energi bersama yang disebut Pusat Energi
ASEAN (ASEAN Centre for Energy/ACE) untuk
mempererat kerjasama energy antara
negara-negara anggota. Rencana faktual dari
inisiatif ini adalah Rencana Aksi ASEAN untuk
Kerjasama Energi (ASEAN Plan of Action for
Energy Cooperation/APAEC). APAEC
bertujuan untuk mencapai ketahanan energi
dan keberlanjutan ASEAN di bidang
kesehatan dan lingkungan melalui
penggunaan lebih lanjut Teknologi Batubara
Bersih. Tidak hanya itu, APAEC juga berupaya
memfasilitasi perdagangan batubara di
ASEAN dalam ketahanan energi regional
lanjutan. APAEC sudah berlangsung dalam 3
periode, yakni 1999-2004, 2005-2009 dan
2010-2015. Dua rencana terbaru yang digagas
adalah memenuhi kebutuhan energi ASEAN
yang diramalkan akan bertambah dua kali
lipat dari 2005 ke 2030 sejalan dengan
pelaksanaan AEC.22
Terkait batubara, keberadaan APAEC
diharapkan bisa menggalakkan batubara dan
teknologi batubara bersih, juga memperluas
perdagangan dan investasi batubara intra-
ASEAN untuk ketahanan energi kawasan,
Rencana-rencana tersebut dijalankan melalui
penyertaan AFOC di bawah pengawasan ACE
22	 Ibid.
Kebijakan Energi ASEAN
Strategy Action
1.	 Development of Energy Efficiency
Policy and Build Capacity
1.	 Develop a clear policy and plan to promote energy efficiency.	
2.	 Setting national energy efficiency target and develop a plan to monitor the
results.	
3.	 Strengthen human capacity and enhance infrastructure to facilitate the EE
policy and plan.	
2.	 Awareness raising and
dissemination of information
1.	 Develop and run EE&C campaigns to raise awareness, emphasizing on global
environmental issues
2.	 Disseminate information using all appropriate medias (including energy
labels) to help energy consumers make a right decision
3.	 Demonstrate best energy practices and successful cases, e.g, public-private
sector collaboration on EE&C
3.	 Promoting good energy
management practices, especially
for industrial and commercial
sectors
1.	 Develop regulation and / or provide incentives to encourage good energy
management practices in facilities
2.	 Build up capacity for all stakeholders to implement good energy
management
4.	 Facilitation of Energy Efficiency
Financing
1.	 Develop mechanism (s) to enhance financing for energy efficiency and
conservation project implementation
2.	 Increase involvement of banking sector and financial institutes both domestic
and international agencies in financing energy efficiency projects
12
sebagai sekretariat, yang melibatkan para
pejabat dari Kementerian Energi masing-
masing negara ASEAN. Tiap tahun AFOC
menggelar pertemuan untuk menerima
laporan tiap negara ASEAN mengenai
pertambangan, cadangan dan perdagangan
batubara. Pertemuan semacam ini
bermanfaat untuk memetakan tantangan-
tantangan pertambangan dan perdagangan
batubara intra-ASEAN, berbagi informasi
mengenai kebutuhan energy dan mencari
mitra perdagangan potensial.
Pada tahap ini, keberadaan ACE
mengakomodasi kerangka besar negara-
negara ASEAN terkait dengan aspek-aspek
penting yang harus dijalankan, misalnya
penggunaan teknologi batubara bersih dan
pembangunan pembangkit tenaga listrik.
Kerjasama yang dibuat di bawah ACE
memberikan panduan bagi tiap negara untuk
merumuskan kebijakan energy nasionalnya
yang diselaraskan dengan tujuan kawasan.
Kebijakan pada tataran regional yang
disetujui pada 2009, misalnya, menguraikan
dua aspek penting: upaya pengurangan
intensitas kawasan hingga 8% pada 2015,
berdasarkan tingkat pada 2005 (di bawah
Area Program No. 4 Efisiensi Energi dan
Kerjasama); dan upaya untuk meraih target
kolektif 15% untuk energi terbarukan dalam
kapasitas listrik terpasang total pada 2015.23
Program-program terakhir pada tataran
regional antara lain: membangun citra
batubara ASEAN, mengembangkan Indeks
Harga Batubara ASEAN, menetapkan
laboratorium dan standar-standar batubara,
memajukan perdagangan batubara intra-
ASEAN dengan memfasilitasi perjanjian pasok
batubara jangka panjang, baik secara
bilateral maupun multilateral, merumuskan
nota kesepahaman yang mirip dengan
Perjanjian Ketahanan Minyak Bumi ASEAN
untuk meningkatkan ketahanan pasok
batubara regional dan membangun strategi/
aksi menuju penyelerasan praktik-praktik
lokal untuk mendorong perdagangan
batubara dan berbagi sumber daya dan
fasilitas.24
Program-program tersebut
meneguhkan upaya ASEAN untuk
membangun komitmen mengatasi persoalan
energi.
23	 Energy Management Policy in Indonesia and ASEAN,
presentation for Workshop for ASEAN Coal Database
and Information System 9-12 July 2012, accessed on
December 10th 2014 through http://www.aseanenergy.
org/media/documents/2012/08/03/f/i/file_2.pdf
24	 ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC
2010-2015), Op.Cit.
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 13
N
egara-negara ASEAN menyoroti
beberapa hal penting terkait energi,
seperti pemenuhan energi domestik
secara mencukupi, kalkulasi harga yang wajar
dan stabil, eksplorasi sumber-sumber di
dalam teritorinya, efisiensi dan konservasi
energi dan dampak-dampak terhadap
lingkungan. Secara umum, bisa dikatakan
bahwa kebijakan energi tiap negara ASEAN
memiliki suatu kesamaan yang lantas
menyediakan ruang untuk membangun
kerjasama lebih lanjut di dalam mengelola
aspek-aspek energi.
Khusus terkait aspek batubara, perdagangan
batubara intra-kawasan telah diatur dalam
Area Program No. 3 melalui pembentukan
AFOC. Sejalan dengan AEC, AFOC bekerja
untuk menciptakan pelbagai pedoman
mengenai specifikasi batubara, produsen dan
konsumen di ASEAN, maupun mengorganisir
suatu jaringan laboratorium batubara di
ASEAN untuk menyelaraskan standar analisis
batubara dalam rangka meningkatkan
perdagangan batubara intra-kawasan.25
Namun demikian, berkenaan dengan
kapasitas produksi batubara yang berbeda-
beda, tiap negara ASEAN menjalankan
kebijakan yang berbeda terkait dengan
kebutuhan dan tujuan dalam negerinya.
Perbedaan kebijakan tersebut seringkali
dipengaruhi oleh kandungan sumber daya
dan keterbatasan kapasitas sumber daya.
Negara dengan sumber daya batubara dan
tambang yang berlimpah seperti Indonesia
dan Malaysia secara relatif
memperdagangkan sumber daya
batubaranya dengan negara-negara lain di
kawasan ketimbang negara-negara denga
25	 “Programme Area No.3”, diakses pada 10 Desember
2014 melalui situs ASEAN Secretariat http://www.asean.
org/news/item/programme-area-no-3-coal
sumber daya yang lebih sedikit. Selain itu,
kebijakan energi yang berlainan ini juga
tercermin dari keputusan perdagangan
energi. Sebagai contoh, kebijakan energi
Laos untuk tidak mengekspor hasil produksi
dan cadangan seluruh jenis batubaranya
dimaksudkan untuk memasok konsumsi
domestiknya yang tinggi. Contoh lainnya,
Singapura sebagai negara yang sumber daya
energinya tidak memadai, sangatlah
bergantung pada impor energi. Hal ini
menempatkan Singapura pada posisi di
bawah dinamika pasokan energi. Untuk
menghadapi kondisi ini, salah satu kebijakan
yang ia ambil adalah meningkatkan efisiensi
energi dalam Undang-Undang Konservasi
Energi 2013.26
Agenda ini memenuhi
kebijakan energi di ASEAN yang
menganggap energi efisien dan bersih
sebagai isu krusial dalam menjamin cadangan
dan kesinambungan energi di ASEAN. Di sisi
lain, serupa dengan Singapura, Filipina juga
menaruh perhatian pada peningkatan
efisiensi dalam konsumsi energinya.
Meskipun ia tercatat sebagai produsen
geothermal terbesar di dunia, Filipin masih
tergantung pada impor energi. Ini menjadi
alasan bagi negara tersebut untuk berfokus
pada efisiensi energi dan jaminan akses
energi domestik.
Kepemilikan sumber daya alam yang
berbeda-beda, yang menyebabkan beragam
kebijakan ini, menjadi justifikasi untuk
memaksimalkan kebijakan energi di ASEAN.
Capaian ini memastikan pasokan energi dan
keberlanjutan maupun kebijakan energi
domestik dari masing-masing negara ASEAN.
26	 “Singapore: Energy Efficiency in the Industry”, diakses
pada 23 Desember 2014 melalui http://www.sgc.org.
sg/fileadmin/ahk_singapur/DEinternational/IR/diffIR/
Energy_Efficiency_in_the_Industry_June_2014.pdf
Strategi Negara-Negara ASEAN
14
K
etersediaan sumber daya yang berlim-
pah dan harga yang kompetitif
menempatkan batubara sebagai pilihan
energi yang menonjol. Menurut perkiraan,
penggunaan batubara akan naik secara ajek
and mencapai 58% pada 2035 di bawah
skema bisnis seperti biasa. Di sisi lain,
batubara ialah salah satu dari pencemar
lingkungan yang utama. Jumlah batubara
yang besar membutuhkan penataan yang
baik sebagai bentuk tanggung jawab
lingkungan dan upaya memaksimalkan
manfaat ekonominya. ASEAN perlu
menciptakan teknologi batubara yang bersih
dan efisien yang mahal harganya serta
sumber daya manusia yang cakap untuk bisa
mengoperasikan teknologi tersebut secara
optimal. Dalam kaitan batubara sebagai
alternatif energi masa depan, dibutuhkan
bukan saja kepentingan negara-negara
ASEAN untuk mengamankan cadangan,
pengembangan dan keberlanjutan batubara,
melainkan juga sumbangsih negara-negara
maju untuk membantu pendanaan dan
memperbaiki kualitas sumber daya manusia
ASEAN yang arahnya tergantung pada
perkembangan teknologi batubara bersih.
Sebuah teknologi yang diperkenalkan
sebagai solusi terhadap efek lingkungan dari
pemakaian batubara ialah Teknologi
Batubara Bersih (Clean Coal Technologies/
CCTs). Menurut Shi dan Jacobs,
“CCTs meliputi pelbagai teknologi yang
terentang dari perspektif batubara melalui
pembakaran dan pembersihan gas limbah
hingga tangkapan dan penyimpanan
karbon (carbon capture and storage/CCS),
yang akan mengurangi intensitas emisi
pencemar batubara dan menjadikan
batubara lebih bersih.” 27
27	 Xunpeng Shi and Brett Jacobs, Clean Coal Technologies
in Developing Countries, diakses pada 23 Desember
Mereka juga memperlihatkan bahwa
pengembangan dan penerapan CCTs
dipercaya bukan hanya sebagai kunci untuk
mendamaikan ketegangan antara pemakaian
batubara dan lingkungan, melainkan juga
menjanjikan keuntungan ekonomi,
sebagaimana yang mereka catat,
“Meskipun CCTs biasanya menimbulkan
biaya-biaya tambahan, teknologi ini juga
bisa mendatangkan keuntungan-
keuntungan ekonomi selain lingkungan.
Sebagai contoh, teknologi pembangkit
listrik daur kombinasi gasifikasi batubara
terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi
hingga 20-30 persen dibandingkan dengan
pembangkit listrik tenaga uap
konvensional; karbondioksida yang
ditangkap dari pembangkit listrik CCS bisa
dialirkan ke ladang-ladang minyak untuk
menaikkan tingkat pemulihan minyak
sebanyak 4–18 per cent; dan teknologi
penyimpanan karbon, seperti penciptaan
arang, bisa memperbaiki kesuburan tanah,
produktivitas pertanian dan kualitas air.
CCTs juga dapat membuka peluang ekspor
bagi negara-negara berkembang. Batubara
peringkat rendah yang dinaikkan mutunya
— semisal batubara coklat di Indonesia
yang sebelumnya tidak memiliki pasar —
mungkin mengembangkan peluang-
peluang ekspor teknologi bersih dan
efisien.”28
Lebih lanjut, Laporan Energi Dunia 2013
menjelaskan bahwa efisiensi energi melalui
pengurangan impor dan alternatif batubara
dan gas alam menjanjikan keuntungan
ekonomi bagi ASEAN. Ini akan menambah
simpanan penghematan impor negara-
2014, melalui http://www.eastasiaforum.org/2012/09/25/
clean-coal-technologies-in-developing-countries/ Detil
lihat juga Xunpeng Shi,China’s Attempts to Minimize
non-CO2 Emissions from Coal: Evidence of Declining
Emission Intensity, Environment and Development
Economics 16. (2011): 573-590.
28	 Ibid.
Penggunaan batubara yang bersih dan efisien di ASEAN:
Manfaat ekonomi
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 15
Grafik 2 Keuntungan Ekonomi terkait Efisiensi Energi
Sumber: Grafik diadopsi dari Xunpeng Shi and Brett Jacobs, Clean Coal Technologies
in Developing Countries, diakses pada 23 Desember 2014, melalui http://www.
eastasiaforum.org/2012/09/25/clean-coal-technologies-in-developing-countries/
negara ASEAN yang pada akhirnya
bersumbangsih terhadap kenaikan GDP
(gross national product/GDP) hamper 2%
(Grafik 2). 29
Argumentasi yang serupa juga
membenarkan kebutuhan akan efisiensi
pemakaian batubara untuk memberikan
keuntungan ekonomi yang
berkesinambungan di masa mendatang.
Di ASEAN, implementasi CCTs diatur dalam
Pernyataan Menteri Gabungan (Joint
Ministerial Statement/JMS) pada Pertemuan
Energi ASEAN ke-32 (ASEAN Energy Meeting/
AMEM) pada 23 September 2014 in
Vientiane, Laos. Dalam upaya menjalankan
29	 Maria van der Hoeven, Op.Cit
CCTs, kerjasama dengan mitra dialog (Japan,
China, dan Korea) dibina, khususnya dalam
pengembangan dan pendanaan teknologi.
Pelaksanaan APAEC berkontribusi terhadap
kesadaran nasional mengenai cadangan
energinya, seperti yang dialami Indonesia
pada 2010 hingga 2013. Indonesia berhasil
memperluas cadangan batubaranya dari
21,13 milyar ton pada 2010 ke 31,36 milyar
ton di 2013.30
Indonesia juga dipengaruhi
rencana APAEC di dalam mewujudkan
teknologi batubara bersih sebagai strategi
batubara jangka panjangnya.
30	 “Country Reports Updates of Indonesia”, Ministry of
Energy and Mineral Resources, dibawakan pada 12th
AFOC Meeting, Thailand, 21-22 Mei 2014.
Additional
exportrevenue
Change
in GDP
Gains in fossil-fuel trade balances Increase in GDP
35
30
25
20
15
10
5
200
160
120
80
40
	Coal	 Gas	 Oil 	2020	 2025	 2030	2035
Import cost
savings
Percentage change in
GDP (right axis)
Billiondollars(2012)
Billiondollars(2012)
2.5%
2.0%
1.5%
1.0%
0.5%
16
M
enurut penjelasan dan tinjauan
rantai nilai di atas, untuk sampai
pada jawaban mengenai prospek
rantai nilai pertambangan dan perdagangan
batubara di ASEAN, makalah ini harus
menentukan beberapa faktor yang akan
mempengaruhi alur produksi dan
perdagangan, seperti tren perdagangan,
teknologi, tata kelola, transportasi dan
konektivitas, dan tentunya kebijakan energi
ASEAN. Faktor-faktor ini dibahas dengan
pertimbangan Masyarakat Ekonomi ASEAN
yang akan datang.
Pertama, tren perdagangan. Minyak biasanya
merupakan sumber daya utama yang
dikonsumsi negara-negara ASEAN. Namun,
sementara cadangan minyak di ASEAN
sedang terkuras, batubara muncul sebagai
sumber daya lain yang bisa dieksplorasi.
Berdasarkan data pandangan energy ASEAN
selama 1999 hingga 2007, batubara
merupakan sumber energi dengan
pertumbuhan tertinggi. Permintaan yang
tinggi terhadap batubara adalah akibat dari
jumlah instalasi pembangkit listrik tenaga
uap yang makin banyak di berbagai penjuru
negara-negara ASEAN. Konsumsi batubara
diproyeksikan akan naik sekitar 7,7% per
tahun dari 2007 hingga 2030 dikarenakan
instalasi pembangkit listrik dan industri. Tren
batubara dan tambang lebih jauh dijelaskan
oleh jumlah perdagangan intra-ASEAN31
di
sektor tambang dan batubara pada 2010
yang naik dua kali lipat di 2013 dan mencapai
lebih dari 11 milyar dolar AS di dalam neraca.
Situasi ini membuktikan bahwa konsumsi
energi di ASEAN makin meningkat
sebagaimana halnya permintaan batubara di
kawasan tatkala waktu pelaksanaan MEA
31	 Baik ekspor maupun impor
Tantangan dan Peluang Sektor
Batubara dalam Menghadapi AEC
kian dekat. Ia juga menjamin kelanjutan
rantai nilai dalam hal pasokan dan
permintaaan karena meskipun produksi
batubara dan tambang secara terus-menerus
ditingkatkan, permintaan datang dan datang
lagi.
Kedua, teknologi, tata kelola, transporatasi
dan konektivitas. Keempat aspek ini saling
terhubung bagi kelancaran produksi karena
rantai nilai menekankan alur produksi, yang
melibatkan akses yang mudah terhadap
teknologi modern dan distribusi.
Perkembangan teknologi modern diperlukan
oleh berbagai Negara untuk membina
produksi energi. Semakin canggih teknologi,
semakin efisien produksi dan ini akan
mengakibatkan kualitas yang tinggi. Namun,
hal ini berlangsung secara beragam di
pelbagai negara, seperti Myanmar dan
Kamboja yang masih memiliki akses terbatas
terhadap teknologi moder, sementara
Singapura telah mencapai akses 100 persen.32
Keadaan ini memicu beberapa negara di
ASEAN, di mana pemerintah dan perusahaan
milik negara tidak mampu membangun
teknologi tinggi untuk mengolah batubara
dan bahan tambang di tanah mereka di
bawah regulasi dan izin yang spesifik.
Karena batubara diklaim sebagai sumber
energi yang digemari ketimbang minyak
dikarenakan harganya yang lebih murah dan
fleksibilitas untuk didistribusikan,
permasalahannya tidak lagi berkisar di
seputar batubara sebagai suatu material.
Tantangan muncul dalam bentuk seberapa
cepat dan mudahnya batubara dibawa dari
32	 Hanan Nugroho, “ASEAN Energy Cooperation: Facts and
Challenges”, The Jakarta Post, 19 Mei 2011, diakses pada
11 Desember 2014 melalui http://www.thejakartapost.
com/news/2011/05/19/asean-energy-cooperation-facts-
and-challenges.html
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 17
produsen ke konsumen, misalnya dari
Indonesia ke Kambodia. Menurut sifat
integrasi pasar, kekangan tapal bebas
lambat-laun menghilang seiring
mendekatnya AEC, yang berarti menurunnya
biaya perdagangan batubara intra-kawasan.
Tata kelola adalah elemen kunci rantai nilai
yang tak terpisahkan. Terkait upaya
membangun rantai nilai global dan regional,
kebijakan domestik (termasuk nilai tambah
proses batubara dan tambang menjadi
sedemikian esensial. Isu tata kelola juga
terkait dengan transportasi pendapatan yang
dikumpulkan industri batubara dan tambang.
Indeks Tata Kelola Sumberdaya yang
mengukur kualitas tata kelola di bidang
minyak, gas dan tambang di 58 negara
dengan melihat empat area utama
transparansi dan akuntabilitas, semisal
pengaturan institusional dan hukum,
pelaporan praktik penyingkapan informasi
pemerintah, kehadiran dan kualitas dan
mekanisme cek dan kekeliruan yang
mendorong integritas dan menjaga konflik
kepentingan, tata kelola lingkungan yang
lebih luas, yang berdasarkan lebih dari 30
tindakan eksternal akuntabilitas, efektivitas
pemerintah, supremasi hukum, korupsi dan
demokrasi. Grafik of RGI di bawah ini
memperlihatkan bahwa kebanyakan negara
ASEAN masih berkinerja buruk karena indeks
tersebut.33
Laporan utama laporan RGI menunjukkan
Negara ASEAN masih kekurangan hokum dan
institusi yang bisa mendorong integrits dan
keterbukaan, yang mendorong pada
performa yang lembah, kekurangan
pengawasan akan keputusan perizinan yang
efektif, kontrol terhadap korupsi dan
supremasi hukum, dan Kamboja, Myanmar
dan Vietnam menerbitkan informasi yang
sangat sedikit mengenai pendapatan sumber
daya.34
Dari kondisi ini penting bagi Negara-
negara untuk menjamin pendapatan dari
minyak, gas dan pertambangan digunakan
33	 Resources Governance Index: A measure of transparency
and accountability in the oil, gas and mine sector,
Revenue Watch Institute: 2013
34	Ibid
Chart 3: East Asia and Pacific Index scores and ranking
Sumber:Resources Governance Index, 2013, Asia Pacific Index Revenue
Watch Institute (Country by country report : http://www.
resourcegovernance.org/rgi)
18
untuk kesejahteraan masyarakat.
Untuk masa depan rantai nilai, konektivitas
terpadu antara negara-negara di ASEAN
harus diwujudkan. Terwujudnya hal ini akan
meningkatkan efisiensi distribusi di ASEAN.
Singapura, dengan lokasinya yang strategis
dan teknologinya yang modern, ideal untuk
dijadikan pusat yang menghubungkan
perdagangan batubara dan tambang dari
seluruh negara di kawasan. Singapura sudah
sangat dikenal sebagai pusat utama
perdagangan minyak dan maritim sejak lama
karena ia meliputi serangkaian kegiatan dari
seluruh rantai suplai mulai dari manajemen
eksplorasi, kilang, pemasaran dan
perdagangan produk-produk energi.35
Akibatnya, rencana tersebut juga akan
berjalan untuk perdagangan batubara dan
tambang.
Ketiga, kebijakan energi ASEAN.
Keberlanjutan Pusat Energi ASEAN,
khususnya Rencana APAEC, memberikan
panduan bagi tiap negara di ASEAN untuk
menyusun kebijakan energi nasionalnya yang
memenuhi standar kebutuhan regional,
sebagai contoh pembangunan pembangkit
listrik, perjanjian untuk mengurangi emisi
karbon dan penggunaaan teknologi batubara
bersih. Agenda untuk memperbesar
perdagangan batubara dan tambang intra-
ASEAN juga menandakan bahwa ASEAN
bergerak maju untuk mencapai swasembada
regional. Alasan mengapa hal ini penting,
sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya,
adalah karena swasembada energi akan
menggiring pada pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan industri yang krusial dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Persisnya, kebijakan yang selaras akan
membuat produksi dan distribusi di kawasan
tidak bermasalah, sehingga masing-masing
negara memiliki kemampuan untuk
35	 Mark Hong, “Overview of Singapore’s Energy Situation”,
Energy Perspectives on Singapore and the Region,
(Singapore: ISEAS, 2007), 2-3.
mengekspor dan mengimpor komoditas
tersebut di kawasan dengan cermat, yang
secara langsung mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan energi nasional.
Penutup
Selain itu, penyebaran teknologi modern
juga penting untuk memajukan negara-
negara dengan akses yang terbatas. Hal ini
membantu negara-negara untuk mengelola
dan melakukan produksi batubara dan
tambang secara tepat dan menghasilkan
produk-produk bermutu tinggi. Melalui
kemampuan untuk memenuhi permintaan
dan standar batubara dan tambang yang
baik, negara-negara tersebut lantas secara
aktif mendukung perdagangan batubara dan
tambang intra-ASEAN. Sebagai tambahan,
untuk mengatasi tantangan batubara sebagai
sumber energi yang menyumbang
pencemaran lingkungan, teknologi maju juga
diperlukan. Dalam konteks ini, penguatan
kerjasama regional baik intra-ASEAN maupun
dengan mitra ASEAN akan menjadi
alternative untuk mencapai perdagangan
batubara dan tambang yang menguntungkan
dari sisi ekonomi dan lingkungan.
Lebih lanjut, kesiapan negara-negara ASEAN
terhadap AEC, khususnya di dalam
perdagangan batubara dan tambang, tidak
hanya bersandar pada strategi domestik tiap
negara, tetapi juga kerjasama dan koordinasi
dalam isu-isu energi termasuk sector
batubara dan tambang pada tingkat ASEAN
seharusnya dimaksimalkan. Potensi kerjasama
untuk pembangunan dan perdagangan
tambang dan batubara harus juga menjadi
strategi kunci bagi negara-negara ASEAN.
Kerangka bersama yang baik di dalam
manajemen, pembangunan dan perdagangan
haruslah dibangun, karena tanpanya, AEC
hanya akan menjadi retorika ASEAN semata.
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 19
Daftar Pustaka
“Country Reports Updates of Indonesia” . Ministry of Energy and Mineral Resources. delivered in
12th
AFOC Meeting, Thailand, 21-22 May 2014.
“Energy Management Policy in Indonesia and ASEAN”. Presentation for Workshop for ASEAN Coal
Database and Information System. 9-12 July 2012. http://www.aseanenergy.org/media/
documents/2012/08/03/f/i/file_2.pdf
“Programme Area No.3”. ASEAN Secretariat Website. http://www.asean.org/news/item/programme-
area-no-3-coal
“Singapore Energy Efficiency in the Industry” 2014. http://www.sgc.org.sg/fileadmin/ahk_singapur/
DEinternational/IR/diffIR/Energy_Efficiency_in_the_Industry_June_2014.pdf
ASEAN Economic Community Blueprint. ASEAN Secretariat Website. 2008. http://www.asean.org/
archive/5187-10.pdf
ASEAN Economic Community Scorecard: Charting Progress Toward Regional Economic Integration
Phase 1 (2008-2009) and Phase II (2010-2011). 2012. http://www10.iadb.org/intal/intalcdi/
PE/2012/10132.pdf
ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation. 2012. http://aseanenergy.org/media/
filemanager/2012/10/11/f/i/file_1.pdf
BP Statictical Review of World Energy 2014, accessed on December 21st
2014, through http://www.
bp.com/en/global/corporate/about-bp/energy-economics/statistical-review-of-world-energy/
review-by-energy-type/coal/coal-consumption.html
Global Methane Initiative, https://www.globalmethane.org/documents/toolsres_coal_overview_
ch37.pdf
Hoeven, Maria van der. Southeast Asia Energy Outlook. 2013. http://www.iea.org/publications/
freepublications/publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf
Hong, Mark. “Overview of Singapore’s Energy Situation” in Energy Perspectives on Singapore and
the Region. (Singapore: ISEAS, 2007): 2-3.
IEA Clean Coal Centre, http://www.iea-coal.org/documents/82373/7605/Prospects-for-coal-and-
clean-coal-technologies-in-Malaysia-%28CCC/171%29
Kaplinsky, Raphael and Mike Morris. A Handbook for Value Chain Paper.
Nugroho, Hanan. “ASEAN Energy Cooperation: Facts and Challenges”. Jakarta Post May 19th
2011.
http://www.thejakartapost.com/news/2011/05/19/asean-energy-cooperation-facts-and-
challenges.html
Resources Governance Index: A measure of transparency and accountability in the oil, gas and mine
sector, Revenue Watch Institute: 2013
Szczudlik-Tatar, Justyna. “Regionalism in East Asia: A Bumpy Road to Asia Integration,” Policy
Paper No. 16, (2013): 3.
20
Shi, Xunpeng and Brett Jacobs. “Clean Coal Technologies in Developing Countries” East Asia
Forum. 2012. http://www.eastasiaforum.org/2012/09/25/clean-coal-technologies-in-developing-
countries/
Shi, Xunpeng. China’s Attempts to Minimize non-CO2 Emissions from Coal: Evidence of Declining
Emission Intensity, Environment and Development Economics 16. (2011): 573-590.
Sivavong, Viroj. Electricity Generating Authority Thailand, Coal Demand/Supply Outlook in
Thailand. 2009. http://www.kier.re.kr/upload/2009APEC-EGCFE/%28Session3-B%29Coal%20
Demand-Supply%20Outlook%20in%20Thailand.pdf
World Coal Association. “Coal Fact 2014”. International Energy Agency. Coal Information 2014. BP
Statistical Review of World Energy 2014.
Vichett, Chrea. Current Situation of Mining Industry in Cambodia. (Cambodia: General Department
of Mineral Resources of Cambodia, 2013).
ASEAN Coal Trend
Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 21
Asra Virginianita, pengajar di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia (UI). Memperoleh gelar PhD
dari Universitas Meiji gakuin, Jepang pada 2014. Dia adalah manajer riset
di Pusat Studi Jepang UI, peneliti utama DIKTI mengenai “Persepsi dan
Kebijakan Pemerintah Daerah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (AEC)”. Dia pernah menjadi pembicara di berbagai seminar
mengenai AEC di Makasar, Jambi; seminar internasional yang diadakan
Pusat Kajian Hubungan Internasional(CIRes)- FISIP UI. Dia juga aktif
menulis opini di berbagai media dan jurnal, seperti The Jakarta Post,
Global and Strategies Journal Airlangga University.
Santi H Paramitha lahir pada 11 Maret 1992 di Surabaya, Jawa
Timur. Dia lulus dari Jurusan Hubungan Internasional UI pada
2014. Dia aktif terlibat sebagai contributor dan asisten
peneliti di Pusat Kajian ASEAN, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik UI. Isu-isu yang dia tekuni meliputi Perjanjian Dagang
Bebas ASEAN-China dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Meliana Lumbantoruan lahir pada 5 Juli di Indrapura, Sumatra Utara. Dia
meraih gelar master dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah
Mada pada 2013. Dia mengelola divisi manajemen riset dan pengetahuan
dan juga program Southeast Partnership for Extractive Reform  di Publish
What You Pay. Minatnya mencakup rantai suplai, Masyarakat Ekonomi
ASEAN, tata kelola industry ekstraktif, advokasi masyarakat dan isu-isu
pembangunan berkelanjutan.
Biografi Singkat Penulis
Website: www.pwyp-indonesia.org
Email: sekretariat@pwyp-indonesia.org
Facebook Fanpage: Publish What You Pay Indonesia
Twitter: @PWYP_Indonesia
ASEAN energy consumption is forecasted to rise because of the significant
growth of economy and population in the region. Coal use continuously increase
as a replacement for oil and natural gas. ASEAN plays significant roles in coal
consumption and production in Asia Pacific. Using the value chain approach, it
is projected that coal producer countries in ASEAN will have the chance to
maximize the market through bilateral trade or AEC framework. The AEC can
foster market integration in ASEAN, builds awareness of ASEAN countries to
develop their infrastructure in energy sufficiency, as well as develops clean coal
technology. Coal production in ASEAN will still leant on Indonesia as the main
exporter in ASEAN. Energy policy of each country in ASEAN has a lot of things in
common, which provides the space of building further regional coooperation in
managing energy features. The future of coal sector in ASEAN will highly
depends on advancement of technology, improvement of governance, effeciency
of transportation, and connectivity between the countries. Strengthening
cooperation and coordination must be a key strategy for ASEAN countries to
ensure readiness in facing AEC.
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi masyarakat sipil untuk
transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif migas, pertambangan,
kehutanan dan sumber daya alam lainnya. PWYP Indonesia terafiliasi dalam
kampanye global Publish What You Pay. Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar
sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi
Sumberdaya Ekstraktif. Aktivitas PWYP Indonesia di sepanjang rantai nilai sumberdaya
ekstraktif berfokus pada transparansi dan akuntabilitas fase sebelum kontrak dan
operasi pertambangan (publish why you pay and how you extract); fase produksi
dan menghasilkan pendapatan negara (publish what you pay); fase pemanfaatan
pendapatan ekstraktif untuk kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan (publish
what you earn and how you spend).

Contenu connexe

Similaire à Tren Batubara ASEAN Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC)

Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013
Rattapong Rattahayo
 
Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
 Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
SYAFRINASUTION
 

Similaire à Tren Batubara ASEAN Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) (7)

Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
 
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baruUrgensi pengendalian produksi batubara baru
Urgensi pengendalian produksi batubara baru
 
bab 3 kelas 8.pptx
bab 3 kelas 8.pptxbab 3 kelas 8.pptx
bab 3 kelas 8.pptx
 
Bppt outlook energi indonesia 2013
Bppt   outlook energi indonesia 2013Bppt   outlook energi indonesia 2013
Bppt outlook energi indonesia 2013
 
PPT_INCOMA_AMSTR_HOW_TO_CLEAN_CHEMICHAL.pptx
PPT_INCOMA_AMSTR_HOW_TO_CLEAN_CHEMICHAL.pptxPPT_INCOMA_AMSTR_HOW_TO_CLEAN_CHEMICHAL.pptx
PPT_INCOMA_AMSTR_HOW_TO_CLEAN_CHEMICHAL.pptx
 
Tugasan CBA ekopelancongan penternakan rusa.
Tugasan CBA ekopelancongan penternakan rusa.Tugasan CBA ekopelancongan penternakan rusa.
Tugasan CBA ekopelancongan penternakan rusa.
 
Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
 Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
Interaksi Antarnegara-negara ASEAN.pptx
 

Plus de Publish What You Pay (PWYP) Indonesia

Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 

Plus de Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)

Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English VersionNewsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
Newsletter Voicing for Life April 2020 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019Newsletter Voicing for Life Desember 2019
Newsletter Voicing for Life Desember 2019
 
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English VersionNewsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
Newsletter Voicing for Life Desember 2019 - English Version
 
Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020Newsletter Voicing for Life April 2020
Newsletter Voicing for Life April 2020
 
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in IndonesiaRevenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
Revenue and Fiscal System of Oil and Gas in Indonesia
 
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITIKeterbukaan Kontrak dalam EITI
Keterbukaan Kontrak dalam EITI
 
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
Akses Informasi Publik dan Keterbukaan Kontrak/Izin Industri Ekstraktif di 6 ...
 
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
Opportunities and Challenges of Contract Transparancy in the Implementation o...
 
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
Acces to Public Information and Openess of Extractive Industry Contract / lic...
 
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
Newsletter - Open Contracting - Juli 2020
 
Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020Newsletter - Open Contracting - July 2020
Newsletter - Open Contracting - July 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
Newsletter - Open Contracting - Mei 2020
 
Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020Newsletter - Open Contracting - May 2020
Newsletter - Open Contracting - May 2020
 
Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020Newsletter - Open Contracting - April 2020
Newsletter - Open Contracting - April 2020
 
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
Newsletter - Open Contracting - Desember 2019
 
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat...
 
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesiaKerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
Kerangka Hukum keterbukaan Kontrak Migas dan Minerba di indonesia
 
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership TransparencyContract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
Contract Disclosure and Beneficial Ownership Transparency
 
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITIPeluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
Peluang dan Tantangan Keterbukaan Kontrak dalam Pelaksanaan Standar EITI
 
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
Legal Framework of Contract Disclosure of Oil and Gas, Mineral and Coal Secto...
 

Dernier (6)

GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptxGEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
 
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjmodul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
JSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisisJSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisis
 
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptxPPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
 
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
 
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .pptSukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
Sukses Budidaya Jagung Manis hibrida .ppt
 

Tren Batubara ASEAN Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC)

  • 1. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) i Tren Batubara ASEAN Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) Asra Virgianita, Ph.D Santi Hapsari Paramitham, S.Sos Meliana Lumbantoruan, M.A
  • 2. ii Tren Batubara ASEAN: Tantangan dan Peluang Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) ISBN : ..... KDT : ..... Writer Asra Virgianita,Ph.D. Dosen, Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia Santi Hapsari Paramitham,S.Sos. Pemakalah, Pusat Studi ASEAN, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia Meliana Lumbantoruan,M.A. Manajer Riset dan Pengetahuan, Publish What You Pay Indonesia Peninjau Maryati Abdullah Koordinator Nasional, Publish What You Pay Indonesia Jensi Sartin Manajer Pengembangan Program, Publish What You Pay Indonesia Hak cipta dilindungi Edisi Pertama, 2015 Makalah ini diterbitkan oleh Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif-Publish What You Pay Indonesia, dengan dukungan dari Natural Resource Governance Institute, United Stated Agency for International Development (USAID). Isi makalah adalah tanggung jawab Publish What You Pay (PWYP) Indonesia dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan USAID, pemerintah Amerika Serikat, atau Natural Resource Governance Institute (NRGI). Publish What You Pay Indonesia Jl. Tebet Utara 2C No.22B, Jakarta Selatan 12810, Indonesia Telp/Fax :+62-21-8355560 | E: sekretariat@pwyp-indonesia.org
  • 3. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) iii Daftar Isi Abstrak.............................................................................................................................3 Pengantar........................................................................................................................4 Pola Perdagangan Batubara dan Rantai Suplai Global: Sebuah Tinjauan..................6 Masyarakat Ekonomi ASEAN: Jalan menuju Integrasi................................................10 Tren Batubara dan Kesiapan Negara-negara ASEAN Menyongsong AEC................12 Prospek Batubara di Kawasan ASEAN ....................................................................12 Kebijakan Energi ASEAN .........................................................................................14 Strategi Negara-negara ASEAN ...............................................................................16 Penggunaan Batubara Bersih dan Efisien di ASEAN: Manfaat Ekonomi..............17 Tantangan dan Peluang Sektor Batubara Menghadapi AEC.....................................19 Penutup.........................................................................................................................22 Daftar Pustaka...............................................................................................................23
  • 4. iv K onsumsi energi ASEAN diprediksi akan meningkat karena pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang signifikan di kawasan ini. Penggunaan batubara secara terus-menerus meningkat sebagai pengganti minyak dan gas. ASEAN memegang peran yang penting dalam konsumsi dan produksi batubara di Asia Pasifik. Berdasarkan pendekatan rantai nilai, negara produsen batubara di ASEAN berpeluang untuk memaksimalkan pasar baik melalui perdagangan bilateral maupun kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/ AEC). AEC dapat membantu mengintegrasikan pasar di ASEAN, membangun kesadaran negara-negara ASEAN untuk mengembangkan prasarana kecukupan energi maupun teknologi batubara bersih. Produksi batubara di ASEAN masih akan bersandar pada Indonesia sebagai eksportir utama di ASEAN. Kebijakan energi di tiap negara ASEAN memiliki banyak kesamaan, sehingga menyediakan ruang untuk mengembangkan lebih lanjut kerjasama regional di dalam mengelola aspek-aspek energi. Masa depan sektor batubara di ASEAN akan sangat bergantung pada kemajuan teknologi, perbaikan tata kelola, efisiensi transportasi, dan konektivitas antar negara. Penguatan kerjasama dan koordinasi haruslah menjadi strategi kunci bagi negara-negara ASEAN untuk memastikan kesiapan di dalam menyambut AEC. Kata kunci: Batubara, ASEAN, AEC, energi, rantai nilai, tata kelola Abstrak
  • 5. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 1 Gambar 1. Produksi dan konsumsi batubara berdasarkan kawasan Sumber: British Petroleum (BP) Statistical Review 2014 of World Energy 2014, diakses pada 21 December 2014, melalui http://www.bp.com/en/global/ corporate/about-bp/energy-economics/statistical-review-of-world-energy/ review-by-energy-type/coal/coal-consumption.html P ertumbuhan ekonomi dan kegiatan industrial adalah dua aspek yang sangat berkaitan erat. Di era pasar global dan regional, negara-negara diharapkan kompetitif agar bisa bertahan dari arus komoditas asing maupun bersaing melalui produk-produknya di pasar luar negeri. Hal ini membutuhkan prasarana yang berkualitas tinggi, termasuk teknologi, transportasi, listrik dan pasokan energi. Pasokan energi menjamin konsumsi energi yang berkelanjutan untuk transportasi, listrik dan teknologi. Penggunaan batubara untuk menghasilkan listrik terus-menerus meningkat. Batubara bahkan diramalkan akan menggantikan Pengantar minyak dan gas alam berkat cadangannya yang melimpah dan harganya yang terjangkau. Berkat harganya yang lebih murah, batubara muncul sebagai “opsi sumber energi baru yang disukai” di dalam memenuhi kebutuhan energi. Hal ini didorong oleh gejolak harga minyak, kelangkaan cadangan minyak yang meningkatkan kebutuhan untuk mencari sumber energi alternatif seperti batubara. Data di dalam Gambar 1 menunjukkan angka kenaikan konsumsi dan produksi dunia secara umum, di mana kawasan Asia-Pasifik menyumbang jumlah yang cukup signifikan. Kontribusi ini menyingkap kemungkinan pertumbuhan produksi dan konsumsi batubara di tingkat regional maupun global. Coal production/consumption by region Million tonnes ooil equivalent Production by region Asia Pacific Africa Middle East Europe & Eurasia S & Cent. America North America 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 88 93 98 03 08 13 Consumption by region 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 88 93 98 03 08 13 BP Statistical Review of World Energy 2014 © BP 2014
  • 6. 2 Dalam konteks perdagangan, Indonesia tercatat sebagai negara pengeksportir batubara terbesar di dunia (sekitar 46% dari total perdagangan batubara), sedangkan China merupakan negara pengkonsumsi batubara terbesar di dunia.1 Menurut Gambar 1, sumber daya batubara masih melimpah dan pasokannya pun masih aman. Ramalan Energi Dunia (World Energy Outlook) memprediksi bahwa permintaan global batubara akan naik sebesar 15% pada 2040. Produsen batubara yang utama adalah China, India, Indonesia, dan Australia. Di Asia Pasifik, ASEAN berperan penting dalam produksi maupun konsumsi batubara. Dewasa ini, di negara-negara ASEAN, dengan terbentuknya AEC pada 2015, pertumbuhan ekonomi akan memacu kegiatan industri. Stimulus ini lantas akan mempengaruhi 1 BP Statictical Review of World Energy 2014, diakses pada 21 Desember 2014 melalui http://www.bp.com/en/ global/corporate/about-bp/energy-economics/statistical- review-of-world-energy/review-by-energy-type/coal/ coal-consumption.html konsumsi energi ASEAN. Lebih lanjut, konsumsi energi ASEAN diramalkan akan terus menanjak karena pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang signifikan. Lintasan ini akan menempatkan ASEAN sebagai pemain utama di dalam sistem energi dunia sekarang dan di masa yang akan datang. 2 Kendati ASEAN memiliki banyak sumber daya alam, negara-negara di kawasan ini masih bergantung pada impor energi. Selain itu, masing-masing negara memiliki pola penggunaan energi yang berbeda. Makalah ini bermaksud melihat tantangan dan peluang sektor batubara menghadapi AEC. Naskah ini akan menggunakan pendekatan rantai nilai, tata kelola yang baik, kerangka ASEAN dan kerjasama yang diperkuat melalui pelbagai strategi tiap negara anggota. 2 Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook, diakses pada 20 Desember 2014 melalui http://www.iea.org/publications/freepublications/ p u b l i c a t i o n / s o u t h e a s t a s i a e n e r g y o u t l o o k _ weo2013specialreport.pdf
  • 7. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 3 R antai nilai menggambarkan sekumpulan kegiatan dari fase produksi yang berbeda-beda, termasuk perpaduan antara perubahan fisik and masukan jasa dari produsen, proses penyampaian produk kepada konsumen dan sampah yang timbul akibat penggunaannya.3 Rantai nilai memperhatikan dinamika kesalingterkaitan antara kegiatan produksi yang selanjutnya menghantarkan pada peran-peran tradisional ilmu ekonomi dan analisis sosal. Lebih jauh, nilai produk yang lengkap ditentukan oleh rantai ini ini. Dalam kasus batubara, rantai nilai bisa dipahami sebagai sekumpulan kegiatan mulai dari persiapan, eksplorasi, manajemen dan logistik, pemasaran, penambahan nilai dan investasi. Dari serangkaian kegiatan ini, eksplorasi, produksi, manajemen (termasuk tata kelola) merupakan elemen-elemen kunci yang menjamin nilai batubara. Berikutnya adalah pemasaran, investasi dan garansi terhadap pembangunan berkelanjutan dari pemakaian batubara dan tambang. Proses ini menggambarkan bahwa investasi untuk perbaikan prasarana, termasuk rel kereta dan pelabuhan, krusial untuk mengantarkan dan mendistribusikan produk akhir. Rantai nilai yang sederhana ini ditunjukkan oleh Gambar 2. Oleh sebab itu, menentukan pola dari perdagangan batubara saat ini dalam rantai nilai menjadi penting. Menurut temuan, tidak ada peruabahan yang signifikan di dalam pola perdagangan, baik ekspor maupun impor. Ekspor batubara uap lebih disukai daripada batubara kokas dan lignit. Meskipun demikian, negara-negara yang menghasilkan batubara uap masih terbatas. 3 Raphael Kaplinsky and Mike Morris, A Handbook for Value Chain Paper, 4. Preparation: Infrastructure, Policy, technology Exploration and Development of Product Management/ Governance and Logistic Marketing Investing • Host Country: ASEAN Countries • Direct Use • Conversion • High Quality of Coal and Mining (Upgrading) • Ensuring Revenue Transparancy • Energy Security • Transportation/ delivery/distribution • Intra Trade ASEAN (based on AEC) • Outside ASEAN/ Global Market • CCTs • Energy Efficiency • Sustainable development Gambar 2. Rantai Nilai Batubara Sumber: Modifikasi dari berbagai sumber Pola Perdagangan Batubabara dan Rantai Suplai Global: Sebuah Tinjauan
  • 8. 4 Lebih jauh, volume perdagangan batubara uap global pada 2013 hampir mencapai 1028 Mt, di mana pola perdagangannya didomi- nasi oleh ekspor batubara uap dari Indonesia (432 Mt), Australia (182 Mt) dan Rusia (118 Mt).4 Pada saat yang sama importir terbesar adalah Cina, Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan dan Jerman. Ini membukti-kan bahwa pusat perdagangan batubara pada saat ini mengarah ke Asia. Pada 2013, Cina mempro- duksi 3034 Mt batubara yang lantas menjadikannya sebagai negara penghasil batubara terbesar melampaui AS (756 Mt), India (486 Mt), dan Indonesia (486 Mt). Keadaan ini memperlihatkan fakta yang menarik yaitu bahwa Cina memegang peranan baik sebagai importir maupun produsen batubara yang terbesar. Sementara itu di ASEAN, Indonesia memiliki cadangan batubara yang tertinggi sejumlah 22,5 milyar ton, diikuti Vietnam sebesar 3,4 milyar ton dan Thailand sebesar 1,1 milyar ton. Namun, dalam hal sumber daya batubara, Vietnam berada di urutan pertama dengan jumlah 203,4 milyar ton, sedangkan Indonesia hanya mempunyai 92,3 milyar ton. Meskipun pemakaian domestik masih kecil 4 World Coal Association, “Coal Fact 2014”, International Energy Agency , Coal Information 2014, BP Statistical Review of World Energy 2014. karena ketergantungan yang tinggi pada pasokan minyak dan gas, Indonesia mengendalikan pola perdagangan batubara dalam konteks perdagangan di ASEAN. Batubara Indonesian paling banyak diekspor ke Filipina, Myanmar dan Singapura. Detil perdagangan batubara dan tambang intra- ASEAN digambarkan dalam Tabel 2: Data dalam Tabel 2 memperlihatkan bahwa perdagangan batubara dan tambang intra- ASEAN masih potensial untuk digali. Negara- negara penghasil akan memiliki kesempatan untuk memaksimalkan pasar intra-ASEAN melalui perdagangan bilateral maupun kerangka MEA. Misalnya, Thailand dilaporkan memproduksi kira-kira 1,372 juta ton batubara per tahun (2009). Namun, batubara yang dihasilkan tersebut dikategorikan sebagai batubara lignit hingga sub- bituminus, yaitu batubara berkualitas rendah.5 Situasi ini membuka peluang dagang dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk memperoleh kualitas batubara yang diharapkan. Selain itu, perdagangan batubara intra-ASEAN secara potential akan menguntungkan karena mereka berada di fase yang sama untuk meningkatkan 5 Viroj Sivavong, Electricity Generating Authority Thailand, Coal Demand/Supply Outlook in Thailand, 2009, 2, diakses pada 10 November 2014 melalui http:// www.kier.re.kr/upload/2009APEC-EGCFE/%28Session3- B%29Coal%20Demand-Supply%20Outlook%20in%20 Thailand.pdf Tabel 1. Cadangan dan Sumber Daya Batubara per Negara dan Tipe, 2011 (dalam milyar ton)   Batubara Keras Batubara Coklat Total   Cadangan Sumber Daya Cadangan Sumber Daya Cadangan Sumber Daya Indonesia 13.5 73.3 9 19 22.5 92.3 Vietnam 3.1 3.5 0.2 199.9 1.4 203.4 ASEAN lainnya 0.4 2.4 1.7 2.2 2.1 4 Total ASEAN 17 79.2 11 221.1 27.9 300.3 Andil di dunia 2.30% 0.50% 3.90% 5.30% 2.70% 1.40% Sumber: Tabel ini diadopsi dari from Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook, diakses pada 20 December 2014 melalui http://www.iea.org/publications/freepublications/ publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf
  • 9. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 5 kapasitas industry mereka menghadapi MEA. Meskipun demikian, beberapa negara ASEAN hanya menempatkan batubara sebagai komoditas minor di dalam keseluruhan ekspor intra-ASEAN mereka. Menyimpan batubara untuk keperluan mereka sendiri adalah alasan mendasar dari tindakan tersebut karena mereka sudah memiliki permintaan energi domestik yang tinggi untuk industri dan listrik, seperti Laos dan Vietnam. Inilah yang menjelaskan mengapa beberapa negara lainnya yang memiliki sumber daya batubara yang terbatas perlu mengimpor dari negara lain, sementara karena kedekatan jaraknya, mengimpor dari negara tetangga di ASEAN merupakan pilihan yang menarik. Malaysia adalah satu contoh produsen batubara di ASEAN yang menghasilkan batubara tetapi masih membutuhkan suplai dari impor. Ini terjadi karena Malaysia hanya mampu memproduksi 1 juta ton batubara per tahun, sementara permintaan mencapai hampir 30 juta tiap tahun.6 Oleh sebab itu, Malaysia harus membeli batubara dari negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia yang kini diakui sebagai sumber energi primer Malaysia yang dapat diandalkan.7 6 IEA Clean Coal Centre, http://www.iea-coal.org/documents/82373/7605/Prospects-for-coal-and- clean-coal-technologies-in-Malaysia-%28CCC/171%29 7 Ibid. Tabel 2. Ekspor-Impor Tambang & Batubara Intra-ASEAN 2013 (dalam Dolar AS) Sumber : ASEAN Stats Database berdasarkan ASEAN countries’ report, diakses berdasarkan permintaan pada ASEAN Stats Database Officer pada 2014 Negara Brunei Darussalam Kamboja Indonesia Lao PDR Malaysia Myanmar Phillippines Singapore Thailand Vietnam Brunei Pertambangan 531.195.045 370.727.641 - 73.860.279 378.122.631 466.747.623 593.266.643 Batubara Kamboja Pertambangan 522.537 1.184 16 1.004 749.477 2.673.466 42.336.525 Batubara 19.006.068 1.246.633.530 - 802.148.711 28.934.970 962.556.934 117.701.068 Indonesia Pertambangan 10.946.750 22.177.064 15.434 5.279.104.587 84.376.438 1.609.142.244 6.788.530.765 2.303.483.460 368.384.679 Batubara 21.511.813 1.136.928.627 1.546.249 1.007.207.109 19.608.561.066 834.864.654 130.606.674 755.000 Lao PDR Pertambangan 3.122.743 733.697 - - 704.231.954 102.806.500 Batubara - - - 497.580 16.497.799 876.926 Malaysia Pertambangan 249.025.497 10.399.660 4.837.167.607 153.689 226.842.937 461.976.182 10.650.869.362 2.800.851.009 751.037.765 Batubara 173.109 504.999 - 25.945.558 5.518.537 Myanmar Pertambangan 15.136.482 - 733.482 727.253 117.896.275 3.765.764.484 49.120 Batubara - - 799.200 Philippines Pertambangan 1.412.272 183.223 189.796.451 5.141 303.945.904 1.521.561 444.319.340 178.005.850 32.408.726 Batubara 2.362 13.201.200 66.278.084 31.747 361.236 2.262.000 16.794.594 263.395.991 89.653.832 Singapore Pertambangan 103.048.201 580.590.615 15.955.904.738 104.223 20.418.909.369 780.488.527 1.140.933.034 1.086.288.936 2.559.611.766 Batubara 3.506 264.704 206.286 112.869 32.933 Thailand Pertambangan 21.037.629 997.766.847 979.352.633 1.345.661.415 2.702.160.901 740.171.772 671.166.580 3.856.884.031 973.621.382 Batubara 1.742 81.497 6.684 474.358 232.001 14.062 21.961 Vietnam Pertambangan 621.687 1.363.956.350 464.294.156 244.760.576 1.231.615.244 66.125.090 239.662.441 383.614.651 460.642.517 Batubara 750 4.147.504 10.963.990 23.836.954 12.326.804 835.221.845 16.160.492
  • 10. 6 Tabel 3. Perdagangan Tambang dan Batubara ASEAN 2010 – 2013 (Dolar AS)8 Sumber: ASEAN Stats Database berdasarkan the ASEAN countries’ report, diakses dengan permintaan pada the ASEAN Stats Database Officer in 2014 Tabel 3 di atas menjelaskan bahwa sejak 2010 hingga 2013, periode semenjak Rencana APAEC ketiga dilaksanakan, ekspor batubara dan tambang meningkat pesat di beberapa negara ASEAN. Hal ini selanjutnya menyediakan bukti bawa impor juga mengalami sedikit kenaikan. Fenomena ini mengesankan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan datang mengembangkan pasar ASEAN yang terintegrasi sekaligus mendorong kesadaran negara-negara ASEAN untuk mengembangkan prasarana kecukupan energi untuk listrik dan kegiatan industri. Dampak dari integrasi pasar ASEAN membuka kesempatan bagi perusahaan- perusahaan asing untuk menanamkan modalnya dan melakukan eksplorasi 8 Data ini diukur melalui jenis-jenis sumber daya berikut: Tambang (besi dan baja; partikel besi dan baja; bijih, kerak, dan abu; tembaga dan partikelnya; alumunium and partikelnya; timah hitam dan partikelnya; seng dan partikenlya; timah dan partikelnya) dan batubara (batubara antrasit yang tak beraglomerasi); batubara bituminous yang tak beraglomesi; batubara lainnya yang tak beraglomerasi; briket, ovoid, minyak padat dari batubara). batubara dan tambang di negara-negara ASEAN. Pada 2013, the Pemerintah Kamboja melaporkan bahwa sebanyak 91 perusahaan, yang terdiri dari perusahaan domestik dan asing, sudah diberi izin untuk melakukan kegiatan eksplorasi.9 Perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari Australia, Cina, Thailand, dan Vietnam. Namun demikian, haruslah dicatat bahwa investasi asing merupakan satu dari faktor- faktor penting bukan hanya bagi perkembangan industri batubara dan tambang, melainkan juga bagi pengembangan industri batubara dan tambang yang ramah lingkungan. Ini berhubungan dengan pemakaian teknologi batubara bersih yang juga membutuhkan investasi untuk instalasi teknologi dan proses- proses terkait lainnya. Dengan demikian, kerjasama internasional harus diwujudkan secara merata dalam investasi, teknologi dan sumber daya manusia. 9 Chrea Vichett, Current Situation of Mining Industry in Cambodia, General Department of Mineral Resources of Cambodia, 2013. Tabel 3. Perdagangan Tambang dan Batubara ASEAN 2010 – 2013 (Dolar AS)8 Tahun 2010 2011 2012 2013 NCegara E I E I E I E I Brunei Darussalam 818.450.727 287.302.215 1.429.178.511 413.557.339 1.248.681.128 551.270.625 2.413.919.861 407.612.209 Kamboja 6.477.649 1.736.181.566 1.272.968 2.532.482.403 4.999.898 2.747.191.945 3.223.265.489 2.992.941.773 Indonesia 15.622.651.672 18.544.618.722 15.317.893.317 20.552.598.175 21.621.354.440 21.328.473.993 39.208.142.614 23.073.252.218 Lao PDR 889.808.661 863.559.029 712.239.553 1.129.360.367 620.958.285 1.445.296.146 8.282.767.199 2.752.178.450 Malaysia 12.729.699.087 22.158.194.175 14.535.309.602 28.935.047.677 17.728.160.664 31.122.993.454 20.020.465.911 31.556.817.894 Myanmar 2.963.400.096 2.008.252.380 2.945.464.591 1.001.307.797 2.268.839.598 1.358.840.844 3.901.106.297 2.921.336.316 Phillippines 972.203.554 5.476.287.895 1.298.606.006 5.276.410.303 828.685.216 5.082.631.287 1.796.276.353 25.662.595.508 Singapore 36.900.984.567 15.162.277.865 44.605.001.469 16.814.626.185 44.769.653.129 23.887.909.044 42.626.499.706 23.535.038.241 Thailand 7.804.496.361 10.465.497.274 11.307.853.909 11.973.504.100 12.299.508.276 11.849.134.052 12.288.800.705 13.131.789.570 Vietnam 3.662.483.628 5.668.484.811 4.279.796.783 7.696.818.404 4.686.403.623 6.703.502.867 5.357.951.051 5.631.633.006
  • 11. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 7 M asyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/ AEC) merupakan salah satu dari tiga pilar yang didesain untuk menopang terwujudnya Masyarakat ASEAN pada 2015. Gagasan pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 dicetuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur, Malaysia, pada 1997 yang menyepakati Visi ASEAN 2020 dengan tujuan menciptakan kawasan yang stabil dan berdaya saing dan pembangunan ekonomi yang berimbang. Meskipun demikian, Konferensi Tingkat Tinggi pada 2003 menyetujui percepatan Visi ASEAN 2020 tersebut pada 2015. Ada dua alasan mengapa pembentukan Masyarakat ASEAN dilakukan lebih cepat.10 Pertama, meningkatnya pengaruh dan persaingan Cina terhadap kawasan. Kedua, munculnya integrase ekonomi di pelbagai kawasan di dunia tanpa keikutsertaan ASEAN. AEC diharapkan berjalan selaras dengan Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN dan Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN di dalam mensukseskan Masyarakat ASEAN.11 Tujuan MEA sendiri ialah untuk mencapai tingkat dinamisme ekonomi yang lebih tinggi, kemakmuran yang berkelanjutan, pertumbuhan yang inklusif dan pembangunan ASEAN yang terintegrasi melalui peningkatan kesalingtergantungan antara negara-negara ASEAN. Tiga karakteristik AEC adalah sebagai berikut, (1) Pasar dan Basis Produksi Tunggal; (2) Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing; dan (3) Pertumbuhan Ekonomi yang Adil. Hal-hal ini menyoroti pelaksanaan perjanjian di mana para penandatangannya akan bisa berdagang dan berinvestasi secara optimal dengan mitra intra- kawasan. Namun demikian, terdapat pro dan kontra terhadap AEC. Pihak yang pro sering memandang bahwa AEC bisa merangsang perdagangan intra-ASEAN, yang lalu memperkuat pasar ASEAN yang terintegrasi. Di sisi lain, seperti halnya pendapat kontra yang klasik terhadap integrasi pasar, kekuatiran berkisar di seputar “pintu yang terbuka lebar” di pasar yang akan berakibat pada ketatnya persaingan dan membahayakan berbagai komoditas domestik. 10 Justyna Szczudlik-Tatar, “Regionalism in East Asia: A Bumpy Road to Asia Integration,” Policy Paper No. 16, (2013), 3. 11 ASEAN Economic Community Blueprint, (ASEAN Secretariat, 2008), 5, diakses pada 20 November 2014 melalui http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf Masyarakat Ekonomi ASEAN: Jalan menuju Integrasi
  • 12. 8 Terlepas dari perdebatan mengenai pandangan positif dan negatif mengenai AEC, dukungan terhadap cita-cita ini dapat diindikasikan melalui pencapaian Kartu Skor AEC. Berdasarkan data Kartu Skor AEC pada 2011, dari 277 ukuran liberalisasi yang diharapkan, ASEAN sudah melakukan 187 atau sekitar 67,9% dari keseluruhan. Pada 2014, persentase tersebut naik menjadi 82,1%.12 Hal ini dengan jelas menggambarkan upaya bersama negara- negara ASEAN untuk menjalankan liberalisasi dan integrasi ASEAN melalui AEC.13 Implementasi AEC tidak hanya menghapuskan tarif perdagangan dan aliran investasi secara bebas, tetapi juga mendiskusikan perjanjian terkait energi dan pertambangan. Secara khusus di point B4, aspek energi disebutkan sebagai bagian dari daftar yang harus dikerjakan oleh AEC untuk mempromosikan pembangunan prasarana yang melibatkan pemenuhan kerjasama energi dan tambang.14 Kerjasama energi ini, termasuk batubara dan tambang, diatur dalam Cetak Biru AEC Pasal 53-56 yang secara eksplisit menempatkan ketahanan energi dan penguatan perdagangan dan investasi di bidang energi sebagai tujuan bersama.15 Sementara itu, kerangka kerjasama perdagangan batubara dan tambang muncul dalam pembentukan Forum Batubara ASEAN (AFOC) pada 1999 yang merupakan suatu transformasi dari Jaringan Sub-sektor Batubara yang sebelumnya terbentuk melalui Program Kerjasama Energi ASEAN Sudah disepakati bahwa diperlukan suatu kebijakan energi kawasan yang 12 The 12th AEC Council Meeting, August 26, 2014 diakses pada 28 December 2014, melalui http://ditjenkpi. kemendag.go.id/website_kpi/index.php?module=news_ detail&news_content_id=1501&detail=true 13 ASEAN Economic Community Scorecard: Charting Progress Toward Regional Economic Integration Phase 1 (2008-2009) and Phase II (2010-2011) diakses pada 23 November 2014, melalui http://www10.iadb.org/intal/ intalcdi/PE/2012/10132.pdf 14 Ibid., 20 15 ASEAN Economic Commnuity Blueprint, ASEAN Secretariat, 2008. Diakses pada 23 November 2014, melalui http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf memungkinkan tercapainya tujuan tersebut. Hal ini untuk menjamin terwujudnya cita-cita MEA sebagai satu pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ekonomi yang berdaya saing dan kawasan ekonomi dengan pembangunan ekonomi yang adil dan kawasan yang terintegrasi secara penuh ke dalam ekonomi global pada. APAEC 2010- 2015 menyebutkan bahwa agenda kebijakan energi AEC ditargetkan untuk meraih sasaran-sasaran akhir sebagai berikut:16 1) untuk menjamin pasokan energi yang aman dan handal, termasuk bio-fuel, yang krusial untuk mendukung dan menopang kegiatan- kegiatan ekonomi dan industri; 2) untuk memperlancar pembangunan jaringan listrik ASEAN (ASEAN Power Grid/APG) dan Pipa Gas Trans-ASEAN (Trans-ASEAN Gas Pipeline/ TGAP) yang memungkinkan optimalisasi sumber daya energi kawasan untuk ketahanan yang lebih besar dan menyediakan peluang bagi keterlibatan sektor swasta dalam investasi, termasuk pembiayaan dan alih teknologi. Jejaring listrik dan pipa gas yang terintegrasi menawarkan aneka keuntungan yang signifikan dalam hal ketahanan, fleksibilitas dan kualitas pasokan energi; 3) untuk memastikan pembangunan energi yang berkelanjutan melalui mitigasi emisi gas rumah kaca antara lain lewat perangkat kebijakan dan langkah-langkah yang efektif; dan 4) memperkuat pengembangan energi terbarukan, seperti bio-fuel, maupun promosi perdagangan yang terbuka, fasilitasi dan kerjasama di bidang energi terbarukan dan industri terkait maupun investasi di prasarana yang diperlukan untuk pengembangan energi terbarukan. 16 ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation, 2, diakses pada 10 November 2014, melalui http://aseanenergy. org/media/filemanager/2012/10/11/f/i/file_1.pdf
  • 13. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 9 Prospek Batubara di Kawasan ASEAN ASEAN diakui sebagai kawasan dengan sumber daya energi yang memadai, khususnya dalam produksi batubara. Secara geografis, negara-negara ASEAN berada pada tanah yang mengandung sumber daya batubara dan tambang. Hal ini dibuktikan oleh laporan terbaru yang menunjukkan bahwa hampir semua negara ASEAN mempunyai kapasitas pada dirinya sendiri untuk memasok permintaan energinya di mana pemerintah di tiap negara memainkan peran paling besar seperti apa yang dilakukan Vietnam dengan mengoptimalkan peran badan usaha negaranya, yakni Vinacom, untuk 100% menjalankan ekstraksi batubara.17 Vinacom juga bertanggung jawab untuk mengontrol produksi batubara dengan tujuan mengamankan cadangan batubara. Antara 2001-2005, Vietnam menyaksikan produksi batubara yang naik dengan cepat, yang dianggap sebagai ancaman terhadap cadangan domestiknya. Namun, pertumbuhan yang tinggi ini sukses dikendalikan oleh otoritas pemerintah dengan alasan cadangan domestik.18 17 Global Methane Initiative diakses pada 12 Desember 2014 melalui https://www. globalmethane.org/documents/toolsres_coal_overview_ch37.pdf 18 Ibid. Chart 1. Percentage of Growth Averages of Primary Energy Demand in Selected ASEAN Countries by fuel (Mtoe) 2011-2035 Sumber: Data berdasarkan Maria van der Hoeven, Southeast Asia Energy Outlook, diakses pada 20 December 2014 melalui http://www.iea.org/publications/ freepublications/publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf Tren Batubara dan Kesiapan Negara- negara ASEAN untuk Menyongsong AEC Coal Oil Gas Hydro Bio Energy Other RE 60 50 40 30 20 10 0 -10 Indonesia Thailand Phillipines Malaysia
  • 14. 10 Pada kasus Indonesia, prospek batubara masih cerah dan diprediksi ini akan berlanjut hingga 2035.19 Produksi batubara Indonesia mewakili 85% produksi di ASEAN, menjadikannya eksportir batubara terbesar di dunia. Volume sumber daya batubara Indonesia mencapai 120,53 milyar ton dan cadangannya senilai 31,36 milyar ton, hanya setara dengan 6% dari total cadangan batubara di dunia.20 Indonesia juga dilaporkan menjadi konsumen energi terbesar di ASEAN, disusul oleh Thailand dan Malaysia di posisi kedua dan ketiga. Namun demikian, konsumsi domestiknya masih lebih rendah daripada ekspor. Situasi ini mengakibatkan ketergantungan dan multiplikasi nilai impor minyak Indonesia, bahkan terhadap keseluruhan ASEAN. Di sisi lain, rata-rata pertumbuhan permintaan energi, termasuk batubara, dari 4 negara ASEAN yang lebih besar pada 2011- 2035 sangatlah beragam. Kenaikan permintaan batubara akan terjadi di tiap negara dengan persentase antara 5.5% hingga 3.9% (Grafik 1).21 Sementara itu, 19 Maria van der Hoeven, Op.Cit. 20 BP Statistical Review of Energy 2013. 21 Maria van der Hoeven, Op.Cit. peningkatan permintaan minyak dan gas yang tertinggi akan datang dari Filipina, sedangkan pertumbuhan permintaan untuk hidro, bio-energi dan energi terbarukan lainnya akan terjadi di Malaysia. Prospek batubara di ASEAN tampaknya agak tinggi karena listrik di ASEAN masih menggunakan batubara sebagai sumbernya, dan listrik berperan penting bukan hanya dalam kebutuhan sehari-hari, melainkan juga dalam menjalankan kegiatan industri. Ini juga didukung fakta bahwa meskipun beberapa negara mempunyai sumber daya batubara dan tambang yang melimpah, kualitas komoditas ini bagaimanapun juga berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. Keadaan-keadaan saat ini seperti yang telah diuraikan di atas mengindikasinya dua hal penting. Pertama, produksi batubara di ASEAN masih akan bertumpu pada Indonesia sebagai eksportir utama di ASEAN. Kedua, cara alterntif untuk menggunakan batubara sebagai pilihan bahan bakar menawarkan prospek nilai perdagangan batubara baik intra-ASEAN maupun di luar kawasan ini.
  • 15. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 11 M EA yang akan datang mendorong pertumbuhan ekonomi negara- negara ASEAN karena perdagangan intra-ASEAN membuka peluang bagi seluruh komoditas untuk melintasi negara lainnya di kawasan tanpa batas. Pertumbuhan ekonomi ini diikuti oleh kegiatan industri secara masif di negara ASEAN yang tak terelakkan terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan pasar, diperlukan kecukupan sumber daya energi (seperti minyak, batubara dan gas) sehingga kegiatan industri bisa dilakukan sebagaimana mestinya. Terkait dengan kebutuhan energi yang sangat banyak, ASEAN menciptakan inisiatif energi bersama yang disebut Pusat Energi ASEAN (ASEAN Centre for Energy/ACE) untuk mempererat kerjasama energy antara negara-negara anggota. Rencana faktual dari inisiatif ini adalah Rencana Aksi ASEAN untuk Kerjasama Energi (ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation/APAEC). APAEC bertujuan untuk mencapai ketahanan energi dan keberlanjutan ASEAN di bidang kesehatan dan lingkungan melalui penggunaan lebih lanjut Teknologi Batubara Bersih. Tidak hanya itu, APAEC juga berupaya memfasilitasi perdagangan batubara di ASEAN dalam ketahanan energi regional lanjutan. APAEC sudah berlangsung dalam 3 periode, yakni 1999-2004, 2005-2009 dan 2010-2015. Dua rencana terbaru yang digagas adalah memenuhi kebutuhan energi ASEAN yang diramalkan akan bertambah dua kali lipat dari 2005 ke 2030 sejalan dengan pelaksanaan AEC.22 Terkait batubara, keberadaan APAEC diharapkan bisa menggalakkan batubara dan teknologi batubara bersih, juga memperluas perdagangan dan investasi batubara intra- ASEAN untuk ketahanan energi kawasan, Rencana-rencana tersebut dijalankan melalui penyertaan AFOC di bawah pengawasan ACE 22 Ibid. Kebijakan Energi ASEAN Strategy Action 1. Development of Energy Efficiency Policy and Build Capacity 1. Develop a clear policy and plan to promote energy efficiency. 2. Setting national energy efficiency target and develop a plan to monitor the results. 3. Strengthen human capacity and enhance infrastructure to facilitate the EE policy and plan. 2. Awareness raising and dissemination of information 1. Develop and run EE&C campaigns to raise awareness, emphasizing on global environmental issues 2. Disseminate information using all appropriate medias (including energy labels) to help energy consumers make a right decision 3. Demonstrate best energy practices and successful cases, e.g, public-private sector collaboration on EE&C 3. Promoting good energy management practices, especially for industrial and commercial sectors 1. Develop regulation and / or provide incentives to encourage good energy management practices in facilities 2. Build up capacity for all stakeholders to implement good energy management 4. Facilitation of Energy Efficiency Financing 1. Develop mechanism (s) to enhance financing for energy efficiency and conservation project implementation 2. Increase involvement of banking sector and financial institutes both domestic and international agencies in financing energy efficiency projects
  • 16. 12 sebagai sekretariat, yang melibatkan para pejabat dari Kementerian Energi masing- masing negara ASEAN. Tiap tahun AFOC menggelar pertemuan untuk menerima laporan tiap negara ASEAN mengenai pertambangan, cadangan dan perdagangan batubara. Pertemuan semacam ini bermanfaat untuk memetakan tantangan- tantangan pertambangan dan perdagangan batubara intra-ASEAN, berbagi informasi mengenai kebutuhan energy dan mencari mitra perdagangan potensial. Pada tahap ini, keberadaan ACE mengakomodasi kerangka besar negara- negara ASEAN terkait dengan aspek-aspek penting yang harus dijalankan, misalnya penggunaan teknologi batubara bersih dan pembangunan pembangkit tenaga listrik. Kerjasama yang dibuat di bawah ACE memberikan panduan bagi tiap negara untuk merumuskan kebijakan energy nasionalnya yang diselaraskan dengan tujuan kawasan. Kebijakan pada tataran regional yang disetujui pada 2009, misalnya, menguraikan dua aspek penting: upaya pengurangan intensitas kawasan hingga 8% pada 2015, berdasarkan tingkat pada 2005 (di bawah Area Program No. 4 Efisiensi Energi dan Kerjasama); dan upaya untuk meraih target kolektif 15% untuk energi terbarukan dalam kapasitas listrik terpasang total pada 2015.23 Program-program terakhir pada tataran regional antara lain: membangun citra batubara ASEAN, mengembangkan Indeks Harga Batubara ASEAN, menetapkan laboratorium dan standar-standar batubara, memajukan perdagangan batubara intra- ASEAN dengan memfasilitasi perjanjian pasok batubara jangka panjang, baik secara bilateral maupun multilateral, merumuskan nota kesepahaman yang mirip dengan Perjanjian Ketahanan Minyak Bumi ASEAN untuk meningkatkan ketahanan pasok batubara regional dan membangun strategi/ aksi menuju penyelerasan praktik-praktik lokal untuk mendorong perdagangan batubara dan berbagi sumber daya dan fasilitas.24 Program-program tersebut meneguhkan upaya ASEAN untuk membangun komitmen mengatasi persoalan energi. 23 Energy Management Policy in Indonesia and ASEAN, presentation for Workshop for ASEAN Coal Database and Information System 9-12 July 2012, accessed on December 10th 2014 through http://www.aseanenergy. org/media/documents/2012/08/03/f/i/file_2.pdf 24 ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC 2010-2015), Op.Cit.
  • 17. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 13 N egara-negara ASEAN menyoroti beberapa hal penting terkait energi, seperti pemenuhan energi domestik secara mencukupi, kalkulasi harga yang wajar dan stabil, eksplorasi sumber-sumber di dalam teritorinya, efisiensi dan konservasi energi dan dampak-dampak terhadap lingkungan. Secara umum, bisa dikatakan bahwa kebijakan energi tiap negara ASEAN memiliki suatu kesamaan yang lantas menyediakan ruang untuk membangun kerjasama lebih lanjut di dalam mengelola aspek-aspek energi. Khusus terkait aspek batubara, perdagangan batubara intra-kawasan telah diatur dalam Area Program No. 3 melalui pembentukan AFOC. Sejalan dengan AEC, AFOC bekerja untuk menciptakan pelbagai pedoman mengenai specifikasi batubara, produsen dan konsumen di ASEAN, maupun mengorganisir suatu jaringan laboratorium batubara di ASEAN untuk menyelaraskan standar analisis batubara dalam rangka meningkatkan perdagangan batubara intra-kawasan.25 Namun demikian, berkenaan dengan kapasitas produksi batubara yang berbeda- beda, tiap negara ASEAN menjalankan kebijakan yang berbeda terkait dengan kebutuhan dan tujuan dalam negerinya. Perbedaan kebijakan tersebut seringkali dipengaruhi oleh kandungan sumber daya dan keterbatasan kapasitas sumber daya. Negara dengan sumber daya batubara dan tambang yang berlimpah seperti Indonesia dan Malaysia secara relatif memperdagangkan sumber daya batubaranya dengan negara-negara lain di kawasan ketimbang negara-negara denga 25 “Programme Area No.3”, diakses pada 10 Desember 2014 melalui situs ASEAN Secretariat http://www.asean. org/news/item/programme-area-no-3-coal sumber daya yang lebih sedikit. Selain itu, kebijakan energi yang berlainan ini juga tercermin dari keputusan perdagangan energi. Sebagai contoh, kebijakan energi Laos untuk tidak mengekspor hasil produksi dan cadangan seluruh jenis batubaranya dimaksudkan untuk memasok konsumsi domestiknya yang tinggi. Contoh lainnya, Singapura sebagai negara yang sumber daya energinya tidak memadai, sangatlah bergantung pada impor energi. Hal ini menempatkan Singapura pada posisi di bawah dinamika pasokan energi. Untuk menghadapi kondisi ini, salah satu kebijakan yang ia ambil adalah meningkatkan efisiensi energi dalam Undang-Undang Konservasi Energi 2013.26 Agenda ini memenuhi kebijakan energi di ASEAN yang menganggap energi efisien dan bersih sebagai isu krusial dalam menjamin cadangan dan kesinambungan energi di ASEAN. Di sisi lain, serupa dengan Singapura, Filipina juga menaruh perhatian pada peningkatan efisiensi dalam konsumsi energinya. Meskipun ia tercatat sebagai produsen geothermal terbesar di dunia, Filipin masih tergantung pada impor energi. Ini menjadi alasan bagi negara tersebut untuk berfokus pada efisiensi energi dan jaminan akses energi domestik. Kepemilikan sumber daya alam yang berbeda-beda, yang menyebabkan beragam kebijakan ini, menjadi justifikasi untuk memaksimalkan kebijakan energi di ASEAN. Capaian ini memastikan pasokan energi dan keberlanjutan maupun kebijakan energi domestik dari masing-masing negara ASEAN. 26 “Singapore: Energy Efficiency in the Industry”, diakses pada 23 Desember 2014 melalui http://www.sgc.org. sg/fileadmin/ahk_singapur/DEinternational/IR/diffIR/ Energy_Efficiency_in_the_Industry_June_2014.pdf Strategi Negara-Negara ASEAN
  • 18. 14 K etersediaan sumber daya yang berlim- pah dan harga yang kompetitif menempatkan batubara sebagai pilihan energi yang menonjol. Menurut perkiraan, penggunaan batubara akan naik secara ajek and mencapai 58% pada 2035 di bawah skema bisnis seperti biasa. Di sisi lain, batubara ialah salah satu dari pencemar lingkungan yang utama. Jumlah batubara yang besar membutuhkan penataan yang baik sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan dan upaya memaksimalkan manfaat ekonominya. ASEAN perlu menciptakan teknologi batubara yang bersih dan efisien yang mahal harganya serta sumber daya manusia yang cakap untuk bisa mengoperasikan teknologi tersebut secara optimal. Dalam kaitan batubara sebagai alternatif energi masa depan, dibutuhkan bukan saja kepentingan negara-negara ASEAN untuk mengamankan cadangan, pengembangan dan keberlanjutan batubara, melainkan juga sumbangsih negara-negara maju untuk membantu pendanaan dan memperbaiki kualitas sumber daya manusia ASEAN yang arahnya tergantung pada perkembangan teknologi batubara bersih. Sebuah teknologi yang diperkenalkan sebagai solusi terhadap efek lingkungan dari pemakaian batubara ialah Teknologi Batubara Bersih (Clean Coal Technologies/ CCTs). Menurut Shi dan Jacobs, “CCTs meliputi pelbagai teknologi yang terentang dari perspektif batubara melalui pembakaran dan pembersihan gas limbah hingga tangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS), yang akan mengurangi intensitas emisi pencemar batubara dan menjadikan batubara lebih bersih.” 27 27 Xunpeng Shi and Brett Jacobs, Clean Coal Technologies in Developing Countries, diakses pada 23 Desember Mereka juga memperlihatkan bahwa pengembangan dan penerapan CCTs dipercaya bukan hanya sebagai kunci untuk mendamaikan ketegangan antara pemakaian batubara dan lingkungan, melainkan juga menjanjikan keuntungan ekonomi, sebagaimana yang mereka catat, “Meskipun CCTs biasanya menimbulkan biaya-biaya tambahan, teknologi ini juga bisa mendatangkan keuntungan- keuntungan ekonomi selain lingkungan. Sebagai contoh, teknologi pembangkit listrik daur kombinasi gasifikasi batubara terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi hingga 20-30 persen dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga uap konvensional; karbondioksida yang ditangkap dari pembangkit listrik CCS bisa dialirkan ke ladang-ladang minyak untuk menaikkan tingkat pemulihan minyak sebanyak 4–18 per cent; dan teknologi penyimpanan karbon, seperti penciptaan arang, bisa memperbaiki kesuburan tanah, produktivitas pertanian dan kualitas air. CCTs juga dapat membuka peluang ekspor bagi negara-negara berkembang. Batubara peringkat rendah yang dinaikkan mutunya — semisal batubara coklat di Indonesia yang sebelumnya tidak memiliki pasar — mungkin mengembangkan peluang- peluang ekspor teknologi bersih dan efisien.”28 Lebih lanjut, Laporan Energi Dunia 2013 menjelaskan bahwa efisiensi energi melalui pengurangan impor dan alternatif batubara dan gas alam menjanjikan keuntungan ekonomi bagi ASEAN. Ini akan menambah simpanan penghematan impor negara- 2014, melalui http://www.eastasiaforum.org/2012/09/25/ clean-coal-technologies-in-developing-countries/ Detil lihat juga Xunpeng Shi,China’s Attempts to Minimize non-CO2 Emissions from Coal: Evidence of Declining Emission Intensity, Environment and Development Economics 16. (2011): 573-590. 28 Ibid. Penggunaan batubara yang bersih dan efisien di ASEAN: Manfaat ekonomi
  • 19. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 15 Grafik 2 Keuntungan Ekonomi terkait Efisiensi Energi Sumber: Grafik diadopsi dari Xunpeng Shi and Brett Jacobs, Clean Coal Technologies in Developing Countries, diakses pada 23 Desember 2014, melalui http://www. eastasiaforum.org/2012/09/25/clean-coal-technologies-in-developing-countries/ negara ASEAN yang pada akhirnya bersumbangsih terhadap kenaikan GDP (gross national product/GDP) hamper 2% (Grafik 2). 29 Argumentasi yang serupa juga membenarkan kebutuhan akan efisiensi pemakaian batubara untuk memberikan keuntungan ekonomi yang berkesinambungan di masa mendatang. Di ASEAN, implementasi CCTs diatur dalam Pernyataan Menteri Gabungan (Joint Ministerial Statement/JMS) pada Pertemuan Energi ASEAN ke-32 (ASEAN Energy Meeting/ AMEM) pada 23 September 2014 in Vientiane, Laos. Dalam upaya menjalankan 29 Maria van der Hoeven, Op.Cit CCTs, kerjasama dengan mitra dialog (Japan, China, dan Korea) dibina, khususnya dalam pengembangan dan pendanaan teknologi. Pelaksanaan APAEC berkontribusi terhadap kesadaran nasional mengenai cadangan energinya, seperti yang dialami Indonesia pada 2010 hingga 2013. Indonesia berhasil memperluas cadangan batubaranya dari 21,13 milyar ton pada 2010 ke 31,36 milyar ton di 2013.30 Indonesia juga dipengaruhi rencana APAEC di dalam mewujudkan teknologi batubara bersih sebagai strategi batubara jangka panjangnya. 30 “Country Reports Updates of Indonesia”, Ministry of Energy and Mineral Resources, dibawakan pada 12th AFOC Meeting, Thailand, 21-22 Mei 2014. Additional exportrevenue Change in GDP Gains in fossil-fuel trade balances Increase in GDP 35 30 25 20 15 10 5 200 160 120 80 40 Coal Gas Oil 2020 2025 2030 2035 Import cost savings Percentage change in GDP (right axis) Billiondollars(2012) Billiondollars(2012) 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5%
  • 20. 16 M enurut penjelasan dan tinjauan rantai nilai di atas, untuk sampai pada jawaban mengenai prospek rantai nilai pertambangan dan perdagangan batubara di ASEAN, makalah ini harus menentukan beberapa faktor yang akan mempengaruhi alur produksi dan perdagangan, seperti tren perdagangan, teknologi, tata kelola, transportasi dan konektivitas, dan tentunya kebijakan energi ASEAN. Faktor-faktor ini dibahas dengan pertimbangan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan datang. Pertama, tren perdagangan. Minyak biasanya merupakan sumber daya utama yang dikonsumsi negara-negara ASEAN. Namun, sementara cadangan minyak di ASEAN sedang terkuras, batubara muncul sebagai sumber daya lain yang bisa dieksplorasi. Berdasarkan data pandangan energy ASEAN selama 1999 hingga 2007, batubara merupakan sumber energi dengan pertumbuhan tertinggi. Permintaan yang tinggi terhadap batubara adalah akibat dari jumlah instalasi pembangkit listrik tenaga uap yang makin banyak di berbagai penjuru negara-negara ASEAN. Konsumsi batubara diproyeksikan akan naik sekitar 7,7% per tahun dari 2007 hingga 2030 dikarenakan instalasi pembangkit listrik dan industri. Tren batubara dan tambang lebih jauh dijelaskan oleh jumlah perdagangan intra-ASEAN31 di sektor tambang dan batubara pada 2010 yang naik dua kali lipat di 2013 dan mencapai lebih dari 11 milyar dolar AS di dalam neraca. Situasi ini membuktikan bahwa konsumsi energi di ASEAN makin meningkat sebagaimana halnya permintaan batubara di kawasan tatkala waktu pelaksanaan MEA 31 Baik ekspor maupun impor Tantangan dan Peluang Sektor Batubara dalam Menghadapi AEC kian dekat. Ia juga menjamin kelanjutan rantai nilai dalam hal pasokan dan permintaaan karena meskipun produksi batubara dan tambang secara terus-menerus ditingkatkan, permintaan datang dan datang lagi. Kedua, teknologi, tata kelola, transporatasi dan konektivitas. Keempat aspek ini saling terhubung bagi kelancaran produksi karena rantai nilai menekankan alur produksi, yang melibatkan akses yang mudah terhadap teknologi modern dan distribusi. Perkembangan teknologi modern diperlukan oleh berbagai Negara untuk membina produksi energi. Semakin canggih teknologi, semakin efisien produksi dan ini akan mengakibatkan kualitas yang tinggi. Namun, hal ini berlangsung secara beragam di pelbagai negara, seperti Myanmar dan Kamboja yang masih memiliki akses terbatas terhadap teknologi moder, sementara Singapura telah mencapai akses 100 persen.32 Keadaan ini memicu beberapa negara di ASEAN, di mana pemerintah dan perusahaan milik negara tidak mampu membangun teknologi tinggi untuk mengolah batubara dan bahan tambang di tanah mereka di bawah regulasi dan izin yang spesifik. Karena batubara diklaim sebagai sumber energi yang digemari ketimbang minyak dikarenakan harganya yang lebih murah dan fleksibilitas untuk didistribusikan, permasalahannya tidak lagi berkisar di seputar batubara sebagai suatu material. Tantangan muncul dalam bentuk seberapa cepat dan mudahnya batubara dibawa dari 32 Hanan Nugroho, “ASEAN Energy Cooperation: Facts and Challenges”, The Jakarta Post, 19 Mei 2011, diakses pada 11 Desember 2014 melalui http://www.thejakartapost. com/news/2011/05/19/asean-energy-cooperation-facts- and-challenges.html
  • 21. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 17 produsen ke konsumen, misalnya dari Indonesia ke Kambodia. Menurut sifat integrasi pasar, kekangan tapal bebas lambat-laun menghilang seiring mendekatnya AEC, yang berarti menurunnya biaya perdagangan batubara intra-kawasan. Tata kelola adalah elemen kunci rantai nilai yang tak terpisahkan. Terkait upaya membangun rantai nilai global dan regional, kebijakan domestik (termasuk nilai tambah proses batubara dan tambang menjadi sedemikian esensial. Isu tata kelola juga terkait dengan transportasi pendapatan yang dikumpulkan industri batubara dan tambang. Indeks Tata Kelola Sumberdaya yang mengukur kualitas tata kelola di bidang minyak, gas dan tambang di 58 negara dengan melihat empat area utama transparansi dan akuntabilitas, semisal pengaturan institusional dan hukum, pelaporan praktik penyingkapan informasi pemerintah, kehadiran dan kualitas dan mekanisme cek dan kekeliruan yang mendorong integritas dan menjaga konflik kepentingan, tata kelola lingkungan yang lebih luas, yang berdasarkan lebih dari 30 tindakan eksternal akuntabilitas, efektivitas pemerintah, supremasi hukum, korupsi dan demokrasi. Grafik of RGI di bawah ini memperlihatkan bahwa kebanyakan negara ASEAN masih berkinerja buruk karena indeks tersebut.33 Laporan utama laporan RGI menunjukkan Negara ASEAN masih kekurangan hokum dan institusi yang bisa mendorong integrits dan keterbukaan, yang mendorong pada performa yang lembah, kekurangan pengawasan akan keputusan perizinan yang efektif, kontrol terhadap korupsi dan supremasi hukum, dan Kamboja, Myanmar dan Vietnam menerbitkan informasi yang sangat sedikit mengenai pendapatan sumber daya.34 Dari kondisi ini penting bagi Negara- negara untuk menjamin pendapatan dari minyak, gas dan pertambangan digunakan 33 Resources Governance Index: A measure of transparency and accountability in the oil, gas and mine sector, Revenue Watch Institute: 2013 34 Ibid Chart 3: East Asia and Pacific Index scores and ranking Sumber:Resources Governance Index, 2013, Asia Pacific Index Revenue Watch Institute (Country by country report : http://www. resourcegovernance.org/rgi)
  • 22. 18 untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk masa depan rantai nilai, konektivitas terpadu antara negara-negara di ASEAN harus diwujudkan. Terwujudnya hal ini akan meningkatkan efisiensi distribusi di ASEAN. Singapura, dengan lokasinya yang strategis dan teknologinya yang modern, ideal untuk dijadikan pusat yang menghubungkan perdagangan batubara dan tambang dari seluruh negara di kawasan. Singapura sudah sangat dikenal sebagai pusat utama perdagangan minyak dan maritim sejak lama karena ia meliputi serangkaian kegiatan dari seluruh rantai suplai mulai dari manajemen eksplorasi, kilang, pemasaran dan perdagangan produk-produk energi.35 Akibatnya, rencana tersebut juga akan berjalan untuk perdagangan batubara dan tambang. Ketiga, kebijakan energi ASEAN. Keberlanjutan Pusat Energi ASEAN, khususnya Rencana APAEC, memberikan panduan bagi tiap negara di ASEAN untuk menyusun kebijakan energi nasionalnya yang memenuhi standar kebutuhan regional, sebagai contoh pembangunan pembangkit listrik, perjanjian untuk mengurangi emisi karbon dan penggunaaan teknologi batubara bersih. Agenda untuk memperbesar perdagangan batubara dan tambang intra- ASEAN juga menandakan bahwa ASEAN bergerak maju untuk mencapai swasembada regional. Alasan mengapa hal ini penting, sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, adalah karena swasembada energi akan menggiring pada pertumbuhan ekonomi dan kegiatan industri yang krusial dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Persisnya, kebijakan yang selaras akan membuat produksi dan distribusi di kawasan tidak bermasalah, sehingga masing-masing negara memiliki kemampuan untuk 35 Mark Hong, “Overview of Singapore’s Energy Situation”, Energy Perspectives on Singapore and the Region, (Singapore: ISEAS, 2007), 2-3. mengekspor dan mengimpor komoditas tersebut di kawasan dengan cermat, yang secara langsung mempengaruhi pemenuhan kebutuhan energi nasional. Penutup Selain itu, penyebaran teknologi modern juga penting untuk memajukan negara- negara dengan akses yang terbatas. Hal ini membantu negara-negara untuk mengelola dan melakukan produksi batubara dan tambang secara tepat dan menghasilkan produk-produk bermutu tinggi. Melalui kemampuan untuk memenuhi permintaan dan standar batubara dan tambang yang baik, negara-negara tersebut lantas secara aktif mendukung perdagangan batubara dan tambang intra-ASEAN. Sebagai tambahan, untuk mengatasi tantangan batubara sebagai sumber energi yang menyumbang pencemaran lingkungan, teknologi maju juga diperlukan. Dalam konteks ini, penguatan kerjasama regional baik intra-ASEAN maupun dengan mitra ASEAN akan menjadi alternative untuk mencapai perdagangan batubara dan tambang yang menguntungkan dari sisi ekonomi dan lingkungan. Lebih lanjut, kesiapan negara-negara ASEAN terhadap AEC, khususnya di dalam perdagangan batubara dan tambang, tidak hanya bersandar pada strategi domestik tiap negara, tetapi juga kerjasama dan koordinasi dalam isu-isu energi termasuk sector batubara dan tambang pada tingkat ASEAN seharusnya dimaksimalkan. Potensi kerjasama untuk pembangunan dan perdagangan tambang dan batubara harus juga menjadi strategi kunci bagi negara-negara ASEAN. Kerangka bersama yang baik di dalam manajemen, pembangunan dan perdagangan haruslah dibangun, karena tanpanya, AEC hanya akan menjadi retorika ASEAN semata.
  • 23. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 19 Daftar Pustaka “Country Reports Updates of Indonesia” . Ministry of Energy and Mineral Resources. delivered in 12th AFOC Meeting, Thailand, 21-22 May 2014. “Energy Management Policy in Indonesia and ASEAN”. Presentation for Workshop for ASEAN Coal Database and Information System. 9-12 July 2012. http://www.aseanenergy.org/media/ documents/2012/08/03/f/i/file_2.pdf “Programme Area No.3”. ASEAN Secretariat Website. http://www.asean.org/news/item/programme- area-no-3-coal “Singapore Energy Efficiency in the Industry” 2014. http://www.sgc.org.sg/fileadmin/ahk_singapur/ DEinternational/IR/diffIR/Energy_Efficiency_in_the_Industry_June_2014.pdf ASEAN Economic Community Blueprint. ASEAN Secretariat Website. 2008. http://www.asean.org/ archive/5187-10.pdf ASEAN Economic Community Scorecard: Charting Progress Toward Regional Economic Integration Phase 1 (2008-2009) and Phase II (2010-2011). 2012. http://www10.iadb.org/intal/intalcdi/ PE/2012/10132.pdf ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation. 2012. http://aseanenergy.org/media/ filemanager/2012/10/11/f/i/file_1.pdf BP Statictical Review of World Energy 2014, accessed on December 21st 2014, through http://www. bp.com/en/global/corporate/about-bp/energy-economics/statistical-review-of-world-energy/ review-by-energy-type/coal/coal-consumption.html Global Methane Initiative, https://www.globalmethane.org/documents/toolsres_coal_overview_ ch37.pdf Hoeven, Maria van der. Southeast Asia Energy Outlook. 2013. http://www.iea.org/publications/ freepublications/publication/southeastasiaenergyoutlook_weo2013specialreport.pdf Hong, Mark. “Overview of Singapore’s Energy Situation” in Energy Perspectives on Singapore and the Region. (Singapore: ISEAS, 2007): 2-3. IEA Clean Coal Centre, http://www.iea-coal.org/documents/82373/7605/Prospects-for-coal-and- clean-coal-technologies-in-Malaysia-%28CCC/171%29 Kaplinsky, Raphael and Mike Morris. A Handbook for Value Chain Paper. Nugroho, Hanan. “ASEAN Energy Cooperation: Facts and Challenges”. Jakarta Post May 19th 2011. http://www.thejakartapost.com/news/2011/05/19/asean-energy-cooperation-facts-and- challenges.html Resources Governance Index: A measure of transparency and accountability in the oil, gas and mine sector, Revenue Watch Institute: 2013 Szczudlik-Tatar, Justyna. “Regionalism in East Asia: A Bumpy Road to Asia Integration,” Policy Paper No. 16, (2013): 3.
  • 24. 20 Shi, Xunpeng and Brett Jacobs. “Clean Coal Technologies in Developing Countries” East Asia Forum. 2012. http://www.eastasiaforum.org/2012/09/25/clean-coal-technologies-in-developing- countries/ Shi, Xunpeng. China’s Attempts to Minimize non-CO2 Emissions from Coal: Evidence of Declining Emission Intensity, Environment and Development Economics 16. (2011): 573-590. Sivavong, Viroj. Electricity Generating Authority Thailand, Coal Demand/Supply Outlook in Thailand. 2009. http://www.kier.re.kr/upload/2009APEC-EGCFE/%28Session3-B%29Coal%20 Demand-Supply%20Outlook%20in%20Thailand.pdf World Coal Association. “Coal Fact 2014”. International Energy Agency. Coal Information 2014. BP Statistical Review of World Energy 2014. Vichett, Chrea. Current Situation of Mining Industry in Cambodia. (Cambodia: General Department of Mineral Resources of Cambodia, 2013).
  • 25. ASEAN Coal Trend Challenges and Opportunities on Facing ASEAN Economic Community (AEC) 21 Asra Virginianita, pengajar di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia (UI). Memperoleh gelar PhD dari Universitas Meiji gakuin, Jepang pada 2014. Dia adalah manajer riset di Pusat Studi Jepang UI, peneliti utama DIKTI mengenai “Persepsi dan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC)”. Dia pernah menjadi pembicara di berbagai seminar mengenai AEC di Makasar, Jambi; seminar internasional yang diadakan Pusat Kajian Hubungan Internasional(CIRes)- FISIP UI. Dia juga aktif menulis opini di berbagai media dan jurnal, seperti The Jakarta Post, Global and Strategies Journal Airlangga University. Santi H Paramitha lahir pada 11 Maret 1992 di Surabaya, Jawa Timur. Dia lulus dari Jurusan Hubungan Internasional UI pada 2014. Dia aktif terlibat sebagai contributor dan asisten peneliti di Pusat Kajian ASEAN, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI. Isu-isu yang dia tekuni meliputi Perjanjian Dagang Bebas ASEAN-China dan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Meliana Lumbantoruan lahir pada 5 Juli di Indrapura, Sumatra Utara. Dia meraih gelar master dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada 2013. Dia mengelola divisi manajemen riset dan pengetahuan dan juga program Southeast Partnership for Extractive Reform  di Publish What You Pay. Minatnya mencakup rantai suplai, Masyarakat Ekonomi ASEAN, tata kelola industry ekstraktif, advokasi masyarakat dan isu-isu pembangunan berkelanjutan. Biografi Singkat Penulis
  • 26. Website: www.pwyp-indonesia.org Email: sekretariat@pwyp-indonesia.org Facebook Fanpage: Publish What You Pay Indonesia Twitter: @PWYP_Indonesia ASEAN energy consumption is forecasted to rise because of the significant growth of economy and population in the region. Coal use continuously increase as a replacement for oil and natural gas. ASEAN plays significant roles in coal consumption and production in Asia Pacific. Using the value chain approach, it is projected that coal producer countries in ASEAN will have the chance to maximize the market through bilateral trade or AEC framework. The AEC can foster market integration in ASEAN, builds awareness of ASEAN countries to develop their infrastructure in energy sufficiency, as well as develops clean coal technology. Coal production in ASEAN will still leant on Indonesia as the main exporter in ASEAN. Energy policy of each country in ASEAN has a lot of things in common, which provides the space of building further regional coooperation in managing energy features. The future of coal sector in ASEAN will highly depends on advancement of technology, improvement of governance, effeciency of transportation, and connectivity between the countries. Strengthening cooperation and coordination must be a key strategy for ASEAN countries to ensure readiness in facing AEC. Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif migas, pertambangan, kehutanan dan sumber daya alam lainnya. PWYP Indonesia terafiliasi dalam kampanye global Publish What You Pay. Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif. Aktivitas PWYP Indonesia di sepanjang rantai nilai sumberdaya ekstraktif berfokus pada transparansi dan akuntabilitas fase sebelum kontrak dan operasi pertambangan (publish why you pay and how you extract); fase produksi dan menghasilkan pendapatan negara (publish what you pay); fase pemanfaatan pendapatan ekstraktif untuk kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan (publish what you earn and how you spend).